Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH

ACARA III
PRESENTASE KEHILANGAN AIR DAN TEKSTUR
TANAH KUANTITATIF

Dosen Pengampu:
Dr. Kuswaji Dwi Priyono
Danardono, S.Si., M.Sc.

Asisten:

Al Fauzi Novianto Khusnul Khofifah


Alam Maulana Baru Luthfian Akmaldhani Sumartono
Annisa Jauza Satriani Moh. Ali Ma'sum
Dicky Heru Saputra Najma Zinda Annibras
Indiyanti Feronika Rizky Putri Pramesty

Disusun oleh:
Naurah Alya Fathin
E100200006
(Rabu 3-4)

LABORATORIUM SUMBER DAYA LAHAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
ACARA III
PRESENTASE KEHILANGAN AIR DAN
TEKSTUR TANAH KUANTITATIF

I. TUJUAN
1. Mengetahui besarnya presentase kehilangan air pada tanah.
2. Mengetahui presentase pasir, debu, dan lempung pada tanah.
3. Mengetahui tekstur tanah.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Sampel Tanah
2. Timbangan Digital
3. Alu & Mortar
4. Cawan
5. Ayakan / Saringan (Kerikil, Pasir, Lempung, Debu)
6. Ayakan Elektronik
7. Oven

III. DASAR TEORI


a. Pengertian Tanah
Ramman (1917) mendefinisikan tanah sebagai batuan yang sudah dirombak
menjadi partikel kecil yang sudah diubah secara kimiawi bersama sisa tumbuhan
dan binatang yang hidup di dalam dan di atasnya. Joffee (1917) memberikan
batasan tentang tanah, yaitu merupakan kombinasi sifat fisik, kimia, dan biologi.
Tanah merupakan bangunan alam yang tersusun atas horison yang terdiri dari bahan
mineral dan organik, tidak padu, dan mempunyai ketebalan yang beragam. Tanah
memiliki perbedaan sama sekali dengan bahan induk di bawahnya yang meliputi
beda morfologi, sifat, susunan fisik, bahan kimiawi, dan komponen biologinya.
Definisi yang baik untuk suatu benda alam termasuk tanah, harus terlepas dari
kemungkinan kegunaan, harus bersifat murni sebagai adanya di alam, dan harus
berlaku umum. Definisi Glinka (1927) dianggap lebih baik dari beberapa definisi
sebelumnya. Glinka menyatakan bahwa tanah merupakan tubuh alam yang bebas
memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme,
bahan induk, relief, dan waktu. Berdasarkan pada berbagai definisi dari para ahli di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanah adalah tubuh alam (natural body) yang
terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural
forces) berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan-bahan alam
(natural material) yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam
rentang waktu tertentu.

