Anda di halaman 1dari 9

TOLERANSI LANDASAN

MEMBANGUN PERSATUAN
DAN KESATUAN DALAM
KEBHINNEKAAN
Dr. Drs. A.A. Gde Raka, M.Si. (Budayawan)
Pendahuluan
• Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang multi kultur;
• Faktor penyebabnya selain adanya perbedaan suku, bahasa, daerah, dll, tetapi juga karena faktor
perbedaan agama/ keyakinan;
• Fenomena tersebut membuat Indonesia unik, indah, dan menarik;
• Masyakatnya juga sangat ramah dan terbuka terhadap warga asing yang masuk ke negeri ini;
• Empat agama besar, yakni: Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan kemudian menyusul Kong Fu
Tsu dan sistem kepercayaan lainnya, masuk, tumbuh, dan berkembang dengan sistem budaya
yang digandengnya, dan hidup penuh toleransi;
• Rasa toleransi yang didukung rasa kebersamaan, kekeluargaan, persaudaraan yang telah
mengakar sejak jaman pra-Hindu hingga saat ini, membuat masyarakatnya hidup rukun dan
damai;
• Fenomena hidup tolenrasi antar umat pada masa silam mencapai puncaknya jaman Majapahit,
• Hal itu menginspirasi Pujangga Besar “Empu Tantular” untuk menyuratkan dalam kakawin yang
dikarangnya dengan ungkapan: “Bhinneka Tunggal Ika”.
TOLERANSI KEHIDUPAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI BALI

 Berbicara agama tidak dapat dipisahkan dengan budaya, karena agama memberi spirit terhadap budaya itu sendiri;

 Karena itu untuk mengetahui agama suatu masyarakat dapat diketahui dari Budayanya;

 Ketika kita melihat sebuah bangunan Pura, Masjid, Gereja, Wihara, Kelenteng, pada suatu tempat, bahwa di wilayah
tersebut ada umat beragama Hindu, Muslim, Kristen, Budha, Kong Fu Tsu;
 Selain bangunan suci, bahwa agama yang berkembang dapat diketahui dari budaya, tradisi, adat-
Istiadat, dan tatacara upacara keagamaan dari masing-masing agama tersebut;

 Semua itu sebagai pertanda bahwa semua umat berbeda agama dan budaya dapat hidup rukun di
Bali;

 Fenomena kerukunan hidup antar umat beragama di Bali masih eksis hingga saat ini, seperti: di
Buleleng (Rukun Islam Desa Pegayaman); Bangli (Pura Langgar); Karangasem (Budakeling:
Hindu, Budha, dan muslim); Badung (kelompok muslim di Petang), bahkan di Nusa Dua ada
dibangun tempat ibadah “Puja Mandala” untuk berbagai agama dalam satu area; Kota Denpasar
(semua agama); di Jembrana (komunitas muslim terbanyak di Bali);
Rukun Islam Desa Pegayaman
(Buleleng)

Pura Langgar
(Bangli)
Karangasem (Budakeling: Hindu,
Budha, dan muslim);

Kelompok Muslim di Petang


Badung
Nusa Dua ada dibangun tempat ibadah “Puja
Mandala” untuk berbagai agama dalam satu
area; Kota Denpasar (semua agama);
SIMPULAN

 Bertolak dari fenomena terurai di atas, bahwa sejak masa silam, dan siapa pun yang memimpin Bali tetap
memberi toleransai kepada semua umat berbeda agama untuk beribadah sesuai keyakinannya masing-
masing;

 Kerukunan hidup juga tampak pada setiap umat beragama lain (selain Hindu) melaksanakan upacara besar
keagamaan, di mana para pecalang yang ada di wilayah desa sebagai tempat acara digelar, membantu
memberi pengamanan demi lancar dan suksesnya acara tersebut.
OM SHANTI, SHANTI,
SHANTI, OM

Anda mungkin juga menyukai