Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan dalam pembuatan tugas akhir. Data yang diperoleh terdapat dua jenis
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara
dengan para pekerja, pembagian kuesioner peta tubuh, dan pengambilan gambar
maupun video proses pemindahan bahan baku, proses produksi, proses
pengemasan, dan proses pemindahan barang jadi. Data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti untuk menunjang data primer berupa teori-teori, tesis, jurnal,
dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Alat dan bahan yang
digunakan pada proses pengumpulan data adalah kamera yang digunakan untuk
pengambilan gambar dan video aktivitas pekerja dalam melakukan proses
penggilingan padi, kuesioner peta tubuh yang digunakan untuk mengetahui
keluhan-keluhan yang dialami oleh para pekerja, dan busur untuk menentukan
besar sudut dari postur para pekerja.

4.1.1 Hasil Wawancara dan Kuesioner


Wawancara dilakukan kepada para pekerja pada proses penggilingan padi
di PB Tegar Arum. Wawancara tersebut berisi pertanyaan mengenai data diri para
pekerja, lama bekerja, dan keluhan apa saja yang dirasakan oleh para pekerja
berdasarkan kuesioner peta tubuh. Berikut merupakan daftar pertanyaan yang
diberikan kepada para pekerja dan jawaban yang diberikan oleh masing-masing
pekerja.

IV-1
IV-2

Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan


No Daftar Pertanyaan
1. Siapa nama bapak?
2. Umur bapak berapa tahun?
3. Sudah berapa lama bapak bekerja disini?
4. Bapak kerja dari pukul berapa sampai pukul berapa?
5. Pekerjaan apa yang bapak kerjakan di pabrik ini?
6. Berapa beban rata-rata yang biasa bapak angkat?
7. Apakah sering merasakan keluhan yang diakibatkan dari pekerjaan ini?
8. Keluhan apa yang sering bapak rasakan setelah bekerja?
9. Apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas kerja bapak?
10. Apakah faktor yang menyebabkan keluhan tersebut?

Tabel 4.1 merupakan daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada para
pekerja, yang bertujuan untuk mengetahui data diri dan keluhan yang dirasakan
para pekerja. Berikut merupakan hasil wawancara dari masing-masing operator
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada Tabel 4.1.
1. Pekerja 1
Pekerja pertama bernama Sukadi, berumur 38 tahun dan bekerja selama 6
tahun. Sukadi bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, bekerja di bagian
proses perontokan padi di PB Tegar Arum. Beban kerja yang biasa pak Sukadi
angkat yaitu sekitar 60-90 Kg. Pak Sukadi sering merasakan keluhan berupa
pegal-pegal dan sakit pada bagian punggung, pinggang dan bahu. Keluhan
tersebut sering mengganggu pekerjaannya, faktor penyebab keluhan
dikarenakan sering mengangkat beban yang berat.
2. Pekerja 2
Pekerja kedua bernama Karen, berumur 36 tahun dan bekerja selama 7 tahun.
Karen bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, bekerja di bagian proses
pembersihan gabah kotor di PB Tegar Arum. Beban kerja yang biasa pak
Karen angkat yaitu sekitar 15-30 Kg. Pak Karen sering merasakan keluhan
berupa pegal-pegal dan sakit pada bagian pinggang dan lengan. Keluhan
tersebut sering mengganggu pekerjaannya, faktor penyebab keluhan
dikarenakan sering membungkuk saat mengangkat beban.
IV-3

3. Pekerja 3
Pekerja kedua bernama Waryadi, berumur 40 tahun dan bekerja selama 7
tahun. Waryadi bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, bekerja di
bagian proses pengupasan kulit padi di PB Tegar Arum. Beban kerja yang
biasa pak Waryadi angkat yaitu sekitar 15-30 Kg. Pak Waryadi sering
merasakan keluhan berupa pegal-pegal dan sakit pada bagian pinggang, bahu
dan lengan. Keluhan tersebut sering mengganggu pekerjaannya, faktor
penyebab keluhan dikarenakan sering membungkuk saat mengangkat beban
dengan skala yang sering.
4. Pekerja 4
Pekerja kedua bernama Ismail, berumur 43 tahun dan bekerja selama 6 tahun.
Ismail bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00, bekerja di bagian proses
pengayakan beras dan pengemasan padi di PB Tegar Arum. Beban kerja yang
biasa pak Ismail angkat yaitu sekitar 15-30 Kg. Pak Ismail sering merasakan
keluhan berupa pegal-pegal dan sakit pada bagian pinggang, kaki dan lengan.
Keluhan tersebut sering mengganggu pekerjaannya, faktor penyebab keluhan
dikarenakan sering mengangkat beban yang cukup berat dengan intensitas
kerja yang tinggi.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner
kepada para pekerja. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui lebih
spesifik mengenai keluhan yang terjadi pada pekerja, sehingga peneliti dapat
menganalisa resiko penyakit yang dapat terjadi pada para pekerja. Terdapat empat
tingkat keluhan yang dirasakan oleh para pekerja yaitu tidak sakit (TS), agak sakit
(AS), sakit (S), dan sangat sakit (SS). Hasil wawancara para pekerja di PB Tegar
Arum berdasarkan kuesioner peta tubuh dapat dilihat seperti pada lampiran 1
sampai 4 yang dikutip dari buku Wilson dan Corlett tahun 1995.
Berdasarkan hasil kutipan wawancara tersebut, peneliti memperoleh
informasi mengenai data diri dan keluhan yang dirasakan para pekerja pada
bagian tubuh tertentu. Wawancara tersebut membantu peneliti dalam menganalisis
IV-4

keluhan para pekerja secara menyeluruh bagian tubuh yang sering dirasakan oleh
para pekerja.

4.1.2 Hasil Gambar Proses Penggilingan Padi PB Tegar Arum


PB Tegar Arum merupakan pabrik penggiling padi yang berlokasi di Desa
Kapringan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu. Setiap harinya PB
Tegar Arum melakukan proses produksi dengan menghasilkan beras sebesar 10
Ton beras. Jam kerja pada PB Tegar arum adalah dimulai dari pukul 07.30 WIB
sampai pukul 17.00 WIB. Proses kerja dalam penggilingan di PB Tegar Arum ini
terbagi menjadi beberapa tahapan antara lain proses pengeringan padi, perontokan
padi, pembersihan gabah kotor, pengupasan kulit (husking), pengayakan, dan
proses pengemasan.
Proses pertama yaitu proses pengeringan padi, proses ini dilakukan jika
padi yang diperoleh dari petani masih dalam keadaan basah, maka padi harus
dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. Proses kedua adalah perontokan
padi, proses ini menggunakan mesin molen yang bertujuan untuk menghasilkan
gabah kotor. Pemindahan bahan baku pada proses perontokan padi ini masih
menggunakan tenaga manusia, dimana berat beban dalam karung padi yang
dipindahkan berkisar 70-90 kg. Berikut adalah Gambar 4.1 yang merupakan
proses perontokan padi.

Gambar 4.1 Proses Perontokan Padi


(Sumber : PB Tegar Arum)
Proses ketiga adalah proses pembersihan gabah kotor, dimana dalam
proses ini gabah yang sudah diproses sebelumnya dibersihkan dengan
IV-5

menggunakan mesin ayakan goyang. Fungsi dari proses ini adalah untuk
membersihkan gabah dari kotoran seperti batu kerikil dan pasir, sehingga dapat
menghasilkan gabah yang bersih. Berikut adalah Gambar 4.2 yang merupakan
proses pembersihan gabah kotor.

Gambar 4.2 Proses Pembersihan Gabah Kotor


(Sumber : PB Tegar Arum)
Proses keempat adalah pengupasan kulit atau husking, proses ini
menggunakan mesin pemecah kulit silinder. Proses ini mengubah gabah yang
masih kasar menjadi beras yang bersih namun masih sedikit bercampur dengan
dedak dan juga menir. Berikut merupakan proses pengupasan kulit seperti pada
Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Proses Pengupasan Kulit


(Sumber : PB Tegar Arum)
Proses kelima adalah proses pengayakan, proses ini bertujuan untuk
memisahkan antara beras kepala, beras patah, dan menir. Alat yang digunakan
IV-6

pada proses pengayakan adalah mesin ayakan beras atau mesin (honkwl). Berikut
merupakan proses pengayakan beras seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Proses Pengayakan Beras


(Sumber : PB Tegar Arum)
Proses terakhir adalah proses pengemasan, beras yang sudah bersih
kemudian dikemas kedalam karung beras dengan berat sesuai dengan permintaan
konsumen. Berikut merupakan proses pengemasan beras seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Proses Pengemasan Beras


(Sumber : PB Tegar Arum)

4.2. Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan untuk mengolah hasil yang diperoleh dari
proses pengumpulan data. Pengolahan data yang pertama dilakukan adalah
mengolah kuesioner peta tubuh yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para
IV-7

pekerja. Lembar kuesioner peta tubuh tersebut dilakukan untuk mengetahui resiko
keluhan dari para pekerja. Pengolahan data yang kedua dilakukan dengan
menggunakan metode REBA (rapid entire body assessment) dengan bantuan
perangkat lunak ergofellow.

