Anda di halaman 1dari 181

Artikel 3 Juni 2023

PPN AYDA Berlaku, Kreditur Wajib Dikukuhkan PKP

Sebelum Revisi
Melalui sesi Live on Instagram KPP Madya Semarang (LOMPYA), Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Madya Semarang edukasi wajib pajak secara daring (Selasa, 30/05).
Kegiatan edukasi menghadirkan dua narasumber yaitu Delima Manalu dan Rendy
Brian Pratama yang merupakan Penyuluh Pajak KPP Madya Semarang.
Selama kurang lebih satu jam LOMPYA membahas tentang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) atas penyerahan Agunan yang Diambil Alih (AYDA) oleh kreditur kepada
pembeli agunan. Materi tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 41 Tahun 2023 yang telah diberlakukan pada 1 Mei 2023.
Aturan mengenai penyerahan AYDA oleh kreditur kepada pembeli agunan termasuk
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dikenai PPN yang
diatur dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2022 tentang
Penerapan terhadap PPN dan PPnBM yang juga mengamanahkan pengaturan lebih
lanjut dalam peraturan menteri keuangan (PMK) mengenai tata cara pemungutan
PPN-nya.
Maraknya peristiwa gagal bayar yang terjadi atas kegiatan utang piutang dapat
menimbulkan sengketa atas agunan. Saat peminjam tidak sanggup memenuhi
kewajiban kepada kreditur, maka kreditur berhak mencairkan piutang gagal bayar
dengan menjual agunan.
“Pinjol (red-pinjaman online) tidak ada agunan, KPR/pembelian rumah, atau
pinjaman usaha biasanya ada agunan, dan terkadang menimbulkan sengketa. Kami
akan membahas dari sisi PPN-nya apabila terjadi kegiatan penyerahan atau jual beli
terhadap agunan tersebut ”, jelas Delima.
Berlaku sejak 1 Mei 2023, penyuluh KPP Madya Semarang menghimbau pengusaha
terkait atau kreditur untuk segera mengajukan status sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) agar dapat memungut PPN. “Untuk kreditur yang berstatus belum PKP
mulai sekarang harus segera mengajukan status PKP dan mulai melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) masa PPN per 31 Mei 2023”, jelas Rendy.
Adapun pokok pengaturan dalam PMK Nomor 41/2023 tersebut di antaranya terkait
besaran tertentu PPN, saat terutang, tata cara pemungutan, penyetoran, pelaporan,
serta terkait pengkreditan pajak masukannya.
“Jumlah PPN yang dipungut dihitung dengan menggunakan besaran tertentu
sebesar 10 persen dari tarif PPN (1,1 persen) dikali harga jual agunan. Oleh
karenanya, lembaga keuangan tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukan atas
pengenaan PPN ini. Untuk saat terutangnya adalah pada saat pembayaran diterima
oleh lembaga keuangan sehingga hal itu tidak akan membebani cash flow lembaga
keuangan tersebut,” ringkas Rendy di penghujung kegiatan edukasi pada akun
instagram @pajakmadyasmg.

Sesudah Revisi
"Sesi Edukasi Pajak Daring KPP Madya Semarang Menerangkan
Peraturan PPN untuk Transfer Aset"
Melalui sesi Live on Instagram KPP Madya Semarang (LOMPYA), Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Madya Semarang menyelenggarakan program edukasi pajak daring pada
Selasa, 30 Mei. Dalam rangkaian kegiatan ini, dua narasumber, Delima Manalu dan
Rendy Brian Pratama, yang merupakan Penyuluh Pajak KPP Madya Semarang,
memberikan penjelasan.

Selama sekitar satu jam, LOMPYA membahas topik Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang terkait dengan penyerahan Agunan yang Diambil Alih (AYDA) oleh kreditur
kepada pembeli agunan. Materi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 41 Tahun 2023 yang mulai berlaku pada 1 Mei 2023.

PMK ini mengatur mengenai penyerahan AYDA oleh kreditur kepada pembeli
agunan sebagai bagian dari kategori penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), yang
dikenai PPN sesuai dengan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2022
tentang Penerapan PPN dan PPnBM. PMK ini juga memberikan panduan lebih lanjut
tentang tata cara pemungutan PPN.

Maraknya kasus gagal bayar dalam transaksi utang piutang dapat mengakibatkan
perselisihan terkait agunan. Ketika peminjam tidak mampu memenuhi kewajiban
kepada kreditur, kreditur memiliki hak untuk menjual agunan guna menagih piutang
gagal bayar.

Delima menjelaskan, "Pinjaman online tanpa agunan, KPR (Kredit Pemilikan Rumah)
atau pinjaman usaha sering melibatkan agunan, yang kadang-kadang menimbulkan
sengketa. Kami akan membahas aspek PPN dalam konteks penyerahan atau
penjualan agunan."
Mulai berlaku sejak 1 Mei 2023, penyuluh dari KPP Madya Semarang mendorong
pengusaha atau kreditur untuk segera mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) agar dapat mengenakan PPN. Rendy menjelaskan, "Bagi kreditur yang belum
memiliki status PKP, mereka harus segera mengajukan status PKP dan mulai
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPN per 31 Mei 2023."

PMK Nomor 41/2023 ini mengatur berbagai aspek terkait PPN, termasuk tarif PPN
tertentu, waktu pembayaran, prosedur pemungutan, penyetoran, pelaporan, serta
perlakuan pajak masukan.

Rendy merangkum, "Jumlah PPN yang dipungut dihitung dengan menggunakan tarif
PPN tertentu sebesar 10 persen dari tarif PPN (1,1 persen) dikali harga jual agunan.
Oleh karena itu, lembaga keuangan tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukan
terkait PPN ini. Saat terutangnya adalah pada saat pembayaran diterima oleh
lembaga keuangan, sehingga ini tidak akan mempengaruhi arus kas lembaga
keuangan."

Demikianlah rangkuman dari kegiatan edukasi ini, yang dapat diakses di akun
Instagram @pajakmadyasmg.

KPP Bintan Gelar Pojok Pajak di Tanjung Uban Selatan

Sebelum Revisi
KPP Pratama Bintan (KPP Bintan) membuka layanan Pojok Pajak di Kantor
Kelurahan Tanjung Uban Selatan yang berlokasi di Kecamatan Bintan Utara,
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Rabu, 10/5). Pojok Pajak ini bertujuan
untuk mensosialisasikan penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta memberikan pelayanan perpajakan kepada
Wajib Pajak (WP) yang tinggal di Kelurahan Tanjung Uban Selatan dan sekitarnya.
Dalam kegiatan ini, KPP Bintan menerjunkan 2 fungsional penyuluh pajak yang
dibantu oleh 2 account representative dan 2 (tenaga pelaksana. Kegiatan dimulai
dengan penyuluhan mekanisme dan tata cara aktivasi NIK menjadi NPWP pada
pukul 09.00 WIB dan dilanjutkan dengan pembukaan layanan perpajakan pada
pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Saat mengunjungi pojok pajak, Kepala KPP Pratama Bintan Arum Sumengkar
menerangkan bahwa pojok pajak merupakan salah satu layanan di luar kantor yang
digunakan sebagai sarana jemput bola untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan memberikan layanan yang lebih optimal
kepada masyarakat. “Kami akan menggelar lebih banyak pojok pajak terutama di
wilayah berpenduduk banyak, kawasan bisnis, pertokoan dan tempat-tempat lain
yang lokasinya cukup jauh dari KPP Bintan. Hal ini untuk mengakomodir kebutuhan
wajib pajak yang karena satu dan lain hal tidak dapat mengakses
layanan online yang sudah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP),” ujar
Arum. “Namun kami tetap menyarankan bagi wajib pajak yang tidak memiliki
kendala, agar secara mandiri langsung memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
laman https://djponline.pajak.go.id/,” pesannya.
Arum juga mengimbau para wajib pajak yang ingin memperoleh asistensi pengisian
SPT di lokasi pojok pajak agar tidak lupa untuk membawa dokumen pendukung
seperti KTP, NPWP serta bukti pemotongan Pajak 1721 A1 bagi karyawan swasta
dan lampiran 1721 A2 bagi ASN/TNI/POLRI. Hal ini untuk memudahkan wajib pajak
agar pelaporan SPTnya dapat segera selesai tanpa harus datang beberapa kali
untuk melengkapi dokumen yang diperlukan.
“Petugas kami siap memberikan bantuan konsultasi perpajakan, memandu aktivasi
dan pemadanan NIK-NPWP serta memandu proses pengisian SPT sampai selesai.
Semua layanan gratis tidak dipungut biaya sepeserpun," tutupnya.

Sesudah Revisi
"KPP Bintan Membuka Pojok Pajak untuk Meningkatkan
Kesadaran NPWP dan Layanan Pajak"
KPP Pratama Bintan (KPP Bintan) telah membuka Pojok Pajak di Kantor Kelurahan
Tanjung Uban Selatan, yang terletak di Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau, pada Rabu, 10 Mei. Inisiatif Pojok Pajak ini bertujuan untuk
menyosialisasikan penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan memberikan layanan perpajakan kepada Wajib Pajak
(WP) yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Uban Selatan dan sekitarnya.

Dalam pelaksanaannya, KPP Bintan melibatkan 2 penyuluh pajak fungsional yang


didukung oleh 2 account representative dan 2 tenaga pelaksana. Acara dimulai
dengan penyuluhan mengenai prosedur dan cara mengaktifkan NIK menjadi NPWP
pada pukul 09.00 WIB, diikuti dengan pembukaan layanan perpajakan dari pukul
10.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Kepala KPP Pratama Bintan, Arum Sumengkar, menjelaskan bahwa Pojok Pajak
adalah salah satu inisiatif layanan luar kantor yang bertujuan untuk meningkatkan
kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Arum menyatakan, "Kami berencana
untuk membuka lebih banyak Pojok Pajak, khususnya di wilayah yang padat
penduduk, pusat bisnis, toko, dan lokasi lain yang berjarak cukup jauh dari KPP
Bintan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan Wajib Pajak yang mungkin tidak dapat
mengakses layanan online yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP)." Arum juga menyarankan Wajib Pajak yang dapat melakukannya untuk
menggunakan fasilitas online yang tersedia di laman https://djponline.pajak.go.id/.

Arum juga mengingatkan Wajib Pajak yang ingin mendapatkan bantuan dalam
mengisi SPT di Pojok Pajak untuk membawa dokumen pendukung seperti KTP,
NPWP, serta bukti pemotongan Pajak 1721 A1 bagi karyawan swasta dan lampiran
1721 A2 bagi ASN/TNI/POLRI. Ini bertujuan untuk memudahkan proses pelaporan
SPT tanpa perlu berkunjung beberapa kali untuk melengkapi dokumen yang
diperlukan.

Arum menambahkan, "Petugas kami siap memberikan konsultasi perpajakan,


membantu aktivasi dan pemadanan NIK-NPWP, serta mendampingi proses pengisian
SPT hingga selesai. Semua layanan ini disediakan tanpa biaya apa pun."

Penyuluh Sosialisasikan Subunit Organisasi di Dinas Pendidikan


Kabupaten Semarang

Sebelum Revisi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Salatiga dan Kantor Pelayanan,
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Ungaran mengunjungi Aula Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang untuk
menjadi narasumber sosialisasi pembuatan bukti potong dan kode billing pajak user
subunit instansi pemerintah (Rabu, 24/05).
Penyuluh pajak KPP Pratama Salatiga, Meini Wahyu Utami menyampaikan
bahwa user subunit adalah sebuah user permbantu instansi pemerintah untuk
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, dalam penggunaan aplikasi e-Bupot
instansi pemerintah. Akun subunit dapat digunakan oleh bendahara pemerintah
yang ingin melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. Kode billing akan secara
otomatis ter-generate setelah bendahara melakukan pelaporan transaksi terkait.
“Adanya sistem akun subunit ini akan memudahkan wajib pajak dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya. Kami mengimbau para bendahara pemerintah untuk
mulai mengakses akun subunit sehingga tidak perlu lagi datang ke kantor untuk
meminta kode billing. Akun subunit ini diharapkan dapat memberikan efektifitas dan
efisiensi kerja bendahara dalam pelaporan serta pembayaran pajak,” imbuhnya.
Sosialisasi ini dihadiri oleh perwakilan bendahara sekolah yang berada di Kota
Ungaran. Acara dibuka dengan sambutan dari Gogo Widiyatmoko selaku Sekretaris
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang
dan disambung oleh Muhammad Andhi Kurniawan selaku Kepala Subbagian
Keuangan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.
“Selamat mengikuti kegiatan ini sampai selesai. Manfaatkan momen untuk tanya
jawab sehingga saat pulang tidak ada lagi keraguan dan kekeliruan dalam
pengelolaan dana BOS,” tutur Gogo.
Terdapat beberapa bendahara mengajukan pertanyaan terkait subunit dan
pertanyaan lain seputar kewajiban perpajakan. Untuk memberikan apresiasi atas
keinginan belajar bendahara tersebut dan meningkatkan semangat peserta kegiatan,
kantor pajak memberikan bingkisan berisikan alat tulis kantor kepada masing-
masing bendahara. Acara kemudian ditutup setelah tidak ada lagi bendahara yang
mengalami kendala dan misunderstanding terhadap sistem subunit organisasi ini.
Harapannya para bendahara di lingkup Dinas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang yang mengikuti sosialisasi ini
dapat memahami materi dengan baik sehingga dapat melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya dengan benar.

Sesudah Revisi
"Penyuluhan Pajak untuk Pengguna Subunit Instansi
Pemerintah oleh KPP Salatiga dan KP2KP Ungaran"
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Salatiga dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Ungaran telah melakukan kunjungan ke Aula
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang
pada tanggal 24 Mei untuk memberikan penjelasan mengenai pembuatan bukti
potong dan kode billing pajak untuk pengguna subunit dalam instansi pemerintah.
Meini Wahyu Utami, seorang penyuluh pajak dari KPP Pratama Salatiga, menjelaskan
bahwa pengguna subunit adalah individu yang berperan sebagai bantuan dalam
instansi pemerintah untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, terutama
dalam menggunakan aplikasi e-Bupot yang digunakan dalam instansi pemerintah.
Akun subunit ini dapat dimanfaatkan oleh bendahara pemerintah yang ingin
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa. Proses pembuatan kode billing akan
secara otomatis terjadi setelah bendahara melaporkan transaksi yang terkait.

Meini menambahkan, "Keberadaan sistem akun subunit ini bertujuan untuk


mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kami
mendorong bendahara pemerintah untuk mulai mengakses akun subunit sehingga
mereka tidak perlu lagi mendatangi kantor pajak untuk meminta kode billing.
Diharapkan bahwa penggunaan akun subunit ini dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja bendahara dalam proses pelaporan dan pembayaran pajak."

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan bendahara sekolah yang beroperasi di Kota
Ungaran. Acara dimulai dengan sambutan dari Gogo Widiyatmoko, Sekretaris Dinas
Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang, dan
dilanjutkan oleh Muhammad Andhi Kurniawan, Kepala Subbagian Keuangan Dinas
Pendidikan Kabupaten Semarang.

Gogo menyampaikan, "Selamat mengikuti kegiatan ini hingga selesai. Manfaatkan


kesempatan ini untuk bertanya sehingga Anda dapat pulang tanpa keraguan atau
kebingungan dalam mengelola dana BOS."

Pada saat acara berlangsung, beberapa bendahara mengajukan pertanyaan tentang


penggunaan subunit dan juga pertanyaan lain yang terkait dengan kewajiban
perpajakan. Sebagai tanda penghargaan atas keinginan mereka untuk belajar dan
untuk meningkatkan semangat peserta, kantor pajak memberikan hadiah berupa
peralatan tulis kantor kepada setiap bendahara. Acara ditutup setelah tidak ada lagi
bendahara yang mengalami kendala atau kesalahpahaman terkait dengan sistem
subunit dalam organisasi mereka.

Harapan dari acara ini adalah agar para bendahara yang mengikuti sosialisasi ini di
lingkup Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten
Semarang dapat memahami materi dengan baik dan dapat menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan mereka dengan benar.
Artikel 5 Juni 2023
Raksasa Global Kompak Teriaki Vietnam, Ini Penyebabnya

Sebelum Revisi
Langkah pemerintah Vietnam yang mulai menerapkan tarif pajak minimum sebesar
15% membuat perusahaan multinasional di negara itu gempar.
Di lansir Reuters, penerapan kebijakan yang menyesuaikan kesepakatan Organisasi
untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) ini membuat perusahaan
seperti Samsung bereaksi. Mereka meminta supaya pemerintah turut mengeluarkan
kompensasi karena menerapkan pungutan pajak yang lebih tinggi. Samsung
bersuara bersama perusahan lain seperti LG Electronics, Intel, hingga Bosch.
"Dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pada bulan April, raksasa teknologi
Korea Samsung dan LG Electronics, pembuat chip AS Intel, dan Bosch Jerman
termasuk di antara setengah lusin besar investor yang mendorong kompensasi," ujar
seorang sumber Reuters, dikutip Minggu (4/6/2023).
Sumber itu mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan rancangan resolusi
yang dapat disetujui oleh parlemen pada bulan Oktober yang menawarkan
kompensasi sebagian kepada perusahaan besar. Pasalnya, Vietnam merupakan
salah satu tujuan investasi yang diminati.
"Jika ini tidak sepenuhnya diselesaikan, daya saing Vietnam akan memudar," kata
Ketua Kamar Bisnis Korea di Vietnam, Hong Sun, mencatat bahwa investor Korea
Selatan (Korsel) sangat sensitif terhadap perubahan tersebut.
Perusahaan asing telah menginvestasikan puluhan miliar dolar di negara ini dan
merupakan pemberi kerja utama. Samsung, misalnya, adalah investor asing tunggal
terbesar di Vietnam, mempekerjakan 160.000 orang dan memproduksi setengah
dari ponsel pintarnya di negara tersebut.
"Tarif pajak Samsung bervariasi menurut kabupaten, dan berkisar antara 5,1% dan
6,2% pada 2019 di dua provinsi utara tempat Samsung memproduksi smartphone,"
menurut data pemerintah yang dikutip oleh media lokal.
Di bawah resolusi kompensasi yang diusulkan, perusahaan dengan investasi besar
di Vietnam akan diizinkan untuk menerima pemberian tunai setelah pajak untuk
mendukung pengeluaran manufaktur atau penelitian mereka.
"Namun, biayanya kira-kira harus sesuai dengan pendapatan tambahan yang
diperkirakan akan diperoleh Vietnam dari pajak yang lebih tinggi yang akan
dikenakan pada perusahaan multinasional besar di bawah aturan global baru,"
tambah sumber tersebut.

Sesudah Revisi
"Penerapan Tarif Pajak Minimum Vietnam Membuat
Perusahaan Multinasional Minta Kompensasi"
Tindakan pemerintah Vietnam dalam menerapkan tarif pajak minimum sebesar 15%
telah mengejutkan perusahaan multinasional yang beroperasi di negara tersebut.

Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, kebijakan ini mengikuti kesepakatan Organisasi
untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan telah mendapat reaksi dari
perusahaan seperti Samsung, yang meminta pemerintah memberikan kompensasi
atas pungutan pajak yang lebih tinggi. Samsung bersama dengan perusahaan lain
seperti LG Electronics, Intel, dan Bosch telah menyuarakan kebutuhan akan
kompensasi.

"Samsung dan LG Electronics dari Korea, pembuat chip Intel dari Amerika Serikat,
dan Bosch dari Jerman, bersama dengan beberapa investor besar lainnya, telah
meminta kompensasi dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pada bulan
April," kata seorang sumber yang dikutip oleh Reuters pada Minggu (4 Juni 2023).

Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah Vietnam sedang


merencanakan sebuah resolusi yang dapat disetujui oleh parlemen pada bulan
Oktober, yang akan memberikan sebagian kompensasi kepada perusahaan-
perusahaan besar. Ini dikarenakan Vietnam merupakan salah satu tujuan investasi
yang sangat diminati.

"Jika masalah ini tidak terselesaikan dengan baik, daya saing Vietnam akan tergerus,"
ujar Hong Sun, Ketua Kamar Bisnis Korea di Vietnam, sambil mencatat bahwa
investor Korea Selatan sangat sensitif terhadap perubahan ini.

Perusahaan asing telah menginvestasikan puluhan miliar dolar di Vietnam dan


menjadi salah satu penyedia lapangan kerja utama. Sebagai contoh, Samsung adalah
investor asing terbesar di Vietnam, dengan 160.000 karyawan dan produksi sebagian
besar ponsel cerdasnya dilakukan di negara ini.
"Tarif pajak Samsung bervariasi berdasarkan lokasi, dengan rentang antara 5,1%
hingga 6,2% pada tahun 2019 di dua provinsi utara tempat Samsung memproduksi
ponsel cerdas," menurut data pemerintah yang dilaporkan oleh media lokal.

Dalam proposal kompensasi yang diajukan, perusahaan-perusahaan dengan


investasi besar di Vietnam akan diizinkan untuk menerima insentif tunai setelah
membayar pajak, yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan manufaktur
atau penelitian mereka.

"Namun, jumlah insentif ini diperkirakan akan sesuai dengan pendapatan tambahan
yang diperoleh Vietnam dari pajak yang lebih tinggi yang dikenakan pada
perusahaan multinasional besar di bawah aturan global baru," tambah sumber
tersebut.

KPP Lamongan dan Pengelola Pasar Berkoordinasi Bahas Pojok


Pajak

Sebelum Revisi
KPP Pratama Lamongan diwakili pengampu wilayah Kecamatan Babat Ulul Azmi
dan Yudi Santoso melakukan koordinasi dengan Kepala UPT Pasar Umum Babat
Eko Yulianto dan Kepala Pasar Agrobis Semando Babat Aji Purnomo untuk
merealisasikan layanan pojok pajak yang akan digelar di kedua pasar tersebut
(Selasa, 30/5).
Kepala UPT Pasar Umum Babat Eko Yulianto dan Kepala UPT Pasar Agrobis
Semando Babat Aji Purnomo menuturkan siap memberikan support semaksimal
mungkin dan akan membantu sepenuhnya pojok pajak tersebut. Layanan pojok
pajak sebelumnya mendapat antusiasme yang tinggi dari para pedagang yang
merasa terbantu dengan adanya pojok pajak tersebut karena, para pedagang tidak
perlu menempuh jarak yang cukup jauh dan meninggalkan aktifitas perdagangan
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Layanan pojok pajak tersebut rencananya akan digelar pada hari Selasa, 13 Juni
2023 pukul 09.00 s.d. 13.00 WIB di Pasar Umum Babat dan Kamis, 15 Juni 2023
pukul 14.00 s.d. 17.00 WIB di Pasar Pasar Agrobis Semando Babat. Pojok pajak
tersebut melayani pelaporan SPT Tahunan, pemadanan NIK-NPWP,
pembutan billing, dan konsultasi perpajakan. KPP Pratama Lamongan mendukung
pengembangan usaha masyarakat dengan tidak mengesampingkan kewajiban
perpajakan oleh karena itu, apabila antusias Wajib Pajak tinggi dan terus meningkat,
KPP Pratama Lamongan akan mempertimbangkan untuk membuka pojok pajak
secara rutin di kedua pasar tersebut.

Sesudah Revisi
"KPP Pratama Lamongan Siap Gelar Layanan Pajak di Pasar
Umum Babat dan Pasar Agrobis Semando Babat"
KPP Pratama Lamongan telah mengirim perwakilannya, yaitu pengampu wilayah
Kecamatan Babat Ulul Azmi dan Yudi Santoso, untuk berkoordinasi dengan Kepala
UPT Pasar Umum Babat, Eko Yulianto, dan Kepala Pasar Agrobis Semando Babat, Aji
Purnomo, guna melaksanakan layanan pojok pajak di kedua pasar tersebut pada hari
Selasa, 30 Mei.

Kepala UPT Pasar Umum Babat, Eko Yulianto, dan Kepala Pasar Agrobis Semando
Babat, Aji Purnomo, menyatakan kesiapan mereka untuk memberikan dukungan
penuh dalam merealisasikan pojok pajak tersebut. Sebelumnya, layanan pojok pajak
telah mendapat sambutan positif dari para pedagang, yang merasa terbantu karena
tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh atau meninggalkan aktivitas perdagangan
mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Pojok pajak ini dijadwalkan akan beroperasi pada hari Selasa, 13 Juni 2023, mulai
pukul 09.00 hingga 13.00 WIB di Pasar Umum Babat, dan pada hari Kamis, 15 Juni
2023, mulai pukul 14.00 hingga 17.00 WIB di Pasar Agrobis Semando Babat. Layanan
pojok pajak ini akan mencakup pelaporan SPT Tahunan, pemadanan NIK-NPWP,
pembuatan billing, dan konsultasi perpajakan. KPP Pratama Lamongan mendukung
perkembangan usaha masyarakat sambil tetap memastikan kewajiban perpajakan
mereka terpenuhi. Oleh karena itu, jika antusiasme Wajib Pajak terus meningkat, KPP
Pratama Lamongan akan mempertimbangkan untuk mengadakan pojok pajak secara
berkala di kedua pasar tersebut.
Artikel 6 Juni 2023
Insentif Pajak Sepi Peminat Bakal Dihapus?

Sebelum Revisi
Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah jor-joran memberikan insentif pajak guna
mendorong pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 dan beberapa hambatan lain
memang menekan ekonomi Indonesia.
Namun ternyata, insentif pajak yang ditawarkan oleh pemerintah ini tidak semuanya
disambut dengan baik oleh pengusaha maupun investor. Kepala Badan Kebijakan
Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan
bahwa beberapa insentif pajak sepi peminat.
Oleh karena itu, BKF berencana meninjau kembali insentif pajak yang minim
peminat. Febrio mengatakan apabila setelah disurvei diketahui ada insentif pajak
belum optimal, maka pemerintah akan mencabut insentif tersebut dan menggantinya
dengan yang lebih menarik.
“Untuk insentif yang belum optimal maka akan kita review, kalau memang tidak
optimal ya akan kita ubah," katanya dikutip dari Belasting.id.
Namun dia tidak menyebutkan secara spesifik insentif mana yang kemungkinan
dicabut.Dia hanya menyatakan pada 2024, kebijakan insentif pajak akan diarahkan
untuk sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah, seperti hilirisasi dan
sektor energi baru terbarukan.
Sekadar informasi, pemerintah memberikan banyak insentif pajak. Untuk investor
misalnya, ada tax holiday, tax allowance, supertax deduction bai kepentingan
penelitian dan pengembangan, serta supertax deduction vokasi.

Sesudah Revisi
"Pemerintah Indonesia Akan Meninjau Ulang Insentif Pajak
yang Minim Peminat"
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah memberikan insentif pajak secara
besar-besaran sebagai upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Walaupun
ekonomi Indonesia telah mengalami tekanan dari pandemi Covid-19 dan beberapa
tantangan lainnya, nyatanya tidak semua insentif pajak yang ditawarkan pemerintah
mendapat respon positif dari pengusaha dan investor.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) di Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu,


mengungkapkan bahwa beberapa insentif pajak saat ini memiliki tingkat minat yang
rendah. Oleh karena itu, BKF memiliki rencana untuk melakukan evaluasi ulang
terhadap insentif pajak yang kurang diminati. Febrio menyatakan bahwa jika hasil
survei menunjukkan bahwa suatu insentif pajak tidak berjalan secara optimal, maka
pemerintah akan mencabutnya dan menggantinya dengan insentif yang lebih
menarik.

Febrio tidak merinci insentif pajak mana yang mungkin akan dicabut, namun ia
menegaskan bahwa pada tahun 2024, kebijakan insentif pajak akan difokuskan pada
sektor-sektor ekonomi yang mampu menciptakan nilai tambah, seperti sektor
hilirisasi dan energi terbarukan.

Perlu dicatat bahwa pemerintah telah memberikan berbagai macam insentif pajak,
termasuk tax holiday, tax allowance, supertax deduction untuk penelitian dan
pengembangan, serta supertax deduction untuk pendidikan vokasi, sebagai salah
satu bentuk dukungan kepada para investor.
Artikel 7 Juni 2023
57,35 Juta NIK Sudah Bisa Digunakan Sebagai NPWP

Sebelum Revisi
Pemerintah secara resmi meluncurkan integrasi penggunaan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) per 14 Juli 2022.
Sampai dengan awal Juni 2023, sudah ada 57,35 juta Nomor Induk Kependudukan
(NIK) yang tervalidasi dan bisa digunakan sebagai NPWP.
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Dwi Astuti menjelaskan, angka
NIK yang terintegrasi dengan NPWP ini merupakan data terbaru per hari ini.
“Sampai dengan 5 Juni 2023 sudah terdapat 57,35 juta NIK dan NPWP yang
dipadankan,” ujar Dwi dikutip dari Belasting.id.
Dengan melakukan validasi NIK sebagai NPWP, wajib pajak bisa menggunakan NIK
untuk keperluan administrasi perpajakan. Ketika NIK sudah tervalidasi, wajib pajak
bisa memasukan atau login ke DJP Online menggunakan format NPWP 16 digit
angka NIK yang tertera pada KTP.
Validasi NIK-NPWP bisa dilakukan secara otomatis oleh DJP. Namun proses
tersebut juga bisa dilakukan oleh wajib pajak secara mandiri, yakni dengan klik fitur
validasi NIK sebagai NPWP di DJP Online.
DJP terus mengimbau wajib pajak untuk melakukan validasi secara mandiri.
Pasalnya, mulai 1 Januari 2024, layanan administrasi perpajakan seluruhnya akan
menggunakan NPWP format 16 digit.
“Terhitung sejak 1 Januari 2024, wajib pajak menggunakan NIK sebagai NPWP dan
NPWP dengan format 16 digit dalam layanan administrasi yang diselenggarakan
DJP dan pihak lain,” bunyi Pasal 11 huruf a PMK 112/2022.
Adapun pemadanan NIK sebagai NPWP dilakukan DJP untuk mengintegrasikan
data dan informasi mengenai catatan kependudukan wajib pajak di Kementerian
Dalam Negeri dengan milik otoritas pajak. Sedikitnya, ada 69 juta NIK yang perlu
divalidasi sebagai NPWP.
Hingga saat ini, wajib pajak masih bisa mendapatkan layanan perpajakan dengan
menggunakan NPWP format yang lama. Namun kondisi itu hanya berlaku hingga 31
Desember 2024, sesuai beleid yang diterbitkan pemerintah.
Sesudah Revisi
“Peluncuran Integrasi NIK Sebagai NPWP dan Jadwal
Pemadanan untuk Wajib Pajak”

Pada tanggal 14 Juli 2022, pemerintah secara resmi memulai penggunaan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hingga awal
Juni 2023, sudah ada 57,35 juta NIK yang telah divalidasi dan dapat digunakan
sebagai NPWP.

Dwi Astuti, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP, menjelaskan bahwa
angka ini mencerminkan data terbaru saat ini. Menurutnya, "Sampai dengan 5 Juni
2023, sudah ada 57,35 juta NIK yang telah dipasangkan dengan NPWP."

Melalui validasi NIK sebagai NPWP, wajib pajak dapat menggunakan NIK tersebut
untuk keperluan administrasi perpajakan. Setelah NIK tervalidasi, wajib pajak dapat
menggunakan format NPWP 16 digit yang tertera pada KTP saat masuk atau login ke
DJP Online.

Validasi NIK-NPWP dapat dilakukan secara otomatis oleh DJP, tetapi wajib pajak juga
dapat melakukannya sendiri dengan mengklik fitur validasi NIK sebagai NPWP di DJP
Online.

DJP terus mengimbau wajib pajak untuk melakukan validasi secara mandiri. Hal ini
disebabkan karena mulai tanggal 1 Januari 2024, seluruh layanan administrasi
perpajakan akan menggunakan format NPWP 16 digit.

Pasal 11 huruf a PMK 112/2022 mengatakan, "Mulai tanggal 1 Januari 2024, wajib
pajak harus menggunakan NIK sebagai NPWP dan NPWP dengan format 16 digit
dalam layanan administrasi yang diselenggarakan oleh DJP dan pihak lain."

DJP melakukan pemadanan NIK sebagai NPWP untuk menggabungkan data tentang
catatan kependudukan wajib pajak dari Kementerian Dalam Negeri dengan data
yang dimiliki oleh otoritas pajak. Saat ini, terdapat setidaknya 69 juta NIK yang harus
divalidasi sebagai NPWP.

Saat ini, wajib pajak masih dapat menggunakan format NPWP yang lama untuk
layanan perpajakan. Namun, hal ini hanya berlaku hingga 31 Desember 2024 sesuai
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Bocoran Terbaru Penerapan Pajak Karbon di Indonesia

Sebelum Revisi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap kabar terbaru penerapan
Pajak Karbon di Indonesia. Menyusul upaya menekan emisi karbon dari berbagai
sektor di dalam negeri.
Sri Mulyani bilang, pemungutan pajak untuk emisi karbon merupakan salah satu
upaya untuk mengoptimalkan pendapatan negara sembari melakukan transformasi.
Namun, dia belum mengungkap kapan waktu pasti pemungutan pajak ini akan
dilakukan.
Dari sisi Pajak Karbon, yang sudah diperkenalkan dalam UU No 6 2021 melalui
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, kita telah mengamanatkan tarif
pajak karbon minimal Rp 30 per kilogram CO2 equivalent. Penerapan pajak karbon
ini akan dilakukan juga secara berthaap dan hati-hati," kata dia dalam Bisnis
Indonesia Green Forum 2023.
"Artinya dampak positifnya diinginkan namun dampak negatif dari setiap instrumen
juga diperhatikan, sehingga perekonomian Indonesia mampu terus berlanjut dari sisi
pertumbuhan stabilitas namun juga mampu melakukan transformasi," sambungnya.
Melalui penetapan tarif pajak karbon ini, dia berharap mampu mengembangkan
mekanisme pembiayaan yang inovatif. Misalnya bagaimana pasar bereaksi sejalan
dengan mulai berlakunya pasar karbon, kendati tak sebatas pada bursa karbon.
Diketahui, bursa karbon sendiri direncanakan meluncur pada September 2023
mendatang. Namun, hal ini disebut tak akan berbarengan dengan pemungutan pajak
karbon. "Oleh karena itu pemerintah terus berinovasi untuk mengakselerasi dan
develop, membangun dan mengembangkan carbon market ini sehingga dia makin
dikenal oleh pelaku ekonomi, makin bisa dikelola transparan kredibel dan bisa
berikan signaling secara market kepada pelaku ekonomi untuk terus berpartisipasi,"
paparnya.
Sesudah Revisi
“Penerapan Pajak Karbon di Indonesia dan Pengembangan
Pasar Karbon"

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap perkembangan terbaru terkait


Pajak Karbon di Indonesia sebagai respons terhadap upaya pengurangan emisi
karbon di berbagai sektor dalam negeri.

Sri Mulyani menyatakan bahwa pengenaan pajak untuk emisi karbon merupakan
salah satu langkah untuk meningkatkan penerimaan negara sambil menjalankan
transformasi. Namun, dia belum menentukan tanggal pasti pelaksanaan pajak ini.

Dalam hal Pajak Karbon, yang telah diperkenalkan melalui UU No 6 tahun 2021 yang
mengatur Harmonisasi Peraturan Perpajakan, telah ditetapkan tarif pajak karbon
minimal sebesar Rp 30 per kilogram CO2 setara. Penerapan pajak ini akan dilakukan
secara bertahap dan hati-hati, ujar dia dalam Bisnis Indonesia Green Forum 2023.

Dia menjelaskan, "Ini berarti kita berharap ada dampak positif, tetapi kami juga
memperhatikan dampak negatif dari setiap instrumen ini, sehingga perekonomian
Indonesia dapat tetap tumbuh secara stabil dan mampu melakukan transformasi."

Dengan menetapkan tarif pajak karbon ini, Menteri Keuangan berharap dapat
mengembangkan mekanisme pembiayaan yang inovatif, termasuk bagaimana pasar
akan bereaksi dengan mulai berlakunya pasar karbon, meskipun bukan hanya
terbatas pada bursa karbon.

Perlu dicatat bahwa bursa karbon direncanakan akan diluncurkan pada bulan
September 2023 mendatang, tetapi ini tidak akan segera diikuti oleh pelaksanaan
pajak karbon. "Karena itu, pemerintah terus berupaya berinovasi untuk mempercepat
pengembangan pasar karbon ini, membuatnya lebih dikenal oleh pelaku ekonomi,
lebih dapat dikelola secara transparan dan kredibel, serta memberikan sinyal kepada
pelaku ekonomi untuk terus berpartisipasi," tambahnya.

Konser Blackpink Hingga Coldplay Disebut Buat Pendapatan


Pajak Naik 100 Persen

Sebelum Revisi
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Lusiana Herawati
mengungkapkan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami peningkatan sebanyak
100 persen akibat banyaknya konser musik yang telah dan akan berlangsung
selama 2023.
Meski demikian, dia tak merinci jumlah pendapatan yang berhasil masuk ke kas Ibu
Kota. Ia hanya mengatakan bahwa pendapatan mengalami peningkatan dari tahun
lalu.
"Kalau dari tahun lalu ya jauh sih. Mungkin bisa 100 persen dari insidental. Kan ini
ada Coldplay, agenda sampai akhir tahun juga banyak dan itu semuanya mereka
sudah melapor ke Bapenda," kata Lusi ketika dikonfirmasi.
Dia menjelaskan, peningkatan ini diakibatkan mulai landainya Covid-19 sehingga
konser dan berbagai acara luring dapat diadakan.
"Memang untuk tahun ini kayaknya puncaknya setelah tahun 2019, 2020, 2021,
2022. Memang luar biasa," tambah Lusi.
Langsung Turun ke Lapangan
Lebih lanjut, Lusi berujar bahwa Bapenda akan turun langsung ke lapangan saat
konser berlangsung untuk menarik hasil penjualan.
"Kalau misalnya ada konser kayak Blackpink tuh, anak buah saya juga turun ke
lapangan pas hari H. Ada tim yang datang jadi langsung narik data penjualannya
karena kan langsung mekanisme pemeriksaan," jelas Lusi.
"Jadi acara selesai langsung tim datang melakukan pemeriksaan untuk menghitung
berapa jumlah pajaknya," sambungnya.

Sesudah Revisi
"Peningkatan Pendapatan Daerah DKI Jakarta Berkat Konser
Musik di Tahun 2023"

Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta, Lusiana Herawati,


mengungkapkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah meningkat sebesar 100
persen akibat banyaknya konser musik yang telah dan akan diadakan selama tahun
2023.

Meskipun demikian, ia tidak memberikan rincian mengenai jumlah pendapatan yang


telah masuk ke kas Ibu Kota. Dia hanya mengatakan bahwa pendapatan telah
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jika dibandingkan dengan tahun lalu, peningkatannya signifikan. Mungkin bisa


mencapai 100 persen dari peristiwa-peristiwa khusus. Misalnya, ada konser Coldplay
dan masih banyak agenda lainnya hingga akhir tahun, semuanya telah melaporkan
pendapatan mereka ke Bapenda," kata Lusi saat dimintai konfirmasi.

Lusi menjelaskan bahwa peningkatan ini terjadi karena kondisi Covid-19 yang telah
mulai mereda, memungkinkan konser dan acara lainnya dapat kembali diadakan.

"Iya, memang untuk tahun ini merupakan tahun puncak setelah tahun-tahun
sebelumnya, seperti 2019, 2020, 2021, dan 2022. Ini sungguh luar biasa," tambah
Lusi.

Selain itu, Lusi mengungkapkan bahwa Bapenda akan melakukan pemantauan


langsung selama konser berlangsung untuk mengumpulkan data penjualan.

"Jika ada konser, seperti misalnya Blackpink, tim dari staf saya turun langsung ke
lapangan saat hari acara berlangsung. Mereka memiliki tim yang datang untuk
mengumpulkan data penjualan secara langsung karena ada mekanisme pemeriksaan
yang harus dilakukan," jelas Lusi.

"Iya, begitu acara selesai, tim langsung datang untuk melakukan pemeriksaan dan
menghitung jumlah pajak yang harus dibayar," tambahnya.

Edukasi Wajib Pajak, KPP Madya Palembang Kunjungi Calon


PKP

Sebelum Revisi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Palembang melakukan kunjungan kerja ke
tempat usaha wajib pajak yang mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP), Palembang.
Kunjungan tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari Peraturan Direktur
Jenderal Pajak nomor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
Kunjungan kepada Wajib Pajak Badan calon PKP bukan hanya bertujuan untuk
verifikasi lapangan dan validasi data saja, tetapi juga bertujuan untuk mengedukasi
wajib pajak secara tatap muka.
Dalam kunjungan ini, wajib pajak diberikan edukasi mengenai hak dan kewajiban
pajaknya setelah menjadi PKP, salah satunya adalah tentang bagaimana cara
menyampaikan SPT Masa PPN di setiap Masa Pajak.
Sesudah Revisi
"Kantor Pelayanan Pajak Palembang Kunjungi Wajib Pajak
Calon PKP untuk Edukasi dan Verifikasi"

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Palembang melakukan kunjungan ke tempat


usaha seorang wajib pajak yang telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan
status Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Palembang.

Kunjungan ini dilakukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-
04/PJ/2020 yang mengatur prosedur administrasi terkait Nomor Pokok Wajib Pajak,
Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Selain melakukan verifikasi lapangan dan validasi data, kunjungan ini juga memiliki
tujuan untuk memberikan edukasi kepada wajib pajak secara langsung. Saat
kunjungan, wajib pajak diberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pajak yang
berlaku setelah mereka mendapatkan status PKP, termasuk prosedur penyampaian
SPT Masa PPN pada setiap Masa Pajak.

KPP Kembangan Imbau WP Badan Lapor SPT Segera

Sebelum Revisi
Untuk meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan, Kantor pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Jakarta Kembangan kembali mengadakan Kelas Pajak Pelaporan SPT Tahunan
PPh Badan secara daring melalui aplikasi Zoom.
"Batas akhir pelaporan Surat pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk wajib pajak (WP) badan
telah berakhir pada tanggal 30 April kemarin, tetapi berdasarkan informasi dan monitoring
data pelaporan SPT Tahunan, masih terdapat beberapa WP yang belum melaporkannya,"
ungkap Kepala KPP Pratama Jakarta Kembangan Taufiq.
Dalam kegiatan yang digelar selama dua har, mulai tanggal 23 s.d 24 Mei 2023, penyuluh
pajak menyampaikan materi dalam dua sesi. Sesi pertama, yaitu informasi umum terkait hak
dan kewajiban WP Badan dilanjutkan materi tata cara pelaporan SPT tahunan badan usaha
dalam e-Form pada sesi kedua.
Taufiq berkesempatan menyapa sekitar seratus wajib pajak. Peserta diajak untuk terus
menjadi mitra kerja Direktorat Jenderal Pajak dalam menyebarluaskan informasi terkait
perpajakan terkini. “Pegawai pajak tanpa wajib pajak hanya butiran debu," ujar Taufiq.
Taufiq mengharapkan dengan kegiatan edukasi ini, wajib pajak akan mengingat kembali
kewajiban perpajakannya dan semakin paham proses pelaksanaannya, terutama dalam hal
pelaporan SPT Tahunan yang benar, lengkap, dan jelas sesuai periode pelaporan SPT
Tahunan. Dengan begitu, pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan berjalan lancar tanpa
halangan yang berarti.

Sesudah Revisi
"KPP Pratama Jakarta Kembangan Gelar Kelas Pajak Online
untuk Meningkatkan Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan"

Dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan, Kantor


Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kembangan kembali mengadakan Kelas Pajak
Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan secara online melalui platform Zoom.

Menurut Kepala KPP Pratama Jakarta Kembangan, Taufiq, batas waktu pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan bagi wajib pajak badan telah berakhir pada 30
April yang lalu. Namun, berdasarkan informasi dan pemantauan data pelaporan SPT
Tahunan, masih ada beberapa wajib pajak yang belum melaporkannya.

Selama dua hari, dari tanggal 23 hingga 24 Mei 2023, penyuluh pajak menyampaikan
materi dalam dua sesi. Sesi pertama mencakup informasi umum tentang hak dan
kewajiban wajib pajak badan, sementara sesi kedua membahas tata cara pelaporan
SPT tahunan badan usaha melalui e-Form.

Taufiq berbicara kepada sekitar seratus wajib pajak dan mengajak mereka untuk
terus menjadi mitra kerja Direktorat Jenderal Pajak dalam menyebarkan informasi
terkait perpajakan terbaru. Dia menyatakan, "Pegawai pajak dan wajib pajak adalah
elemen penting dalam sistem perpajakan."

Taufiq berharap bahwa melalui kegiatan edukasi ini, wajib pajak akan mengingat
kembali kewajiban perpajakannya dan memahami proses pelaksanaannya, khususnya
dalam hal pelaporan SPT Tahunan yang harus dilakukan dengan benar, lengkap, dan
jelas sesuai periode pelaporan yang berlaku. Dengan demikian, pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang signifikan.
Artikel 8 Juni 2023
Jokowi Tawarkan IKN ke Bos-bos Singapura: Bisa Bebas Pajak!

Sebelum Revisi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan proyek Ibu Kota Negara (IKN)
Nusantara kepada investor saat menjadi pembicara dalam Ecosperity Week 2023
yang diadakan Temasek Foundation di the Sands Expo & Convention Centre,
Singapura, Rabu (7/6/2023)
Kini proyek IKN telah dimulai melalui pembangunan infrastruktur dasar dan pusat
pemerintahan. Selanjutnya ada 300 paket investasi untuk swasta dengan total US$
2,6 miliar (Rp 38,6 triliun) dalam berbagai bidang, perumahan, transportasi, energi,
teknologi, dan lainnya, Jokowi juga memastikan ketersediaan insentif, salah satunya
tax holiday. Di mana investor tidak perlu membayar pajak kepada negara dalam
kurun waktu tertentu.
"Tentang insentif, mudah. Mudah lah. Saya juga sebelumnya pebisnis. Jangan
khawatir kami telah menyiapkan insentif fiskal, seperti tax holiday, insentif PPN,
super deduction tax, bea impor," kata Jokowi.
IKN, kata Jokowi akan menjadi kota pintar yang dikelilingi alam. Sebanyak 65% dari
area IKN adalah hutan, namun tetap memiliki pusat pendidikan dan kesehatan
berkelas dunia.
"Kami telah melakukan segalanya, khususnya terkait energi hijau dan industri hijau,
kami akan memfasilitasinya sebaik yang kami mampu. Karena kami percaya
kesuksesan ekonomi dan keberlanjutan harus dikerjakan bersama-sama," ujarnya.
Jokowi juga memastikan investasi di Indonesia aman, sekalipun nanti akan berganti
Presiden. "Secara serius, teman kami di Singapura tahu kami dengan baik.
Siapapun yang akan memimpin Indonesia akan fokus membuat negara yang besar
ini menjadi powerhouse dan raksasa Asia," jelasnya.
"Jadi, semua akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir, investasi di Indonesia akan
terus aman," tegas Jokowi.
Sesudah Revisi
“Jokowi Tawarkan Proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara
kepada Investor dengan Beragam Insentif"

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyajikan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara
kepada para investor saat berbicara dalam Ecosperity Week 2023 yang diadakan oleh
Temasek Foundation di the Sands Expo & Convention Centre, Singapura, pada hari
Rabu, 7 Juni 2023.

