KERJA
UKM TEMPE
KELOMPOK IV :
ARI ADHA KUSUMA (170403150)
CHINTIA TIUR (170403142)
DIAH SRI KEMALA BELLINA (170403158)
FAUZAN AZMAN (170403124)
RIFQI ATHAULLAH (170403133)
MUHAMMAD RAUF (170403134)
RHYVAL RADOT (170403145)
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
ANALISIS SITUASI
Widya
(Supervisor)
Tabel 2.1. Daftar Harga dan Jenis Produk UKM tempe Ibu Susini
Ukuran Tempe Harga
16 x 8 cm Rp, 1.300 per bungkus
20 x 8 cm Rp, 1.500 per bungkus
25 x 8 cm Rp, 2.000 per bungkus
30 x 8 cm Rp, 2.500 per bungkus
Sumber: UKM Tempe Ibu Susini
Tabel 2.1 menunjukkan daftar harga dari tiap ukuran tempe yang dibuat
oleh UKM tempe Ibu Susini sesuai dengan pesanan yang paling sering diminta
oleh pelanggan. Harga-haraga dari setiap tempe berbeda-beda sesuai dengan
ukuran. Berikut ini adalah keterangan mengenai jam kerja UKM tempe Ibu
Susini.
Hari : Senin- Minggu
Jam : 09.00 – 13.00 WIB
UKM tempe Ibu Susini menggunakan sistem make to stock, sehingga
pihak UKM tidak memiliki produk jadi yang disimpan di gudang. Jadi,
perusahaan ini memiliki kemungkinan kecil mengalami kerugian karena produk
yang tidak terjual. Untuk rata-rata jumlah produksi pada umumnya 50 kg kacang
kedelai setiap harinya. Jumlah produksi ini dapat meningkat pada waktu-waktu
tertentu.
Adapun alat yang digunakan untuk proses produksi di UKM Ibu Susini
adalah sebagai berikut :
1.5.1. Alat Pemecah Kedelai
Salah satu alat produksi yang digunakan adalah alat pemecah yang
digerakkan dengan kompresor. Mesin ini memanfaatkan bensin sebagai bahan
bakar.
Didalam UKM Tempe milik ibu Susini memiliki beberapa fasilitas kerj
untuk mendukung proses produksi tempe, antara lain:
Suhu ruangan kerja ini harus terjaga tetap hangat berkisar 26-35 0C.
Gambar 1.9. Ventilasi pada ruangan pencucian dan juga pemecahan biji
kacang kedelai
Jika pada saat perendaman ada biji kacang kedelai yang mengambang,
maka kualitas biji kacang kedelai tersebut tidak baik dan harus dipisahkan,
manfaat lain dari perendaman juga untuk mempermudah proses
pengelupasan kulit ari biji kacang kedelai, jika yang digunakan biji kacang
kedelai yang masih memiliki kulit ari. Biasanya proses perendaman dilakukan
selama semalaman agar biji kacang kedelai menjadi lebih lunak.
1.7.2.7. Peragian
Peragian, ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan
tempe, dikarenakan pada proses pemberian ragi ini yang menentukan apakah
proses nya berhasil atau tidak untuk menjadi tempe. Pada saat memberikan ragi
biji kacang kedelai harus benar-benar kering dan uap panas nya sudah hilang. Jika
ragi diberikan pada kondisi biji kacang kedelai masih panas makamikroorganisme
yang ada didalam ragi akan mati.
Untuk memberikan ragi juga tidak bisa sembarangan ada takarannya yaitu
untuk 2 kg biji kacang kedelai yang diolah, berikan ragi tempe sekitar 2 sendok
makan, taburkan ragi tempe pada permukaan biji kacang kedelai kemudian
diratakan sampai biji kacang kedelai terkena semua dengan ragi tempe.
Adapun masalah system kerja yang kami jumpai dan kami amati pada
UKM Tempe Ibu Susini adalah sebagai berikut:
Selama ini pekerja terbiasa mengangkat ember dengan cara yang salah.
Cara yang digunakan adalah dengan membungkukkan bahu dan langsung
mengangkat beban tersebut. Cara tersebut sangat membebani tulang punggung
pekerja. Sehingga pekerja sering mengeluhkan sakit pada pinggang ketika bangun
tidur. Resiko MSDs sangat tinggi pada saat proses produksi mencuci kacang. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan solusi untuk memudahkan pekerjaan dari kegiatn
mencuci kacang.
2.1.4 Masalah Pada Proses Penggantungan Tempe pada UKM Tempe Ibu
Susini.
Pada proses produksi UKM tempe Ibu Susini, ada banyak perhitungan
yang harus dilakukan untuk mendapatkan data berapa jumlah energi yang
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu juga, dari perhitungan
data biomekanika dapat dinilai resiko dari pekerjaan yang dilakukan. Kami
melakukan perhitungan biomekanika pada saat proses menggantung tempe yang
frekuensi pengerjaannya dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan
membutuhkan energi yang cukup besar dalam melakukan pekerjaannya.
Sumber : google
Gambar 3.1. Cara mengangkat beban yang benar
L 0,45
LIdestination = = = 0,203
RWL 2,215
Hasil perhitungan nilai LI setiap pekerja dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan LI
Lokasi
Nama Metode Beban (kg) LI Keterangan LI
Tangan
Pemindahan Origin 0,45 0,113 Tidak Beresiko
Bude
Pemindahan Destination 0,45 0,203 Tidak Beresiko
Nilai LI yang didapatkan untuk pemindahan 10 buah tempe yaitu untuk
LIorigin LI ≤ 1 (X) dan LIDestinance LI ≤ 1 (Y), hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan
tersebut tidak beresiko pada tulang punggung belakang.
Keterangan :
1. Θ1 = Sudut inklinasi pergelangan tangan
2. Θ2 = Sudut inklinasi lengan bawah
3. Θ3 = Sudut inklinasi lengan atas
4. Θ4 = Sudut inklinasi punggung
5. ΘH = Sudut inklinasi tubuh bagian atas
6. Θ1 = Sudut inklinasi tubuh bagian bawah
7. PKT = Panjang kepalan tangan
8. PLB = panjang lengan bawah
9. PLA = Panjang lengan atas
10. PP = Panjang Punggung
11. BB = Berat Badan.
FA = PA x AA
Dimana:
PA = Tekanan perut
θH = Sudut inklinasi perut
θT = Sudut inklinasi kaki
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
AA = Luas diafragma (465 cm2)
FA = Gaya perut
1. Mencari Gaya Otot pada spinal erector denganmenggunakanrumus sebagai
berikut:
FM x E = ML5/S1 – FA x D
Dimana:
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (estimasi 5cm)
ML5/S1 = Mt = Momen resultan pada L5/S1
FA = Gaya perut (Newton)
D = Jarak dari perut ke L5/S1
2. Kemudian berat total dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
Dimana:
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Wo = Berat beban
WH = Berat tangan
WLA = Berat lengan bawah
WUA = Berat lengan atas
WT = Berat punggung
3. Nilai FC dirumuskan sebagai berikut:
FC = (Wtot x cos θ4) – FA + FM
Dimana:
FC = Gaya kompresi pada L5/S1
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
θ4 = Sudut inklinasi perut
FA = Gaya perut (Newton)
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
4. Setelah nilai FC diketahui maka ditentukan kategori tindakannya,
diantaranyaadalahsebagaiberikut:
a. FC < AL dikategorikan aman.
b. AL < FC< MPL dikategorikan perlu hati-hati.
c. FC > MPL dikategorikan berbahaya.
