Anda di halaman 1dari 13

FUNGSI BAHASA / FUNGSI POKOK BAHASA

OLEH :

JHON CHARLES MOLINA

EVI ALFIYAH

ANDRIAN FEBRIANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi....................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................2

1.4 Metode dan Teknik.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Batasan (Hakikat) Bahasa...................................................................3

2.2 Fungsi Bahasa....................................................................................4

2.2.1 Fungsi Interpersonal.......................................................................5

2.2.2 Fungsi Direktif ..............................................................................5

2.2.3 Fungsi Referensial..........................................................................5

2.2.4 Fungsi Imajinatif ...........................................................................5

2.2.5 Fungsi Personal.............................................................................6

2.3 Hubungan Fungsi Bahasa dengan Aspek – Aspek Kehidupan.........6

2.3.1 Hubungan Bahasa denqan Kebudayaan.........................................6

2.3.3 Hubungan Bahasa dengan Religi....................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Karena bahasa

berfungsi sebagai alat komunikasi antar manusia. Hal ini dianggap sebagai

sesuatu yang lazim sehingga jarang sekali dipikirkan, seperti halnya berjalan dan

bernafas. Kalau diperhatikan lebih jauh bahwa pengaruh bahasa terhadap

kehidupan manusia begitu kuat, sehingga tidak jarang perselisihan yang terjadi

dalam masyarakat atau dengan perkataan lain adanya gejala-gejala yang muncul

dalam kehidupan manusia diantaranya disebabkan oleh bahasa.

Adalah „wajar' seorang linguis mengatakan “language is power”. Perkataan

ini begitu sederhana, tetapi mengandung makna yang kompleks. Pernyataan ini

dikemukakan oleh Norman Fairclough, karena beliau begitu besar perhatiannya

terhadap bahasa. Berhubungan dengan hal itu, dipihak lain ada yang berpendapat

bahwa : “we think with the word, and with words we form concepts.” (Hudson

dalam Rindjin)

Berpijak pada uraian diatas, tampak jelas bahwa peranan (fungsi) bahasa

terhadap hidup dan kehidupan manusia tidak perlu diragukan lagi. Karena apapun

kegiatan kita (mulai dari pagi: di sekolah, di kantor, di pasar, dan sebagainya)

selalu diwarnai dengan „bahasa‟ sebagai alat komunikasi. Bahkan apapun nama

disiplin ilmu pengetahuan (science) „mutlak‟ menggunakan bahasa sebagai

pengantar seorang penulis untuk menyampaikan ide-ide, gagasan kepada

pembaca.

Akan tetapi, dalam keadaan tertentu banyak orang awam menanyakan tentang
apa sebenarnya fungsi bahasa itu. Hal ini mungkin saja kalau di jawab dengan

pernyataan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Kemudian

timbul pertanyaan baru mengenai „kedipan mata‟ dan „tepukan tangan‟ apakah

tidak termasuk bahasa? Persoalan-persoalan semacam ini seringkali terdengar,

sehingga kita juga mengasumsikan bahasa dari segi konsep „verbal‟ dan

nonverbal. Dapat diasumsikan kedipan mata dan tepukan tangan sebagai Bahasa

nonverbal, sedangkan bahasa sebagai fungsi utamanya sebagai alat komunikasi

termasuk bahasa verbal.

Fenomena-fenomena diatas, mendorong penulis untuk membuat paper yang

diberi judul “Bahasa: Suatu Kajian Aksiologis”. Sebab bagaimanapun juga

seperti yang dikatakan oleh Robert E. Owens, yang mengatakan bahwa: Bahasa

dan proses berbahasa merupakan dua yang sangat kompleks.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam paper ini mempunyai pokok bahasan

sebagai

berikut:

(1) Apakah fungsi bahasa itu?

(2) Fungsi-fungsi apa sajakah yang dimiliki oleh bahasa itu?

(3) Bagaimanakah kaitannya bahasa dengan kaidah moral?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

(1) Untuk mendeskripsikan (memerikan) fungsi bahasa

(2) Untuk memerikan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh bahasa

(3) Untuk mengetahui bagaimana kaitan bahasa dengan kaidah moral


1.4 Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah metode observasi.