Saat ini, proyek IKN telah memulai tahap pembangunan infrastruktur dasar dan pusat
pemerintahan. Selanjutnya, ada 300 kesempatan investasi swasta senilai total US$ 2,6
miliar (Rp 38,6 triliun) yang tersedia di berbagai sektor, termasuk perumahan,
transportasi, energi, teknologi, dan lainnya. Jokowi juga memastikan bahwa berbagai
insentif akan disediakan, seperti masa bebas pajak (tax holiday), di mana investor
tidak akan diwajibkan membayar pajak kepada negara selama periode tertentu.

Mengenai insentif ini, Jokowi menegaskan, "Tentang insentif, mudah. Saya juga
sebelumnya berkecimpung dalam dunia bisnis. Jangan khawatir, kami telah
menyiapkan insentif fiskal, seperti tax holiday, insentif PPN, super deduction tax, dan
pembebasan bea impor."

Jokowi menjelaskan bahwa IKN akan menjadi sebuah kota pintar yang dikelilingi oleh
alam. Sebanyak 65% dari area IKN akan tetap menjadi hutan, namun tetap akan
memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan tingkat dunia.

"Kami telah berusaha keras, terutama dalam hal energi hijau dan industri hijau, dan
kami akan terus mendukungnya sebaik yang kami bisa. Kami yakin bahwa
keberhasilan ekonomi dan keberlanjutan harus dicapai melalui kerja sama," ujarnya.

Jokowi juga memberikan jaminan bahwa investasi di Indonesia akan tetap aman,
bahkan jika ada pergantian kepemimpinan di masa depan. "Dengan sungguh-
sungguh, teman-teman kami di Singapura mengenal kami dengan baik. Siapapun
yang akan memimpin Indonesia akan berfokus pada pembangunan negara yang
besar ini menjadi kekuatan ekonomi yang kuat dan menjadi raksasa di kawasan Asia,"
tegasnya.

"Jadi, tidak perlu khawatir, investasi di Indonesia akan tetap aman," tegas Jokowi.
Kata Sri Mulyani Soal Data Tersangka KPK di Transaksi Rp349 T

Sebelum Revisi

Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara ihwal telah dibukanya daftar tersangka
dan terdakwa yang telah diurus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai
kasus transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan senilai Rp 349 triliun.
Menurut Sri Mulyani, daftar nama-nama yang disampaikan KPK itu adalah daftar
pegawai yang memang sudah lama diproses hukum, sehingga bukan barang baru.
Apalagi nama-nama itu sudah disidang sebelum Menko Polhukam Mahfud Md
bersuara ihwal transaksi mencurigakan di Kemenkeu setelah terkuaknya kasus
Rafael Alun Trisambodo (RAT).
Nama yang baru muncul adalah Kepala Kantor Bea Cukai Makassar Andhi
Pramono. Dalam daftar itu, Andhi pun masih berstatus tersangka tidak seperti nama
lainnya yang sudah menjadi terdakwa.
"Jadi itu kan kejadian yang sudah lama yang sudah disampaikan KPK," kata Sri
Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengaku akan turut menyampaikan penjelasan lebih
lanjut dari proses penanganan dugaan transaksi mencurigakan di institusinya itu.
Namun, dia belum mengungkap lebih rinci kapan penyampaian itu dilaksanakan.
"Nanti akan disampaikan, itu kan kejadian tahun-tahun yang lama, yang itu kasusnya
sudah ditangani KPK," ucap Sri Mulyani.
Nama daftar pihak-pihak yang terlibat dalam kasus itu sebelumnya disampaikan
Ketua KPK Firli Bahuri saat rapat kerja dengan Komisi III DPR kemarin. Kata Firli,
nama-nama itu ditangani berdasarkan 33 laporan hasil analisis (LHA) yang
diserahkan PPATK ke KPK. Laporan itu juga termasuk ke dalam bagian dari laporan
Satgas TPPU bentukan Mahfud Md setelah kasus itu mencuat ke publik.
"Jadi total semuanya 33 LHA PPATK yang kami terima dari Satgas TPPU yang
dibentuk Menko Polhukam," kata Firli saat rapat kerja dengan Komisi III DPR,
Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Nominal transaksi mencurigakan yang diurus dari 33 LHA itu mencapai Rp 25,36
triliun. Rinciannya terdiri dari LHA yang tidak terdapat dalam database KPK
sebanyak 2 laporan, dan yang telah masuk ke dalam proses telaah sebanyak 5
laporan.
Adapun yang telah memasuki tahap penyelidikan sebanyak 11 laporan, yang masuk
ke tahap penyidikan sebanyak 12 laporan, dan dilimpahkan ke Mabes Polri
sebanyak 3 laporan. Dengan demikian total laporan yang masuk sebanyak 33 LHA.
Dari 12 LHA yang telah masuk ke tahap penyidikan, ia mengatakan sudah terdapat
16 nama tersangka dan terpidana. Ia pun menjabarkan secara rinci nama-nama
orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan terpidana, termasuk jumlah
transaksinya yang telah diketahui.
Nama pertama yang ia sebut dengan inisial meski namanya terpampang saat rapat
kerja dengan Komisi III adalah Andhi Pramono, Kepala Bea Cukai Makassar telah
ditetapkan sebagai tersangka dengan nominal transaksi sebesar Rp 60,16 miliar.
Selain itu, ada nama Eddi Setiadi, Mantan Kepala Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak Bandung yang telah ditetapkan sebagai terpidana dengan nilai
transaksi sebesar Rp 51,8 miliar.
Lalu ada nama Istadi Prahastanto dan Heru Sumarwanto yang nilai transaksi
keduanya Rp 3,99 miliar dan statusnya telah menjadi terpidana. Demikian juga
Sukiman dengan nilai transaksi Rp 15,61 miliar dan statusnya telah terpidana.
Ada juga nama Natan Pasomba dan Suherlan dengan total nilai transaksi keduanya
Rp 40 miliar dengan status terpidana. Kemudian Yul Dirga dengan nilai transaksi Rp
53,88 miliar dengan status terpidana, serta Hadi Sutrisno dengan nilai transaksi Rp
2,76 triliun sebagai terpidana.
Selanjutnya ada nama Agus Susetyo, Aulia Imran Maghribi, Ryan Ahmad Ronas,
serta Veronika Lindawati dengan total nilai transaksi Rp 818,29 miliar dengan status
sebagai terpidana. Juga ada Yulmanizar dan Wawan Ridwan yang transaksinya
senilai Rp 3,22 triliun dengan status terpidana, serta Alfred Simanjuntak Rp 1,27
triliun dengan status terpidana.
"Dengan demikian kami ingin sampaikan dari 16 tersangka terpidana tersebut
dengan transaksi totalnya mencapai Rp 8,5 triliun sudah kami tuntaskan," tegas Firli.
Sesudah Revisi
"Penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani Mengenai Daftar
Tersangka dan Terdakwa Kasus Transaksi Mencurigakan Rp 349
Triliun"

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasan mengenai daftar tersangka


dan terdakwa yang telah ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
kasus transaksi yang mencurigakan senilai Rp 349 triliun di Kementerian Keuangan.

Menurut Sri Mulyani, daftar nama-nama yang disampaikan oleh KPK adalah pegawai
yang sudah lama berada dalam proses hukum, sehingga bukan perkembangan yang
baru. Terlebih lagi, beberapa dari nama-nama tersebut telah menjalani sidang
sebelum Menko Polhukam Mahfud Md menyuarakan perhatiannya terhadap
transaksi yang mencurigakan di Kemenkeu setelah terungkapnya kasus Rafael Alun
Trisambodo (RAT).

Satu-satunya nama yang baru muncul adalah Kepala Kantor Bea Cukai Makassar,
Andhi Pramono. Namun, dalam daftar tersebut, Andhi masih dalam status tersangka,
berbeda dengan nama lain yang telah menjadi terdakwa.

Sri Mulyani menjelaskan, "Ini adalah peristiwa yang sudah lama dan telah
diumumkan oleh KPK."

Karena itu, Sri Mulyani menyatakan bahwa dia akan memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai penanganan dugaan transaksi mencurigakan di Kementerian
Keuangan. Namun, dia belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai kapan
penjelasan tersebut akan diberikan.

"Penjelasan akan disampaikan nanti. Ini adalah peristiwa yang sudah lama dan telah
ditangani oleh KPK," kata Sri Mulyani.

Nama-nama yang terlibat dalam kasus ini sebelumnya diumumkan oleh Ketua KPK,
Firli Bahuri, dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR. Firli mengungkapkan bahwa
nama-nama ini ditangani berdasarkan 33 laporan hasil analisis (LHA) dari Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Laporan ini juga termasuk dalam
laporan Satgas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dibentuk oleh Menko
Polhukam setelah kasus ini mencuat ke publik.

Total nilai transaksi mencurigakan yang diidentifikasi dari 33 LHA tersebut mencapai
Rp 25,36 triliun. Rinciannya meliputi 2 laporan yang tidak tercatat dalam database
KPK, 5 laporan yang masih dalam tahap analisis, 11 laporan yang telah memasuki
tahap penyelidikan, 12 laporan yang masuk ke tahap penyidikan, dan 3 laporan yang
telah dilimpahkan ke Mabes Polri, sehingga totalnya mencapai 33 LHA.

Dari 12 LHA yang telah masuk tahap penyidikan, Firli menjelaskan bahwa sudah ada
16 nama tersangka dan terpidana. Dia merinci nama-nama yang telah ditetapkan
sebagai tersangka dan terpidana, beserta jumlah transaksinya.

Firli Bahuri mengumumkan bahwa Andhi Pramono, Kepala Bea Cukai Makassar, telah
ditetapkan sebagai tersangka dengan nilai transaksi sebesar Rp 60,16 miliar. Selain
itu, ada Eddi Setiadi, mantan Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
Bandung, yang telah menjadi terpidana dengan nilai transaksi Rp 51,8 miliar.

Selanjutnya, ada nama-nama seperti Istadi Prahastanto, Heru Sumarwanto, Sukiman,


Natan Pasomba, Suherlan, Yul Dirga, Hadi Sutrisno, Agus Susetyo, Aulia Imran
Maghribi, Ryan Ahmad Ronas, Veronika Lindawati, Yulmanizar, Wawan Ridwan, dan
Alfred Simanjuntak, yang semuanya telah menjadi terpidana dengan total transaksi
mencapai Rp 8,5 triliun.

Dengan demikian, Firli Bahuri menyatakan bahwa dari 16 tersangka dan terpidana
tersebut, transaksi dengan total nilai Rp 8,5 triliun telah diselesaikan oleh KPK.

Jusuf Hamka Tagih Utang Rp179 M, Sri Mulyani Buka Suara!

Sebelum Revisi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum mengetahui dan
mempelajari besaran utang negara yang ditagih pengusaha Jusuf Hamka sebesar
Rp 179 miliar ke pemerintah.
Jusuf Hamka mengatakan, utang pemerintah sebesar Rp179 miliar kepada
perusahaan miliknya, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP merupakan
kesepakatan atas deposito dan giro yang ditempatkan perusahaan di bank yang
telah dilikuidasi pada krisis moneter 1998.
"Tapi saya belum lihat, saya belum pelajari," kata Sri Mulyani saat ditemui di Gedung
DPR, Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Jusuf Hamka bahkan mengaku telah meminta Menko Polhukam Mahfud MD untuk
menindaklanjuti utang pemerintah sebesar Rp179 miliar itu. Sebab, Mahfud
menurutnya juga merupakan salah satu motor yang selalu mengejar utang swasta
ke negara dalam bentuk dana BLBI.
"Pak Mahfud, jangan nguberin swasta yang utang kepada pemerintah. Tapi
pemerintah utang ke swasta suruh bayar juga dong," ujar Bos CMNP itu saat
dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (7/6/2023).
Mengutip berita acara kesepakatan jumlah pembayaran berkop surat Kementerian
Keuangan yang diterima CNBC Indonesia, tertulis bahwa Mahkamah Agung telah
memutuskan pada 15 Januari 2010, pemerintah dalam hal ini Kementerian
Keuangan harus membayar deposito berjangka senilai Rp 78,84 miliar dan giro Rp
76,09 juta.
Putusan hukum itu juga meminta pemerintah membayar denda 2% setiap bulan dari
seluruh dana yang diminta CMNP hingga pemerintah membayar lunas tagihan
tersebut.
Kemudian CMNP juga sempat mengajukan permohonan teguran ke Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan agar pemerintah melaksanakan putusan yang telah inkracht
tersebut. Lalu, perwakilan pemerintah bertemu dengan CMNP dan meminta
pembayaran dilakukan hanya pokok saja alias tanpa denda.
CMNP keberatan atas permintaan tersebut dan meminta pemerintah tetap
membayar denda. Akhirnya kedua pihak sepakat untuk membayar pokok dan denda
dengan total nilai Rp 179,5 miliar. Pembayaran itu akan dilakukan dua tahap, yakni
pada semester pertama tahun anggaran 2016 dan semester pertama 2017, dengan
masing-masing nilai Rp 89,7 miliar.
Namun sampai saat ini, piutang CMNP belum juga dibayarkan. Jusuf pun mengaku
dirinya sudah meminta bantuan berbagai pejabat pemerintah seperti Menko Marves,
Menko Perekonomian, dan Menteri Keuangan.
"Tapi iengga dibayar sudah 8 tahun. Sudah dilempar sini, lempar sana, ya capek
juga akhirnya saya engga mau kalau sekarang cuma dibayar Rp170 miliar. Sudah
hampir Rp800 miliar kalau ikut bunga. Karena keputusan MA ada bunganya," jelas
pria yang akrab disapa Babah Alun itu.
Tepat 8 tahun lalu, yakni tahun 2015, ia dipanggil oleh Bagian Hukum dari
Kementerian Keuangan yang saat itu diduduki Indra Surya. Saat pertemuan itu,
Jusuf menceritakan Kemenkeu meminta diskon atas kewajiban membayar bagi
pemerintah.
Jusuf pun menyetujui dan kewajiban yang harus dibayarkan pemerintah menjadi
hanya sekitar Rp 170 miliar, dengan janji pemerintah akan membayar dalam waktu 2
minggu setelah teken perjanjian hari itu. Tetapi karena sudah 8 tahun 'dilempar ke
sana-sini' ia mengaku tidak rela jika hanya dibayar sebesar nominal tersebut.
"Saya menaruh harapan kepada Pak Mahfud. Mudah-mudahan Pak Mahfud bisa
merealisasikan harapan saya," katanya.
Adapun, masalah tersebut berawal saat krisis keuangan tahun 1997-1998. Kala itu
perbankan mengalami kesulitan likuiditas hingga mengalami kebangkrutan.
Kemudian pemerintah merilis Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang
ditujukan kepada bank agar bisa membayar kepada para deposannya.
Ketika itu, CMNP memiliki deposito di Bank Yakin Makmur (Bank Yama). Akan tetapi
perusahaan tidak mendapatkan ganti atas depositonya, karena dianggap berafiliasi
dengan Bank Yama.

Sesudah Revisi
"Utang Negara Rp 179 Miliar Tagihannya Dibahas oleh Menteri
Keuangan Sri Mulyani dan Pengusaha Jusuf Hamka"

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa dia belum memiliki
pengetahuan atau telah mempelajari secara mendalam mengenai jumlah utang
negara sebesar Rp 179 miliar yang diklaim oleh pengusaha Jusuf Hamka dan ditagih
kepada pemerintah.

Jusuf Hamka menyatakan bahwa utang tersebut merupakan kewajiban pemerintah


kepada perusahaannya, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. (CMNP), yang
berasal dari kesepakatan deposito dan giro yang ditempatkan oleh perusahaan di
bank yang kemudian mengalami likuidasi selama krisis moneter pada tahun 1998.

"Saya belum memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut, saya belum sempat
mempelajarinya," kata Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta.

Jusuf Hamka juga mengungkapkan bahwa dia telah meminta Menko Polhukam,
Mahfud MD, untuk menindaklanjuti utang pemerintah sebesar Rp 179 miliar
tersebut. Hamka berpendapat bahwa Mahfud juga merupakan salah satu pihak yang
selalu mengejar utang swasta kepada pemerintah dalam bentuk dana Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Mengutip berita acara kesepakatan mengenai pembayaran yang diterima oleh CNBC
Indonesia, terdapat penjelasan bahwa Mahkamah Agung telah memutuskan pada
tanggal 15 Januari 2010 bahwa pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, harus
membayar deposito berjangka senilai Rp 78,84 miliar dan giro senilai Rp 76,09 juta
kepada CMNP.
Keputusan hukum tersebut juga menetapkan bahwa pemerintah harus membayar
denda sebesar 2% setiap bulan atas seluruh dana yang diminta oleh CMNP hingga
pemerintah membayar seluruh tagihan tersebut.

CMNP kemudian mengajukan permohonan teguran kepada Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan agar pemerintah melaksanakan putusan tersebut. Selanjutnya,
perwakilan pemerintah bertemu dengan CMNP dan meminta pembayaran hanya
untuk pokok utang tanpa denda.

CMNP menolak permintaan tersebut dan meminta agar pemerintah tetap membayar
denda. Akhirnya, kedua belah pihak sepakat untuk membayar baik pokok maupun
denda dengan total sebesar Rp 179,5 miliar. Pembayaran ini dijadwalkan dilakukan
dalam dua tahap, yaitu pada semester pertama tahun anggaran 2016 dan semester
pertama tahun anggaran 2017, masing-masing sebesar Rp 89,7 miliar.

Namun, hingga saat ini, utang CMNP belum juga dibayarkan oleh pemerintah. Jusuf
Hamka mengungkapkan bahwa dia telah meminta bantuan dari berbagai pejabat
pemerintah, termasuk Menko Marves, Menko Perekonomian, dan Menteri Keuangan,
namun tetap belum ada pembayaran. Dia juga mengingatkan bahwa utang tersebut
telah berbunga selama delapan tahun dan mencapai hampir Rp 800 miliar jika bunga
dimasukkan dalam perhitungan.

"Saya menaruh harapan kepada Pak Mahfud. Semoga Pak Mahfud bisa mewujudkan
harapan saya," ungkap Jusuf Hamka.

Masalah ini bermula saat krisis keuangan tahun 1997-1998, ketika perbankan
mengalami kesulitan likuiditas hingga mengalami kebangkrutan. Pemerintah merilis
program Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk membantu bank agar dapat
membayar deposannya. Pada saat itu, CMNP memiliki deposito di Bank Yakin
Makmur (Bank Yama), namun perusahaan ini tidak menerima kompensasi atas
deposito tersebut karena dianggap memiliki keterkaitan dengan Bank Yama.
Artikel 9 Juni 2023

Perusahaan Tambang Cs Kini Tak Bisa Kabur dari Sri Mulyani

Sebelum Revisi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menerbitkan aturan baru terkait Tata Cara
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Aturan tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 58
Tahun 2023 tentang Perubahan Atas PMK Nomor 155/PMK.02/2021 tentang Tata
Cara Pengelolaan PNBP.
Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian/Lembaga Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan Wawan Sunarjo menjelaskan,
lewat PMK 58/2023 ini, maka aturan pungutan PNBP ini semakin diperketat.
Secara substansi, ada tujuh hal yang diatur oleh pemerintah lewat PMK 58 Tahun
2023 ini.
Pertama, terkait pengawasan pungutan PNBP, akan dilakukan melalui Automatic
Blocking System (ABS). Lewat sistem ini, sekarang otoritas terkait jadi bisa lebih
cepat mengetahui, perusahaan pemungut PNBP mana saja yang tidak patuh untuk
melakukan setoran iuran kepada negara.
"Kalau dahulu PMK 155/2021, ABS ini kami belum merambah pada siapa yang
melakukan. K/L (terkait) harus mengupayakan ditagih. Permintaan ABS hanya boleh
dilakukan K/L," jelas Wawan dalam media briefing di kantornya.
Kedua, jangka waktu penunjukan/penugasan sebagai mitra instansi pengelola PNBP
oleh pimpinan instansi pengelola PNBP (K/L terkait) berlaku lebih dari satu tahun
anggaran, dan evaluasi (peninjauan kembali) atas penunjukan penugasan mitra
instansi pengelola PNBP.
"Yang dimaksud dengan mitra instansi pengelola PNBP yakni bisa berbentuk BUMN,
BUMD, badan usaha swasta, atau badan lain sesuai ketentuan perundang-
undangan," jelas Wawan.
Penugasan berjangka waktu tersebut, kata Wawan untuk menjaga
kepastian/keberlangsungan usaha yang melakukan kewajiban pungutan pajak
tersebut.
Ketiga, dalam hal pembayaran dan penyetoran PNBP terutang, para K/L terkait
menyediakan beberapa collecting agent sebagai tempat pembayaran PNBP. Jadi,
pembayaran setoran iuran ke negara, tidak hanya bergantung pada satu agen saja.
"Dulu untuk bayar SIM, orang hanya bisa bayar lewat BRI (Bank Rakyat Indonesia).
Bagi kita tidak fair, maka ditegaskan kembali K/L tidak boleh melakukan kerjasama
hanya dengan satu (collecting agent). K/L harus membuka kesempatan yang sama,
perkara bank lain tidak mau ikut, itu pilihan," jelas Wawan.
Keempat, terkait optimalisasi penagihan piutang PNBP. Kementerian Keuangan
akan melonggarkan waktu bagi K/L pengelola PNBP terkait menjadi selama 6 bulan,
sebelumnya tambahan waktu hanya berlangsung 3 bulan.
Hal ini bertujuan untuk memberi keleluasaan dari segi waktu bagi instansi pengelola
PNBP dalam melakukan penagihan piutang PNBP, sebelum diterbitkan surat
tagihan PNBP.
Aturan kelima yang diatur di dalam PMK 58/2023 yakni terkait penggunaan dana
PNBP. Disini persetujuan penggunaan dana PNBP bisa dilakukan disetujui oleh
Direktur Jenderal Anggaran, sebelumnya harus disetujui oleh Menteri Keuangan.
"Kita melihat adanya masalah administrasi. Selama ini izinnya ditetapkan menkeu.
Kalau ada penolakan, juga masih ke menkeu. Untuk memberi kepastian untuk
layanan yang cepat, cukup dirjen anggaran, tidak perlu menteri," jelas Wawan.
Substansi keenam di dalam PMK 58/2023, yakni terkait penilaian kinerja
pengelolaan PNBP pada K/L. Di mana penilaian kinerja pengelolaan PNBP
merupakan bagian dari evaluasi kinerja anggaran pada K/L.
Dalam penilaian anggaran K/L tersebut, Kemenkeu akan menggunakan beberapa
variabel penilaian, yakni capaian target PNBP, akurasi perencanaan PNBP, dan
kepatuhan penyampaian laporan pelaksanaan PNBP.
Tak kalah penting, dalam hal melakukan pemblokiran terhadap perusahaan yang tak
taat membayar iuran, juga dapat dilakukan segera dalam hal ditemukan
bukti/dokumen pelunasan atas kewajiban PNBP. "ABS dapat digunakan sebagai
upaya penyelesaian piutang negara lainnya selain PNBP," jelas Wawan.

Sesudah Revisi
"Menkeu Sri Mulyani Terbitkan Aturan Baru Perketat
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)"

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengeluarkan peraturan baru yang
mengatur Tata Cara Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Peraturan
tersebut disajikan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 58 Tahun 2023
yang merupakan perubahan dari PMK Nomor 155/PMK.02/2021 tentang Tata Cara
Pengelolaan PNBP.
Dalam PMK 58/2023 ini, terdapat beberapa substansi penting yang diterapkan oleh
pemerintah. Pertama, pengawasan pungutan PNBP akan diperketat melalui
Automatic Blocking System (ABS). ABS memungkinkan otoritas terkait untuk dengan
cepat mengidentifikasi perusahaan pemungut PNBP yang tidak mematuhi kewajiban
setoran iuran kepada negara.

Kedua, jangka waktu penunjukan mitra instansi pengelola PNBP berlaku lebih dari
satu tahun anggaran, dengan peninjauan kembali atas penunjukan mitra instansi
pengelola PNBP.

Ketiga, pembayaran dan penyetoran PNBP terutang dapat dilakukan melalui


beberapa collecting agent, bukan hanya satu agen saja, untuk memberikan
keberagaman pilihan kepada pembayar.

Keempat, waktu penagihan piutang PNBP diperpanjang menjadi 6 bulan,


sebelumnya hanya 3 bulan, memberikan lebih banyak waktu bagi instansi pengelola
PNBP untuk melakukan penagihan sebelum dikeluarkan surat tagihan PNBP.

Kelima, persetujuan penggunaan dana PNBP dapat diberikan oleh Direktur Jenderal
Anggaran, menggantikan Menteri Keuangan, untuk mempermudah administrasi.

Substansi keenam adalah penilaian kinerja pengelolaan PNBP pada instansi


pengelola PNBP, yang merupakan bagian dari evaluasi kinerja anggaran pada
instansi tersebut. Penilaian ini mempertimbangkan capaian target PNBP, akurasi
perencanaan PNBP, dan kepatuhan penyampaian laporan pelaksanaan PNBP.

Terakhir, ABS dapat digunakan untuk penyelesaian piutang negara selain PNBP.

Kekayaan RI Era SBY Rp3.910 T, Era Jokowi Meroket Rp11.454 T

Sebelum Revisi
Pengelolaan kekayaan negara (aset) merupakansalah satu representasi fungsi
Kementerian Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara(BUN). Total aset negara
berada dalam tren yang meningkat sejak Era presiden Susilo Bambang
Yudohoyono (SB) hingga presiden Jokowi.
Kenaikan aset ini salah satunya ditopang oleh peningkatan investasi jangka panjang
yang dilakukan hingga saat ini. Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) begini perkembangan total aset negara kita.
Sepanjang pemerintahan SBY (2004-2013) pertumbuhan paling besar terjadi pada
tahun 2007 dengan pertumbuhan 31,17% dari tahun sebelumnya.
Sepanjang Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari tahun 2015, total
aset negara juga terus mengalami kenaikan. Lonjakan total aset paling signifikan
terjadi pada tahun 2019 dengan kenaikan mencapai 65.49% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Kemudian, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan mencatat,
nilaiaset negaramencapai Rp 11.098,6 triliun pada 2020.
Sebagai informasi, adapun aset pemerintah ini terdiri dari Barang Milik Negara
(BMN) seperti aset lancar, tetap yakni tanah dan bangunan serta aset lainnya. Juga
aset non BMN seperti investasi, kas hingga piutang.
Melihat peran penting aset negara dalam pelayanan dan peningkatan kesejahteraan
rakyat, sudah selayaknya aset negara dimaksimalkan penggunaan dan
pemanfaatannya.
Dalam terminologi pengelolaan aset pemerintah, terdapat 2 (dua) istilah yaitu
penggunaan dan pemanfaatan aset. Penggunaan aset digunakan dalam
pengelolaan aset untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah.

Sesudah Revisi
"Kenaikan Signifikan Aset Negara Selama Pemerintahan Jokowi:
Manfaat dan Pengelolaan yang Lebih Baik"
Manajemen kekayaan negara, yang melibatkan pengelolaan aset, adalah salah satu
wujud fungsi Kementerian Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN).
Jumlah total aset negara terus meningkat sejak masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SB) hingga saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh investasi jangka panjang yang terus
berlanjut. Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), perkembangan
total aset negara kita dapat diuraikan sebagai berikut.

Selama pemerintahan SBY (2004-2013), pertumbuhan paling signifikan terjadi pada


tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 31,17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kemudian, selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak tahun 2015,
total aset negara terus meningkat. Peningkatan yang paling mencolok terjadi pada
tahun 2019 dengan pertumbuhan mencapai 65,49% dibandingkan tahun
sebelumnya.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, pada


tahun 2020, nilai total aset negara mencapai Rp 11.098,6 triliun.
Penting untuk diingat bahwa aset pemerintah terdiri dari Barang Milik Negara (BMN),
termasuk aset lancar dan tetap seperti tanah dan bangunan, serta aset non-BMN
seperti investasi, kas, dan piutang.

Mengingat peran kunci aset negara dalam penyediaan layanan publik dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, penting untuk mengoptimalkan penggunaan
dan pemanfaatan aset negara.

Dalam konteks pengelolaan aset pemerintah, terdapat dua istilah penting, yaitu
penggunaan dan pemanfaatan aset. Penggunaan aset terkait dengan penggunaan
aset dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah.

China Warning Bencana Mengerikan, Dampaknya ke Seluruh


Dunia

Sebelum Revisi
China tiba-tiba memberi peringatan soal bencana mengerikan. Bahkan, dampaknya
disebut bisa ke seluruh dunia.
Ini bukan masalah ekonomi atau iklim. Melainkan konflik militer China dan Amerika
Serikat (AS).
Dalam pidato di KTT Kemanan di Singapura Minggu, Menteri Pertahanan China Li
Shangfu menegaskan ini. Menurutnya konsekuensi buruk tak hanya di dapat kedua
negara, tapi juga seluruh dunia.
"China dan AS memiliki sistem yang berbeda dan berbeda dalam banyak hal
lainnya. Namun, hal ini seharusnya tidak menghalangi kedua belah pihak untuk
mencari titik temu dan kepentingan bersama untuk menumbuhkan hubungan
bilateral dan memperdalam kerja sama," tegas Li dikutip dari RT.
"Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik atau konfrontasi yang parah antara China dan
AS akan menjadi bencana yang tak tertahankan bagi dunia," tambahnya.
Ia pun mengatakan saat ini mentalitas Perang Dingin sudah bangkit. Ini sangat
meningkatkan risiko keamanan.
Meski tak menyebut Washington langsung, termasuk sekutu Barat, ia mengatakan
beberapa negara telah mengintensifkan perlombaan senjata dan mencampuri
urusan dalam negeri negara lain.
"Mereka yang mencoba untuk membuat blok militer mirip NATO di Indo-Pasifik
mencari cara untuk menyandera negara-negara di kawasan itu dan memainkan
konflik dan konfrontasi," katanya merujuk pada pakta AUKUS antara AS, Inggris,
dan Australia pada tahun 2021.
"Taiwan adalah Taiwannya China, dan bagaimana menyelesaikan pertanyaan
Taiwan adalah masalah yang harus diputuskan oleh China," tegsnya menjelaskan
soal hadirnya Barat di masalah Beijing dan Taipe.
Situasi China dan AS memang tak main-main. Dalam memo Pentagon, Jenderal
Mike Minihan sempat berspekulasi bahwa kedua negata akan berperang di 2025.
Salah satunya adalah terkait Taiwan. Meski tak secara resmi mengakui Taiwan
sebagai negara, Presiden AS Joe Biden telah muncul dalam beberapa kesempatan
dan menyatakan bahwa Washington akan mempertahankan Taiwan secara militer
jika Beijing memutuskan untuk menggunakan kekuatan dalam mengambil kendali
atas pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Li sendiri diangkat sebagai menteri pertahanan pada pertengahan Maret. Ia masuk
daftar hitam AS pada 2018 karena membeli senjata dari Rusia saat dia menjabat
sebagai kepala Departemen Pengembangan Peralatan China.

Sesudah Revisi
"China Memberi Peringatan: Konflik Militer dengan AS Bisa
Menjadi Bencana Global"
China telah mengeluarkan peringatan tentang potensi bencana besar yang bisa
berdampak global, bukan terkait dengan ekonomi atau iklim, tetapi lebih terkait
dengan konflik militer antara China dan Amerika Serikat (AS). Dalam pidato di
Konferensi Keamanan di Singapura, Menteri Pertahanan China, Li Shangfu,
menggarisbawahi bahwa dampak buruk dari konflik ini tidak hanya akan dirasakan
oleh kedua negara tersebut, tetapi juga oleh seluruh dunia.

Li Shangfu mengatakan bahwa meskipun China dan AS memiliki perbedaan dalam


banyak aspek, hal ini tidak seharusnya menghalangi mereka untuk mencari titik temu
dan kepentingan bersama, serta memperdalam kerja sama. Ia menegaskan bahwa
konflik atau konfrontasi yang parah antara kedua negara akan menjadi bencana yang
tidak dapat diatasi oleh dunia.

Li Shangfu juga mencatat bahwa mentalitas Perang Dingin telah bangkit kembali,
meningkatkan risiko keamanan secara signifikan. Meskipun ia tidak menyebutkan
langsung AS atau sekutu-sekutu Barat, ia mengkritik beberapa negara yang intensif
dalam perlombaan senjata dan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara
lain.

Ia juga merujuk pada upaya untuk membentuk blok militer serupa NATO di wilayah
Indo-Pasifik, seperti pakta AUKUS antara AS, Inggris, dan Australia pada tahun 2021.
Li Shangfu menekankan bahwa Taiwan adalah bagian dari China, dan masa depan
Taiwan adalah masalah yang harus diatasi oleh China.

Saat ini, situasi antara China dan AS memang sangat serius, termasuk dalam hal
Taiwan. Meskipun AS tidak secara resmi mengakui Taiwan sebagai negara, Presiden
AS, Joe Biden, telah menyatakan bahwa AS akan mempertahankan Taiwan secara
militer jika China menggunakan kekuatan untuk mengambil alih pulau tersebut yang
memiliki pemerintahan sendiri.

Li Shangfu sendiri baru-baru ini diangkat sebagai Menteri Pertahanan China. Pada
tahun 2018, ia masuk daftar hitam AS karena membeli senjata dari Rusia ketika
menjabat sebagai kepala Departemen Pengembangan Peralatan China.
Artikel 12 Juni 2023

Urus Kasus Transaksi Rp349 T, Mahfud Minta Tambahan


Anggaran

Sebelum Revisi
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud Md mengusulkan
tambahan anggaran bagi kementeriannya untuk 2024 sebesar Rp 91,96 miliar.
Banyak program yang ditanggung Kemenko Polhukam sehingga ia membutuhkan
tambahan anggaran, termasuk untuk penyelidikan, penindakan, dan penegakan
hukum pada Ditjen Bea Cukai dan Pajak.
Untuk pagu indikatif Kemenko Polhukam sendiri, sebetulnya telah disiapkan sebesar
Rp 320.41 miliar. Kata Mahfud, total pagu indikatif itu hanya naik Rp 20 ribu dari
pagu awal Kemenko Polhukam untuk tahun anggaran 2023 sebesar Rp 320,41
miliar. Namun untuk 2023 anggarannya terkena blokir atau automatic adjustment Rp
23,04 miliar sehingga hanya menjadi Rp 297,32 miliar.
Karena masih banyaknya tugas yang harus diurus, Mahfud mengatakan, kebutuhan
anggaran 2024 juga perlu disesuaikan, sehingga total usulan tambahan anggaran
yang ia ajukan dan telah disepakati Badan Anggaran (Banggar) DPR sebesar Rp
412,38 miliar.
"Itu tadi yang kami sampaikan untuk anggaran rutin yang bisa diprediksi akan dan
harus dilakukan. Terkadang banyak sekedar tugas ad hoc yang muncul secara
mendadak di luar tugas rutin dan biaya besar," kata Mahfud di ruang rapat Banggar
DPR, Jakarta.
Mahfud menjabarkan secara rinci program yang membutuhkan tambahan anggaran
untuk 2024. Salah satunya adalah untuk penyelidikan, penindakan, dan penegakkan
hukum pada sektor Bea Cukai dan Pajak dengan total kebutuhan Rp 2 miliar.
Tambahan anggaran ini ia masuk ke dalam Tim Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar
(Saber Pungli) yang telah mendapat pagu indikatif sebesar Rp 12,61 miliar.
"Penyelidikan, penindakan, dan penegakkan hukum pada sektor bea cukai dan
pajak ini sebesar Rp 2 miliar," ujar Mahfud.
Selain itu ada program lainnya yang termasuk dalam program koordinasi
pelaksanaan kebijakan tahun anggaran 2024 selain untuk urus kasus di direktorat di
bawah Kementerian Keuangan itu, diantaranya rekomendasi kebijakan
meningkatkan persentase daerah dengan nilai indeks inovasi yang tinggi sebesar Rp
1,15 miliar.
Selain itu ada forum internasional yang dipimpin Menko Polhukam dan tindak lanjut
tindak pidana perdagangan orang di luar negeri sebesar Rp 2 miliar. Lalu ada
koordinasi di bidang pertahanan negara seperti untuk pemanfaatan pulau kecil
hingga smart defense Rp 8,5 miliar hingga penugasan presiden pada bidang politik,
hukum, dan keamanan Rp 7 miliar.
Di samping untuk program koordinasi pelaksanaan kebijakan, Mahfud juga meminta
tambahan untuk program dukungan manajemen, mulai dari yang untuk
pengembangan aplikasi JDIH Kemenko Polhukam sebesar Rp 313,49 juta, layanan
kearsipan IKN Rp 389,04 juta, pengadaan CASN Rp 400 juta, hingga pengawasan
pengamanan pemilu dan pos pengamanan pemilu 2024 sebesar Rp 678 juta.
Di luar itu, Mahfud menekankan, sebetulnya masih banyak program lain yang
selama ini tidak masuk ke dalam pagu anggaran Kemenko Polhukam tapi tiba-tiba
sudah menjadi tugas negara. Karena itu, ia berharap anggaran di luar dugaan itu
penting disiapkan demi mengantisipasi kebutuhan mendesak.
"Seperti tim penyelesaian non yudisial pelanggaran berat masa lalu itu tidak ada di
anggaran tapi tiba-tiba muncul ini ditugaskan negara, BLBI di luar tugas kami tapi
muncul kasusnya kita yang ambil, TPPU, TPPO," ujar Mahfud.
"Terkadang uang yang dikeluarkan untuk masalah itu sedikit tapi kalau yang
dibiarkan yang merugikan negara bisa ratusan kali lebih besar misal untuk
kerusuhan kita tak bisa ngirim tim kalau uangnya tidak ada tapi kalau tidak ditangani,
kita hanya butuh uang Rp 5 miliar tapi kita enggak ada uangnya itu kalau tidak
ditangani kehancurannya untuk rehabilitasi bisa ratusan miliar," ucapnya.

Sesudah Revisi
"Mahfud Md Ajukan Tambahan Anggaran Rp 91,96 Miliar
untuk Kemenko Polhukam Tahun 2024"
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud Md,
mengusulkan penambahan anggaran untuk tahun 2024 sebesar Rp 91,96 miliar
untuk kementeriannya. Banyak program yang menjadi tanggung jawab Kemenko
Polhukam, sehingga diperlukan tambahan anggaran, terutama untuk keperluan
penyelidikan, penindakan, dan penegakan hukum di Direktorat Jenderal Bea Cukai
dan Pajak.
Pada awalnya, pagu anggaran indikatif Kemenko Polhukam sebesar Rp 320,41 miliar.
Namun, anggaran untuk tahun 2023 terkena blokir atau automatic adjustment
sebesar Rp 23,04 miliar, sehingga hanya menjadi Rp 297,32 miliar. Mengingat masih
banyak tugas yang harus diurus, Mahfud menganggap perlu untuk menyesuaikan
anggaran tahun 2024, sehingga total usulan tambahan anggaran yang diajukan dan
disetujui oleh Badan Anggaran (Banggar) DPR adalah sebesar Rp 412,38 miliar.

Mahfud menjelaskan secara rinci program-program yang membutuhkan tambahan


anggaran untuk tahun 2024, termasuk penyelidikan, penindakan, dan penegakan
hukum di sektor Bea Cukai dan Pajak dengan total kebutuhan sebesar Rp 2 miliar.
Program ini termasuk dalam Tim Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli)
yang telah mendapat pagu indikatif sebesar Rp 12,61 miliar.

Selain itu, ada program-program lain yang termasuk dalam koordinasi pelaksanaan
kebijakan untuk tahun anggaran 2024, seperti rekomendasi kebijakan untuk
meningkatkan persentase daerah dengan nilai indeks inovasi yang tinggi, forum
internasional yang dipimpin oleh Menko Polhukam, tindak lanjut tindak pidana
perdagangan orang di luar negeri, koordinasi di bidang pertahanan negara, hingga
penugasan presiden pada bidang politik, hukum, dan keamanan.

Mahfud juga meminta tambahan anggaran untuk program dukungan manajemen,


termasuk pengembangan aplikasi JDIH Kemenko Polhukam, layanan kearsipan IKN,
pengadaan CASN, dan pengawasan pengamanan pemilu dan pos pengamanan
pemilu 2024.

Selain program-program tersebut, Mahfud juga menekankan pentingnya


mengantisipasi kebutuhan mendesak dengan menyediakan anggaran di luar
perkiraan, mengingat beberapa tugas yang muncul secara mendadak dan tidak
terduga seperti penyelesaian non yudisial pelanggaran berat masa lalu, kasus BLBI,
TPPU, TPPO, dan lainnya.

Ini 16 Tersangka Transaksi Rp349 T, Ada PNS sampai Konsultan

Sebelum Revisi
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri baru-baru ini membeberkan
daftar tersangka dan terdakwa kasus transaksi mencurigakan versi Menko
Polhukam Mahfud Md senilai Rp 349 triliun kepada DPR.
Firli mengatakan KPK menelusuri laporan kasus transaksi mencurigakan yang ada
di Kementerian Keuangan itu sebanyak 33 laporan hasil analisis PPATK. Laporan itu
juga termasuk ke dalam bagian dari laporan Satgas TPPU bentukan Mahfud Md
setelah kasus itu mencuat ke publik.
"Jadi total semuanya 33 LHA PPATK yang kami terima dari Satgas TPPU yang
dibentuk Menko Polhukam," kata Firli saat rapat kerja dengan Komisi III DPR,
Jakarta.
KPK mencatat nominal transaksi mencurigakan yang diurus dari 33 LHA itu
mencapai Rp 25,36 triliun. Rinciannya terdiri dari LHA yang tidak terdapat dalam
database KPK sebanyak 2 laporan, dan yang telah masuk ke dalam proses telah
sebanyak 5 laporan.
Dari jumlah tersebut, LHA yang telah memasuki tahap penyelidikan sebanyak 11
laporan, yang masuk ke tahap penyidikan sebanyak 12 laporan, dan dilimpahkan ke
Mabes Polri sebanyak 3 laporan. Dengan demikian total laporan yang masuk
sebanyak 33 LHA.
Dari 12 LHA yang telah masuk ke tahap penyidikan, ia mengatakan sudah terdapat
16 nama tersangka dan terpidana. Firli merinci secara nama-nama orang yang telah
ditetapkan sebagai tersangka dan terpidana, termasuk jumlah transaksinya yang
telah diketahui.
Juru Bicara Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo menjelaskan lebih lanjut,
bahwa tidak semua daftar tersangka dan terpidana kasus transaksi janggal Rp 349
triliun di Kementerian Keuangan yang telah dirilis KPK adalah para pegawai
kementerian.
Dia menekankan bahwa dari total 16 orang tersangka dan terpidana yang telah
diungkapkan Ketua KPK Firli Bahuri saat rapat kerja dengan Komisi III DPR pada
Rabu lalu (7/6), tujuh di antaranya adalah orang-orang di luar Kementerian
Keuangan. Hanya 9 orang yang berasal dari Kemenkeu dan sebagian besar
merupakan kasus lama.
Berikut ini daftar tujuh orang yang terlibat kasus transaksi mencurigakan Kemenkeu
namun bukan pegawai di sana:
1. Sukiman (mantan anggota DPR)
2. Natan Pasomba (mantan pegawai Dinas PU Kabupaten Pegunungan Arfak)
3. Suherlan (mantan pegawai Dinas PU Kabupaten Pegunungan Arfak)
4. Agus Susetyo (konsultan pajak)
5. Aulia Imran Maghribi (konsultan pajak)
6. Ryan Ahmad Ronas (konsultan pajak)
7. Veronica Lindawati (swasta).
Selanjutnya, daftar sembilan nama dan status hukum pegawai Kemenkeu yang
terlibat dalam laporan transaksi mencurigakan oleh PPATK ke KPK sebagai berikut:
1. Andhi Pramono (Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)
2. Eddi Setiadi (Mantan Kepala Karikpa Bandung Satu, Putusan Kasasi Tahun 2010,
7 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda Rp200.000.000, Uang Pengganti
Rp565.000.000)
3. Istadi Prahastanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)
4. Heru Sumarwanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)
5. Yul Dirga (Mantan Kepala KPP Penanaman Modal Asing Tiga, Putusan Kasasi
Tahun 2021, 7 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda Rp300.000.000, Uang Pengganti
USD18.425, SGD14.400 dan Rp50.000.000)
6. Hadi Sutrisno (Mantan Pemeriksa Pajak Madya KPP Penanaman Modal Asing
Tiga, Putusan Banding Tahun 2020, 6 Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000)
7. Yulmanizar (Mantan Pemeriksa Pajak Muda Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan, berstatus saksi)
8. Wawan Ridwan (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 9 Tahun Penjara dan Denda
Rp200.000.000, Uang Pengganti Rp2.373.750.000)
9. Alfred Simanjuntak (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 8 Tahun Penjara dan Denda
Rp200.000.000, Uang Pengganti Rp8.237.292.900).

Sesudah Revisi
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri baru-
baru ini mengungkapkan kepada DPR daftar tersangka dan
terdakwa yang terlibat dalam kasus transaksi mencurigakan
dengan nilai Rp 349 triliun, seperti yang dijelaskan oleh Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.

Menurut Firli, KPK telah menyelidiki 33 laporan kasus transaksi


mencurigakan yang berasal dari analisis PPATK dan bagian dari
laporan Satgas TPPU yang dibentuk oleh Mahfud Md setelah
kasus tersebut mencuat ke publik.
KPK mencatat bahwa total nilai transaksi mencurigakan dari 33
laporan tersebut mencapai Rp 25,36 triliun. Dari jumlah
tersebut, 12 laporan telah masuk ke tahap penyidikan, dengan
16 orang tersangka dan terpidana yang telah ditetapkan.

Dalam daftar tersebut, tujuh orang terlibat dalam kasus


transaksi mencurigakan yang melibatkan Kementerian
Keuangan, namun bukan pegawai kementerian tersebut.
Sembilan orang lainnya merupakan pegawai Kementerian
Keuangan, yang sebagian besar terlibat dalam kasus lama.

Daftar sembilan pegawai Kementerian Keuangan yang terlibat


dalam laporan transaksi mencurigakan adalah sebagai berikut:

1. Andhi Pramono (Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses


penyidikan)
2. Eddi Setiadi (Mantan Kepala Karikpa Bandung Satu, Putusan
Kasasi Tahun 2010, 7 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda
Rp200.000.000, Uang Pengganti Rp565.000.000)
3. Istadi Prahastanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam
proses penyidikan)
4. Heru Sumarwanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam
proses penyidikan)
5. Yul Dirga (Mantan Kepala KPP Penanaman Modal Asing Tiga,
Putusan Kasasi Tahun 2021, 7 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda
Rp300.000.000, Uang Pengganti USD18.425, SGD14.400 dan
Rp50.000.000)
6. Hadi Sutrisno (Mantan Pemeriksa Pajak Madya KPP Penanaman
Modal Asing Tiga, Putusan Banding Tahun 2020, 6 Tahun
Penjara dan Denda Rp200.000.000)
7. Yulmanizar (Mantan Pemeriksa Pajak Muda Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan, berstatus saksi)
8. Wawan Ridwan (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 9
Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000, Uang Pengganti
Rp2.373.750.000)
9. Alfred Simanjuntak (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 8
Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000, Uang Pengganti
Rp8.237.292.900).

Sesudah Revisi
"Ketua KPK Ungkap Daftar Tersangka dan Terpidana dalam
Kasus Transaksi Curi-rupiah Senilai Rp 349 Triliun"
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri baru-baru ini
mengungkapkan kepada DPR daftar tersangka dan terdakwa yang terlibat dalam
kasus transaksi mencurigakan dengan nilai Rp 349 triliun, seperti yang dijelaskan
oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.

Menurut Firli, KPK telah menyelidiki 33 laporan kasus transaksi mencurigakan yang
berasal dari analisis PPATK dan bagian dari laporan Satgas TPPU yang dibentuk oleh
Mahfud Md setelah kasus tersebut mencuat ke publik.

KPK mencatat bahwa total nilai transaksi mencurigakan dari 33 laporan tersebut
mencapai Rp 25,36 triliun. Dari jumlah tersebut, 12 laporan telah masuk ke tahap
penyidikan, dengan 16 orang tersangka dan terpidana yang telah ditetapkan.

Dalam daftar tersebut, tujuh orang terlibat dalam kasus transaksi mencurigakan yang
melibatkan Kementerian Keuangan, namun bukan pegawai kementerian tersebut.
Sembilan orang lainnya merupakan pegawai Kementerian Keuangan, yang sebagian
besar terlibat dalam kasus lama.

Daftar sembilan pegawai Kementerian Keuangan yang terlibat dalam laporan


transaksi mencurigakan adalah sebagai berikut:

1. Andhi Pramono (Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)


2. Eddi Setiadi (Mantan Kepala Karikpa Bandung Satu, Putusan Kasasi Tahun 2010, 7
Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda Rp200.000.000, Uang Pengganti Rp565.000.000)
3. Istadi Prahastanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)
4. Heru Sumarwanto (Mantan Pegawai Bea Cukai, masih dalam proses penyidikan)
5. Yul Dirga (Mantan Kepala KPP Penanaman Modal Asing Tiga, Putusan Kasasi Tahun
2021, 7 Tahun 6 Bulan Penjara dan Denda Rp300.000.000, Uang Pengganti
USD18.425, SGD14.400 dan Rp50.000.000)
6. Hadi Sutrisno (Mantan Pemeriksa Pajak Madya KPP Penanaman Modal Asing Tiga,
Putusan Banding Tahun 2020, 6 Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000)
7. Yulmanizar (Mantan Pemeriksa Pajak Muda Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan,
berstatus saksi)
8. Wawan Ridwan (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 9 Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000,
Uang Pengganti Rp2.373.750.000)
9. Alfred Simanjuntak (Mantan Pemeriksa Pajak Madya Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan, Putusan Kasasi Tahun 2023, 8 Tahun Penjara dan Denda Rp200.000.000,
Uang Pengganti Rp8.237.292.900).

Tahun Depan Tukin Bakal Dihapus, PNS Siap-siap!

Sebelum Revisi
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
Abdullah Azwar Anas mengatakan Kementerian PANRB tengah mengusulkan agar
pemberian tukin kepada PNS diseleksi lebih lanjut. Nantinya, menurut Anas, tukin
akan didasari dari kinerja individu.
"Jadi selama ini kan tukin itu sama, kita berharap sih. Kita usul ada kenaikan gaji
tetapi nanti diseleksi bagi mereka yang kerja tentu dapat yang banyak. Kita sedang
exercise ini," tegasnya, seperti dikutip, Minggu.
Nantinya, perubahan skema tukin ini akan dimasukkan ke dalam Peraturan
Pemerintah tentang manajemen ASN.
Dengan demikian, tukin yang diterima PNS tak lagi dibedakan antar institusi
sebagaimana yang ada saat ini, melainkan dibedakan berdasarkan PNS secara
perorangan, tergantung kinerjanya.
Selama ini, pemerintah mengatur rumusan pemberian tukin bagi para PNS dalam
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Perhitungan Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
Tunjangan kinerja atau tukin adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang besarannya didasarkan pada hasil evaluasi jabatan dan capaian
prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil.
tunjangan kinerja Pegawai Negeri Sipil yang adil, objektif, transparan, dan konsisten
sesuai dengan berat ringannya suatu jabatan, maka penghitungan tunjangan kinerja
didasarkan pada nilai atau kelas suatu jabatan yang diperoleh melalui proses
evaluasi jabatan.
Kementerian PANRB mengungkapkan dalam penilaian suatu jabatan melalui proses
evaluasi jabatan digunakan Factor Evaluation System (FES) atau sistem evaluasi
berdasarkan faktor jabatan. Untuk penilaian Jabatan Struktural misalnya, kriteria
penilaian ruang lingkup program dan dampak, pengaturan organisasi dan
manajerial, hubungan personal, yang terbagi dalam dua sub faktor yaitu sifat
hubungan dan tujuan hubungan, kesulitan dalam pengarahan pekerjaan, dan kondisi
lain.
Sementara itu, jabatan fungsional digunakan faktor jabatan, seperti pengetahuan
yang dibutuhkan jabatan, pengendalian dan pengawasan penyelia, pedoman kerja,
kompleksitas tugas, ruang lingkup dan dampak, hubungan personal, tujuan
hubungan, persyaratan fisik, dan lingkungan pekerjaan.
Berdasarkan faktor tersebut ditetapkan 17 tingkatan jabatan yang masing-masing
tingkatan terdapat nilai jabatan yang berbeda-beda dan berjenjang, yaitu nilai
jabatan terendah ditetapkan 190, dan nilai jabatan tertinggi ditetapkan 4.730.
Kemudian, ada pula rumusan yang telah ditetapkan dalam perhitungannya, yaitu
dengan memberikan indeks besaran rupiah (IDrp) tertentu untuk setiap nilai (poin)
jabatan, serta penentuan untuk setiap nilai (poin) jabatan ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.
Dengan patokan ini, maka untuk jabatan Sekretaris Utama misalnya, dengan kelas
jabatan 17 dan nilai jabatan 4.585, maka tukin yang diperoleh ialah 4.585 dikali
dengan indeks besaran rupiah senilai Rp 5000, sehingga hasil akhirnya menjadi Rp
22.925.000.

Sesudah Revisi
"Usulan Perubahan Sistem Tukin PNS: Kinerja Individu Akan
Menentukan Besaran Tunjangan"
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Abdullah
Azwar Anas, mengusulkan perubahan dalam pemberian Tunjangan Kinerja (Tukin)
kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Usulan ini bertujuan agar Tukin tidak lagi
diberikan secara merata kepada semua PNS, melainkan akan didasarkan pada kinerja
individu.

Anas menjelaskan bahwa saat ini Tukin diberikan secara seragam kepada seluruh
PNS, dan pihaknya berharap bisa mengusulkan kenaikan gaji, namun dengan seleksi
untuk mereka yang memiliki kinerja yang baik. Usulan ini masih dalam proses dan
akan dimasukkan ke dalam Peraturan Pemerintah tentang manajemen ASN.

Dengan demikian, Tukin yang diterima oleh PNS tidak akan lagi tergantung pada
institusi tempat mereka bekerja, melainkan akan berdasarkan penilaian kinerja
masing-masing individu. Saat ini, pemberian Tukin diatur dalam Peraturan Kepala
Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 20 Tahun 2011, yang berdasarkan evaluasi
jabatan dan capaian prestasi kerja PNS.

Tukin adalah tunjangan yang diberikan kepada PNS berdasarkan hasil evaluasi
jabatan dan prestasi kerja. Dalam penilaian jabatan, digunakan Factor Evaluation
System (FES) atau sistem evaluasi yang mempertimbangkan berbagai faktor seperti
tingkat kesulitan dalam pengarahan pekerjaan, hubungan personal, dan lainnya.
Terdapat 17 tingkatan jabatan dengan nilai jabatan berbeda, dan nilai jabatan ini
menjadi dasar perhitungan Tukin.

Dengan usulan perubahan ini, pemberian Tukin akan lebih berdasarkan pada
penilaian kinerja individu PNS, dengan harapan mendorong peningkatan
produktivitas dan kualitas pelayanan publik yang lebih baik.

Artikel 13 Juni 2023


Belajar Dari Kasus Rafael, Ini Rencana Besar Sri Mulyani!

Sebelum Revisi
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan akan terus menata sumber daya manusia
(SDM) internal Kementerian Keuangan agar terhindar dari kasus yang menerpa
beberapa waktu lalu. Rafael Alun Trisambodo dan Andi Pramono adalah dua di
antaranya.
"Berbagai kasus yang terjadi memberikan pembelajaran bagi Kemenkeu," kata Sri
Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI, DPR, Jakarta, Senin.
Kami terus menata SDM, agar tak hanya dari jumlah, namun kompetensi dan
karakter untuk pelayanan dan simplifikasi proses bisnis agar pelayanan jadi pasti
dan efisien," paparnya.
Sri Mulyani akan memperkuat pengawasan internal, antara lain melalui perbaikan
tata kelola hingga penguatan budaya kerja.
"Kita memperkuat pengawasan internal, bagian dari koreksi dari berbagai tata kelola
yang jadi sorotan publik, penguatan budaya kerja dan transformasi digital untuk
meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan dan mengurangi interaksi yang
berujung pada tata kelola," terang Sri Mulyani.
Di sisi lain, kata Sri Mulyani juga dilakukan efisiensi dan pengendalian anggaran.
"Dengan semangat Kemekeu, begitu anggaran SDM berfokus pada unit eselon 1
terjadi inefisiensi dan ketidakoptimalan dalam pengelolaan organisasi dan
pencapaian target-target. Kemenkeu1 dampak lebih baik dan kemampuan untuk
saling mendukung konsistensi dan pelayanan," pungkasnya.

Sesudah Revisi
"Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Fokus Tingkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan"
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, berencana terus membenahi sumber daya
manusia (SDM) di Kementerian Keuangan untuk menghindari kasus yang telah
terjadi sebelumnya, seperti yang menimpa Rafael Alun Trisambodo dan Andi
Pramono.
"Kasus-kasus yang terjadi memberikan pengalaman berharga bagi Kemenkeu,"
ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI, DPR, Jakarta, Senin.

Kami terus meningkatkan kualitas SDM, tidak hanya dalam hal jumlahnya, tetapi juga
dalam hal kompetensi dan karakter agar dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik dan menyederhanakan proses bisnis untuk memastikan pelayanan yang lebih
pasti dan efisien," jelasnya.

Sri Mulyani juga berkomitmen untuk memperkuat pengawasan internal dengan


memperbaiki tata kelola dan meningkatkan budaya kerja.

"Kami sedang memperkuat pengawasan internal sebagai bagian dari perbaikan


berbagai aspek tata kelola yang menjadi perhatian publik. Kami juga fokus pada
peningkatan budaya kerja dan transformasi digital untuk meningkatkan kualitas dan
kecepatan pelayanan serta mengurangi interaksi yang dapat mengganggu tata
kelola," tambah Sri Mulyani.

Di samping itu, upaya efisiensi dan pengendalian anggaran juga sedang dilakukan.

"Dengan semangat Kemenkeu, pengeluaran anggaran untuk SDM pada unit eselon 1
dapat mengalami inefisiensi dan ketidakoptimalan dalam pengelolaan organisasi dan
pencapaian target. Penyesuaian pada unit Kemenkeu 1 membawa perbaikan yang
lebih baik serta meningkatkan kemampuan untuk saling mendukung konsistensi dan
pelayanan," demikian Sri Mulyani.

DPR Cecar Target Setoran Pajak, Anak Buah Sri Mulyani Was-
was

Sebelum Revisi
Para anggota dewan di Badan Anggaran DPR mengkritisi target rasio penerimaan
perpajakan pemerintah yang basisnya masih rendah dibanding masa selama
Pandemi Covid-19. Padahal, APBN telah mencetak surplus yang tinggi secara
konsisten pada 2022.
Kritikan ini salah satunya disampaikan Ketua Banggar DPR Said Abdullah. Dia
mengatakan, dengan kondisi penerimaan negara yang surplus terus hingga saat ini,
rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB tidak lagi harus dipatok di level 9,91
untuk batas bawahnya, melainkan lebih tinggi.
"Kalau basic-nya 9,91% sampai 10,18% mangapnya itu luar biasa. Basic-nya saja,
batas bawahnya menjadi 9,95% saja deh," kata anggota DPR dari Fraksi PDI
Perjuangan itu saat rapat Panja Penerimaan RAPBN 2024 di Banggar, Jakarta.
Senada, Anggota Banggar Fauzi Amro yang juga merupakan Anggota DPR Komisi
XI dari Fraksi NasDem mengatakan, sebetulnya usulan lebih tinggi ini juga sudah
disampaikan para anggota Komisi XI saat rapat panja awal bulan lalu. Namun pd
"Kita sudah bahas memang enggak tuntas artinya ada pesimisme dari Pak Suryo
(Dirjen Pajak) dan kawan-kawan di Kemenkeu melihat prospek pendapatan pajak ke
depan karena harga komoditas turun," ujarnya.
Namun, ia mengingatkan, hingga April 2023 pemerintah masih membukukan surplus
dalam APBN sebesar Rp 234,7 triliun. Dengan demikian, ia mengusulkan supaya
rasio penerimaan perpajakannya harus sudah naik seperti level sebelum pandemi,
yakni dengan batas bawah di level 10% PDB.
"Pesimisnya harga komoditas, tax amnesty, dan UU HPP, kita jadi perdebatan
dengan berbagai macam internal yang terjadi kita sarankan basis poinnya di 10-
11%, ini kan sambil berjalan. Ini kan surplus terus hampir Rp 234,7 triliun ya kita
harap surplus terus berjalan enggak usah ada pesimis," tegasnya.
Merespons hal itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan
Kacaribu menekankan, target rasio penerimaan perpajakan itu memang harus
didesain konservatif untuk menjaga APBN tetap kredibel di tengah melambatnya
ekonomi dan perdagangan global saat ini.
Ia mengakui, rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB sejak Pandemi Covid-19
pada 2021 yang anjloknya hingga 8,32% dari posisi 2018 di level 10,24% memang
terus membaik hingga 2022 ke level 10,93%. Namun, pada 2023 estimasinya masih
di level 9,61%.
"Masuk 2023 pak, ini harga sudah sangat turun memang terlihat dari risiko yang
kami sampaikan beberapa unggulan ekspor kita sudah tumbuh negatif sehingga
untuk PPh kita sudah normalisasi, PPN juga normalisasi sehingga kewaspadaan
menjadi poin," ujarnya.
"Masuk ke 2024 kami memang masih lihat risiko tinggi terutama harga komoditas
masih cukup lebih rendah dari 2022 dengan demikian kami memang mengusulkan
angka ini dengan pertimbangan secara konservatif untuk menjaga kredibelitas
APBN," lanjutnya.
Kendati begitu, ia mengaku perubahan pada target rasio penerimaan perpajakan ini
masih bisa disesuaikan dalam pembahasan RAPBN ke depan. Terutama dengan
mempertimbangkan realisasi penerimaan negara dalam laporan semester APBN
2023.
"Kami hargai optimisme itu dan ini memang akan terus kita kalibrasi, kami
dengarkan juga sedikit optimis untuk batas bawah melihat lapsem akan kita lihat
kalibrasi bersama," kata Febrio.

Sesudah Revisi
"Pemerintah Dikritik Terkait Target Rasio Penerimaan Pajak
yang Masih Rendah Meskipun Surplus APBN Tinggi"
Anggota dewan di Badan Anggaran DPR mengkritik target rasio penerimaan pajak
pemerintah yang masih rendah, meskipun APBN mencatat surplus yang tinggi pada
tahun 2022. Ketua Banggar DPR, Said Abdullah, mengusulkan agar batas bawah rasio
penerimaan pajak terhadap PDB ditingkatkan dari 9,91% menjadi 9,95%. Dia
berpendapat bahwa dengan surplus penerimaan negara yang terus berlanjut,
peningkatan tersebut dapat dijustifikasi.

Anggota Banggar, Fauzi Amro, juga mendukung usulan peningkatan rasio ini,
mengingat bahwa hingga April 2023, APBN masih mencatatkan surplus sebesar Rp
234,7 triliun. Dia berpendapat bahwa rasio penerimaan pajak harus kembali ke
tingkat sebelum pandemi, yaitu dengan batas bawah di level 10% PDB.

Namun, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu,


mengingatkan bahwa target rasio penerimaan pajak harus dirancang dengan
konservatif untuk menjaga kredibilitas APBN di tengah kondisi ekonomi dan
perdagangan global yang melambat. Meskipun rasio ini telah membaik sejak
pandemi, masih ada risiko terkait harga komoditas dan perkembangan ekonomi
global yang harus diperhitungkan. Febrio mengakui bahwa perubahan pada target
rasio ini masih bisa dipertimbangkan dalam pembahasan RAPBN ke depan, terutama
dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan negara dalam laporan semester
APBN 2023.

Sri Mulyani Butuh Rp 2,4 Triliun Kelola Penerimaan Negara Rp


2.861 Triliun Tahun Depan
Sebelum Revisi
Menteri keuangan Sri Mulyani mengusulkan anggaran Rp 2,48 triliun untuk
pengelolaan penerimaan negara tahun 2024 mendatang. Anggaran itu diusulkan
untuk menarik penerimaan negara sebesar Rp 2.718 triliun sampai Rp 2.861
triliun di tahun depan.
Mewakili Sri Mulyani, Suahasil menjelaskan anggaran Rp 2,48 triliun ini akan
digunakan untuk 4 unit eselon 1 Kementerian Keuangan, antara lain Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai , Direktorat Jenderal Anggaran
dan LNSW.
Anggaran tersebut nantinya akan digunakan untuk 133 kegiatan. Beberapa
diantaranya yakni reformasi perpajakan dan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(HPP), Penggalian Potensi Pajak e-commerce dan ekonomi digital, data base
perpajakan dan PNBP, implementasi kepabeanan untuk IKN, pengembangan
promosi ekspor produk dan lain-lain.
Tidak untuk Bayar Gaji
Suahasil menjelaskan, anggaran tersebut hanya untuk kegiatan pengelolaan
penerimaan negara dan tidak termasuk untuk gaji, biaya operasional seperti gaji
rutin. Sehingga untuk kebutuhan di luar kegiatan tersebut dipisahkan.
"Itu nanti dimasukkan dalam dukungan manajemen, nanti akan kelihatan angkanya
besar, nanti dukungan manajemen itu nanti juga untuk memberikan dukungan pada
program ini," kata Wamenkeu.

Sesudah Revisi
"Usulan Anggaran Rp 2,48 Triliun untuk Pengelolaan
Pendapatan Negara Tahun 2024"
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, telah mengajukan anggaran sebesar Rp 2,48 triliun
untuk tahun 2024 dalam rangka pengelolaan penerimaan negara. Anggaran ini
ditujukan untuk mencapai target penerimaan negara sebesar Rp 2.718 triliun hingga
Rp 2.861 triliun pada tahun depan. Anggaran tersebut akan digunakan untuk
mendukung 4 unit eselon 1 di Kementerian Keuangan, termasuk Direktorat Jenderal
Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, dan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LNSW).
Dalam rincian anggaran tersebut, terdapat 133 kegiatan yang akan dilaksanakan.
Beberapa di antaranya adalah reformasi perpajakan dan UU Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP), peningkatan potensi pajak dari sektor e-commerce dan ekonomi
digital, pengembangan database perpajakan dan Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP), implementasi kepabeanan untuk Informasi Kepabeanan Nasional (IKN),
promosi ekspor produk, dan lain sebagainya.

Penting untuk dicatat bahwa anggaran ini tidak termasuk untuk pembayaran gaji
atau biaya operasional rutin seperti gaji pegawai. Biaya tersebut akan dialokasikan
secara terpisah dalam dukungan manajemen.

Artikel 14 Juni 2023


Hore, Industri Perfilman Bakal Dapat Insentif Pajak
Sebelum Revisi
Kementerian Keuangan tengah mengkaji skema insentif pajak untuk mendukung
pengembangan industri film nasional. Intensif Pajak ini dapat dimanfaatkan produser
film untuk mengurangi ongkos produksi atau promosi.
"Memang pemerintah sedang mendesain untuk kebijakan mendukung sektor
perfilman karena memang kita menganggap bahwa sektor tersebut sangat baik
untuk kreativitas dan juga nilai tambah," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Gedung DPR, dikutip Selasa.
Apalagi, kata Febrio sekarang ini masyarakat kelas menengah semakin bertumbuh.
Konsumsi di industri perfilman juga mengalami hal serupa.
"Masyarakat kan dengan kelas menengah yang makin tumbuh, kita juga melihat
konsumsi ke arah sana (perfilman)," katanya.
Dimanfaatkan Pemerintah Daerah
Hal ini pun bisa dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mempromosikan destinasi
wisata melalui perfilman. "Disamping itu kan kita mendukung untuk daerah tujuan
wisata supaya mendapatkan promosi yang lebih baik," katanya.
Dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan banyak pihak untuk mendesain
kebijakan tersebut. Hanya saja, kata Febrio skema kebijakan tersebut sampai
sekarang masih belum spesifik.
"Kita desain bersama-sama nanti bentuknya belum spesifik," kata dia.
"Jadi itu masih dalam pembicaraan nanti kita lanjutkan," sambungnya.
Dukungan Pemerintah
Febrio menambahkan, selama ini Pemerintah sudah memberikan dukungan untuk
sektor perfilman. Hanya saja memang, industri ini mendapatkan insentif pajak
secara umum saja, bukan yang secara spesifik.
"Secara umum ya memang industri banyak mendapatkan insentif perpajakan secara
umum," kata dia.
Dimanfaatkan Pemerintah Daerah
Hal ini pun bisa dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mempromosikan destinasi
wisata melalui perfilman. "Disamping itu kan kita mendukung untuk daerah tujuan
wisata supaya mendapatkan promosi yang lebih baik," katanya.
Dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan banyak pihak untuk mendesain
kebijakan tersebut. Hanya saja, kata Febrio skema kebijakan tersebut sampai
sekarang masih belum spesifik.
"Kita desain bersama-sama nanti bentuknya belum spesifik," kata dia.
"Jadi itu masih dalam pembicaraan nanti kita lanjutkan," sambungnya.
Dukungan Pemerintah
Febrio menambahkan, selama ini Pemerintah sudah memberikan dukungan untuk
sektor perfilman. Hanya saja memang, industri ini mendapatkan insentif pajak
secara umum saja, bukan yang secara spesifik.
"Secara umum ya memang industri banyak mendapatkan insentif perpajakan secara
umum," kata dia.

Sesudah Revisi
"Pemerintah Kaji Skema Insentif Pajak untuk Mendukung
Industri Film Nasional"
Kementerian Keuangan sedang melakukan evaluasi terhadap skema insentif pajak
untuk mendukung perkembangan industri film nasional. Insentif pajak ini akan
memberikan produser film kesempatan untuk mengurangi biaya produksi dan
promosi.

"Kami sedang merancang kebijakan untuk mendukung sektor perfilman karena kami
percaya bahwa sektor ini memiliki potensi besar dalam hal kreativitas dan nilai
tambah," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio
Kacaribu.

Selain itu, Febrio menekankan bahwa pertumbuhan kelas menengah di masyarakat


saat ini telah meningkatkan konsumsi dalam industri film. Pemerintah juga melihat
potensi untuk pemerintah daerah mempromosikan destinasi wisata melalui industri
perfilman.

Meskipun pemerintah telah bekerja sama dengan banyak pihak dalam perancangan
kebijakan ini, rincian skema kebijakan masih belum jelas saat ini. Skema tersebut
masih dalam tahap perencanaan yang lebih lanjut.

Febrio juga menegaskan bahwa pemerintah telah memberikan dukungan umum bagi
sektor perfilman melalui insentif pajak, meskipun belum ada insentif pajak yang
spesifik untuk sektor ini.
DPR Mencak-mencak ke Dirjen Pajak soal Sistem Canggih
Perpajakan RI

Sebelum Revisi
Komisi XI DPR RI mencak-mencak ke Direktur Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) Suryo Utomo soal sistem canggih administrasi perpajakan
RI (core tax) yang akan diimplementasikan pada 2024.
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar Mukhamad Misbakhun mengklaim tak
pernah diberi tahu soal core tax tersebut. Terlebih, terkait lini waktu persiapan
sistem canggih perpajakan tersebut.
"Kita enggak pernah dikasih tahu pemenang (proyek) core tax ini, menggunakan
sistem siapa, tiba-tiba sudah di depan kepala kita lahir core tax. Saya berapa kali
nanya core tax enggak pernah dijawab, dijawab sepintas lalu. Kita enggak tahu
siapa vendor core tax, tiba-tiba langsung menjelaskan sudah di posisi seperti ini,"
kata Misbakhun ke Suryo dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi XI DPR
RI, Senayan, Jakarta Pusat.
"Ada timeline saja enggak pernah dilaporkan, 2021-2022 kita tidak pernah
dilaporkan, tiba-tiba cerita. Di 2021 dan 2022 pernah enggak kita diceritakan soal
core tax? Kita semua ini anggota lama, kita enggak tahu siapa vendornya,
pemenangnya, proses tender nya seperti apa," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Dolfie OFP yang memimpin RDP
tersebut menyebut DPR tidak perlu tahu soal siapa vendor core tax tersebut.
Asalkan, tidak ada laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai
temuan janggal.
Namun, ia mempertanyakan soal interoperabilitas core tax system tersebut
dengan 89 entitas, baik internal maupun eksternal Kemenkeu. Pasalnya, sistem
tersebut akan sia-sia jika tidak terhubung dengan 89 entitas tersebut.
Dolfie juga menyinggung soal keamanan IT core tax system. Menurutnya, DJP
Kemenkeu harus memperhatikan keamanan siber sistem canggih administrasi
perpajakan tersebut.
"Kita kan belum tahu bentuk core tax ini apa sih, kotak kecil, kotak besar, satu
ruangan atau dua ruangan, berapa lantai. Nanti dulu lah suatu waktu kita lihat,
kotak ada isinya atau ada di cloud. Yang kita inginkan jangan sampai itu kan
sekarang cyber security-nya, jangan sampai jadi eror semua nanti," pesannya ke
Suryo.
Sementara itu, Suryo menjelaskan Kemenkeu masih mengejar target
interoperabilitas dengan 89 entitas tersebut. Ia menyampaikan saat ini sistem
canggih perpajakan RI tersebut sudah 90 persen terkoneksi.
Entitas tersebut terdiri dari perbankan dan institusi lain sebagai authorized billing
channel dan untuk perolehan data informasi, bukti, dan keterangan (IBK). Ada
juga penyedia jasa aplikasi perpajakan (PJAP), pengguna servis konfirmasi status
wajib pajak (KSWP), hingga entitas terminal peti kemas.
"Jadi, insya Allah semuanya terhubung dengan implementasi di 2024 besok.
Paling sangat diperlukan adalah data dan informasi dari para pihak, ini terus kami
kejar supaya dapat terhubung dengan baik saat core tax diimplementasikan,"
balas Suryo.

Sesudah Revisi
"DPR Kecewa dengan Kementerian Keuangan Terkait Sistem
Core Tax yang akan Datang"
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar, Mukhamad Misbakhun, mengungkapkan
kekecewaannya kepada Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Suryo
Utomo, terkait sistem canggih administrasi perpajakan RI (core tax) yang akan
diterapkan pada tahun 2024. Misbakhun menyatakan bahwa mereka tidak pernah
diberitahu tentang core tax atau mengenai jadwal persiapan sistem tersebut.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Dolfie OFP, yang memimpin rapat dengar pendapat
(RDP), berpendapat bahwa DPR tidak perlu mengetahui siapa vendor core tax
tersebut, selama tidak ada laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai
temuan yang mencurigakan. Namun, ia mengkhawatirkan tentang interoperabilitas
sistem core tax dengan 89 entitas internal dan eksternal Kemenkeu, serta masalah
keamanan siber yang perlu diperhatikan.

Suryo menjelaskan bahwa Kemenkeu sedang berusaha mencapai target


interoperabilitas dengan 89 entitas tersebut, termasuk perbankan, penyedia jasa
aplikasi perpajakan, dan lainnya. Saat ini, sistem canggih perpajakan RI tersebut
sudah terhubung sekitar 90 persen dengan entitas tersebut, dan mereka terus
berupaya untuk memastikan bahwa semua akan terhubung dengan baik saat core
tax diimplementasikan pada tahun 2024.

Artikel 15 Juni 2023


Kinerja Moncer, PLN Setor Dividen Rp2,19 T dan Pajak Rp35 T
Ke Negara

Sebelum Revisi
PT PLN (Persero) menyetorkan dividen Rp2,19 triliun kepada negara pada 2022.
Angka ini meningkat sebesar 191,7 persen dari Rp750 miliar pada 2021. Direktur
Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan tak hanya pembayaran dividen,
pihaknya juga memberikan penghasilan ke negara berbentuk setoran pajak
hingga Rp35,33 triliun atau meningkat sebesar 13,1 persen dibandingkan 2021.
Ia menuturkan PLN sebagai perusahaan BUMN berkomitmen untuk terus
berkontribusi lebih pada negara dan masyarakat. Salah satunya melalui
peningkatan performa dari sisi keuangan.
Hal ini terlihat pada laporan keuangan 2022 di mana PLN mampu mencatatkan
kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan dengan laba bersih
mencapai Rp14,44 triliun.
"Di balik capaian kinerja keuangan yang kami torehkan, transformasi yang
dilakukan korporasi menjadi kunci melewati masa-masa sulit. Hasilnya walaupun
menghadapi kerugian kurs hampir 20 triliun, penerimaan laba kami 2022 tetap
meningkat 124 persen dari target," ujar Darmawan melalui keterangan resmi,
Kamis (8/7).
Menurut Darmawan, faktor utama peningkatan laba bersih PLN adalah
peningkatan penjualan listrik yang mencapai 6,3 persen atau total 273,8 Terawatt
hour (TWh), sehingga berdampak pada kenaikan pendapatan penjualan listrik
hingga 7,7 persen dari Rp288,8 triliun di 2021 menjadi Rp311,1 triliun di 2022.
Peningkatan penjualan listrik ini didominasi dari pelanggan sektor industri di mana
konsumsi listriknya meningkat sebesar 24,54 persen dan sektor bisnis yang
meningkat sebesar 22,47 persen.
Ini merupakan bukti bahwa PLN adalah jantungnya perekonomian Indonesia.
Kami selalu siap menyediakan listrik andal untuk mendukung produktivitas
pelanggan," imbuh Darmawan.
Ia mengatakan peningkatan kinerja PLN ini akan memberikan multiplier effect.
Selain mendorong perekonomian masyarakat, juga akan memberikan kontribusi
perusahaan kepada negara.
"Kami optimis akan melanjutkan kinerja yang terbaik pada tahun ini dan tahun
selanjutnya. PLN akan berupaya optimal dalam mengelola operasional maupun
kinerja keuangan sehingga bisa memberikan kontribusi yang lebih lagi ke
negara," pungkas Darmawan.

Sesudah Revisi
"PLN Merekor Kinerja Keuangan Tertinggi: Dividen Naik 191,7%
Menjadi Rp2,19 Triliun pada 2022"
PT PLN (Persero) telah menyetorkan dividen sebesar Rp2,19 triliun kepada negara
pada tahun 2022.

Jumlah ini mengalami peningkatan signifikan sebesar 191,7 persen dari tahun
sebelumnya, yaitu Rp750 miliar pada tahun 2021. Darmawan Prasodjo, Direktur
Utama PLN, menyatakan bahwa selain pembayaran dividen, perusahaan juga telah
memberikan kontribusi ke negara dalam bentuk setoran pajak sebesar Rp35,33
triliun, yang mengalami peningkatan sebesar 13,1 persen dibandingkan tahun 2021.

Darmawan menjelaskan bahwa PLN, sebagai perusahaan BUMN, memiliki komitmen


untuk terus berkontribusi lebih kepada negara dan masyarakat, salah satunya melalui
peningkatan kinerja keuangan. Ini tercermin dalam laporan keuangan tahun 2022, di
mana PLN mencatatkan kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan
dengan laba bersih mencapai Rp14,44 triliun.

Darmawan menambahkan bahwa faktor utama di balik peningkatan laba bersih PLN
adalah peningkatan penjualan listrik sebesar 6,3 persen, mencapai total 273,8
Terawatt hour (TWh), yang berdampak pada pendapatan penjualan listrik yang
meningkat sebesar 7,7 persen dari Rp288,8 triliun di tahun 2021 menjadi Rp311,1
triliun di tahun 2022.

Peningkatan penjualan listrik ini didorong oleh sektor industri dengan peningkatan
konsumsi listrik sebesar 24,54 persen dan sektor bisnis dengan peningkatan sebesar
22,47 persen.

Darmawan menegaskan bahwa PLN merupakan tulang punggung perekonomian


Indonesia dan selalu siap untuk menyediakan pasokan listrik yang andal untuk
mendukung produktivitas pelanggan. Ia juga menyatakan bahwa peningkatan kinerja
PLN akan memiliki efek berlipat ganda dengan mendorong perekonomian
masyarakat dan memberikan kontribusi lebih kepada negara.
Daftar Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan 2023

Sebelum Revisi
Sejumlah provinsi di Indonesia menggelar pemutihan pajak kendaraan bermotor.
Hal ini menjadi upaya para pemangku kepentingan meningkatkan kepatuhan
masyarakat sebagai wajib pajak.
Ada beberapa program yang dijalankan pada periode pemutihan ini mulai dari
penghapusan hingga diskon denda akibat tunggakan sebelumnya. Ingat, program
ini berlaku dalam periode tertentu saja.
Berikut daftar daerah dengan program pemutihan pajak:
Jawa Tengah
Provinsi ini menggelar program pemutihan yaitu bebas BBNKB II dan bebas pajak
progresif periode 26 April - 22 Desember 2023 dan bebas sanksi administrasi
pada periode 26 April hingga 26 Juni 2023.
Jawa Timur
Provinsi lain yang menggelar program serupa adalah Jawa Timur, dimulai 14 April
hingga 14 Juni 2023 atau terakhir hari ini. Program tersebut mencakup bebas
BBNKB 2, bebas sanksi administrasi dan bebas PKB progresif.
Lampung
Provinsi Lampung mengumumkan program pemutihan yang berlaku April hingga
September 2023. Masyarakat dapat memanfaatkan bebas BBNKB 2, bebas
denda pajak dan diskon pokok tunggakan pajak.
Untuk diskon yang dapat dinikmati masyarakat besarannya mulai 50 persen
sampai dengan 70 persen.
Kalimantan Timur
Provinsi ini juga menggelar berbagai program pemutihan pajak kendaraan
bermotor pada 2023 yang berlaku mulai Juni. Program yang dijalankan yaitu
bebas denda PKB, dan BBNKB 2 dan seterusnya, bebas pajak progresif, hingga
diskon tunggakan pajak mulai dua persen sampai 50 persen.
Sumatera Selatan
Provinsi Sumatera Selatan juga menggelar program pemutihan pada 2023 ini
yang dimulai 1 April dan meliputi bebas denda serta bunga pajak PKB, serta
tunggakan PKB selama dua tahun atau lebih.
Kemudian bebas denda dan bunga pajak BBNKB 2, kemudian pengurangan
BBNKB 2 sebesar 50 persen.
Sulawesi Tenggara
Keringanan dan pembebasan pajak kendaraan , sanksi administrasi, serta
BBNKB 2 dan seterusnya juga berlaku di Sulawesi Tenggara.
Program pemutihan pajak kendaraan tersebut sesuai Keputusan Gubernur
Sulawesi Tenggara Nomor 268 Tahun 2023 tentang Pemberian Keringanan dan
Pembebasan Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor, Sanksi Administrasi Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Penyerahan
Kedua dan Seterusnya, mengutip Antara.
Kalimantan Tengah
Badan Pendapatan Daerah Kalimantan Tengah kembali membuka layanan
pemutihan pajak, berupa diskon denda pajak kendaraan bermotor yang
menunggak satu tahun ke atas, pembebasan BBNKB 2 pokok maupun dendanya
dan bebas tarif progresif untuk kendaraan bermotor roda empat.
Masa berlaku program ini mulai 17 Mei hingga 31 Agustus 2023.

Sesudah Revisi
"Provinsi di Indonesia Gelar Program Pemutihan Pajak
Kendaraan untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak"
Beberapa provinsi di Indonesia saat ini sedang melaksanakan program pemutihan
pajak kendaraan bermotor sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak. Program ini mencakup penghapusan atau diskon denda serta tunggakan pajak
pada periode tertentu. Berikut daftar provinsi beserta program pemutihan pajak
mereka:

1. Jawa Tengah: Program pemutihan meliputi bebas BBNKB II dan bebas pajak
progresif pada periode 26 April - 22 Desember 2023, serta bebas sanksi administrasi
dari 26 April hingga 26 Juni 2023.
2. Jawa Timur: Provinsi ini melaksanakan program serupa mulai 14 April hingga 14 Juni
2023, mencakup bebas BBNKB II, bebas sanksi administrasi, dan bebas PKB progresif.
3. Lampung: Program pemutihan berlangsung dari April hingga September 2023,
dengan fasilitas bebas BBNKB II, bebas denda pajak, dan diskon pokok tunggakan
pajak hingga 50-70 persen.
4. Kalimantan Timur: Provinsi ini memiliki program pemutihan yang dimulai pada
bulan Juni 2023. Program ini mencakup bebas denda PKB dan BBNKB II, bebas pajak
progresif, serta diskon tunggakan pajak mulai dari dua persen hingga 50 persen.
5. Sumatera Selatan: Program pemutihan dimulai pada 1 April dan melibatkan
pembebasan denda dan bunga pajak PKB, serta tunggakan PKB selama dua tahun
atau lebih. Selain itu, juga ada pembebasan denda dan bunga pajak BBNKB II, serta
pengurangan BBNKB II sebesar 50 persen.
6. Sulawesi Tenggara: Provinsi ini memberikan keringanan dan pembebasan pajak
kendaraan, sanksi administrasi, serta BBNKB II dan seterusnya sesuai Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 268 Tahun 2023.
7. Kalimantan Tengah: Program ini memberikan diskon denda pajak kendaraan
bermotor yang menunggak selama satu tahun ke atas, pembebasan BBNKB II pokok
dan dendanya, serta bebas tarif progresif untuk kendaraan bermotor roda empat.
Program ini berlaku dari 17 Mei hingga 31 Agustus 2023.

Insentif PBB Berakhir 30 Juni 2023, Warga Jakarta jangan lupa~

Sebelum Revisi
Program insentif Pajak Bumi dan Bangunan yang diberikan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta bakal berakhir pada Kamis (30/6/2023).
Sebagai informasi, Pemprov DKI Jakarta memberikan insentif untuk pembayaran
PBB tahun pajak 2023 pada Maret hingga Juni 2023. Adapun besaran keringanan
yang diberikan mencapai 10 persen.
Selain itu, program tersebut juga berlaku untuk PBB tertunggak tahun pajak 2013
hingga 2022. Jumlah insentif yang diberikan untuk kategori ini sebesar 20 persen,
ditambah penghapusan sanksi. Adapun periode pembayarannya Maret hingga
Juni 2023.
Pemberian insentif PBB itu sudah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
Nomor 5 Tahun 2023 tentang Kebijakan Penetapan Dan Pembayaran Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi
Tahun 2023.
Pergub tersebut diterbitkan sebagai wujud kepedulian Pemprov DKI Jakarta
terhadap masyarakatnya sekaligus sebagai upaya memulihkan ekonomi melalui
pajak daerah.
Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan Badan Pendapatan Daerah
(Bapenda) DKI Jakarta Morris Danny Siregar mengatakan, masyarakat bisa
memanfaatkan promo tersebut untuk memperingan pembayaran pajak.
Menurutnya, semakin banyak wajib pajak yang memanfaatkan program insentif
tersebut, maka semakin besar pula dampak positifnya terhadap pembangunan
dan pelayanan publik di DKI Jakarta.
Mengingat periode insentif bakal berakhir dalam beberapa minggu lagi, ia pun
menyarankan agar pembayaran dan pengurusan PBB dilakukan sesegera
mungkin.
“Wajib pajak yang membayar pajak tepat waktu menunjukkan bahwa dirinya
adalah masyarakat yang taat terhadap peraturan perpajakan. Selain itu, ia pun
berkontribusi positif pada kemajuan daerah,” ujarnya dalam siaran pers.
Sebagai informasi, pengecekan tunggakan PBB bisa dilakukan dengan
mengunjungi kantor pajak setempat atau secara online melalui situs web resmi
www.pajakonline.jakarta.go.id agar lebih praktis.
Selain itu, kunjungi juga Instagram @humaspajakjakarta untuk mengetahui
informasi selengkapnya mengenai program insentif PBB.

Sesudah Revisi
"Ini Batas Waktu Program Insentif Pajak Bumi dan Bangunan di
DKI Jakarta"
Program insentif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diberikan oleh Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2023. Pemprov
DKI Jakarta telah memberikan insentif untuk pembayaran PBB tahun pajak 2023 dari
bulan Maret hingga Juni 2023 dengan tingkat keringanan sebesar 10 persen.

Program ini juga berlaku untuk PBB yang tertunggak dari tahun pajak 2013 hingga
2022, dengan tingkat insentif sebesar 20 persen serta penghapusan sanksi. Masa
pembayaran insentif untuk kategori ini juga berlangsung dari Maret hingga Juni
2023.
Pemberian insentif PBB ini telah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 5
Tahun 2023 mengenai Kebijakan Penetapan Dan Pembayaran Pajak Bumi Dan
Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi Tahun 2023.
Pergub ini diterbitkan sebagai tindakan Pemprov DKI Jakarta untuk mendukung
masyarakatnya dan memulihkan ekonomi melalui pajak daerah.

Morris Danny Siregar, Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan Badan
Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta, mengajak masyarakat untuk
memanfaatkan program insentif ini untuk membantu dalam pembayaran pajak.
Semakin banyak wajib pajak yang menggunakan program insentif ini, semakin besar
dampak positifnya terhadap pembangunan dan pelayanan publik di DKI Jakarta.

Dengan berakhirnya periode insentif dalam beberapa minggu ke depan, ia juga


menyarankan agar pembayaran dan pengurusan PBB dilakukan sesegera mungkin.
Pembayaran pajak tepat waktu menunjukkan ketaatan terhadap peraturan
perpajakan dan memberikan kontribusi positif pada kemajuan daerah.

Pengecekan tunggakan PBB dapat dilakukan dengan mengunjungi kantor pajak


setempat atau secara online melalui situs web resmi www.pajakonline.jakarta.go.id
untuk kemudahan. Informasi lebih lanjut mengenai program insentif PBB juga dapat
ditemukan di Instagram @humaspajakjakarta.
Artikel 16 Juni 2023

Pemerintah Susun PMK Pengenaan PPN melalui Lelang

Sebelum Revisi
Pemerintah tengah menyusun peraturan menteri keuangan (PMK) yang memuat
ketentuan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) melalui lelang. Lantas,
bagaimana ketentuan pemajakan mengenai lelang saat ini? Pajak.com akan
mengulasnya regulasi yang berlaku.
Apa itu lelang?
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 213,
lelang didefinisikan sebagai penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman
Lelang.
Adapun pengumuman lelang merupakan prosedur pemberitahuan kepada
masyarakat tentang akan adanya lelang dengan maksud untuk menghimpun
peminat lelang dan pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan.
Lelang dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak swasta dengan
pembinaan pemerintah. Lelang dari pemerintah dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Sedangkan untuk penyelenggara dari pihak swasta dilaksanakan oleh balai lelang.
Bagaimana ketentuan pemajakan atas lelang?
Pengenaan PPN/PPnBM atas penyerahan BKP melalui lelang diatur secara umum
pada Pasal 1A Ayat (1) huruf c Undang-Undang (UU) Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, yang telah diubah dalam UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Kepala Seksi Peraturan PPN Perdagangan I Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jehuda
Bill Jonas menjelaskan, penyelenggara lelang akan diperlakukan sebagai pihak lain
yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak.
Dalam UU HPP, mengatakan, menteri keuangan menunjuk pihak lain untuk terlibat
langsung atau memfasilitasi transaksi antar pihak dalam melakukan pemotongan,
pemungutan, penyetoran, dan/atau pelaporan pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
“Penyelenggara lelang bisa kita tunjuk sebagai pemungut pajak, sehingga pemilik
barang dan pembeli barang itu dengan mudah menyelesaikan kewajiban pajaknya,
dalam hal ini PPN,” ujar Jehuda, dikutip Pajak.com (15/6).
Bagaimana administrasi PPN atas penyerahan melalui lelang?
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012, diatur terkait teknis penerbitan
faktur pajak atas PPN dan/atau PPnBM dalam penyerahan lelang. Faktur pajak
diterbitkan oleh pemilik barang sesuai dengan ketentuan penerbitan faktur pajak
pada umumnya. Kendati demikian, apabila tidak diterbitkan faktur pajak oleh pemilik
barang, PPN dan/atau PPnBM disetor melalui Surat Setoran Pajak (SPP) oleh
pemenang lelang.
Namun, berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 2022 tentang tentang Penerapan
Terhadap PPN Barang dan Jasa dan PPnBM klausul terkait penerbitan faktur dan
penggunaan SSP dihapus. Ketentuan mengenai tata cara pemungutan PPN atau
PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP melalui penyelenggara lelang akan diatur
dengan PMK yang tengah disusun pemerintah saat ini.

Sesudah Revisi
"Pajak dalam Proses Lelang: Pengaturan dan Implikasi Pajak
pada Penjualan Barang Kena Pajak (BKP) di Indonesia"
Pemerintah saat ini sedang menyiapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang
akan mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) yang dikenakan pada penjualan Barang Kena Pajak (BKP)
melalui proses lelang. Dalam konteks ini, PPN.com akan menjelaskan regulasi yang
berlaku terkait pemajakan dalam lelang.

Apa yang dimaksud dengan lelang?

Menurut Pasal 1 Angka 1 dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 213, lelang
dapat diartikan sebagai metode penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga yang dapat diajukan secara tertulis dan/atau lisan, yang mungkin
meningkat atau berkurang hingga harga tertinggi tercapai. Lelang ini dimulai dengan
pengumuman resmi.
Pengumuman lelang adalah tindakan pemberitahuan kepada masyarakat mengenai
adanya lelang, bertujuan untuk mengumpulkan minat peserta lelang dan
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait.

Lelang dapat diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta dengan pengawasan dari
pemerintah. Lelang yang diselenggarakan oleh pemerintah diawasi oleh Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kementerian Keuangan, sementara
lelang yang diadakan oleh pihak swasta dilaksanakan oleh balai lelang.

Bagaimana aturan pemajakan pada lelang?

Penerapan PPN dan PPnBM pada penyerahan BKP melalui lelang diatur secara umum
dalam Pasal 1A Ayat (1) huruf c Undang-Undang (UU) Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
UU ini telah mengalami perubahan sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Menurut Kepala Seksi Peraturan PPN Perdagangan I Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
Jehuda Bill Jonas, penyelenggara lelang akan dianggap sebagai pihak yang
berwenang untuk mengenakan PPN atas transaksi tersebut.

UU HPP menyebutkan bahwa menteri keuangan memiliki kewenangan untuk


menunjuk pihak lain yang dapat terlibat dalam proses pemotongan, pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Jehuda menjelaskan, penyelenggara lelang dapat diangkat sebagai pemungut pajak,


sehingga pemilik barang dan pembeli barang dapat dengan mudah memenuhi
kewajiban pajak, khususnya PPN.

Bagaimana administrasi PPN pada penyerahan melalui lelang?

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 mengatur teknis penerbitan faktur pajak
untuk PPN dan/atau PPnBM yang dikenakan pada penyerahan melalui lelang. Faktur
pajak dikeluarkan oleh pemilik barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
penerbitan faktur pajak pada umumnya. Namun, jika pemilik barang tidak
mengeluarkan faktur pajak, PPN dan/atau PPnBM dapat disetorkan melalui Surat
Setoran Pajak (SPP) oleh pemenang lelang.

Namun, PP Nomor 44 Tahun 2022 menghapus klausul terkait penerbitan faktur dan
penggunaan SSP untuk PPN Barang dan Jasa dan PPnBM. Ketentuan mengenai tata
cara pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP melalui lelang
akan diatur dalam PMK yang sedang disusun oleh pemerintah saat ini.
Hotel Sultan Pembayar PBB Terbesar di Jalan Sudirman

Sebelum Revisi
Perusahaan induk Hotel Sultan (PT Indobuildco) membayar Pajak Bumi Bangunan
(PBB) sebesar Rp 33,42 miliar untuk 13 hektare area, meliputi hotel dan residensial
The Sultan Hotel Complex Gelora Senayan. Atas pembayaran itu, Plh Kepala Suku
Badan Pendapatan Daerah (Bapeda) Jakarta Pusat Rudy England menyerahkan
piagam penghargaan kepada Hotel Sultan (PT Indobuildco) sebagai pembayar PBB
dengan nilai pajak terbesar di sepanjang area Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.
“Bapenda Jakarta tentu berterima kasih kepada Wajib Pajak yang taat dan tepat
waktu membayar PBB, bahkan sebelum batas waktu. Ini bisa menjadi contoh. Kami
memberikan potongan pajak 10 persen bagi Wajib Pajak yang tahun ini membayar
tepat waktu,” ujar Rudy.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Indobuildco Pontjo Sutowo
mengaku senang dapat berkontribusi kepada negara lewat pembayaran pajak
secara tepat waktu.
“Tentunya kami harus meningkatkan kinerja perusahaan agar bisa terus
berkontribusi melalui pembayaran pajak,” kata Pontjo.
Sebagai informasi, terdapat peningkatan realisasi pendapatan daerah DKI Jakarta
hingga kuartal II-2023 sebesar Rp 12 triliun.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)
Provinsi DKI Jakarta Michael Rolandi menjelaskan, peningkatan pendapatan daerah
DKI Jakarta terlihat dari kinerja hingga 30 April 2023.
“Bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, angka peningkatannya
hampir 20 persen. Target PAD (Pendapatan Asli Daerah dalam APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) sebesar Rp 52,77 triliun sudah dapat
direalisasikan Rp 12 triliun atau 22,86 persen. Ini terjadi peningkatan dibanding 30
April 2022 yang hanya 19,30 persen,” kata Michael.
Menurutnya, tren peningkatan pendapatan daerah tersebut terjadi seiring dengan
adanya kenaikan penerimaan pajak dan retribusi daerah. Kondisi ini juga
menunjukkan bahwa kondisi ekonomi mulai pulih seperti pascapandemi.
“Alhamdulillah untuk PAD kita, baik itu pajak, retribusi, pendapatan transfer, dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah ini bisa melampaui pendapatan di tahun 2022,”
ujar Michael.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan optimalisasi penerimaan, Pembina
Samsat DKI Jakarta menggulirkan program hadiah motor listrik kepada pembayar
pajak kendaraan bermotor. Kesempatan memenangkan hadiah bisa didapatkan
dengan cara membayar kewajiban pajak kendaraan bermotor dan sumbangan wajib
dana kecelakaan lalu lintas (SWDKLLJ) sampai dengan periode 30 Juni 2023.
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Lusiana Herawati
mengajak Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhannya demi mewujudkan
pembangunan dan fasilitas publik yang lebih baik.
“Mungkin selama ini bapak/ibu sekalian mendengar Kartu Jakarta Pintar (KJP),
bantuan di bidang kesehatan, pendidikan, bantuan untuk pembangunan masjid-
masjid, memberikan subsidi kepada penumpang busway (Transjakarta), MRT (mass
rapid transit)—itu berasal dari pendapatan daerah. Intinya, dengan dukungan pajak
dari masyarakat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat melakukan pembangunan
dan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat,” kata Lusiana.

Sesudah Revisi
"Hotel Sultan Bayar PBB Rp 33,42 Miliar, Terima Penghargaan
Sebagai Pembayar Terbesar di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta"
Perusahaan Induk Hotel Sultan (PT Indobuildco) telah membayar Pajak Bumi
Bangunan (PBB) sebesar Rp 33,42 miliar untuk luasan 13 hektar, termasuk The Sultan
Hotel Complex Gelora Senayan yang mencakup hotel dan properti residensial.
Sebagai pengakuan atas pembayaran ini, Rudy England, Pelaksana Harian Kepala
Suku Badan Pendapatan Daerah (Bapeda) Jakarta Pusat, memberikan piagam
penghargaan kepada PT Indobuildco sebagai pembayar PBB terbesar di sepanjang
Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.

Rudy mengucapkan terima kasih kepada Wajib Pajak yang telah membayar PBB
dengan tepat waktu dan bahkan sebelum batas waktu. Sebagai insentif, Bapenda
Jakarta memberikan potongan pajak sebesar 10 persen kepada Wajib Pajak yang
membayar tepat waktu.

Direktur Utama PT Indobuildco, Pontjo Sutowo, merasa senang bisa berkontribusi


pada negara dengan membayar pajak tepat waktu. Dia menyatakan bahwa
perusahaan akan terus berupaya meningkatkan kinerjanya untuk terus berkontribusi
melalui pembayaran pajak.
Perlu diingat bahwa realisasi pendapatan daerah DKI Jakarta telah meningkat hingga
kuartal II-2023, mencapai Rp 12 triliun. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
(BPKD) Provinsi DKI Jakarta, Michael Rolandi, mengungkapkan peningkatan ini
terutama terlihat pada kinerja hingga 30 April 2023. Dia menyoroti peningkatan
penerimaan pajak dan retribusi daerah sebagai tanda pulihnya kondisi ekonomi
pasca-pandemi.

Program insentif seperti pengundian motor listrik telah diperkenalkan oleh Pembina
Samsat DKI Jakarta untuk mendorong pembayaran pajak kendaraan bermotor. Wajib
Pajak memiliki kesempatan untuk memenangkan hadiah dengan membayar
kewajiban pajak kendaraan bermotor dan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu
lintas (SWDKLLJ) hingga 30 Juni 2023.

Lusiana Herawati, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta, mengajak
Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhan mereka demi mendukung
pembangunan dan pelayanan publik yang lebih baik. Dia menekankan bahwa
pendapatan daerah digunakan untuk mendanai berbagai program, bantuan sosial,
dan proyek pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Ketentuan PPh Pasal 22 Atas Bahan Bakar dan Pelumas

Sebelum Revisi
Bahan bakar dan pelumas adalah dua komoditas yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat dan perekonomian negara. Namun, tidak banyak yang
mengetahui bahwa penjualan bahan bakar dan pelumas juga menjadi objek pajak
penghasilan (PPh) Pasal 22.
Bagaimana ketentuan pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar dan
pelumas? Admin KKP Rahayu & Partner, akan sajikan secara lengkap mengenai
ketentuan pemungutan, tarif dan dasar pemungutan, dan contoh penghitungan
terkait PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar dan pelumas.
PPh Pasal 22
Sekilas mengulas, PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh pihak tertentu
atas pembayaran atau penyerahan barang tertentu. Pemungutan pajak ini bertujuan
untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor usaha tertentu dan
mengendalikan peredaran barang tertentu.
PPh Pasal 22 dapat bersifat final atau tidak final, tergantung pada jenis barang dan
status pembelinya. PPh Pasal 22 yang bersifat final berarti pajak yang dipungut
sudah merupakan pajak terutang dan tidak dapat dikreditkan dengan PPh lainnya.
Sementara PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final berarti pajak yang dipungut masih
dapat dikreditkan dengan PPh lainnya.
Salah satu objek PPh Pasal 22 adalah penjualan bahan bakar dan pelumas oleh
produsen atau importir. Bahan bakar dan pelumas yang dimaksud meliputi bahan
bakar minyak (BBM), bahan bakar gas (BBG), dan pelumas. Pemungutan PPh Pasal
22 atas penjualan bahan bakar dan pelumas diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 34 Tahun 2017 (PMK 34/2017).
Pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar dan pelumas adalah produsen
atau importir bahan bakar dan pelumas. Pemungutan pajak ini dilakukan pada saat
penerbitan surat perintah pengeluaran barang (delivery order).
Pemungut wajib menyetorkan PPh Pasal 22 yang telah dipungut ke kas negara
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pemungut
pajak juga wajib menerbitkan bukti pemungutan PPh Pasal 22 kepada pembeli
bahan bakar dan pelumas.
Bukti pemungutan dibuat menggunakan aplikasi e-Bupot Unifikasi yang dapat
diakses melalui laman https://ebupot.pajak.go.id. Sementara pelaporan dilakukan
dengan SPT Masa PPh Unifikasi paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Adapun sifat pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar dan pelumas
dapat bersifat final atau tidak final, tergantung pada jenis bahan bakar dan pelumas,
serta status pembelinya. Jika penjualan bahan bakar dilakukan kepada
penyalur/agen, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat final.
Apabila dilakukan kepada selain penyalur/agen, PPh Pasal 22 yang dipungut atas
penjualan bahan bakar bersifat tidak final. Khusus untuk pelumas, baik kepada
penyalur/agen maupun pihak lainnya, pemungutan bersifat tidak final.
Di sisi lain, terdapat pengecualian atas pemungutan PPh Pasal 22 penjualan bahan
bakar dan pelumas. Pemungutan dikecualikan untuk pembayaran yang dilakukan
oleh bendahara pemerintah, bendahara pengeluaran, dan kuasa pengguna
anggaran. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta beberapa badan usaha di
bidang tertentu juga dikecualikan dari pemungutan ini. Daftar lengkap badan usaha
yang dikecualikan dapat dilihat pada Pasal 3 ayat (1) huruf e PMK 34/2017.
Tarif dan Dasar Pemungutan
Tarif PPh Pasal 22 yang dikenakan atas penjualan bahan bakar dan pelumas oleh
produsen atau importir adalah sebagai berikut:

Objek Tarif
1. BBM (untuk penjualan kepada SPBU yang menjual BBM yang dibeli 0,25%
dari Pertamina/anak perusahaan Pertamina)

2. BBM (untuk SPBU selain kriteria di atas dan pihak lainnya) 0,30%

3. Bahan Bakar Gas 0,30%

4. Pelumas 0,30%

Ingat, Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif pemotongan lebih
tinggi 100 persen daripada tarif normal (untuk PPh 22 tidak final). Dasar
pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjualan bahan bakar dan pelumas adalah nilai
penjualan (tidak termasuk PPN).
Nilai penjualan adalah harga jual barang yang tercantum dalam faktur pajak atau
dokumen lain yang dipergunakan sebagai dasar penagihan. Jika harga jual tidak
tercantum dalam faktur pajak atau dokumen lain, maka nilai penjualan adalah harga
pasar barang pada saat penyerahan barang.
Contoh Penghitungan
Untuk menghitung pajaknya, Anda perlu mengetahui tarif dan dasar pemungutan
PPh Pasal 22 untuk penjualan bahan bakar dan pelumas. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, tarifnya tergantung pada jenis bahan bakar dan pelumas, serta status
pembelinya (penyalur/agen atau bukan).
Berikut adalah rumus perhitungannya:
PPh Pasal 22 = Tarif x Nilai Penjualan
Contoh:
1. PT Rubrix merupakan pabrik pembuatan kendaraan bermotor yang membeli solar
ke Pertamina dengan nilai sebesar Rp 200 juta (tidak termasuk PPN). PT Rubrix
memiliki NPWP.
Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan solar kepada selain penyalur/agen adalah 0,3
persen. Maka, PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Rubrix adalah:
PPh Pasal 22 = 0,3% x Rp 200.000.000 = Rp 600.000
2. PT Sinar merupakan SPBU yang menjual BBM yang dibeli dari Pertamina.
Perusahaan ini membeli premium sebesar Rp 150 juta (tidak termasuk PPN). PT
Sinar tidak memiliki NPWP.
Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan premium kepada SPBU yang menjual BBM yang
dibeli dari Pertamina adalah 0,25 persen. Karena PT Sinar tidak memiliki NPWP,
maka tarifnya menjadi dua kali lipat yaitu 0,5 persen. Maka, PPh Pasal 22 yang
harus dibayar oleh PT Sinar adalah:
PPh Pasal 22 = 0,5% x Rp 150.000.000 = Rp 750.000
3. PT Cemerlang (bukan merupakan SPBU) yang bergerak di bidang konstruksi
membeli pelumas ke PT Gemilang (importir pelumas) dengan nilai sebesar Rp 100
juta (tidak termasuk PPN). PT Cemerlang memiliki NPWP.
Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan pelumas oleh importir adalah 0,3 persen. Maka,
PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Cemerlang adalah:
PPh Pasal 22 = 0,3% x Rp 100.000.000 = Rp 300.000.

Sesudah Revisi
“Tata Cara Pungutan PPh Pasal 22 untuk Penjualan Bahan Bakar
dan Pelumas: Tarif, Dasar Pemungutan, dan Contoh
Perhitungan”
Bahan bakar dan pelumas adalah dua komoditas yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat dan ekonomi negara. Namun, mungkin tidak banyak yang
menyadari bahwa penjualan bahan bakar dan pelumas juga menjadi subjek Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 22.

Bagaimana ketentuan pengenaan PPh Pasal 22 pada penjualan bahan bakar dan
pelumas? Admin KKP Rahayu & Partner akan menjelaskan secara detail mengenai
peraturan pemungutan, tarif, dasar pemungutan, dan memberikan contoh
perhitungan terkait PPh Pasal 22 untuk penjualan bahan bakar dan pelumas.

PPh Pasal 22

Secara singkat, PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh pihak tertentu atas
pembayaran atau penyerahan barang tertentu. Pungutan pajak ini bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor bisnis tertentu dan mengatur
peredaran barang tertentu.

PPh Pasal 22 dapat bersifat final atau tidak final, tergantung pada jenis barang dan
status pembelinya. PPh Pasal 22 yang bersifat final berarti pajak yang dipungut
sudah menjadi pajak yang harus dibayar dan tidak dapat dikreditkan dengan PPh
lainnya. Sementara PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final berarti pajak yang dipungut
masih bisa dikreditkan dengan PPh lainnya.
Salah satu objek PPh Pasal 22 adalah penjualan bahan bakar dan pelumas oleh
produsen atau importir. Ini mencakup bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar gas
(BBG), dan pelumas. Pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjualan bahan bakar dan
pelumas diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34 Tahun 2017 (PMK
34/2017).

Pihak yang mengenakan PPh Pasal 22 pada penjualan bahan bakar dan pelumas
adalah produsen atau importir bahan bakar dan pelumas. Pemungutan pajak ini
dilakukan pada saat surat perintah pengeluaran barang (delivery order) dikeluarkan.

Pihak yang mengenakan pajak harus menyetorkan PPh Pasal 22 yang telah dipungut
ke kas negara paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir. Pihak pengenakan pajak juga harus mengeluarkan bukti pemungutan PPh
Pasal 22 kepada pembeli bahan bakar dan pelumas.

Bukti pemungutan ini dibuat menggunakan aplikasi e-Bupot Unifikasi yang dapat
diakses melalui situs web https://ebupot.pajak.go.id. Sementara pelaporan dilakukan
melalui Surat Pernyataan Tahunan (SPT) Masa PPh Unifikasi paling lama 20 hari
setelah masa pajak berakhir.

Sifat pemungutan PPh Pasal 22 pada penjualan bahan bakar dan pelumas bisa
bersifat final atau tidak final, tergantung pada jenis bahan bakar dan pelumas serta
status pembelinya (apakah penyalur/agen atau bukan).

Tarif dan Dasar Pemungutan

Tarif PPh Pasal 22 yang dikenakan pada penjualan bahan bakar dan pelumas oleh
produsen atau importir adalah sebagai berikut:

1. BBM (untuk penjualan kepada SPBU yang menjual BBM yang dibeli dari
Pertamina/anak perusahaan Pertamina): 0,25%
2. BBM (untuk SPBU selain yang disebutkan di atas dan pihak lainnya): 0,30%
3. Bahan Bakar Gas: 0,30%
4. Pelumas: 0,30%

Ingatlah bahwa bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), tarif pemotongan PPh Pasal 22 akan lebih tinggi sebesar 100% dari tarif
normal (untuk PPh 22 yang tidak bersifat final). Dasar pemungutan PPh Pasal 22
untuk penjualan bahan bakar dan pelumas adalah nilai penjualan (tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN).

Nilai penjualan adalah harga jual barang yang tercantum dalam faktur pajak atau
dokumen lain yang digunakan untuk penagihan. Jika harga jual tidak tercantum
dalam faktur pajak atau dokumen lain, maka nilai penjualan akan dihitung
berdasarkan harga pasar barang saat penyerahan.

Contoh Penghitungan

Untuk menghitung pajak yang harus dibayar, Anda perlu mengetahui tarif dan dasar
pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjualan bahan bakar dan pelumas. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, tarifnya bergantung pada jenis bahan bakar dan
pelumas serta status pembelinya (apakah penyalur/agen atau bukan).

Di bawah ini adalah rumus perhitungan pajak:

PPh Pasal 22 = Tarif x Nilai Penjualan

Contoh-contoh berikut dapat memberikan gambaran lebih jelas:

1. PT Rubrix adalah pabrik pembuatan kendaraan bermotor yang membeli solar dari
Pertamina dengan nilai Rp 200 juta (tanpa PPN). PT Rubrix memiliki NPWP.

Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan solar kepada selain penyalur/agen adalah 0,30%.
Oleh karena itu, PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Rubrix adalah:

PPh Pasal 22 = 0,30% x Rp 200.000.000 = Rp 600.000

2. PT Sinar adalah SPBU yang menjual BBM yang dibeli dari Pertamina. Mereka
membeli premium sebesar Rp 150 juta (tanpa PPN). PT Sinar tidak memiliki NPWP.

Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan premium kepada SPBU yang menjual BBM yang
dibeli dari Pertamina adalah 0,25%. Tetapi karena PT Sinar tidak memiliki NPWP, tarif
ini akan menjadi dua kali lipat, yaitu 0,50%. Oleh karena itu, PPh Pasal 22 yang harus
dibayar oleh PT Sinar adalah:

PPh Pasal 22 = 0,50% x Rp 150.000.000 = Rp 750.000

3. PT Cemerlang adalah perusahaan konstruksi yang membeli pelumas dari PT


Gemilang (importir pelumas) sebesar Rp 100 juta (tanpa PPN). PT Cemerlang
memiliki NPWP.

Tarif PPh Pasal 22 untuk penjualan pelumas oleh importir adalah 0,30%. Oleh karena
itu, PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT Cemerlang adalah:

PPh Pasal 22 = 0,30% x Rp 100.000.000 = Rp 300.000.


"Core Tax" Jadikan DJP Institusi Kredibel

Sebelum Revisi
Perkumpulan Praktisi dan Profesi Konsultan Pajak Indonesia (P3KPI) dan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) menggelar webinar yang membahas mengenai Pembaruan
Sistem Inti Perpajakan (PSIAP) atau core tax. Wakil Ketua Dewan Pembina
P3KPI Dedi Rudaedi berharap, core tax mampu jadikan DJP sebagai institusi yang
andal, kredibel, dan akuntabel, sehingga kepatuhan sukarela Wajib Pajak pun dapat
meningkat.
“DJP saat ini tengah melakukan rancang ulang proses bisnis administrasi
perpajakan, melakukan pembenahan-pembenahan basis data perpajakan. Maka,
kerja sama P3KPI dan DJP dimaksudkan untuk memahami lebih jauh mengenai
PSIAP atau core tax yang kami yakini dapat menciptakan kepatuhan sukarela Wajib
Pajak. Diharapkan awal tahun 2024 selesai dan dapat diimplementasikan,” jelas
Dedi dalam sambutannya.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penegakan Hukum Perpajakan Iwan Djuniardi
menjelaskan, core tax merupakan hasil rancang ulang
atau redesign dan reengineering proses bisnis perpajakan.
“Secara umum core tax adalah digitalisasi administrasi perpajakan yang mencakup
integrasi data. Selain itu, automasi sistem perpajakan guna memudahkan Wajib
Pajak dan otoritas pajak. Jadi, core tax pada prinsipnya akan hadir dengan fitur
integrasi, lalu automasi, bagaimana kita memberi less human intervention untuk
meningkatkan integrasi dan integritas DJP,” ungkap Iwan.
Eks Direktur Data dan Informasi Perpajakan DJP ini mengatakan, core tax mampu
membantu DJP menganalisis Wajib Pajak berdasarkan profil risiko. Artinya, Wajib
Pajak yang berisiko tinggi (tidak patuh) akan dilakukan pemeriksaan, sementara
Wajib Pajak berisiko rendah dapat diberikan penyuluhan atau sosialisasi.
“Core tax akan memudahkan DJP melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Melalui core tax, pengawasan dan pemilahan dibantu dengan mesin. Hal itu bisa
membentuk konsep audit masif dan selektif oleh mesin, yakni dengan
membandingkan antara pajak yang seharusnya dilaporkan dengan yang dilaporkan
Wajib Pajak. Karena kita juga melihat sumber daya DJP tidak bisa meng-
handle semuanya, makanya core tax ini benar-benar seluruh proses bisnisnya akan
dilaksanakan berbasis risiko,” jelas Iwan.
Ia optimistis, core tax dapat diterapkan di tahun 2024—sesuai rencana yang
ditargetkan DJP. Iwan juga meyakinkan bahwa data dan kualitas analisis core
tax dapat semakin kredibel dan mumpuni.
“Setelah core tax, mungkin nanti yang akan dilakukan DJP adalah meningkatkan
kualitas analisisnya, karena datanya sudah kaya, proses sudah govern, semua
layanan informasi sudah otomatis, sehingga kita punya kemampuan dan kapasitas
yang lebih untuk melakukan analisis,” ungkapanya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Manajer Proyek PSIAP DJP Eka Darmayanti
mematikan, core tax dapat meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak karena
administrasi perpajakan akan jauh lebih efektif. Dengan begitu, DJP optimistis
penerimaan pajak akan jauh lebih optimal.
“DJP menerapkan empat aspek dalam implementasi core tax, mencakup perubahan
manajemen atau change management, sarana dan prasarana, anggaran, dan
sinergi dengan pihak lain. Untuk mempersiapkan suatu perencanaan, teknologi,
proses bisnis, atau peraturan yang berubah itu, kita harus mempersiapkan juga SDM
(sumber daya manusia). Kami pastikan SDM terus dipersiapkan untuk
mengimplementasikan core tax,” ungkap Eka.

Sesudah Revisi
“Transformasi Digital dalam Administrasi Perpajakan untuk
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak"
Perkumpulan Praktisi dan Profesi Konsultan Pajak Indonesia (P3KPI) bersama dengan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengadakan sebuah webinar yang membahas
Pembaruan Sistem Inti Perpajakan (PSIAP) atau yang dikenal dengan istilah core tax.
Wakil Ketua Dewan Pembina P3KPI, Dedi Rudaedi, berharap bahwa core tax akan
membuat DJP menjadi institusi yang dapat diandalkan, kredibel, dan akuntabel,
sehingga tingkat kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak juga dapat meningkat.

Dedi menjelaskan bahwa DJP saat ini sedang melakukan rancang ulang proses bisnis
administrasi perpajakan dan memperbaiki basis data perpajakan. Kerja sama antara
P3KPI dan DJP dalam memahami lebih lanjut mengenai core tax bertujuan untuk
menciptakan kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak. Pembaruan ini diharapkan akan
selesai pada awal tahun 2024 dan dapat diimplementasikan.

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penegakan Hukum Perpajakan, Iwan Djuniardi,
menjelaskan bahwa core tax adalah hasil dari rancang ulang proses bisnis perpajakan
yang mencakup digitalisasi administrasi perpajakan dengan integrasi data dan
otomasi sistem perpajakan. Core tax akan memungkinkan DJP untuk menganalisis
profil risiko Wajib Pajak dan memberikan perhatian yang sesuai. Hal ini akan
membantu DJP melakukan pengawasan yang lebih efektif terhadap Wajib Pajak. Iwan
optimistis bahwa core tax dapat diterapkan pada tahun 2024 sesuai dengan rencana
DJP.

Wakil Manajer Proyek PSIAP DJP, Eka Darmayanti, juga menyatakan bahwa core tax
akan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak karena administrasi perpajakan
akan menjadi lebih efisien. DJP berharap bahwa dengan core tax, penerimaan pajak
dapat meningkat secara signifikan. DJP juga telah mempersiapkan perubahan
manajemen, infrastruktur, anggaran, dan kerja sama dengan pihak lain untuk
mengimplementasikan core tax.

Pembaruan ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan efisiensi dan


efektivitas administrasi perpajakan serta meningkatkan kepatuhan pajak secara
keseluruhan.

Apa itu Surat Keterangan Tidak Dipungut?

Sebelum Revisi
Pelaksanaan proses administrasi perpajakan dipenuhi oleh berbagai dokumen
dengan berbagai macam fungsi. Dokumen ini ada yang bersifat wajib, ada pula yang
bersifat sebagai pelengkap dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Selain itu,
terdapat pula dokumen – dokumen yang harus dimiliki apabila wajib pajak ingin
memperoleh fasilitas tertentu di bidang perpajakan yang menjadi penanda bahwa
wajib pajak berhak memanfaatkan fasilitas tersebut. Salah satu dokumen penanda
hak penggunaan fasilitas tersebut adalah Surat Keterangan Tidak Dipungut atau
biasa disebut SKTD.
Definisi SKTD
Seperti namanya, SKTD adalah sebuah surat keterangan yang diterbitkan oleh DJP
yang menyatakan bahwa wajib pajak memperoleh fasilitas tidak dipungut pajak.
Disebutkan pada peraturan menteri keuangan (PMK) nomor 41 tahun 2020, SKTD
memberikan wajib pajak fasilitas tidak dipungut PPN atas impor dan/atau
penyerahan alat angkutan tertentu serta perolehan dan/atau pemanfaatan jasa kena
pajak (JKP) atas alat angkutan tertentu.
Ruang lingkup objek SKTD
Disebutkan pula pada PMK tersebut ruang lingkup objek pemberian fasilitas tidak
dipungut melalui SKTD terbagi menjadi 3 kelompok, yakni impor atas alat angkutan
tertentu, penyerahan alat angkutan tertentu, dan JKP terkait alat angkutan tertentu.
Untuk impor terdiri dari 7 macam objek, penyerahan 6 macam objek, dan JKP terkait
alat angkutan tertentu terdiri dari 3 macam objek.
1. Impor alat angkutan tertentu
a. Alat angkutan di air, bawah air, udara dan kereta api, serta suku cadangnya; dan
alat keselamatan pelayaran, penerbangan, dan keselamatan manusia yang diimpor
oleh:
– Kementerian pertahanan, TNI, POLRI;
– Pihak lain yang ditunjuk Kementerian pertahanan, TNI, POLRI;
b. Kapal angkutan laut, sungai, danau, dan penyeberangan; kapal penangkap ikan,
kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku cadangnya; alat perlengkapan
kapal, alat keselamatan pelayaran dan keselamatan manusia; yang diimpor dan
digunakan oleh:
– Perusahaan pelayaran niaga nasional, penangkapan ikan nasional, penyelenggara
jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional;
c. Pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; yang diimpor
oleh:
– Badan usaha angkutan udara niaga nasional;
d. Suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
pesawat udara yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional; yang
diimpor oleh:
– Pihak yang ditunjuk oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional
e. Kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian; yang diimpor dan digunakan oleh:
– Badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau
penyelenggara prasarana perkeretaapian umum;
f. Komponen atau bahan yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang
kereta api, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan kereta api, dan/atau
prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh badan usaha penyelenggara
sarana perkeretaapian umum dan/atau penyelenggara prasarana perkeretaapian
umum; yang diimpor oleh:
– Pihak yang ditunjuk badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum
dan/atau penyelenggara prasarana perkeretaapian umum.
2. Penyerahan alat angkutan tertentu
Sama dengan objek impor alat angkutan tertentu, dengan catatan bahwa
penyerahan dilakukan kepada pihak – pihak sebagaimana disebut diatas. Kecuali
poin a, dimana penyerahan alat angkutan tertentu yang tidak dipungut PPN hanya
kepada Kementerian pertahanan, TNI, dan POLRI, tidak termasuk kepada pihak
yang ditunjuk.
3. Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu
a. Jasa yang meliputi jasa persewaan kapal; jasa kepelabuhanan yakni jasa tunda,
jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; serta jasa perawatan dan perbaikan kapal;
yang diterima oleh:
– Perusahaan pelayaran niaga nasional, penangkapan ikan nasional, penyelenggara
jasa kepelabuhan nasional, dan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan nasional;
b. Jasa yang meliputi jasa persewaan pesawat udara; serta jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara; yang diterima oleh:
– Badan usaha angkutan udara niaga nasional;
c. Jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh:
– Badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum;
Jenis SKTD
Perlu diketahui, terdapat dua jenis SKTD sebagaimana diatur pada Surat Edaran
Dirjen Pajak nomor SE-35/PJ/2020. Dua jenis SKTD tersebut adalah SKTD yang
berlaku untuk setiap impor atau penyerahan dan SKTD yang berlaku sampai 31
Desember (periodik). Untuk SKTD periodik tersebut, masa berlakunya terbagi
menjadi 2. Apabila permohonan SKTD diajukan sebelum tahun dimaksud, maka ia
berlaku sejak 1 Januari hingga 31 Desember. Sedangkan apabila permohonan
diajukan pada tahun berjalan, maka ia berlaku sejak tanggal penerbitan SKTD
hingga 31 Desember.
SKTD yang berlaku untuk setiap impor atau penyerahan adalah SKTD yang diajukan
oleh kelompok wajib pajak:
– Kementerian Pertahanan, TNI, POLRI, dan pihak lain yang ditunjuk 3 pihak
tersebut;
– Pihak yang ditunjuk badan usaha penyelenggara perkeretaapian umum dan/atau
penyelenggara prasarana perkeretaapian umum.
Sedangkan SKTD yang berlaku secara periodik adalah SKTD yang diajukan oleh
kelompok wajib pajak:
– Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Penangkapan ikan nasional, dan
Penyelenggara jasa kepelabuhan nasional;
– Perusahaan Penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
nasional;
– Badan usaha angkutan udara nasional dan pihak yang ditunjuk;
– Badan usaha Penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau
penyelenggara prasarana perkeretaapian umum.
Wajib pajak yang ingin mengajukan SKTD harus mengetahui mereka termasuk
kelompok SKTD yang mana. Apabila mereka termasuk kelompok SKTD per impor
atau penyerahan, maka SKTD harus dibuat untuk setiap impor atau penyerahan
yang ingin mendapatkan fasilitas. Sedangkan apabila mereka termasuk kelompok
SKTD periodik, maka ia perlu memperhatikan batas waktu berlakunya SKTD dan
melakukan perpanjangan apabila telah habis masanya.

Sesudah Revisi
"Peran dan Jenis Surat Keterangan Tidak Dipungut (SKTD)
dalam Administrasi Perpajakan"
Penyelenggaraan proses administrasi perpajakan melibatkan sejumlah dokumen
yang memiliki beragam fungsi, termasuk dokumen yang wajib dan pelengkap dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan. Beberapa dokumen ini juga menjadi indikator hak
Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas tertentu dalam domain perpajakan. Salah
satu dokumen yang menandakan hak ini adalah Surat Keterangan Tidak Dipungut
(SKTD).

SKTD adalah sebuah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak memiliki hak untuk tidak dikenai pajak. SKTD
diberikan dalam konteks penyerahan atau impor alat angkutan tertentu serta dalam
penerimaan dan penggunaan jasa kena pajak (JKP) yang terkait dengan alat
angkutan tertentu.
SKTD mencakup tiga kelompok objek, yaitu impor alat angkutan tertentu,
penyerahan alat angkutan tertentu, dan JKP yang terkait dengan alat angkutan
tertentu. Setiap kelompok memiliki objek yang berbeda, termasuk alat angkutan
yang berbeda seperti kapal, pesawat udara, dan kereta api, serta suku cadang dan
peralatan terkait.

Ada dua jenis SKTD, yaitu SKTD yang berlaku untuk setiap transaksi impor atau
penyerahan, serta SKTD yang berlaku secara periodik sampai dengan akhir tahun.
SKTD yang berlaku untuk setiap transaksi diberikan kepada kelompok Wajib Pajak
tertentu, seperti Kementerian Pertahanan, TNI, POLRI, dan pihak lain yang ditunjuk
oleh mereka. SKTD yang berlaku secara periodik diberikan kepada Wajib Pajak lain
yang terkait dengan alat angkutan tertentu, seperti perusahaan pelayaran nasional,
penangkapan ikan nasional, penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional,
penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional, serta
badan usaha angkutan udara nasional dan penyelenggara sarana perkeretaapian
umum.

Penting bagi Wajib Pajak untuk memahami kelompok mana yang mereka masuki
dan memperhatikan masa berlaku SKTD periodik agar dapat memanfaatkan fasilitas
tersebut sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Profit Shifting dan Aspek Perpajakannya

Sebelum Revisi
Profit Shifting” dan Aspek Perpajakannya. Profit shifting adalah pengalihan laba atau
keuntungan oleh perusahaan multinasional (multinational corporation) ke negara
atau yurisdiksi yang memiliki struktur dan tarif pajak yang rendah atau bahkan
dibebaskan dari pengenaan pajak, sering disebut low tax jurisdictions dan dahulu
dikenal dengan sebutan tax haven countries.
Profit shifting tersebut dapat menggerus basis pemajakan (tax base) yang
mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan pajak (tax revenue forgone) bagi
banyak negara atau yurisdiksi seperti Indonesia. Oleh karena itu, profit
shifting merupakan salah satu isu perpajakan global yang diupayakan untuk
diminimalisir dan dicegah oleh banyak negara atau yurisdiksi di dunia.
Praktik profit shifting dapat diilustrasikan sebagai berikut. Sebuah perusahaan
multinasional mendirikan anak perusahaan (subsidiary company) yang berbentuk
penanaman modal asing (foreign direct investment/PMA) di sebuah negara
berkembang. Negara berkembang yang memiliki keunggulan komparatif
(comparative advantage) berupa tenaga kerja (labor cost) yang murah dan pasar
(market) serta bahan baku (raw material) sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi dan bisnis oleh perusahaan multinasional.
Misalnya manfaat bisnis yang akan diperoleh dari tenaga kerja yang murah (seperti
upah, gaji, dan remunerasi) di negara berkembang dapat menekan beban
operasional usaha perusahaan secara global.
Perusahaan PMA di negara berkembang seharusnya membukukan laba usaha (net
business profit) yang besar karena produknya dibeli seluruhnya atau sebagian besar
oleh perusahaan afiliasinya di luar negeri, dan dengan beban usaha (operational
cost) yang murah, sehingga seyogianya jumlah setoran pajaknya (tax payment)
proporsional dengan besaran laba usahanya.
Namun, pada kenyataannya tidak demikian. Hal tersebut mungkin timbul karena
laba usaha perusahaan dialihkan ke perusahaan afiliasinya yang berdomisili di low
tax jurisdiction yang menawarkan tarif pajak rendah dan merahasiakan informasi
untuk tujuan perpajakan (statutory of limitation). Praktik tersebut disebut
sebagai offshore profit shifting dan merupakan salah satu bentuk penghindaran
pajak (tax avoidance).
Praktik profit shifting dapat timbul antara perusahaan afiliasi di dalam suatu
yurisdiksi yang sama, atau disebut domestic profit shifting. Misalnya pengalihan
penghasilan atau laba usaha dari suatu perusahaan yang menguntungkan
(profitable corporation) kepada perusahaan afiliasinya yang mengalami kerugiaan
atau yang memiliki fasilitas perpajakan (tax incentive) sehingga dapat menghindari
kewajiban pembayaran pajak. Praktik tersebut disebut domestic profit shifting.
Untuk meminimalisir praktik profit shifting tersebut, dibutuhkan perjanjian dan
kolaborasi di level internasional. Dimana negara dan yurisdiksi di dunia termasuk
Indonesia dapat melakukan perjanjian perpajakan bilateral guna melengkapi
perangkat hukum perpajakan internasional seperti perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B atau tax treaty). Untuk diketahui, saat ini Indonesia memiliki 71 P3B
dengan negara atau yurisdiksi mitra perjanjian.
P3B tersebut merupakan perjanjian pajak antara dua negara yang mengatur hal-hal
berkaitan dengan pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang
diperoleh/diterima oleh penduduk (resident taxpayer) dari salah satu atau kedua
pihak negara perjanjian. Dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya pengenaan
pajak berganda (double taxation) dan untuk menarik investasi modal asing (foreign
investment) ke dalam negeri. Penduduk dimaksud adalah Wajib Pajak dalam negeri
dari negara atau yurisdiksi mitra perjanjian.
Selain itu, timbulnya model bisnis digital seperti e-commerce yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (information, communication,
and technology/ICT) mengubah proses bisnis dan kegiatan ekonomi berevolusi
menjadi digital dan borderless. Untuk mengatasi permasalahan perpajakan yang
timbul dari kegiatan ekonomi dan bisnis digital, tidak efektif bila diselesaikan secara
bilateral. Oleh karena itu, kerja sama multilateral antar negara yurisdiksi di dunia
termasuk Indonesia diperlukan untuk menyelesaikan secara bersama praktik profit
shifting.
Kerja sama multilateral di bidang perpajakan sedang bergulir dan difasilitasi oleh
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dengan
membentuk inclusive framework on BEPS yang beranggotakan 143 negara atau
yurisdiksi. Tujuannya adalah menyusun dan membahas sejumlah rencana aksi guna
mencegah atau meminimalisir praktik profit shifting untuk melindungi basis pajak dari
anggota negara atau yurisdiksinya.

Sesudah Revisi
"Perpajakan Global: Pergeseran Keuntungan dan Upaya
Internasional dalam Mencegahnya"
"Pergeseran Keuntungan" dan Implikasi Pajaknya. Pergeseran keuntungan merujuk
pada tindakan perusahaan multinasional untuk memindahkan laba atau keuntungan
mereka ke negara atau yurisdiksi dengan struktur pajak rendah atau bahkan bebas
pajak, yang sering disebut sebagai yurisdiksi dengan pajak rendah atau tax haven.
Hal ini sering kali mengurangi basis pajak dan mengakibatkan kehilangan
pendapatan pajak bagi banyak negara atau yurisdiksi, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu, pergeseran keuntungan menjadi isu global dalam perpajakan yang
banyak negara berupaya untuk meminimalkan dan mencegah.

Praktik pergeseran keuntungan dapat dijelaskan dengan contoh berikut: Sebuah


perusahaan multinasional mendirikan anak perusahaan di sebuah negara
berkembang yang memiliki biaya tenaga kerja murah dan pasar serta bahan baku
yang tersedia. Seharusnya, anak perusahaan ini mencatat laba usaha yang tinggi
karena produknya banyak dibeli oleh perusahaan saudara di luar negeri dan biaya
operasionalnya rendah. Ini seharusnya menghasilkan pembayaran pajak yang sesuai
dengan laba yang diperoleh.
Namun, kenyataannya seringkali berbeda. Laba usaha seringkali dipindahkan ke
perusahaan saudara yang berada di yurisdiksi dengan pajak rendah, yang
menawarkan tarif pajak yang lebih rendah dan seringkali merahasiakan informasi
perpajakan. Ini disebut sebagai pergeseran keuntungan offshore dan merupakan
salah satu bentuk penghindaran pajak.

Pergeseran keuntungan dapat terjadi di dalam satu yurisdiksi, disebut pergeseran


keuntungan domestik. Misalnya, pengalihan pendapatan dari perusahaan yang
menguntungkan ke perusahaan yang memiliki kerugian atau fasilitas perpajakan
untuk menghindari pembayaran pajak. Ini disebut pergeseran keuntungan domestik.

Untuk mengatasi praktik pergeseran keuntungan ini, kerja sama internasional


diperlukan. Negara dan yurisdiksi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dapat
melakukan perjanjian perpajakan bilateral, seperti perjanjian penghindaran pajak
berganda (P3B atau tax treaty). Saat ini, Indonesia telah memiliki 71 P3B dengan
berbagai negara atau yurisdiksi mitra perjanjian.

P3B ini adalah perjanjian pajak antara dua negara yang mengatur bagaimana hak
pemajakan atas penghasilan penduduk dari kedua negara tersebut dibagi. Tujuannya
adalah untuk menghindari pengenaan pajak ganda dan untuk mendorong investasi
asing ke dalam negeri. Penduduk dalam konteks ini adalah Wajib Pajak dalam negeri
dari negara mitra perjanjian.

Selain itu, perkembangan bisnis digital seperti e-commerce yang dipengaruhi oleh
teknologi, informasi, dan komunikasi telah mengubah cara bisnis dilakukan secara
global. Untuk mengatasi masalah perpajakan yang muncul dari bisnis digital, kerja
sama multilateral antara negara dan yurisdiksi di seluruh dunia, termasuk Indonesia,
sangat penting. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for
Economic Co-operation and Development atau OECD) telah membentuk kerangka
inklusif untuk mengatasi pergeseran keuntungan agar basis pajak negara-negara
anggota dapat dilindungi. Kerangka ini melibatkan 143 negara atau yurisdiksi dan
bertujuan untuk mengembangkan rencana aksi untuk mencegah pergeseran
keuntungan.
Artikel 17 Juni 2023
Dompet Putin 'Sakaratul Maut', Pajak Perusahaan Rusia Naik

Sebelum Revisi
Pemerintah Rusia sedang mempersiapkan kenaikan pajak bagi perusahaan besar di
negara itu. Hal ini terjadi setelah negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin
tersebut mengalami defisit keuangan yang cukup dalam setelah perang dengan
Ukraina.
Rusia menyetujui rancangan undang-undang untuk mengenakan pajak rejeki tak
terduga sebesar 10% pada perusahaan besar Rusia. Peraturan ini menargetkan
perusahaan yang setiap tahun menghasilkan lebih dari 1 miliar rubel atau Rp 178
miliar.
"Retribusi ini dapat mengumpulkan sekitar 300 miliar rubel (Rp 53 triliun) dalam
bentuk pajak secara kolektif," kata Andrei Belousov, Wakil Perdana Menteri Pertama
Rusia dalam sebuah wawancara dengan RBC TV yang dikutip Inside.
Belousov mengklaim bahwa ini merupakan ide dari para perusahaan besar itu untuk
mengajukan kenaikan pajak. Ia menyebut para bisnis itu memahami bahwa mereka
memiliki rejeki nomplok yang sangat besar untuk tahun 2021 dan 2022.
"Banyak dari mereka adalah patriot sejati, tidak peduli apa yang orang katakan
tentang mereka. Mereka sangat dekat dengan negara," katanya.
Kementerian Keuangan Rusia mengatakan dalam pengumuman itu bahwa pajak
akan digunakan untuk belanja sosial tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Para analis mengatakan kepada Financial Times bahwa sektor pupuk dan logam
kemungkinan besar adalah kandidat pihak yang akan dijatuhkan kenaikan pajak.
Meskipun sektor energi Rusia menghadapi sanksi dan boikot oleh banyak negara
Barat dan sekutunya, negara tersebut masih merupakan pengekspor komoditas
penting, terutama di bidang pertanian dan beberapa bahan baku industri.
Kejadian ini bukan pertama kalinya Rusia memberlakukan pajak tak terduga untuk
mendanai perang di Ukraina. Tahun lalu, negara itu memungut pajak seperti itu pada
raksasa energi Gazprom setelah harga gas alam melonjak ke level tertinggi selama
bertahun-tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Gazprom membukukan rekor laba pada paruh pertama tahun 2022, tetapi laba
bersih setahun penuh turun 40% tahun-ke-tahun karena kenaikan pajak Kremlin
pada paruh kedua tahun ini. Namun, harga energi kini telah jatuh ke tingkat sebelum
perang karena kekhawatiran resesi.
Pendapatan energi Rusia juga sangat terpukul oleh pembatasan besar-besaran
terhadap ekspornya, terutama setelah Uni Eropa, pelanggan utama energi Moskow,
melarang minyak mentah asal negara itu mulai 5 Desember lalu
Pada kuartal pertama 2023, Rusia membukukan defisit hampir 2,4 triliun rubel,
berbalik tajam dari surplus lebih dari 1 triliun rubel pada kuartal pertama 2022.
Negara ini membukukan penurunan pendapatan energi triwulanan sebesar 45%
menjadi 1,64 triliun rubel, per data yang dirilis oleh kementerian keuangan Rusia
pada 7 April.

Sesudah Revisi
"Rusia Merencanakan Kenaikan Pajak untuk Perusahaan Besar
Setelah Defisit Keuangan Pasca-Perang dengan Ukraina"
Pemerintah Rusia saat ini sedang mengupayakan peningkatan tarif pajak untuk
perusahaan-perusahaan besar di negara mereka. Langkah ini diambil sebagai
respons terhadap defisit keuangan yang signifikan yang dialami oleh Rusia setelah
berperang dengan Ukraina.

Rusia telah menyetujui proposal undang-undang yang akan memberlakukan pajak


tambahan sebesar 10% pada perusahaan-perusahaan besar di negara tersebut.
Aturan ini akan berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang menghasilkan lebih dari
1 miliar rubel atau setara dengan Rp 178 miliar setiap tahun.

Andrei Belousov, Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia, mengungkapkan bahwa


pajak tambahan ini diperkenalkan atas usulan dari perusahaan-perusahaan besar
tersebut. Dia menyatakan bahwa para pelaku bisnis ini menyadari bahwa mereka
telah mendapatkan keuntungan besar dalam tahun-tahun 2021 dan 2022.

Belousov juga mengakui bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan ini memiliki


komitmen kuat terhadap negara dan berpegang pada nilai-nilai patriotisme. Mereka
merasa terikat untuk memberikan kontribusi lebih besar kepada negara mereka.

Kementerian Keuangan Rusia menyatakan bahwa pajak tambahan ini akan digunakan
untuk mendanai program-program sosial, tetapi belum memberikan rincian lebih
lanjut tentang penggunaannya. Para analis, yang diwawancarai oleh Financial Times,
mengindikasikan bahwa sektor pupuk dan logam mungkin menjadi yang terberat
terkena dampak dari kenaikan pajak ini.

Meskipun sektor energi Rusia telah menghadapi sanksi dan boikot dari banyak
negara Barat dan mitra dagangnya, Rusia masih tetap menjadi eksportir komoditas
penting, terutama di sektor pertanian dan beberapa bahan baku industri.

Ini bukan kali pertama Rusia menerapkan pajak tambahan untuk membiayai konflik
di Ukraina. Tahun sebelumnya, mereka mengenakan pajak serupa pada perusahaan
energi besar seperti Gazprom setelah harga gas alam melonjak ke level tertinggi
dalam beberapa tahun setelah invasi mereka ke Ukraina.

Gazprom mencatat laba rekor pada semester pertama tahun 2022, namun laba
bersih tahunan mereka turun 40% dibandingkan tahun sebelumnya akibat kenaikan
pajak yang diterapkan oleh pemerintah Kremlin di paruh kedua tahun tersebut.
Harga energi saat ini telah turun kembali ke tingkat sebelum konflik, terutama karena
kekhawatiran akan resesi.

Pendapatan dari ekspor energi Rusia juga terpukul akibat pembatasan besar-besaran
dalam ekspor mereka, terutama setelah Uni Eropa, yang merupakan salah satu
pelanggan utama energi Rusia, melarang impor minyak mentah dari Rusia sejak 5
Desember tahun lalu.

Pada kuartal pertama tahun 2023, Rusia mencatat defisit anggaran sebesar hampir
2,4 triliun rubel, melawan surplus lebih dari 1 triliun rubel pada kuartal pertama tahun
2022. Pendapatan dari sektor energi turun sekitar 45% dalam kuartal tersebut,
menurut data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Rusia pada 7 April.

Cuma Sampai Juni 2023, Bayar PBB Bisa Dapat Diskon 10 hingga
20 Persen

Sebelum Revisi
Bagi warga Jakarta yang belum membayar pajak bumi dan bangunan (PBB), yuk
segera manfaatkan promo insentif pajak yang diberikan Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta.
Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur
(Pergub) Nomor 5 Tahun 2023 tentang Kebijakan Penetapan Dan Pembayaran
Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Upaya Pemulihan
Ekonomi Tahun 2023.
Salah satu hal yang ditetapkan dalam pergub itu adalah pemberian insentif PBB
untuk dua kategori.
Pertama, potongan 10 persen untuk PBB tahun pajak 2023 dengan periode
pembayaran Maret hingga Juni 2023.
Kedua, potongan 20 persen serta penghapusan sanksi untuk PBB tertunggak
tahun pajak 2013 hingga 2022 dengan periode pembayaran Maret hingga Juni
2023.
Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan (Pusdatin) Badan Pendapatan
Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Morris Denny Siregar mengatakan, selain untuk
membantu warga, aturan tersebut diterbitkan sebagai upaya memulihkan
ekonomi negara melalui pajak daerah.
Menurutnya, program insentif pajak itu bisa masyarakat manfaatkan guna
meringankan pembayaran.
“Semakin banyak wajib pajak yang memanfaatkan program insentif tersebut,
maka semakin besar pula dampak positifnya terhadap pembangunan dan
pelayanan publik di DKI Jakarta,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Mengingat periode insentif hanya sampai 30 Juni 2023, Morris pun menyarankan
masyarakat Jakarta untuk membayar dan mengurus PBB sesegera mungkin guna
menghindari kendala dalam prosesnya Sebagai informasi, pembayaran PBB bisa
dilakukan dengan mengunjungi kantor pajak setempat atau secara online melalui
situs web resmi www.pajakonline.jakarta.go.id agar lebih praktis.
Selain itu, kunjungi juga Instagram @humaspajakjakarta untuk mengetahui
informasi selengkapnya mengenai program insentif PBB.

Sesudah Revisi
"Manfaatkan Insentif Pajak: Pemprov DKI Jakarta Berikan
Kemudahan untuk Pemilik PBB"
Bagi penduduk Jakarta yang belum membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), mari
manfaatkan penawaran insentif pajak yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 5
Tahun 2023 mengenai Kebijakan Penetapan dan Pembayaran PBB Perdesaan dan
Perkotaan sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi tahun 2023. Dalam pergub
tersebut, terdapat dua jenis insentif PBB yang ditawarkan.

Pertama, ada potongan sebesar 10 persen untuk PBB tahun 2023 dengan periode
pembayaran dari Maret hingga Juni 2023. Kedua, terdapat potongan sebesar 20
persen dan penghapusan sanksi untuk PBB yang belum dibayar dari tahun pajak
2013 hingga 2022 dengan periode pembayaran dari Maret hingga Juni 2023.

Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan (Pusdatin) Badan Pendapatan
Daerah (Bapenda) DKI Jakarta, Morris Denny Siregar, menjelaskan bahwa peraturan
ini tidak hanya bertujuan untuk membantu warga, tetapi juga untuk mendukung
pemulihan ekonomi melalui pendapatan daerah. Program insentif pajak ini dapat
membantu masyarakat dalam membayar pajak mereka.

Morris menekankan bahwa semakin banyak wajib pajak yang memanfaatkan


program insentif ini, semakin besar dampak positifnya pada pembangunan dan
pelayanan publik di DKI Jakarta.

Karena periode insentif hanya berlaku hingga 30 Juni 2023, Morris menyarankan agar
warga Jakarta segera membayar dan mengurus PBB mereka untuk menghindari
masalah dalam prosesnya. Pembayaran PBB dapat dilakukan dengan mengunjungi
kantor pajak setempat atau secara online melalui situs web resmi
www.pajakonline.jakarta.go.id untuk kenyamanan yang lebih.

Selain itu, informasi lebih lanjut tentang program insentif PBB dapat ditemukan di
akun Instagram @humaspajakjakarta.

Ridwan Kamil: Penerimaan Pajak Kendaraan Naik

Sebelum Revisi
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengungkapkan, digitalisasi layanan
mampu meningkatkan penerimaan pajak kendaraan di Jabar hingga tiga kali lipat.
Berkat inovasi berbasis digital, Badan Pendapatan Daerah Provinsi (Bapenda) Jabar
berhasil melampaui target pendapatan daerah sebesar Rp 32,7 triliun pada tahun
2022.
“Selama lima tahun, Jabar dengan going digital berhasil meningkatkan pendapatan
daerah. Pajak kendaraan naik tiga kali lipat dengan berbagai pintu-pintu digital,
pintu point of payment,” ujar Ridwan Kamil dalam acara Rapat Kerja Asosiasi
Pengelola Pendapatan Daerah se-Indonesia (APPDI) di The Trans Luxury Hotel,
Kota Bandung, (15/6).
Ia memerinci, realisasi pendapatan Jabar sebesar Rp 32,7 triliun itu berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 22,9 triliun dengan kontribusi terbesar datang
dari pajak daerah sebesar Rp 21,1 triliun.
“Pajak daerah dari pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu dari lima pajak
yang dikelola Pemprov Jabar dan memberikan kontribusi sebesar 40 persen
terhadap PAD,” ujar Ridwan Kamil.
Adapun pajak daerah itu, meliputi pajak kendaraan bermotor sebesar Rp 8,7 triliun,
bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) Rp 5,7 triliun, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor (PBBKB) Rp 2,9 triliun, dan pajak air permukaan Rp 74 miliar,
dan pajak rokok Rp 3,7 triliun.
“Kami harapkan PAD Jabar sudah lebih besar porsinya untuk APBD (anggaran
pendapatan dan belanja daerah), menandakan fiskal kami sangat sehat. Pada 2023-
2024 kami akan fokus belanja yang sudah saya atur ke pengaspalan jalan yang
selama ini tertunda,” kata Ridwan Kamil.
Ia juga mengingatkan kepada kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) se-
Indonesia agar tidak selalu mengandalkan APBD untuk membangun daerah.
Menurutnya, alokasi maksimal APBD hanya 20 persen dari kemampuan
pembangunan.
“Saya bilang, membangun daerah itu jangan selalu APBD saja. Ada delapan pintu
yang saya terangkan, dari pinjaman daerah, tanggung jawab sosial perusahaan
yang harus dikejar, obligasi daerah, dana umat untuk kegiatan sosial. Kalau
meminta ke APBD untuk segala urusan, enggak cukup,” ungkap Ridwan Kamil.
Pada kesempatan sama, Kepala Bapenda Jabar sekaligus Ketua APPDI Dedi Taufik
menambahkan, pemerintah daerah juga perlu mengeluarkan anggaran
pengembangan sistem digitalisasi untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan.
“Ke depan, harapan kami, pertumbuhan ekonomi harus didorong inovasi. Di sisi lain,
pak gubernur meminta kami tidak berfokus di APBD saja karena kontribusinya hanya
20 persen secara keseluruhan untuk pembangunan di Jabar makanya perlu siasat
lainnya,” ungkap Dedi.
Di tahun 2023, target PAD Jabar pada tahun 2023 sebesar Rp 34 triliun. Ada enam
pilar yang akan dilakukan Pemprov Jabar untuk mengoptimalisasi pengelolaan
pendapatan daerah, yaitu melalui program Tax Data Integration, New Sipandu,
optimalisasi kualitas pelayanan melalui Tax Awareness, New Sambara, Tax Center,
dan Tax Apreciation.

Sesudah Revisi
"Digitalisasi Pajak Kendaraan di Jawa Barat Ganda Penerimaan
dan Melebihi Target"
Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, mengungkapkan bahwa adopsi layanan
digital telah menggandakan penerimaan pajak kendaraan di Jabar hingga tiga kali
lipat. Melalui inovasi berbasis digital, Badan Pendapatan Daerah Provinsi (Bapenda)
Jabar berhasil melebihi target pendapatan daerah sebesar Rp 32,7 triliun pada tahun
2022.

Ridwan Kamil menyatakan hal ini dalam Rapat Kerja Asosiasi Pengelola Pendapatan
Daerah se-Indonesia (APPDI) yang diadakan di The Trans Luxury Hotel, Kota
Bandung, pada tanggal 15 Juni.

Ia menjelaskan bahwa dari pendapatan total tersebut, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mencapai Rp 22,9 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari pajak daerah
sebesar Rp 21,1 triliun. Pajak daerah yang berasal dari kendaraan bermotor adalah
salah satu dari lima jenis pajak yang dikelola oleh Pemprov Jabar dan memberikan
kontribusi sebesar 40 persen terhadap PAD.

Rincian pajak daerah tersebut mencakup pajak kendaraan bermotor sebesar Rp 8,7
triliun, bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) Rp 5,7 triliun, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor (PBBKB) Rp 2,9 triliun, pajak air permukaan Rp 74 miliar, dan
pajak rokok Rp 3,7 triliun.

Ridwan Kamil berharap bahwa kontribusi PAD Jabar terhadap APBD akan semakin
besar, menunjukkan keadaan fiskal yang sehat. Dia juga menekankan pentingnya
diversifikasi sumber pendanaan pembangunan, bukan hanya mengandalkan APBD.

Kepala Bapenda Jabar dan Ketua APPDI, Dedi Taufik, menambahkan bahwa
pemerintah daerah juga perlu berinvestasi dalam pengembangan sistem digitalisasi
untuk meningkatkan penerimaan pendapatan. Target PAD Jabar di tahun 2023
adalah sebesar Rp 34 triliun, dan berbagai langkah telah diambil untuk
mengoptimalkan pengelolaan pendapatan daerah, termasuk program integrasi data
pajak, New Sipandu, peningkatan kualitas pelayanan pajak, dan lainnya.

Kontribusi Pelindo Petikemas untuk Negara: Setor Kewajiban


Rp1,36 T

Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memberi kontribusi kepada


negara melalui setoran kewajiban sepanjang tahun 2022 sebesar Rp1,36 triliun.
Jumlah tersebut terdiri dari Rp1,17 triliun setoran pajak, Rp5,4 miliar penerimaan
negara bukan pajak (PNBP), dan Rp179,6 miliar berupa konsesi.
"Kontribusi kepada negara sebesar Rp1,36 triliun merupakan jumlah keseluruhan
(konsolidasi) antara PT Pelindo Terminal Petikemas dengan entitas anak
perusahaan yang ada di bawah pengelolaan perseroan," kata Corporate
Secretary SPTP Widyaswendra dalam keterangan tertulis, Jumat (16/6).
Widyaswendra mengatakan kontribusi kepada negara merupakan wujud ketaatan
perusahaan pada aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
"Kewajiban kepada negara adalah bentuk dukungan nyata perusahaan yang
merupakan bagian dari Pelindo Group untuk pembangunan nasional melalui APBN,"
tambahnya.
Dia merinci, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi penyumbang terbesar dalam
setoran pajak PT Pelindo Terminal Petikemas dengan nilai sebesar Rp360,5 miliar.
Jumlah setoran terbesar selanjutnya berasal dari pajak penghasilan (PPh) pasal 25
sebesar Rp 277,3 miliar. Kemudian kontribusi pajak terbesar ketiga berasal dari
pajak penghasilan (PPh) pasal 21 sebesar Rp 179 miliar.
"Selain PPN, PPh pasal 25 dan PPh pasal 21 masih terdapat beberapa pajak
lainnya yang juga disetorkan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas, sehingga jumlah
keseluruhan dari setoran pajak sepanjang tahun 2022 sebesar Rp1,17 triliun," terang
Widya Swendra.
Sebagai informasi, dilansir dari laman Kementerian Keuangan RI, Menkeu Sri
Mulyani Indrawati pada Selasa (3/1) lalu, mengatakan bahwa pendapatan negara
APBN Tahun 2022 terealisasi Rp2.626,4 triliun atau 115,9 persen dari target
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 sebesar Rp2.266,2 triliun.
Realisasi ini tumbuh 30,6 persen, sejalan dengan pemulihan ekonomi yang semakin
kuat dan terjaga serta dorongan harga komoditas yang relatif masih tinggi.
Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan
mencapai Rp2.034,5 triliun atau 114 persen dari target Perpres 98/2022 sebesar
Rp1.784 triliun. Realisasi ini tumbuh 31,4 persen dari realisasi tahun 2021 sebesar
Rp1.547,8 triliun.
Adapun realisasi penerimaan perpajakan ini didukung oleh penerimaan pajak dan
kepabeanan dan cukai. Penerimaan pajak berhasil mencapai Rp1.717,8 triliun atau
115,6 persen berdasarkan target Perpres 98/2022, tumbuh 34,3 persen jauh
melewati pertumbuhan pajak tahun 2021 sebesar 19,3 persen.
Sementara itu, penerimaan kepabeanan dan cukai juga memperlihatkan kinerja
yang luar biasa. Setelah targetnya direvisi ke atas melalui Perpres 98/2022, kinerja
penerimaan kepabeanan dan cukai masih tetap melampaui target dengan
mengumpulkan Rp 317,8 triliun atau 106,3 persen target, tumbuh 18 persen.
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebagai komponen pendapatan
negara juga membukukkan catatan positif. Realisasi PNBP tahun 2022
menunjukkan Rp588,3 triliun atau 122,2 persen dari target Perpres 98/2022, tumbuh
28,3 persen dari tahun lalu yang juga sudah melonjak naik di level Rp 458,5 triliun.
"Jadi kita lihat, memang kinerja penerimaan negara pajak, bea dan cukai, dan PNBP
sungguh luar biasa dua tahun berturut-turut. Pada saat ekonomi pulih, kita juga
memulihkan seluruh penerimaan negara," ujar Sri Mulyani.

Sesudah Revisi
"SPTP Berkontribusi Rp1,36 Triliun kepada Negara Melalui Pajak
dan PNBP di Tahun 2022"
Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memberikan sumbangan kepada
negara sepanjang tahun 2022 senilai Rp1,36 triliun. Jumlah ini terdiri dari setoran
pajak sebesar Rp1,17 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp5,4
miliar, dan kontribusi berupa konsesi sebesar Rp179,6 miliar.

Corporate Secretary SPTP, Widyaswendra, mengungkapkan bahwa kontribusi ini


merupakan hasil konsolidasi antara PT Pelindo Terminal Petikemas dengan anak
perusahaannya yang dikelola oleh perusahaan. Ia menekankan bahwa kontribusi ini
mencerminkan ketaatan perusahaan terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Rincian kontribusi ini meliputi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai kontributor
terbesar dengan nilai Rp360,5 miliar. Selanjutnya, Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25
memberikan kontribusi terbesar kedua sebesar Rp 277,3 miliar, diikuti oleh PPh pasal
21 sebesar Rp 179 miliar.

Selain PPN, PPh pasal 25, dan PPh pasal 21, PT Pelindo Terminal Petikemas juga
menyetor beberapa pajak lainnya, sehingga total setoran pajak sepanjang tahun
2022 mencapai Rp1,17 triliun.

Kontribusi ini merupakan bagian dari dukungan perusahaan yang merupakan bagian
dari Pelindo Group untuk pembangunan nasional melalui APBN. Sebagai informasi,
realisasi pendapatan negara APBN tahun 2022 tumbuh sebesar 30,6 persen,
mencapai Rp2.626,4 triliun atau 115,9 persen dari target yang ditetapkan.
Penerimaan pajak, kepabeanan, dan cukai juga mencatat kinerja yang baik,
membantu dalam pemulihan ekonomi yang kuat.

PT Timah Setor Rp 1,5 Triliun ke Kantong Negara

Sebelum Revisi
PT Timah Tbk pada tahun buku 2022 sukses memberikan kontribusi kepada negara
dalam bentuk setoran pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp
1,52 triliun.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Abdullah Umar mengatakan, jumlah setoran
pajak dan PNBP anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID ini
meningkat 96 persen dibandingkan tahun buku 2021 sebesar Rp 777,1 miliar.
"Peningkatan kontribusi pajak dan PNBP tahun 2022 ini dipengaruhi oleh
peningkatan harga komoditas timah dengan harga rata-rata tahun 2022 sebesar
USD 31.474 per metrik ton," jelasnya dalam sesi konferensi pers hasil RUPST PT
Timah Tbk Tahun Buku 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Selama 4 tahun terakhir, kontribusi pajak dan PNBP perseroan terpantau fluktuatif.
Pada 2018, PT Timah berkontribusi sebesar Rp 818,7 miliar, naik menjadi Rp 1,2
triliun di 2019.
Tahun berikutnya, kontribusi pajak dan PNBP perseroan merosot jadi Rp 677,9
miliar di 2020, naik menjadi Rp 777,1 miliar di 2021, dan melesat jadi Rp 1,52 triliun
pada 2022.
Selain memberikan kontribusi kepada negara, PT Timah juga tetap secara konsisten
melaksanakan program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) bagi masyarakat
di wilayah operasionalnya untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat.
"Perusahaan juga berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan pemerintah
stakeholder dan shareholder. Membaiknya performa kinerja perusahaan tentu harus
selaras dengan kontribusinya kepada negara dan masyarakat," tuturnya.

Sesudah Revisi
"PT Timah Tbk Meningkatkan Kontribusi Finansialnya kepada
Negara pada Tahun 2022"

PT Timah Tbk berhasil meningkatkan kontribusinya kepada


negara dengan setoran pajak dan penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) senilai Rp 1,52 triliun di tahun buku 2022. Hal ini
menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 777,1 miliar.
Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas
timah dengan harga rata-rata sebesar USD 31.474 per metrik
ton pada tahun 2022. Kontribusi keuangan PT Timah Tbk
kepada negara selama empat tahun terakhir mengalami
fluktuasi, tetapi tahun 2022 mencatat pencapaian tertinggi.
Selain memberikan kontribusi keuangan, PT Timah juga aktif
dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial
lingkungan (TJSL) untuk mendukung pembangunan ekonomi
dan pemberdayaan masyarakat di wilayah operasionalnya.
Artikel 19 Juni 2023
Gerai Samsat DKI Jakarta Semarakkan PRJ

Sebelum Revisi
Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta turut menyemarakkan Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau Jakarta Fair dengan
menghadirkan Gerai Samsat. Dengan demikian, masyarakat bisa sekaligus
melaksanakan kewajiban pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) secara
langsung saat berkunjung ke PRJ.
Gerai Samsat PRJ terletak di Hall C1 JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat dan akan
hadir selama PRJ berlangsung yakni mulai dari 14 Juni hingga 16 Juli 2023.
Bapenda DKI Jakarta menyatakan bahwa pelayanan yang disediakan pada Gerai
Samsat PRJ meliputi pembayaran PKB dengan berbagai kemudahan. Bapenda DKI
Jakarta juga memastikan bahwa masyarakat yang membayar PKB di Gerai Samsat
PRJ bisa mendapatkan souvenir menarik.
“Ini merupakan kabar baik bagi pemilik kendaraan bermotor di Jakarta yang ingin
melunasi kewajiban pajak mereka. Selain kemudahan akses, pembayaran PKB
langsung di gerai Samsat PRJ juga memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak
untuk memperoleh souvenir menarik,” tulis Humas Bapenda DKI Jakarta pada
keterangan pers.
Bukan itu saja, Bapenda DKI Jakarta menyebutkan bahwa warga Jakarta yang
melakukan pembayaran PKB dan SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan) hingga 30 Juni, akan berkesempatan mengikuti undian dan
berpeluang memenangkan sebuah motor listrik.
“Inovasi ini memberikan dorongan tambahan bagi masyarakat Jakarta untuk
mematuhi kewajiban pajak mereka dan sekaligus berpotensi mendapatkan hadiah
yang menarik,” imbuh Humas Bapenda DKI Jakarta.
Sebagai informasi, tim Pembina Samsat DKI Jakarta menginisiasi program unik ini
agar masyarakat semakin tertarik untuk menunaikan PKB tepat pada waktunya.
Program ini bertujuan untuk mendorong kesadaran dan kepatuhan masyarakat
dalam membayar pajak kendaraan bermotor
Tidak hanya memotivasi untuk membayar PKB tepat waktu, program ini diyakini
akan meningkatkan kesadaran warga Jakarta tentang pentingnya kontribusi mereka
dalam pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik di Jakarta.
Namun, untuk bisa berpartisipasi dalam program undian ini, tim Pembina Samsat
DKI Jakarta mengingatkan agar warga Jakarta perlu memperhatikan beberapa
syarat dan ketentuannya.
Pertama, pembayaran PKB dan SWDKLLJ dilakukan selambat-lambatnya 30 hari
sebelum jatuh tempo. Kedua, PKB yang dibayarkan adalah milik sendiri dan harus
mencantumkan nomor telepon genggam yang aktif dan terdaftar.
Ketiga, periode pembayaran PKB dilakukan sampai dengan tanggal 30 Juni
2023. Keempat, pengundian akan dilakukan menggunakan sistem yang telah
ditentukan dan secara acak.
Kelima, pengundian akan dilaksanakan pada tiap wilayah Samsat. Keenam,
pengumuman pemenang akan diumumkan pada bulan Juli 2023. Ketujuh,
keputusan panitia bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun
dan oleh apa pun.
“Bagi para pemilik kendaraan di Jakarta, tidak ada alasan untuk melewatkan
kesempatan ini. Segera kunjungi gerai Samsat PRJ di Arena JIEXPO Kemayoran,
dan bayarlah PKB kendaraan Anda. Selain mendapatkan souvenir menarik
sebagai apresiasi, Anda juga berkesempatan untuk memenangkan motor listrik,”
pungkas Humas Bapenda DKI Jakarta.

Sesudah Revisi
"Gerai Samsat Hadir di Jakarta Fair 2023: Bayar Pajak Kendaraan
Sambil Berpotensi Menangkan Motor Listrik"
Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
telah menghadirkan Gerai Samsat sebagai bagian dari Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau
Jakarta Fair. Ini memungkinkan warga untuk membayar Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) langsung saat mengunjungi PRJ.

Gerai Samsat PRJ ini berlokasi di Hall C1 JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, dan akan
beroperasi selama PRJ, dari 14 Juni hingga 16 Juli 2023. Bapenda DKI Jakarta
menawarkan kemudahan pembayaran PKB di Gerai Samsat PRJ, serta souvenir
menarik untuk pembayar pajak.
Selain itu, Bapenda DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada warga Jakarta yang
membayar PKB dan SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan)
hingga 30 Juni untuk mengikuti undian dan berpotensi memenangkan motor listrik.

Program ini dirancang untuk mendorong kesadaran dan kepatuhan masyarakat


dalam membayar pajak kendaraan bermotor secara tepat waktu. Ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman warga Jakarta tentang kontribusi mereka dalam
pembangunan infrastruktur dan layanan publik di Jakarta.

Namun, untuk berpartisipasi dalam program undian ini, warga Jakarta harus
mematuhi beberapa persyaratan, seperti melakukan pembayaran PKB dan SWDKLLJ
setidaknya 30 hari sebelum jatuh tempo, mencantumkan nomor telepon yang aktif,
dan membayar PKB hingga tanggal 30 Juni 2023. Pengundian akan dilakukan secara
acak dan diumumkan pada bulan Juli 2023.

Ini adalah kesempatan bagi pemilik kendaraan di Jakarta untuk memenuhi kewajiban
pajak mereka, mendapatkan souvenir menarik, dan berpotensi memenangkan motor
listrik.

Pemerintah Bebaskan PPN Pembelian Rumah, Ini Syaratnya

Sebelum Revisi
Pemerintah membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11 persen dari
harga jual rumah tapak. Namun, pemerintah menetapkan syarat dan kriteria rumah
yang dibebaskan PPN dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
60/PMK.010/2023.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio
Kacaribu menjelaskan, PMK Nomor 60 Tahun 2023 mengatur batasan harga jual
maksimal rumah tapak yang diberikan pembebasan PPN, yakni antara Rp 162 juta
sampai Rp 234 juta untuk tahun 2023 dan antara Rp 166 juta sampai Rp 240 juta
untuk 2024.
Seperti diketahui, pada peraturan sebelumnya, batasan maksimal harga rumah
tapak yang dibebaskan PPN adalah antara Rp 150,5 juta sampai Rp 219 juta.
Kenaikan batasan ini mengikuti kenaikan rata-rata biaya konstruksi sebesar 2,7
persen per tahun berdasarkan indeks harga perdagangan besar.
Dengan demikian, kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan rumah
(availability), meningkatkan akses pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah/MBR (accessibility), menjaga keterjangkauan rumah yang layak huni
(affordability), serta menjaga keberlanjutan program dan fiskal (sustainability).
“Fasilitas pembebasan PPN ini untuk mendukung penyediaan setidaknya 230.000
unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang ditargetkan oleh
pemerintah. fasilitas pembebasan PPN juga disebut akan berdampak positif pada
perekonomian nasional, termasuk terhadap investasi industri properti dan industri
pendukungnya, penciptaan lapangan pekerjaan, dan peningkatan konsumsi
masyarakat,” ujar Febrio.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) juga memberikan bantuan subsidi selisih bunga. Subsidi ini
bertujuan agar MBR tetap dapat membayar cicilan rumah dengan tingkat bunga
sebesar 5 persen.
“Dengan demikian, total manfaat yang akan diterima untuk setiap rumah subsidi
selama masa pembayaran cicilan rumah dengan bantuan subsidi dan pembebasan
PPN berkisar antara Rp 187 juta sampai Rp 270 juta,” kata Febrio.
Selain dari sisi harga, PMK Nomor 60 Tahun 2023 juga mengatur kelayakan hunian
dengan mematok luas minimum bangunan rumah dan tanah yang diberi fasilitas.
Dengan demikian, terdapat lima persyaratan agar masyarakat dapat memanfaatkan
fasilitas untuk rumah umum ini, yakni:
 Luas bangunan antara 21-36 meter persegi;
 Luas tanah antara 60-200 meter persegi;
 Harga jual tidak melebihi batasan harga dalam PMK Nomor 60 Tahun 2023;
 Merupakan rumah pertama yang dimiliki oleh orang pribadi yang termasuk dalam
kriteria MBR, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal, dan tidak dipindahtangankan
dalam jangka waktu empat tahun sejak dimiliki; dan
 Memiliki kode identitas rumah yang disediakan melalui aplikasi dari Kementerian
PUPR atau Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).
Febrio menuturkan, fasilitas pembebasan PPN juga berlaku untuk pondok/asrama
pegawai koperasi, pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, serta mahasiswa
dan/atau pelajar.
“Sejak berlakunya fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan tahun 2010 lalu, sudah
lebih dari dua juta masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapatkan rumah
subsidi. Maka, pembaruan fasilitas pembebasan PPN ini menjadi instrumen
pemerintah untuk menambah lagi jumlah rumah yang disubsidi, sehingga lebih
banyak masyarakat yang dapat membeli rumah layak huni dengan harga
terjangkau,” ujarnya.

Sesudah Revisi
"Pemerintah Gratiskan PPN untuk Rumah Tapak dengan Kisaran
Harga Tertentu"
Pemerintah telah memutuskan untuk menggratiskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sebesar 11 persen untuk rumah tapak. Akan tetapi, ada persyaratan dan kriteria
tertentu yang perlu dipenuhi oleh rumah tersebut untuk memenuhi pembebasan
PPN ini, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
60/PMK.010/2023.

Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan


(Kemenkeu), menjelaskan bahwa PMK Nomor 60 Tahun 2023 telah menetapkan
kisaran harga jual maksimal rumah tapak yang memenuhi syarat pembebasan PPN,
yaitu antara Rp 162 juta hingga Rp 234 juta untuk tahun 2023 dan antara Rp 166 juta
hingga Rp 240 juta untuk tahun 2024.

Sebelumnya, batasan maksimal harga rumah tapak yang memenuhi syarat


pembebasan PPN adalah antara Rp 150,5 juta hingga Rp 219 juta. Kenaikan ini
mengikuti kenaikan biaya konstruksi rata-rata sebesar 2,7 persen per tahun
berdasarkan indeks harga perdagangan besar.

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan ketersediaan rumah,


memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),
menjaga keterjangkauan rumah yang layak huni, dan memastikan kelangsungan
program dan fiskal.

Selain pembebasan PPN, pemerintah juga memberikan subsidi bunga agar MBR
dapat membayar cicilan rumah dengan tingkat bunga sebesar 5 persen.

PMK Nomor 60 Tahun 2023 juga mengatur persyaratan terkait luas bangunan rumah
dan tanah yang memenuhi syarat pembebasan PPN. Ada lima persyaratan utama
yang harus dipenuhi oleh pemilik rumah agar dapat memanfaatkan fasilitas
pembebasan PPN ini.

Febrio menekankan bahwa fasilitas pembebasan PPN juga berlaku untuk


pondok/asrama pegawai koperasi, pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah,
serta mahasiswa dan/atau pelajar. Ini adalah langkah pemerintah untuk
meningkatkan jumlah rumah subsidi yang tersedia sehingga lebih banyak masyarakat
dapat membeli rumah dengan harga terjangkau.

6 Jenis Pajak yang Berlaku dan Perlu Dipahami Warga Negara


Indonesia

Sebelum Revisi
Sebagai warga negara yang baik, tentu tidak asing dengan kewajiban pajak yang
perlu dibayarkan. Pembebanan pajak tersebut sudah cukup wajar dalam kehidupan
bernegara. Bahkan pajak menjadi satu dari banyaknya pemasukan yang menjadi
tulang punggung dari pendapatan sebuah negara, tidak terkecuali Indonesia.
Namun apa guna membayar pajak pada negara? Sebagai rakyat Indonesia, tentu
ingin negara ini tumbuh dan berkembang. Dengan membayar pajak, maka turut
membantu pembangunan yang dicita-citakan seluruh warga negara.
Tapi tidak lengkap rasanya jika belum mengetahui apa saja jenis pajak yang berlaku
di Indonesia. Sebenarnya, jenis pajak terbagi ke dalam dua kategori yang berdasar
siapa pengelolanya. Sekor pertama yaitu pajak pusat, di mana pengelolaan pajak
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Kemudian, ada jenis pajak daerah yang proses pengelolaannya dilakukan oleh
pemerintah daerah, kemudian dibagi lagi ke dalam pajak provinsi serta pajak
kabupaten maupun kota. Di mana proses administrasinya dipegang oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Untuk membahas lebih lanjut perihal jenis pajak yang berlaku, berikut ini
Liputan6.com telah merangkum dari berbagai sumber, Kamis (26/11/2020).
1. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah jenis pajak yang dibebankan untuk orang pribadi maupun sebuah
badan karena penghasilan yang mereka terima atau peroleh dalam suatu Tahun
Pajak. Penghasilan sendiri memiliki arti sebagai tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima serta diperoleh para Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar negeri dan bisa digunakan dalam menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama serta dengan bentuk apapun.
2. Bea Materai (BM)
Bea Materai merupakan jenis pajak yang dibebankan karena adanya
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi
pembayaran, surat berharga serta efek. Di mana, keseluruhan dokumen tersebut
tercantum di dalamnya jumlah uang maupun nominal yang jumlahnya sesuai
dengan ketentuan berlaku.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN sendiri merupakan jenis pajak yang dibebankan karena ada pembelian
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi,
perusahaan, maupun pemerintah yang membeli beragam Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak wajib dikenakan PPN berdasar Undang- Undang yang
ditentukan dan masih berlaku.
4. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Pembelian Barang Kena Pajak tertentu yang termasuk barang mewah akan
dikenakan PPN dan PPnBM. Ada beberapa kriteria barang-barang yang tergolong
mewah, seperti barang yang hanya bisa dibeli kelompok masyarakat berpenghasilan
tinggi, barang hanya dikonsumsi oleh kelompok orang tertentu, barang bukan
kebutuhan pokok, barang dibeli demi status atau gengsi, serta barang dapat
mengganggu kesehatan atau moral masyarakat.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 dan sudah diubah beberapa kali menjadi Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009. Jenis pajak ini diatur dan dihitung bersama dengan PPN, karena memang
tidak bisa dipisahkan dari Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan adalah jenis pajak yang dikenakan atas kepemilikan,
pemanfaatan maupun penguasaan atas tanah dan/atau bangunan. Objek Pajak
Bumi dan Bangunan yaitu bumi dan/atau bangunan, di mana pengertian bumi
dan/atau bangunan dijelaskan sebagai berikut.
“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta
laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan”.
Sektor pajak PBB dibagi dalam 5 kelompok yaitu Sektor Pedesaan, Perkotaan,
Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Tapi, ada perubahan pada kategori
sektor tersebut, berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) terhitung 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan
Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori Pajak Daerah. Sedangkan
untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan (Sektor P3) masih tetap
merupakan Pajak Pusat.
6. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Merujuk pasal 1 angka 41 UU 28/2009, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) adalah jenis pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau
bangunan. Perolehan hak ini merupakan perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan.
Maksud hak atas tanah dan/atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan di atasnya. BPHTB merupakan jenis pajak
kabupaten/kota yang baru diterapkan berdasarkan UU No.28/2009.
Sebelumnya, BPHTB masih termasuk jenis pajak pusat, namun hasilnya sebagian
besar diserahkan kepada daerah. Kemudian, sejak diberlakukannya UU 28/2009
mengenai kewenangan pemungutan BPHTB, dialihkan kepada pemerintah
kabupaten/kota.
Dampak positif adanya pengalihan tersebut yaitu daerah bisa dengan sepenuhnya
mendapatkan hasil penerimaan BPHTB. Hal tersebut tentu sangat menguntungkan
terutama bagi pemerintah daerah kabupaten/kota yang pertumbuhan usaha
propertinya tinggi.
Meski demikian, pengenaan BPHTB tidak mutlak berada di seluruh daerah
kabupaten/kota. Sebab hal tersebut berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan
suatu jenis pajak daerah.

Sesudah Revisi
"Jenis-Jenis Pajak yang Berlaku di Indonesia: Kewajiban Warga
Negara untuk Membantu Pembangunan"
Sebagai warga negara yang patuh, tentunya akrab dengan tanggung jawab pajak
yang harus dipenuhi. Pemungutan pajak adalah bagian yang sangat umum dalam
tatanan negara, dan pajak sendiri merupakan salah satu sumber pendapatan yang
sangat penting bagi negara, termasuk Indonesia.
Namun, apa tujuan dari membayar pajak kepada negara? Sebagai warga negara
Indonesia, tentunya kita ingin melihat pertumbuhan dan perkembangan negara ini.
Dengan membayar pajak, kita secara aktif berkontribusi pada pembangunan yang
diharapkan oleh semua warga negara.

Namun, sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai jenis-jenis pajak yang berlaku
di Indonesia, mari kita memahami bahwa pajak dapat dibagi menjadi dua kategori
berdasarkan siapa yang mengelolanya. Pertama, ada pajak pusat yang dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Kedua, ada pajak daerah yang dikelola oleh pemerintah
daerah dan dibagi lagi menjadi pajak provinsi, kabupaten, dan kota, dengan
administrasinya ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Untuk memberikan wawasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis pajak yang berlaku,
berikut ini kami telah merangkum informasi dari berbagai sumber:

1. Pajak Penghasilan (PPh) PPh adalah jenis pajak yang dikenakan kepada individu dan
badan hukum atas penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan
ini mencakup semua bentuk penerimaan, baik dari dalam maupun luar negeri, dan
dapat berupa apa pun dengan nilai ekonomis.
2. Bea Materai (BM) Bea Materai adalah jenis pajak yang dikenakan pada dokumen
tertentu, seperti surat perjanjian, akta notaris, dan kwitansi pembayaran, yang
mengandung nilai moneter sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN adalah pajak yang dikenakan pada pembelian
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di daerah pabean. Orang pribadi,
perusahaan, dan pemerintah yang membeli barang atau jasa yang kena pajak akan
dikenakan PPN sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
4. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) PPnBM adalah pajak yang dikenakan pada
pembelian barang mewah tertentu, yang seringkali hanya dapat dibeli oleh
kelompok masyarakat dengan penghasilan tinggi atau barang yang dikonsumsi oleh
kelompok tertentu. Barang mewah biasanya bukan kebutuhan pokok dan seringkali
memiliki dampak negatif pada kesehatan atau moral masyarakat.
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan,
pemanfaatan, atau penguasaan tanah dan/atau bangunan. PBB melibatkan bumi
dan/atau bangunan, di mana bumi mencakup permukaan bumi, tanah, dan perairan,
sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang tertanam atau melekat secara
permanen pada tanah atau perairan.
6. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) BPHTB adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Pajak ini berlaku ketika
ada perubahan kepemilikan atas tanah atau bangunan, dan jumlahnya dihitung
berdasarkan nilai transaksi.
Semua jenis pajak tersebut memiliki peraturan dan ketentuan yang berlaku, dan
wajib pajak diharapkan memahami tanggung jawab mereka dalam membayar pajak
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

DJP Siapkan Portal Pertukaran Data dengan Pemda di "Core Tax"

Sebelum Revisi
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara (Kanwil DJP Suluttenggomalut) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Sulut melakukan perjanjian kerja sama (PKS) pertukaran data dan informasi
perpajakan, di Manado. Kepala Kanwil DJP Suluttenggomalut Arif Mahmudin Zuhri
mengungkapkan, DJP tengah siapkan portal pertukaran data pihak ketiga dan
interoperabilitas di Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP)/core
tax. Nantinya, portal tersebut akan digunakan oleh pemerintah daerah (pemda)
untuk menyampaikan data kepada DJP.
“Menjembatani kewajiban dan kebutuhan saluran elektronik penyampaian data, DJP
di dalam proyek pembangunan PSIAP membangun channel, yaitu portal data pihak
ketiga dan interoperabilitas yang nantinya akan digunakan oleh pemda untuk
menyampaikan data kepada DJP. Channel yang sedang disiapkan oleh tim PSIAP
membutuhkan data regional yang berkualitas serta telah memenuhi standar
kelengkapan data, sehingga dapat diproses pada channel yang telah ditentukan,”
jelas Arif.
Menurutnya, penyampaian data regional dari pemda ke DJP adalah dalam bentuk
elektronik yang disampaikan melalui Kanwil maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama/Madya.
Arif memastikan, saat ini DJP bersama Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
(DJPK) dan pemda seluruh Indonesia terus melakukan PKS demi mengoptimalkan
penerimaan pajak pusat maupun daerah.
“Maksud dari PKS ini untuk mengoptimalkan pemungutan pajak yang menjadi
kewenangan masing-masing pihak dalam bentuk kegiatan bersama, sebagai bagian
dari proses teknis administrasi perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan,” ujarnya.
Acara juga diisi dengan acara Bimbingan Teknis Penghimpunan Data Regional,
Pengenalan Portal Data Pihak Ketiga dan Interoperabilitas, serta Pendampingan
Data Suspend.
Materi yang disampaikan utamanya menegaskan perihal Peraturan Menteri
Keuangan Nomor (PMK) Nomor 228/PMK.03/2017 tentang Rincian Jenis Data dan
Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan
Perpajakan. Regulasi menjelaskan bahwa instansi pemerintah, lembaga, asosiasi,
dan pihak lain (ILAP) wajib menyampaikan data dan informasi yang berkaitan
dengan perpajakan sesuai dengan yang telah ditentukan dalam aturan.
Tujuan utama penghimpunan data dan informasi perpajakan dengan bantuan ILAP
adalah untuk membangun data perpajakan yang menjadi dasar pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam mekanisme self-
assessment. Kerja sama dengan ILAP dilakukan demi meminimalkan risiko
ketidakpatuhan dan efisiensi kegiatan pengawasan perpajakan.
Salah satu materi disampaikan oleh Kepala Subdirektorat Risiko Kepatuhan Wajib
Pajak dan Sains Data DJP Arman Imran. Ia menjelaskan, data eksternal pemda
akan disandingkan dengan data internal DJP berupa Surat Pemberitahuan (SPT)
tahunan. Kemudian, data itu diolah kembali sehingga akan menghasilkan informasi
berupa potensi penerimaan pajak di wilayah tertentu.
“Ide dan inovasi DJP terkait (pengembangan) data berada dalam sistem
CRM (Compliance Risk Management). Dalam CRM akan dilakukan profiling dan
pemetaan Wajib Pajak dengan menentukan tingkat risiko dan mengelompokkannya
ke dalam beberapa cluster,” jelas Arman.
Ia optimistis, dengan menerapkan big data analytic di CRM, DJP mampu
meningkatkan efisiensi dalam penggalian potensi perpajakan.
“Kegiatan bimbingan teknis ini diharapkan dapat melaksanakan penghimpunan data
regional secara optimal. Kami juga harap pemda dapat bekerja sama dan bertukar
informasi dengan ILAP melalui PKS,” tambah Arman.
Sesudah Revisi
"Kantor Wilayah DJP Suluttenggomalut dan Pemprov Sulut
Teken PKS Pertukaran Data Perpajakan untuk Optimalisasi
Penerimaan Pajak"
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara (Kanwil DJP Suluttenggomalut) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Sulut telah menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) dalam pertukaran data dan
informasi perpajakan di Manado. Kepala Kanwil DJP Suluttenggomalut, Arif
Mahmudin Zuhri, mengungkapkan bahwa DJP sedang mempersiapkan portal
pertukaran data pihak ketiga dan interoperabilitas di Pembaruan Sistem Inti
Administrasi Perpajakan (PSIAP)/core tax. Portal ini akan digunakan oleh pemerintah
daerah (pemda) untuk menyampaikan data kepada DJP.

Menurut Arif, penyampaian data regional dari pemda ke DJP akan dilakukan dalam
bentuk elektronik melalui Kanwil maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama/Madya. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemungutan pajak pusat
dan daerah.

Arif juga menjelaskan bahwa kerja sama ini adalah bagian dari proses teknis
administrasi perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Materi yang disampaikan dalam acara ini termasuk pengenalan portal data pihak
ketiga, penghimpunan data regional, dan pendampingan data suspend.

Tujuan penghimpunan data dan informasi perpajakan ini adalah untuk membangun
data perpajakan yang menjadi dasar pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan. Data eksternal pemda akan digunakan untuk mengevaluasi potensi
penerimaan pajak di wilayah tertentu.

Arman Imran, Kepala Subdirektorat Risiko Kepatuhan Wajib Pajak dan Sains Data
DJP, menjelaskan bahwa data tersebut akan disandingkan dengan data internal DJP
seperti Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan. Dengan menerapkan big data analytic di
CRM, DJP berharap dapat meningkatkan efisiensi dalam penggalian potensi
perpajakan.

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu dalam penghimpunan data regional secara
optimal dan memungkinkan pemda untuk bekerja sama dengan Instansi Pemerintah,
Lembaga, Asosiasi, dan Pihak Lain (ILAP) melalui PKS untuk bertukar informasi terkait
perpajakan.
Aturan PPN Sri Mulyani Dikritisi, Biaya Logistik Bisa Naik

Sebelum Revisi
Lembaga penelitian dan pengembangan logistik maupun supply chain, Supply Chain
Indonesia (SCI), memperkirakan biaya logistik akan naik seiring dengan telah
terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 71/PMK.03/2022.
Peraturan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penyerahan Jasa Kena
Pajak Tertentu pada 30 Maret 2022 itu dinilai dapat membebani biaya logistik.
Ketentuan PPN atas penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) tertentu pada peraturan itu
antara lain mengatur secara spesifik mengenai jasa pengurusan transportasi (freight
forwarding) yang berdasarkan catatan SCU dikenakan PPN sebesar 10% x 11% x
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau 1,1% x DPP.
Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Zaroni mengatakan berdasarkan
peraturan itu, Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memungut Pajak Keluaran (PK)
tidak dapat melakukan kredit dengan PPN Pajak Masukan (PM).
"Sehingga semua PM atas perolehan barang dan jasa kena pajak bagi perusahaan
Penyedia Jasa Logistik (PJL) berubah menjadi biaya," ujar dia dikutip dari siaran
pers, Senin (19/6/2023).
Oleh sebab itu, dia berpendapatan ketentuan ini berpotensi meningkatkan beban
biaya, penurunan laba, dan kesulitan dalam pengaturan cash flow, karena PJL
membayar perolehan barang dan jasa kena pajak lebih besar atas PM yang tidak
dapat dikreditkan, sehingga berpotensi menaikkan biaya logistik secara agregat.
Namun, Zaroni mengakui kebijakan ini didasari dari masih banyaknya perusahaan di
sektor logistik atau kurir yang belum menjadi PKP, sehingga perusahaan itu tidak
dapat dikenakan pajak masukan dan keluaran. Oleh karena itu, ia memahami
peraturan baru ini diterbitkan Sri Mulyani.
Selain itu, pengenaan PPN sebesar 1,1% itu juga akan berdampak positif bagi
konsumen, karena meringankan beban pembayaran. Pengguna layanan jasa itu
bisa membayar lebih murah dibandingkan kalau dibebankan PPN sebesar 11%.
Bagi sektor UMKM pengguna jasa logistik/pengiriman paket pun pengenaan PPN
sebesar 1,1% itu akan meningkatkan daya saing produknya.
Kendati demikian, Zaroni menyarankan supaya pengenaan PPN untuk jasa freight
forwarding dan jasa pengiriman barang/paket pos/kurir untuk perusahaan PJL yang
sudah PKP tetap menggunakan ketentuan PPN 11% X DPP, serta dapat dikreditkan
dengan PM atas perolehan barang dan jasa kena pajak.
"Kebijakan ini akan membuat perusahaan PJL tetap mampu bersaing melalui biaya
yang lebih efisien, layanan yang lebih murah, dan cash flow yang lebih baik,
sehingga berpotensi meningkatkan efisiensi biaya logistik," ucapnya.
Zaroni juga mengusulkan pengkajian kembali peraturan tersebut oleh Ditjen Pajak
dengan melibatkan para ahli/akademisi pajak, pengusaha, dan profesional logistik.

Sesudah Revisi
"Peraturan PPN Baru Berpotensi Menaikkan Biaya Logistik,
Menurut Supply Chain Indonesia"
Lembaga riset dan pengembangan di bidang logistik dan rantai pasokan, yaitu
Supply Chain Indonesia (SCI), memperkirakan bahwa biaya logistik akan mengalami
kenaikan akibat dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
71/PMK.03/2022. PMK tersebut, yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atas Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu pada 30 Maret 2022, dianggap akan
menambah beban biaya dalam industri logistik.

Aturan mengenai PPN untuk penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dalam PMK
tersebut khusus mengatur mengenai jasa pengurusan transportasi (freight
forwarding). Berdasarkan PMK ini, Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang mengenakan
Pajak Keluaran (PK) tidak dapat mengkreditkan PPN Pajak Masukan (PM) yang
mereka bayar. Akibatnya, semua PM yang dikenakan pada perolehan barang dan
jasa kena pajak oleh perusahaan Penyedia Jasa Logistik (PJL) akan menjadi biaya
tambahan.

Zaroni, seorang Konsultan Senior di Supply Chain Indonesia (SCI), menyatakan bahwa
ketentuan ini memiliki potensi untuk meningkatkan beban biaya, mengurangi laba,
dan menyulitkan pengaturan arus kas, karena PJL harus membayar lebih banyak PM
yang tidak dapat dikreditkan. Ini berpotensi meningkatkan biaya logistik secara
keseluruhan.

Namun, Zaroni juga mengakui bahwa kebijakan ini mungkin dikeluarkan karena
masih ada banyak perusahaan di sektor logistik atau kurir yang belum menjadi PKP,
sehingga mereka tidak dapat mengkreditkan pajak masukan dan keluaran. Oleh
karena itu, ia memahami alasannya PMK ini diterbitkan oleh Menteri Keuangan, Sri
Mulyani.
Selain itu, pengenaan PPN sebesar 1,1% tersebut juga akan memberikan manfaat
positif bagi konsumen, karena akan mengurangi beban biaya pembayaran. Pengguna
layanan jasa tersebut akan membayar lebih murah dibandingkan jika PPN sebesar
11% dikenakan. Bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
menggunakan layanan jasa logistik/pengiriman paket, pengenaan PPN sebesar 1,1%
akan meningkatkan daya saing produk mereka.

Namun, Zaroni menyarankan agar pengenaan PPN untuk jasa freight forwarding dan
jasa pengiriman barang/paket pos/kurir oleh perusahaan PJL yang sudah menjadi
PKP tetap menggunakan tarif PPN 11% X Dasar Pengenaan Pajak (DPP), dan tetap
dapat mengkreditkan dengan PM atas perolehan barang dan jasa kena pajak. Ia juga
mengusulkan agar peraturan ini dievaluasi kembali oleh Direktorat Jenderal Pajak
dengan melibatkan para ahli, akademisi pajak, pengusaha, dan profesional logistik.
Artikel 20 Juni 2023

DJP Sita Aset Penunggak Pajak, Nilainya Tembus Rp5,2 M!

Sebelum Revisi
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyita aset dari penunggak pajak dengan
perkiraan nilai sebesar Rp5,2 miliar. Hal ini dilakukan melalui Juru Sita Pajak Negara
(JSPN) dari sejumlah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Lingkungan Kantor Wilayah
(Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Barat II.
Demikianlah disampaikan Lucia Widiharsanti, Kepala Kanwil DJP Jawa Barat III
dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (19/6/2023).
"Pada hari Rabu, tanggal 24 Mei 2023 lalu, petugas kami dari KPP di Kota Bogor,
Kota Bekasi, Kota Depok dan Kabupaten Bogor serentak menyita 24 aset milik
penunggak pajak. Mulai dari tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin, rekening
hingga uang tunai," ujarnya.
Keputusan penyitaan sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sebelumnya
DJP sudah melakukan pendekatan persuasif seperti pemberian surat teguran. Jika
utang pajak tak dilunasi dalam 21 hari, maka terbit Surat Paksa. Jika 2x24 jam Surat
Paksa masih diabaikan maka dilaksanakan sita.
"Jika wajib pajak tetap tidak melunasi utang pajak dalam jangka waktu 14 hari sejak
penyitaan, maka akan dilakukan lelang dan hasil lelang akan masuk ke kas negara
sebagai pelunasan utang pajak. Apabila yang disita berupa deposito berjangka,
tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya itu maka dipindahbukukan
ke rekening kas negara," paparnya.
Secara lebih terperinci, tiga aset tanah dan bangunan senilai Rp1,9 miliar disita oleh
KPP Pratama Ciawi dan KPP Pratama Depok Sawangan. Dua mesin senilai Rp 1,98
miliar disita oleh KPP Madya Bogor dan KPP Madya Kota Bekasi.
Aset lainnya berupa lima sepeda motor senilai Rp64 juta, delapan mobil senilai Rp 1
miliar, dan sejumlah setara kas senilai Rp320 juta disita oleh KPP Madya Bogor,
KPP Madya Kota Bekasi, KPP Pratama Bogor, KPP Pratama Cileungsi, KPP
Pratama Cibinong, KPP Pratama Depok Sawangan, KPP Pratama Pondok Gede
dan KPP Pratama Bekasi Barat
Lucia menambahkan bahwa langkah ini merupakan bentuk keberpihakan dan
memunculkan rasa keadilan kepada wajib pajak yang sudah patuh. Penyitaan aset
penunggak pajak juga dapat memberikan kesadaran bagi wajib pajak untuk
senantiasa patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Sesudah Revisi
"Direktorat Jenderal Pajak Sita Aset Senilai Rp5,2 Miliar dari
Penunggak Pajak di Jawa Barat II"

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah mengambil tindakan penyitaan terhadap aset
yang dimiliki oleh wajib pajak yang belum melunasi pajak mereka. Penyitaan ini
dilakukan oleh Juru Sita Pajak Negara (JSPN) yang bekerja sama dengan beberapa
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di bawah Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Jawa Barat II.

Menurut pernyataan resmi dari Lucia Widiharsanti, Kepala Kanwil DJP Jawa Barat III,
tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2023. Tim petugas dari berbagai KPP
di kota seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Kabupaten Bogor secara bersamaan
menyita 24 aset yang dimiliki oleh penunggak pajak. Aset-aset ini meliputi tanah,
bangunan, kendaraan bermotor, mesin, rekening bank, dan uang tunai.

Proses penyitaan ini telah mengikuti prosedur yang berlaku. Sebelumnya, DJP telah
mencoba mendekati para wajib pajak secara persuasif dengan mengirimkan surat
teguran. Namun, jika utang pajak tidak dilunasi dalam 21 hari setelah surat teguran,
Surat Paksa akan dikeluarkan. Jika dalam 2x24 jam Surat Paksa masih diabaikan,
maka dilakukan penyitaan.

Lucia menjelaskan bahwa jika wajib pajak tetap tidak melunasi utang pajak dalam
jangka waktu 14 hari setelah dilakukan penyitaan, aset yang disita akan dilelang, dan
hasil lelang akan menjadi pelunasan atas utang pajak yang belum dibayar. Jika aset
yang disita berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau
bentuk kekayaan lainnya, maka nilainya akan dipindahbukukan ke rekening kas
negara.

Secara lebih detail, penyitaan melibatkan tiga aset berupa tanah dan bangunan
senilai Rp1,9 miliar yang disita oleh KPP Pratama Ciawi dan KPP Pratama Depok
Sawangan. Selain itu, dua mesin senilai Rp1,98 miliar disita oleh KPP Madya Bogor
dan KPP Madya Kota Bekasi. Aset lainnya termasuk lima sepeda motor senilai Rp64
juta, delapan mobil senilai Rp1 miliar, dan sejumlah setara kas senilai Rp320 juta
yang disita oleh berbagai KPP lainnya.

Lucia menambahkan bahwa tindakan penyitaan ini dilakukan sebagai bentuk


keberpihakan kepada wajib pajak yang telah mematuhi kewajiban mereka. Selain itu,
penyitaan aset penunggak pajak juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
wajib pajak untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakan mereka.

LPEM FEB UI Proyeksi Indonesia vs Argentina Hasilkan


Penerimaan Pajak Rp 28 M

Sebelum Revisi
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) proyeksi, pertandingan sepak bola Tim
Nasional (Timnas) Indonesia vs Argentina dalam laga FIFA Matchday akan
menghasilkan penerimaan pajak sebesar Rp 28 miliar. Pasalnya, pertandingan
persahabatan yang di gelar Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta ini
berpotensi menciptakan tambahan perputaran uang bagi perekonomian Indonesia
sekitar Rp 965 miliar.
“Dari nilai tambah ekonomi tersebut, akan tercipta pula tambahan pendapatan
rumah tangga pekerja sebesar Rp 188 miliar. Terdapat pula potensi pendapatan
pajak bagi pemerintah sebesar Rp 28 miliar. Ini juga berkaitan dengan potensi
penciptaan kesempatan kerja sekitar 5.719 orang, meskipun sebagian besar sifatnya
temporer,” tulis Laporan LPEM FEB UI.
LPEM FEB UI memprediksi, potensi dampak positif dari FIFA Matchday dapat
melampaui biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan Timnas Argentina. LPEM
FEB UI melansir New York Times, bahwa match fee untuk mengundang Argentina
mencapai 5 juta dollar AS.
“Stimulus perekonomian dari FIFA Matchday, meliputi pengeluaran penonton di
stadion untuk tiket, transportasi, akomodasi, makanan dan minuman. Ada juga
pengeluaran penonton televisi untuk makanan dan minuman,
penjualan merchandise, sewa lapangan, pengeluaran iklan di televisi, dan
pengeluaran sponsor. Maka, industri yang akan bertumbuh, meliputi industri pakaian
jadi, penyediaan makan dan minum, penyediaan transportasi, penyediaan
akomodasi, serta jasa penyiaran,” urai LPEM FEB UI.
Seperti diketahui, Indonesia akan menjamu Argentina dalam laga uji coba pada 19
Juni 2023, di Stadion Utama GBK, pukul 19.30 WIB, (19/6). Sebanyak 60 ribu tiket
untuk umum telah habis terjual.
Meskipun Lionel Messi, Angel Di Maria, Nicolas Otamendi, Lautaro Martinez, hingga
Paulo Dybala tidak hadir ke Jakarta, pertandingan tetap dihadiri oleh pemain
ternama, seperti Julian Alvarez, Alexis Mac Allister, Enzo Fernandez, Rodrigo De
Paul, Emiliano Martinez, hingga Alejandro Garnacho.
Pelatih Argentina Lionel Scaloni pun telah menjelaskan alasan tidak hadirnya Lionel
Messi, Angel Di Maria, Nicolas Otamendi, Lautaro Martinez, dan Paulo Dybala. Ia
ingin memberi libur kepada para pemain senior tersebut.
“Kami percaya keputusan itu adil. Itu keputusan saya, mereka tidak memintanya
kepada saya. Akan adil jika mereka beristirahat, berlibur dengan keluarga mereka.
Mereka pantas mendapatkannya lebih dari siapa pun,” ungkap Scaloni.
Kendati demikian, Timnas Indonesia tetap melakukan persiapan di lapangan A
Senayan sejak (15/6). Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong berharap, Timnas
Indonesia bakal memberikan perlawanan maksimal terhadap Argentina.
TyC Sports memprediksi susunan pemain Timnas Indonesia, yakni Syahrul Trisna
(kiper); Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho, Elkan Baggott, Edo Febriansyah,
Marselino Ferdinan, Marc Klok, Stefano Lilipaly, Yacob Sayuri, Dendy Sulistyawan,
dan Rafael Struick.
Sementara dari Argentina, yakni Geronimo Rulli (kiper), Nahuel Molina, Leonardo
Balerdi, German Pezella, Marcos Acuna, Exequiel Palacios, Leandro Paredes,
Giovani Lo Celso, Lucas Ocampos, Julian Alvarez, serta Alejandro Garnacho.

Sesudah Revisi
"Pertandingan Timnas Indonesia vs Argentina di GBK
Berpotensi Hasilkan Penerimaan Pajak Rp 28 Miliar"
Menurut proyeksi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), pertandingan sepak bola antara Tim
Nasional (Timnas) Indonesia dan Argentina dalam laga FIFA Matchday di Stadion
Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta akan menghasilkan penerimaan pajak sekitar
Rp 28 miliar. Pertandingan persahabatan ini berpotensi memberikan kontribusi
positif terhadap perekonomian Indonesia dengan tambahan perputaran uang sekitar
Rp 965 miliar.
Dari nilai tambahan ekonomi ini, diperkirakan akan ada tambahan pendapatan bagi
rumah tangga pekerja sebesar Rp 188 miliar, dan juga potensi penerimaan pajak
bagi pemerintah sebesar Rp 28 miliar. Selain itu, terdapat potensi menciptakan
kesempatan kerja bagi sekitar 5.719 orang, meskipun sebagian besar bersifat
temporer.

LPEM FEB UI memproyeksikan bahwa dampak positif dari FIFA Matchday ini dapat
melampaui biaya yang dikeluarkan untuk mengundang Timnas Argentina. Meskipun
biaya mengundang Argentina dilaporkan mencapai 5 juta dollar AS, proyeksi ini
mencakup pengeluaran penonton di stadion untuk tiket, transportasi, akomodasi,
makanan, dan minuman. Selain itu, mencakup juga pengeluaran penonton televisi
untuk makanan, minuman, pembelian merchandise, biaya sewa lapangan,
pengeluaran iklan di televisi, dan dukungan dari sponsor. Dengan demikian,
beberapa industri yang diuntungkan mencakup industri pakaian jadi, penyediaan
makanan dan minuman, penyediaan transportasi, penyediaan akomodasi, serta
sektor jasa penyiaran.

Meskipun pemain terkenal seperti Lionel Messi, Angel Di Maria, Nicolas Otamendi,
Lautaro Martinez, dan Paulo Dybala tidak akan hadir dalam pertandingan ini, Timnas
Indonesia tetap melakukan persiapan dan berharap memberikan pertandingan yang
kompetitif kepada Argentina. Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong, berharap
untuk memberikan pertarungan maksimal dalam pertandingan ini.

Argentina juga telah menjelaskan bahwa keputusan untuk tidak membawa pemain
senior tersebut merupakan upaya memberikan istirahat kepada mereka dan memberi
kesempatan untuk berlibur bersama keluarga. Timnas Indonesia dan Argentina telah
menyiapkan susunan pemain untuk pertandingan ini yang akan berlangsung pada
tanggal 19 Juni 2023.

Apa itu Surat Pernyataan Keaslian Dokumen?

Sebelum Revisi
Apa itu Surat Pernyataan Keaslian Dokumen? Sebagai wajib pajak, kewajiban
perpajakan tidak hanya seputar pembayaran pajak dan pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT). Terdapat berbagai kewajiban lain yang melekat pada wajib
pajak, namun disesuaikan dengan kondisi tertentu. Kewajiban ini pun harus tetap
dipenuhi oleh wajib pajak meskipun kewajiban yang sifatnya ‘pokok’ atau umum
seperti pembayaran dan pelaporan telah dipenuhi. Salah satu kewajiban ini adalah
kewajiban berkaitan dengan pelaksanaan pembukuan dalam rangka pemeriksaan
pajak.
Seperti diketahui secara umum, pemeriksaan pajak tidak dilaksanakan terhadap
semua wajib pajak. Ia dilaksanakan sesuai dengan tujuan, kriteria, jenis, dan ruang
lingkup tertentu yang telah ditetapkan. Ketika dilaksanakan pemeriksaan, maka
timbul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi kaitannya dengan pelaksanaan
pemeriksaan pajak.
Disebutkan pada pasal 28 UU KUP, salah satu kewajiban yang harus dipenuhi wajib
pajak yang diperiksa adalah memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar perhitungan PPh terutang, atau yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas,
atau objek terutang pajak. Apabila ada kewajiban merahasiakan, kewajiban ini pun
dapat ditiadakan berdasar permintaan dari pemeriksa pajak. Hal ini menunjukkan
bahwa kewajiban pemeriksaan ini benar – benar harus dilaksanakan.
Terkait peminjaman ini, pemeriksa akan mengirimkan surat permintaan peminjaman
buku, catatan, dan/atau dokumen kepada wajib pajak yang menandai timbulnya
kewajiban peminjaman tersebut. Selain itu, buku, catatan, dan/atau dokumen yang
dipinjamkan kepada pemeriksa pajak haruslah yang asli. Apabila buku, catatan,
dan/atau dokumen berupa fotokopi dan/atau merupakan data elektronik, maka wajib
pajak harus membuat sebuah surat pernyataan yang menunjukkan bahwa data yang
diberikan adalah sama dengan aslinya.
Ketentuan ini disebutkan pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 17 tahun
2013 tentang kebijakan pemeriksaan s.t.d.d. PMK nomor 18 tahun 2021. Surat
pernyataan ini biasa disebut surat pernyataan keaslian buku, catatan, dan/atau
dokumen dan harus dilampirkan ketika meminjamkan buku, catatan, dan/atau
dokumen bukan asli tersebut kepada pemeriksa pajak.
Adapun format pembuatan serta tata cara pengisian surat pernyataan keaslian
terdapat pada Lampiran III huruf D PMK 17 tahun 2013 s.t.d.d. PMK 18 tahun 2021.
Bagaimana cara pengisiannya? Poin – poin penting surat pernyataan tersebut
adalah yang pertama isilah data identitas yang meliputi Nama, Pekerjaan/jabatan,
serta alamat. Adapun identitas ini bergantung pada siapa yang menandatangani
surat pernyataan tersebut, apakah wajib pajak, wakil wajib pajak, ataupun kuasa dari
wajib pajak dan pilihlah satu-satunya. Yang kemudian berlanjut pada identitas dari
wajib pajak itu sendiri dibawahnya yang terdiri dari Nama, NPWP, dan Alamat.
Selanjutnya, isikan nomor Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang diterima wajib
pajak saat pemeriksa pajak mendatangi atau bertemu dengan wajib pajak yang
menandai dimulainya pemeriksaan pajak. Isikan pula tanggal penerbitan SP2 yang
tertera pada dokumen SP2 tersebut. Yang terakhir pada bagian penutup, isikan
tempat dan tanggal pembuatan surat pernyataan serta bubuhkan materai, tanda
tangan, dan nama terang di bawahnya sehingga surat pernyataan ini memiliki
kekuatan hukum.
Apabila telah lengkap, maka surat pernyataan keaslian buku, catatan, dan/atau
dokumen telah dapat digunakan oleh wajib pajak dan disampaikan kepada
pemeriksa pajak bersamaan dengan penyampaian buku, catatan, dan/atau dokumen
yang bersangkutan. Perlu diingat, penyampaian buku, catatan, dan/atau dokumen
termasuk data yang dikelola secara elektronik atau keterangan lain harus dilakukan
paling lama 1 bulan sejak diterimanya surat permintaan peminjaman buku, catatan,
dan/atau dokumen.

Sesudah Revisi
"Surat Pernyataan Keaslian Dokumen dalam Konteks
Pemeriksaan Pajak: Kewajiban Wajib Pajak yang Perlu
Dipahami"
Sebagai seorang wajib pajak, tanggung jawab perpajakan tidak hanya berhubungan
dengan pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT). Terdapat
berbagai kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh wajib pajak, tergantung pada
situasi tertentu. Salah satu kewajiban ini terkait dengan pembukuan yang harus
dilakukan dalam konteks pemeriksaan pajak.

Pemeriksaan pajak, pada umumnya, tidak dilakukan terhadap semua wajib pajak.
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan tujuan, kriteria, jenis, dan cakupan tertentu yang
telah ditentukan. Ketika pemeriksaan dilakukan, muncul hak dan kewajiban yang
harus ditaati dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak.

Menurut Pasal 28 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak yang sedang
diperiksa adalah memberikan atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen
yang digunakan dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh), atau yang berhubungan
dengan pendapatan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas, atau objek
yang dikenakan pajak. Meskipun ada kewajiban untuk menjaga kerahasiaan,
kewajiban ini dapat dihapuskan berdasarkan permintaan dari pemeriksa pajak. Hal ini
menunjukkan pentingnya memenuhi kewajiban pemeriksaan ini.

Dalam hal meminjamkan dokumen tersebut, pemeriksa pajak akan mengirimkan


surat permintaan untuk meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen kepada wajib
pajak. Selain itu, dokumen yang dipinjamkan kepada pemeriksa pajak harus asli. Jika
buku, catatan, dan/atau dokumen tersebut berupa salinan atau data elektronik, wajib
pajak harus menyusun surat pernyataan yang menyatakan bahwa data yang
diberikan adalah sama dengan aslinya.

Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17 Tahun
2013 tentang Kebijakan Pemeriksaan serta PMK Nomor 18 Tahun 2021. Surat
pernyataan ini sering disebut sebagai surat pernyataan keaslian buku, catatan,
dan/atau dokumen, dan harus dilampirkan saat meminjamkan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang bukan asli kepada pemeriksa pajak.

Panduan untuk membuat dan mengisi surat pernyataan keaslian buku, catatan,
dan/atau dokumen terdapat dalam Lampiran III huruf D PMK 17 Tahun 2013 dan
PMK 18 Tahun 2021. Bagaimana cara mengisi surat pernyataan tersebut? Poin-poin
penting dalam surat pernyataan ini termasuk mengisi data identitas, seperti nama,
pekerjaan/jabatan, dan alamat. Identitas ini tergantung pada siapa yang akan
menandatangani surat pernyataan tersebut, apakah wajib pajak, wakil wajib pajak,
atau kuasa dari wajib pajak, dan hanya satu pilihan yang boleh dipilih. Selanjutnya,
isilah identitas wajib pajak, termasuk nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan
alamat.

Selanjutnya, isilah nomor Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang diterima wajib pajak
saat pemeriksa pajak datang atau bertemu dengan wajib pajak, yang menandakan
dimulainya pemeriksaan pajak. Isilah juga tanggal penerbitan SP2 yang tercantum
dalam dokumen SP2 tersebut. Terakhir, di bagian penutup surat pernyataan, isilah
tempat dan tanggal pembuatan surat pernyataan, serta tempelkan materai, tanda
tangan, dan nama dengan jelas di bawahnya untuk memberikan kekuatan hukum
pada surat pernyataan ini.

Setelah surat pernyataan ini lengkap, wajib pajak dapat menggunakannya dan
menyampaikannya kepada pemeriksa pajak bersama dengan dokumen yang
dipinjamkan. Penting diingat bahwa penyampaian buku, catatan, dan/atau dokumen,
termasuk data yang dikelola secara elektronik atau keterangan lain, harus dilakukan
dalam waktu paling lama 1 bulan sejak menerima surat permintaan peminjaman
buku, catatan, dan/atau dokumen.
Artikel 21 Juni 2023
DJP Raih GPR Award 2023 Kategori Humas Pemerintah Terbaik

Sebelum Revisi
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berhasil
meraih emas dalam ajang Indonesia Government Public Relations (GPR) Award
2023 untuk kategori Lembaga Humas Pemerintah Terbaik yang diselenggarakan
oleh Humas Indonesia.
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) DJP Dwi
Astuti hadir untuk menerima penghargaan dalam acara puncak yang
diselenggarakan, di Kota Makassar, (16/6).
Dalam ajang yang diikuti 110 peserta ini, dua pegawai DJP juga berhasil
memperoleh penghargaan pada subkategori ASN Golongan IV/a, yaitu Endang
Unandar yang berhasil memperoleh Silver Winner dan Riza Almanfaluthi dengan
menyabet Bronze Winner.
“Dengan apresiasi gold yang DJP peroleh pada kompetisi ini, menunjukan bahwa
kehumasan DJP memiliki penilaian kinerja yang sangat baik berdasarkan indikator-
indikator penilaian,” ungkap Dwi.
Sebagai informasi, Indonesia GPR Awards 2023 merupakan ajang kompetisi,
apresiasi, dan berbagi pengalaman bagi praktisi kehumasan pemerintah di
lingkungan kementerian, lembaga, pemerintah daerah, perguruan tinggi negeri,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/anak usaha BUMN, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Rumah Sakit Umum Pemerintah atau Daerah/RSUP/RSUD se-Indonesia.
Berbeda dengan kompetisi yang lain, Indonesia GPR Awards 2023 lebih
menekankan kepada aspek kinerja yang mengacu pada indikator ilmiah,
seperti paid media, earned media, shared media, dan owned media dan pengukuran
AMEC integrated evaluation framework.
Kompetisi GPR Awards 2023 terdiri dari dua kategori. Pertama, kompetisi berbasis
pengiriman entry, meliputi kategori Humas Pemerintah Terbaik (individu), Lembaga
Humas Pemerintah Terbaik, serta Program Kehumasan Terbaik. Kedua, kompetisi
berbasis nonentry yang berupa media monitoring.
Proses penjurian dilakukan pada tanggal 3 dan 4 Mei 2023. Ada lima juri yang
menilai performa kehumasan yang dipaparkan oleh para peserta. Mereka adalah
Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Humas Indonesia Asmono Wikan, CEO
CPROCOM Emilia Bassar, Wakil Rektor I London School of Public Relations (LSPR)
Janette Maria Pinariya, Managing Director Imogen Public Relations Jojo Suharjo
Nugroho, dan President Director IPM Public Relations Maria Wongsonagoro.
Dalam sambutannya, Asmono mengatakan, GPR Awards 2023 diselenggarakan
untuk mengajak humas pemerintah menjadi lebih maju, berkembang,
serta advance dalam menjalankan tugas kehumasan.
“Humas membutuhkan arahan seorang pemimpin, pemimpin yang baik tentu
mengarahkan kehumasan menjadi semakin baik, melempangkan visi organisasinya
agar diketahui oleh publik dengan baik pula. Pada akhirnya publik akan memberikan
kepercayaan. Kepercayaan itu dibayar dengan apa, dengan semakin membaiknya
organisasi pemerintah,” ujarnya.
Di tahun 2021, DJP juga meraih dua penghargaan bidang kehumasan dalam
mengomunikasikan kinerja kelembagaan terkait Diversity, Equality, Inclusion (DEI)
dan Environmental, Social, Governance (ESG). Penghargaan ini diberikan oleh PR
Indonesia Group dalam acara puncak The 1st Indonesia DEI and ESG Awards
(IDEAS) 2022 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Secara rinci, DJP meraih dua penghargaan Gold Winner dalam kategori ESG atas
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan agenda Komitmen Integrasi
Pimpinan untuk Pembangunan Indeks Integritas DJP 2021.

Setelah Revisi
"Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu Sabet Penghargaan Emas
untuk Lembaga Humas Pemerintah Terbaik di Indonesia GPR
Award 2023"
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah meraih
penghargaan emas dalam acara Indonesia Government Public Relations (GPR) Award
2023, dalam kategori Lembaga Humas Pemerintah Terbaik. Penghargaan ini
diberikan oleh Humas Indonesia dalam sebuah acara puncak yang diselenggarakan
di Kota Makassar pada tanggal 16 Juni.

Dalam kompetisi ini, dua pegawai DJP juga mendapatkan penghargaan pada
subkategori ASN Golongan IV/a, yakni Endang Unandar yang meraih penghargaan
Silver Winner, dan Riza Almanfaluthi dengan penghargaan Bronze Winner.
Dwi Astuti, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (P2Humas)
DJP, menerima penghargaan tersebut dan menyatakan bahwa prestasi ini
menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam bidang humas oleh DJP.

Indonesia GPR Awards 2023 adalah ajang kompetisi yang mengakui dan
mengapresiasi praktisi kehumasan pemerintah di berbagai instansi di Indonesia.
Proses penjurian melibatkan lima juri yang menilai performa kehumasan peserta
dengan berbagai indikator ilmiah. Penghargaan ini memiliki fokus pada aspek kinerja
yang melibatkan media, seperti paid media, earned media, shared media, dan owned
media, serta mengikuti kerangka evaluasi terpadu AMEC.

Penghargaan ini mengakui upaya DJP dalam bidang humas dan komunikasi dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Selain itu, penghargaan sebelumnya yang diraih oleh
DJP terkait komunikasi kinerja lembaga terkait keragaman, kesetaraan, dan inklusi
(DEI) dan Environmental, Social, Governance (ESG) juga mencerminkan komitmen
DJP dalam menjalankan tugas kehumasannya.

Pertamina Setor Pajak Rp 1,9 T ke 6 Provinsi di Sulawesi

Sebelum Revisi
PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi
berkomitmen menjadi perusahaan yang menjaga kepatuhan perpajakan. Hal itu
ditandai dengan kontribusinya membayar Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBBKB) sebesar Rp 1,9 triliun sepanjang tahun 2022 kepada enam pemerintah
provinsi (pemprov) di Pulau Sulawesi, yakni Pemprov Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.
Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional
Sulawesi Fahrougi Andriani Sumampouw memerinci, setoran PBBKB tertinggi
sepanjang tahun 2022 berada pada Sulawesi Selatan, yakni sebesar Rp 824 miliar.
Kemudian, disusul oleh Sulawesi Tenggara Rp 382 miliar, Sulawesi Tengah Rp
280,8 miliar, Sulawesi Utara Rp 280,7 miliar, Gorontalo Rp 89 miliar, dan Sulawesi
Barat Rp 78 miliar.
“Pertamina hadir tidak hanya menyalurkan energi kepada masyarakat, namun
secara rutin ikut menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan begitu, secara
tidak langsung pihaknya ikut mendorong kemajuan infrastruktur daerah. Tingginya
setoran pajak kepada pemerintah tentunya tidak lepas dari dukungan masyarakat
yang senantiasa menggunakan produk BBM (bahan bakar minyak) unggulan
Pertamina, baik yang bersubsidi maupun yang nonsubsidi”, ungkap Fahrougi.
Untuk itu, PT Pertamina Patra Niaga menyampaikan apresiasi dan terima kasih
kepada masyarakat di seluruh wilayah Sulawesi yang telah memilih menggunakan
BBM berkualitas dan ramah lingkungan.
“Kami berharap minat masyarakat untuk menggunakan BBM berkualitas, seperti
Pertamax Series dan Dex Series semakin meningkat, karena akan berdampak
langsung kepada setoran pajak yang dapat meningkatkan pembangunan wilayah
provinsi atau daerah sekitar,” tambah Fahrougi.
Sementara itu, PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan
(Sumbagsel) juga telah menyetor PBBKB senilai Rp 400 miliar ke Pemprov Jambi
sepanjang tahun lalu.
Sebagai informasi, Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2000 yang
telah direvisi menjadi UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD), PBBKB merupakan pajak atas penggunaan semua jenis
bahan bakar cair atau gas untuk kendaraan bermotor dan alat berat. Dengan
demikian, subjek PBBKB adalah konsumen bahan bakar kendaraan bermotor.
Sementara, objek PBBKB, yaitu bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan
atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor—tidak terkecuali pada bahan
bakar yang digunakan untuk kendaraan di air.
Dalam hal ini, PT Pertamina Patra Niaga dikenakan tarif PBBKB untuk jenis BBM
tertentu (subsidi) dan jenis BBM khusus penugasan sebesar 5 persen, BBM umum
transportasi dan umum industri sebesar 7,50 persen, BBM umum sektor industri
sebesar 1,29 persen, dan BBM umum pertambangan dan kehutanan sebesar 6,75
persen.

Sesudah Revisi
"Pertamina Patra Niaga Setor Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor Sebesar Rp 1,9 Triliun ke Enam Pemerintah Provinsi di
Sulawesi"
PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi
menegaskan komitmennya untuk mematuhi peraturan perpajakan. Perusahaan ini
telah membayar Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar Rp 1,9
triliun selama tahun 2022 kepada enam pemerintah provinsi di Pulau Sulawesi, yaitu
Pemprov Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

Fahrougi Andriani Sumampouw, Area Manager Communication, Relation, dan CSR


Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, mengungkapkan bahwa kontribusi
tertinggi dalam setoran PBBKB selama tahun 2022 diberikan kepada Sulawesi Selatan
sebesar Rp 824 miliar, diikuti oleh Sulawesi Tenggara Rp 382 miliar, Sulawesi Tengah
Rp 280,8 miliar, Sulawesi Utara Rp 280,7 miliar, Gorontalo Rp 89 miliar, dan Sulawesi
Barat Rp 78 miliar.

Fahrougi menekankan bahwa Pertamina bukan hanya penyedia energi bagi


masyarakat tetapi juga berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
melalui setoran pajak. Hal ini membantu dalam pembangunan infrastruktur di
daerah-daerah tersebut.

PT Pertamina Patra Niaga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sulawesi


yang telah memilih menggunakan produk bahan bakar minyak (BBM) Pertamina
yang berkualitas dan ramah lingkungan. Mereka berharap minat masyarakat untuk
menggunakan BBM unggulan Pertamina, seperti Pertamax Series dan Dex Series,
akan terus meningkat, sehingga dapat berdampak positif pada setoran pajak yang
mendukung pembangunan daerah setempat.

Selain itu, PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel)
juga telah membayar PBBKB sebesar Rp 400 miliar kepada Pemprov Jambi selama
tahun lalu.

PBBKB adalah pajak yang dikenakan pada penggunaan berbagai jenis bahan bakar
cair atau gas untuk kendaraan bermotor dan alat berat sesuai dengan Undang-
Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD). Tarif PBBKB bervariasi tergantung jenis bahan bakar, dan PT Pertamina Patra
Niaga mematuhi tarif yang berlaku sesuai dengan jenis BBM yang digunakan.
Kanwil DJP Bali Blokir 91 Rekening Penunggak Pajak

Sebelum Revisi
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Bali serentak blokir 91
rekening Wajib Pajak penunggak pajak. Para pemilik rekening itu menunggak pajak
dengan total sebesar Rp 71 miliar.
Kepala Kanwil DJP Bali Nurbaeti Munawaroh menegaskan, tindakan blokir rekening
penunggak pajak secara serentak ini merupakan sebuah tindakan legal yang
dilindungi undang-undang. Adapun tata cara pelaksanaannya dilakukan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 189/PMK.03/2020 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan Pajak atas Jumlah Pajak yang Masih Harus Dibayar.
“Sesuai dengan PMK Nomor 189/PMK.03/2020, Pasal 1 Angka 26 dinyatakan
bahwa pemblokiran merupakan tindakan pengamanan barang milik penunggak
pajak dengan tujuan agar terhadap barang dimaksud tidak terdapat perubahan apa
pun,” jelas Nurbaeti.
Ia mengatakan, pemblokiran rekening merupakan salah satu bagian dari kegiatan
penyitaan. Adapun Penyitaan adalah tindakan juru sita pajak negara untuk
menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang
pajak menurut peraturan perundang-undangan.
Hal ini merupakan langkah awal juru sita pajak negara dalam rangkaian proses
penegakan hukum perpajakan. Sebelum sampai pada tahap tindakan blokir
rekening, terhadap Wajib Pajak telah diawali dengan penyampaian pemberitahuan
surat teguran, penyampaian surat paksa, dan tindakan penagihan aktif lainnya,
termasuk langkah-langkah persuasif agar Wajib Pajak segera melunasi tunggakan
pajaknya, baik dengan cara mengangsur atau mengajukan permohonan untuk
menunda pembayaran pajak sesuai ketentuan perundang-undangan,” jelas
Nurbaeti.
Ia menyebutkan, pencabutan blokir hanya dapat dilakukan apabila Wajib Pajak telah
melunasi utang pajak dan biaya penagihan. Dengan demikian, apabila Wajib Pajak
tidak kunjung melunasi utang pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) unit vertikal
Kanwil DJP Bali akan menindaklanjuti dengan permintaan pemindahbukuan dari
rekening penanggung pajak ke rekening kas negara.
Kami berharap kegiatan pemblokiran rekening ini dapat memberikan efek jera bagi
penunggak pajak yang tidak kooperatif dan menjadi contoh bagi Wajib Pajak yang
lain, agar senantiasa mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya. Bagi Wajib Pajak yang memiliki utang
pajak, diimbau untuk segera melakukan pelunasan utang pajak agar terhindar dari
blokir rekening,” ujar Nurbaeti.
Sebagai informasi, target penerimaan pajak Kanwil DJP Bali tahun 2023 sebesar Rp
10,11 triliun. Hingga kuartal I-2023, Kanwil DJP Bali telah menghimpun penerimaan
senilai Rp 2,339 triliun atau 23,14 persen dari target.
Untuk mencapai target penerimaan itu, Kanwil DJP Bali dan unit vertikalnya tengah
memperkuat beragam program penggalian potensi baru, antara lain pada sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan; konstruksi; serta industri pengolahan. Upaya
ini seirama dengan Rencana Strategis DJP 2020–2024, yakni memperluas basis
pajak serta peningkatan jumlah dan kualitas data lapangan.

Sesudah Revisi
"Blokir 91 Rekening Wajib Pajak Penunggak Pajak di Bali
dengan Total Rp 71 Miliar"
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Bali telah secara bersamaan
mengunci 91 rekening milik Wajib Pajak yang menunggak pajak sebesar Rp 71 miliar.
Kepala Kanwil DJP Bali, Nurbaeti Munawaroh, menekankan bahwa tindakan ini sesuai
dengan hukum dan diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
189/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Pajak atas Jumlah Pajak
yang Masih Harus Dibayar.

Ia menjelaskan bahwa pemblokiran rekening adalah bagian dari proses penyitaan,


yang merupakan tindakan untuk mengamankan aset penunggak pajak sebagai
jaminan pembayaran utang pajak sesuai peraturan. Langkah ini adalah salah satu
tahap awal dalam penegakan hukum perpajakan, dan sebelumnya Wajib Pajak telah
menerima surat teguran, surat paksa, dan tindakan penagihan lainnya.

Nurbaeti menambahkan bahwa blokir rekening hanya akan dicabut setelah Wajib
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan. Jika utang pajak tetap tidak
dibayarkan, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kanwil DJP Bali akan memindahkan dana
dari rekening penunggak pajak ke rekening kas negara.

Tujuan dari tindakan ini adalah memberikan efek jera kepada penunggak pajak yang
tidak kooperatif dan memberikan contoh kepada Wajib Pajak lainnya untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan dalam memenuhi kewajiban perpajakan
mereka. Nurbaeti juga mengimbau Wajib Pajak yang memiliki utang pajak untuk
segera melunasi utang mereka agar terhindar dari pemblokiran rekening.

Sebagai informasi tambahan, target penerimaan pajak Kanwil DJP Bali tahun 2023
adalah sebesar Rp 10,11 triliun. Hingga kuartal I-2023, Kanwil DJP Bali telah
mengumpulkan penerimaan sebesar Rp 2,339 triliun atau 23,14 persen dari target
tersebut. Untuk mencapai target ini, Kanwil DJP Bali sedang memperkuat berbagai
program untuk menggali potensi baru, terutama dalam sektor pertanian, kehutanan,
perikanan, konstruksi, dan industri pengolahan, sesuai dengan Rencana Strategis DJP
2020–2024.

Dirjen Pajak: Core Tax Terhubung dengan Sistem BUMN dan K/L

Sebelum Revisi
Dirjen Pajak Suryo Utomo mengungkapkan, Pembaruan Sistem Inti Administrasi
Perpajakan (PSIAP) atau Core Tax Administration System (CTAS)/core tax akan
terhubung dengan sistem 89 entitas internal maupun eksternal Kementerian
Keuangan (Kemenkeu), seperti sistem beberapa Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) milik
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)/Bea Cukai, Online Single Submission
(OSS) besutan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), dan sistem dari kementerian/lembaga lainnya. Upaya ini dilakukan demi
memperkuat integrasi pelayanan dan pengawasan kepada Wajib Pajak.
“Saat ini core tax dikembangkan agar bisa berinteraksi dengan aplikasi milik 89
entitas. Entitas itu, di antaranya mencakup perbankan dan institusi lain
sebagai authorized billing channel atau saluran penagihan yang resmi. Selain itu,
entitas penyedia jasa aplikasi perpajakan (PJAP), entitas terminal peti kemas, serta
entitas lainnya. Di internal Kemenkeu, kami interoperable dengan CEISA, Lembaga
Nasional Single Window (LNSW). Di eksternal, (sistem aplikasi) BUMN juga kami
coba connect,” ungkap Suryo.
Dalam pemaparannya, aplikasi milik unit Kemenkeu yang akan terhubung
dengan CORE TAX, yaitu aplikasi Whistleblowing System (WISE), lelang.go.id, serta
serta Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Sementara itu, entitas dari BUMN
yang akan disambungkan ke core tax, diantaranya milik PT Telkom Indonesia
(Persero), PT Peruri (Persero), serta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
“Kami juga berupaya (menghubungkan core tax) sistem Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, entitas perbankan
sebanyak 55 bank, dan pemerintah daerah di 37 provinsi. Saat ini core tax
system sudah terhubung dengan data dan informasi pihak internal Kemenkeu.
Sementara untuk pihak eksternal, integrasi belum selesai karena masih dalam tahap
penjajakan di system integration trace. Ini terus berjalan. Insyaallah, semuanya
terhubung saat implementasi di 2024 besok,” ujar Suryo.
Secara umum, hingga kini progres keterhubungan core tax dengan 89 entitas sudah
sekitar 90 persen.
“Kami sedang mempersiapkan testing-nya. Kami terus mengumpulkan data dan
informasi dari para pihak (K/L), sehingga di tahun 2024 core tax dapat terhubung
dengan baik,” tambah Suryo.
Secara simultan, ia juga memastikan, seluruh pegawai DJP tengah jalani pelatihan
untuk mampu menerapkan core tax mulai tahun 2024.
“Sekarang kami sedang melakukan training terhadap seluruh pegawai di seluruh
Indonesia. Jadi, insyaallah di 2024 dapat kita jalankan. Untuk menjalankan core
tax, otomatis regulasi, SDM (sumber daya manusia), dan organisasi juga menjadi
salah satu bagian yang harus kami lakukan perbaikan dan pengembangan,” ujar
Suryo.
DJP berharap, core tax dapat meningkatkan kepatuhan dan rasio pajak yang
ditargetkan sebesar 9,92 persen hingga 10,20 persen pada tahun 2024. Selain
itu, core tax diharapkan mampu membantu DJP mencapai target penerimaan
perpajakan sebesar Rp 2.280,3 triliun – Rp 2.355,8 triliun pada tahun depan.

Sesudah Revisi
"Kementerian Keuangan Hubungkan Pembaruan Sistem
Administrasi Pajak dengan 89 Entitas untuk Meningkatkan
Layanan dan Pengawasan Pajak"
Suryo Utomo, Direktur Jenderal Pajak, mengumumkan bahwa Pembaruan Sistem Inti
Administrasi Perpajakan (PSIAP) atau Core Tax Administration System (CTAS) akan
dihubungkan dengan 89 sistem internal dan eksternal di Kementerian Keuangan. Ini
termasuk sistem beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Customs-Excise
Information System and Automation (CEISA) dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC), Online Single Submission (OSS) dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), dan sistem dari kementerian dan lembaga lainnya.
Tujuannya adalah untuk memperkuat integrasi layanan dan pengawasan terhadap
Wajib Pajak.

Saat ini, Core Tax sedang dikembangkan agar dapat berinteraksi dengan aplikasi
yang dimiliki oleh 89 entitas tersebut. Entitas tersebut termasuk perbankan dan
institusi lainnya sebagai saluran penagihan resmi, penyedia jasa aplikasi perpajakan
(PJAP), entitas terminal peti kemas, serta entitas lainnya. Di dalam Kementerian
Keuangan sendiri, Core Tax akan terhubung dengan aplikasi seperti Whistleblowing
System (WISE), lelang.go.id, serta Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Selain
itu, entitas BUMN seperti PT Telkom Indonesia (Persero), PT Peruri (Persero), dan PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga akan terhubung dengan Core Tax.

Progres penghubungan Core Tax dengan 89 entitas saat ini sudah mencapai sekitar
90 persen, dan mereka sedang mempersiapkan pengujian sistem. Pengajarannya
sedang diberikan kepada seluruh pegawai DJP agar mereka dapat
mengimplementasikan Core Tax mulai tahun 2024.

DJP berharap bahwa Core Tax akan meningkatkan kepatuhan perpajakan dan rasio
pajak yang ditargetkan hingga tahun 2024, serta membantu mencapai target
penerimaan perpajakan tahun depan.

NPWP Tak Kunjung Dikirim? Kenali Penyebabnya!

Sebelum Revisi
Saat ini berbagai pengurusan administrasi perpajakan telah semakin dimudahkan.
Pendaftaran hingga pelaporan telah dapat dilakukan secara daring melalui gadget
atau device masing – masing tanpa harus datang secara fisik ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP). Datang ke KPP hanya dibutuhkan untuk kondisi – kondisi tertentu, dan
apabila proses administrasi secara daring tidak dapat dilakukan karena satu dan lain
hal.
Kemudahan ini salah satunya diwujudkan dengan pengajuan permohonan
pendaftaran NPWP yang telah dapat dilakukan melalui laman ereg.pajak.go.id Wajib
pajak tinggal mengikuti prosedur yang tertera di laman tersebut dan mengisikan
sesuai keadaan wajib pajak sebenarnya. Nantinya apabila telah selesai mengajukan
permohonan, maka petugas pajak akan melakukan penelitian administrasi
permohonan pendaftaran NPWP. Apabila telah terverifikasi, maka NPWP dalam
bentuk soft file akan dikirim ke email yang wajib pajak isikan saat melakukan
pendaftaran. Sedangkan untuk NPWP fisiknya beserta Surat Keterangan Terdaftar
(SKT) akan dikirimkan ke alamat domisili yang wajib pajak cantumkan, sehingga
tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga daripada harus mendatangi KPP.
Waktu pengiriman ini bervariasi, namun umumnya kurang dari satu minggu.
Penyebab
Namun terdapat beberapa kasus dimana wajib pajak tak kunjung menerima NPWP
fisik dari KPP terdaftar setelah berbulan – bulan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Wajib
pajak perlu mengidentifikasi beberapa penyebab yang mungkin berkaitan dengan
tak kunjung diterimanya NPWP tersebut diantaranya:
1) Permohonan NPWP ditolak
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya permohonan NPWP, wajib pajak bisa
mengecek di laman ereg.pajak.go.id menggunakan akun masing–masing. Disitu
akan tertera sampai mana proses pendaftaran NPWP wajib pajak, apakah disetujui
atau ditolak. Kemudian wajib pajak bisa juga mengecek email yang digunakan pada
akun ereg.pajak.go.id. Cek email masuk dari ereg. Apabila disetujui, maka pada
email masuk tersebut akan tertera NPWP dari wajib pajak beserta kartu NPWP
dalam bentuk soft file. Tentu saja apabila ditolak, wajib pajak tidak akan
mendapatkan NPWP dan tidak akan dikirimkan ke alamat. Bisa juga wajib pajak
tidak mendapatkan email dari ereg apabila permohonan ditolak.
2) Alamat tujuan atau nomor HP salah
Tentu saja apabila alamat tujuan yang diberikan salah maka pengiriman tidak bisa
berjalan lancar. Jasa ekspedisi tidak bisa menemukan alamat wajib pajak ataupun
memang dari KPP tidak mengirimkan karena kesalahan alamat tersebut. Begitu pula
dengan kesalahan nomor HP yang menyebabkan KPP atau jasa ekspedisi tidak bisa
menghubungi wajib pajak untuk mengonfirmasi pengiriman NPWP. Alamat domisili
dengan alamat KTP bisa berbeda, hal ini dibuktikan dengan tersedianya kolom
pengisian berbeda saat mengajukan permohonan pendaftaran. Tentu saja apabila
berbeda, maka NPWP akan dikirimkan ke alamat domisili, sehingga wajib pajak
perlu mengecek kolom ini.
Solusi
Lalu bagaimana solusi apabila NPWP tak kunjung dikirim ke alamat? Beberapa
solusi yang dapat ditempuh wajib pajak adalah:
1) Menghubungi kring pajak atau KPP terdaftar
Untuk menindaklanjuti permasalahan diatas, wajib pajak dapat menghubungi kring
pajak di 1500 200 atau melalui media sosial seperti twitter dengan username
@kring_pajak, serta menggunakan fitur live chat kring pajak di laman
pajak.go.id Wajib pajak juga bisa menghubungi KPP terdaftar dengan mengunjungi
http://pajak.go.id/unit-kerja. Pada link tersebut wajib pajak dapat mencari
alamat email, whatsapp, nomor telepon, maupun media sosial KPP serta wilayah
administrasi KPP tersebut. Dengan menghubungi KPP secara langsung, maka wajib
pajak dapat mengetahui secara pasti bagaimana status NPWP nya.
2) Cetak ulang kartu NPWP
Langkah ini dapat ditempuh apabila wajib pajak sudah enggan menunggu proses
pengiriman kartu NPWP. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan permintaan
kembali NPWP. Formulir permintaan kembali NPWP dapat diunduh di link
https://www.pajak.go.id/id/formulir-pajak/formulir-permintaan-kembali. Bawalah
formulir tersebut ke KPP terdekat, bawa KTP asli beserta fotokopinya dan mintalah
cetak ulang NPWP. Formulir tersebut juga bisa dikirimkan melalui pos atau jasa
ekspedisi ke KPP.

Sesudah Revisi
"Ini Alasan Mengapa Belum Menerima NPWP Fisik: Solusi untuk
Masalah Pengiriman NPWP"
Saat ini, pengelolaan administrasi perpajakan telah mengalami kemudahan yang
signifikan. Banyak proses, mulai dari pendaftaran hingga pelaporan, dapat dilakukan
secara online melalui perangkat masing-masing tanpa harus mengunjungi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) secara fisik, kecuali dalam situasi tertentu atau jika proses
online tidak memungkinkan.

Salah satu contoh kemudahan ini adalah kemampuan untuk mengajukan


permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) melalui situs web
ereg.pajak.go.id. Wajib pajak hanya perlu mengikuti petunjuk yang tertera di situs
tersebut dan mengisi informasi sesuai dengan keadaan mereka. Setelah permohonan
diajukan, petugas pajak akan melakukan verifikasi administrasi permohonan NPWP
tersebut. Jika berhasil diverifikasi, NPWP dalam bentuk berkas digital akan dikirim
melalui email yang wajib pajak gunakan saat pendaftaran. NPWP fisik dan Surat
Keterangan Terdaftar (SKT) akan dikirim ke alamat domisili yang telah disebutkan
oleh wajib pajak. Waktu pengiriman ini berbeda-beda tetapi biasanya kurang dari
satu minggu.
Namun, dalam beberapa kasus, wajib pajak mungkin tidak menerima NPWP fisik
mereka dari KPP dalam beberapa bulan. Mengapa ini bisa terjadi? Ada beberapa
alasan yang mungkin terkait dengan keterlambatan pengiriman NPWP, antara lain:

1. Permohonan NPWP Ditolak: Wajib pajak dapat memeriksa status permohonan NPWP
mereka melalui akun mereka di situs ereg.pajak.go.id. Di sana akan terlihat apakah
permohonan disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, wajib pajak tidak akan
menerima NPWP, dan itu juga tidak akan dikirim melalui pos.
2. Kesalahan Alamat Tujuan atau Nomor HP: Alamat yang salah akan menghambat
pengiriman NPWP. Jasa ekspedisi mungkin tidak dapat menemukan alamat wajib
pajak atau mungkin tidak mengirimkannya karena alamat yang salah. Kesalahan
nomor HP juga dapat mengganggu komunikasi antara KPP atau jasa ekspedisi
dengan wajib pajak untuk mengkonfirmasi pengiriman NPWP.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi dapat ditempuh oleh wajib pajak:

1. Menghubungi KPP Terdaftar: Wajib pajak dapat menghubungi KPP mereka melalui
nomor telepon, email, atau media sosial yang tertera di laman pajak.go.id. Dengan
menghubungi KPP secara langsung, wajib pajak dapat memastikan status NPWP
mereka.
2. Cetak Ulang Kartu NPWP: Jika wajib pajak tidak ingin menunggu lebih lama, mereka
dapat mengajukan permohonan cetak ulang NPWP. Formulir permintaan cetak ulang
NPWP dapat diunduh dari laman resmi pajak.go.id. Formulir tersebut dapat dibawa
ke KPP dengan melampirkan KTP asli dan fotokopinya, dan wajib pajak dapat
meminta cetak ulang NPWP mereka. Formulir juga dapat dikirim ke KPP melalui pos
atau jasa ekspedisi.

Kepala Daerah Kini Tak Bisa Asal Pungut Pajak & Restribusi

Sebelum Revisi
Pemerintah baru-baru ini menetapkan aturan baru pajak daerah dan retribusi daerah
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.35/2023. Dalam aturan baru
ini, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan ditetapkan sebagai pengawas
pemungutan pajak dan retribusi di daerah.
"Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri dan Menteri
melakukan pengawasan pelaksanaan Perda mengenai Pajak dan Retribusi," tulis
Pasal 129 dalam PP tersebut.
Adapun, bentuk pengawasan mencakup benar atau tidak penarikan atas pajak dan
retribusi tersebut bertentangan dengan kepentingan umum; bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; tidak sesuai dengan
kebijakan fiskal nasional; dan/atau menghambat ekosistem investasi dan
kemudahan dalam berusaha.
Jika ditemukan hal-hal di atas, maka menteri yang mengawasi memiliki kuasa untuk
menyetop pungutan atas pajak dan retribusi tersebut dan merekomendasikan
perubahan atas perda yang mengatur.
"Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129
terdapat pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian, Menteri merekomendasikan
perubahan atas Perda mengenai Pajak dan Retribusi dan/atau peraturan
pelaksanaannya kepada menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
dalam negeri," ungkap Ayat 3 pasal 130.
Pada praktiknya, jika terjadi pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian yang
menghasilkan pungutan atau dengan sebutan lain yang dipungut oleh Kepala
Daerah diluar yang diatur dalam Undang-Undang mengenai Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD), maka Kepala Daerah
wajib menghentikan pungutan berdasarkan rekomendasi menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri.
"Atas hasil pungutan atau dengan sebutan lain yang dipungut oleh Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib disetorkan seluruhnya ke kas negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," tulis Ayat 5 Pasal 130.
Untuk itu, Kepala Daerah wajib melakukan perubahan Perda mengenai Pajak dan
Retribusi dan/ atau peraturan pelaksanaannya berdasarkan surat pemberitahuan,
dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja terhitung sejak tanggal surat
pemberitahuan diterima.
Jika Kepala Daerah tidak melakukan perubahan Perda mengenai Pajak dan
Retribusi, menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri
menyampaikan rekomendasi kepada Menteri untuk memberikan sanksi kepada
Kepala Daerah.
Perubahan Perda mengenai Pajak dan Retribusi tersebut pun wajib disampaikan
kepada menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri dan
Menteri paling lama 7 hari kerja terhitung sejak tanggal penetapan Perda mengenai
Pajak dan Retribusi.
Apabila Kepala Daerah tidak menindaklanjuti maka akan dikenai sanksi administratif
berupa:
1. Penundaan penyaluran dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil pajak
penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah penyaluran pada bulan atau
periode berikutnya kepada Pemerintah Daerah yang tidak melaksanakan ketentuan
Pasal 121 ayat (1) atau Pasal 124 ayat (l);
2. Penundaan atau pemotongan penyaluran dana alokasi umum dan/atau dana bagi
hasil pajak penghasilan sebesar 15% (lima belas persen) dari
jumlah penyaluran pada bulan atau periode berikutnya kepada Pemerintah Daerah
yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (3) dan ayat
(5), atau Pasal 131 ayat (3) dan ayat (5); dan/atau;
3. Tidak dibayarkan hak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan selama 6 (enam) bulan kepada Kepala Daerah yang tidak
melaksanakan ketentuan Pasal 130 ayat (4) dan ayat (5).

Sesudah Revisi
"Peraturan Pajak Baru: Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Mengawasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah"
Baru-baru ini, pemerintah telah mengeluarkan peraturan baru tentang pajak dan
retribusi daerah, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.35/2023. Dalam
peraturan baru ini, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan ditugaskan sebagai
pengawas pemungutan pajak dan retribusi di daerah.

Pasal 129 dalam PP tersebut menyatakan, "Menteri yang bertanggung jawab atas
Urusan Pemerintahan dalam negeri dan Menteri akan mengawasi pelaksanaan Perda
tentang Pajak dan Retribusi."

Pengawasan ini melibatkan penilaian apakah pajak dan retribusi tersebut telah ditarik
dengan benar dan sesuai dengan kepentingan umum, ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, kebijakan fiskal nasional, serta dampaknya
terhadap ekosistem investasi dan kemudahan berusaha.

Jika ditemukan pelanggaran atau ketidaksesuaian dalam pengumpulan pajak dan


retribusi, maka Menteri yang mengawasi memiliki kewenangan untuk menghentikan
pemungutan tersebut dan merekomendasikan perubahan dalam Perda yang
mengatur hal tersebut.
"Jika berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129
terdapat pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian, Menteri akan merekomendasikan
perubahan dalam Perda tentang Pajak dan Retribusi serta peraturan pelaksanaannya
kepada Menteri yang bertanggung jawab atas Urusan Pemerintahan dalam negeri,"
seperti yang dijelaskan dalam Ayat 3 Pasal 130.

Dalam praktiknya, jika terjadi pelanggaran atau ketidaksesuaian yang mengakibatkan


pemungutan pajak atau retribusi di luar ketentuan Undang-Undang tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD),
maka Kepala Daerah harus menghentikan pemungutan tersebut sesuai dengan
rekomendasi dari Menteri yang bertanggung jawab atas Urusan Pemerintahan dalam
negeri.

"Hasil pemungutan atau yang dikenal dengan nama lain yang dipungut oleh Kepala
Daerah sesuai dengan ayat (4) harus disetorkan sepenuhnya ke kas negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," seperti yang dinyatakan dalam
Ayat 5 Pasal 130.

Oleh karena itu, Kepala Daerah harus melakukan perubahan dalam Perda tentang
Pajak dan Retribusi dan/atau peraturan pelaksanaannya berdasarkan pemberitahuan
tertulis, dalam waktu paling lama 15 hari kerja sejak tanggal pemberitahuan tersebut
diterima.

Jika Kepala Daerah tidak melakukan perubahan tersebut, Menteri yang bertanggung
jawab atas Urusan Pemerintahan dalam negeri dapat merekomendasikan sanksi
kepada Menteri. Perubahan dalam Perda tentang Pajak dan Retribusi tersebut juga
harus disampaikan kepada Menteri dalam waktu paling lama 7 hari kerja sejak
tanggal penetapan Perda tersebut. Jika Kepala Daerah tidak mengambil tindakan,
sanksi administratif dapat diberlakukan, termasuk penundaan atau pemotongan
dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil pajak penghasilan serta penundaan
penyaluran hak-hak keuangan Kepala Daerah yang tidak mematuhi ketentuan-
ketentuan tertentu.
Kurs Pajak 21-27 Juni 2023

Sebelum Revisi
Rupiah melanjutkan penguatan terhadap mayoritas mata uang negara mitra untuk
patokan pelunasan pajak (kurs beli) pada periode 21-27 Juni 2023.
Penguatan rupiah dibuka terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Nilai kurs pajak
untuk setiap 1 dollar AS ditetapkan senilai Rp 14.905,00.
Kemudian, nilai kurs pajak terhadap mata uang Negeri Jiran senilai Rp 3.226,65 per
ringgit Malaysia. Nilai kurs itu mengalami kenaikan dibandingkan posisi minggu lalu
yang bertengger pada angka Rp 3.224,87 per ringgit.
Selanjutnya, kurs pajak terhadap mata uang Negeri Merlion ditetapkan senilai Rp
11.120,98 per dollar Singapura atau menguat dibandingkan minggu lalu yang
sebesar Rp 11.044,41 per dollar Singapura.
Kurs Pajak periode 21-27 Juni 2023 ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) Nomor 31/KM. 10/2023. Kurs digunakan untuk pelunasan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea
Masuk. Berikut selengkapnya:
No. Mata Uang Nilai Perubahan

1. Dolar Amerika Serikat (USD) 14.905,00 33,00

2. Dolar Australia (AUD) 10.157,46 223,83

3. Dolar Kanada (CAD) 11.218,07 105,76

4. Kroner Denmark (DKK) 2.170,79 29,45

5. Dolar Hongkong (HKD) 1.903,99 7,09

6. Ringgit Malaysia (MYR) 3.226,65 1,78

7. Dolar Selandia Baru (NZD) 9.225,30 180,69


8. Kroner Norwegia (NOK) 1.401,93 45,68

9. Poundsterling Inggris (GBP) 18.895,37 326,10

10. Dolar Singapura (SGD) 11.120,98 76,84

11. Kroner Swedia (SEK) 1.392,91 23,65

12. Franc Swiss (CHF) 16.558,17 130,18

13. Yen Jepang (JPY) 10.615,79 -42,41

14. Kyat Myanmar (MMK) 7,09 0,01

15. Rupee India (INR) 181,31 1,21

16. Dinar Kuwait (KWD) 48.523.07 176,59

17. Rupee Pakistan (PKR) 52,01 0,10

18. Peso Philipina (PHP) 266,38 1,50

19. Riyal Saudi Arabia (SAR) 3.974,07 8,73

20. Rupee Sri Lanka (LKR) 48,48 -2,34

21. Bath Thailand (THB) 430,06 1,79

22. Dolar Brunei Darussalam (BND) 11.121,57 82,55

23. Euro Euro (EUR) 16.175,50 222,44

24. Yuan Renminbi Tiongkok (CNY) 2.084,43 -0,73


25. Won Korea (KRW) 11,66 0,23

Sesudah Revisi
“Kurs Pajak Terbaru 21-27 Juni 2023"
Rupiah terus menguat terhadap sebagian besar mata uang negara mitra yang
digunakan sebagai acuan untuk pelunasan pajak (kurs beli) dalam periode 21-27 Juni
2023.

Penguatan rupiah dimulai dengan dolar Amerika Serikat (AS), dengan nilai kurs
pajaknya ditetapkan sebesar Rp 14.905,00 untuk setiap 1 dollar AS.

Selanjutnya, kurs pajak terhadap ringgit Malaysia diatur sebesar Rp 3.226,65 per
ringgit Malaysia, menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan posisi minggu
sebelumnya yang berada pada angka Rp 3.224,87 per ringgit.

Sementara itu, kurs pajak terhadap dollar Singapura juga menguat, dengan nilai Rp
11.120,98 per dollar Singapura, dibandingkan dengan Rp 11.044,41 per dollar
Singapura pada minggu sebelumnya.

Kurs Pajak untuk periode 21-27 Juni 2023 ini diumumkan melalui Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) Nomor 31/KM. 10/2023 dan digunakan untuk pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea
Masuk. Berikut adalah daftar lengkapnya:

No. Mata Uang Nilai Perubahan

1. Dolar Amerika Serikat (USD) 14.905,00 33,00


2. Dolar Australia (AUD) 10.157,46 223,83
3. Dolar Kanada (CAD) 11.218,07 105,76
4. Kroner Denmark (DKK) 2.170,79 29,45
5. Dolar Hongkong (HKD) 1.903,99 7,09
6. Ringgit Malaysia (MYR) 3.226,65 1,78
7. Dolar Selandia Baru (NZD) 9.225,30 180,69
8. Kroner Norwegia (NOK) 1.401,93 45,68
9. Poundsterling Inggris (GBP) 18.895,37 326,10
10. Dolar Singapura (SGD) 11.120,98 76,84
11. Kroner Swedia (SEK) 1.392,91 23,65
12. Franc Swiss (CHF) 16.558,17 130,18
13. Yen Jepang (JPY) 10.615,79 -42,41
14. Kyat Myanmar (MMK) 7,09 0,01
15. Rupee India (INR) 181,31 1,21
16. Dinar Kuwait (KWD) 48.523.07 176,59
17. Rupee Pakistan (PKR) 52,01 0,10
18. Peso Philipina (PHP) 266,38 1,50
19. Riyal Saudi Arabia (SAR) 3.974,07 8,73
20. Rupee Sri Lanka (LKR) 48,48 -2,34
21. Bath Thailand (THB) 430,06 1,79
22. Dolar Brunei Darussalam (BND) 11.121,57 82,55
23. Euro Euro (EUR) 16.175,50 222,44
24. Yuan Renminbi Tiongkok (CNY) 2.084,43 -0,73
25. Won Korea (KRW) 11,66 0,23
Artikel 22 Juni 2023
Gak Cuma Dividen, PLN Juga Setor Rp 35 Triliun ke Negara lho

Sebelum Revisi
PT PLN (Persero) menyampaikan kontribusi perusahaan terhadap negara tak hanya
lewat dividen saja. Lebih dari itu, perusahaan juga memberikan setoran berupa
pajak hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga Rp 35,33 triliun.
"Selain dividen, memang yang kita juga kontribusikan itu adalah penerimaan negara
berupa pajak, penerimaan negara bukan pajak yang tadi nilainya Rp 35 triliun ini
angkanya akan terus tumbuh," ungkap Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly.
Lebih lanjut, Sinthya menjelaskan semakin besar transaksi yang dilakukan oleh PLN,
baik itu dari transaksi dengan pelanggan ataupun transaksi dari sisi rantai pasok
(supply chain) PLN dalam memproduksi tenaga listrik, maka kontribusi kepada
pemerintah dalam penerimaan pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak
akan semakin tinggi.
"Sehingga kita melihat PLN ini sebagai instrumen bukan saja sebagai instrumen
korporasi semata, tapi instrument agent of development yang tadi melistriki
masyarakat dan terus harus bisa tumbuh menopang perekonomian, namun juga di
sisi lain tetap harus bisa memberikan kontribusi sebagai BUMN kepada pemerintah,"
tuturnya.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) PLN, disepakati setoran dividen kepada negara sebesar Rp 2,19 triliun
untuk tahun 2022. Angka itu meningkat 191,7% dari Rp 750 miliar di 2021.
Kontribusi PLN terhadap negara juga diberikan hingga Rp 35,33 triliun atau
meningkat 13,1% dibandingkan 2021. Hal itu tidak terlepas dari laporan keuangan
2022 yang mampu mencatatkan kinerja terbaik sepanjang sejarah perusahaan
dengan laba bersih mencapai Rp 14,44 triliun pada 2022.
Sesudah Revisi
"PLN Kontribusikan Lebih dari Rp 35 Triliun kepada Negara
Melalui Pajak dan PNBP"
PT PLN (Persero) tidak hanya memberikan kontribusi kepada negara melalui dividen,
tetapi juga melalui setoran berupa pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang mencapai Rp 35,33 triliun.

Menurut Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, semakin besar transaksi yang
dilakukan oleh PLN, baik dengan pelanggan maupun dalam rantai pasokan produksi
tenaga listrik, maka kontribusi perusahaan terhadap pemerintah dalam hal pajak dan
PNBP akan semakin besar.

Sinthya juga menekankan bahwa PLN bukan hanya merupakan perusahaan


korporasi, tetapi juga menjadi agen pembangunan yang memberikan listrik kepada
masyarakat dan mendukung perekonomian. Oleh karena itu, perusahaan ini harus
terus tumbuh dan memberikan kontribusi sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) kepada pemerintah.

Selama tahun 2022, PLN setuju untuk memberikan dividen sebesar Rp 2,19 triliun
kepada negara, meningkat 191,7% dari tahun sebelumnya. Kontribusi PLN kepada
negara juga meningkat menjadi Rp 35,33 triliun, naik 13,1% dibandingkan tahun
2021. Hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang mencatatkan
kinerja terbaik sepanjang sejarahnya, dengan laba bersih mencapai Rp 14,44 triliun
pada tahun 2022.

Libur Iduladha, Batas Pelaporan SPT Masa PPN Jadi 3 Juli 2023

Sebelum Revisi
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menginformasikan bahwa batas pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 3 Juli 2023.
Keputusan ini ditetapkan karena adanya libur/cuti bersama Hari Raya Iduladha.
“Secara ketentuan, untuk SPT MASA PPN Mei 2023 dilaporkan paling lambat akhir
bulan berikutnya, yaitu 30 Juni 2023. Namun, karena 30 Juni 2023 bertepatan
dengan hari libur maka pelaporan dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja
berikutnya, yaitu 3 Juli 2023,” tulis DJP dalam media sosial resminya, (21/6).
DJP memastikan, keputusan ini mengacu Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 243 Tahun 2014 tentang tentang Surat Pemberitahuan. Seperti
diketahui, pelaporan SPT Masa PPN paling lama dilakukan pada akhir bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir atau setiap tanggal akhir bulan.
Namun, apabila batas akhir bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan
paling lambat pada hari kerja berikutnya. Hari libur yang dimaksud dalam PMK
Nomor 243 Tahun 2014, yakni Sabtu, Minggu, hari libur nasional, hari yang
diliburkan untuk penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), atau cuti bersama
secara nasional.
Seperti diketahui, pemerintah menambah periode cuti bersama Iduladha menjadi
tiga hari, yakni 28-30 Juni 2023. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Bersama
Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 624 Tahun 2023.
Melalui keputusan bersama yang diteken pada 16 Juni 2023 itu, Iduladha ditetapkan
pada 29 Juni 2023. Kemudian, cuti bersama ditetapkan pada 28 dan 30 Juni 2023.
DJP mengimbau agar Wajib Pajak menunaikan kewajiban perpajakannya dan
melaporkan SPT Masa PPN sesuai dengan regulasi yang berlaku. Mengacu
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP), denda administrasi atas keterlambatan pelaporan SPT PPN Masa
sebesar Rp 500 ribu dan SPT Masa lainnya senilai Rp 100.000.
Adapun mekanisme penyampaian SPT Masa PPN bagi pemungut pajak diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen) Nomor 14 Tahun 2022. Aturan
yang berlaku mulai Oktober 2022 ini secara otomatis menggantikan Perdirjen Nomor
147 Tahun 2006.
DJP menjelaskan, tujuan dari penerbitan aturan baru tersebut untuk memberikan
kemudahan, kepastian hukum, hingga meningkatkan pelayanan kepada pemungut
PPN selain instansi pemerintah dan pihak lain. Selain itu, aturan ini juga
menyempurnakan aturan sebelumnya yang dinilai masih belum bisa menampung
bentuk, isi, tata cara pengisian, serta penyampaian SPT Masa PPN bagi pihak lain.
Adapun yang dimaksud dari pihak lain adalah pihak-pihak yang ditunjuk oleh menteri
perbendaharaan sebagai pemungut PPN berdasarkan Pasal 32A UU KUP, meliputi
operator token kripto, asuransi, dan asuransi reasuransi. Kemudian, pada Pasal 16A
UU PPN, Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) juga termasuk sebagai
pemungut PPN.
Sesudah Revisi
"Perpanjangan Batas Pelaporan SPT Masa PPN hingga 3 Juli
2023 oleh DJP"
DJP mengumumkan bahwa tenggat waktu pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) telah diperpanjang hingga tanggal 3 Juli 2023.
Keputusan ini diambil karena adanya libur bersama Hari Raya Iduladha.

Menurut DJP, berdasarkan ketentuan yang ada, SPT MASA PPN untuk bulan Mei
2023 seharusnya dilaporkan paling lambat pada tanggal 30 Juni 2023. Namun,
karena tanggal 30 Juni 2023 jatuh pada hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling
lambat pada hari kerja berikutnya, yaitu tanggal 3 Juli 2023.

DJP memastikan bahwa keputusan ini sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 243 Tahun 2014 tentang Surat Pemberitahuan. Sebagai
aturan umum, pelaporan SPT Masa PPN harus dilakukan pada akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak atau setiap tanggal akhir bulan. Namun, jika batas
waktu tersebut bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat ditunda hingga hari
kerja berikutnya. Hari libur ini mencakup Sabtu, Minggu, hari libur nasional, hari
pemilihan umum (pemilu), atau cuti bersama secara nasional, sesuai dengan PMK
Nomor 243 Tahun 2014.

Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Iduladha selama tiga hari, yaitu dari
tanggal 28 hingga 30 Juni 2023. Hal ini diatur dalam Keputusan Bersama Menteri
Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 624 Tahun 2023. Iduladha sendiri ditetapkan pada
tanggal 29 Juni 2023, dengan cuti bersama pada tanggal 28 dan 30 Juni 2023.

DJP mengingatkan para Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakan mereka
dengan melaporkan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku. Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
menetapkan denda administrasi sebesar Rp 500 ribu untuk keterlambatan pelaporan
SPT PPN Masa, dan Rp 100.000 untuk SPT Masa lainnya.

Mekanisme penyampaian SPT Masa PPN oleh pemungut pajak diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen) Nomor 14 Tahun 2022. Aturan ini mulai
berlaku pada bulan Oktober 2022 dan secara otomatis menggantikan Perdirjen
Nomor 147 Tahun 2006.

DJP menjelaskan bahwa tujuan dari pengenalan aturan baru ini adalah untuk
memberikan kemudahan, kepastian hukum, dan meningkatkan pelayanan kepada
pemungut PPN, termasuk instansi pemerintah dan pihak lain. Aturan ini juga
dirancang untuk memperbaiki aturan sebelumnya yang tidak cukup mampu
mengakomodasi berbagai aspek terkait pengisian dan penyampaian SPT Masa PPN
oleh pihak lain. Pihak lain ini termasuk operator token kripto, perusahaan asuransi,
dan perusahaan asuransi reasuransi, sesuai dengan Pasal 32A UU KUP, serta Badan
Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) sebagai pemungut PPN, sebagaimana
diatur dalam Pasal 16A UU PPN.

Pengertian Pajak, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Jenisnya yang Perlu


Diketahui

Sebelum Revisi
Pengertian pajak perlu dipahami setiap warga negara. Pajak merupakan pendapatan
utama dalam satu negara dan sangat penting untuk pembangunan negara. Jenis
pajak wajib dibayarkan bagi para wajib pajak baik individu atau perusahaan.
Menurut KBBI, pengertian pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang
harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau
pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan
sebagainya.
Pajak dibagi berdasarkan pengelolanya, yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah
pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Macam-macam pajak ini
diperuntukkan bagi wajib pajak sesuai dengan kepentingan yang ada.
Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran
serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan.
Pengertian Pajak Menurut Para Ahli
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada
Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pengertian pajak tersebut dikoreksi sendiri oleh beliau menjadi pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.
Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R. Pengertian pajak adalah
suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional,
agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan.
P. J. A. Adriani. Pengertian pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Rifhi Siddiq. Pengertian pajak adalah iuran yang dipaksakan pemerintahan suatu
negara dalam periode tertentu kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus
dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan bentuk balas jasanya tidak
langsung.
Ciri-Ciri Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib dan memaksa bagi wajib pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak bersifat memaksa bagi setiap warga negara wajib pajak. Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pajak dikelola oleh pemerintah
Pajak dikelola dan dipungut oleh pemerintah secara langsung. Pajak dikelola oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, tergantung pada jenis-jenis pajak yang berlaku.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang
ada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Pemungutan pajak diatur dalam undang-undang
Pemungutan pajak diatur dalam undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan
norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk
mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, penghindaran, atau
perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk pelanggaran hukum.
Pajak digunakan untuk anggaran pemerintah
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan. Beberapa fungsi tersebut antara
lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur
ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu sendiri.
Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang
tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan
kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan,
pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum.
Fungsi Pajak
Fungsi Anggaran. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan
biaya.
Fungsi Mengatur. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan.
Fungsi Stabilitas. Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
Fungsi Redistribusi Pendapatan. Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Jenis Pajak di Indonesia
Pajak Pusat
Pajak pusat merupakan pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang
dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Kementerian
Keuangan. Adapun pajak-pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak
meliputi
- Pajak Penghasilan (PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
- Bea Meterai
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tertentu
Pajak Daerah
Pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang dikelola oleh Dinas Pendapatan
Daerah (Dispenda), antara lain:
Pajak Daerah Provinsi:
- Pajak Kendaraan Bermotor
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
- Pajak Rokok
- Pajak Air Permukaan
Pajak Daerah Kabupaten/Kota:
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Hiburan
- Pajak Reklame
- Pajak Penerangan Jalan
- Pajak Parkir
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
- Pajak Air Tanah
- Pajak Sarang Burung Walet
- PBB Pedesaan & Perkotaan
- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Sesudah Revisi
"Pentingnya Pemahaman Pajak: Definisi, Jenis, dan Peranannya
dalam Pembangunan Negara"
Pemahaman mengenai pajak merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara. Pajak merupakan sumber pendapatan utama bagi negara dan
memiliki peran yang sangat vital dalam proses pembangunan negara. Pajak ini wajib
dibayar oleh semua wajib pajak, baik individu maupun perusahaan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pajak didefinisikan sebagai pungutan
yang wajib, biasanya berupa uang, yang harus dibayarkan oleh penduduk kepada
negara atau pemerintah sebagai kontribusi wajib, terkait dengan pendapatan,
kepemilikan, pembelian barang, dan lain sebagainya.

Pajak dapat dibagi berdasarkan entitas yang mengelolanya, yaitu pajak yang dikelola
oleh pemerintah pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Jenis-jenis pajak
ini dikenakan sesuai dengan kepentingan yang ada.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib yang
harus dibayarkan oleh individu atau badan kepada negara berdasarkan undang-
undang, tanpa mendapatkan imbalan langsung, dan digunakan untuk kepentingan
negara guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pembayaran pajak merupakan wujud dari kewajiban kenegaraan dan partisipasi wajib
pajak dalam mendukung pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pajak, bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan, layanan, dan pengawasan terkait perpajakan.

Menurut berbagai ahli, pengertian pajak memiliki aspek-aspek berikut:

 Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH: Pajak adalah iuran wajib kepada Kas Negara
berdasarkan undang-undang, yang tidak mendapatkan imbalan langsung, dan
digunakan untuk pengeluaran rutin serta tabungan publik yang merupakan sumber
utama untuk pembiayaan investasi publik.
 Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R.: Pajak adalah pemindahan
sumber daya dari sektor swasta ke sektor pemerintah, tidak sebagai akibat
pelanggaran hukum, tetapi sebagai kewajiban yang harus dipenuhi, berdasarkan
aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, tanpa imbalan langsung dan seimbang,
untuk memungkinkan pemerintah menjalankan tugas-tugasnya dalam pemerintahan.
 P. J. A. Adriani: Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang wajib) yang harus
dibayarkan sesuai dengan peraturan umum (undang-undang) tanpa mendapatkan
imbalan langsung, digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dalam rangka
pelaksanaan tugas negara.

Ciri-ciri utama pajak adalah:

1. Wajib dan memaksa bagi wajib pajak.


2. Dikelola oleh pemerintah.
3. Diatur dalam undang-undang.
4. Digunakan untuk anggaran pemerintah, termasuk pembangunan dan layanan publik.

Fungsi-fungsi pajak meliputi:

1. Fungsi anggaran: Membiayai pengeluaran negara.


2. Fungsi pengaturan: Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan pajak.
3. Fungsi stabilitas: Menjaga stabilitas ekonomi melalui kontrol inflasi.
4. Fungsi redistribusi pendapatan: Mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dengan
mengambil dari yang lebih mampu dan memberikan kepada yang membutuhkan.

Di Indonesia, pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat
meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Meterai, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
tertentu. Pajak daerah mencakup berbagai jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah
daerah, seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, dan banyak lainnya.
Bea Cukai Bantu 745 UMKM untuk Ekspor

Sebelum Revisi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)/Bea Cukai membantu para pelaku usaha
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk melakukan ekspor. Bentuk
dukungan dilakukan melalui empat program utama, meliputi Klinik Ekspor, Interfirm
Linkage, Solusi Logistik, dan Pemanfaatan Balai Laboratorium Bea Cukai. Terdapat
3.803 UMKM yang dibina, Bea Cukai bantu 745 UMKM lainnya melakukan ekspor.
“Dari 3.803 UMKM yang dibina, sebanyak 3.058 diantaranya merupakan UMKM
yang belum melakukan ekspor atau sedang dalam tahap pengenalan terhadap
ekspor, sementara 745 UMKM lainnya telah melakukan ekspor. UMKM yang telah
melakukan ekspor terdiri atas 609 ekspor mandiri, 81 ekspor tidak langsung, dan 55
ekspor melalui pihak ketiga. UMKM yang banyak kami bina adalah kerajinan dan
furnitur, pertanian dan perkebunan, hasil garmen, serta kelautan dan perikanan,”
ungkap Direktur Fasilitas Kepabeanan Bea Cukai Padmoyo Tri Wikanto dalam acara
Media Briefing di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Ia memerinci, empat program Bea Cukai untuk membantu UMKM,
yaitu pertama, program Klinik Ekspor, yakni pemberian edukasi, literasi, asistensi,
dan koordinasi oleh Bea Cukai kepada UMKM, baik yang sudah ekspor maupun
usaha yang baru akan memulai ekspor.
“Kami ada business matching, membuka peluang pasar. Kami ngobrol dengan
pembeli dan UMKM, langsung difasilitasi,” kata Padmoyo.
Kedua, program Interfirm Linkage dilakukan melalui peningkatan kemitraan berbasis
keterkaitan usaha antara UMKM dengan perusahaan berorientasi ekspor, yaitu
perusahaan di kawasan berikat dengan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
(KITE) sebagai bagian rantai pasok. Dengan demikian, mencapai mutual
relationship (kemitraan yang berkelanjutan).
“Interfirm Linkage ini merupakan ekspor tidak langsung, kami menjembatani
perusahaan-perusahaan yang besar-besar yang ada di kawasan industri dan
kawasan berikat,” tambah Padmoyo.
Ketiga, program Solusi Logistik. Ia mengatakan, saat ini Kemenkeu sudah memiliki
program National Logistic Ecosystem (NLE) sebagai salah satu solusi untuk
membantu UMKM dalam menekan biaya logistik.
“Solusi logistik kita punya value chains, karena logistik ini kan sesuatu yang
kedengarannya ekonomi berbiaya tinggi dan transportasi mahal. Nah, mungkin
daerah (bagian) timur sana dengan tol lautnya, supaya bagaimana produk-produk
dari Indonesia timur bisa bersaing, sehingga bisa melakukan ekspornya dengan
murah. Dengan begitu, harga barangnya masih bisa kompetitif kalau diekspor. Ini
jadi salah satu solusi logistik kita, bisa tekan itu (biaya logistik),” ungkap Padmoyo.
Keempat, program Pemanfaatan Balai Laboratorium Bea Cukai digunakan untuk
melakukan pemeriksaan secara barang, seperti kualitas bahan, cemaran logam,
komposisi bahan, dan lain-lain.
“Kita punya balai laboratorium kita manfaatkan untuk uji produk, seperti produk
makanan, produk minuman, produk-produk metal dan kandungannya. Ini sudah ada
di beberapa daerah, seperti Medan, Jakarta, dan Surabaya. Kita juga punya satuan
pelayanan (satpel) di seluruh Indonesia untuk balai laboratorium untuk membantu
UMKM,” ujar Padmoyo.

Sesudah Revisi
"Mendukung Ekspor UMKM: Peran Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (Bea Cukai) dalam Empat Program Unggulan"
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), atau Bea Cukai, aktif mendukung Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam kegiatan ekspor dengan melaksanakan
empat program kunci. Program-program ini meliputi Klinik Ekspor, Interfirm Linkage,
Solusi Logistik, dan Pemanfaatan Balai Laboratorium Bea Cukai. Dalam rangka ini,
DJBC telah memberikan bantuan kepada sebanyak 3.803 UMKM, termasuk
membantu 745 UMKM lainnya untuk melakukan kegiatan ekspor.

Direktur Fasilitas Kepabeanan Bea Cukai, Padmoyo Tri Wikanto, menjelaskan bahwa
dari jumlah UMKM yang mendapat bimbingan, sebanyak 3.058 UMKM di antaranya
adalah yang masih dalam tahap pengenalan terhadap ekspor, sementara 745 UMKM
lainnya telah melaksanakan kegiatan ekspor. Dari UMKM yang telah mengikuti
program ini, 609 di antaranya melakukan ekspor secara independen, 81 melakukan
ekspor tidak langsung, dan 55 melalui pihak ketiga. UMKM yang mendapat bantuan
dan bimbingan terutama bergerak di bidang kerajinan dan furnitur, pertanian dan
perkebunan, garmen, serta kelautan dan perikanan.
DJBC telah mengimplementasikan empat program penting untuk mendukung
UMKM:

1. Klinik Ekspor: Program ini mencakup edukasi, literasi, asistensi, dan koordinasi yang
diberikan oleh Bea Cukai kepada UMKM, baik yang sudah terlibat dalam ekspor
maupun yang baru memulai kegiatan ekspor. Program ini juga menciptakan
kesempatan pertemuan bisnis (business matching) antara UMKM dan pembeli
potensial untuk memfasilitasi peluang pasar.
2. Interfirm Linkage: Program ini mendorong kemitraan berbasis usaha antara UMKM
dan perusahaan yang berorientasi ekspor, seperti perusahaan yang berlokasi di
kawasan berikat dengan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Program ini
bertujuan menciptakan hubungan saling menguntungkan yang berkelanjutan.
3. Solusi Logistik: DJBC mencatatkan National Logistic Ecosystem (NLE) sebagai salah
satu program untuk membantu UMKM dalam mengurangi biaya logistik. Program ini
berfokus pada pemahaman rantai pasok dan value chains untuk mengurangi biaya
logistik yang sering kali mahal.
4. Pemanfaatan Balai Laboratorium Bea Cukai: Program ini melibatkan pemeriksaan
barang, seperti pengecekan kualitas bahan, kandungan logam, komposisi bahan, dan
lainnya, menggunakan fasilitas laboratorium Bea Cukai. Laboratorium ini digunakan
untuk menguji produk seperti makanan, minuman, dan produk-produk logam.
Pemeriksaan ini dilakukan di beberapa daerah, termasuk Medan, Jakarta, dan
Surabaya, dan juga melibatkan satuan pelayanan di seluruh Indonesia untuk
membantu UMKM dalam pengujian produk mereka.

Upaya DJBC ini bertujuan untuk memfasilitasi UMKM dalam ekspor serta membantu
mereka memenuhi persyaratan dan standar yang diperlukan untuk mengakses pasar
internasional.
Artikel 23 Juni 2023

Aturan Baru! Pemda Asal Pungut Pajak Akan Dikenakan Sanksi

Sebelum Revisi
Telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 tentang Ketentuan
Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam aturan baru ini, menteri dalam
negeri (mendagri) dan menteri keuangan (menkeu) ditetapkan sebagai pengawas
pemungutan pajak dan retribusi di daerah. Dengan demikian, pemerintah daerah
(pemda) harus menetapkan dan melaksanakan aturan pajak dan retribusi daerah
sesuai regulasi yang berlaku. Pemda yang asal pungut pajak dan retribusi akan
dikenakan sejumlah sanksi.
PP Nomor 23 Tahun 2023 menguraikan, bentuk pengawasan mencakup benar atau
tidak penarikan atas pajak dan retribusi tersebut bertentangan dengan kepentingan
umum, bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, tidak sesuai dengan kebijakan fiskal nasional, dan/atau menghambat
ekosistem investasi dan kemudahan dalam berusaha.
“Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129
terdapat pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian, menteri merekomendasikan
perubahan atas peraturan daerah (perda) mengenai pajak dan retribusi dan/atau
peraturan pelaksanaannya kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri,” jelas Ayat 3 Pasal 130 PP Nomor 35 Tahun 2023.
Kemudian, apabila terjadi pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian yang
menghasilkan pungutan atau dengan sebutan lain yang dipungut oleh kepala daerah
diluar yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (UU HKPD), maka
kepala daerah wajib menghentikan pungutan berdasarkan rekomendasi mendagri.
“Atas hasil pungutan atau dengan sebutan lain yang dipungut oleh kepala daerah,
wajib disetorkan seluruhnya ke kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan,” tulis Ayat 5 Pasal 130.
Untuk itu, kepala daerah wajib melakukan perubahan perda mengenai pajak dan
retribusi dan/ atau peraturan pelaksanaannya berdasarkan surat pemberitahuan,
dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja terhitung sejak tanggal surat
pemberitahuan diterima.
Apabila kepala daerah tidak melakukan perubahan perda, mendagri akan
menyampaikan rekomendasi untuk memberikan sanksi kepada kepala daerah.
Adapun sanksi administratif yang dilakukan berupa:
 Penundaan penyaluran dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil pajak
penghasilan sebesar 10 persen dari jumlah penyaluran pada bulan atau periode
berikutnya kepada pemda yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 121 Ayat (1)
atau Pasal 124 Ayat (l);
 Penundaan atau pemotongan penyaluran dana alokasi umum dan/atau dana bagi
hasil pajak penghasilan sebesar 15 persen dari
jumlah penyaluran pada bulan atau periode berikutnya kepada pemda yang tidak
melaksanakan ketentuan Pasal 127 Ayat (1), Pasal 128 Ayat (3) dan Ayat (5), atau
Pasal 131 Ayat (3) dan Ayat (5); dan/atau;
 Tidak dibayarkan hak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan selama enam bulan kepada kepada daerah yang tidak
melaksanakan ketentuan Pasal 130 Ayat (4) dan Ayat (5).

Sesudah Revisi
"PP Nomor 35 Tahun 2023: Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Ditunjuk sebagai Pengawas Pajak dan Retribusi
Daerah"
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2023 baru-baru ini telah dikeluarkan
untuk mengatur prinsip-prinsip umum terkait pajak daerah dan retribusi daerah.
Dalam peraturan ini, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Menteri Keuangan
(Menkeu) ditunjuk sebagai pengawas dalam pemungutan pajak dan retribusi di
tingkat daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah (Pemda) diwajibkan untuk
menetapkan dan mengimplementasikan peraturan mengenai pajak dan retribusi
daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemda yang tidak mematuhi
peraturan ini akan dikenai sanksi.

PP Nomor 23 Tahun 2023 menjelaskan bahwa pengawasan mencakup penilaian


apakah pemungutan pajak dan retribusi tersebut sesuai dengan kepentingan umum,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sejalan
dengan kebijakan fiskal nasional, dan tidak menghambat investasi dan kemudahan
berusaha.

"Apa bila hasil pengawasan mengindikasikan adanya pelanggaran dan/atau


ketidaksesuaian, Menteri akan merekomendasikan perubahan dalam peraturan
daerah (perda) yang mengatur pajak dan retribusi, serta peraturan pelaksanaannya,
kepada Menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri,"
demikian dijelaskan dalam Ayat 3 Pasal 130 PP Nomor 35 Tahun 2023.

Selanjutnya, jika terjadi pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian yang menghasilkan


pemungutan pajak atau retribusi di luar ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (UU HKPD), kepala daerah wajib menghentikan
pemungutan tersebut sesuai dengan rekomendasi dari Mendagri.

"Hasil pemungutan yang telah dilakukan oleh kepala daerah harus disetor
sepenuhnya ke kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan," diuraikan dalam Ayat 5 Pasal 130.

Untuk itu, kepala daerah harus segera melakukan perubahan dalam perda yang
mengatur pajak dan retribusi, serta peraturan pelaksanaannya, berdasarkan surat
pemberitahuan yang diterima, dan harus selesai dalam waktu paling lama 15 hari
kerja.

Jika kepala daerah tidak mengikuti perubahan yang diminta, Mendagri akan
memberikan rekomendasi untuk memberikan sanksi administratif, yang melibatkan
penundaan atau pemotongan dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil pajak
penghasilan, serta penundaan hak keuangan selama enam bulan kepada daerah
yang tidak mematuhi ketentuan tersebut.

Pajak Jabar III Serahkan Tersangka TPPU Ke Kejari Bogor

Sebelum Revisi
"Kami dari Kanwil DJP (Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak) Jawa Barat III
menyerahkan tersangka tindak pidana pencucian uang (TPPU) beserta barang bukti
kepada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor
pada Kamis, 25 Mei 2023 lalu," kata Budi Suroso, Kepala Bidang Pemeriksaan,
Penagihan, Intelijen dan Penyidikan saat dimintai keterangan, Bogor (Kamis, 15/6).
Tersangka dengan inisial MS diduga telah melakukan TPPU dengan tindak pidana
asal di bidang perpajakan, yaitu menerbitkan Faktur Pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya (Faktur Pajak TBTS).
MS telah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara melalui PT MUS dalam kurun waktu Maret 2018
hingga Juni 2018 sekurang-kurangnya sebesar Rp21,2 miliar dan melalui PT CAM
dalam kurun waktu Mei 2019 sampai dengan Agustus 2020 sekurang-kurangnya
sebesar Rp30,2 miliar.
Atas tindak pidana perpajakan tersebut tersangka telah divonis bersalah melalui
Putusan Pengadilan Negeri Depok pada tahun 2020 dan Putusan Pengadilan Negeri
Cibinong Tahun 2021.
"Penyerahan tersangka dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Cibinong, mengingat selama ini tersangka dalam status terpidana yang sedang
menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan tersebut," tambah Budi.

Tersangka diduga memperoleh penghasilan atau keuntungan yang kemudian


disamarkan perolehan penghasilannya dengan melakukan pembelian aktiva
sehingga terindikasi terjadinya TPPU.
Atas perbuatan dilakukan oleh tersangka diduga melanggar ketentuan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP, dengan ancaman
hukuman penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun serta denda paling banyak Rp10
miliar.
"Ini merupakan wujud kerjasama yang baik antara penyidik Kanwil DJP Jawa Barat
III dengan aparat penegak hukum, Polda Metro Jaya, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
dan Kejaksaan Negeri Kabupaten Bogor sehingga kita berhasil menangani tindak
pidana," tambah Budi.
Dalam penutup keterangannya, Budi berharap kegiatan ini dapat menimbulkan efek
jera kepada wajib pajak. Ia juga menambahkan bahwa penegakan hukum ini
sebagai bentuk keadilan terhadap wajib pajak yang sudah patuh.

Sesudah Revisi
"Penyerahan Tersangka Pencucian Uang Terkait Tindak Pidana
Perpajakan oleh Kanwil DJP Jawa Barat III"
Budi Suroso, Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan di
Kanwil DJP Jawa Barat III, mengungkapkan bahwa pada tanggal 25 Mei 2023,
pihaknya telah menyerahkan seorang tersangka tindak pidana pencucian uang
(TPPU) beserta barang bukti kepada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat melalui Kejaksaan
Negeri Kabupaten Bogor.

Tersangka, yang menggunakan inisial MS, diduga terlibat dalam TPPU terkait tindak
pidana di bidang perpajakan, khususnya terkait penerbitan Faktur Pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya (Faktur Pajak TBTS). MS diduga melakukan
tindak pidana perpajakan yang menyebabkan kerugian pada pendapatan negara,
yakni melalui PT MUS sekitar Rp21,2 miliar antara Maret 2018 hingga Juni 2018, dan
melalui PT CAM sekitar Rp30,2 miliar antara Mei 2019 hingga Agustus 2020.

