sekedar masalah kognitif semata tetapi masalah gaya hidup yang mengikuti
atau mengabaikan perintah Tuhan; Yakobus sendiri menyatakan bahwa iman
bukanlah masalah kognitif semata tetapi juga menyangkut buah iman atau
perbuatan yang dihasilkan dalam hidup (Yakobus 2:20=2:20 Hai manusia
yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa
perbuatan adalah iman yang kosong?). Jika kita tidak mengikuti perintah-
Nya, maka sebenarnya kita sudah melupakan Tuhan meskipun kita tetap
beribadah setiap Minggu. Tentu Orang Percaya (baca; Kristen), yang
membanggakan kekuatan diri adalah orang yang sudah melupakan Tuhan
4. Dan Dalam Ulangan 8:17 Allah memberikan peringatan “Maka janganlah
kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang
membuat aku memperoleh kekayaan ini” dilanjutkan dengan ayat 18 “tetapi
haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu”. Dua ayat ini menyatakan
dua hal yang bertolak belakang yaitu ‘membanggakan kekuatan diri’ dan
‘mengingat Tuhan’. Dalam bagian ini ‘mengingat Tuhan’ tidak dikontraskan
dengan ‘melupakan Tuhan’ tetapi dengan ‘membanggakan kekuatan diri’.
‘Membanggakan kekuatan diri’ juga tidak dikontraskan dengan
‘membanggakan kuasa Allah’ tetapi dengan ‘mengingat Tuhan’. Kedua ayat
ini sebenarnya mau menyatakan bahwa orang yang membanggakan
kekuatan diri adalah orang yang sudah melupakan Allah.
5. Jika seseorang tidak memuliakan Allah maka orang tersebut sebenarnya
sudah melupakan Allah. Sekali lagi dalam bagian ini ‘melupakan Tuhan’
bukanlah masalah kognitif semata tetapi masalah kerendahan hati. Jika kita
sudah mempelajari banyak pengetahuan teologi tetapi tidak merendahkan
hati, sebenarnya kita sudah melupakan Tuhan. Dr. Cairns buku tafsiran
Alkitab: Baik kesulitan maupun kenikmatan dapat mengganggu iman, serta
menyeret umat dari kesetiaannya kepada Tuhan. Tentu Peringatan ini masih
berbicara kepada orang Kristen masa kini. Orang Kristen yang tidak
berpegang kepada firman-Nya dan melakukannya adalah orang yang sudah
melupakan Tuhan. Tuhan meminta agar prioritas utama kita adalah pribadi-
Nya, bukan berkat-Nya. Jika Tuhan selama ini mengizinkan kita menikmati
berkat, kita perlu mengingatkan diri supaya ingat sang sumber berkat.
6. Tuhan menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir dan memimpin mereka di
padang gurun dengan maksud supaya mereka mau merendahkan diri di
hadapan Tuhan, karena itu "haruslah engkau ingat." (Ulangan 8:18). Siapa
2
3
Demikian pula di dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan, jikalau saat ini
kita bisa menikmati kenyamanan hidup, sesungguhnya apa yang kita nikmati
itu semua adalah bagian dari campur tangan Tuhan maka jangan sampai kita
melupakan Tuhan. Kalau saat ini kita diberkati dengan kekayaan maka
jangan sampai kekayaan itu justru membuat kita lupa bahwa ada Tuhan Allah
yang memberikan itu kepada kita. Allah mengingatkan kepada kita bahwa
sumber keberhasilan itu sesungguhnya bukanlah karena kekuatan kita.
10.Sayangnya, tidak sedikit orang yang mudah melupakan kebaikan yang
terjadi/dialami. Setelah mendapatkan bantuan atau hal yang diinginkan,
banyak orang yang kemudian melupakan begitu saja kebaikan tersebut,
bahkan sampai lupa menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah
membantunya. Lupa memang sifat manusia yang lumrah. Namun perlu
diingat, sejahat-jahatnya lupa adalah melupakan kebaikan orang lain
(TUHAN) kepada kita. Dan Mengingat kebaikan, bisa menjadi bahan kontrol
untuk kita dan menjauhkan diri kita dari sifat sombong. Dengan mengingat
kembali kebaikan, kita menjadi sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Kita
akan menyadari bahwa kita adalah manusia biasa yang masih membutuhkan
bantuan dan kebaikan. Kita pun akan sadar bahwa ke depannya, sewaktu-
waktu, kita akan tetap membutuhkannya. Jangan Melupakan Tuhan = Unang
lupa roham di Jahowa, Tuhan memberkati.
Pdt. Dr. Ro Sininta Hutabarat, MTh
GKPI JK-SK
4
5