Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UTS

RESENSI

KEBIJAKSANAAN ORANG-ORANG GILA

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen pengampau : Erma martiningsih M.pd

Oleh:

MUHAMMAD ASROR LADUNNI

KELAS 1 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

IAIH HAMZANWADI LOMBOK TIMUR

TAHUN 2022
Identitas Buku :

Judul Buku : Kebijaksanaan Orang-Orang Gila

Pengarang : Abu al-Qasim an-Naisaburi

Penerbit : Turos Pustaka

Genre : Spiritual/Religi

Tebal : 450 halaman

Cetakan : ke- 3, Maret 2021

ISBN : 978-623-7327-25-7

Harga : 116.500

Kitab yang dapat memberikan hikmah dan nilai-nilai luhur yang amat mendalam, dapat
muncul dari mana saja, termasuk dari orang-orang yang dipandang gila oleh masyarakat
umum. Padahal jalan kegilaan yang mereka tempuh, sepenuhnya mereka sadari, walaupun
harus menerima risiko terpasung, terbelenggu dan tersingkirkan dari masyarakat.

Kegilaannya lebih sebagai protes atas ketidaksucian duniawi, sekaligus untuk


menunjukkan kesendirian pribadinya hanya semata untuk Allah swt. Bahwa kecintaan dan
kerinduan yang hakiki, hanya semata kepada-Nya. Akan tetapi, manusia di dunia ini sulit
lepas dari pengaruh manusia lainnya. Dalam lingkup sosial, orang sulit menjamin amal
ibadahnya dilakukan tanpa pengaruh publik. Ketika berbuat baik, niat hati bisa terpeleset
mengharap pujian, popularitas, bahkan status sosial. Jika seseorang berhasil menjauhi
perbuatan maksiat, itupun rawan bukan karena Allah. Bisa jadi karena takut atau malu kepada
lingkungan sekitar. Hidup di tengah-tengah manusia itu repot. Salah satu cara untuk menjadi
independen dari pengaruh sosial adalah dengan cara menjadi gila.
Kitab sejarah Islam klasik mencatat tokoh-tokoh unik yang dikenal gila, tetapi sebenarnya
memiliki kewarasan tingkat tinggi. Dalam kitab Uqala al-Majaanin karya Abu al- Qasim an-
Naisaburi yang diusung ke dalam bahasa Indonesia oleh Turos Pustaka ini, mengisahkan
tentang hal-hal menarik mengenai orang-orang gila yang memendam hikmah sufi. Tokoh-
tokoh unik yang dikenal gila itu, berpenampilan lusuh, membawa barang-barang aneh,
diledek anak-anak kecil, bermain pasir, dan penyendiri. Tetapi di balik misteriusnya
penampilan, mereka memiliki hikmah mendalam dan memiliki jawaban tak terduga pada
setiap masalah yang dihadapi.

Semua tokoh yang diceritakan dalam kitab ini bukanlah tokoh fiktif. Ini kisah nyata
tentang orang-orang yang dianggap gila dalam Islam. Sebut saja misalnya, Uwais al-Qarni,
Qois si Majnun, Sa’dun, Buhlul, Salmunah si Wanita Gila, dll. Namun begitu, mereka ini
bukanlah orang-orang gila biasa. Mereka sosok-sosok yang cerdas, jenius, memiliki akal
yang tajam, penuh dengan kata-kata hikmah, bahkan seringkali dianggap sebagai Wali yang
nyeleneh.

Dalam buku ini juga akan kita temui kata-kata bijak, satire dan syarat kritik, baik yang
terlantun lewat syair maupun dialog-dialog dengan realitas aktual saat itu, walaupun harus
dinilai sebagai wacana gila yang kontroversial telah menyumbangkan suatu hikmah
kehidupan yang bernilai tinggi. Inilah hikmah-hikmah pinggir jalan yang boleh jadi bisa
menjadi rambu bagi lalu lintas kehidupan.

Buku ini juga dapat mengubah cara padang dan perlakuan seseorang terhadap orang-
orang gila yang cerdas. Sebab, sebagaimana dicatat dalam poin ke-441 buku ini bahwa pada
dasarnya semua manusia itu gila. Hanya kadar dan objek kegilaannya saja yang membedakan
antara manusia satu dengan yang lain.

Kitab yang diterjemahkan oleh Zainul Maarif ini berusia 400 tahun lebih tua dari Kisah
1001 Malam dan ditulis dengan sangat hati-hati berdasarkan metode periwayatan yang ketat
layaknya hadis. Namun, dalam buku terjemahan ini, rantai periwayatan tersebut sengaja
dipangkas agar para pembaca fokus pada kisah yang disampaikan.

Melalui kitab ini, kita akan mendapatkan pesan-pesan inspiratif yang jenaka sekaligus
nasihat-nasihat moral yang bisa meningkatkan kecintaan kepada Allah. Buku ini
mengingatkan kita bahwa hikmah itu bisa didapat dari mana pun, bahkan dari orang yang
(dianggap) gila sekalipun.kas agar para pembaca fokus pada kisah yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai