Distri
Fasciola hepatica merupakan cacing hati yang diduga masuk ke Indonesia bersama-sama dengan
sapi-sapi yang didatangkan dari luar negeri. Selain itu juga dapat menyerang hewan lain seperti babi,
anjing, rusa, kelinci, marmot, kuda, bahkan infeksinya pernah ditemukan pada manusia di Cuba,
Prancis Selatan, Inggris dan Aljazair. Infeksi pada manusia kurang dari 1%. Telur Fasciola juga berhasil
ditemukan pada sampel tinja badak Jawa dari Suaka Marga Satwa Ujung Kulon (Pangihutan, 2007).
MARFO
Cacing Fasciola sp. berwarna coklat keabu-abuan, berbentuk daun, pipih, menyebar ke depan dan
mengerucut di ujung. Ukuran tubuh cacing dewasa panjang 30 mm dan lebar 13 mm. Ada pengisap
eksternal ± 1 mm dan pengisap perut ± 1,6 mm. Secara morfologi, Fasciola sp. termasuk faring yang
terletak di bawah mulut. Cacing ini tidak memiliki anus, dan alat ekskresinya adalah pirogen. karena
ada pharinx, tapi pharinx tidak memiliki otot. Tegumen atau kutikula berfungsi untuk melindungi dari
pengaruh enzim pencernaan. Tegumen padat dari endosperma membantu menyerap glukosa dan
asam amino. Terdapat arteri yang terletak di bawah penis dan kerongkongan, rahim, pembuluh
mani, ovarium, dan saluran tuba pada hewan tersebut.
PATOGEN
Telur yang tidak berembrio yang terdapat dalam tinja akan membentuk embrio dalam air.
Mirasidium hasil perkembangan selanjutnya, akan menembus permukaan tubuh siput. Selanjutnya
menjadi sporokista dan redia, kemudian keluar ke air dalam bentuk serkaria yang berenang bebas
dan membentuk kista dalam bentuk metaserkaria dalam tumbuhan air. Manusia terinfeksi Fasciola
hepatica karena memakan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria parasit ini yang
selanjutnya serkaria akan melepas kistanya dalam duodenum, dilanjutkan menembus dinding usus
dan rongga perut, kemudian parasit ini akan menempati jaringan parenkim di hati.
PENCE
3. Mengeringkan habitat keong air 4. Jangan makan sayur segar dalam kondisi mentah dan
tidak dicuci bersih.