Anda di halaman 1dari 2

Ini Awal Terbongkar Korupsi Pajak Kendaraan Rp 10,8 M di Samsat Banten

Serang - Sidang korupsi penggelapan pajak mobil di Samsat Kelapa Dua,


Tangerang, dengan nilai Rp 10,8 miliar kembali dilanjutkan dengan agenda
pemeriksaan saksi. Sidang kali ini menceritakan mengenai awal mula
terbongkarnya manipulasi para terdakwa menggelapkan pajak melalui aplikasi
Samsat.

Kronologi terbongkarnya penggelapan ini disampaikan saksi Andri Ma'mun


sebagai PNS di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Banten. Ia
bertugas sebagai penanggung jawab pengelolaan sistem di Sistem Aplikasi
Samsat Banten (Sambat).

Aplikasi ini adalah sistem sistem pembayaran yang terkoneksi dengan


kepolisian, PT Jasa Raharja, dan perbankan. Sistemnya diatur mulai dengan
runutan pendaftaran, penetapan, korektor, pembayaran, cetak SKPD, cetak
STNK, kemudian proses posting atau pengumpulan uang pajak ke pemerintah
daerah.

"Jadi kita tahu sebelum ada penetapan, karena ada permintaan pengecekan
terkait selisih dari Jasa Raharja," kata Andri di Pengadilan Tipikor Serang, Rabu
(19/10/2022).

Pihak Jasa Raharja bingung karena ada selisih dan anomali nilai keuangan di
sistem mereka dari jumlah pembayar pajak. Seingatnya, hal itu terjadi pada 2
Desember 2021.

"Itu terdapat kalau tidak salah ada dua kendaraan yang nilai Jasa Raharja-nya
nominalnya, ada selisih saya kemudian konfirmasi, ini selisih kenapa," kata
saksi.

Ia meminta cek selisih ini ke saksi Iwan Abu Bakar dari PT Aldrin Media
Infotama selaku pihak ketiga pengelola aplikasi pembayaran. Ternyata
ditemukan adanya selisih transaksi mobil harusnya membayar pajak kendaraan
baru menjadi kendaraan bekas.
"Itu selisih dari transaksi BBN 1 ke BBN 2, ini menunjukkan selisih, ternyata
ada anomali transaksi," ungkapnya.

Salah satu mobil itu, katanya, kendaraan Fortuner. Nilai pajak kendaraan itu
sendiri semestinya adalah Rp 50 juta. Kemudian malah dijadikan nol di dalam
sistem aplikasi samsat.

"Nilainya jauh, dari Rp 50 juta jadi nol. Dan biasanya harusnya ada tanda
tangan korektor, paraf korektor," ujar saksi.

Mestinya kata saksi, jika ada koreksi nilai pajak, uang itu dikembalikan ke
wajib pajak yang memiliki mobil. Karena secara pembayaran, sistem
menghitung ulang karena ada perubahan dari BBN 1 atau mobil baru ke BBN 2
atau pajak mobil bekas.

"Harusnya normatifnya seperti itu (dikembalikan)," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, korupsi penggelapan uang pajak kendaraan dilakukan


oleh terdakwa Zulfikar sebagai Kasi Penetapan, Penerimaan dan Penagihan di
Samsat Kelapa Dua Tangerang, terdakwa Achmad Pridasya sebagai pegawai
administrasi, M Bagza Ilham sebagai honorer dan terakhir Budiyono sebagai
pembuat aplikasi pembayaran Samsat.

Anda mungkin juga menyukai