4.2.1 Analisis Keluhan Muskuloskeletal Menggunakan Kuesioner Peta


Tubuh
Alat bantu berupa kuesioner peta tubuh digunakan untuk mengetahui
dampak yang terjadi pada para pekerja setelah melakukan pekerjaan penggilingan
padi. Dampak yang dirasakan para pekerja berupa keluhan-keluhan sakit pada
anggota badan tertentu, dan dapat berdampak terkena resiko penyakit. Kuesioner
peta tubuh dibagikan kepada empat responden, dimana masing-masing responden
merupakan para pekerja yang bertugas pada masing-masing proses operasi.
Responden tersebut diminta untuk mengisi kuesioner peta tubuh yang terdiri dari
28 pertanyaan. Responden diminta untuk memberikan tanda ada atau tidaknya
gangguan kesehatan pada bagian tubuh tertentu. Pertanyaan yang terdapat pada
peta tubuh tersebut sudah mewakili seluruh bagian tubuh yang menjadi resiko
salah satu timbulnya gangguan musculoskeletal. Berikut merupakan data para
pekerja yang dijadikan responden seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.2 Data Para Respoden
Umur Lama Bekerja
No Nama
(Tahun) (Tahun)
1 Sukadi 38 6
2 Karen 36 7
3 Waryadi 40 7
4 Ismail 43 6

Tabel 4.2 merupakan data para responden yang telah mengisi lembar
kuesioner peta tubuh. Kuesioner diberikan untuk mengetahui seberapa besar
pekerja mengalami keluhan di beberapa anggota tubuh tertentu. Berikut
merupakan hasil dari kuesioner peta tubuh yang didapatkan dari para pekerja
seperti pada Tabel 4.3.
IV-8

Tabel 4.3 Kuesioner Peta Tubuh


Jumlah Operator Persentase (%)
No Jenis Keluhan
TS AS S SS TS AS S SS
0 Sakit Kaku di bagian leher bagian atas 0 1 3 0 0 25 75 0
1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 0 0 2 2 0 0 50 50
2 Sakit di bahu kiri 0 3 1 0 0 75 25 0
3 Sakit di bahu kanan 0 0 3 1 0 0 75 25
4 Sakit lengan atas kiri 0 2 2 0 0 50 50 0
5 Sakit di punggung 0 0 0 4 0 0 0 100
6 Sakit lengan atas kanan 0 2 2 0 0 50 50 0
7 Sakit pada pinggang 0 0 0 4 0 0 0 100
8 Sakit pada bawah pinggang 0 1 3 0 0 25 75 0
9 Sakit pada pantat 2 2 0 0 50 50 0 0
10 Sakit pada siku kiri 0 3 1 0 0 75 25 0
11 Sakit pada siku kanan 0 2 2 0 0 50 50 0
12 Sakit lengan bawah kiri 0 0 3 1 0 0 75 25
13 Sakit lengan bawah kanan 0 0 3 1 0 0 75 25
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 0 2 2 0 0 50 50 0
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 0 2 2 0 0 50 50 0
16 Sakit pada tangan kiri 0 3 1 0 0 75 25 0
17 Sakit pada tangan kanan 0 1 3 0 0 25 75 0
18 Sakit pada paha kiri 0 2 2 0 0 50 50 0
19 Sakit pada paha kanan 0 2 2 0 0 50 50 0
20 Sakit pada lutut kiri 3 1 0 0 75 25 0 0
21 Sakit pada lutut kanan 3 1 0 0 75 25 0 0
22 Sakit pada betis kiri 0 1 3 0 0 25 75 0
23 Sakit pada betis kanan 0 1 3 0 0 25 75 0
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 1 3 0 0 25 75 0 0
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 1 3 0 0 25 75 0 0
26 Sakit pada kaki kiri 0 2 2 0 0 50 50 0
27 Sakit pada kaki kanan 0 2 2 0 0 50 50 0
IV-9

Tabel 4.3 merupakan data hasil pembagian kuesioner terhadap empat


pekerja di PB Tegar Arum. Terdapat empat tingkat keluhan yang dirasakan oleh
para pekerja yaitu tidak sakit (TS), agak sakit (AS), sakit (S), dan sangat sakit
(SS) Hasil yang diperoleh dari kuesioner peta tubuh tersebut dapat diketahui
keluhan berupa tidak sakit dirasakan pada bagian tubuh pantat, lutut kiri, lutut
kanan, kaki kiri, dan kaki kanan. Keluhan dalam kategori sakit paling banyak
dirasakan pada bagian leher atas, bahu kanan, pinggang, lengan bawah kiri dan
kanan, tangan kanan, betis kiri dan kanan. Keluhan-keluhan dari para pekerja
yaitu bagian tubuh yang paling dirasakan sangat sakit oleh semua pekerja adalah
punggung dan pinggang, selain itu pada bagian tubuh leher bawah, bahu kanan,
lengan bawah kiri dan kanan dirasakan sangat sakit oleh beberapa pekerja saja.
Keluhan sangat sakit pada bagian punggung dirasakan oleh seluruh
pekerja, hal itu dikarenakan pada saat mengangkat karung beras para pekerja tidak
pada posisi yang baik yaitu terkadang melakuan posisi membungkuk dan
dilakukan dengan durasi yang lama. Beban yang diangkat pada posisi
membungkuk juga mempengaruhi keluhan yang dirasakan para pekerja. Berat
beban yang diangkat oleh para pekerja rata-rata sebesar 60 Kg dengan waktu kerja
dari pukul 08.00 sampai 17.00. Berat beban tersebut sangat berpengaruh terhadap
terjadinya rasa sangat sakit yang dirasakan oleh para pekerja. Keluhan tersebut
juga terjadi pada postur janggal, dimana posisi tubuh yang menyimpang pada
posisi normal yaitu posisi membungkuk ke depan dimana kemungkinan sakit
adalah pada otot-otot punggung. Keluhan pada punggung terjadi karena
memaksakan otot dan tulang sendi bekerja dengan keras untuk menopang tulang
atau rangka bagian atas dan akan berdampak otot akan menjadi melentur, jika
sering dilakukan dan dengan waktu yang lama, maka akan menyebabkan
kelihangan kelenturan otot.
Keluhan sangat sakit lainnya dirasakan oleh semua pekerja adalah pada
bagian pinggang. Keluhan tersebut banyak dirasakan oleh para pekerja karena
pada proses penggilingan padi, para pekerja banyak melakukan posisi
membungkuk untuk melakukan pengambilan karung dan bakul padi. Posisi
membungkuk adalah aktivitas yang dapat membuat para pekerja kurang nyaman
IV-10

