Anda di halaman 1dari 12

UTS LITERASI DIGITAL DAN

KEMANUSIAAN : TEKNOLOGI BIDANG


INDUSTRI MUSIK

Disusun oleh :
Mikael Gega Krisareo
2501420098

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. Realisasi Teknologi Diterapkan
Perkembangan teknologi khususnya bidang musik saat ini sangat
berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun. Banyak sekali teknologi yang
dikembangkan dalam bidang musik yang akhir-akhir ini digunakan sebagai
pelengkap sarana hiburan seperti mall, kemudian saat pesta, dan lain-lain.
Alat alat itu memiliki fungsi masing-masing dan bentuknya pun berbeda-beda
tergantung hardwarenya. Mulai dari instrumennya, alat untuk mixing dan
mastering, software untuk rekaman, dan lain-lain yang mendukung untuk
bidang musik. Banyak alat, software, maupun instrumen musik yang sudah
banyak digunakan dan diterapkan dalam bidang musik. Contoh software : fl
studio, cubase, cakewalk, sibelius, studio one, musescore, dan masih banyak
lagi. Contoh alat rekaman yaitu headphone monitor, speaker monitor, mic
untuk rekaman, dan alat mixing ouput input. Contoh instrumen musik yang
berbentuk digital seperti launchpad dan drum elektrik. Contoh-contoh yang
sudah disebutkan diatas diterapkan untuk produksi musik melalui rekaman.
Dalam rekaman perlu adanya software unruk menanpung hasil rekaman dan
setelah direkam akan otomatis masuk ke software tersebut untuk dilakukan
mixing dan mastering. Dalam mixing dan mastering bisa juga perlu alat
mixing untuk menyeimbangkan antar instrumen maupun vokal yang sudah
direkam. Selain menggunakan alat, mixing juga bisa melalui software tersebut
setelah itu dilakukan mastering untuk menghasilkan rekaman yang lebih

matang lagi.
Software Sibelius Software Cubase
Headphone Monitor

Kini siapa saja memiliki peluang untuk membuat musik dengan


menggunakan bermacam-macam aplikasi pendukung yang dapat digunakan
untuk memproduksi musik selain diatas seperti Garage Band, Logic Pro,
Ardour, dan lain sebagainya. Adobe Audition juga menjadi salah satu aplikasi
unggul yang dapat Anda gunakan untuk mengedit dan menggabungkan
musik. Berbagai aplikasi ini tidak hanya dapat membantu Anda dalam
memproduksi musik, tetapi juga dapat mengubah suara menjadi lebih jernih
dan bagus. Setelah melalui mixing dan mastering, hasil rekaman tersebut bisa
diunggah lewat platform musik digital seperti spotify, joox, soundcloud, apple
music, dan masih banyak lagi platform musik digital yang tersebar di
playstore maupun app store. Selain melalui platform musik digital tersebut,
bisa juga diunggah melalui Youtube agar terlihat visual juga dan tidak hanya
musik saja. Kehadiran platform musik streaming dan media sosial juga
mengubah interaksi antara musisi atau artis dengan para penggemarnya. Era
digital memudahkan mereka untuk memperkenalkan dan mempromosikan
karya-karya mereka, serta memperluas jangkauan basis penggemar.
Selain alat-alat maupun platform musik digital diatas, terdapat juga
teknologi musik yang saat ini sudah terealisasikan dan sudah diterapkan dan
masih dalam tahap perkembangan sebagai bentuk era musik kekinian antara
lain Synthesizer, Turntable, dan lain-lain. Synthesizer telah berhasil
menghasilkan ragam sound (bunyi musik) yang sebelumnya belum pernah
ada. Bahkan bunyi yang tidak dapat dihasilkan oleh sebuah alat musik biasa
dapat di produksi. Sehingga alunan nada dan komposisi harmoni sebuah
lagupun dapat dikreasikan tanpa batas. Turntable pada awal pembuatannya
disebut sebagai Phonograph dan ditemukan oleh Thomas Alfa Edisson pada
tahun 1877. Pada waktu itu phonograph digunakan untuk merekam dan
memainkan suara yang direcord di sebuah paper tape circular disc dan
cylinder. Tahun 1969, Perusahaan Technics Matsusitha Jepang tertarik untuk
membuat turntable dan hasilnya menemukan Direct Drive turntable yang

mana memiliki system direct-drive dimana motor turntable dihubungkan


langsung ke Platter tidak seperti belt-drive atau jenis turntable lainnya.
Contoh turntable seperti alat musik elektrik DJ.
Synthesizer

B. Dampak positif dan negatif


Dampak positif kemajuan teknologi di bidang musik sangat banyak sekali.
Perubahan industri musik dari musik analog menjadi musik digital ternyata
tidak hanya mempengaruhi para penikmat musik, tetapi juga para tim
produksi musik itu sendiri. Musik yang semula hanya bisa diproduksi secara
manual dengan menggunakan berbagai peralatan musik seperti drum, gitar,
dan keyboard, kini bisa dibuat melalui software komputer. Kualitas musik
pun semakin meningkat dengan adanya banyaknya fitur pada software yang
bahkan bisa menambahkan beberapa efek tertentu yang semakin membuat
musik enak didengar. Salah satu contohnya adalah dengan banyaknya aplikasi
software untuk membuat rekaman lagu seperti aplikasi Cubase, Protools,
Sibelius, Studio One, FL Studio, dan masih banyak lagi di PC maupun di
Mac. Sebelum adanya aplikasi tersebut para musisi masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam merekam sebuah lagu terutama pada mixing dan
mastering. Di aplikasi tersebut sudah ada berbagai fitur didalamnya, termasuk
fitur instrumen yang biasa disebut dengan sebutan VST. VST ini adalah
instrumen virtual yang menghasilkan bunyi yang hampir sama maupun sama
dengan intrumen asli. Jadi para musisi tidak perlu merekam lagu yang
dibutuhkan instrumen yang rumit dan juga mengundang player yang bisa
bermain instrumen yang sulit tersebut. Biasanya operator rekaman hanya
menambahkan VST tersebut kedalam rekaman dan jadilah lagu yang terdapat
instrumen tanpa direkam terlebih dahulu. Selain itu, dampak positif pada
teknologi musik dengan adanya aplikasi platform musik digital seperti joox,
youtube music, apple music, dan salah satunya spotify. Spotify terbukti
berhasil meraih 200 juta pengguna setiap bulannya. Hal ini semakin
membuktikan bahwa pengguna spotify, khususnya Indonesia saat ini memiliki

minat yang tinggi untuk meggunakan teknologi baru dalam mendengarkan


musik. Bagaimana tidak, sekarang bisa mendengarkan bermacam-macam
musik dari seluruh penjuru dunia dan berbagai genre hanya di dalam satu
aplikasi platform streaming.
VST
Ada beberapa dampak negatif kemajuan teknologi di bidang musik.
Dengan adanya teknologi saat ini para musisi lebih leluasa, lebih bebas, dan
lebih mudah untuk membuat lagu dalam zaman sekarang. Salah satu
contohnya adalah dengan banyaknya aplikasi software untuk membuat
rekaman lagu seperti aplikasi Cubase, Protools, Sibelius, Studio One, FL
Studio, dan masih banyak lagi di PC maupun di Mac. Sebelum adanya
aplikasi tersebut para musisi masih banyak yang mengalami kesulitan dalam
merekam sebuah lagu terutama pada mixing dan mastering. Di aplikasi
tersebut sudah ada berbagai fitur didalamnya, termasuk fitur instrumen yang
biasa disebut dengan sebutan VST. VST ini adalah instrumen virtual yang
menghasilkan bunyi yang hampir sama maupun sama dengan intrumen asli.
Ini yang menjadi dampak negatif dari para musisi. Para musisi tidak perlu
merekam lagu yang dibutuhkan instrumen yang rumit dan juga mengundang
player yang bisa bermain instrumen yang sulit tersebut dan menjadi malas
untuk berkarya meskipun teknologi sudah maju. Misal jika rekaman lagu
sudah selesai adakalanya beberapa oknum membajak lagu tersebut lewat
internet dan tidak memperhatikan hak cipta lagu. Seiring berkembangnya
teknologi, seni menikmati musik melalui pertunjukan musik perlahan
bergeser dan mulai hilang digantikan dengan alat-alat atau instrumen
simulakra seperti kaset, CD, VCD, Youtube, RBT, dan iTunes. Selanjutnya,
simulakra juga membawa dampak yang signifikan terhadap matinya
pertunjukan musik yaitu salah satunya adalah dehumanisasi atau suatu kondisi
dimana manusia telah meninggalkan kodratnya sebagai manusia.

C. Penerapan IoT, Big Data, dan AI


Banyak yang menganggap musik sebagai bagian yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal tersebut mengelilingi kita ketika
kita hidup, bekerja dan bermain, yang membuat kita berpikir tentang
bagaimana Internet of Things (IoT) berdampak pada industri musik.
Contohnya yaitu saat konser musik. Pada tour 2015 untuk album 1989-nya,
Taylor Swift mendorong industri musik ke arah ini. Penggemar Swift diberi
gelang LED yang menggunakan teknologi inframerah untuk menyelaraskan
dengan musik, pencahayaan, dan gerakan orang-orang yang hadir. Gelang-
gelang itu menyala selaras dengan musik dan dengan irama gerakan penonton
konser, membuat pertunjukan cahaya yang diproduksi oleh penggemar
diaktifkan oleh IoT. Eventbrite mengakuisisi Scintilla Technologies, pembuat
chip RFID, dengan ambisi untuk mengurangi waktu tunggu bagi para peserta
konser. Ketika teknologi ini menjadi arus utama untuk semua jenis acara,
tekanan garis panjang akan hilang di konser, acara olahraga, dan sejenisnya.
Peserta konser dapat dengan mudah menyelipkan "tiket yang dapat dipakai",
berjalan melalui jalur keamanan dan memasuki konser dengan melewati
antena RFID yang menerima informasi tiket dari perangkat yang dapat
dikenakan. Seiring teknologi Bluetooth terus meningkat, dan seiring
kemampuan melacak aset di dalam ruangan dengan akurasi tinggi menjadi
kenyataan, menemukan orang yang dikenali atau teman dalam konser yang
penuh sesak mungkin menjadi tugas yang jauh lebih mudah. Perangkat

Bluetooth yang dapat dipakai akan dikenakan oleh penonton konser. Tentu
saja, ini berpotensi menggandakan sebagai "tiket yang dapat dikenakan".
Peserta konser yang menggunakan gelang ini dapat "dilacak" melalui sistem
penentuan posisi dalam ruangan yang telah diinstal sebelumnya, dan siapa
saja yang memiliki izin untuk melihat lokasi teman mereka dapat
melakukannya melalui aplikasi pada perangkat seluler mereka.
Konser Tour Taylor Swift 2015

