Anda di halaman 1dari 5

Pluralisme Agama Dan Seni Budaya

Dalam Masyarakat Plural


Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata
plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti paham
atas keberagaman. Definisi dari pluralisme seringkali
disalahartikan menjadi keberagaman paham yang pada
akhirnya memicu ambiguitas.
Pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk menerima
keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran
pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan,
agama,adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme
mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada
pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau
kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai
pluralisme diperlukan adanya kematangan dari kepribadian
seseorang dan/atau sekelompok orang.
Banten dan pluralisme agama
Budha, Kong Hu Cu, Taoisme Islam

Banten adalah kota dengan bandar perdagangan Sebelum Islam berkembang di Banten, masyarakat
internasional yang ramai. Seiring dengan kemajuan kota Banten masih hidup dalam tata cara kehidupan tradisi
pantai itu, pengaruh Cina pada masa Dinasti Ming prasejarah dan dalam abad-abad permulaan masehi
sangat besar. ketika agama Hindu berkembang di Indonesia. Hal ini
Orang-orang Cina sudah mulai bermukim dan dapat dilihat dari peninggalan purbakala dalam bentuk
membuat kompleks khusus Cina yang dikenal dengan prasasti arca-arca yang bersifat Hiduistik dan banguan
Kampung Pecinan (tetapi sudah ditinggalkan orang keagamaan lainnya. Sumber naskah kuno dari masa pra
Cina dan diisi oleh orang Indramayu sehinggal dikenal Islam menyebutkan tentang kehidupan masyarakat
dengan kampung Dermayon). Di awal berdirinya yang menganut Hindu. Sekitar permulaan abad ke 16,
kerajaan Banten, di Kampung Pecinan dibangun Masjid di daerah pesisir Banten sudah ada sekelompok
Pecinan dan Kelenteng Cina secara harmonis. masyarakat yang menganut agama Islam.
Kelenteng Cina itu dikenal dengan nama Vihara Penyebarannya dilakukan oleh salah seorang pemimpin
Avalokitesvara, dibangun sekitar abad ke-16, oleh istri Islam yang dikenal sebagai wali berasal dari Cirebon
Sunan Gunung Jati yang merupakan keturunan yakni Sunan Gunung Jati dan kemudian dilanjutkan oleh
Tionghoa bernama Ong Tien Nio. Klenteng putranya Maulana Hasanudidin untuk menyebarkan
Avalokitesvara merupakan salah satu vihara tertua di secara perlahan-lahan ajaran agama Islam daerah
Indonesia, di dalamnya terdapat patung Dewi Kwan Im Banten. Banten adalah salah satu pusat perkembangan
peninggalan pada masa Kaisar China Dynasti Ming. Islam, karena Banten mempunyai peranan penting
Awalnya lokasi vihara ada di Desa Pecinan dalam tumbuh dan berkembangnya Islam, khususnya di
(Dermayon), namun dipindahkan pada 1774 ke lokasi daerah Jakarta dan Jawa Barat. Dikarenakan letak
yang sekarang di Kampung Kasunyatan, Desa Banten geografisnya yang sangat strategis sebagai kota
Kasemen, Kota Serang, lokasinya berdekatan dengan pelabuhan. Di Banten telah berdiri satu kerajaan Islam
Benteng Spelweijk. Vihara ini disebut juga Klenteng Tri yang lebih dikenal oleh masyarakat Banten dan
Darma, karena vihara ini melayani tiga kepercayaan sekitarnya dengan sebutan Kesultanan Banten.
umat sekaligus, yaitu Kong Hu Cu, Taoisme,dan
Buddha.
Banten Dan Pluralisme Agama
Katolik Kristen
Kedatangan Gereja Katolik di Banten Gerakan penginjilan dan penyiaran agama
sekitar bulan Juni 1642. Gereja Katolik di Kristen Protestan di Banten dilakukan
wilayah Banten itu terbagi dua yaitu Gereja langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kristus Raja di Serang dan Gereja Santa Dalam perjalanan berikutnya, pengabaran
Maria TakBernoda di Rangkasbitung masuk injil dilakukan dengan menyiapkan pemuda
ke wilayah Keuskupan Agung Bogor. pribumi, terutama dari suku Batak. Dalam
Sedangkan 11 Gereja di Tangerang Raya posisi ini tidak lah mengherankan jika wong
masuk ke wilayah Keusukupan Agung Banten selalu menghubungkan agama
Jakarta. Gereja Katolik mengalami Kristen dengan penjajah Belanda dan tidak
kemajuan pada zaman pemerintahan Sultan pula mengherankan jika rumah ibadah yang
Ageng Tirtayasa dan sudah banyak orang berada di tengah-tengah pusat Kota Serang,
Katolik tinggal di daerah Banten. Mereka bukan Masjid, melainkan Gereja HKBP
adalah orang Eropa, India, Cina, Maluku, (Huria Kristen Batak Protestan).
Filipina bahkan sudah ada pastor-pastor
dari Konggregasi MEP dari Perancis. Pada
Tahun 1672,VOC menaklukan Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap, orang-
orang asing non-Belanda diusir dan agama
Katolik dimusuhi, karena terafiliasi dengan
Portugis. Akhirnya orang katolik satu per
satu pergi dan muncul kembali saat
kebebasan beragama dicanangkan oleh
Gubernur Jenderal Daendels
Banten Dan Pluralisme Agama
Keragaman dalam agama di Banten tampak pada
berkembangnya agama-agama besar, yakni Islam,
Kristen, Katolik, Hindu-Budha, dan Konghuchu.
Dari asal-usulnya, agama-agama besar itu datang
dari luar seiring masuknya kebudayaan asing di
Banten dalam kurun waktu yang berbeda- beda.
Sebelum masuknya agama-agama besar di Banten
telah berkembang kepercayaan seperti agama
adam, sunda wiwitan, dan paham animisme.
Bahkan ketika agama-agama baru bermunculan,
berbagai kepercayaan itu tidak hilang begitu saja
melainkan berinteraksi dengan agama-agama
pendatang tersebut.
Seni Budaya Dalam Masyarakat
Plural
Implikasi dari masyarakat plural ialah beragamnya sistem budaya dalam masyarakat itu,
meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-norma untuk mengatur hubungan sosial dalam
masyarakat

Sistem budaya Sistem budaya


yang terdiri dari berbagai
dari budaya- kelompok
budaya asing etnik
Sistem
budaya di
Banten
Sistem budaya
Sistem budaya
terdiri dari
nasional
agama-agama
besar

Anda mungkin juga menyukai