Metode ini dimaksudkan untuk mengobservasi atau membaca buku-buku acuan

(referen) yang akan dijadikan landasan konseptual dan sekaligus sebagai landasan

teori. Sudaryanto (1988: 271) mendefinisikan metode sebagai cara kerja yang

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Jadi, metode yang

digunakan dalam penulisan paper ini adalah metode observasi dengan teknik

kajian pustaka. Kajian pustaka yang dimaksudkan disini adalah yang dapat

memberikan informasi atau keterangan-keterangan mengenai ketiga permasalahan

dalam paper ini.


BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum masuk pada pokok permasalahan, sangatlah wajar apabila

terlebih dahulu kita memahami konsep dasar tentang bahasa itu sendiri, sebab

bagaimanapun juga pembicaraan mengenai fungsi harus bersinggungan

dengan konsep dasar atau batasan dari bahasa itu sendiri. Adapun uraian

mengenai konsep tersebut dapat dilihat berikut ini.

2.1 Batasan (Hakikat) Bahasa

Sebagai makhluk sosial yang senantiasa hidup secara berkoloni,

masyarakat tidak dapat melepaskan dirinya dari hakikat bahasa. Hal ini

dimulai sejak matahari terbit sampai tenggelam. Bahkan bermimpi pun kita

menggunakan bahasa (berbahasa). Berangkat dari pendapat Block & Tagger

yang mengatakan “Language is a system or arbitrary vocal symbol” dan

batasan dari Sapir “A purely human and noninstintive method of

communication, ideas, emotions, and desires. By means of a system of

voluntarily produced symbols.”

Dalam hubungannya dengan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan ada

lima hal penting yang paling berkompeten untuk memberikan batasan pada

bahasa. Adapun lima hal tersebut meliputi: manusiawi, dipelajari, sistem,

arbitrer dan simbol.

Adapun yang dimaksud dengan manusiawi, yaitu hanya manusia lah yang

memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi. Manusia telah berbahasa sejak

dini dalam sejarahnya, dan perkembangan bahasanya inilah yang

membedakan manusia dari makhluk lain.


Selain itu, manusia sejak dilahirkan tidak langsung dapat berbahasa, ia

harus melalui proses interaksi terlebih dahulu dengan orang lain yang

berbahasa seperti dirinya. Kegiatan ini akan dapat membuat kemampuan

berbahasanya berkembang.

Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa sebagai sistem yang dikenal

oleh penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur yang

diucapkannya (seprimitif apapun kehidupan masyarakat penutur bahasa

tersebut).

Struktur tersebut dikenal dengan istilah grammar. Sistem dalam bahasa

bukan untuk diciptakan oleh sebuah lembaga tertentu. Aturan ini ada karena

penutur bahasa tersebut menggunakan cara-cara tertentu yang merupakan

konvensi bahasa tersebut.

Bulu yang tumbuh di kepala disebut rambut ; diatas mulut disebut kumis ;

dibawah mulut jenggot. Jika dilihat materi sama yaitu bulu, tetapi mengapa

lambangnya berbeda? Kemudian jika di indonesia dinamakan langit ;

mengapa di inggris Sky ? Lambang-lambang dalam bahasa timbul begitu saja.

Itulah sebabnya maka sebuah benda akan berbeda lambangnya pada setiap

bangsa dan ini bersifat kebetulan. Cara timbulnya lambang yang begitu saja,

itulah yang dinamakan arbitrer.

Hal terakhir adalah masalah lambang atau simbol, yaitu bunyi-bunyi

tertentu yang digunakan oleh manusia dan disusun dengan cara-cara tertentu

pula, misalnya saat kita melayangkan pandangan kita ke atas, di udara terbuka

dan siang hari ; Anda akan melihat sesuatu yang biru di atas. Sebenarnya itu

adalah batas pandangan kita. Sebagai bangsa indonesia kita lambangkan


dengan langit. Alat untuk melihatnya kita lambangkan dengan mata. Jadi,

seluruh benda keadaan. perasaan, peristiwa, dan lain-lain selalu : kita berikan

lambang tertentu (Hanan Lubis : 1-7).

