Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Upaya

Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional (2008:1787)

Upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, mencegah

persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya. Dapat disimpulkan upaya dalah

suatu usaha yang dilakukan dengan maksud tertuntu agar semua permasalahan yang

ada dapat terselesaikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang di harapkan.

Menurut Poerwadarminta (2006:1344), “upaya adalah usaha untuk

menyampaikanmaksud,akal dan ikhtiar.

Upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap

sesuatu hal supaya dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna sesuai dengan yang

dimaksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan”. Upaya

sangat berkaitan erat dengan penggunaan sarana dan prasarana dalam menunjang

kegiatan tersebut, agar berhasil maka digunakanlah suatu cara, metode dan alat

penunjang lainnya.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya

adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan

atau merupakan suatu strategi.Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan

(status) terhadap sesuatu, apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya (Soeharto 2002).


Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga dapat dimaksud sebagai

suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana

2.2 Konsep Transparansi


Transparansi menurut Mardiasmo (2011:30) adalah keterbukaan

pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga

dapat diketahui dan diawasi oleh DRD dan Masyarakat. Sedangkan menurut

Mahmudi (2016) transparansi memiliki arti keterbukann organisasi dalam

memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya

publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan.

Rusdiana dan Nasihudin (2018) mendefinisikan transparansi adalah

memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada

peraturan perundang- undangan.

Dari penjelasan ketiga pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa transparansi adalah keterbukaan dari pihak aparat atau pengelola desa

dalam memberikan informasi berupa laporan keuangan dan informasi lain

kepada masyarakat secara menyeluruh.


Setelah di jelaskan pengertian Transparansi perlu diketahui juga bahwa

tujuan dari Transparansi tersebut. Mardiano menyebutkan tujuan

Transparansi dalam penyelenggaran pemerintah yaitu

a. Sebagai wujud tanggung jawab pemerintah pada masyarakat

b. Upaya peningkatan manajement pengelolaan pemerintahan

c. Upaya peningkatan management pengelolaan dan penyelenggaraan

pemerintah yang baik dan mengurangi kesempatan praktek KKN.

Berdasarkan Peraturan pemerintah no 71 Tahun 2010 tentang standar

Akuntansi pemerintah di dalam kerangka Konseptual (KK) menyatakan bahwa

“Transparansi adalah memberikan informasi yang terbuka dana jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertangjawaban pemerintah

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan dan ketaatan pada peraturan

perundang-undangan.”.

Seperti yang kita ketahui Transparansi memiliki tiga karakteristik,

Mardiasmo (2016:19) mengemukakan karakteristik tersebut yaitu informatif

(informative), keterbukaan (openness), pengungkapan (disclosure). Berikutnya

adalah penjelasan dari karakteristik transparansi :

1. Informatif (informative) Pemberian arus informasi, berita,

penjelasan mekanisme, prosedur, data, fakta kepada stakeholders

yang membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.

a. Tepat waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

ekonomi, sosial, politik, serta untuk menghindari

tertundanya pengambian keputusan tersebut.

b. Memadai

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akutansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup

dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas

hal-hal material.

c. Jelas

Informasi harus jelas sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman. Akurat informasi harus bebas dari

kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi

pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi

tersebut.

d. Dapat diperbandingkan

Laporan keuangan hendaknya dapat diperbandingkan

antar periode waktu dan dengan instasi yang sejenis.

e. Mudah diakses informasi harus diakses oleh semua

pihak.

2. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan informasi public memberi hak kepada setiap orang

untuk memperoleh informasi dengan mengakses data yang ada di


badan politik, dan menegaskan bahwa setiap informasi public itu

harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna

informasi.

3. Pengungkapan (Disclosure)

Pengungkapan kepada masyarakat atau public (stakeholders)

atas aktifitas dan kinerja finansial.

a. Kondisi Keuangan

Suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan

organisasi atau organisasi selama periode atas kurun

waktu tertentu.

b. Susunan Pengurus

Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja

dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan

yang berbeda.

c. Bentuk Perencanaan dan Hasil yang diinginkan

Serangkaian Tindakan untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Proses transparansi menurut Smith dalam Tahir (2011:164) adalah berikut :

1. Standar Procedural Requierements (Persyaratan Standar

Prosedur). Proses pembuatan peraturan harus melibatkan

partisipasi dan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

2. Consultation Processes (Proses Konsultasi) Adanya dialog

anatar pemerintah dan masyarakat.


3. Appeal Rights (Permohonan izin) Pelindung utama dalam

proses pengaturan, standar dan tidak berlibat, transparan

guna menghindari adanya korupsi.

Kriteria Transparansi Anggaran menurut Mardiasmo yang dikutip oleh

Darmadi (2020:113) adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran

2. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses

3. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu

4. Terakomodasi suara/usulan rakyat

5. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.

Secara sederhanaa, transparansi merupakan Tindakan pemerintah dalam

penyediaan informasi yang dibutuhkan dan pemberian kemudahan akses kepada

publik.

2.3 Konsep Pengelolaan Keuangan Daerah

2.3.1 Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah Menurut Halim, yang dikutip Darmadi (2021:8) adalah

keseluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Dikutip dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2019 menyatakan bahwa, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan


kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/ penyusunan

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan

kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

Nilai utama dari pengelolaan keuangan menurut Darmadi (2021:8) adalah

kemampuan untuk memprioritaskan dan menyeimbangkan permintaan serta

kebutuhan yang tidak terbatas dengan sumber daya keuangan yang terbatas.

Oleh karena itu siklus perencanaan dan pengendalian harus

dikembangkan. Hal tersebut menjadi tantangan tersendir bagi pemerintah untuk

bekerja secara lebih efisien dan efektif terutama dalam menyediakan layanan

prima bagi seluruh masyarakat.

2.3.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan

Menurut Moenek dan Suwanda (2019:19-18) Tujuan dari pengelolaan

keuangan daerah adalah mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri

dengan prinsip pengelolaan keuangan daerah, yaitu sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab (Accountabillity)

Pemerintah daerah harus mempertanggung jawabkan

keuangannya kepada Lembaga atau orang yang berkepentingan

yang sah. Lembaga atau orang yang termaksud adalah pemerintah

pusat, DPRD, Kepala daerah, dan masyarakat umum.


2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa

sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan

keuangan, baik jangka pendek, jangka Panjang, maupun pinjaman

jangka Panjang yang telah ditentukan.

3. Kejujuran

Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada

prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang betul-betul

jujur dan dapat dipercaya.

4. Hasil guna (Effectiveness) dan Daya Guna (Efficiency)

Hasil guna dan daya guna merupakan tata cara mengurus

keuangan daerah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

memungkinkan progam dapat direncanakan dan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang

serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.

5. Pengendalian

Para aparat peneglolaan keuangan daerah, DPRD, dan petugas

pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan

tersebut dapat tercapai.

2.3.4 Indikator Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Chaib Soleh dan Rochmansjah Heru dikutip dari Moenek dan

Suwanda (2019:15-17) menyebutkan bahwa prinsip pengelolaan keuangan yang


diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi beberapa

unsur, yaitu sebagai berikut :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan

beperilaku sesuai dengan mandate atau Amanah yang diterimanya.

Untuk itu, baik dalam proses perumusan kebijakan serta cara untuk

mencapai keberhasilan atas kebijakan yang telah dirumuskan.

Hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan dikomunikasikan

secara vertical maupun horizontal kepada masyarakat.

2. Value for Money

Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik serta kehidupan

demokrasi yang semakin maju, adanya keadilan pemerataan,

serta hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

antardaerah.

3. Kejujuran dalam Mengelola Keuangan Publik (Probity)

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada orang

yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi sehingga

kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.

4. Potensi Kerugian Daerah

Potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum

baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko


terjadinya kerugian pada masa yang akan datang berupa

berkurangnya uang, surat beharga dan barang nyata dan pasti

jumlahnya.

5. Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah dalam

membuat kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui

dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat.

6. Administrasi

Mengungkapkan adanya penyimpangan terhadap ketentuan

yang berlaku, baik dalam pelaksanaan anggaran atau

pengelolaan asset tetapi penyimpangan tersebut tidak

mengakibatkan kerugian daerah atau potensi kerugian daerah,

tidak mengurangi hak daerah (kekurangan penerimaan), tidak

menghambat progam entitas dan tidak mengandung unsur

indikasi tindak pidana.

7. Pengendalian

APBD harus sering dievaluasi, yaitu dibandingkan antara yang

dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu, perlu dilakukan

analisis varians (selisih) terhadap pendapatan dan belanja daerah

agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians

untuk kemudia dilakukan Tindakan antisipasi kedepan.


2.3.5. Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Darmadi konsep lain terkait prinsip pengelolaan keuangan

daerah mengandung arti bahwa setiap daerah otonom dapat mengurus dan

mengatur keuangannya sendiri dengan menggunakan prinsip-prinsip pengeloaan

keuangan daerah antara lain :

1. Transparansi

Masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk

mengetahui proses anggaran, karena menyangkut aspirasi dan

kepentingan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat

2. Akuntabilitas

Prinsip pertanggungjawaban public yang berarti proses

penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat.

3. Value of money

Prinsip ini sesunguhnya merupakan penerapan tiga aspek yaitu

ekonomi, efisiensi,dan efektivitas. Ekonomi, berkaitan dengan

pemilikan dan pengguna sumber daya dalam jumlah dan

kualitas tertentu ada harga yang lebih murah. Efisiensi,

penggunaan dana masyarakat harus dapat menghasilkan output

maksimal atau berdaya guna. Adapun, efektif yakni penggunaan


anggaran harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan

publik.

2.4 Hasil Penelitian Relavan

Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu, sehingga

peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian

yang dilakukan dan peneliti jadikan sebagai bahan pengembangan dalam

penelitian ini. adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti

untuk melakukan penelitian tentang Transparansi Pengelolaan Anggaran

Belanja dan Pendapatan Daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Galih Supraja (2019) yang berjudul

“Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran melalui e-Government” hasil

dari penelitian ini menunjukan Akuntabilitas dan transparansi anggaran

yang dilakukan oleh Kabupaten Blitar sudah dilaksanakan dengan

baik. Namun, proses penganggaran secara manual masih rawan

terjadinya penyimpangan anggaran.

Selain itu, tertutupnya proses penganggaran yang dilakukan oleh

TAPD dan Banggar rawan terjadinya penyimpangan. Akuntabilitas dalam

penganggaran di Pemerintahan Kabupaten Blitar sudah dilaksanakan.

Akuntabilitas untuk masyarakat (horisontal) juga dipengaruhi adanya

pengakuan baik terhadap akuntabilitas secara vertikal. Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar mendapatkan opini BPK RI Wajar


Dengan Pengecualian (WDP), sehingga masih ada kekurangan yang

dilihat dari Laporan KeuanganPemerintah Daerah.

Meskipun, masyarakat sudah dapat mengakses dokumen anggaran

secara luas dan dapat mengakses kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

proses penganggaran Opini BPK RI berdampak pada tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terhadap pengelolaan

keuangan pemerintah kabupaten Blitar. sehingga, dalam pelaksanaan

akuntabilitas penganggaran melalui elektronik belum dilakukan maksimal

oleh pihak pemerintah.Penyimpangan yang terjadi di kabupaten Blitar

tentang akuntabilitas penganggaranmasih ada.

2.5 Alur Pikir Penelitian

Sugiyono (2017,60) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori tersebut

berhubungkan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Alur pikir penelitian juga berfungsi sebagai

pedoman secara umum bagi penulis agar pelaksanaan berfokus pada hasil

penelitian yang mengarah pada tujuan yang diharapkan.

Alur pikir merupakan metode logika berpikir penulis dalam

memecahkan masalah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori

Mardiasmo (2011) sebagai pedoman, adapun menurut Mardiasmo (2011)

terdapat tiga karakteristik Transparansi, yaitu Informative, keterbukaan,


dan pengungkapan. Ketiga kategori ini dipilih berdasarkan identifikasi

masalah dan keadaan yang telah jelas dijelaskan pada latar belakang.

Adapun karakteristik Transparansi informative yang digunakan

untuk menganalisa Bagaimana Upaya Pemerintah daerah dalam

melaksanakan Transparansi Pengelolaan Keuangan Kabupaten Landak

sesuai dengan Kriteria Transparansi yang berlaku umum di Indonesia

mencakup pengungkapan informasi yang memadai atas hal-hal material

seperti kejelasan informasi,dapat diperbandingkan, informasi mudah

diakses, dan ketepatan waktu pengungkapan

Media apa saja yang digunakan oleh pemerintah kabupaten Landak

untuk penyampaian informasi agar memungkinkan seluruh lapisan

masyarakat untuk mengetahui Pengelolaan Laporan Keuangan Dan yang

terakhir adalah pengungkapan untuk menganalisa bagaimana pelaksanaan

Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah selama 5 tahun terakhir,

apakah berjalan dengan baik atau memiliki kendala dalam pelaksanaanya.

Agar lebih mudah dipahami peneliti ungkapkan melalui bagan kerangka

pikir pada gambar 2.1 dibawah ini :


Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Landasan Hukum
UU.No.17 Tahun 2003 dinyatakan bahwa : 1. Keuangan semua dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu yang baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menindak lanjuti intruksi Mentri dalam Negri No.188.52/1797/S.J/2012 tentang
kinerja peningkatan transparansi pengelolaan anggaran daerah memandatkan kepada
gubernur atau bupati dan walikota untuk menyediakan sarana dalam bentuk website
untuk penyampaian transparansi anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Fenomena

1. Upaya pelaksanaan transparansi pengelolaan Keuangan Daerah


belum tepat waktu.
2. Upaya Pemerintah daerah Kabupaten landak dalam melaksanakan
Transparansi masih belum Maksimal.

Kriteria Transparansi menurut Mardiasmo :


1. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran
2. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses
3. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu
4. Terakomodasi suara/usulan rakyat
5. Terdapat sistem pemberian informasi kepada Publik

Output

Mengetahui, menggambarkan serta menganalisis Transparansi


Pengelolaan Anggaran Belanja dan Pendapatan daerah yang terlihat
kurang maksimal di Kabupaten Landak.

Sumber : Peneliti
2.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dan teori yang digunakan, maka

peneliti akan membuat pertanyaan penelitian untuk menyusun item-item

pedoman wawancara. Berikut pertanyaan penelitian dalam penelitian ini:

6. Bagaimana proses atau mekanisme Transparansi Laporan Pengelolaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah?

7. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan transparansi pengelolaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah?

8. Bagaimana pelaksanaan transparansi pengelolaan anggaran pendapatan

dan belanja daerah, apakah sudah sesuai dengan system dan prosedur

yang melandasinya?

9. Bagaimana peran aparat pemerintah daerah dalam menerapkan prinsip

transparansi dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

daerah?

10. Apakah dari pihak pemerintah daerah sudah melaksanakan prinsip

transparansi dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

daerah?

Anda mungkin juga menyukai