DISUSUN OLEH :
ALIA MAESARA
RIDHO KHAIRIALKINDI
ASTIKA
ROSANDI
RISKA YANI
MUHAMMAD BUSYAIRI
ZIKRAUL AULIA
Puji syukur penyusun ucapkan Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Meneladani Allah SWT, Melalui Asmaul Husna ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa solawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah PAI yang berjudul Makalah Meneladani Allah SWT,Melalui Asmaul
Husna ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Meneladani Allah
SWT,Melalui Asmaul Husna ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan,karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Meneladani Allah
SWT,Melalui Asmaul Husna ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam cara ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,
yaitu Allah Swt. Cara tersebut ada yang melalui jalan merenung atau bertafakur atau berzikir.
Ada pula seseorang menjadi dekat dengan Allah Swt. yang disebabkan oleh musibah yang
menimpanya. Demikianlah Allah Swt. membuka cara atau jalan bagi tentu saja kita harus
mampu menempuh cara apa pun agar dekat dengan Allah Swt.
Jalan lain untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah melalui zikir. Zikir artinya
mengingat Allah Swt. dengan menyebut dan memuji nama-Nya. Syarat yang sangat
fundamental yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui zikir adalah
kemampuan dalam menguasai nafsu, selanjutnya bila menyebut nama Allah Swt. (Asmaul
Husna) berulang-ulang di dalam hati akan menghadirkan rasa rendah hati (tawadu) yang
disertai dengan rasa takut karena merasakan keagungan-Nya. Zikir dapat dilakukan kapan
saja dan di mana saja. Berzikir tidak perlu menghitung berapa jumlah bilangan yang harus
dizikirkan, namun yang penting adalah zikir harus benar-benar menghujam di dalam kalbu.
Selain melalui zikir, mendekatkan diri kepada Allah Swt. dapat pula dilakukan melalui
perbuatan atau amaliah sehari-hari, yaitu dengan selalu meniatkan bahwa yang kita lakukan
semata-mata hanya karena taat mematuhi aturan main-Nya. Misalnya, kita berbuat baik
kepada tetangga bukan karena tetangga baik kepada kita, tetapi semata-mata karena Allah
Swt. menyuruh kita untuk berbuat baik. Kita bersedekah bukan karena kasihan, tetapi semata-
mata karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk mengeluarkan sedekah membantu
meringankan beban orang yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini seharusnya dapat kita
lakukan karena pada waktu kecil kita patuh melaksanakan perintah dan nasihat orang tua,
bukan.
Manusia adalah makhluk yang sering lupa dan sering berbuat kesalahan. “Al-Insanu
maĥallul khaţa wa an-nisyan.” Demikian sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang artinya,
“manusia itu tempatnya salah dan lupa.” Dalam sebuah hadisnya, Rasulullah saw. bersabda,
“Kullu Bani Adama khaţţaun wa khairul khaţţaina at-taibūna.” (Setiap keturunan Adam as.
pasti melakukan kesalahan, dan orang yang baik adalah yang kembali dari kesalahan/dosa).
Berdasarkan ungkapan dan hadis di atas, manusia memiliki sifat dan karakter yaitu
sering berbuat kesalahan dan lupa. Artinya, tidak ada seorang pun yang terbebas dari
kesalahan dan lupa. Namun demikian, tidaklah benar jika dikatakan bahwa tidak mengapa
seseorang melakukan kesalahan dengan dalih bahwa hal tersebut merupakan sifat manusia.
Sebagai seorang yang beriman, kita dituntut untuk selalu melakukan refleksi dan
perenungan terhadap apa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang terlanjur melakukan
kesalahan, bersegeralah untuk kembali ke jalan yang benar dengan bertobat dan tidak
mengulanginya lagi. Demikian pula dengan sifat lupa, kadang menjadi sebuah nikmat dan
juga bencana. Lupa dapat menjadi nikmat manakala seseorang terlupa dengan kejadian sedih
yang pernah menimpanya. Dapat dibayangkan, betapa sengsaranya jika seseorang tidak dapat
melupakan kisah sedih yang pernah dialaminya. Lupa juga dapat menjadi bencana, yaitu
ketika dengan lupa tersebut mengakibatkan kecerobohan dan kerusakan. Banyak di antara
manusia karena lupa melakukan sesuatu mengakibatkan manusia tersebut akan melakukan
kesalahan yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asmaul husna adalah nama-nama Allah, Tuhan dalam Islam, yang indah dan baik. Asma
berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi Asmaul husna
adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak
membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada
Zat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang
arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam
mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah Ta’ala.
Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula
perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama,
namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad. Asmaul husna secara
harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-
sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang
menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang
lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis “Allah adalah …“, karena
tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti
dengan hati dan keterangan Al-Qur’an tentang Allah. Pembahasan berikut hanyalah
pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata
yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-
kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti
tercantum dalam surat Al-Ikhlas.
B. Saran
Keimanan kepada Allah Swt. melalui sifat-sifat-Nya dalam Asmaul Husna, sebagai
orang yang beriman, kita wajib merealisasikannya agar memperoleh kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Masan AF. 2009. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas VIII. Semarang: Toha Putra.