Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ekonomi Pembangunan
“Memahami Pengangguran,Persoalan, Dimensi Dan Analisisnya”

Di Susun Oleh:

Yoza Melcha Saputri (21090032)


Yuri Kumala Dewi (21090014)
Antika Desparni (21090085)
Noviani (21090103)

Dosen Pengampu:
Nisha Selvia, M.E

Program Studi Pendidikan Ekonomi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas PGRI Sumatra Barat
Padang
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kita semua sehingga sampai saat ini kita masih diberi
kesehatan dan keselamatan untuk menuntut ilmu.
Pada kesempatan ini dengan izin Allah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami yang berjudul “Memahami Pengangguran, Persoalan, Dimensi Dan
Analisisnya ” dan kami berterima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ibuk Nisha
Selvia, selaku dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

Padang,07 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah Ketenagakerjaan ....................................................................
B. Dimensi-Dimensi Pengangguran..........................................................
C. Model-Model Ekonomi Ketenagakerjaan.............................................
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masalah ketanaga kerjaan, sejumlah persoalan dasar


Secara historis, pembangunan ekonomi di eropa barat dan amerika utara
bertumpu pada pengalihan aktivitas ekonomi secara berkesinambungan dan migrasi
dari daerah perkotaan ,baik dalam satu Negara maupun antar Negara. Kesempatan
kerja terbuka saat industri mulai berkembang, namun pada waktu yang sama
teknologi yang hemat tenaga kerja mulai ditemukan sehingga banyak mengurangi
tenaga kerja. Akibatnya pergeseran aktivitas ekonomi menimbulkan daerah
pemukiman kumuh dan pengangguran di emperan jalan yang pernah mewarnai
kehidupan sosial inggris di abad ke 19. Namun kedua fenomena tersebut justru telah
memberi suatu dorongan serta memungkinkan inggris maupun Negara – Negara barat
lainnya untuk mengadakan suatu pemindahan sumber-sumber daya manusia dari
daerah pedesaan ke daerah peerkotaan.  
Berlawanan dari pengalaman negara – negara yang kini maju tersebut banyak
ekonomi berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Negara berkembang harus
dilakukan dengan penekanan pada percepatan pertumbuhan industri dan  fungsi kota
kota sebagai pusat pertumbuhan dan pangkal tolak pengembangan ekonomi. Tapi
dalam kenyataannya penerapan strategi ini sering gagal di masa lampau. Perpindahan
secara besar – besaran dari daerah pedesaaan ke daerah perkotaan banyak sekali
dampak negative yang ditimbulkan seperti stagnasi produktifitas pertanian, lonjakan
pengangguran. Pengangguran penuh atau pengangguran terbuka (open employment)
di daerah perkotaan negara miskin 10 hingga 20% dari total angkatan kerja.
Sedangkan Penduduk yang bekerja paruh waktu berpenghasilan sangat minim disebut
pengangguran terselubung(underemployment).
Krisis pengangguran yang terjadi tahun 1980-1990an jauh lebih serius, sebab-
sebabnya jauh lebih serius dari masalah yang pernah terjadi tahun 1960-1970an
sehingga penanganan bebeda. Masalah pokok nya terletak pada kalangan kegagalan
penciptaan lapangan kerja, pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan
industry yang sedemikian pesat. Angka pengangguran mengalami peningkatan yang
sangat pesat, dikarenakan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja yang di tambah
memburuknya kondisi nerca pembayaran, meningkatnya masalh utang luar negri dan
sebagainya. Factor – factor tersebut mengakibatkan kemrosotan pertumbuhan industri,
tingkat upah dan penyediaan lapangan kerja di perkotaan. Pada dasarnya ada 3 macam
alasan untuk melakukan usaha dari masalah tersebut:
 Masalah pengangguran terselubung kini lebih banyak menimbulkan dampak
negative
 Masalah ketenagakerjaan di Negara Negara ketiga lebih kompleks
 Apapun dimensi dan penyebab timbulnya penganguran di Negara Negara
dunia ketiga selalu bekaitan dengan kerapuham mental manusianya.