dalam melakukan pekerjaannya. Posisi ini tidak menjaga keseimbangan tubuh


ketika bekerja. Posisi ini juga dapat memaksakan kerja otot dan sendi tulang
belakang, sehingga akan berdampak terjadinya pembengkakan pada otot dan
sendi. Posisi membungkuk tersebut melakukan gerakan menekuk ruas-ruas tulang
ke depan, maka otot akan bekerja lebih keras untuk menopang tulang atau bagian
rangka atas kepala.
Sikap kerja yang dilakukan oleh para pekerja seperti berdiri,
membungkuk, berjalan, dan lainnya, dapat berpotensi menimbulkan penyakit.
Resiko yang mungkin diakibatkan dari keluhan-keluhan diatas bila tidak
dilakukan tindakan perbaikan terhadap keluhan muskuloskeletal yaitu seperti
dislokasi, kifosis, bursitis, hipertrofi, dan keseleo. Dislokasi merupakan penyakit
yang berpotensi terjadi pada rangka karena gangguan pada sendi seseorang,
dimana dapat terjadi pergeseran dari kedudukan awal. Dislokasi juga terjadi akibat
tertariknya ligamen sehingga terjadinya pergeseran sendi. Kifosis terjadi karena
posisi kerja yang membungkuk saat memindahkan karung atau bakul padi,
sehingga mengakibatkan tulang belakang melengkung ke depan bahkan jika
terjadi pada jangka waktu yang panjang akan menyebabkan tubuh pekerja akan
terlihat bungkuk.
Bursitis merupakan penyakit nyeri pada bagian bawah pinggang akibat
pembebanan yang lama dan terus menerus pada tubuh, sehingga akan
mempertinggi derajat kerusakan tulang belakang. Tekanan dari benda kerja yang
ditopang secara terus menerus berlangsung akan mengakibatkan cairan dalam
lutut mengalami penekanan sehingga membengkak kaku kemudian meradang.
Hipertrofi disebabkan karena banyaknya aktivitas yang terjadi pada otot saat
memindahkan karung atau bakul padi. Operator akan merasakan kaku leher
sehingga leher tidak dapat digerakkan. Hal ini karena otot trapesium pada leher
dan bahu mengalami peradangan akibat hentakan atau salah gerak. Resiko
penyakit lainnya yaitu keseleo, dimana keseleo terjadi akibat gerakan pada sendi
yang tidak biasa atau janggal, dipaksakan untuk bergerak secara tiba-tiba. Keseleo
juga dapat menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkok pada bagian yang
keseleo.
IV-11

4.2.2 Analisis Resiko Kerja Berdasarkan Postur Tubuh


Analisis resiko kerja pada proses penggilingan padi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar resiko kerja yang diperoleh para pekerja berdasarkan
postur tubuh masing-masing para pekerja. Analisis resiko kerja ini dilakukan
mulai dari proses perontokan padi, pembersihan gabah kotor, proses pengupasan
kulit, dan proses pengayakan beras. Analisis resiko kerja pada proses
penggilingan padi ini menggunakan metode REBA (rapid entire body assessment)
yaitu metode yang digunakan secara cepat untuk melakukan penilaian resiko dari
sebuah pekerjaan. Analisis resiko kerja juga menggunakan bantuan perangkat
lunak ergofellow yang dapat memudahkan peneliti untuk menganalisis resiko
kerja secara cepat.

0-20o
15o

00
0o

450

30-60o
Gambar 4.6 Postur Tubuh Pekerja 1
(Sumber: PB Tegar Arum)
Gambar 4.6 merupakan gambar dari analisis postur pekerja pertama pada
proses perontokan padi. Analisis postur tubuh para pekerja di PB Tegar Arum
menggunakan bantuan perangkat lunak ergofellow berdasarkan postur tubuh pada
saat melakukan pekerjaan. Postur leher pada pekerja pertama berada pada posisi
0o sampai 20o, dan tidak melakukan gerakan memutar. Berdasarkan Tabel 2.2
pergerakan leher pekerja pertama memiliki skor REBA 1. Postur punggung
menunjukan posisi tegak dan melakukan gerakan memutar. Berdasarkan Tabel 2.1
IV-12

posisi punggung memiliki skor REBA 1, dilakukan penambahan skor +1 karena


pekerja melakukan gerakan memutar, sehingga skor akhir pergerakan punggung
yaitu 2. Postur kaki pekerja pertama tidak tertopang secara baik dan posisi tidak
stabil. Kaki tersebut membentuk sudut antara 30o sampai 60o. Berdasarkan Tabel
2.3 skor REBA untuk pergerakan kaki yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1,
karena posisi kaki membentuk sudut 30o sampai 60o, sehingga memiliki skor akhir
pergerakan kaki sebesar 2. Berat beban yang diangkat oleh pekerja pertama
sebesar 60-90 Kg, dan penambahan beban dilakukan secara tiba-tiba atau secara
cepat. Berdasarkan Tabel 2.7 skor REBA untuk berat beban yaitu 2, karena beban
yang diangkat pekerja lebih dari 10 kg. dilakukan penambahan skor +1 karena
penambahan beban secara cepat, sehingga memiliki skor akhir REBA 3.
Postur lengan atas membentuk sudut 45o dan posisi bahu ditinggikan pada
saat mengangkat beban. Berdasarkan Tabel 2.4 skor untuk pergerakan lengan atas
yaitu 2 dan dilakukan penambahan skor +1 karena posisi bahu ditinggikan,
sehingga skor akhir REBA yaitu 3. Postur lengan bawah pada saat mengangkat
beban posisinya tegak lurus keatas, sehingga berdasarkan Tabel 2.5 memiliki skor
REBA sebesar 2. Postur pergelangan tangan pekerja pertama membentuk sudut
15o dan pergelangan tangan tidak menyimpang atau berputar. Berdasarkan Tabel
2.6 skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan yaitu 1 dan tidak ada
penambahan skor. Posisi coupling atau pegangan pada saat mengangkat beban
termasuk kategori fair, karena pegangan tangan bisa diterima tapi posisi tidak
ideal. Berdasarkan Tabel 2.8 skor REBA untuk posisi coupling yaitu 1, karena
termasuk kategori fair. Aktivitas gerakan yang dilakukan oleh pekerja pertama
dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal,
sehingga berdasarkan Tabel 2.9 dilakukan penambahan skor REBA sebesar +1.
Berdasarkan analisis postur tubuh tersebut diperoleh skor akhir REBA yang
diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak ergofellow seperti pada Gambar
4.7.
IV-13

Gambar 4.7 Skor REBA Pekerja 1


Berdasarkan Gambar 4.7 memperoleh skor akhir REBA sebesar 10, skor
tersebut berarti pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pertama memiliki resiko
kerja yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan operator
mengalami keluhan bahkan dapat mengakibatkan cidera. Resiko yang tinggi juga
diakibatkan karena pekerja pertama mengangkat beban yang berat sebesar 60-90
Kg. Selain memiliki resiko yang tinggi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
pertama dibutuhkan tindakan perbaikan segera untuk mengurangi resiko
terjadinya keluhan atau cidera. Berdasarkan tingkat resiko tersebut PB Tegal
Arum diharapkan melakukan tindakan perbaikan secepatnya yaitu menyediakan
alat bantu berupa miniforklift atau hand forklift agar dapat mengurangi beban
kerja para pekerja.

>600

200 200

00

150 30-600

Gambar 4.8 Postur Tubuh Pekerja 2


(Sumber: PB Tegar Arum)
IV-14

Gambar 4.8 merupakan gambar dari analisis postur pekerja kedua pada
proses pembersihan gabah kotor. Analisis postur tubuh para pekerja di PB Tegar
Arum menggunakan bantuan perangkat lunak ergofellow berdasarkan postur
tubuh pada saat melakukan pekerjaan. Postur leher pada pekerja kedua berada
pada posisi 20o, dan tidak melakukan gerakan memutar, sehingga berdasarkan
Tabel 2.2 memiliki skor REBA yaitu 1. Postur punggung menunjukan posisi
membungkuk dengan membentuk sudut sebesar lebih dari 60o dan pergerakan
punggung tidak melakukan gerakan memutar atau miring ke samping.
Berdasarkan Tabel 2.1 skor REBA untuk pergerakan punggung yaitu 4. Postur
kaki pekerja kedua tertopang secara baik dan posisi stabil. Kaki tersebut
membentuk sudut antara 30o sampai 60o. Berdasarkan Tabel 2.3 skor REBA untuk
pergerakan kaki yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1, karena posisi kaki
membentuk sudut 30o sampai 60o, sehingga skor akhir REBA sebesar 2. Berat
beban yang diangkat oleh pekerja kedua sebesar 15-30 Kg, dan penambahan
beban dilakukan secara tiba-tiba atau secara cepat. Berdasarkan Tabel 2.7 skor
REBA untuk beban yaitu 1 karena beban yang diangkat lebih dari 10 kg dan
dilakukan penambahan skor +1 karena penambahan beban dilakukan secara cepat.
Postur lengan atas membentuk sudut 20o, sehingga berdasarkan Tabel 2.4
memiliki skor REBA sebesar 1. Postur lengan bawah pada saat mengangkat beban
posisinya tegak lurus kebawah, berdasarkan Tabel 2.5 memiliki skor REBA yaitu
2. Postur pergelangan tangan pekerja kedua membentuk sudut 15 o dan
pergelangan tangan tidak menyimpan atau berputar. Berdasarkan Tabel 2.6 skor
REBA untuk pergelangan tangan yaitu 1. Posisi coupling atau pegangan pada saat
mengangkat beban termasuk kategori good, karena pegangan tangan memiliki
posisi yang pas dan genggaman kuat. Berdasarkan Tabel 2.8 skor untuk posisi
coupling yaitu 0, karena termasuk kategori good. Aktivitas gerakan yang
dilakukan oleh pekerja kedua melakukan gerakan dalam rentang waktu yang
singkat, diulang lebih dari 4 kali permenit tidak termasuk berjalan, sehingga
berdasarkan Tabel 2.9 dilakukan penambahan skor REBA yaitu +1. Berdasarkan
analisis postur tubuh tersebut diperoleh skor akhir REBA yang diperoleh dengan
menggunakan perangkat lunak ergofellow seperti pada Gambar 4.9.
IV-15

Gambar 4.9 Skor REBA Pekerja 2


(Sumber: PB Tegar Arum)
Berdasarkan Gambar 4.9 memperoleh skor akhir REBA sebesar 8, skor
tersebut berarti pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja kedua memiliki resiko
kerja yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan operator
mengalami keluhan bahkan dapat mengakibatkan cidera. Resiko yang tinggi juga
diakibatkan karena pekerja kedua kurang memperhatikan postur tubuh pada saat
mengangkat barang dan sering melakukan posisi membungkuk. Selain memiliki
resiko yang tinggi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja kedua dibutuhkan
tindakan perbaikan segera untuk mengurangi resiko terjadinya keluhan atau
cidera. Berdasarkan tingkat resiko tersebut PB Tegal Arum diharapkan
memberikan instruksi kepada pekerja agar tidak terlalu sering melakukan gerakan
membungkuk.

150

200

00

00
450

30-600
Gambar 4.10 Postur Tubuh Pekerja 3
(Sumber: PB Tegar Arum)
IV-16

Gambar 4.10 merupakan gambar dari analisis postur pekerja ketiga pada
proses pengupasan kulit. Analisis postur tubuh para pekerja di PB Tegar Arum
menggunakan bantuan perangkat lunak ergofellow berdasarkan postur tubuh pada
saat melakukan pekerjaan. Postur leher pada pekerja ketiga berada pada posisi
20o, dan posisi leher miring kesamping. Berdasarkan Tabel 2.2 skor REBA untuk
pergerakan leher yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1 karena posisi leher
miring ke samping, sehingga memiliki skor akhir 2. Postur punggung menunjukan
posisi tegak dan pergerakan punggung tidak melakukan gerakan memutar atau
miring ke samping, sehingga berdasarkan Tabel 2.1 memiliki skor REBA sebesar
1. Postur kaki pekerja ketiga tertopang secara baik dan posisi stabil. Kaki tersebut
membentuk sudut antara 30o sampai 60o. Berdasarkan Tabel 2.3 skor REBA untuk
pergerakan kaki yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1 karena posisi kaki
berada pada 30o sampai 60o, sehingga skor akhir REBA untuk kaki yaitu 2. Berat
beban yang diangkat oleh pekerja ketiga sebesar 15-30 Kg. Berdasarkan Tabel 2.7
memiliki skor REBA yaitu 1 karena beban lebih dari 10 kg.
Postur lengan atas membentuk sudut 45o dan melakukan gerakan
mengayunkan lengan menjauhi badan. Berdasarkan Tabel 2.4 skor REBA untuk
pergerakan lengan atas yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1, sehingga skor
akhir REBA sebesar 2. Postur lengan bawah pada saat mengangkat beban
posisinya tegak lurus keatas, sehingga berdasarkan Tabel 2.5 memiliki skor
REBA yaitu 2. Postur pergelangan tangan pekerja ketiga membentuk sudut 15 o
dan pergelangan tangan tidak menyimpan atau berputar, sehingga berdasarkan
Tabel 2.6 memiliki skor REBA yaitu 1. Posisi coupling atau pegangan pada saat
mengangkat beban termasuk kategori good, karena pegangan tangan memiliki
posisi yang pas dan genggaman kuat, sehingga berdasarkan Tabel 2.8 memiliki
skor REBA yaitu 0. Aktivitas gerakan yang dilakukan oleh pekerja ketiga
melakukan gerakan dalam rentang waktu yang singkat, diulang lebih dari 4 kali
permenit tidak termasuk berjalan, sehingga berdasarkan Tabel 2.9 skor REBA
dilakukan penambahan +1. Berdasarkan analisis postur tubuh tersebut diperoleh
skor akhir REBA yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak
ergofellow seperti pada Gambar 4.11
IV-17

.
Gambar 4.11 Skor REBA Pekerja 3
(Sumber: PB Tegar Arum)
Berdasarkan Gambar 4.11 memperoleh skor akhir REBA sebesar 5, skor
tersebut berarti pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja ketiga memiliki resiko
kerja yang sedang. Resiko kerja tersebut lebih ringan daripada yang dialami oleh
pekerja 1 dan 2. Resiko sedang juga dikarenakan pekerja ketiga tidak terlalu
banyak melakukan posisi membungkuk. Meskipun memiliki resiko yang sedang,
tapi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja ketiga dibutuhkan tindakan perbaikan
untuk mengurangi resiko terjadinya keluhan atau cidera. Berdasarkan tingkat
resiko tersebut PB Tegal Arum diharapkan memberikan instruksi kepada pekerja
agar tidak terlalu sering melakukan gerakan membungkuk.

>600

200
00

00
30-600
15 0

Gambar 4.12 Postur Tubuh Pekerja 4


(Sumber: PB Tegar Arum)
IV-18

Gambar 4.12 merupakan gambar dari analisis postur pekerja keempat pada
proses pengayakan beras dan pengemasan. Analisis postur tubuh para pekerja di
PB Tegar Arum menggunakan bantuan perangkat lunak ergofellow berdasarkan
postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan. Postur leher pada pekerja keempat
berada pada posisi 20o, dan tidak melakukan gerakan memutar, sehingga
berdasarkan Tabel 2.2 memilik skor REBA yaitu 1. Postur punggung menunjukan
posisi membungkuk dengan membentuk sudut sebesar lebih dari 60o dan
pergerakan punggung tidak melakukan gerakan memutar atau miring ke samping.
Berdasarkan Tabel 2.1 Skor REBA untuk pergerakan punggung yaitu 4. Postur
kaki pekerja keempat tertopang secara baik dan posisi stabil. Kaki tersebut
membentuk sudut antara 30o sampai 60o. Berdasarkan Tabel 2.3 skor REBA untuk
pergerakan kaki yaitu 1 dan dilakukan penambahan skor +1 karena posisi kaki
berada pada 30o sampai 60o, sehingga skor akhir REBA untuk kaki yaitu 2. Berat
beban yang diangkat oleh pekerja keempat sebesar 15-30 Kg, dan penambahan
beban dilakukan secara tiba-tiba atau secara cepat. Berdasarkan Tabel 2.7 beban
kerja yang diangkat pekerja keempat memiliki skor REBA yaitu 1 karena beban
lebih dari 10 kg, dan penambahan skor +1 karena beban diletakan secara cepat.
Postur lengan atas membentuk posisi tegak kebawah, sehingga
berdasarkan Tabel 2.4 memiliki skor REBA 1. Postur lengan bawah pada saat
mengangkat beban posisinya tegak lurus kebawah, dan berdasarkan Tabel 2.5
memiliki skor REBA yaitu 2. Postur pergelangan tangan pekerja keempat
membentuk sudut 15o dan pergelangan tangan tidak menyimpan atau berputar,
sehingga berdasarkan Tabel 2.6 memiliki skor REBA yaitu 1. Posisi coupling atau
pegangan pada saat mengangkat beban termasuk kategori good, karena pegangan
tangan memiliki posisi yang pas dan genggaman kuat, sehingga berdasarkan Tabel
2.8 memiliki skor REBA 0. Aktivitas gerakan yang dilakukan oleh pekerja kedua
melakukan gerakan dalam rentang waktu yang singkat, diulang lebih dari 4 kali
permenit tidak termasuk berjalan, sehingga berdasarkan Tabel 2.9 dilakukan
penambahan skor REBA yaitu +1. Berdasarkan analisis postur tubuh tersebut
diperoleh skor akhir REBA yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak
ergofellow seperti pada Gambar 4.13.
IV-19