Big Data memulai di bidang musik pada Maret 2018 di Inggris setelah
Warner Music Group Conrad Withey mengumpulkan $ 4,2 juta dengan start-
up yang akan membantu departemen A&R untuk 'menambang' melalui situs
streaming dan menunjukkan potensi. Big Data juga membuat gelombang di
Amerika, satu start-up Sodatone diakuisisi oleh Warner Music Group, dan
TuneGO, platform teknologi yang menghubungkan artis dengan industri
musik, juga mengumpulkan $ 7,7 juta dalam pendanaan seri B pada tahun
2018. Big Data jelas bernilai investasi, begitu banyak sehingga telah dijuluki
sebagai mata uang baru dalam industri yang diatur untuk merevolusi cara
bakat terlihat. Big Data akan memberikan informasi departemen A&R untuk
strategi pemasaran potensial yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya.
Big Data akan memfasilitasi proses pemesanan wisata, karena data dari situs
streaming seperti Spotify akan menunjukkan negara dan kota mana artis yang
populer. Data tersebut juga akan mengindikasikan siapa yang harus
ditargetkan dengan iklan pada umumnya. Konsepnya bukan hal baru, pemasar
email telah menggunakan data untuk menempatkan produk di depan orang-
orang selama bertahun-tahun. Tampaknya sudah waktunya bahwa metode
yang sama akan diterapkan pada musik. Bukan hanya platform streaming
yang menawarkan data berharga kepada perwakilan A&R, platform sosial
seperti Instagram juga memberikan gambaran nyata dari band yang akan
mereka kerjakan. Tentu saja, media sosial tidak bisa hanya diandalkan, seperti
kejadian Band Los Angeles dilaporkan memalsukan fanbase Facebook untuk
memesan pertunjukan di Inggris. Tapi mereka masih memungkinkan A & R
untuk pergi setelah mereka yang mungkin tidak memiliki hype di kalangan
yang tepat seperti dengan penulis, DJ dan host radio. Ada dua juta seniman di
Spotify sendirian dengan kurang dari 1% berada di tingkat atas. Jumlah musik
yang diunggah hanya meningkat. Dengan munculnya seniman kamar tidur
dan mereka yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan musik mereka
sendiri dari rumah, banyak hambatan ke industri musik telah dihapus. Hal ini
menyebabkan banjir di pasar.
Artificial Intelligence (AI) terus menciptakan terobosan-terobosan yang
tak terbayangkan sebelumnya. AI memengaruhi aktivitas kita di berbagai
aspek kehidupan, salah satunya yaitu di kehidupan musik. Salah satu contoh
penerapan AI di bidang ini adalah rekomendasi musik atau lagu yang lebih
personal. Algoritme machine learning (salah satu cabang AI) secara diam-
diam disematkan pada pengalaman kita mendengarkan musik dan lagu. Tak
hanya memberikan rekomendasi, contoh penerapan AI juga bisa ditemukan
pada bidang lain di industri musik seperti komposisi dan produksi musik,
membantu proses mastering, mengidentifikasi potensi kesuksesan, dan
menjaga hak cipta.
Bagi platform streaming Spotify yang memiliki 286 juta pengguna aktif
dan menguasai 40% pangsa pasar streaming musik global, data adalah faktor
penting kesuksesannya. Data adalah "bahan bakar" yang mentenagai layanan
rekomendasi yang menjadi keunggulan Spotify dibanding para
kompetitornya. Spotify mengombinasikan tiga model berbasis AI untuk
memberikan rekomendasi kepada para penggunanya, diantaranya adalah
collaborative modeling, natural language processing, dan convolutional neural
networks.

Spotify

Penerapan AI di industri musik memasuki fase selanjutnya di mana AI


mengubah cara orang mengomposisi dan memproduksi musik/lagu. Dengan
maraknya pengguna aplikasi TikTok dan tumbuhnya YouTuber yang akan
membutuhkan musik, peran AI yang berupa tool untuk membuat musik tentu
akan dibutuhkan. Salah satu contoh tool semacam itu adalah Amper. Tool ini
memadukan sample library dan dataset untuk menciptakan track baru yang
disesuaikan kebutuhan pengguna. Ada pula AIVA, sebuah platform AI yang
fokus pada musik klasik. Platform ini ditunjang oleh algoritme deep learning
yang berperan mengumpankan data berupa contoh-contoh musik orkestra ke
AIVA.
AIVA
Dibutuhkan proses yang panjang dan mahal untuk mentransformasi sebuah
rekaman lagu yang masih mentah menjadi lagu atau musik yang akan
dinikmati melalui radio atau layanan streaming. Proses ini disebut mastering.
Bagi para musisi atau penyanyi, proses mixing dan mastering kerap menjadi
hambatan terbesar dalam merilis musik/lagu karena biayanya besar dan
memakan waktu. Artificial Intelligence dapat berperan di sini. Salah satu
contohnya adalah LANDR, layanan mastering online berbasis machine
learning yang dapat memroses sebuah track dalam waktu beberapa menit saja.
Algoritme LANDR menggunakan ribuan lagu yang sudah dikenai proses
mastering itu sebagai blueprint, lalu mencocokan kualitas audio lagu-lagu
tersebut dengan lagu yang diunggah pengguna. Platform streaming
Soundcloud juga menawarkan layanan online mastering tool berbasis
machine learning.
Penerapan AI lainnya di industri musik adalah pencari bakat. Pada tahun
2018, Warner Music Group mengakuisisi Sodatone, sebuah layanan yang
mengumpankan data streaming, data medsos, dan data tur ke algoritme
machine learning untuk mengidentifikasi penyanyi atau musisi yang paling
berpotensi sukses di masa depan. Amazon bahkan sudah mematenkan sebuah
teknologi untuk memprediksi popularitas konten, misalnya musik, buku, dan
film. Perusahaan AI dan media digital asal Kanada, Hitlab, mengembangkan
Music Digital Nuance Analysis (DNA). Ini adalah sebuah tool yang dapat
membantu mengurai lagu ke dalam 83 atribut. Music DNA menganalisis
lagu-lagu paling populer di berbagai kawasan, lalu membandingkan atribut-
atributnya dengan lagu-lagu yang baru dirilis. Hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi potensi lagu-lagu baru itu bisa menjadi "hit" atau tidak.
Dengan Music DNA para produser, perusahaan pemilik label rekaman, dan
para pencipta lagu/musisi dapat menyesuaikan musik/lagu dengan target
audience yang mereka incar.
Meski hak cipta karya yang dihasilkan AI belum sepenuhnya diakui,
kecerdasan buatan justru membantu industri musik menjaga hak cipta, dengan
membatasi pembajakan. BMAT, sebuah perusahaan yang berpusat di
Barcelona, Spanyol, membantu para produser, perusahaan label rekaman,
para pencipta lagu, dan lain-lain menelusuri penggunaan lagu/musik di
berbagai platform. Layanan BMAT bekerja dengan cara mengidentifikasi
adanya kemiripan sebuah komposisi musik atau lagu. BMAT menggunakan
teknologi audio fingerprinting, berupa ringkasan digital audio yang

terkompresi. Algoritme machine learning kemudian akan menelusuri


kemiripan komposisi untuk kemudian diidentifikasi berdasarkan kemiripan
suara. Machine learning dapat mengenali kemiripan komposisi meski disertai
background noise yang cukup sulit dilakukan teknologi music tracking yang
ada.
BMAT

D. Keberlanjutan Topik yang diangkat.


Sampai saat ini teknologi yang berada dibidang musik sudah maju dan
mengalami perkembangan, diantaranya dari segi variasi dari alat maupun
software musik maupun platform digital. Tentunya hal ini sangat berguna
untuk para produser musik maupun musisi dapat menggunakannya secara
maksimal dalam karya mereka. Dengan begitu, para pendengarpun juga
merasa sangat senang jika terjadi perkembangan industri musik karena
banyak perubahan yang akan memudahkan pendengar untuk mencari refrensi-
refrensi maupun mencari musik yang akan didengar sesuai dengan pendengar.

Daftar Pustaka
Sumber artikel

Dewatara, G. W., & Agustin, S. M. (2019). Pemasaran Musik Pada Era Digital
Digitalisasi Industri Musik Dalam Industri 4.0 Di Indonesia. WACANA,
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 18(1).
https://doi.org/10.32509/wacana.v18i1.729

Irnanningrat, S. N. S. (2017). Peran Kemajuan Teknologi Dalam Pertunjukan


Musik. Invensi, 2(1), 1–8. https://doi.org/10.24821/invensi.v2i1.1802

Sumber internet

https://www.nataconnexindo.com/blog/perkembangan-dunia-musik-indonesia-di-
era-digital

http://fikri-hadyan-kusuma-vokasi16.web.unair.ac.id/artikel_detail-166223-
Perkembangan%20teknologi%20di%20bidang%20musik-Perkembangan
%20teknologi%20di%20bidang%20musik.html

https://www.superlive.id/news/reney-scaller-pengaruh-teknologi-terhadap-musik-
modern

https://www.tunecore.com/id/blog/2019/02/is-the-music-industry-using-big-data-
to-discover-new-artists.html

https://infokomputer.grid.id/read/122847133/lima-contoh-penerapan-artificial-
intelligence-di-industri-musik?page=all

Anda mungkin juga menyukai