Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH IMUNOLOGI KESEHATAN

“MEKANISME RESPON IMUN DAN PERANAN

LIMFOSIT B PADA INFEKSI THYPUS”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Gizi B, mata kuliah penulisan karya ilmiah
dengan dosen pengampu Dr.dr.Akrom, M.Kes

Fitria Zahrah Salsabila (2100036071)1, Esa Putri Febrianti (2100036072)2, Sovy Nur

Khasanah (2100036073)3

Program Studi Gizi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia

Abstrak

Demam tifoid atau lebih sering dikenal dengan sebutan tipes memiliki resiko yang tinggi
mengakibatkan banyak kematian di dunia, khususnya pada abad ke-21. Varian genetik manusia
yang dapat mempengaruhi perkembangan Salmonella Infeksi seperti tipes yaitu toll-like receptor
(TLR) 4, TLR5, interleukin (IL-) 4, protein makrofag terkait resistensi alami 1 (NRAMP1), VAC14,
PARK 2/PACRG, cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR), mayor -
histocompatibility-complex (MHC) kelas II dan kelas III. Mekanisme memulai garis pertahanan
pertama secara kolektif akan menginduksi pematangan sel B yang bertanggung jawab dalam
pembersihan bakteri. Aktivasi TLRs merupakan salah satu langkah dalam memulai respon imun
adaptif. Tinjauan ini akan berusaha dalam menjelaskan serta mendiskusikan mekanisme respon
imun dan peranan limfosit B pada infeksi thypus.

Kata Kunci : Sel B, Respon Imun, Thyphus

Abstract

Typhoid fever or more commonly known as typhus has a high risk of causing many deaths in the
world, especially in the 21st century. Human genetic variants that may affect the development of
Salmonella infections such as typhus are toll-like receptor (TLR) 4, TLR5, interleukin (IL-) 4,
natural resistance-associated macrophage protein 1 (NRAMP1), VAC14, PARK 2/PACRG,
transmembrane cystic fibrosis conductance regulator (CFTR), major -histocompatibility-complex
(MHC) class II and class III. The mechanism of initiating the first line of defense collectively
induces the maturation of B cells which are responsible for cleaning bacteria. Activation of TLRs
is one step in initiating an adaptive immune response. This review will attempt to explain and
discuss the mechanism of the immune response and the role of B lymphocytes in typhus
infection.
keywords : B cell, immune response, thypus
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang dapat ditemukan diseluruh dunia,
khususnya didaerah dengan kualitas sumber air yang tidak layak yaitu tidak sesuai dengan
standar higienis serta rendahnya sanitasi dimana di Indonesia ditemukan pada kondisi
endemis. Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2003 dapat diketahui 17 juta masalah
demam tifoid per tahun didunia yaitu hingga mencapai 600.000 kematian dengan Case
Fatality Rate (CFR=3,5%). Di Indonesia Insidens Rate masih dalam kategori yang cukup
tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk di pedesaan, sedangkan di perkotaan terdapat 810
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kasus per tahun yaitu 600.000-1.500.000
penderita. Peningkatan Insidens Rate pada demam tifoid ini di negara berkembang
memiliki hubungan yang erat dengan status ekonomi dan sanitasi lingkungannya (Kasim,
2020)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit tipes

2. Untuk mengetahui mekanisme respon imun serta peranan limfosit B pada infeksi
tipes
C. Metode

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah imunologi dengan dosen
pengampu Dr.dr. Akrom, M.Kes dengan topik mekanisme respon imun dan peranan limfosit
B pada infeksi tipes. Sumber Referensi yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini
dari buku yang berjudul Peran Imunitas Pada Infeksi Salmonella Typhi dengan kata
pencarian Mekanisme terjadinya infeksi demam tifoid, Journal mdpi yang berjudul Human
Genetic Vatiation Enteric Fever Progression dengan kata pencarian Salmonella typhoidal
species; enteric fever; human genetic variants dan Jurnal Ilmiah yang berjudul Karakteristik
Pasien Demam Tifoid pada Anak dan Remaja di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Lampung. Kami memilih jurnal-jurnal dan buku tersebut karena memiliki validitas yang
tinggi dan sesuai dengan topik yang akan kami bahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Demam tifoid atau demam enterik atau yang sering dikenal dengan tipes merupakan
penyakit yang diakibatkan oleh basil Gram-negatif, spesies Salmonella thypoid yaitu S.
enterica serotype Typhi. Penyakit ini muncul ditandai dengan demam yang berlarut-larut,
kelelahan, pusing atau sakit kepala serta anoreksia. Secara umum dapat dijelaskan
bahwa demam tifoid ini merupakan hasil dari transmisi fecal-oral melalui makanan yang
dikonsumsi serta ar yang telah terkontaminasi dengan kotoran manusia. Maka dari itu
terdapat faktor yang mempengaruhi demam tifoid yaitu seperti kemiskinan dan
ketidaksetaraan sosial, kurangnya sanitasi serta kebersihan, demografi dan perilaku
manusia.Salah satu vaksin yang dapat melindungi  individu dari demam tifoid yaitu
vaksin injeksi polisakarida (PS), vaksin subunit inaktif yang tersusun atas rantai panjang
molekul gula yang  menghasilkan kapsul S. Typhi. Tetapi tidak semua penerima vaksin
memperoleh perlindungan yang efektif dari imunisasi Salmonella spp intraseluler ini.
Dapat diketahui bahwa variasi genetik penerima memiliki peran penting dalam
memodulasi respon antibodi terhadap vaksin tifoid serta variasi genetik memiliki dampak
kerentanan individu terhadaop demam tifoid ini (Ma, P. Y. et al., 2021).
B. Karakteristik
Bakteri salmonella Typhi merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, motil,
bakteri gram negatif batang, berkapsul serta berflagela. Bakteri ini dapat hidup kisaran
pH 6-8 dengan suhu 15-41 ֯C . Bakteri salmonella typhi bisa terdapat  pada manusia
akibat kontaminasi makanan serta minuman yang dikonsumsi tercemar. Demam tifoid
terjadi karena infeksi akut saluran pencernaan yaitu usus halus yang diakibatkan oleh
salmonella typhi. Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui makanan serta minuman
yang terkontaminasi dengan bakteri salmonella typhi. Demam thypoid dapat terjadi pada
semua umur dan semua jenis kelamin. Suhu tubuh >37,5 merupakan gejala utama
demam tifoid. Demam tifoid disebabkan akibat bakteri masuk dalam tubuh serta terjadi
bakterimia yang menyebabkan makrofag teraktivasi menjadi hiperaktif.Sehingga saat
fagositosis bakteri adanya beberapa mediator inflamasi yang terlepas kemudian
memunculkan gejala reaksi inflamasi sistemik yaitu demam (Mustofa, Rafie, & Salsabilla,
2020).
C. Fungsi
Bakteri Salmonella Typhi yang sudah hancur akan terhanyut yaitu dibawa ke
aliran limfe menuju limfonodus. Disana sel B sudah menunggu kehadirannya dan sel
dendritic folikular yang akan menangkapnya. Apabila sel B telah mengenali kedatangan
antigen maka disitulah respon imunitas adapatif (imunitas humoral) menjalankan
tugasnya. Protein merupakan perantara untuk imunitas humoral yaitu disebut dengan
antibody, yang dihasilkan oleh sel B. Antibodi akan menghentikan mikroba yang terdapat
dalam permukaan mukosa serta pada darah, dengan tujuan agar tidak memperoleh
jalan menuju sel-sel inang serta tidak dapat menghasilkan koloni pada sel dan jaringan
ikat inang. Dengan cara tersebut antibodi dapat mencegah berkembangnya infeksi
(Kasim, 2020).
D. Mekanisme Kerja
Tubuh yang terinfeksi salmonella thypi akan membuat respon serta memilih efek
bakteri terhadap pejamu. Saat pertama kali salmonella typhi masuk dalam tubuh
kemudian akan dihancurkan oleh makrofag. Bakteri ini akan dikenal oleh bermacam
reseptor yang terdapat dipermukaan fagosit.Toll-like receptors (TLR) memiliki peran
mengamati serta menghancurkan bakteri salmonella thyhi oleh magrofag. Makrofag
mengenali bakteri melalui komponen lipoarabinomannan (LAM) dinding sel. TLR4
memiliki peran penting terhadap respon imun alamiah dengan membentuknya faktor
transkripsi spesifik serta respon pertahanan. Sitokin memiliki peran penting pada
pembentukan granuloma yang dihasilkan dari aktivasi makrofag oleh TLR4.
Pada infeksi salmonella thypi terjadinya sitokin proinflamasi seperti IL-1β, IFN-γ, IL-6
serta TNF-α disintesis serta adanya inflamasi sistemik. Sitokin yang telah disekresi
kemudian aktivasi sel T helper (Th1) serta T helper 2 (TH2) dimulai. Sinyal dari sitokin
yang diinjeksi oleh ikatan sel pejamu serta bakteri merupakan hal penting pada
perkembangan penyakit. Keseimbangan antara sitokin proinflamasi serta antinflamasi
akan mengontrol pencegahan kerusakan host akibat inflamasi berlebih.
Penetapan diagnosis dilihat dari kenaikan titer antibodi terhadap antigen salmonella
typhi yang membutuhkan imunitas. Imunitas seluler memiliki peran untuk penyembuhan
penyakit. Saat infeksi primer, respon humoral melalui limfosit B akan berdiferensiasi
membentuk sel plasma yang merangsang pembentukan immunoglobulin (Ig). Saat
infeksi akut, yang awal terbentuk yaitu antibodi O (IgM) yang muncul saat hari ke 3-4
demam, setelah itu antibodi menyusul saat infeksi kronik yaitu antibodi flagela H
(IgG) (Kasim, 2020).
E. Penyakit
BAB III

KESIMPULAN

1. Penyakit types merupakan penyakit yang sebabkan bakteri salmonella thypi, bakteri ini
masuk dalam tubuh dapat melalu makanan serta minuman yang terkontaminasi dan
lingkungan dengan kualitas air yang tidak memadai.

2. j
Daftar Pustaka

Kasim, V. N. (2020). Peran Imunitas Pada Infeksi Salmonella Typhi. Gorontalo: C.V Athra Samudra.

Ma, P.Y., Jing En Tan, Edd Wyn Hee, Dylan Wang Xi Yong, Yi Shuan Henh, Wei Xiang Low, Xun
Hui Wu, Christy Cletus, Dinesh Kumar Chellappan, Kyan Aung, Chean Yeah Yong and
Yun Khoon Liew. Human Genetic Vatiation Enteric Fever Progression. (2021). Journal
MDPI, 10(2), 345.
Mustofa, F. L., Rafie, R., & Salsabilla, G. (2020). Karakteristik Pasien Demam Tifoid pada Anak dan
Remaja di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung. Jurnal Imiah Kesehatan
Sandi Husada, 9(2), 625-633.

Anda mungkin juga menyukai