Sistem bahasa apapun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau

tidak berada di lingkungan kita. Kita bisa membicarakan suatu peristiwa yang

sudah terjadi atau yang akan terjadi. Hal ini dimungkinkan karena bahasa

nemiliki.daya simbolik, untuk mengunqkapkan konsep apapun juga. Hal ini

pula yang memungkinkan manusia memiliki daya penalaran (reasoning).

Demikianlah lima butir hakikat bahasa manusia sebagai alat berkomunikasi

dan mencirikan dirinya serta membedakannya dari makhluk lain.

2.2 Fungsi Bahasa

Kita ketahui bahwa berbicara tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor yang

mengharuskan kita memilih kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat yang

digunakan dalam berkomunikasi tentu didasarkan pada fungsi bahasa

tersebut. Akan berbedalah kata-kata, frasa-frasa ataupun kalimat-kalimat

yang kita pakai bila fungsi bahasa tersebut berbeda.

Fungsi-fungsi bahasa yang digunakan tentunya didasarkan atas tujuan kite

berkomunikasi. Berbeda tujuan akan berbeda pula alat komunikasi itu. baik

dari segi bentuk maupun isinya (sifatnya). Hal ini menyebabkan banyak

perbedaan pendapat dari para ahli mengenai fungsi bahasa.

Selanjutnya Husen Lubis dalam bukunya yang berjudul Analisis Wacana

Pragmatik mengutip pendapat Finocehinario mengatakan bahwa fungsi

bahasa terdiri atas lima, antara lain : fungsi interpersonal, fungsi direktif,

fungsi referensial. Fungsi-fungsi tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini.


2.2.1 Fungsi Interpersonal

Adalah kemampuan untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan

hubungan sosial denqan orang lain. Hubunqan ini membuat hidup kita denqan

orang lain menjadi baik dan menyenangkan.

2.2.2 Fungsi Direktif

Fungsi ini memungkinkan kita untuk mengajukan permintaan, memberi

sara, membujuhk, menyakinkan dan sebagainya. Hal ini menjadikan semua

keinginan kita bisa dikomunikasikan dengan baik.

2.2.3 Fungsi Referensial

Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan untuk penulis atau berbicara

tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai fungsi

metalinguistik.

2.2.4 Fungsi Imajinatif

Fungsi ini berhubungan denqan kemampuan untuk menyusun ritme baik

bahasa lisan maupun tulis. Tidak semua manusia bisa menerapkan fungsi ini,

kecuali bagi mereka yang memiliki talenta terhadap fungsi ini .

2.2.5 Fungsi Personal

Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan pribadi seseorang untuk

mengekspresikan emosinya.

Kelima fungsi tersebut dapat terwujud secara optimal apabila berada

dalam situasi tempat fungsi tersebut dijalankan atau dapat dikatakan bahwa

situasi dan kondisi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan berbahasa.

Berikutnya menurut Propper. bahasa memiIiki fungsi sebagai berikut :

(1) Stimulus; artinya bahasa berfungsi sebaaai rangsangan yang dapat


mendatangkan suatu respon:

(2) Ekspresif; artinya bahasa dapat dipergunakan untuk menyatakan perasaan,

ide kepada orang lain;

(3) Deskriptif: artinya bahasa berfungsi untuk menguraikan, menjelaskan, dan

menggambarkan sesuatu kepada orang lain;

(4) Argumentatif; artinya melalui bahasa manusia dapat berargumentasi pada

orang lain.

2.3 Hubungan Fungsi Bahasa dengan Aspek – Aspek Kehidupan

Di bawah ini diuraikan hubungan fungsi bahasa dengan aspek-aspek

kehidupan manusia. Hal yang dimaksud meliputi hubungan bahasa dengan

kebudayaan: bahasa dengan etika atau moral : dan hubungan antara Bahasa

denqan sistem religi.

2.3.1 Hubungan Bahasa denqan Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1978 : 74) bahwa bahasa merupakan bagian

dari unsur-unsur kebudayaan. Dalam suatu sistem kebudayaan yang begitu

kompleks, unsur bahasa melekat pada setiap unsur-unsur kebudayaan yanq

lain.

Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang cukup

penting, terutama dalam penyebarluasan hasil-hasil budaya suatu masyarakat.

Sebaliknya, kebudayaan itu sendiri berfungsi sebaqai tempat atau wahana

bagi berkembangnya suatu bahasa.

2.3.2 Hubungan Bahasa dengan Etika/Moral


Penggunaan bahasa apabila dikaitkan denqan etika/moral dapat dilihat

pada pemakaian tata krama. antara lain unsur yang disebut denqan istilah

undak-usuk. Unsur ini merupakan salah satu sub pokok bahasan pada

pertemuan kebahasaan. Hal ini berhubungan denqan ciri suatu bahasa yang

dipakai oleh pendukung bahasa itu sendiri.

Masalah sikap atau pola prilaku berbahasa ini dapat dilihat pada

penggunaan bahasa sehari-hari atau denqan istilah lain dikatakan sebagai

etika berbahasa. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada undak-usuk secara

pragmatis. Secara pragmatis menurut Pusat Pembinaan dan Penqembangan

bahasa. undak-usuk bahasa dapat dibagi menjadi dua. yakni halus ( hormat)

dan kasar. Ragam hormat digunakan sebagai bahasa halus. sedangkan ragam

kasar dapat diartikan sebagai ragam akrab. Bahasa halus dan kasar ini

mempunyai tiga kategori pemakaian. yaitu : (1) unsur pembicara: (2) unsur

kawan bicara; (3) unsur yang dibicarakan. Dalam suatu norma etika dikatakan

apabila seseorang dalam berbicara denqan orang lain yang lebih tua, lebih

tinggi pangkat dan derajatnya maka haruslah dapat menunjukkan atau

menggunakan sikap dan perilaku berbahasa yang halus. Apabila ia tidak

mengikuti norma ini atau melanggarnya maka seseorang tersebut dikatakan

atau dicap tidak mempunyai etika.

2.3.3 Hubungan Bahasa dengan Religi

Bahasa lahir sebagai bagian eksistensi atau keberadaan manusia. Pada

awalnya bahasa dapat bersifat religius, menjadi media ekspresi penqalaman

dan mistik manusia dalam berhadapan denqan kekuatan alam (natural) dan

ilahiah (supernatural). Namun, transformasi pengalaman sejarah manusia dari

alam kepada kebudayaan yang mengakibatkan kedudukan bahasa


bersiotonom atau terlepas dari unsur-unsur yang lain.

Bahasa merupakan pengetahuan eksistensial mengenai bentuk hidup

manusia, sehingga mudah dideskripsikan. Dalam kaitannya denqan sistem

reliqi, kedudukan bahasa sebagai suatu deskripsi pengalaman kemanusiaan

dalam dimensi personal maupun sosial. Pengalaman-pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan


tersebut tidak hanya merepresentasikan, tetapi juqa

secara funda mental mengandung gagasan-gagasan (makna) atas simbol

bunyi yang dilambangkan sebagai gagasan-gagasan tersebut berfungsi

menqkomunikasikan dan membuat manusia sebaqai pemakai bahasa melihat

kedudukannya sendiri dalam persepektif bentuk hidup yang lain. Akhirnya,

dapat dikatakan bahwa religi dapat direfleksikan (diwujukan) dengan

menggunakan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA

Lyons. Jhon. 1987. Introduction to Teoretical Linguistics Cambridge: Cambridge

University Press.

Bloomfield. Leonard. 1933, Languange New York: Henry Holt and Co.

Salam. B. 1997. Logika Material. Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, J.S. 1996. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Popular. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Koentjaraniarat. 1987. Sejarah Teori Antropologi L. Universitas Indonesia Press.

--------------. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Searle, J.B. 1974. Philodophy of Languaqe. London: Oxford University Press.

Rindjin. Ketut. 1987. Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu sosial Dasar. CV

Kayumas.

The Lian Gie, 1991, Pengantar Filsafat Ilmu. Liberty : Yogyakarta bekerja sama

denqan Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai