Anda di halaman 1dari 11

Lex Crimen Vol. IX/No.

3/Jul-Sep/2020

IZIN PIHAK KORBAN SEBAGAI DASAR atas ring atau arena tinju dalam suatu
PENIADAAN PIDANA DI LUAR KUHP1 pertandingan yang sah, dimana mereka saling
Oleh: Angelica Maureen Taroreh2 memukul dan kemungkinan besar akan saling
Olga A. Pangkerego3 melukai. Tetapi sekalipun yang seorang
Herry F. Tuwaidan4 mengalami cedera berat, lawan bertinjunya
tidak dapat dijatuhi pidana karena dianggap
ABSTRAK diantara mereka telah saling memberi izin
Tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk untuk dipukul, sehingga cedera yang terjadi
mengetahui bagaimanakah cakupan izin pihak hanya merupakan konsekuensi logis dari
korban sebagai alasan penghapus pidana dalam pertandingan tinju tersebut sehingga pelakunya
lapangan hukum pidanadan bagaimanakah tidak dapat dipidana.
kedudukan izin pihak korban sebagai alasan
penghapus pidana di luar KUHP dalam lapangan B. Rumusan Masalah
hukum pidana, di mana dengan menggunakan 1. Bagaimanakah cakupan izin pihak korban
metode penelitian hukum normatif sebagai alasan penghapus pidana dalam
disimpulkan: 1. Alasan-alasan penghapus lapangan hukum pidana?
pidana di luar undang-undang adalah hak 2. Bagaimanakah kedudukan izin pihak
mengawasi dan mendidik dari orang tua, wali, korban sebagai alasan penghapus pidana
guru, terhadap anak-anak mereka dan di luar KUHP dalam lapangan hukum
murid-murid mereka, hak jabatan para dokter, pidana?
juru obat, bidan dan penyelidik alam, izin pihak
korban atau orang yang kepentingannya C. Metode Penelitian
terlanggar kepada orang yang melanggar dan Penelitian ini merupakan penelitian hukum
mewakili urusan orang lain. 2. Kedudukan izin normatif.
pihak korban sebagai alasan penghapus pidana
di luar undang-undang hanya merupakan PEMBAHASAN
alasan penghapus pidana khusus yang hanya A. Cakupan Dasar Pemidanaan di Luar KUHP
berlaku untuk tindak pidana-tindak pidana Hukum pidana mengenal dasar peniadaan
tertentu saja, misalnya kecelakaan kerja dalam pidana di luar Kitab Undang-undang Hukum
latihan atau pertandingan olahraga, izin pemilik Pidana (KUHP). Dasar-dasar peniadaan pidana
atau pihak korban dalam pengrusakan barang, di luar KUHP adalah sebagai berikut :1
izin pemilik atau pihak korban dalam pencurian 1. Hak mengawasi dan mendidik dari orang
barang, izin untuk penganiayaan berkenaan tua, wali, guru terhadap anak-anak
dengan sadisme dan masokhisme untuk mereka dan murid-murid mereka.
kepuasan seksual, izin suami atau istri untuk 2. Hak jabatan para dokter, juru obat, bidan
melakukan perzinahan. dan penyelidik alam.
Kata kunci: izin korban; peniadaan pidana; 3. Izin dari orang yang kepentingannya
terlanggar kepada orang yang melanggar.
PENDAHULUAN 4. Mewakili urusan orang lain.
A. Latar Belakang Masalah Berikut ini penulis akan menguraikan
Adanya izin pihak korban atau pihak yang dasar-dasar peniadaan pidana di luar Kitab
sebagai dasar peniadaan pidana atau alasan Undang-Undang Hukum Pidana tersebut di atas
penghapus pidana, sehingga terdapat beberapa sebagai berikut :
perbuatan dimana sekalipun perbuatan itu ad.1. Hak mengawasi dan mendidik dari
telah mencocoki rumusan undang-undang orang tua, wali, guru dan murid-murid
tetapi pelakunya tidak dapat dipidana. Misalnya mereka.
ada dua orang petinju yang saling memukul di Dasar peniadaan pidana di luar Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana diberikan
1
kepada orang tua, para guru, dan orang-orang
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM
1
16071101075 J.M. van Bemelen, Hukum Pidana I Hukum Pidana
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Material Bagian Umum, Bina Cipta, Bandung, 2004, hlm.
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 200.

61
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

yang bertugas mendidik dalam batas tertentu bcrlaku pada waktu itu di antara teman
berhak merampas kebebasan anak-anak yang sejawatnya, tindakannya itu tidak dapat
belum dewasa, misalnya memaksa tidak boleh dikenakan pidana. Juga dalam hal ini dasar dari
keluar kamar, menyuruh tinggal di kelas tidak dikenakan pidana tindakan itu dapat
sesudah jam pelajaran lewat, atau menyuruh dicari baik dalam keadaan bahwa tujuannya
datang kembali ke sekolah pada sore hari. Jadi bukanlah untuk menganiaya, maupun dalam
bukanlah perampasan kebebasan secara keadaan bahwa seorang dokter bertindak
melawan hukum. menurut aturan, demikian pula dalam izin yang
Menghukum anak-anak, dengan memukul diberikan oleh pasien dengan diucapkan.
dalam keadaan tertentu dan asal dijalankan Menurut pendapat penulis, diakuinya dasar
secara mendidik, tidak merupakan penghapus pidana dalam bentuk hak jabatan
penganiayaan, walaupun memukul seorang itu merupakan metode yang terbaik.
merupakan tindak pidana penganiayaan. Mengenai penganiayaan, dokter akan dapat
Tentang ini H.R. mengatakan bahwa pada mengajukan kenyataan bahwa itu bukanlah
hakekatnya dalam penganiayaan termasuk penganiayaan. Akan tetapi misalnya dalam
melukai atau menyakiti anak itu menjadi delik dari Pasal 299 Kitab Undang-Undang
tujuan, dan tidak sebagai sarana untuk Hukum Pidana, mengobati seorang wanita
mencapai suatu tujuan yang diizinkan, dan dengan menimbulkan harapan bahwa
dengan demikian jika terpaksa orang tua atau kehamilannya akan dapat dihalangi, tidak akan
para guru dapat mempertimbangkan untuk diterima sebagai alasan penghapus pidana
mendera atau memukul seorang anak secara karena bukan itulah tujuannya, sebagai dasar
lerbatas untuk mendidik anak itu, maka tidak penghapusan pidana, dan hanya hak jabatan
dapat dipidana. Jika dalam peristiwa yang sajalah yang tinggal sebagai dasar tidak akan
konkret ini seorang guru memukul seorang dipidananya tindakan itu. Abortus provocatm
anak dengan sepatu kayu. H.R. menganggap (rnenggugurkan kandungan dengan sengaja)
perbuatan guru itu sebagai yang melampaui dan juga mengobati wanita seperti
batas syarat-syarat yang ditentukan di sini dan dimaksudkan dalam Pasal 299 Kitab
jika terpaksa dan penderaan secara terbatas. Undang-Undang Hukum Pidana hanya diizinkan
Oleh karena itu H.R. menghendaki supaya atas indikasi medis, dan tidak hanya menurut
persoalan dapal diizinkannya pendidikan yang indikasi sosial.
ketat, dihubungkan dengan pertanyaan apakah Seorang dokter dalam melaksanakan
orang yang mendidik itu bermaksud untuk tugasnya mempunyai hak sesuai jabatannya
menganiaya. Cara ini yang tak dapat diragukan sebagai seorang dokter sehingga dalam
juga akan membawa hasil yang baik dalam keadaan-keadaan tertentu seorang dokter
pendidikan. Menurut pandangan saya kurang dapat menyakiti seorang pasien misalnya
tepat untuk mendasarkan tak dapat dikenakan memotong kaki atau tangan seorang pasien
pidana tingkah laku itu atas dasar penghapusan untuk kepentingan pengobatan kedokteran.
pidana, tetapi tidak dapat dipidana dalam hal Maka dalam hal ini dokter tersebut tidak dapat
ini didasarkan pada hak mendidik yang ketat. dipidana karena hak jabatanya sebagai seorang
ad. 2. Hak jabatan para dokter, juru obat, dokter.
bidan dan penyelidik alam.
Dalam melakukan tugasnya, dokter sering ad. 3. Izin dari orang yang kepentingannya
harus melakukan tindakan yang dalam keadaan terlanggar kepada orang yang
lain akan merupakan tindak pidana. Baik ahli melanggar
bedah maupun dokter gigi sering akan Mengenai izin dari orang yang
menyakiti orang lain atau malahan memotong kepentingannya terlanggar kepada orang yang
atau mengambil bagian-bagian dari badan melanggar atau izin pihak korban, tidak akan
seorang pasien sesuai dengan keyakinannya penulis uraikan secara panjang lebar dalam sub
dan pengelahuannya sebagai seorang dokter. bab ini, tetapi akan dibahas dalam sub bab
Dengan sendirinya seorang dokter atau dokter berikut.
gigi yang bertindak sesuai dengan keyakinan ad. 4. Mewakili urusan orang lain.
dan pengetahuannya dan menurut opini yang

62
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

Mewakili urusan orang lain mcrupakan suatu perbuatan yang dilakukan seseorang, dan
alasan penghapus pidana. Jika misalnya anggola bukan mencari adanya unsur melawan hukum
pemadam kebakaran memasuki rumah yang dalam undang-undang dalam rangka
sedang terkunci dan membuka pintu rumah mempidana suatu pelaku perbuatan tertentu.
dengan merusak pintu rumah atau jendela Sebagaimana diketahui bahwa
untuk memadamkan api, maka mereka tidak undang-undang hanya mempidana seseorang
dapat dipidana, karena yang dilindungi adalah yang melakukan perbuatan, apabila perbuatan
kepentingan yang lebih besar. itu telah dicantumkan dalam peraturan
Dalam keadaan terpaksa merusak pintu perundang-undangan sebagai perbuatan yang
rumah atau jendela orang lain merupakan dilarang (artinya mengandung sifat
tindak pidana karena merupakan perbuatan tercela/melawan hukum).
yang tercela karena merusak pintu rumah atau Hanya perbuatan yang diberi label tercela
jendela rumah itu untuk memadamkan api yang atau terlarang demikian saja yang pelakunya
akan menghanguskan rumah tersebut, maka dapat dipidana. Pengertian sifat melawan
perbuatan itu tidak lagi merupakan yang tercela hukum yang demikian disebut dengan melawan
tetapi telah menjadi perbuatan yang patut dan hukum formil, karena semata-mata sifat
benar atau dengan kata lain perbuatan itu terlarangnya perbuatan didasarkan pada
dapat dibenarkan. pemuatannya dalam undang-undang.
Perbuatan yang mengandung sifat tercela Perbuatan lain yang di luar apa yang
menurut masyarakat yang tidak tercela ditentukan sebagai dilarang oleh
menurut undang-undang tidaklah dapat undang-undang, walaupun tercela menurut
dipidana. Tetapi sebaliknya pada perbuatan masyarakat atau menurut asas-asas umum
yang secara nyata terlarang menurut masyarakat atau melawan hukum materiil,
udang-undang, yang karena suatu faktor atau sepanjang tidak dilarang menurut peraturan
sebab tertentu boleh jadi tidak mengandung perundang-undangan, tidaklah dapat dipidana.
sifat tercela atau kehilangan sifat tercelanya Hal ini telah ditentukan secara tegas dalam
menurut masyarakat, maka terhadap si Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
pembuatnya tidak dipidana. Pidana tentang apa yang dikenal dengan asas
Dasar-dasar peniadaan pidana di luar KUHP legalitas.3
adalah sebagai berikut :2 Perbuatan yang mengandung sifat tercela
1. Apa yang disebut dengan kehilangan sifat menurut masyarakat yang tidak tercela
tercelanya secara materiil (melawan menurut undang-undang tidaklah dapat
hukum materiil) dari suatu perbuatan dipidana tetapi sebaliknya pada perbuatan yang
atau melawan hukum materiil dalam secara nyata terlarang menurut
fungsinya yang negatif. undang-undang, yang karena sesuatu faktor
2. Didasarkan pada asas tiada pidana tanpa atau sebab tertentu boleh jadi tidak
kesalahan (geen straf zonder schuld). mengandung sifat tercela atau kehilangan sifat
Berikut ini penulis akan menguraikan tercelanya menurut masyarakat, maka
alasan-alasan penghapus pidana di luar Kitab terhadap di pembuatanya tidak dipidana. Inilah
Undang-Undang Hukum Pidana di atas sebagai yang dimaksud dengan sifat melawan hukum
berikut : materiil dalam fungsinya yang negatif.
Ad. l. Kehilangan sifat melawan hukum dari Dalam praktik hukum kehilangan sifat
perbuatan (secara materiil dalam tercelanya perbuatan menurut kepatutan
fungsinya yang negatif) masyarakat yang menyebabkan tidak
Dasar peniadaan pidana di luar dipidannya si pembuat atas perbuatannya itu
undang-undang yang berhubungan dengan sifat sering terjadi, dapat dipelajari misalnya arrest
melawan hukum materiil dari suatu perbuatan Hoge Raad (10-2-1933) dalam perkara dokter
dalam fungsinya yang negatif, dalam arti hewan dari kota Huizen. Duduk perkaranya
mencari ketiadaan unsur melawan hukum di scbagai berikut : seorang dokter hewan itu ialah
luar undang-undang untuk tidak mempidana untuk mencampurkan sapi-sapi yang sakit ke

2
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, PT
3
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 66. Ibid, hlm. 67.

63
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

dalam kandang sapi yang sehat, yang menurut bukan hanya berdasarkan suatu ketentuan
Pasal 82 Veewet (d Belanda) dilarang dan dalam perundang-undangan, melainkan juga
diancam dengan pidana penjara paling lama 1 berdasarkan asas-asas keadilan atau
tahun. Adapun alasan dari pebuatan dokter asas-asas hukum yang tidak tertulis dan
hewan itu ialah untuk kepentingan sapi dan bersifat umum, dalam perkara ini misalnya
pemiliknya itu sendiri. Menurut pertimbangan faktor-faktor ncgara tidak dirugikan,
dari sudut ilmu yang dimilikinya, bahwa kepentingan umum dilayani dan terdakwa
sapi-sapi yang sehat itu, pada akhirnya terkena sendiri tidak mendapat untuk.
penyakit juga. Oleh karena pada saat itu,
sapi-sapi tersebut belum mengeluarkan air Dengan didasarkan pada pertimbangan
susunya, menurut pertimbangannya dari ilmu demikian, maka Mahkamah Agung tidak
yang dimilikinya, lebih baik tertular penyakit menjatuhkan pidana kepada terdakwa,
lebih dahulu daripada tertular setelah melainkan menjatuhkan putusan melepaskan
mengeluarkan air susunya, maka dia terdakwa dari segala tuntutan hukum
mencampurkan sapi-sapi yang sakit itu ke (onshgvan alle rechtsvervolging).
kandang sapi-sapi yang sehat. Putusan Mahkamah Agung dengan
Pada peradilan tingkat banding, perimbangan tentang sifat melawan hukum
Gerechtschof Amesterdam menjatuhkan pidana materiil dalam fungsinya yang negatif yang
terhadap dokter hewan atas perbuatannya itu merupakan alasan peniadaan pidana seperti di
dengan alasan bahwa dokter hanya memberi atas diikuti oleh putusan-putusan berikutnya,
penjelasan tentang apaw yang mendorong seperti pada putusan No. 72 K./Kr/1970 tanggal
dalam hal berbuat demikian, dan tidak 27 Mei 1972, yang dalam salah satu
merupakan perkecualian yang dapat perimbangannya menyatakan :6
meniadakan pidana. Akan tetapi pada tingkat Bahwa meskipun undang-undang No.
kasasi Hode Raad berpendapat lain, bahwa 17/1964 tersebut merupakan suatu formil
dengan adanya undang-undang mengenai delict, namun Hakim secara materiil harus
pendidikan dokter hewan, maka pemeliharaan memperhatikan juga adanya kemungkinan
kesehatan hewan dan siapa yang boleh keadaan dan tertuduh-tertuduh atas dasar
menjalankan pekerjaan dokter hewan telah nama mereka tak dapat dihukum (materiele
diatur. wederrechtelijkbeid). Selanjutnya dalam
Dengan demikian telah ada petunjuk bahwa pertimbangan berikutnya Mahkamah Agung
dokter hewan tidak akan melanggar ketentuan dalam mempertimbangkan tentang
undang-undang, apabila dia berbuat sesuai keberatan pemohon kasasi menyatakan :
dengan ilmu yang dimilikinya. Dengan alasan Menimbang, bahwa walaupun
yang demikian, maka Hoge Raad membatalkan perbuatan-perbuatan yang dituduhkan pada
putusan Gerechtshof Amesterdam tersebut terdakwa telah terbukti semuanya, akan
dengan memutus melepaskan terdakwa dari tetapi Mahkamah Agung berpendapat,
tuntutan hukum (onslagvan alle bahwa perbuatan-perbuatan tersebut,
rechexvwvotgirig) dan tidak menjatuhkan bukanlah merupakan tindak pidana
pidana terhadap dokter hewan tersebut.4 penadahan, karena sifat melawan hukum
Praktik yang demikian juga dianut oleh tidak ada sama sekali.
Mahkamah Agung seperti ternyata dalam Pada pertimbangan yang terakhir ini yang
putusannya No. 41 K/Kr/1965 tanggal 8 Januari dimaksud dengan sifat melawan hukum yang
1966 dalam perkara Machroes Effendi yang tidak ada itu, tidak lain adalah bukan sifat
didakwa melanggar Pasal 372 juncto 52 juncto melawan hukum formil akan tetapi sifat
64 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, melawan hukum materiil sebagaimana yang
dimana dalam pertimbangan hukumnya dimaksud pada pertimbangan sebelumnya
menyatakan bahwa :5 dengan kalimat, adanya kemungkinan keadaan
suatu tindakan pada umumnya dapat dari tertuduh-tertuduh atas dasar mana
dibilang sifatnya scbagai melawan hukum

4
Ibid, hlm. 68.
5 6
Ibid, hlm. 69. Loc-cit.

64
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

mereka tak dapat dihukum (materiel Izin pihak korban merupakan dasar
wederehtelijkbeid) tersebut di atas.7 peniadaan pidana karena ketiadaan unsur
kesalahan. Asas tiada pidana tanpa kesalahan
B. Kedudukan Izin Pihak Korban sebagai telah dianut sejak tahun 1930, hanya si
Alasan Penghapus Pidana pembuat yang terbukti bcrsalah saja yang dapat
Adanya izin pihak korban atau orang yang dijatuhi pidana. Kesalahan adalah bagian
kepentingannya dilanggar dasar penghapus penting dalam tindak pidana dan demikian juga
pidana, sehingga perbuatan-perbuatan tetentu halnya untuk menjatuhkan pidana. Jika
sekalipun perbuatan itu telah mencocoki kesalahan itu tidak ada pada si pembuat dalam
rumusan undang-undang tetapi pelakunya tidak suatu perbuatan tertentu, maka berdasarkan
dapat dipidana. Dalam hal penganiayaan, asas ini sipembuatnya tidak boleh dipidana.10
misalnya dalam pelajaran olahraga, atau dalam Ketiadaan kesalahan si pembuat atas
pertandingan tinju, izin dari yang bcrsangkutan perbuatannya terjadi karena ketidaktahuan
merupakan dasar penghapus pidana.8 atau kekeliruan tentang keadaan nyata atau
Bahwa dalam praktik hukum sekarang telah fakta yang ada ketika perbuatan dilakukan.
secara nyata menganut dan menerapkan Contoh pada kasus pengusaha susu, dimana si
paham sifat melawan hukum materiil dalam pengusaha susu mencampur susu dengan air,
fungsinya yang negatif telah ditegaskan dalam yang oleh leveransirnya dikirim pada
pertimbangan putusan Mahkamah Agung pelanggannya yang menurut ketentuan hukum
tanggal 27 Maret 1972 No. 72 K/Kr/1970, di pidana (Belanda) dilarang. Liveransitnya
mana diterangkan bahwa yurisprudensi waktu tersebut tidak dipidana oleh Hoge Raad,
sekarang ini jelas menganut sifat dan melawan disebabkan karena dia tidak mengetahui
hukum materil.9 tentang susu yang dikirimkannya ke
Tampaklah kini bahwa adanya dasar pelanggannya itu ternyata telah dicampur
peniadaan pidana di luar KUHP yang bertumpu dengan air oleh si pengusaha.11
pada ketiadaan sifat melawan hukum meteriil Bahwa kecelakaan dalam latihan atau
ini telah merupakan hukum pidana yang tidak pertandingan olahraga diterima sebagai dasar
tertulis. Pengisian hukum pidana melalui peniadaan pidana karena dianggap mereka
praktik hukum seperti ini, dapat dimengerti yang mendapat kecelakaan dalam latihan atau
dalam usaha para praktisi dalam hal ini hakim pertandingan tinju telah mengisinkan dirinya
pengadilan mencapai keadilan dalam hal untuk aniaya. Misalnya dalam latihan atau
pemidanaan. pertandingan olahraga tinju maka dua orang
Alasan ini dapat juga digunakan dalam petinju saling memukul untuk mendapatkan
berbagai kasus pada perbuatan-perbuatan nilai-niiai masing-masing. Pukulan-pukulan
seperti tidak dipidananya petinju yang tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh,
memukul lawannya bahkan sampai mati yang sering membuat lawan cedera dan
lawannya itu, orang tua atau guru memukul malahan adakalanya sampai tewas karena
anak atau muridnya yang secara wajar dalam geger otak.
rangka pendidikan. Petinju diatas ring memukul Jika peristiwa ini terjadi antar dua orang
lawanya dalam bertanding, hilang sifat yang berkelahi di jalanan, ataupun antara dua
melawan hukumnya perbuatan, karena dengan petinju berkelahi tidak dalam rangka latihan di
setuju untuk dipukuli oleli lawannya dalam tempat latihan yang resmi, maka cederanya
pertandingan itu. Orang tua dibenarkan salah satu pihak menjadi dasar untuk
memukul anaknya sepanjang patut dalam melakukan tuntutan pidana terhadap si pelaku,
rangka mendidik, demikian juga guru yang yaitu berdasarkan salah satu Pasal yang
memukul murid sepanjang patut dalam rangka terdapat dalam Buku II Bab XX tentang
mendidik adalah dalam rangka melaksanakan penganiayaan, yang meliputi Pasal 351 dan 358
haknya menjalankan pendidikan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.12

7 10
Loc-cit. Leden Marpaung, Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana,
8
J.M. van Bemmelem, Hukum PIdana I, Bina Cipta, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 25.
11
Bandung, 1984, hlm. 200. Loc-cit.
9 12
Ibid, hlm. 201. J.M. van Bemmelen, Op-cit, hlm. 201.

65
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

Selain dalam olah raga tinju, banyak juga Baik dalam duel maupun dalam
olahraga lain yang mengandung resiko pertandingan tinju. Kedua belah pihak telah
kecelakaan atau malahan kematian. Ini umum saling mengizinkan untuk menjadikan tubuh
terdapat pada olahraga-olahraga beladiri lawan sebagai sasaran. Tetapi mengapa duel
dimana penggunaan kekerasan memang tetap dianggap sebagai suatu tindak pidana
merupakan bagian dari olah raga tersebut, sedangkan cedera atau kematian dalam
misalnya dalam olahraga karate, jiu-jitsu, olahraga tinju dipandang bukan suatu tindak
kempo, judo, pencak silat lain dan sebagainya. pidana yang pelakunya tidak dapat dipidana?
Di luar olahraga beladiri pun, terdapat resiko Tidak dapat dipidananya orang yang
kecelakaan misalnya dalam pertandingan bola mengakibatkan cedera pada lawan bertinju
voli, dimana bola dapat mengenai mata, dalam karena adanya izin pihak korban atau dari
pertandingan bola basket (bola keranjang) lawannya itu, dan karena cedera itu merupakan
dimana dua pemain saling bertabrakan konsekuensi logis dari olahraga tinju. Alasan
sehingga cedera, atau dalam balap mobil, di olahraga yang membuat peserta olahraga itu
mana mobil yang satu dapat menabrak mobil tidak dapat dipidana. Ini lebih mudah
yang lain sehingga terbalik. Ataupun dalam dimengcrti karena olahraga adalah permainan
pertandingan balap motor dimana para yang sah dan diakui oleh pemerintah, malahan
pembalap bisa saling bersenggolan, sehingga umumnya didorong perkembangannya oleh
ada yang terjadi pembalap kecelakaan. Yang pemerintah. Karena olahraga merupakan
terjadi dalam olahraga-olahraga ini, tidak dapat permainan yang dibenarkan oleh pemerintah
dipertanggung jawabkan secara pidana kepada maka kccelakaan-kecelakaan yang merupakan
pelaku, sebab dalam olahraga-olahraga ini konsekwensi tak terhindarkan dalam olahraga,
dianggap para peserta pertandingan telah tidaklah sepatutnya dituntut oleh pemerintah.
mengizinkan dan bersedia menerima reziko dan Untuk memperjelas hal ini dapat dicontohkan,
tanpa mempersalahkan kepada pihak lain. jika misalnya pemerintah melarang semua
Adalah menarik perhatian untuk olahraga beladiri, termasuk olah raga tinju
membandingkan hal ini dengan delik maka pasti alasan adanya izin pihak korban
perkelahian landing atau duel yang diatur tidak lagi diterima sebagai suatu dasar
dalam Buku II Bab VI Kitab Undang-Undang peniadaan pidana.
Hukum Pidana, yang meliputi Pasal 182 sampai Dasar peniadaan pidana pada
186. Dalam sejarahnya, pada masyarakat Eropa peristiwa-peristiwa kecelakaan dalam latihan
dalam duel dianggap merupakan salah satu atau pertandingan olahraga adalah karena
pemecahan masalah secara kesatria, yang olahraga merupakan permainan yang sah dan
penting di sini adalah bahwa pihak yang diakui oleh pemerintah, sedangkan kecelakaan
berduel sudah saling mengizinkan untuk saling hanyalah konsekwensi tak terhindarkan dalam
melukai atau malahan membunuh.13 olah raga. Dan orang mendapat kecelakaan
Cara duel misalnya masing-masing peduel atau cedera dalam suatu pertandingan yang sah
saling berbalik belakang kemudian masing yang diizinkan oleh pemerintah dipandang
melangkah kedepan sebanyak sepuluh langkah telah mengisikan dirinya atau telah bersedia
lain berbalik untuk saling menembak dengan untuk dilukai, sehingga orang yang telah
alat duel misalnya pistol. Pemenang dalam hal mencederainya tidak dapat dipidana sepanjang
ini yang mungkin telah mengakibatkan matinya perbuatan yang telah menyebabkan seseorang
salah satu pihak yang berduel tidak dapat cedera itu sah dalam pertandingan tersebut.
dipidana. Akan tetapi dengan berlakunya Kitab Dasar peniadaan pidana dasar ini dapat
Undang-Undang Hukum Pidana duel dipandang dipahami jika misalnya dalam pertandingun
sebagai tindak pidana. Karena sebelum duel tinju ada seorang petinju yang sengaja ingin
telah ditentukan syarat-syarat, misalnya mencelakakan dan memukul lawannya
mengenai cara duel, alat yang digunakan, saksi sehingga cedera, maka perbuatannya itu dapat
dan dokter.14 dituntut pidana sebab telah menyimpang dari
peraturan olahraga tinju yang diakui
pemerintah. Demikian juga halnya dalam
13
Ibid, hlm. 202. pertandingan balap mobil. Ada yang dengan
14
Loc-cit.

66
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

sengaja menabrakkan mobilnya ke arah peserta dapat dipidana, sebab dengan adanya izin
lain, sebab dalam pertandingan balap mobil untuk menebang pohon maka sebenarnya ia
yang diakui pemerintah tidak dibenarkan untuk telah memberikan hak untuk melakukan
dengan sengaja mencelakakan peserta Iain, penebangan itu. Dengan adanya hak ini maka
begitu juga dalam pertandingan baiap motor perbuatan pelaku tidak lagi bersifat melawan
tidak dibenarkan peserta sengaja menyenggol hukum. Jadi, di sini terdapat suatu alasan dasar
peserta lainnya atau sengaja mencelakakan peniadaan penghapus pidana khususnya alasan
peserta lainnya. pembenar.17
Hal lain yang menjadikan izin pihak korban Tindak pidana pengrusakan barang dalam
atau orang yang kepentingannya terlangggar Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
diterima sebagai alasan penghapus pidana yaitu bukanlah tindak pidana absolut, melainkan
izin dari pemilik dalam pengrusakan barang. hanya tindak pidana aduan relatif. Tetapi
Tentang izin pihak korban sebagai alasan dengan adanya izin tersebut, pemerintah tidak
penghapus pidana. Misalnya karena dengan izin perlu campur tangan sebab setiap pemilik
pihak korban atau persetujuan, pembuat tidak barang mempunyai hak untuk secara bebas
dapat dituntut dengan Pasal 406 KUHP.15 memperlakukan harta bendanya sendiri.
Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pengecualiannya hanya jika tindakan harta
Pidana dirumuskan sebagai berikut :16 bendanya itu telah menggangu ketertiban
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan umum, seperti yang ditentukan oleh Pasal 496
melawan hukum menghancurkan, merusak, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bahwa :
membuat sehingga tidak dapat dipakai lagi atau barangsiapa membakar barang tetapnya sendiri
mcnghilangkan sesuatu barang yang sama tidak dengan izin polisi atau pegawai negeri
sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain, yang ditunjuk oleh pembesar itu, dihukum
dibukum penjara selama-lamanya dua tahun dengan hukuman denda sebanyak-banyaknya
delapan bulan atau dengan tujuh ratus lima puluh rupiah.
sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus Dengan demikian, dasar diterimanya izin
rupiah. pihak korban atau izin pemilik sebagai dasar
Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum peniadaan pidana dalam hal pengrusakan
Pidana mengatur bahwa merusak barang milik barang adalah karena, dalam hal menghadapi
orang lain merupakan perbuatan yang dapat pemilik barang, dengan adanya izin maka si
dipidana. Tetapi dalam hal pengrusakan barang perusak barang telah mempunyai hak untuk
tersebut mendapat izin pihak korban atau izin berbuat seperti itu.
dari pemilik barang, maka pelaku tidak dapat Dalam hal menghadapi pemerintah sebagai
dipidana. pelaksana hukum pidana, dengan izin pemilik
Misalnya ada dua orang bertetangga di maka pemerintah tidak perlu campur tangan
mana yang seorang mempunyai sebatang sebab setiap pemilik barang pada dasarnya
pohon kelapa di tanahnya, tetapi karena pohon mempunyai hak untuk secara bebas
kelapa itu dirasakan membahayakan oleh memperlakukan barangnya.
tetangganya, maka ia meminta kepada pemilik Sebagaimana halnya dengan dasar olahraga,
pohon agar pohon itu ditebang saja. Pemilik maka dasar adanya hak bagi si pelaku membuat
pohon mengizinkan tetangganya menebang perbuatan menjadi benar dan patut, sehingga
pohon tersebut. Tetangganya yang menehang dalam kedua hal tersebut terdapat alasan
pohon itu tidak dapat dituntut berdasarkan pembenar, tetapi dasar peniadaan pidana ini
Pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. hanya terbatas untuk tindak pidana perusakan
Jika kemudian pemilik pohon merasa barang, inipun dengan pembatasan mengenai
menyesal dan hendak melaporkan tetangganya kepentingan-kepentingan hukum lainnya,
secara pidana. Maka tetangganya itu tidak misalnya sekalipun seorang pemilik nyawa
mengizinkan orang lain mencabut nyawanya,
15
tetapi si pencabut nyawa dapat dipidana
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2013, hlm. 2003.
16
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta
Komentar-komentarnya, Lengkap Pasal demi Pasal,
17
Politeia, Bogor, 2008, hlm. 280. Bambang Poernomo, Op-cit, hlm. 204.

67
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

berdasarkan Pasal 344 Kitab Undang-Undang Penganiayaan yang berkenaan dengan


Hukum Pidana. tujuan mencapai sensasi seksual, sekarang
Pasal 344 KUHP menentukan, barangsiapa dibicarakan orang-orang secara terbuka,
merampas nyawa orang lain atas permintaan pembicaraan tentang kenikmatan dari perasaan
orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan terbukti sakit atau kesakitan yang menimbulkan
kesungguhan hati, diancam dengan pidana kesenangan dalam bentuk penganiayaan ini
penjara paling lama dua belas tahun.19 tidak disahkan sebagai suatu tujuan diakui.
Alasannya adalah karena nyawa seseorang Tetapi menyadari bahwa polisi dan penuntut
manusia oleh hukum dilindungi terhadap usaha umum dalam hal ini harus membatasi diri pada
orangnya sendiri untuk dibunuh. Hal ini pencegahan yang melampaui batas.
menandakan bahwa penghargaan terhadap Perasaan sakit dan luka dalam olahraga
nyawa seseorang adalah terlepas dari dapat disahkan oleh adanya izin pihak korban
kepentingan orangnya itu sendiri.20 tetapi penganiayaan dalam sadism (pemuasan
Hal lain dimana izin dari orang yang nafsu seks dan menyakiti orang lain) dan
kepentingannya terlanggar dapat diterima masokhis (pemuasan nafsu seks jika dirinya
sebagai alasan penghapus pidana adalah izin disakiti) tidak dapat disahkan oleh adanya izin
dari pemilik dalam pencurian. Tidak ada tindak pihak korban atau orang yang disakiti.
pidana pencurian apabila pengambilan barang Sekalipun demikian, polisi dan penuntut umum
dengan maksud untuk memilikinya, disetujui hanya perlu jika peristiwa itu menimbulkan
oleh pemilik barang.21 Tidak ada tindak pidana akibat yang berlebih-lebihan.
pencurian apabila pengambilan barang, Apabila penganiayaan itu tidak membawa
mendapat izin dari orang yang dirugikan yaitu si akibat yang berlebih-lebihan, maka polisi dan
pemilik barang tersebut. Hal ini dapat dilihat penuntut umum tidak perlu bertindak. Hanya
dari isi Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum apakah dasamya sehingga jika penganiayaan itu
Pidana. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum tidak membawa akibat berlebih-lebihan maka
Pidana menentukan, barangsiapa mengambil polisi dan penuntut umum tidak perlu
suatu barang, yang sama sekali atau sebagian mengambil tindakan.
kepunyaan orang lain, dengan maksud akan Penganiayaan bermotifkan sifat sadisme dan
memiliki barang itu dengan melawan hak, di masokhisme dibidang seksual, dimana yang
hukum karena pencurian dengan hukuman disakiti memberikan izin sedangkan tidak ada
penjara selama-lamanya lima tahun atau denda akibat yang berlebih-lebihan seperti luka berat
sebanyak-banyaknya Sembilan ratus rupiah. atau kematian maka polisi dan penuntut umum
Dari rumusan.Pasal 362 Kitab tidak perlu bertindak.
Undang-Undang Hukum Pidana dapat dilihat Sadisme di bidang seksual merupakan
bahwa salah satu unsur tindak pidana gangguan kejiwaan yang menimbulkan
pencurian ini adalah dengan melawan hak, oleh penyimpangan seksual, ini berbeda dengan
sebab itu apabila pengambilan barang itu telah penganiayaan yang dilatar belakangi oleh
mendapat izin dari pemilik barang, maka tidak dendam atau kemarahan. Ditambah dengan
ada terjadi tindak pidana pencurian karena kenyataan yang disakiti mengizinkan dirinya
pelaku tidak melawan hak. disakiti dan tidak adanya akibat yang
Hal lain dimana izin dari pihak korban berlebihan seperti (luka berat atau kematian),
diterima sebagai alasan penghapus pidana yaitu maka pelakunya dapatlah dimaafkan. Jadi
dalam hal izin untuk penganiayaan berkenaan dalam hal ini terdapat alasan pemaaf dengan
dengan sadisme dan masokisme untuk demikian maka penganiayaan dengan tujuan
kepuasan seksual. sensasi seksual tidak dapat disahkan oleh
adanya izin orang yang disakiti, sebab apabila
penganiayaan tersebut dapat disahkan oleh
19
R. Soenarto Soeridbroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi izin, maka disitu akan terdapat alasan
Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, PT Raja pembenar.
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 212.
20
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Keadaannya berbeda dengan masokhisme,
Indonesia, Eresco, Jakarta, Bandung, 2004, hlm. 79. sebab yang mengizinkan dan yang disakiti
21
Suharto R.M., Hukum Pidana Materiil, Sinar Gratia, adalah orang yang mengalami penyimpangan
Jakarta, 2001, hlm. 92.

68
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

seksual tersebut. Dalam hal ini alasannya bukan dipidana. Sebaliknya dalam hal ada izin pihak
alasan pembenar atau alasan pemaaf, korban, sekalipun korban menghendaki
melainkan bahwa perbuatan menyakiti atas penuntutan dan pemidanaan, tetapi jika
permintaan si masokhisme itu sendiri tidaklah terbukti ia pernah memberikan izin untuk
termasuk pengertian penganiayaan. melakukan perbuatan tersebut, maka
Penganiayaan menurut KUHP adalah setiap pelakunya dapat dipidana.
tindakan dengan sengaja yang mengakibatkan Contoh lain, jika seorang suami mengizinkan
perasaan sakit, luka dan perasaan tidak malahan memanfaatkan isterinya untuk
senang.23 Sedangkan dalam hal ini si melacurkan diri untuk nafkah keluarga,
masokhisme justru memperoleh kesenangan sekalipun ia menghendaki penuntutan dan
dan mengizinkan untuk disakiti oleh karena itu pemidanaan, isterinya seharusnya tidak dapat
mereka tidak dapat dipidana.24 dipidana sebab jika suaminya mengizinkan
Hal lain dimana izin pihak korban atau orang maka suaminya itu juga tidak patut
yang kepentingannya terlanggar diterima menggunakan hak pengaduannya.
sebagai alasan penghapus pidana yaitu izin Karena asas wewenang melaksanakan
suami atau istri untuk melakukan perzinahan. hukum pidana sepenuhnya, kecuali dalam hal
Tindak pidana perzinahan adalah tindak pidana tindak pidana aduan berada di tangan
aduan jadi, penuntutnya tergantung pada pemerintah, dengan tidak tergantungan pada
pengaduan suami atau isteri yang dikhianati. kehendak pihak korban, dimana contoh yang
Adakalanya terjadi peristiwa dimana justru jelas untuk ini adalah ketentuan Pasal 344 Kitab
suami mengizinkan istrinya melacurkan diri Undang-Undang Hukum Pidana, maka
untuk menghidupi keluarga mereka. Dapat bagaimanapun izin pihak korban tidak mungkin
terjadi bahwa kemudian si suami mengadukan menjadi peniadaan pidana.
isterinya telah melakukan perzinahan, padahal Kedudukan izin sebagai alasan penghapus
telah mendapatkan izin suami terlebih dahulu. pidana diluar undang-undang hanya
Dalam peristiwa ini, si isteri akhirnya tidak merupakan dasar peniadaan pidana khusus
dapat dipidana. yaitu dasar peniadaan pidana yang berlaku bagi
Di sini tidaklah dapat dikatakan bahwa izin tindak pidana-tindak pidana tertentu saja,
suami telah membuat perbuatan perzinahan bukan untuk semua tindak pidana. Para ahli
menjadi perbuatan yang patut dan benar. hukum pidanapun pada umumnya telah
Dengan kata lain, izin dapat menajadi alasan menerima izin pihak korban sebagai suatu
pembenar. Lebih tepat untuk mengatakan dasar peniadaan pidana khusus.
bahwa seseorang yang lelah mengizinkan Selain dasar penghapus pidana yang
isterinya melakukan perzinahan, tidak lagi disebutkan satu persatu dalam KUHP ada lagi
dapat menggunakan hak pengaduannya. Ini beberapa dasar peniadaan pidana yang tidak
karena hak pengaduan diberikan kepada suami diatur dalam KUHP dan walaupun demikian
atau isteri untuk tidak dikhianati dalam merupakan dasar pidana bagi beberapa tindak
perkawinan. Dengan pemberian izin untuk pidana.
perzinahan maka si istri tidak dapat dikatakan Alasan untuk mengadakan lembaga ini
telah menghianati suaminya. Sehingga si istri adalah bahwa dalam beberapa hal kepentingan
yang melakukan perzinahan itu tidak dapat orang yang bersangkutan tidak mengadakan
dipidana karena telah memperoleh izin pihak suatu tuntutan dalam suatu perkara, lebih
korban yakni suaminya untuk melakukan besar dari pada kepentingan negara untuk
perzinahan. Dalam hal-hal tersebut di atas menuntut perkara itu.25
pelaku tidak dapat dipidana karena adanya izin Dalam pertandingan tinju misalnya dengan
pihak korban menjadi dasar peniadaan pidana adanya izin ini maka pertandingan tinju dimana
di luar undang-undang. kedua petinju saling memukul, menjadi
Dalam tindak pidana perzinahan jika seorang peristiwa-peristiwa atau perbuatan tidak lagi
suami mengadukan isterinya yang melakukan bersifat melawan hukum secara material.
perzinahan maka isterinya akan dituntut dan Dengan demikian maka para peserta lain dalam

23 25
J.M. Van Bemmlen, Op-cit, hlm. 29. J.E. Jonkers, Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia
24
Loc-cit. Belanda, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 246.

69
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

pertandingan tinju tersebut seperti promotor, izin pemilik atau pihak korban dalam
penyelenggara, wasit dan hakim pertandingan pencurian barang, izin untuk
juga tidak dapat dipidana. penganiayaan berkenaan dengan
Tetapi dalam hal seorang suami yang sadisme dan masokhisme untuk
mengizinkan atau malahan memanfaatkan kepuasan seksual, izin suami atau istri
isterinya untuk mencari nafkah dengan untuk melakukan perzinahan.
melacurkan diri. Maka izin dari pihak suami ini
tidaklah dapat dikatakan bahwa perzinahan B. Saran
yang dilakukan isterinya itu menjadi perbuatan 1. Dalam pembentukan Kitab
yang patut dan benar. Jadi, izin dalam peristiwa Undang-Undang Hukum Pidana Nasioal
ini bukan merupakan suatu alasan pembenar, yang akan datang, maka diharapkan
dengan kata lain tidak dapat dipidananya si pembentuk undang-undang lebih
isteri bukan karena perbuatan isterinya tidak memperluas dasar-dasar peniadaan
lagi bersifat melawan hukum. pidana umum maupun khusus, agar
Berdasarkan uraian di atas maka menurut orang-orang yang melakukan tindak
hemat penulis kedudukan sebagai alasan pidana dengan alasan-alasan yang dapat
penghapus pidana diluar undang-undang hanya diterima secara logika atau dengan suatu
merupakan alasan penghapus pidana khusus itikad baik untuk kepentingan umum
yang hanya berlaku untuk tindak pidana-tindak atau perorangan ataupun pribadi tidak
pidana tertentu saja, dan tidak berlaku untuk dijatuhi pidana.
semua tindak pidana, misalnya : 2. Dalam pembentukan Kitab
* Kecelakaan dalam latihan atau Undang-Undang Hukum Pidana Nasional
pertandingan olahraga. yang akan datang, maka sebaiknya
* Izin peinilik dalam pengusahaan barang. adanya izin pihak korban yang
* Izin pemilik dalam pencurian barang. kepentingannya dilanggar sebagai dasar
* Izin untuk penganiayaan berkenaan peniadaan pidana khusus di luar
dengan sadisme dan masokhisme untuk undang-undang supaya diatur sebagai
kepuasan seksual. alasan penghapus pidana khusus dalam
* Izin suami atau istri untuk melakukan undang-undang.
perzinahan.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Abdullah Mustafa dan Achmad Ruben, Intisari
A. Kesimpulan Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1. Alasan-alasan penghapus pidana di luar 2004.
undang-undang adalah hak mengawasi Aminudin, dan Abidin H. Zainal, Pengantar
dan mendidik dari orang tua, wali, guru, Metode Penelitian Hukum, PT Raja
terhadap anak-anak mereka dan Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
murid-murid mereka, hak jabatan para Bemelen J.M. van, Hukum Pidana I Hukum
dokter, juru obat, bidan dan penyelidik Pidana Material Bagian Umum, Bina Cipta,
alam, izin pihak korban atau orang yang Bandung, 2004.
kepentingannya terlanggar kepada orang Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana
yang melanggar dan mewakili urusan Bagian 2, PT Raja Grafindo Persada,
orang lain. Jakarta, 2002.
2. Kedudukan izin pihak korban sebagai Farid A. Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Sinar
alasan penghapus pidana di luar Grafika, Jakarta, 2005.
undang-undang hanya merupakan alasan Hamzah Andi, Azas-azas Hukum Pidana, Rineka
penghapus pidana khusus yang hanya Cipta, Jakarta, 2008.
berlaku untuk tindak pidana-tindak Jonkers J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
pidana tertentu saja, misalnya Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
kecelakaan kerja dalam latihan atau Kartanegara Satochid, Hukum Pidana Kumpulan
pertandingan olahraga, izin pemilik atau Kuliah, Lektur Mahasiswa, Tanpa Tempat,
pihak korban dalam pengrusakan barang, Tanpa Tahun.

70
Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020

Lamintang P.A.F., Dasar-dasar Hukum Pidana


Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 2004.
Maramis Frans, Hukum Pidana, Unsrat Press,
Manado, 2019.
Marpaung Leden, Asas, Teori, Praktik Hukum
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina
Aksara, Jakarta, 2003.
Poernomo Bambang. Azas-Azas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2013.
Prasetya Teguh, Hukum Pidana, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
Prodjodikoro Wirjono, Tindak-tindak Pidana
Tertentu di Indonesia, Eresco, Jakarta,
Bandung, 2004.
R.M. Suharto, Hukum Pidana Materiil, Sinar
Gratia, Jakarta, 2001.
Sianturi S.R., Azas-azas Hukum Pidana di
Indonesia dan Penerapannya, Alumni,
AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 1989.
Soeridbroto R. Soenarto, KUHP dan KUHAP
dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah
Agung dan Hoge Raad, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007.
Soesilo R., Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor,
2008.
Sugandhi R., KUHP dan Penjelasannya, Usaha
Nasional, Surabaya, 2002.

71

Anda mungkin juga menyukai