Gambar 4.13 Skor REBA Pekerja 4


(Sumber: PB Tegar Arum)
Berdasarkan Gambar 4.13 memperoleh skor akhir REBA sebesar 8, skor
tersebut berarti pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja keempat memiliki resiko
kerja yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan operator
mengalami keluhan bahkan dapat mengakibatkan cidera. Resiko yang tinggi juga
diakibatkan karena pekerja keempat kurang memperhatikan postur tubuh pada
saat mengangkat barang dan sering melakukan posisi membungkuk. Selain
memiliki resiko yang tinggi pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja keempat
dibutuhkan tindakan perbaikan segera untuk mengurangi resiko terjadinya
keluhan atau cidera. Berdasarkan tingkat resiko tersebut PB Tegal Arum
diharapkan memberikan instruksi kepada pekerja agar tidak terlalu sering
melakukan gerakan membungkuk.
Tabel 4.4 Penilaian Resiko Kerja
No Aktivitas Skor REBA Tindakan
Aktivitas Perontokan 10 (Resiko
1. Diperlukan tindakan secepatnya
Padi Tinggi)
Pembersihan Gabah
2. 8 (Resiko Tinggi) Diperlukan tindakan secepatnya
Kotor
5 (Resiko Diperlukan tindakan secepatnya bila
3. Proses Pengupasan Kulit
Sedang) dibutuhkan
Proses Pengayakan
4. 8 (Resiko Tinggi) Diperlukan tindakan secepatnya
Beras
IV-20

Tabel 4.4 menunjukan hasil dari penilaian skor REBA masing-masing


pekerjaan pada proses penggilingan padi di PB Tegal Arum. Proses penggilingan
padi ini menunjukan bahwa rata-rata pekerjaan memiliki resiko kerja yang tinggi.
Pekerjaan yang memiliki resiko sedang hanya pada pekerjaan pengupasan kulit,
meskipun memiliki resiko sedang namun belum tentu pekerja tersebut memiliki
resiko yang kecil, karena intensitas kerja yang dilakukan oleh pekerja tersebut
sangatlah tinggi. Resiko yang tinggi pada proses lainnya disebabkan karena
besarnya beban yang diangkat oleh para pekerja sangatlah berat dan posisi tubuh
pekerja saat melakukan pemindahan material tidak pada posisi yang baik.
Berdasarkan tingkat resiko tersebut PB Tegal Arum diharapkan melakukan
tindakan perbaikan secepatnya yaitu menyediakan alat bantu berupa miniforklift
atau hand forklift agar dapat mengurangi beban kerja para pekerja.

4.3 Usulan Perbaikan


Posisi kerja yang dilakukan para pekerja pada proses penggilingan padi di
PB Tegal Arum memiliki resiko yang besar karena para pekerja sering melakukan
posisi membungkuk dengan mengangkat beban yang berat. Hal tersebut dapat
menyebabkan keluhan atau sakit pada bagian pinggang dan punggung. Aktivitas
pemindahan material yaitu berupa padi yang memiliki berat bervariasi yaitu 60-90
Kg untuk ukuran satu karung padi yang besar, dan 15-30 Kg untuk baskom
berukuran besar. Proses perontokan padi dengan berat beban sebesar 60-90 Kg
sebaiknya dilakukan oleh dua orang untuk meringankan kerja dari pekerja
pertama. Selain dilakukan oleh dua orang, posisi mesin dengan tempat material
sebaiknya tidak terlalu jauh. Hal tersebut agar mengefisiensi jarak maupun energi
dari pekerja. Pekerja pada proses pembersihan gabah kotor, proses pengupasan
kulit, dan proses pengayakan beras, sebaiknya dalam melakukan pemindahan
material tidak terlalu sering melakukan posisi membungkuk. Posisi tersebut rentan
mengalami keluhan ataupun cidera pada bagian pinggang.
Sebaiknya posisi dalam pemindahan material pekerja melakukan posisi
jongkok, posisi lutut menempel pada lantai, punggung maupun leher lurus dan
tidak menyamping. Salah satu posisi kaki ditempatkan didepan sebagai tumpuan
IV-21

dan punggung dalam posisi tegak. Hal tersebut dapat mengurangi beban yang
diterima tubuh pada saat mengangkat beban. Posisi tangan pada saat pekerja
mengangkat beban sebaiknya berada pada posisi yang nyaman sehingga
mendapatkan genggaman yang kuat terhadap material yang akan dipindahkan.
Pengangkatan beban juga sebaiknya melakukan tumpuan yang baik dengan
bertumpu pada kaki terkuat, dengan punggung tegak dan berdiri dengan
sempurna. Saat pekerja akan menaruh material sebaiknya melakukan posisi
jongkok secara perlahan dengan menekuk lutut. Pekerja juga sebaiknya memakai
sarung tangan saat melakukan pemindahan material agar mendapatkan
genggaman yang kuat pada saat mengangkat beban. Sebaiknya dalam proses
penggilingan padi operator melakukan pekerjaan yang bergantian, agar beban
kerja pada masing-masing operator tidak berbeda jauh. Pabrik juga sebaiknya
mengadakan alat bantu berupa, troli ataupun hand forklift untuk meringankan
pekerja agar terhindar dari resiko kerja yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai