Teori belajar Behavioristik atau filosofi dalam psikologi yang berdasarkan pada proporsi bahwa semua yang dilakukakan organisme, termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan, dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau hipotesis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati, tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan). Teori behavioristik dengan model stimulus-responnya mendudukkan orang yang belajar sebagai individu pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku semakin kuat jika diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman
Penerapan dalam proses pembelajaran PKn
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran PKn, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. 2. Teori Belajar Kognitif teori belajar yang percaya bahwa belajar merupakan restrukturisasi aktif dari persepsi dan konsep. Teori ini merupakan studi mengenai pikiran dan bagaimana pikiran tersebut menemukan, memproses, dan menyimpan informasi.
Penerapan dalam proses pembelajaran PKn
- Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar - Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks. - Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan - Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. 3. Teori Belajar Kontruktivisme Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan menuru Von Galserveld yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya
Penerapan dalam proses pembelajaran PKn
Konstruktivistik memberikan perhatian pada kurikulum yang terpadu dan merekomendasikan para guru untuk menggunakan materi materi sedemikian rupa sehingga menjadi terlibat secara aktif.