b. Struktur Tanah
Struktur tanah pada hakekatnya adalah gabungan antara partikel tunggal tanah
dalam bentuk gumpalan (agregat) yang dibatasi oleh bidang belah alami.
Penggabungan ini terjadi karena adanya partikel halus tanah, terutama liat dan
humus. Pengikatan antar partikel tanah menghasilkan rongga (ruang) yang
terbentuk di antaranya. Rongga ini merupakan bagian tanah yang diisi oleh air serta
udara. Selain itu, adanya rongga ini akan memudahkan perkembangan sistem
perakaran tanaman. Beberapa jenis struktur tanah yang penting sebagai berikut :
1). Tanpa struktur
 Butiran lepas : Setiap partikel tanahnya terlepas satu sama lain. Dijumpai pada
tanah sangat berpasir.
 Masif : Seluruh massa tanah memadat tanpa menunjukkan adanya celah atau
retakan. Dijumpai pada bahan induk tanah yang kaya akan liat.
2). Berstruktur
 Butir (granular) : Partikel primer tanah bergabung dan membentuk struktur
bulat/berbutir. Di antara butiran ini masih terdapat rongga. Struktur yang sangat
diinginkan oleh tanaman, sebab banyak terdapat ruang di antara satuan strukturnya.
Air dapat diikat oleh butiran tanah, sedangkan udara masih dapat bergerak di antara
butiran tanah. Dijumpai pada horizon A.
 Lempeng (platy) : Ukuran horizontalnya lebih besar dibandingkan dengan ukuran
vertikalnya. Ditemukan di horizon A2. Struktur ini mengakibatkan pergerakan air
yang horizontal.
 Gumpal (blocky) : Ukuran vertikal dan horizontal yang hampir sama. Dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu gumpal bersudut dengan sudut gumpal yang tajam,
dan gumpal tidak bersudut dengan sudutnya tidak tajam. Angular blocky ditemukan
di horizon B dan subangular blocky ditemukan di horizon A maupun B.
 Prisma (blocky) : Ukuran vertikal yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran
horizontalnya. Ditemukan di horizon B pada tanah yang telah berkembang dengan
baik.
3). Struktur yang hancur
Lumpur.
Dengan adanya agen pembentuk tanah, maka akan terbentuklah struktur tanah.
Pembasahan dan pengeringan mengakibatkan perubahan volume partikel tanah
sehingga terbentuklah pengikatan antara partikel tersebut dan jika akar tersebut
mati, maka akan meninggalkan ruang pori di dalam tanah. Demikian pula halnya
dengan aktivitas fauna tanah yang menggali tanah untuk tempat tinggal atau
mencari makanan. Di samping itu, tanaman, fauna, serta jasad renik tanah
menghasilkan zatzat yang dapat merekatkan partikel tanah untuk membentuk
struktur. Kegiatan ini berlangsung terus-menerus sejalan dengan perkembangan
tanah. Struktur tanah pada lapisan atas sangat penting artinya bagi dunia pertanian.
Hal ini disebabkan struktur tanah sangat mempengaruhi aerasi tanah, permeabilitas
air, ketahanan tanah terhadap erosi, dan peran tanah sebagai media perkecambahan
tanaman.

c. Tekstur tanah
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah
yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan
erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume
tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat
(compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982). Tekstur tanah menggambarkan
persentase (berdasarkan berat) dari ketiga komponen penyusun fraksi mineral
tanah, yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Ketiga fraksi tanah ini
dibedakan satu sama lain oleh diameter partikel yang bersangkutan. Bagi partikel
yang berbentuk tidak bulat dianggap memiliki diameter yang sama dengan rerata
antara ukuran maksimum dan minimumnya. Setiap partikel tanah memberikan
peran yang sangat pentig bagi sifat tanah secara keseluruhan. Tekstur tanah
bervariasi berdasarkan kedalaman profilnya.

d. Lengas tanah
Lengas tanah merupakan air yang mengisi sebagian dan atau seluruh pori tanah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan air tanah adalah besarnya
curah hujan dan air yang dapat meresap ke dalam tanah. Kadar dan ketersediaan
lengas tanah secara umum bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah,
kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi, dan kedalaman solum atau lapisan
tanah. Di samping itu, faktor iklim dan tanaman juga menentukan kadar dan
ketersediaan lengas tanah. Faktor iklim yang berpengaruh meliputi curah hujan,
temperatur, dan kecepatan yang pada prinsipnya terkait dengan suplai air dan
evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan
kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan, serta tingkat dan stadia
pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air tanaman.
IV. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Menekan tombol on pada timbangan digital untuk menimbang tanah.
3. Menimbang berat cawan.
4. Menaruh tanah yang masih kasar ke dalam cawan yang berada di atas
timbangan digital untuk mengukur beratnya sesuai dengan yang diinginkan.
5. Menumbuk tanah yang masih kasar menggunakan mortar dan alu.
6. Memasukkan tanah ke dalam oven tanah untuk menghilangkan kadar air pada
tanah.
7. Menimbang tanah setelah di masukkan ke dalam oven tanah.
8. Mengayak tanah menggunakan saringan.
9. Menimbang berat pasir.
10. Menimbang berat debu.
11. Menimbang berat lempung.
12. Menghitung presentase kehilangan air.
13. Menghitung penentuan tekstur tanah.
V. HASIL PRAKTIKUM
A. Perhitungan persentase kehilangan air
a – b/ b – c x 100 %
= 100 – 97/97- 47,38 x 100 %
= 3/49,62 x 100 %
= 6,04 %
Presentase pasir :
Berat pasir/berat total x 100 %
= 11,90/30,08 x 100 %
= 39,56 %
Presentase debu :
Berat debu/berat total x 100 %
= 11,92/30,08 x 100 %
= 39,62 %
Berat lempung :
Berat lempung/berat total x 100 %
= 6,26/30,08 x 100 %
= 20,81 %
B. Gambar penentuan Tekstur Tanah menggunakan segitiga USDA

Tektur tanah lempung.


VI. ANALISIS

Setelah dilakukan perhitungan pada sampel tanah tersebut didapat hasil bahwa
persentase pasir 39,56 %, persentase debu 39,62 % dan persentase lempung 20,81
%. Penentuan tekstur tanah juga dapat menggunakan segitiga tekstur tanah menurut
USDA, dengan segitiga USDA didapat hasil jika tanah tersebut bertekstur lempung.
Dapat disimpulkan jika tanah tersebut bertekstur lempung dengan komposisi yang
mendominasi adalah debu karena presentase debu lebih besar dibandingjan dengan
persentase pasir dan persentase liat. Pada tekstur ini, tanah memiliki fisik yang baik
atau berporeus sedang sehingga akar tanaman yang tumbuh diatasnya leluasa untuk
berkembang sebab tanah tersebut memiliki pori-pori makro sangat banyak.

Tanah dengan tekstur lempung sangat cocok digunakan untuk bercocok tanam salah
satu contohnya jagung. Jagung ideal tumbuh pada tanah bertekstur lempung, Hal
ini disebabkan karena tekstur tanah lempung memiliki kandungan bahan organik
atau unsur hara yang diperlukan untuk tanaman jagung serta memiliki
kemampuannya yang baik dalam menyimpan air dan aerasi.

Dengan mengamati tekstur tanah akan lebih mudah untuk mengetahui tanaman apa
yang cocok di tanam pada pembagian tekstur-tekstur tanah yang ada, karena tanah
adalah media tanam bagi tanaman selain media-media tanam lainnya. Pengamatan
yang dilakukan di laboratorium dirasa lebih akurat dibandingkan dengan
pengamatan dilapangan karena ketersedian atau kelengkapan alat dalam melakukan
percobaan dan perhitungan. Percobaan dan perhitungan menggunakan alat akan
memperoleh hasil yang lebih tepat dibandingkan dengan percobaan dan
perhitungan di lapangan karena percobaan di lapangan hanya menngunakan
perkiraan dan perasaan sehingga tidak mendapat hasil yang tepat atau pasti. Selain
itu juga pisahan pasir, debu, dan juga lempung dapat diukur jika percobaan dan
perhitungan di lakukan di laboratorium.
VII. KESIMPULAN
1. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan
2. Tekstur tanah menggambarkan persentase dari ketiga komponen penyusun
tanah, yaitu pasir, debu, dan liat.
3. Segitiga USDA merupakan salah satu cara dalam penentuan tekstur tanah.
4. Mengamati tekstur tanah akan memudahkan untuk mengetahui tanaman apa
yang cocok di tanam pada pembagian tekstur tanah yang ada.
5. Pengamatan pada laboratorium lebih akurat dibandingkan dengan pengamatan
dilapangan karena di laboratorium menggunakan alat sedangkan di lapangan
menggunakan perkiraan dan perasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmuddin Agus, Yusrial, Sutono. 2005. Penetapan Tekstur Tanah. Diakses 6


April 2021.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20sifat
%20fisik%20tanah/05penetapan_tektur_tanah.pdf

Herry Gusmara, dkk. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diakses 6 April
2021. http://psit.faperta.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Bahan-Ajar-
DDIT-2017.pdf

Purnomo, Nugroho Hari. 2020. Geografi Tanah. Diakses 6 April 2021.


http://geo.fish.unesa.ac.id/berkas/GEOTANAH.pdf

Saiful Rodhian Achmad, Riko Cahya Putra. 2016. Pengelolaan Lengas Tanah Dan
Laju Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan Pada Musim
Kemarau Dan Penghujan. Diakses 6 April 2021.
https://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/wartaperkaretan/article/view/75

Anda mungkin juga menyukai