= 0,0000256 N/m2
FA =PA x AA
=0,0000256x 0,0465
=1,1904 x 10-6 N
FM x E = ML5/S1 – FA x D
MLu
−(FA x D)
S1
FM = E
97,584-(1,1904 x 10-6 x1,288)
= 0,05
= 1.951,680
Wtot = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
= 4,41+(2 x 3,940) + (2 x 11,162) + (2 x 18,384N) +328,3
= 399,682
FC = ( Wtot x cos θ4) – FA + FM
=399,682 x 0,292 – (1,1904 x 10-6) +1.951,680
= 116,710 – 1.951,68
=1.834,97
Kesimpulan:
Diperoleh nilai Fc, gaya kompresi pada L5/S1 sebesar 1.834,97
= 16,142 N
Maximum Permissible Limit merupakan batas besarnya gaya tekan pada segmen
L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh
NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya maksimum tekannya (MPL) adalah di
bawah 6500 N pada L5/S1. Perhitungan nilai MPL (Maximum Permissible Limit)
digunakan rumus sebagai berikut.
MPL = 3 x AL
sehingga :
MPL = 3 x 16,142 N
= 48,426 N
Dari hasil perhitungan AL, selanjutnya dibandingkan nilai AL dan MPL
dengan nilai Fc yang telah diperoleh dari perhitungan pada subbab sebelumnya
untuk menentukan katergori tindakan sebagai berikut :
a. FC< AL dikategorikan aman.
b. AL < FC< MPL dikategorikan perlu hati-hati.
c. FC> MPL dikategorikan berbahaya.
Tabel 3.6. Perbandingan Nilai AL, MPL, dan Fc
AL MPL Fc Keterangan Kategori
4.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Analisa dan Perbaikan Sistem Kerja pada
Usaha Kecil Menengah, maka diambil kesimpulan :
1. Perlu ada perbaikan dalam proses penentuan pekerjaan yang
dilakukan oleh UKM tempe Ibu Susini. Fokus perbaikan yang
dapat dilakukan adalah pada saat proses penerimaan pekerja,
dimana harus ada penentuan kapasitas pekerja dengan deskripsi
kerja dan jabatan yang akan dipegang. Hal ini dilakukan supaya
tidak terjadinya beban berlebih pada saat melakukan pekerjaan di
dalam proses produksi.
2. Untuk kasus posisi duduk pada proses pembungkusan kacang
ditawarkan solusi dengan penyediaan meja dan kursi sebagai
stasiun kerja. Dengan adanya meja dan kursi akan memperbaiki
posisi kerja dari karyawan UKM tempe Ibu Susini.
3. Untuk kasus mengangkat solusi yang ditawarkan adalah perbaikan
postur tubuh untuk mengangkat beban yang benar atau dengan
merancang sebuah alat yang membantu dalam proses pencucian
pada UKM Bu Susini, dengan menggunakan rancangan alat ini
dapat membantu Ibu Susini dalam melakukan proses pencucian
sehingga Ibu Susini tidak harus mengaduk secara manual dan
mengangkat ember lagi.
4. Dari hasil perhitugan RWL dan MMH pada kegiatan menggantung
tempe pada UKM Ibu Susini termasuk pada katagori berbahaya,
sehingga diperlukan tindakan perbaikan berupa metode atau pun
penambahan jumlah pekerja sehingga kegiatan menggantung tempe
dapat diselesaikan lebih cepat dan dapat meminimalisir akibat dari
kegiatan menggantung tempe pada kesehatan.
5. Pada tungku perebusan kacang dapat dilakukan rekayasa teknik
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Rekayasa teknik yang
dilakukan adalah dengan melakukan pengelasan lubang pada
tungku dan ditutupi dengan keran berdiameter cukup besar
(Berkisar 5-10 cm). Penambahan keran pada bagia bawah tungku
bertujuan agar proses pemindahan rebusan kacang yang sudah
masak tidak perlu menggunakan gayung lagi, melainkan hanya
perlu membuka keran pada bagian bawah tungku.
4.2. Saran
Dalam pengumpulan data perlu dilakukan pengukuran yang detail dan
teliti agar mendapatakan hasil penelitian yang akurat. Masih sering terjadi
kesalahan dalam pengolahan data dan juga pengumpulan data. Hal ini
menyebabkan dilakukan pengulangan kembali dalam mengumpulkan data dan
mengolah data. Tentu saja akan menambah waktu pengerjaan dari peniltian.