Anda di halaman 1dari 36

TUGAS UKM MATA KULIAH PERANCANGAN SISTEM

KERJA
UKM TEMPE

KELOMPOK IV :
ARI ADHA KUSUMA (170403150)
CHINTIA TIUR (170403142)
DIAH SRI KEMALA BELLINA (170403158)
FAUZAN AZMAN (170403124)
RIFQI ATHAULLAH (170403133)
MUHAMMAD RAUF (170403134)
RHYVAL RADOT (170403145)

TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
ANALISIS SITUASI

1.1. Latar Belakang


Analisis Sistem Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsip prinsip
dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan system kerja yang terbaik.
Ilmu ini merupakan salah satu ilmu didalam disiplin teknik industri, bahkan
dilihat dari sejarahnya, Perancangan Sistem Kerja merupakan cikal bakal disiplin
ini. Dalam penerapannya, Analisis Sistem Kerja mempunyai kerangka sendiri
dengan bagian-bagiannya yang secara bersama-sama terpadu untuk mencapai
tujuan diatas. Analisis Sistem Kerja dikembangkan oleh F.W. Taylor dan F.B.
Gilbreth. Walaupun penelitian tersebut tidak dilakukan secara bersama-sama,
yang kemudian hari dikenal sebagai suatu kesatuan dan dikenal sebagai
Perancangan Kerja atau Methods Engineering. Analisis ini dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek teknologi, psikologis dan sosiologis kerja sehingga
diperoleh system kerja yang lebih sesuai dengan kemampuan serta keterbatasan
manusia.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu industri yang
sudah mulai banyak dibentuk oleh masyarakat sebagai mata pencaharian utama.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tempe menjadi salah satu mata pencaharian
yang menjanjikan. Melihat banyaknya permintaan pasar akan Tempe. UKM
tempe menjadi sasaran penelitian kami dikarenakan proses produksinya yang
masih sangat tradisional. Oleh karena itu kami ingin melakukan penelitian guna
memperbaiki kekurangan system kerja yang ada dalam proses produksi UKM
tempe.
UKM tempe yang menjadi sasaran kami adalah milik Ibu Susini. Alasan
kami memilih UKM tempe ibu susini karena, usaha yang sudah beliau jalankan
telah dalam tahap perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari cakupan pasar yang
menjadi wilayah distribusi penjualan mereka.
1.2. Profil UKM Tempe Ibu Susini
Ibu Susini membangun usaha UKM tempe sebagai mata pencaharian
utama untuk keluarganya. Usaha Kecil Menengah yang didirikan ibu Susini sejak
2008 ini beralamat di Jalan Karya Bakti No. 12, Johor, Medan, Sumatera Utara.
Seiring berkembangnya usaha yang dijalankan oleh Ibu Susini, beliau mulai
merekrut beberapa tenaga kerja lebih lagi. Akan tetapi Ibu Susini tetap melakukan
recruitment terhadap kerabat dekat saja. Sekarang UKM Tempe milik Ibu Susini
memiliki 4 pekerja tetap, yaitu Widya ( 21 Tahun), Tiara (25 Tahun), Pida (35
Tahun) dan Ibu Susini sendiri.
UKM Tempe Ibu Susini mampu mengolah 50 Kg kacang kedelai per
harinya. Untuk harga jual tempe yang sudah siap untuk dipasarkan Ibu Susini
menjual dengan dengan harga yang beragam sesuai dengan ukuran nya antara Rp,
1.300 sampai dengan Rp, 2.500,- per bungkus. Untuk distribusi, UKM tempe Ibu
Susini sudah pernah melakukan ekspor tempe ke Malaysia dan juga ke pulau
Jawa. Ibu Susini juga sudah mendistribusikan hasil produksinya ke beberapa pasar
di medan. Seperti Pasar Pagi Setia Budi, Pajak Sore Jamin Ginting, dan Pasar
Simalingkar.

1.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi digunakan oleh UKM tempe Ibu Susini adalah
struktur organisasi jenis garis (line) yang pada pemahamannya merupakan
penurunan perintah secara vertikal dari atas ke bawah, sesuai dengan yang
dilakukan pada perusahaan ini. Ibu Susini selaku pemilik memberi perintah
kepada Widya sebagai Supervisor dan kemudian perintah pengerjaan produksi
tempe sampai kedua pekerja yaitu Tiara dan Bude Pinda. Meski dalam formalnya
seperti itu, namun pada kenyataannya, Ibu Susini dan Widya turut andil dalam
pengerjaan tempe. Hal ini dilakukan demi mencapai target produksi yang setiap
harinya mengolah 50 Kg kacang kedelai. Hal ini yang mengharuskan setiap orang
dalam UKM ini terlibat dalam proses produksi tempe.
Berikut ini merupakan gambar struktur organisasi dari UKM tempe Ibu
Susini:
Ibu Susini
(Pemilik UKM)

Widya
(Supervisor)

Tiara Bude Pinda


(Pekerja) (Pekerja)

Sumber: UKM Tempe Ibu Susini


Gambar 1.1. Struktur Organisasi UKM Tempe Ibu Susini

1.4. Ruang Lingkup


Area pemasaran tempe dari UKM tempe berawal dari area sekitar rumah,
lalu merambat ke hampir seluruh pasar sekitar Johor dan Setia Budi sampai kini
sudah menerima orderan dari Malaysia dan pulau Jawa. Barang-barang pesanan
biasanya dikirimkan dengan menggunakan mobil pribadi yang dimiliki Ibu Susini
Berikut ini merupakan daftar harga dan jenis produk tempe yang
dihasilkan oleh UKM tempe Ibu Susini.

Tabel 2.1. Daftar Harga dan Jenis Produk UKM tempe Ibu Susini
Ukuran Tempe Harga
16 x 8 cm Rp, 1.300 per bungkus
20 x 8 cm Rp, 1.500 per bungkus
25 x 8 cm Rp, 2.000 per bungkus
30 x 8 cm Rp, 2.500 per bungkus
Sumber: UKM Tempe Ibu Susini

Tabel 2.1 menunjukkan daftar harga dari tiap ukuran tempe yang dibuat
oleh UKM tempe Ibu Susini sesuai dengan pesanan yang paling sering diminta
oleh pelanggan. Harga-haraga dari setiap tempe berbeda-beda sesuai dengan
ukuran. Berikut ini adalah keterangan mengenai jam kerja UKM tempe Ibu
Susini.
Hari : Senin- Minggu
Jam : 09.00 – 13.00 WIB
UKM tempe Ibu Susini menggunakan sistem make to stock, sehingga
pihak UKM tidak memiliki produk jadi yang disimpan di gudang. Jadi,
perusahaan ini memiliki kemungkinan kecil mengalami kerugian karena produk
yang tidak terjual. Untuk rata-rata jumlah produksi pada umumnya 50 kg kacang
kedelai setiap harinya. Jumlah produksi ini dapat meningkat pada waktu-waktu
tertentu.

1.5. Alat yang Digunakan untuk Proses Produksi Tempe

Adapun alat yang digunakan untuk proses produksi di UKM Ibu Susini
adalah sebagai berikut :
1.5.1. Alat Pemecah Kedelai
Salah satu alat produksi yang digunakan adalah alat pemecah yang
digerakkan dengan kompresor. Mesin ini memanfaatkan bensin sebagai bahan
bakar.

Gambar 1.2. Mesin pemecah biji kedelai


1.5.2. Alat Perebusan Kedelai
Alat untuk perebusan kedelai menggunakan kompor besar. Bahan bakar
yang digunakan adalah gas. Wadah perebusan menggunakan dandang besar.

Gambar 1.3. Alat perebusan kedelai

1.5.3. Alat Pengemasan / Pembungkusan Kedelai


Untuk pengemasan biji kedelai memanfaatkan alat setrika yang sudah
diatur suhunya sesuai dengan yang diperlukan. Pemanfaatan alat pengemasan ini
untuk mempercepat proes produksi tempe agar mencapai target.

Gambar 1.4. Alat Pengemasan


1.6. Fasilitas Kerja

Didalam UKM Tempe milik ibu Susini memiliki beberapa fasilitas kerj
untuk mendukung proses produksi tempe, antara lain:

1.6.1 Ruang Kerja

UKM Tempe milik Ibu Susini memiliki beberapa ruangan, masing-


masing ruangan memiliki fungsi berbeda. Berikut beberapa ruangaan yangvada
pada UKM ibu Susini :

1.6.1.1. Ruangan Kerja Pencucian Kedelai

Gambar 1.5. Ruangan pencucian biji kedelai

Luas ruangan kerja pada tempat pencucian kedelai adalah 2 × 1,5m.


Ruangan ini hanya dilengkapi dengan sebuah kipas angin. Tujuan peletakan kipas
angin di dalam ruangan pencucian kedelai untuk mengurangi pengepulan asap
mesin saat proses sedang berjalan.
1.6.1.2. Ruangan Kerja Fermentasi
Luas ruangan kerja pada proses fermentasi tempe adalah 4×3m. Ruangan
fermentasi diisi dengan tempe-tempe yang sedang memasuki proses fermentasi.

Suhu ruangan kerja ini harus terjaga tetap hangat berkisar 26-35 0C.

Gambar 1.6. Ruangan fermentasi

1.6.1.3. Ruangan Pengemasan dan Pendinginan Biji Kedelai


Luas ruangan pada proses pengemasan dan pendinginan biji kedelai
adalah 4×5m. Ruangan ini sedikit terbuka untuk memberikan ruangan kerja yang
lebih leluasa. Ruangan ini dilengkapi dengan dua buah kipas sebagai alat
pendingin ruangan.

Gambar 1.7. Ruangan pengemasan dan pendinginan biji kedelai

1.6.1.4. Ruangan Perebusan


Luas ruangan pada proses perebusan tempe adalah 5x3m. Kegiatan perebusan
kacang kedelai dilakukan pada luar ruangan.
Gambar 1.8. Ruangan perebusan

1.6.2. Saluran udara


Saluran udara pada ruangan pencucian dan pemecahan kacang hanya
terdapat satu dengan ukuran 150cm × 200cm. Namun, pada ruangan pencucian
kedeleai terdapat lubang udara yang mengalirkan udara diruang tersebut pada
ventilasi udara yang berukuran 20 x 30 cm dengan jumlah empat lubang ventilasi.

Gambar 1.9. Ventilasi pada ruangan pencucian dan juga pemecahan biji
kacang kedelai

1.6.3. Pendingin ruangan


Pada UKM tersebut terdapat 4 pendingin ruangan berupa kipas angin,
yang ditempatkan pada ruangan pencucian kedelai, dan pada proses pengemasan
kedelai.dan 2 buah pada proses pendinginan kedelai.
1.7. Proses Produksi Tempe

1.7.1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan :


- Ragi
- Kacang kedelai
- Baskom
- tampah
- Saringan
- Kompor
- Dandang
- Kipas angin
- Terpal
- Kantong plastik
- peralatan lain yang diperlukan

1.7.2 Proses Pengolahan Tempe


1.7.2.1. Pilih Kedelai yang Bagus
Lakukan penyortiran biji kacang kedelai, manfaatnya untuk memisahkan
kacang lain yang tercampur dibiji kacang kedelai serta memisahkan biji kacang
kedelai yang bagus dan yang sudah rusak, agar mendapatkan biji kedelai yang
berkualitas. Cara pemilihan tempe yang baik adalah sebagai berikut :

Gambar 1.11. Contoh kedelai yang baik


o Kuning merata agak kecoklatan
Kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe adalah yang warnanya kuning
merata agak kecoklatan.
o Bulat
Ciri kedelai selanjutnya adalah bentuknya yang bulat. Untuk kedelai dengan
bentuk agak pipih biasanya jarang digunakan karena agak sulit untuk lunak dan
tidak mudah berkembang jadi biasanya yang digunakan untuk membuat tempe
yang bentuknya bulat.
o Kering
Kedelai yang basah akan menghasilkan tempe yang berbeda dengan kedelai yang
kering saat memulai tahap pencucian. Kedelai yang basah bila dicuci dan di
rendam akan mudah busuk yang yang berimbas pasa rasa tempe yang kurang
lezat.
o Cukup Tua
Kedelai yang bagus adalah kedelai yang cukup tua saat dipanen. Dengan demikian
tempe tidak akan terasa pahit kala menyantapnya. Kedelai muda akan
menghasilkan tempe yang pahit dan kapang tidak akan tumbuh sempurna. Untuk
itu pastikan saat akan membuat tempe, kedelai cukup tua.
o Padat
Salah satu dari kedelai yang baik adalah padat. Setelah merebus kedelai, biasanya
kedelai yang terapung akan dibuang karena kurang baik untuk digunakan sebagai
tempe. Ada beberapa penyebab kedelai tersebut kurang berkualitas salah satunya
mungkin telah dimakan sejenis semut atau kedelai yang telah dipanen sebelum
waktunya.

1.7.2.2. Membersihkan Kacang Kedelai


Cuci biji kacang kedelai yang telah disortir, manfaatnya agar biji kacang
kedelai menjadi bersih bebas dari kotoran yang menempel, hal ini sangat perlu
dilakukan karena akan mempengaruhi tempe yang akan dihasilkan, jika biji
kacang kedelainya bersih tempe yang dihasilkan juga akan baik. Cara membuat
tempe seperti ini adalah cara yang paling banyak dilakukan.
1.7.2.3. Rendam Kacang Kedelai
Rendam biji kacang kedelai, Setelah biji kacang kedelai dicuci bersih,
berikutnya adalah merendam biji kacang kedelai dengan air bersih. Tujuannya
untuk menyortir kembali biji kacang kedelai yang kualitas baik.

Gambar 1.12. Perendaman Kacang Kedelai

Jika pada saat perendaman ada biji kacang kedelai yang mengambang,
maka kualitas biji kacang kedelai tersebut tidak baik dan harus dipisahkan,
manfaat lain dari perendaman juga untuk mempermudah proses
pengelupasan kulit ari biji kacang kedelai, jika yang digunakan biji kacang
kedelai yang masih memiliki kulit ari. Biasanya proses perendaman dilakukan
selama semalaman agar biji kacang kedelai menjadi lebih lunak.

1.7.2.4. Pemisahan Kacang dan Kulit Ari


Lakukan peremasan dan pencucian kembali, selesai direndam semalaman
biji kacang kedelai harus diremas-remas yang fungsinya untuk mengelupas kulit
ari yang belum terkelupas, lalu pisahkan antara kulit ari dengan biji kacang
kedelai. Setelah biji kacang kedelai dipisahkan dengan kulit arinya, lalu cuci
kembali biji kacang kedelainya pastikan tidak ada kulit ari dan kotoran lainnya
yang masih ada dikacang kedelai yang mau diolah.
Gambar 1.13. Proses pemisahan kacang dan kulit ari

1.7.2.5. Proses Merebus Biji Kacang Kedelai


Langkah berikutnya setelah biji kacang kedelai sudah bersih taruh ke
dalam panci besar (sesuaikan dengan banyaknya biji kacang kedelai yang akan
diolah) kemudian tambahkan air yang bersih untuk merebusnya, pada saat
merebus biji kacang kedelai jangan menggunakan air PDAM, karena air PDAM
biasanya mengandung kaporit, yang nantinya akan berpengaruh pada saat proses
fermentasi. Agar benar-benar matang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
merebus biji kacang kedelai.

Gambar 1.14. Proses perebusan kacang kedelai

1.7.2.6. Proses Pendinginan


Dinginkan biji kacang kedelai yang sudah direbus. Jika sudah matang biji
kacang kedelai taruh di tempat yang memiliki permukaan datar dan lebar, ratakan
biji kacang kedelai diatas permukaan wadah datar tersebut untuk proses
pendinginan, agar biji kacang kedelai cepat dingin bisa dibantu dengan
menggunakan kipas angin.
Gambar 1.15. Proses pendinginan kacang setelah direbus

1.7.2.7. Peragian
Peragian, ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan
tempe, dikarenakan pada proses pemberian ragi ini yang menentukan apakah
proses nya berhasil atau tidak untuk menjadi tempe. Pada saat memberikan ragi
biji kacang kedelai harus benar-benar kering dan uap panas nya sudah hilang. Jika
ragi diberikan pada kondisi biji kacang kedelai masih panas makamikroorganisme
yang ada didalam ragi akan mati.

Gambar 1.16. Proses pemberian ragi

Untuk memberikan ragi juga tidak bisa sembarangan ada takarannya yaitu
untuk 2 kg biji kacang kedelai yang diolah, berikan ragi tempe sekitar 2 sendok
makan, taburkan ragi tempe pada permukaan biji kacang kedelai kemudian
diratakan sampai biji kacang kedelai terkena semua dengan ragi tempe.

1.7.2.8. Bungkus Kacang Kedelai


Pembungkusan, jika biji kacang kedelai sudah rata diberi ragi, kini sudah bisa
dibungkus atau dicetak dengan bentuk yang sudah disiapkan. Untuk
membungkusnya bisa menggunakan plastik bening, daun jati atau daun pisang.

Gambar 1.17. Proses membungkus kacang kedelai

Caranya sangat mudah, tinggal dimasukkan saja biji kacang kedelai ke


dalam pembungkus yang akan Pembungkus yang baik dan disarankan yaitu
menggunakan daun pisang, namun jika mau menggunakan plastik bening jangan
lupa untuk diberikan lubang-lubang kecil pada plastik yang berfungsi untuk
memberikan sedikit udara. Namun jangan terlalu banyak memberikan lubang pada
plastik, supaya tempe yang dihasilkan warnanya putih bersih dan tentunya enak
rasanya.

1.7.2.9. Proses Fermentasi


Berikutnya proses fermentasi. Tempe yang belum jadi dan sudah
dibungkus di taruh dengan suhu ruangan terbuka, jika ingin lebih cepat jadi,
gantung tempe yang belum jadi pada suhu yang sedikit lebih hangat kurang lebih
selama 24 jam. Yang perlu diperhatikan jangan menumpuk tempe terlalu banyak,
karena pada saat proses fermentasi tempe akan mengeluarkan suhu panas dan ini
akan mengakibatkan tempe cepat matang.

Gambar 1.18. Proses fermentasi

1.7.2.10. Tempe Siap Dipasarkan


Setelah mengalami fermentasi selama tiga hari, tempe sudah siap untuk
dipasarkan. Tempe yang sudah siap untuk dipasakan berbentuk padat dan
memiliki warna putih bersih tanpa ada belang berwarna hitam. Hal itu
menandakan proses fermentasi telah selesai.

Gambar 1.19. Tempe yang sudah siap dipasarkan


BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Permasalahan Sistem Kerja Pada UKM Tempe Ibu Susini

Adapun masalah system kerja yang kami jumpai dan kami amati pada
UKM Tempe Ibu Susini adalah sebagai berikut:

2.1.1. Kemampuan Manusia pada UKM Tempe Ibu Susini


Pada bagian ini kami mengangkat permasalahan antara pekerjaan yang
ada pada proses produksi di UKM tempe Ibu Susini dengan kemampuan
manusianya (pekerja). Pengamatan lapangan yang kami lakukan menunjukkan
bahwa beberapa pekerjaan dalam proses produksi seperti mencuci biji kacang
kedelai merupakan jenis pekerjaan yang berat untuk dilakukan oleh perempuan.
Pengamatan kami menunjukkan bahwa harus ada perbaikan komposisi pekerja
atau metode yang ada pada UKM tempe Ibu Susini.

2.1.2 Beban Kerja Membungkus Kacang ke dalam Plastik dengan Posisi


Duduk di Lantai
Saat kegiatan membungkus kacang ke dalam plastik, pekerja
melakukannya dengan posisi duduk lesehan langsung menyentuh lantai dan
cenderung membungkuk ke depan. Kegiatan ini dapat berlangsung lama
berkisar2-4 jam. Durasi kerja dalam jangka waktu yang lama dengan posisi tidak
ergonomis seperti dapat mengakibatkan terjadinya MSDs.

Gambar 2.1. Proses membungkus tempe dengan posisi yang salah


2.1.3. Beban Kerja pada Proses Mencuci Kacang
Pada saat mencuci kacang, semua kegiatan yang dilakukan manual
menggunakan tenaga manusia. Kegiatan mencuci kacang banyak diisi dengan
kegiatan mengangkat ember yang berisi kacang dan air. Bobot ember yang cukup
berat tersebut harus diangkat dengan cara yang benar.

Gambar 2.2. Beban yang diangkat pada proses mencuci kacang

Selama ini pekerja terbiasa mengangkat ember dengan cara yang salah.
Cara yang digunakan adalah dengan membungkukkan bahu dan langsung
mengangkat beban tersebut. Cara tersebut sangat membebani tulang punggung
pekerja. Sehingga pekerja sering mengeluhkan sakit pada pinggang ketika bangun
tidur. Resiko MSDs sangat tinggi pada saat proses produksi mencuci kacang. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan solusi untuk memudahkan pekerjaan dari kegiatn
mencuci kacang.

2.1.4 Masalah Pada Proses Penggantungan Tempe pada UKM Tempe Ibu
Susini.
Pada proses produksi UKM tempe Ibu Susini, ada banyak perhitungan
yang harus dilakukan untuk mendapatkan data berapa jumlah energi yang
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu juga, dari perhitungan
data biomekanika dapat dinilai resiko dari pekerjaan yang dilakukan. Kami
melakukan perhitungan biomekanika pada saat proses menggantung tempe yang
frekuensi pengerjaannya dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan
membutuhkan energi yang cukup besar dalam melakukan pekerjaannya.

2.1.5 Alat Merebus Kacang Kedelai dengan Kondisi Resiko Kecelakaan


Kerja Yang Tinggi
Proses merebus kacang dilakukan di teras rumah. Hal ini bertujuan agar
ruangan proses produksi tidak terlalu panas saat proses perebusan sedang
dilakukan. Akan tetapi pada saat memindahkan kacang yang sudah direbus ke
dalam ember, pekerja tidak memiliki alat berupa hand cover. Resiko kecelakaan
kerja pada saat proses ini sangat tinggi. Sangat dikhawatirkan jika suhu tinggi
pada uap air panas akan menyakiti tangan pekerja dan juga percikan air panas
dapat membakar kulit.