Tersangka MS telah dihukum bersalah dalam dua putusan pengadilan, yakni


Pengadilan Negeri Depok pada tahun 2020 dan Pengadilan Negeri Cibinong pada
tahun 2021. Penyerahan tersangka dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Cibinong, mengingat tersangka saat itu merupakan terpidana yang menjalani masa
hukuman di lembaga tersebut.

MS diduga melakukan upaya untuk menyamarkan penghasilan atau keuntungannya


dengan melakukan pembelian aktiva, sehingga diperkirakan terjadi TPPU. Tindakan
ini diduga melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, bersamaan dengan
Pasal 64 ayat (1) KUHP, dengan ancaman hukuman penjara maksimal 20 tahun dan
denda hingga Rp10 miliar.

Budi menekankan bahwa kerjasama yang baik antara penyidik Kanwil DJP Jawa Barat
III, Polda Metro Jaya, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan Kejaksaan Negeri Kabupaten
Bogor memungkinkan penanganan tindak pidana ini. Dia berharap tindakan ini akan
memberikan efek jera kepada wajib pajak dan menjadi bentuk keadilan terhadap
mereka yang patuh terhadap peraturan perpajakan.

Definisi dan Jenis Kredit PPh dan PPN

Sebelum Revisi
Dalam kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa membayar Pajak Penghasilan (PPh) atau
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di awal periode pajak. Hal itulah yang disebut
dengan kredit PPh dan kredit PPN. Lantas, apa definisi dan jenis kredit PPh dan
PPN?
Apa itu kredit pajak?
Merujuk pada Pasal 28 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (UU PPh), kredit pajak merupakan jumlah pajak yang telah dibayar atau
sudah terhitung oleh Wajib Pajak di awal periode pajak.
Dalam UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Perpajakan
sebagaimana diubah dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 (UU KUP), Wajib Pajak bisa
mengkreditkan pajak yang telah dipungut dan dipotong untuk mengurangi jumlah
pajak terutang pada akhir tahun.
Dengan demikian, bisa didefinisikan kredit pajak adalah akumulasi dari pajak yang
dipotong/dipungut oleh pihak lain dan sudah dikurangi dengan semua pajak
terutang. Termasuk juga ketika ada pajak atas penghasilan yang masih terutang di
luar negeri.
Apa saja jenis kredit PPh?
Berdasarkan UU PPh, kredit PPh terbagi menjadi enam jenis, yaitu:

– Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan impor atau kegiatan usaha
bidang lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh;
– Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh;
– Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa, hadiah
dan penghargaan, serta imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU
PPh;
– Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Ayat
(5) UU PPh;
– Pajak yang dibayar atau pajak terutang atas penghasilan dari luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU PPh; dan
– Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 UU PPh.
Apa Itu kredit PPN?
Kredit PPN merupakan pajak masukan yang bisa dikreditkan setelah dikurangi
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan
pajak yang telah dikurangkan dari pajak terutang.
Apa saja syarat agar pajak masukan bisa dikreditkan?
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dan berlaku di seluruh bidang usaha
agar pajak masukan pada satu masa pajak bisa dikreditkan, yakni:
– Tercantum dalam faktur pajak lengkap atau dokumen tertentu yang dipersamakan
dengan faktur pajak;
– Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;
– Pajak masukan dikreditkan dengan pajak keluaran yang seharusnya dipungut oleh
pengusaha kena pajak (PKP) terhitung sejak pengusaha seharusnya dikukuhkan
sebagai PKP hingga sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
– PKP bisa mengkreditkan pajak masukan yang tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN atau saat ditemukan pemeriksaan; dan
– Pajak masukan yang ditagih menggunakan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Sesudah Revisi
"Penjelasan Mengenai Kredit Pajak (PPh) dan Kredit Pajak Pertambahan Nilai (PPN):
Definisi dan Jenisnya"

Dalam beberapa situasi, Wajib Pajak memiliki opsi untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh) atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada awal periode pajak. Ini
disebut sebagai kredit PPh dan kredit PPN. Tetapi, apa sebenarnya arti dan jenis
kredit PPh dan PPN?

Apa yang dimaksud dengan kredit pajak?

Menurut Pasal 28 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan


(UU PPh), kredit pajak merujuk pada jumlah pajak yang telah dibayar atau dihitung
oleh Wajib Pajak pada awal periode pajak.

Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Perpajakan,
yang diubah oleh UU Nomor 28 Tahun 2007 (UU KUP), Wajib Pajak dapat
mengkreditkan pajak yang sudah dipungut dan dipotong untuk mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar pada akhir tahun. Dengan kata lain, kredit pajak adalah
akumulasi dari pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak lain yang
kemudian dikurangkan dari total pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak,
termasuk pajak yang masih terutang di luar negeri.

Apa saja jenis kredit PPh?

Berdasarkan UU PPh, kredit PPh dibagi menjadi enam jenis, yaitu:

1. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan impor atau kegiatan usaha lainnya
sesuai dengan Pasal 22 UU PPh.
2. Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan sebagaimana
diatur dalam Pasal 21 UU PPh.
3. Pemotongan pajak atas penghasilan seperti bunga, dividen, royalti, sewa, hadiah,
penghargaan, dan imbalan jasa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU PPh.
4. Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 26 Ayat (5) UU
PPh.
5. Pajak yang telah dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang dapat
dikreditkan sesuai dengan Pasal 24 UU PPh.
6. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sesuai dengan Pasal 25 UU PPh.

Apa itu kredit PPN?

Kredit PPN merujuk pada pajak masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau pajak yang sudah
dikurangkan dari pajak terutang.

Apa saja syarat untuk mengkreditkan pajak masukan?

Untuk dapat mengkreditkan pajak masukan dalam satu masa pajak, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi di seluruh bidang usaha, yaitu:

1. Harus tercantum dalam faktur pajak lengkap atau dokumen lain yang diakui sebagai
faktur pajak.
2. Harus berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
3. Pajak masukan dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang seharusnya dipungut
oleh pengusaha kena pajak (PKP) mulai dari saat PKP dikukuhkan hingga sebelum
PKP dicabut.
4. PKP dapat mengkreditkan pajak masukan yang tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN atau saat ditemukan selama pemeriksaan.
5. Pajak masukan harus ditagih melalui Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Artikel 26 Juni 2023
Ketentuan Pemberitahuan Ekspor Barang ke Bea Cukai

Sebelum Revisi
Apa Itu PEB?
PEB adalah dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan
ekspor barang yang bisa berupa tulisan di atas formulir atau media elektronik. PEB
ini diserahkan kepada Kantor Bea Cukai untuk mendapatkan izin berupa dokumen
Nota Pelayanan Ekspor (NPE) yang nantinya digunakan sebagai tanda surat jalan.
Adapun NPE adalah nota yang diterbitkan oleh pejabat pemeriksa dokumen, sistem
komputer pelayanan, atau pejabat pemeriksa barang atas PEB yang disampaikan,
untuk melindungi pemasukan barang yang akan diekspor ke kawasan
pabean dan/atau pemuatannya ke sarana pengangkut.
Merujuk pada Pasal 3 Ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-07/PJ/2021, PEB
mempunyai kedudukan yang sama dengan faktur pajak. Jika eksportir tidak
menggunakan PEB, maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 1 persen
dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Apa Manfaat PEB?
Menjadi tanda bukti untuk menjamin legalitas bahwa barang yang diekspor tersebut
legal/sah;
Memudahkan kinerja Bea dan Cukai dalam hal mendokumentasikan barang yang
akan diekspor;
Menjadi penjamin keamanan barang yang akan diekspor;
Mempermudah pencatatan data statistik ekspor; dan
Mempermudah administrasi ekspor.
Dokumen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan PEB?
 Surat invoice dalam ekspor;
 Surat packaging list;
 Surat izin ekspor digunakan untuk barang-barang yang sifatnya terbatas dalam
kegiatan ekspor;
 Surat setoran pajak dan cukai dalam rangka ekspor;
 Surat setoran pabean; dan
 Dokumen lainnya sesuai kebutuhan karakteristik barang yang akan diekspor.
Bagaimana prosedur pembuatan PEB?
 Eksportir menyampaikan permohonan pembuatan dokumen PEB ke kantor Bea
Cukai;
 Menjabarkan barang yang akan diekspor dalam bentuk dokumen;
 Pihak terkait atau petugas melakukan pemeriksaan atas barang yang akan diekspor;
 Apabila ditemukan kesalahan dalam penulisan data, akan diterbitkan Nota
Pemberitahuan Penolakan (NPP);
 Apabila ada dokumen persyaratan yang belum terpenuhi, maka akan diterbitkan
Nota Pemberitahuan Persyaratan Dokumen (NPPD);
 Apabila semua dokumen dan data sudah lengkap dan sesuai, maka dokumen PEB
akan diterbitkan melalui NPE; serta
 Semua barang ekspor akan diperiksa secara fisik, lalu diterbitkan juga
Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PBB).
Bea Cukai menegaskan, mengekspor tanpa menyerahkan PEB akan dikenakan
dipidana dengan hukuman penjara paling satu tahun dan paling lama 10 tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000 dan paling banyak Rp 5.000.000.000.

Sesudah Revisi
"Penjelasan Tentang PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang): Manfaat, Dokumen yang
Diperlukan, dan Proses Pembuatan"

Apa yang Dimaksud dengan PEB?

PEB, singkatan dari Pemberitahuan Ekspor Barang, adalah dokumen pabean yang
digunakan untuk memberitahu otoritas bea cukai tentang pelaksanaan ekspor
barang. Dokumen ini dapat berupa teks yang tertulis pada formulir kertas atau dalam
format elektronik. PEB harus diserahkan kepada Kantor Bea Cukai untuk
mendapatkan izin dalam bentuk dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE), yang akan
digunakan sebagai izin untuk pengiriman barang.

Nota Pelayanan Ekspor (NPE) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat
pemeriksa dokumen, sistem komputer pelayanan, atau pejabat pemeriksa barang
sebagai tanda persetujuan atas PEB. NPE ini berguna untuk melindungi barang yang
akan diekspor ke wilayah pabean atau selama proses pemuatan ke alat pengangkut.

Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-07/PJ/2021, PEB memiliki kedudukan


hukum yang sama dengan faktur pajak. Bagi eksportir yang tidak menggunakan PEB,
akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 1 persen dari Dasar Pengenaan Pajak
(DPP).

Apa Manfaat Penggunaan PEB?


1. Legalitas: PEB adalah bukti resmi bahwa barang yang diekspor adalah sah dan
memenuhi persyaratan hukum.
2. Pemantauan: Memudahkan kerja Bea dan Cukai dalam mendokumentasikan barang
yang diekspor dan memungkinkan pengawasan yang lebih efisien.
3. Keamanan: Membantu memastikan keamanan barang selama proses ekspor.
4. Data Statistik: Memudahkan pencatatan data statistik ekspor, yang penting untuk
keperluan pelaporan dan analisis.
5. Administrasi: Mempermudah administrasi terkait proses ekspor, seperti pemenuhan
kewajiban pajak dan pabean.

Apa Dokumen yang Diperlukan dalam Pembuatan PEB?

1. Surat invoice yang merinci barang yang akan diekspor.


2. Surat packaging list yang menjelaskan kemasan atau pengemasan barang.
3. Surat izin ekspor, khusus untuk barang-barang yang terbatas dalam kegiatan
ekspor.
4. Surat setoran pajak dan cukai yang harus dipenuhi dalam rangka ekspor.
5. Surat setoran pabean, jika diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Dokumen lainnya sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik barang yang akan
diekspor.

Bagaimana Proses Pembuatan PEB?

1. Eksportir mengajukan permohonan pembuatan PEB ke kantor Bea Cukai.


2. Mengisi rincian barang yang akan diekspor dalam bentuk dokumen.
3. Tim terkait atau petugas Bea Cukai melakukan pemeriksaan atas barang yang akan
diekspor.
4. Jika terdapat kesalahan dalam data atau dokumen, Nota Pemberitahuan Penolakan
(NPP) akan diterbitkan.
5. Jika ada persyaratan dokumen yang belum terpenuhi, akan diterbitkan Nota
Pemberitahuan Persyaratan Dokumen (NPPD).
6. Apabila semua dokumen dan data lengkap dan sesuai, dokumen PEB akan
diterbitkan melalui NPE.
7. Semua barang yang diekspor akan diperiksa secara fisik, dan Pemberitahuan
Pemeriksaan Barang (PBB) juga akan diterbitkan.

Bea Cukai menegaskan bahwa mengekspor tanpa melibatkan PEB akan


mengakibatkan sanksi hukuman pidana, yang bisa berupa penjara selama satu
hingga sepuluh tahun dan denda mulai dari Rp50.000.000 hingga Rp5.000.000.000.
Cara Menghitung PPh 21 Karyawan, Kenali Metode dan
Pemotongannya

Sebelum Revisi
Cara Menghitung PPh 21 Karyawan, Kenali Metode dan Pemotongannya
Cara menghitung PPh 21 tentunya harus diketahui oleh orang-orang yang sudah
wajib membayar pajak. Khususnya bagi kamu yang berperan sebagai pemotong
PPh 21 seperti bagian keuangan atau SDM perusahaan atau pengusaha yang
mengurus pajaknya sendiri.
PPh 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 tentang
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
PPh 21 adalah pajak yang dikenakan untuk setiap penghasilan yang diperoleh
subjek pajak. Subjek pajak di sini adalah mereka yang sudah memperoleh
penghasilan. Maka dari itu, kamu yang sudah menjadi karyawan, atau pekerja yang
memperoleh gaji, wajib membayarkan pajak penghasilan (PPh 21) ini.
Biasanya dalam sebuah perusahaan pemotongan pajak penghasilan dilakukan oleh
bagian keuangan. Dengan begitu seorang karyawan tak perlu repot menghitung
pajak penghasilan. Namun, terkadang seorang wajib pajak penasaran bagaimana
pajak penghasilan dipotong dari gaji yang didapatkannya. Berikut cara menghitung
PPh 21.
Cara Menghitung PPh 21 dengan PTKP Terbaru
Perhitungan PPh 21 selalu disesuaikan dengan tarif PTKP yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). PTKP yang tercantum pada Pasal 17 Ayat (1) huruf
a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. adalah sebagai
berikut:
1. Rp 54.000.000 per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000 per bulan untuk wajib
pajak orang pribadi.
2. Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk wajib
pajak yang kawin (tanpa tanggungan).
3. Rp 4.500.000 per tahun atau setara Rp 375.000 per bulan tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus atau
anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (orang) untuk
setiap keluarga.
Adanya penyesuaian tarif PTKP membuat cara menghitung PPh 21 juga mengalami
perubahan. Tarif PTKP yang ditetapkan oleh DJP belum mengalami perubahan
sejak tahun 2016.
Cara Menghitung PPh 21 dengan Beberapa Metode Gaji Karyawan
Walaupun cara menghitung PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya,
setiap perusahaan memiliki cara menghitung PPh 21 sendiri yang disesuaikan
dengan tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya. Ada tiga cara
menghitung PPh 21 yang paling umum:
Metode Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak (Gross)
Cara menghitung PPh 21 dengan metode gross ini diterapkan bagi pegawai atau
penerima penghasilan yang menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Hal ini berarti
gaji pegawai tersebut belum dipotong PPh 21.
Contohnya:
Kamu seorang lajang menerima gaji bulanan senilai Rp 10.000.000, maka cara
menghitung PPh 21 seperti ini:
- Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
- Tarif PPh: 15%
- PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
- Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000
Metode Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak (Gross-Up)
Cara menghitung PPh 21 dengan metode ini diterapkan bagi karyawan atau
penerima penghasilan yang diberikan tunjangan pajak atau gajinya dinaikkan
terlebih dahulu sebesar pajak yang dipotong.
Contohnya sebagai berikut:
Kamu seorang laki-laki lajang menerima gaji bulanan senilai Rp 10.000.000, maka
begini cara menghitung PPh 21:
- Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
- Tarif PPh: 15%
- Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
- Total gaji bruto: 10.825.000
- Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
- Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
Metode Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan (Net)
Cara menghitung PPh 21 dengan metode net ini diterapkan bagi karyawan atau
penerima penghasilan yang mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung
perusahaan.
Contohnya:
Kamu seorang laki-laki lajang yang menerima gaji bulanan sejumlah Rp 10.000.000
maka cara menghitung PPh 21 seperti ini:
- Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
- Total gaji bruto: Rp 10.000.000 - Tarif PPh 21: 15%
- Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan
- Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
- Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
Cara Menghitung PPh 21 untuk Karyawan Tetap
Karyawan tetap adalah karyawan yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur dan atau pegawai yang berstatus kontrak dalam jangka waktu yang
telah ditentukan, yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
Adapun dasar hukum perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan terdapat
dalam:
- Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Tarif Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) 2019.
Cara Menghitung PPh 21 Karyawan dengan Tunjangan Pajak
Cara menghitung PPh 21 karyawan atau pegawai tetap yang menerima tunjangan
pajak (gross up) dari perusahaan tempatnya bekerja adalah dengan memperlakukan
tunjangan pajak sebagai penghasilan pegawai dan ditambahkan pada penghasilan
yang diterimanya.
Cara Menghitung PPh 21 Karyawan Tidak Tetap Tidak Berkesinambungan
Pegawai tidak tetap tidak berkesinambungan adalah orang pribadi selain pegawai
tetap dan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang memperoleh
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh 21
dan/atau PPh 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan.
Sesudah Revisi
"Langkah-Langkah dan Metode Menghitung PPh 21 Bagi Karyawan”

Penting bagi mereka yang memiliki kewajiban pajak untuk memahami cara
menghitung PPh 21. Hal ini berlaku terutama bagi mereka yang bertanggung jawab
sebagai pemotong PPh 21, seperti bagian keuangan atau SDM perusahaan, atau
pengusaha yang menangani urusan pajak mereka sendiri.

PPh 21, sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015
tentang Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan
seperti gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang terkait dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh individu subjek pajak
di dalam negeri.

Oleh karena itu, setiap individu yang menerima penghasilan, terutama karyawan
yang menerima gaji, harus membayar pajak penghasilan (PPh 21).

Biasanya, dalam perusahaan, pemotongan PPh 21 dilakukan oleh bagian keuangan.


Namun, terkadang individu subjek pajak ingin memahami cara pajak penghasilan
mereka dihitung dari gaji yang mereka terima. Berikut ini adalah panduan tentang
cara menghitung PPh 21.

Cara Menghitung PPh 21 dengan Tarif PTKP Terbaru

Perhitungan PPh 21 selalu disesuaikan dengan tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). PTKP yang ditentukan
dalam Pasal 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Rp 54.000.000 per tahun atau setara dengan Rp 4.500.000 per bulan untuk individu
subjek pajak.
2. Rp 4.500.000 per tahun atau setara dengan Rp 375.000 per bulan tambahan untuk
individu subjek pajak yang sudah menikah (tanpa tanggungan).
3. Rp 4.500.000 per tahun atau setara dengan Rp 375.000 per bulan tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus
atau anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.

Penyesuaian tarif PTKP ini memengaruhi cara menghitung PPh 21. Tarif PTKP ini
belum mengalami perubahan sejak tahun 2016.

Cara Menghitung PPh 21 dengan Metode-Metode Berbeda


Meskipun cara menghitung PPh 21 telah diatur oleh DJP, setiap perusahaan dapat
memiliki cara menghitung PPh 21 yang berbeda, disesuaikan dengan tunjangan
pajak atau gaji bersih yang diterima oleh karyawan. Ada tiga metode umum untuk
menghitung PPh 21:

1. Metode Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak (Gross)

Metode ini diterapkan bagi pegawai atau individu subjek pajak yang mengurus PPh
21 mereka sendiri. Gaji pegawai tersebut belum dipotong PPh 21.

2. Metode Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak (Gross-Up)

Metode ini diterapkan bagi karyawan yang menerima tunjangan pajak atau gaji
mereka dinaikkan terlebih dahulu sebesar pajak yang akan dipotong.

3. Metode Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan (Net)

Metode ini diterapkan bagi karyawan yang mendapatkan gaji bersih dengan pajak
yang ditanggung oleh perusahaan.

Cara Menghitung PPh 21 untuk Karyawan Tetap

Karyawan tetap adalah mereka yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur atau berstatus kontrak dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

Dasar hukum perhitungan dan pemotongan PPh penghasilan dapat ditemukan


dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak
No. PER-16/PJ/2016 tentang Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2019.

Cara Menghitung PPh 21 untuk Karyawan dengan Tunjangan Pajak

Untuk menghitung PPh 21 bagi karyawan tetap yang menerima tunjangan pajak dari
perusahaan, tunjangan tersebut dianggap sebagai penghasilan karyawan dan harus
ditambahkan ke dalam penghasilan yang diterimanya.

Cara Menghitung PPh 21 untuk Karyawan Tidak Tetap Tidak


Berkesinambungan

Karyawan tidak tetap tidak berkesinambungan adalah individu selain karyawan tetap
dan karyawan lepas yang menerima penghasilan atas perintah atau permintaan
pemberi penghasilan. Mereka akan menerima PPh 21 atau PPh 26 sebagai imbalan
jasa.
Dalam semua kasus, penting untuk memahami aturan perpajakan yang berlaku dan
mengikuti pedoman yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Biar Enggak Kena Denda, Bayar PKB Tepat Waktu dan Raih
Kesempatan Memenangkan Undian Doorprize

Sebelum Revisi
Pajak kendaraan bermotor (PKB) merupakan kewajiban yang harus dilunasi
setiap pemilik kendaraan bermotor, baik motor maupun mobil. Adapun
keterangan terkait batas waktu pembayaran pajak kendaraan bisa dilihat pada
lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Apabila telat membayar, Anda tidak hanya harus melunasi pajak, tetapi juga wajib
membayar dendanya. Adapun setiap wilayah memiliki aturan dan jumlah denda
yang berbeda.
Untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, misalnya, denda
keterlambatan pembayaran pajak yang dikenakan sebesar 2 persen dari nilai
pajak per bulan.
Jika pemilik kendaraan terlambat membayar pajak lebih dari satu tahun, ia harus
mendatangi Kantor Samsat Induk untuk melunasi pajak dan dendanya. Sebab,
pembayaran tidak bisa dilakukan pada gerai Samsat atau secara daring.
Mendapat undian doorprize
Untuk memotivasi agar masyarakat tidak telat membayar PKB, Tim Pembina
Samsat Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menginisiasi program undian
doorprize berhadiah motor listrik.
Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan (Pusdatin) Badan Pendapatan
Daerah (Bapenda) DKI Jakarta Morris Denny Siregar menjelaskan, program itu
juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran warga Jakarta untuk berpartisipasi
aktif dalam pembangunan kota dan merasakan manfaatnya secara langsung.
“Sebab, infrastruktur yang lebih baik akan meningkatkan kualitas hidup warga dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima
Kompas.com, Kamis (22/6/2023).
Morris mengatakan, kehadiran program undian tersebut merupakan kesempatan
baik bagi warga Jakarta.
“Pasalnya, setiap wajib pajak yang melunasi kewajiban pajak mereka selama
periode tersebut akan secara otomatis masuk ke dalam daftar undian. Dengan
demikian, mereka berkesempatan memenangkan motor listrik sebagai doorprize,”
kata Morris.
Sebagai informasi, program undian itu ditujukan bagi pemilik kendaraan bermotor
di wilayah DKI Jakarta yang melakukan pembayaran PKB sampai 30 Juni 2023.
Untuk melunasi PKB, Anda dapat mengunjungi kantor Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (Samsat) terdekat atau gerai Samsat yang tersebar di
seluruh wilayah DKI Jakarta.
Bila ingin melakukan pembayaran PKB secara online, Anda bisa menggunakan
aplikasi SIGNAL. Aplikasi ini dapat mempermudah proses pembayaran karena
Anda tidak perlu datang ke kantor Samsat secara langsung.
Informasi lebih lanjut tentang syarat dan ketentuan undian doorprize bagi warga
Jakarta yang membayar PKB sebelum 30 Juni 2023 dapat dilihat di laman
https://bapenda.jakarta.go.id.
Selain itu, warga Jakarta juga dapat mengikuti akun Instagram
@humaspajakjakarta untuk mendapatkan beragam informasi terkait program
menarik lainnya dari Bapenda DKI Jakarta.

Sesudah Revisi
"Inisiatif Undian Doorprize Motor Listrik untuk Mendorong Pembayaran Tepat Waktu
Pajak Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta"

Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan kewajiban bagi semua


pemilik kendaraan, termasuk motor dan mobil. Informasi mengenai tenggat waktu
pembayaran pajak kendaraan tertera pada lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK).

Apabila Anda terlambat dalam melunasi PKB, Anda tidak hanya diwajibkan
membayar pajak yang seharusnya, tetapi juga dikenai denda. Besaran dan peraturan
denda ini berbeda-beda di setiap wilayah.

Sebagai contoh, di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, denda keterlambatan


pembayaran pajak dikenakan sebesar 2 persen dari jumlah pajak per bulan. Jika
pemilik kendaraan mengalami keterlambatan pembayaran selama lebih dari satu
tahun, mereka harus pergi ke Kantor Samsat Induk untuk melunasi pajak beserta
dendanya. Proses pembayaran ini tidak dapat dilakukan di gerai Samsat atau secara
daring.

Untuk mendorong masyarakat agar tidak terlambat dalam membayar PKB, Tim
Pembina Samsat DKI Jakarta memulai program undian doorprize dengan hadiah
motor listrik. Program ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran warga Jakarta
untuk berpartisipasi dalam pembangunan kota dan merasakan manfaatnya secara
langsung.

Morris Denny Siregar, Kepala Unit Pusat Data dan Informasi Pendapatan (Pusdatin)
Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta, menjelaskan bahwa program
undian ini memberikan kesempatan bagi warga Jakarta. Setiap wajib pajak yang
melunasi kewajibannya selama periode tersebut secara otomatis akan masuk ke
dalam daftar undian, sehingga memiliki kesempatan untuk memenangkan motor
listrik sebagai doorprize.

Program undian ini ditujukan bagi pemilik kendaraan bermotor di wilayah DKI
Jakarta yang membayar PKB hingga 30 Juni 2023. Anda dapat melunasi PKB dengan
mengunjungi kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) terdekat
atau gerai Samsat yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Untuk pembayaran
secara online, Anda dapat menggunakan aplikasi SIGNAL, yang memudahkan proses
pembayaran tanpa harus datang langsung ke kantor Samsat.

Informasi lebih lanjut mengenai syarat dan ketentuan undian doorprize bagi warga
Jakarta yang membayar PKB sebelum 30 Juni 2023 dapat ditemukan di laman resmi
https://bapenda.jakarta.go.id. Selain itu, warga Jakarta juga dapat mengikuti akun
Instagram @humaspajakjakarta untuk mendapatkan berbagai informasi terkait
program menarik lainnya dari Bapenda DKI Jakarta.
Artikel 27 Juni 2023
Menkeu: Ekonomi Indonesia Termasuk yang Terkuat di Dunia

Sebelum Revisi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa perekonomian
Indonesia termasuk yang terkuat dan persisten di dunia. Sri Mulyani
mengungkapkan, hal tersebut dibuktikan melalui pertumbuhan ekonomi yang dapat
dipertahankan di atas 5 persen dalam 6 kuartal berturut-turut.
“Kita lihat Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan
persisten tinggi. Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5
persen dalam 6 kuartal terakhir,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita
Edisi Juni 2023, pada Senin (26/06).
Sri Mulyani mengemukakan, tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia beragam,
tetapi banyak negara yang mengalami kemerosotan cukup tajam pada tahun 2023
akibat gejolak yang terjadi di level global. Salah satu sebab di antaranya
perekonomian global masih mendapatkan tekanan akibat eskalasi geopolitik, baik
yang terjadi di Ukraina maupun yang terjadi antara negara-negara besar di dunia.
Selain itu, debt distress atau kesulitan utang di banyak negara, terutama
di developing dan emerging country maupun di negara-negara maju, juga
menghalangi pemulihan ekonomi.
“Kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam
tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia. Di beberapa negara,
sektor keuangan mengalami kerapuhan. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang
meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerosi dari pertumbuhan ekonomi
negara tersebut,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah
perlambatan ekonomi global. Kinerja perekonomian domestik terjaga baik, seiring
inflasi yang terus menurun dan daya beli masyarakat terjaga kuat. Inflasi Indonesia
pada Mei 2023 sebesar 4,0 persen (yoy), lebih baik dibandingkan negara-negara
maju, seperti Italia, Australia, Jerman, dan Singapura.
“Inflasi masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan yang ingin kita lihat yaitu
penurunan, terutama disumbangkan oleh volatile food yang mengalami penurunan
cukup tajam yaitu 3,3 persen dan mulai menurunnya core inflation ke 2,7 persen. Di
sisi lain, administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan,”
ucap Menkeu.
Sri Mulyani juga memastikan bahwa pemerintah tetap konsisten menjaga inflasi
tahun 2023 di kisaran 3 persen ± 1 persen untuk mengakselerasi pemulihan
ekonomi nasional di tengah potensi risiko inflasi ke depan, dengan memperkuat
kolaborasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
mendorong momentum kebangkitan ekonomi.
Ia mengungkapkan, perekonomian Indonesia yang tetap resilien di tengah dinamika
global juga dapat dilihat dari ekspor dan impor yang kembali menguat dan neraca
perdagangan yang menunjukkan surplus. Pada Mei 2023, ekspor tercatat 21,72
miliar dollar AS atau tumbuh 0,96 persen (yoy). Sementara, impor tercatat 21,28
miliar dollar AS atau naik 14,35 persen (yoy). Di sisi lain, neraca perdagangan Mei
2023 tercatat sebesar 0,44 miliar dollar AS.
“Memang ini adalah surplus yang cukup tipis, namun secara akumulasi Januari
hingga Mei, surplus dari neraca perdagangan mencapai 16,5 miliar dollar AS. Ini
adalah suatu hal yang cukup positif, namun kita waspadai dengan tren melemahnya
ekspor,” ujarnya.
Ia menyimpulkan, kinerja APBN masih berada di level positif dengan konsolidasi
yang sangat kuat, kredibel, dan solid. Namun demikian, Indonesia mesti
mewaspadai risiko global yang masih cukup tinggi, terutama dampak naiknya tensi
geopolitik, volatilitas sektor keuangan, serta masih terkontraksinya manufaktur
global.
“Kinerja APBN yang baik menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah
tekanan global. APBN tetap akan menjadi instrumen utama dalam mendukung
pemulihan dan transformasi ekonomi Indonesia,” pungkasnya.

Sesudah Revisi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa perekonomian
Indonesia termasuk yang terkuat dan persisten di dunia. Sri Mulyani
mengungkapkan, hal tersebut dibuktikan melalui pertumbuhan ekonomi yang dapat
dipertahankan di atas 5 persen dalam 6 kuartal berturut-turut.
“Kita lihat Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan
persisten tinggi. Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5
persen dalam 6 kuartal terakhir,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita
Edisi Juni 2023, pada Senin (26/06).
Sri Mulyani mengemukakan, tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia beragam,
tetapi banyak negara yang mengalami kemerosotan cukup tajam pada tahun 2023
akibat gejolak yang terjadi di level global. Salah satu sebab di antaranya
perekonomian global masih mendapatkan tekanan akibat eskalasi geopolitik, baik
yang terjadi di Ukraina maupun yang terjadi antara negara-negara besar di dunia.
Selain itu, debt distress atau kesulitan utang di banyak negara, terutama
di developing dan emerging country maupun di negara-negara maju, juga
menghalangi pemulihan ekonomi.
“Kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan di dalam
tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia. Di beberapa negara,
sektor keuangan mengalami kerapuhan. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang
meningkat menjadi salah satu faktor yang mengerosi dari pertumbuhan ekonomi
negara tersebut,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, perekonomian Indonesia tumbuh kuat di tengah
perlambatan ekonomi global. Kinerja perekonomian domestik terjaga baik, seiring
inflasi yang terus menurun dan daya beli masyarakat terjaga kuat. Inflasi Indonesia
pada Mei 2023 sebesar 4,0 persen (yoy), lebih baik dibandingkan negara-negara
maju, seperti Italia, Australia, Jerman, dan Singapura.
“Inflasi masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan yang ingin kita lihat yaitu
penurunan, terutama disumbangkan oleh volatile food yang mengalami penurunan
cukup tajam yaitu 3,3 persen dan mulai menurunnya core inflation ke 2,7 persen. Di
sisi lain, administered price kita harapkan akan terus menunjukkan tren penurunan,”
ucap Menkeu.
Sri Mulyani juga memastikan bahwa pemerintah tetap konsisten menjaga inflasi
tahun 2023 di kisaran 3 persen ± 1 persen untuk mengakselerasi pemulihan
ekonomi nasional di tengah potensi risiko inflasi ke depan, dengan memperkuat
kolaborasi dan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
mendorong momentum kebangkitan ekonomi.
Ia mengungkapkan, perekonomian Indonesia yang tetap resilien di tengah dinamika
global juga dapat dilihat dari ekspor dan impor yang kembali menguat dan neraca
perdagangan yang menunjukkan surplus. Pada Mei 2023, ekspor tercatat 21,72
miliar dollar AS atau tumbuh 0,96 persen (yoy). Sementara, impor tercatat 21,28
miliar dollar AS atau naik 14,35 persen (yoy). Di sisi lain, neraca perdagangan Mei
2023 tercatat sebesar 0,44 miliar dollar AS.
“Memang ini adalah surplus yang cukup tipis, namun secara akumulasi Januari
hingga Mei, surplus dari neraca perdagangan mencapai 16,5 miliar dollar AS. Ini
adalah suatu hal yang cukup positif, namun kita waspadai dengan tren melemahnya
ekspor,” ujarnya.
Ia menyimpulkan, kinerja APBN masih berada di level positif dengan konsolidasi
yang sangat kuat, kredibel, dan solid. Namun demikian, Indonesia mesti
mewaspadai risiko global yang masih cukup tinggi, terutama dampak naiknya tensi
geopolitik, volatilitas sektor keuangan, serta masih terkontraksinya manufaktur
global.
“Kinerja APBN yang baik menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah
tekanan global. APBN tetap akan menjadi instrumen utama dalam mendukung
pemulihan dan transformasi ekonomi Indonesia,” pungkasnya.

Sesudah Revisi
"Menkeu Sri Mulyani: Perekonomian Indonesia Tetap Terkuat di
Dunia dengan Pertumbuhan Konsisten di Atas 5 Persen"
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim bahwa perekonomian Indonesia
adalah salah satu yang terkuat dan paling persisten di dunia. Sri Mulyani
mengungkapkan bahwa ini dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang telah
berlangsung selama 6 kuartal berturut-turut dengan angka di atas 5 persen.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia sangat
bervariasi, tetapi banyak negara yang mengalami penurunan yang signifikan pada
tahun 2023 karena gejolak yang terjadi di tingkat global. Salah satu penyebabnya
adalah tekanan yang masih berlanjut pada perekonomian global akibat eskalasi
konflik geopolitik, termasuk yang terjadi di Ukraina dan antara negara-negara besar.

Selain itu, masalah kesulitan utang atau "debt distress" juga mempengaruhi banyak
negara, terutama di negara berkembang dan negara-negara muncul, serta di negara
maju, dan ini menghambat pemulihan ekonomi.

Sri Mulyani menekankan bahwa perekonomian Indonesia terus tumbuh kuat


meskipun terjadi perlambatan ekonomi global. Ekonomi domestik terus
menunjukkan kinerja baik dengan penurunan inflasi yang signifikan dan daya beli
masyarakat yang kuat. Pada Mei 2023, inflasi di Indonesia hanya mencapai 4,0 persen
(tahunan), angka ini lebih baik daripada negara-negara maju seperti Italia, Australia,
Jerman, dan Singapura.

Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah akan tetap konsisten menjaga inflasi pada
kisaran 3 persen ± 1 persen untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional,
walaupun ada potensi risiko inflasi di masa depan. Pemerintah akan bekerja sama
dan berkoordinasi untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong
pemulihan ekonomi.

Sri Mulyani juga menyoroti ekspor dan impor yang meningkat serta neraca
perdagangan yang menunjukkan surplus. Pada Mei 2023, ekspor tumbuh sebesar
0,96 persen (tahunan) menjadi 21,72 miliar dolar AS, sementara impor naik sebesar
14,35 persen (tahunan) menjadi 21,28 miliar dolar AS. Neraca perdagangan Mei 2023
mencatat surplus sebesar 0,44 miliar dolar AS, dan secara akumulatif, surplus neraca
perdagangan hingga Mei mencapai 16,5 miliar dolar AS.

Sri Mulyani menyimpulkan bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) masih positif dengan konsolidasi yang kuat, kredibel, dan solid. Namun,
Indonesia tetap harus berhati-hati menghadapi risiko global yang tinggi, terutama
akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, volatilitas di sektor keuangan, dan
berkurangnya produksi manufaktur global. APBN akan tetap menjadi alat utama
dalam mendukung pemulihan dan transformasi ekonomi Indonesia.

DJP Bentuk Komite Kepatuhan, Awasi Wajib Pajak Grup dan


HWI

Sebelum Revisi
Dirjen Pajak Suryo Utomo optimistis Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mampu
mencapai target penerimaan pajak sebesar Rp 1.718 triliun. Untuk mencapai target
penerimaan pajak itu, DJP bentuk Komite Kepatuhan untuk melakukan pengawasan
terhadap Wajib Pajak grup dan Wajib Pajak dengan kekayaan tinggi atau high
wealth individual (HWI).
Sebagai informasi, sesuai Surat Edaran Nomor 26/PJ/2013 Wajib Pajak grup atau
perusahaan Grup adalah kumpulan dua atau lebih Wajib Pajak dalam suatu
kelompok usaha yang terdiri dari pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
sesuai ketentuan Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) dan
atau Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pihak-
pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa akan tetapi diketahui sebagai sebuah
kelompok usaha.
“Kami membentuk task force, Komite Kepatuhan, untuk pengawasan Wajib Pajak
grup dan HWI yang biasanya bagian dari grup. Ini yang kami coba dudukkan dalam
program kerja komite kepatuhan 2023,” ungkap Suryo dalam Konferensi Pers
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kinerja dan KiTa (KiTA).
Ia menjelaskan, Komite Kepatuhan akan menyusun daftar yang berisikan Wajib
Pajak prioritas untuk dilakukan pengawasan, pemeriksaan, serta penegakan hukum.
Secara simultan, Komite Kepatuhan dapat menjadi alat pelayanan dan penyuluhan
terhadap Wajib Pajak.
“Ke depan, kami akan gunakan Komite Kepatuhan sebagai alat melakukan
pengawasan, pemeriksaan dan penegakan hukum, sekaligus pelayanan dan
penyuluhan kepada Wajib Pajak,” tutur Suryo.
Adapun pelayanan yang dimaksud, meliputi sosialisasi regulasi dan memberikan
kemudahan kepada Wajib Pajak dalam hal pembayaran pajak maupun pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan/masa.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-05/PJ/2022 Tahun 2022 tentang Pengawasan
Kepatuhan Pajak, tugas Komite Kepatuhan adalah menyusun Daftar Prioritas
Pengawasan (DPP). Penentuan Wajib Pajak yang masuk dalam DPP mengacu
pada ketetapan status Wajib Pajak strategis dan Wajib Pajak lainnya dalam
sistem Compliance Risk Management (CRM). Adapun CRM berfungsi sebagai
pemetaan terhadap Wajib Pajak yang memiliki risiko ketidakpatuhan tinggi
berdasarkan kegiatan pengawasan, pemeriksaan, dan Laporan Hasil Analisis (LHA)
kepatuhan material dari Kantor Pusat DJP dan Kantor Wilayah (Kanwil) DJP.
Secara teknis, Komite kepatuhan terdiri dari kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
sebagai ketua komite dan beranggotakan minimal kepala seksi pemeriksaan,
penilaian, dan penagihan; kepala seksi pengawasan I sampai dengan VI; kepala
seksi penjaminan kualitas data; kepala subbagian umum dan kepatuhan internal;
dan supervisor fungsional pemeriksa. Sebagai catatan, anggota Komite Kepatuhan
akan disesuaikan dengan penugasan kepala KPP.
Selain pengawasan kepada Wajib Pajak grup dan Wajib Pajak, DJP juga akan fokus
pada Wajib Pajak sektor digital. Strategi pengawasan ini pun diharapkan dapat
meningkatkan rasio pajak hingga tahun depan. Pemerintah dan Dewan Pewakilan
Rakyat (DPR) menargetkan target rasio perpajakan sebesar 9,91 persen hingga
10,18 persen pada tahun 2024.
“Pengawasan terhadap Wajib Pajak grup, HWI, dan ekonomi digital merupakan
fokus pengawasan kami di tahun ini dan di tahun depan,” tambah Suryo.

Sesudah Revisi
"DJP Optimistis Capai Target Penerimaan Pajak dengan Bentuk
Komite Kepatuhan untuk Pengawasan Wajib Pajak Grup dan
HWI"
Dirjen Pajak, Suryo Utomo, menyatakan optimisme terkait mencapai target
penerimaan pajak sebesar Rp 1.718 triliun. Untuk mencapai tujuan ini, DJP telah
membentuk Komite Kepatuhan yang akan mengawasi Wajib Pajak grup dan individu
berkekayaan tinggi (HWI).

Grup Wajib Pajak adalah sekelompok dua atau lebih Wajib Pajak yang memiliki
hubungan khusus dalam sebuah bisnis atau yang diakui sebagai kelompok usaha.
Suryo menjelaskan bahwa Komite Kepatuhan akan menyusun daftar Wajib Pajak
yang menjadi prioritas dalam pengawasan, pemeriksaan, dan penegakan hukum.
Selain itu, Komite ini juga akan memberikan layanan dan penyuluhan kepada Wajib
Pajak.

Layanan ini mencakup sosialisasi peraturan dan memberikan kemudahan kepada


Wajib Pajak dalam pembayaran pajak serta pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)
tahunan/masa. Suryo mengungkapkan bahwa DJP akan menggunakan Komite
Kepatuhan sebagai alat untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan penegakan
hukum, sekaligus memberikan pelayanan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak.

Selain itu, DJP juga akan fokus pada pengawasan terhadap Wajib Pajak di sektor
digital sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan rasio pajak. Pemerintah dan
DPR menargetkan rasio pajak sebesar 9,91 persen hingga 10,18 persen pada tahun
2024.

"DJP akan berfokus pada pengawasan terhadap Wajib Pajak grup, HWI, dan sektor
ekonomi digital dalam tahun ini dan tahun depan," tambah Suryo.
Penerimaan Pajak Melambat, Capai Rp 830,29 T Hingga Mei 2023

Sebelum Revisi
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, penerimaan pajak sampai akhir Mei
tahun 2023 terkumpul sebesar Rp 830,29 triliun atau 48,33 persen dari target
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 yang senilai Rp
1.718 triliun. Capaian ini tumbuh 17,7 persen atau lebih rendah dibandingkan
periode sama pada tahun lalu yang tumbuh 53,5 persen. Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati mengungkapkan, terjadi perlambatan kinerja penerimaan pajak
karena dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas dan perlambatan impor, tidak
adanya Program Pengungkapan Sukarela (PPS), serta fluktuasi konsumsi dan
belanja pemerintah.
” Jika kita melihat pertumbuhan sebesar 53,5 persen pada periode Januari-Mei
tahun lalu. Tahun ini masih mengalami pertumbuhan sebesar 17,7 persen. Jadi, kita
masih mengalami pertumbuhan dua digit mendekati 20 persen di atas pertumbuhan
tinggi tahun lalu. Ini patut kita syukuri dan dijaga. Karena ini akan topang kegiatan
perekonomian dalam bentuk belanja. Namun, ini menunjukkan penerimaan pajak
pertumbuhannya makin melandai atau menurun, tidak sekuat seperti awal tahun
(2023) dan sepanjang 2022. Karena memang tahun lalu pertumbuhannya sudah
sangat tinggi,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Kinerja dan KiTa (KiTA), yang digelar secara daring, (26/6).
Ia memerinci, realisasi penerimaan pajak tersebut berasal dari Pajak Penghasilan
(PPh) non-minyak dan gas (nonmigas) yang tumbuh 16,40 persen atau mencapai
Rp 486,94 triliun (55,74 persen dari target), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Rp 300,64 triliun (40,47 persen dari
target), Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan pajak lainnya Rp 5,78 triliun (14,45 persen
dari target), serta PPh migas Rp 36,94 triliun (60,12 persen dari target).
“Kita lihat di sini sektor yang menyumbangkan pajak terbesar adalah industri
pengolahan yang tumbuh 9,4 persen, industri perdagangan tumbuh 9,3 persen, dan
industri pertambangan tumbuh 62,9 persen. Tren harga komoditas yang akan
mengalami normalisasi, tentu pertumbuhannya juga akan mengalami normalisasi.
Enggak mungkin ratusan persen atau double digit yang sangat tinggi (sektor
pertambangan pada tahun 2022 sempat melonjak 259,7 persen),” ungkap Sri
Mulyani.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pajak Suryo Utomo optimistis Direktroat
Jenderal Pajak (DJP) optimistis dapat meraih target penerimaan pajak. Ia
menyebutkan, jenis pajak yang jadi penopang penerimaan pajak tahun 2023, yaitu
PPh Pasal 21, PPh badan, PPN dalam negeri, dan PPN impor.
“Harapannya, ke depan kami terus akan mengikuti (perkembangan) dan ini (empat
jenis pajak) merupakan tumpuan penerimaan pajak sampai akhir tahun 2023,”
ungkap Suryo.

Sesudah Revisi
"Penerimaan Pajak Indonesia di Pertengahan 2023: Tumbuh
17,7 Persen Meskipun Perlambatan Dalam Pertumbuhan"
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mencatat bahwa hingga akhir Mei 2023,
penerimaan pajak mencapai Rp 830,29 triliun, yang setara dengan 48,33 persen dari
target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 sebesar Rp
1.718 triliun. Ini mencerminkan pertumbuhan 17,7 persen, yang lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 53,5
persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa perlambatan
dalam penerimaan pajak ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas,
perlambatan impor, ketiadaan Program Pengungkapan Sukarela (PPS), serta fluktuasi
dalam konsumsi dan belanja pemerintah.

Sri Mulyani menekankan bahwa meskipun pertumbuhannya lebih rendah daripada


tahun sebelumnya, pertumbuhan sebesar 17,7 persen masih merupakan angka yang
tinggi dan perlu dijaga. Sektor yang berkontribusi paling besar terhadap penerimaan
pajak meliputi industri pengolahan dengan pertumbuhan 9,4 persen, industri
perdagangan tumbuh 9,3 persen, dan industri pertambangan yang tumbuh pesat
sebesar 62,9 persen. Dia juga menyoroti tren normalisasi dalam harga komoditas
yang kemungkinan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Dirjen Pajak Suryo Utomo menyatakan optimisme bahwa penerimaan
pajak dapat mencapai target. Fokus penerimaan pajak tahun 2023 akan terutama
pada PPh Pasal 21, PPh badan, PPN dalam negeri, dan PPN impor.

Anda mungkin juga menyukai