Gambar 2.3. Proses perebusan kacang dengan kondisi kecelakaan


yang tinggi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pembahasan Kemampuan Manusia pada UKM Tempe Ibu Susini


Perlu ada perbaikan dalam proses penentuan pekerjaan yang dilakukan
oleh UKM tempe Ibu Susini. Fokus perbaikan yang dapat dilakukan adalah pada
saat proses penerimaan pekerja, dimana harus ada penentuan kapasitas pekerja
dengan deskripsi kerja dan jabatan yang akan dipegang. Hal ini dilakukan supaya
tidak terjadinya beban berlebih pada saat melakukan pekerjaan di dalam proses
produksi. Penyusunan deskripsi kerja harus ada pertimbangan-pertimbangan
khusus yang berkaitan dengan penyesuaian kemampuan pekerja ditinjau dari
kedua aspek (jenis kelamin dan umur) ini. Tenaga otot baik laki-laki atau wanita
akan berada pada umur antara 20-30 tahun. Pada umur 50-60 tahun tenaga otot
hanya bisa menghasilkan sekitar 75% dari maksimumnya. Kekuatan otot rata-rata
pada wanita hanya sekitar 70% dari tenaga otot laki-laki. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan dalam memberikan pekerjaan sesuai dengan jenis kelamin dan
kemampuannya.

3.2. Pembahasan Beban Kerja Membungkus Kacang ke dalam Plastik


dengan Posisi Duduk di Lantai
Untuk kasus posisi duduk pada proses pembungkusan kacang ditawarkan
solusi dengan penyediaan meja dan kursi sebagai stasiun kerja. Dengan adanya
meja dan kursi akan memperbaiki posisi kerja dari karyawan UKM tempe Ibu
Susini. Meja sebagai tempat kacang yang akan dibungkus diletakkan. Kursi yang
disarankan untuk pekerja adalah kursi yang memiliki sandaran. Hal ini bertujuan
agar pekerja dapat menyenderkan lehernya apabila telah selesai melakukan
pekerjaan.
3.3. Pembahasan Beban Kerja pada Proses Mencuci Kacang
Untuk kasus mengangkat solusi yang ditawarkan adalah perbaikan postur
tubuh untuk mengangkat beban yang benar. Adapun perbaikan posisi
pengangkatan beban yang benar adalah sebagai berikut:

Sumber : google
Gambar 3.1. Cara mengangkat beban yang benar

Atau dengan merancang sebuah alat yang membantu dalam proses


pencucian pada UKM Bu Susini, rancangan alat yang kami buat sebagai berikut:

Gambar 3.2. Rancangan Alat Pencuci Kedelai Kelompok IV


Dengan menggunakan rancangan alat ini dapat membantu Ibu Susini dalam
melakukan proses pencucian sehingga Ibu Susini tidak harus mengaduk secara
manual dan mengangkat ember lagi.

3.4. Pengumpulan Data RWL & Perhitungan MMH pada UKM


RWL (Recommended Weight Limit) merupakan rekomendasi batas beban
yang dapat diangkat oleh seorang manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun
seorang pekerja tersebut dilakukan secara reptitive dan dilakukan dengan jangka
waktu yang cukup lama. Bedasarkan frekuensi angkat per-menit dan durasi kerja
dapat ditentukan bagaimana pegangan obojeknya berpedoman pada tabel faktor
penggali coupling dan tabel faktor penggali frekuensi. Adapun data pengukuran
yang diperlukan untuk perhitungan RWL dapat dilihat pada tabel dan gambar di
bawah ini.

Gambar 3.3.Data Foto RWL Origin

Gambar 3.4. Data Foto RWL Destination


Tabel 3.1. Pengumpulan Data RWL
Berat Obyek Lokasi Tangan
Frekue
Ope (kg) Perpindaha Durasi Peganga
Metod Sudut Asimetris nsi
rato L L Origin Destination n vertikal jam n
e angkat
r Ma (cm) Destinatio kerja Obyek
Nyata H V H V Origin /menit
x n
Pemind
Bude
ahan 0,45 23 40 1,2 75 130 128,8 0 0 10 1 Poor
Pida
bahan
baku
Keterangan :
1. L = Load / beban (kg)
2. H = Horizontal (cm)
3. V = Vertikal (cm)
4. Metode P = Pemindahan Bahan Baku
Daftar faktor pengali dari data-data yang dikumpulkan dalam rumus
sebagai berikut:
LC = Lifting Constant= 23 kg
HM = Horizontal Multiplier = 25/H
VM = Vertical Multiplier = 1 – 0,003 |V - 75|
DM = Distance Multiplier = 0,82 + 4.5/D
AM = Asymetric Multiplier = 1 – 0,0025 Ao(A>60o)
FM = Frequency Multiplier(dilihat dari tabel)
CM = Coupling Multiplier(dilihat dari tabel)
Perhitungan nilai RWL(Recommended Weight Limit) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM
Perhitungan RWL dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pada data origin, perhitungan RWL pemindahan beban yang dilakukan
operator sebagai berikut:
1) Nilai konstanta pembebasan yaitu LC =23,1 Kg
2) Dihitung nilai HM, jarak horizontal dari posisi tangan yang memegang beban
dengan titik pusat tubuh.
HM = 25/H
= 25/40
= 0,625
3) Dihitung nilai VM jarak vertikal dari posisi tangan yang memegang beban
terhadap lantai.
VM = 1-0,003|V-75|
=1-0,003|1,2-75|
=0,779
4) Dihitung nilai faktor pengali perpindahan (DM)
DM =0,82+4,5/D
=0,82+4,5/128,8
=0,877
5) Dihitung nilai faktor pengali asimetrik (AM)
AM = 1- 0,0032Ao
= 1-(0,0032x0o)
=1
6) Ditentukan nilai faktor pengali frekuensi (FM), frekuensi angkat/menit =
10, durasi kerja 1 jam dan V <75 diperoleh nilai FM yaitu 0,45.
7) Ditentukan nilai faktor pengali pegangan(CM), V <75 dan pegangan objek
termasuk dalam kategori poor, maka diperoleh nilai CM yaitu 0,90.
8) Penentuan nilai RWL pada origin diperoleh dengan cara sebagai berikut:
RWLorigin = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,625 x 0,779 x 0,855x 1 x 0,45 x 0,9
= 3,878
2. Pada data destination, perhitungan RWL dengan metode pemindahan kotak
berisi kertas dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Nilai konstanta pembebanan yaitu LC= 23kg.
2) Dihitung nilai HM, jarak horizontal dari posisi tangan yang memegang
beban dengan titik pusat tubuh.
HM = 25 / H
= 25 / 75
= 0,333
3) Dihitung nilai VM, jarak vertikal dari posisi tangan yang memegang beban
terhadap lantai.
VM = 1 – 0,003|V - 75|
= 1 – 0,003 |130 - 75|
= 0,835
4) Dihitung nilai faktor pengali perpindahan (DM).
DM = 0,82 + 4,5 / D
= 0,82 + 4,5 / 128,8
= 0,855
5) Dihitung nilai faktor pengali asimetrik (AM)
AM = 1 – 0,0032 Ao
= 1  (0,0032 x 0o) = 1
6) Ditentukan nilai faktor pengali frekuensi (FM), frekuensi angkat/menit =
10, durasi kerja 1 dan V ≥ 75 diperoleh nilai FM yaitu 0,45.
7) Ditentukan nilai faktor pengali pegangan (CM), V ≥ 75 dan pegangan
objek termasuk dalam kategori poor maka diperoleh nilai CM yaitu 0,90.
8) Penentuan nilai RWL pada destination diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
RWLdestination = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,333 x 0,835 x 0,855 x 1 x 0,45 x 0,9
= 2,215
Hasil rekapitulasi perhitungan RWL dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan RWL
Lokasi
Nama Metode LC HM VM DM AM FM CM RWL
Tangan
Pengangkatan Origin 23 0,625 0,779 0,855 1 0,45 0,9 3,878
Bude
Pemindahan Destination 23 0,333 0,835 0,855 1 0,45 0,9 2,215
Perhitungan nilai Lifting Index dengan rumus sebagai berikut.
Load Weight L
LI = Recommended Weight Limit =
RWL
Dimana:
LI = Lifting Index
L = Beban
RWL = Batas beban yang direkomendasikan
LI ≤ 1, pekerjaan tersebut tidak beresiko pada tulang punggung belakang
LI > 1, pekerjaan tersebut beresiko pada tulang punggung belakang.
Langkah-langkah perhitungan untuk memperoleh nilai Lifting Index adalah
sebagai berikut.
L 0,45
LIorigin = = = 0,116
RWL 3,878

L 0,45
LIdestination = = = 0,203
RWL 2,215
Hasil perhitungan nilai LI setiap pekerja dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan LI
Lokasi
Nama Metode Beban (kg) LI Keterangan LI
Tangan
Pemindahan Origin 0,45 0,113 Tidak Beresiko
Bude
Pemindahan Destination 0,45 0,203 Tidak Beresiko
Nilai LI yang didapatkan untuk pemindahan 10 buah tempe yaitu untuk
LIorigin LI ≤ 1 (X) dan LIDestinance LI ≤ 1 (Y), hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan
tersebut tidak beresiko pada tulang punggung belakang.

Perhitungan Gaya Kompersi pada Segmen L5/S1


Berikut akan ditunjukkan pengumpulan data MPL untuk kegiatan
memindahkan 10 buah tempe dari lantai ke tempat gantungan adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.4. Pengumpulan Data MPL
Sudut Inklinasi PKT PLB PLA PP BB
Operator Kegiatan
θ1 θ2 θ3 θ4 θH θT (cm) (cm) (cm) (cm) (kg)
Bude Pemindahan 56 56 13 73 86 63 9,5 25 30 50 67

Keterangan :
1. Θ1 = Sudut inklinasi pergelangan tangan
2. Θ2 = Sudut inklinasi lengan bawah
3. Θ3 = Sudut inklinasi lengan atas
4. Θ4 = Sudut inklinasi punggung
5. ΘH = Sudut inklinasi tubuh bagian atas
6. Θ1 = Sudut inklinasi tubuh bagian bawah
7. PKT = Panjang kepalan tangan
8. PLB = panjang lengan bawah
9. PLA = Panjang lengan atas
10. PP = Panjang Punggung
11. BB = Berat Badan.

Perhitungan pada setiap segmen tubuh pada L5/S1 untuk mengetahui


besarnya gaya tekan.
Langkah-langkah perhitungan nilai FC adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang dalam
melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki.
a. Telapak tangan
WH = 0,6% x Wbadan
Wo
Fyw = + WH
2
Wo
Mw = ( + WH) x SL1 x cos θ1
2
b. Lengan bawah
WLA = 1,7 % x Wbadan
Fye = Fyw + WLA
Me = Mw + (WLA x λ2 x SL2 x cos θ2) + (Fyw x SL2 x cos θ2)
c. Lengan atas
WUA = 2,8 % x Wbadan
Fys = Fye + WUA
Ms = Me + (WUA x λ3 x SL3 x cos θ3) + (Fye x SL3 x cos θ3)
d. Punggung
WT = (50% x Wbadan) + (8,4% + Wbadan)
Fyt = 2Fys + WT
Mt = 2Ms + (WT x λ4 x SL4 x cos θ4) + (2Fys x SL4 x cos θ4)
2. Mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA) dengan
persamaan sebagai berikut:

10−4 [43−0,36(𝜃𝐻+𝜃𝑇 )]𝑋[𝑀𝐿𝑠 ]1,8


𝑠1
PA = 75

FA = PA x AA
Dimana:
PA = Tekanan perut
θH = Sudut inklinasi perut
θT = Sudut inklinasi kaki
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
AA = Luas diafragma (465 cm2)
FA = Gaya perut
1. Mencari Gaya Otot pada spinal erector denganmenggunakanrumus sebagai
berikut:
FM x E = ML5/S1 – FA x D
Dimana:
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (estimasi 5cm)
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya perut (Newton)
D = Jarak dari perut ke L5/S1
2. Kemudian berat total dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
Dimana:
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Wo = Berat beban
WH = Berat tangan
WLA = Berat lengan bawah
WUA = Berat lengan atas
WT = Berat punggung
3. Nilai FC dirumuskan sebagai berikut:
FC = (Wtot x cos θ4) – FA + FM
Dimana:
FC = Gaya kompresi pada L5/S1
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
θ4 = Sudut inklinasi perut
FA = Gaya perut (Newton)
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
4. Setelah nilai FC diketahui maka ditentukan kategori tindakannya,
diantaranyaadalahsebagaiberikut:
a. FC < AL dikategorikan aman.
b. AL < FC< MPL dikategorikan perlu hati-hati.
c. FC > MPL dikategorikan berbahaya.

Wbadan = 67 x 9,8 = 656,6N


Wo = 0,45 x 9,8 = 4,41N
WH = 0,6% x Wbadan
= 0,6% x 656,6 N= 3,940 N
Wo
Fyw = + WH
2
4,41
= + 3,940 N
2
= 2,205 N + 3,940 N
= 6,145N

Mw = ( + WH) x SL1 x cos θ1

= (6,145) x 0,095 x cos (56°)


= 6,145 x 0,095 x (0,560)
= 0,327 N
WLA = 1,7% x Wbadan
= 1,7% x 656,6N
= 11,162N
Fye = Fyw + WLA
= 6,145N + 11,162N
= 17,307N
Me = Mw + (WLAx λ2 x SL2 x cos θ2) + (Fyw x SL2 x cos θ2)
= 0,327 N + (11,162 x 43% x 0,25 x cos 56°) + (6,145N x
0,25 x cos 56°)
= 0,327 + 0,672 + 0,860
= 1,859 N
WUA =2,8% x Wbadan
=2,8% x 656,6N
=18,384N
Fys = Fye + WUA
= 17,307N + 18,384N
= 35,691N
Ms = Me + (WUA x λ3 x SL3 x cos θ3) + (Fye x SL3 x cos θ3)
= 1,859+(18,384N x 43,6% x 0,3 x cos 13°)+(35,691N x 0,3 x
cos 13°)
= 1,859 + 2,342 + 10,429
= 14,63
WT =50% x Wbadan
=50% x 656,6 N
= 328,3 N
Fyt = 2Fys + WT
= 2(35,691) N + 328,3 N
= 71,382 N + 328,3 N
= 399,682 N
Mt =2Ms + (WT x. λ4 x SL4 x cos θ4) + (2Fys x SL4 x cos θ4)
=2(14,63)+( 328,3 x 60,4% x 0,50 x cos 73°)+(71,382 x 0,50 x
cos 73°)
= 29,26 + 57,902 + 10,422
= 97,584
1
8
10-4 [43-0,36(θH+θT )][MLs ]
s1
PA = 75
-4
10 |43-0,36(86+63)|[97,584]1/8
= 75
18,865
= 75

= 0,0000256 N/m2

FA =PA x AA
=0,0000256x 0,0465
=1,1904 x 10-6 N
FM x E = ML5/S1 – FA x D
MLu
−(FA x D)
S1
FM = E
97,584-(1,1904 x 10-6 x1,288)
= 0,05

= 1.951,680
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
= 4,41+(2 x 3,940) + (2 x 11,162) + (2 x 18,384N) +328,3
= 399,682
FC = ( Wtot x cos θ4) – FA + FM
=399,682 x 0,292 – (1,1904 x 10-6) +1.951,680
= 116,710 – 1.951,68
=1.834,97
Kesimpulan:
Diperoleh nilai Fc, gaya kompresi pada L5/S1 sebesar 1.834,97

Perhitungan AL dan MPL


NIOSH mengeluarkan suatu penuntuk praktek untuk pengangkatan
manual yang menggunakan 3500 N dari kekuatan tekanan L5/S1 sebagai salah
satu kriteria untuk memperkenalkan batas tindakan (Action Limit = AL).
Perhitungan nilai AL (Action Limit) digunakan dengan rumus sebagai berikut.
7,5
AL = 40 x( )x( x (0,7 + 𝐷 ) x (1- )

Untuk melihat Periode angkatan Maksimum dapat dilihat pada tabel


berikut:
Tabel 3.5. Periode Angkatan Maksimum
Posisi Tubuh
Periode Angkatan V > 75 cm (Berdiri) V< 75 cm
(Membungkuk)
1-7 jam 18 15
8 jam 15 12

Dimana : Fmax = 15 (posisi berdiri)


sehingga:
15 0,004 7,5 10
AL = 40 x( 0,4 )x((1,2-75)10−2 ) x (0,7 +1,288) x (1- 15)

= 16,142 N
Maximum Permissible Limit merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen
L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh
NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya maksimum tekannya (MPL) adalah di
bawah 6500 N pada L5/S1. Perhitungan nilai MPL (Maximum Permissible Limit)
digunakan rumus sebagai berikut.
MPL = 3 x AL
sehingga :
MPL = 3 x 16,142 N
= 48,426 N
Dari hasil perhitungan AL, selanjutnya dibandingkan nilai AL dan MPL
dengan nilai Fc yang telah diperoleh dari perhitungan pada subbab sebelumnya
untuk menentukan katergori tindakan sebagai berikut :
a. FC< AL dikategorikan aman.
b. AL < FC< MPL dikategorikan perlu hati-hati.
c. FC> MPL dikategorikan berbahaya.
Tabel 3.6. Perbandingan Nilai AL, MPL, dan Fc
AL MPL Fc Keterangan Kategori

Origin 16,142 N 48,426 N 1.834,97 Fc > MPL Berbahaya

Dari hasil perhitugan RWL dan MMH pada kegiatan menggantung


tempe pada UKM Ibu Susini termasuk pada katagori berbahaya, hal ini
dikarenakan pada saat proses penggantungan tempe terdapat tumpukan tempe
yang didiamkan pada lantai tempat penggantungan sehingga membuat jarak
jangkauan menggantung tempe menjadi jauh. Solusi permasalahan ini diperlukan
tindakan perbaikan berupa metode atau pun penambahan jumlah pekerja sehingga
kegiatan menggantung tempe dapat diselesaikan lebih cepat dan dapat
meminimalisir akibat dari kegiatan menggantung tempe pada kesehatan. Atau
dengan merancang sebuah rak yang dapat difungsikan sebagai tempat pendiaman
tempe sehingga tidak ditempatkan lagi dilantai dan memiliki roda untuk dapat
dipindahkan dengan mudah agar tidak mengganggung proses penggantungan
tempe pada UKM Bu Susini, rancangan alat yang kami buat sebagai berikut:
Gambar 3.5. Rancangan Rak Tempe Kelompok IV

3.5. Pembahasan Alat Merebus Kacang Kedelai dengan Kondisi Resiko


Kecelakaan Kerja yang Tinggi
Pada tungku perebusan kacang dapat dilakukan rekayasa teknik untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Rekayasa teknik yang dilakukan adalah
dengan melakukan pengelasan lubang pada tungku dan ditutupi dengan keran
berdiameter cukup besar (Berkisar 5-10 cm). Penambahan keran pada bagia
bawah tungku bertujuan agar proses pemindahan rebusan kacang yang sudah
masak tidak perlu menggunakan gayung lagi, melainkan hanya perlu membuka
keran pada bagian bawah tungku. Dengan cara tersebut pekerjaan merebus kacang
menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu yang lama. Tidak hanya itu,
keuntungan yang didapat juga adalah meminimalisir kecelakaa yang ada di dalam
lingkungan kerja
.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Analisa dan Perbaikan Sistem Kerja pada
Usaha Kecil Menengah, maka diambil kesimpulan :
1. Perlu ada perbaikan dalam proses penentuan pekerjaan yang
dilakukan oleh UKM tempe Ibu Susini. Fokus perbaikan yang
dapat dilakukan adalah pada saat proses penerimaan pekerja,
dimana harus ada penentuan kapasitas pekerja dengan deskripsi
kerja dan jabatan yang akan dipegang. Hal ini dilakukan supaya
tidak terjadinya beban berlebih pada saat melakukan pekerjaan di
dalam proses produksi.
2. Untuk kasus posisi duduk pada proses pembungkusan kacang
ditawarkan solusi dengan penyediaan meja dan kursi sebagai
stasiun kerja. Dengan adanya meja dan kursi akan memperbaiki
posisi kerja dari karyawan UKM tempe Ibu Susini.
3. Untuk kasus mengangkat solusi yang ditawarkan adalah perbaikan
postur tubuh untuk mengangkat beban yang benar atau dengan
merancang sebuah alat yang membantu dalam proses pencucian
pada UKM Bu Susini, dengan menggunakan rancangan alat ini
dapat membantu Ibu Susini dalam melakukan proses pencucian
sehingga Ibu Susini tidak harus mengaduk secara manual dan
mengangkat ember lagi.
4. Dari hasil perhitugan RWL dan MMH pada kegiatan menggantung
tempe pada UKM Ibu Susini termasuk pada katagori berbahaya,
sehingga diperlukan tindakan perbaikan berupa metode atau pun
penambahan jumlah pekerja sehingga kegiatan menggantung tempe
dapat diselesaikan lebih cepat dan dapat meminimalisir akibat dari
kegiatan menggantung tempe pada kesehatan.
5. Pada tungku perebusan kacang dapat dilakukan rekayasa teknik
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Rekayasa teknik yang
dilakukan adalah dengan melakukan pengelasan lubang pada
tungku dan ditutupi dengan keran berdiameter cukup besar
(Berkisar 5-10 cm). Penambahan keran pada bagia bawah tungku
bertujuan agar proses pemindahan rebusan kacang yang sudah
masak tidak perlu menggunakan gayung lagi, melainkan hanya
perlu membuka keran pada bagian bawah tungku.

4.2. Saran
Dalam pengumpulan data perlu dilakukan pengukuran yang detail dan
teliti agar mendapatakan hasil penelitian yang akurat. Masih sering terjadi
kesalahan dalam pengolahan data dan juga pengumpulan data. Hal ini
menyebabkan dilakukan pengulangan kembali dalam mengumpulkan data dan
mengolah data. Tentu saja akan menambah waktu pengerjaan dari peniltian.

Anda mungkin juga menyukai