B.    Dimensi- dimensi pengangguran di Negara Negara dunia ketiga: kenyataan


dan konsep
1).  Kesempatan kerja dan pengangguran: kecenderungan dan proyeksi
Pada tahun 1970an perhatian pakar ekonomi mengungkapkan gambaran
umum yabg lebih luas dan lebih akurat mengenai dimensi kuantitatif atas
masalah pengangguran. Perkembangan yang penting adalh ketika organisasi
buruh internasonal merencanakan serangkaian program studi ketenaga kerjaan.
Dan tingkat pengangguran di negra-negara dunia ketiga selalu dianggap
masalah paling penting  yang harus dikedepankan.
2). Empat dimensi masalah ketenagakerjaan
a. pengangguran terdidik
Tingkat pengangguran dan tingkat pendidikan situasinya terbalik dengan
yang ada di Negara Negara maju. Di sejumlah Negara berkembang, semakin
tinggi pendidikan seorang maka semakin besar kemungkinan ia menganggur.
Dan Negara-negara berkembang, tingkat pengangguran lebih banyak
ditemukan di kalangan mereka yang mengenyam pendidikan yang tinggi.
b. Pekerja mandiri
Di kalangan Negara-negara berkembang yang mungkin tidak begitu lazim
ditemukan di Negara – Negara berkembang adalah banyaknya pekerja mandiri
(self employment), atau orang orang yang menciptakan pekerjaan sendiri, atau
melakukan segala sesuatunya sendirian. ketidakmampuan para pengusaha
untuk menggaji orang lain mendorong mereka untuk melakukan segala
sesuatunya sendiri pada sistim perekonomian modern. Inilah yang mewarnai
sektor informal baik di perkotaan maupun di daerah  pedesaan. Di Negara-
negara dunia ketiga jauh lebih besar ketimbang yang ada di Negara – Negara
maju. Perbedaan lainnya adalah pada kelas pekerjaan dan imbalannya.
c. kaum wanita di dunia kerja
Meskipun partisipasi kaum wanita dalam angkatan kerja di Negara-negara
dunia ketiga telah meningkat secara dramatis pada tahun 1990, namunn
kebanyakan dari mereka hanya di bayar di tempat – tempat yang tidak
menghasilkan pendapatan, atau tidak di bayar sama sekali. Peran aktif kaum
wanita dalam dunia kerja terpusat di sector pertanian. Kaum wanita hampir
selalu mengalami  diskriminasi dalam hal perolehan imbalan, peningkatan
kelas pekerjaan, dan dalam keamanan kerja. Proporsinya  yang menganggur
juga lebih besar ketimbang kaum pria.
d. pengangguran di kalangan pemuda dan pekerja anak-anak
          David Turnham memperkirakan pengangguran di kalangan pemuda di
sebagian besar negara berkembang mencapai 30%. Para pemuda yang
menganggur itu di daerah perkotaan. Banyak di antaranya yang merupakan
migran dari desa. Akibat pesatnya laju pertumbuhan negara berkembang,
porsi pemuda dalam total penduduk menjadi kian besar, dan menambah
tekanan penyediaan lapangan kerja. Masalah ini cepat atau lambat akan
mengganggu keseluruhan usaha pambangunan di negara Dunia Ketiga.
3). Angkatan kerja : situasi dewasa ini dan proyeksi
Dari sekian banyak proses yang berkaitan dengan pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan tenaga kerja, ada 2 masalah terpenting yaitu yang pertama adalah
tingkat mortalitas dan fertilitas. Tingkat pertumbuhan alami sebesar 3% pada
perbandingan 50 : 20 per seribu penduduk mempunyai implikasi tenaga kerja
yang sangat berbeda apabila perbandingannya 40 : 10. Perbedaan ini membawa
implikasi perbedaan struktur usia populasi (age structure of the population).
Penurunan tingkat kematian secara cepat di berbagai negara berkembang dewasa
ini telah meningkatkan jumlah angkatan kerja, sedangkan tingkat kelahiran tinggi
bukan hanya mengakibatkan rasio beban ketergantungan yang tinggi, tapi juga
memperbesar potensi kenaikan angkatan kerja di masa datang.
Hal penting kedua dampak penurunan tingkat fertilitas terhadap jumlah tenaga
kerja dan struktur usia baru akan terasa dalam jangka panjang walaupun
penurunan tingkat fertilitas itu sendiri berlangsung secara tepat. Penurunan tingkat
fertilitas di Negara berkembang secara keseluruhan sebesar 50% dalam tahun
2000 baru akan menurunkan jumlah angkatan kerja pria sebesar 13% pada tahun
2015, atau pengurangan jumlah pencarian kerja dari 1,39 Milyar orang menjadi
1,21 Milyar orang. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang akan memasuki
angkatan kerja pada dua dasawarsa yang akan dating di tentukan oleh tingkat
fertilitas pada saat ini.
4). Pemanfaatan tenaga kerja yang tidak optimal : beberapa perbedaan
definisi
      Profesor Edward membedakan 5 jenis pokok dari pengerahan tenaga kerja
yang tidak optimal (underutilization of labor) tersebut:
a)      Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) yakni, mereka yang benar-
benar tidak bekerja baik secara sukarela  Mereka tidak mau memanfaatkan
kesempatan kerja yang tersedia, maupun karena terpaksa (mereka yang
sesungguhnya sangat ingin bekerja secara permanen namun tidak kunjung
mendapatkannya)
b)       Pengangguran Terselubung (Underunemployment) yakni, para pekerja yang
jumlah jam kerjanya lebih sedikit dari yang sebenarnya mereka inginkan
(sebagian besar bekerja hanya secara harian, mingguan atau musiman).
Kategori ini dan kategori nomor 3 di bawah merupakan bentuk penganguran
sementara yang paling banyak dan paling muda dijumpai di mana saja. Perlu
dilaporkan dibebani oleh tingkat pengangguran murni atau terbuka sebesar
15% di tahun 1992. akan tetapi jika angka pengangguran terselubung ikut
dihitung, maka total penganggurannya mencapai 70%.
c) Mereka yang nampak aktif bekerja tapi sebenarnya kurang produktif (the
visibly active but undertilized),
a.Pengangguran terselubung yang terlindungi (disguised
underunemployment)
b.Pengangguran yang tersembunyi (hidden unemployment)
c.Pensiun terlalu dini (premature retriment unemployment)

d) Tidak mampu bekerja secara penuh (The Impaired), misalnya penyandang


cacat sebenarnya ingin bekerja secara penuh, akan tetapi hasratnya akan
terbentur pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan karena
kekurangan gizi atau bahkan keterlambatan pengobatan secara dini ketika
mereka mulai terserang penyakit.
e) Mereka yang tidak produktif (The Unproductive), mereka tidak memiliki
sumber-sumber daya komplemen yang memadai untuk menghasilkan output.
Yang mereka miliki hanya tenaga, sehingga meskipun mereka sudah bekerja
keras hasilnya tetap saja tidak memadai.

5).Keterkaitan antara pengangguran, kemiskinan dan distribusi pendapatan


   Antara tingkat pengangguran (terbuka dan tertutup) kemiskinan absolut yang
merajalela, serta ketimpangan distribusi pendapatan, ternyata terdapat
keterkaitan yang sangat erat. Kelompok paling miskin adalah mereka yang tidak
memiliki pekerjaan teratur atau yang hanya bekerja secara musiman. Mereka
yang memiliki pekerjaan permanen di sektor pemerintah ataupun di sektor
swasta pada umumnya termasuk ke dalam kelompok pendapatan menengah dan
tinggi. Antara pengangguran dan kemiskinan tidak bisa diidentikkan, namun kita
tetap bisa menyimpulkan dengan aman bahwa salah satu cara atau mekanisme
yang utama dalam rangka mengarungi kemiskinan dan tidak kemerataan
distribusi pendapatan di negara berkembang adalah penciptaan lapangan kerja
berupah memadai bagi kelompok penduduk yang paling miskin. Akan tetapi,
masih diperlukan berbagai tindakan, baik di bisang ekonomi maupun sosial.
Namun tentu saja upaya panyediaan lapangan kerja merupakan elemen kunci
dari keseluruhan upaya pengentasan kemiskinan.
6).Kesenjangan antara kenaikan output industri dan pertumbuhan
kesempatan kerja
  Dekade 1960an salah satu doktrin utama yang menonjol dalam kepustakaan
ilmu ekonomi pembangunan menyebutkan keberhasilan ekonomi hanya dapat
dicapai memalui kekuatan kembar yaitu akumulasi modal dan industrialisasi.
Dari sekian banyak dampak negatifnya, justru telah mengakibatkan terlalu
pesatnya laju pertumbuhan penduduk di berbagai pusat perkotaan sehubungan
dengan meningkatnya arus urbanisasi penduduk dari segenap pelosok daerah
untuk mencari pekerjaan dan kehidupan di kota.
  Banyak di negara Dunia Ketiga yang terbukti tidak mampu menyediakan
lapangan kerja di sektor industri secara memadai meskipun mereka mengalami
pertumbuhan output sektor manufaktur yang cukup pesat dan terjadi lonjakan
pertumbuhan industri di antara negara berkembang. Hal itu tetap tidak mampu
menyerap laju pertambahan pencari kerja. Pertambahan jumlah tenaga kerja itu
sendiri 3-4 kali lipat lebih besar daripada laju pertumbuhan output manufaktur.

C.Model Model Ekonomi Tenteng Ketenaga Kerjaan


1.Model pasar bebas kompetitif nasional
a.Upah fleksibel dan kesempatan kerja secara penuh
Dalam perekonomian pasar bebas tradisional cirri utamanya antara lain
adalah penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan konsumen,
dan prinsip maksimalisasi keuntungan , persaingan sempurna, dan efesiensi
ekonomi dengan produssen.
b.Keterbatasan model pasar kompetitif tradisional bagi Negara Negara
berkembang
Model kompetitif nasional menawarkan sedikit sekali petunjuk berarti
mengenai kenyataan determinasi upah dan lapangan kerja yang terdapat di
Negara Negara dunia ketiga, khususnya di sector manufaktur modern dan
sector pemerintahan yang posisi kerjanya paling banyak di incar oleh para
pencari para pencari kerja pada umumnya.

2.Pertumbuhan Output Dan Kesempatan Kerja: Konflik Atau Kesesuaian


a. Model-model pertumbuhan dan kesempatanmkerja: argumentasi konflik
Perhatian utama model model pertumbuhan yang mendominasi
sebagian besar teori teori pembanguan pada decade 1950an dan dekade
1960an muncul kembali dalam bentuk aliran ilmu ekonomi yang sangat
menekankan pentingnya sisi penawaran. Model – model ini menggabungkan
tingkat penyediaan kesempatan kerja denagn tingkat pertumbuhan GNP, maka
model tersebut mengisyaratkan bahwa dengan memaksimumkan pertumbuhan
GNP-nya Negara Negara dunia ketiga akan dapat memaksimumkan
penyerapan tenaga kerja . perangkat teoritis yang dipakai untuk menjelaskan
proses pertumbuhan adalah model sederhana harrod domar yaitu pertumbuhan
ekooimi terjadi sebagai  suatu hasil kombinasi pemupukan tingkat tabungan
dan akumulasi modal fisik yang menjadi dampak pertamanya di satu pihak,
dengan rasio modal-output di pihak lain.
b. Pertumbuhan dan kesempatan kerja: argumentasi kesesuaian
Secara umum kenaikan produktifitasyang sangat di inginkan. Yang
sebenarnya sangat di dambakan adalah kenaikan produktifitas total, yakni
kenaikan hasil output perunit dari seluruh sumber daya. pertumbuhan
kesempatan kerja dan ekonomi bukanlah dua tujuan yang senatiasa
bertentangan. Melainkan dus fenomena yang saling mempearkuat dan saling
menunjang. Untuk mencapai tujuan ganda tersebut pemerintah Negara Negara
berkembang perlu merumuskan dan menerapkan serangkaian kebijakan
terpadu untuk menghilangkan aneka distorsi harga-harga factor produksi serta
memacu peningkatan teknologi industry yang padat karya. Hal inilah yang
membawa kita ke miodel determinasi ketenagakerjaan yang ketiga.
3.Penciptaan teknologi te[at guna dan perluasan kesempatan kerja: model
intensif harga
a. Pemilihan teknik produksi
Berdasarkan prinsip-prisip ekonomi, para produsen di asusiakn
menghadapi dua harga relative factor produksi. Apabila harga modal lebih
mahal di bandingkan harga buruh, maka pengusaha tersebut akan memilih
teknik padat karya. Dan apabila harga relative tenaga kerja lebih mahal dari
pada harga modal, maka para produsen akan mengguanakan metode padat
modal.
b. Distorsi harga factor teknologi tepat guna
Hampir semua Negara Negara dunia ketiga memiliki tenaga kerja yan g
melimpah, namun kekurangan modal, baik financial(modal uang) maupun
fisik(bangunan, perangkat atau peralatan pendukung) sehingga dengan mudah
kita bias menerka bahwa teknik produksi yang mereka pakai tentunya padat
karya. Factor produksi atau upah tenaga kerja di banyak Negara Negara dunia
ketiga menjadi begitu mahal karena adanya tekanan – tekanan politik dari
serikat buruh, pemberlakuan aturan tingkat upah minimum oleh pihak
pemerintah, serta adanya praktek penggajian yang lebih tinggi dari
perusahaan-perusahaan multinasional. Akibat neto adanya distrosi harga factor
produksi tersebut adalah terus meningkatnya penggunaan teknik padat modal
dim sector sector industry, bahkan juga disektor pertanian, di negara Negara
berkembang. Guna mengatasi masalah tersebut, pihak pemerintah Negara
Negara berkembang sangat di tuntut untuk melakukan berbagai macam upaya
kebijakan demi menciptakan harga harga factor factor produksi “yang
sempurna”.
c. Kemungkinan subtitusi tenaga kerja modal
Besar kecilnya dampak dampak positif daripenghapusan distorsi tas harga
harga factor produksi terhadap tingkat pertumbuhan kesempatan kerja juga
ditentukan oleh sejauh mana tenaga kerja dapat di subtitusikan dengan modal
dalam berbagai proses produksi industry. Elastisitas subtitusi factor yakni
rasio persentasev perubahan dalam proporsi penggunaan tenaga kerja terhadap
modal di bandingkan dengan rasio atas persentase perubahan harga modal
relative terhadap tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP

A.kesimpulan
Secara bersama – sama ketiga model itu telah berhasil mengungkapkan \:
1.Bahwa harga - harga atas berbagai factor produksi sangat menentukan
efisiensi alikasi sumber daya dan keberhasilan upaya penciptaan lapangan
kerja baru.
2.Kebijakan – kebijakan pemerintah yang khusus di rancang untuk
m,empromosikan industrialisasi secara berlebiahan seringkali
mengorbankan sector pertanian dan memperburuk masalh pengangguran.
3.Setiap kebijakan yang di tunjukan untuk merangsang terciptanya metode
produksi yang padat karya tidak dengan sendirinya akan dapat menirunkan
laju pertumbuhan output
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional,
Triwulan IV tahun 2012.

Budiantoro Setyo, Pertumbuhan Tanpa Pembangunan, Kompas 12 ฀ebuari 2014

Harjanto Totok, Peran Pajak Dalam Pembangunan Nasional, Jurnal Ekonomi, FE


UNTAG Cirebon, 2013

Lipsey Richard G, ฀ aul R Cournot, and Cristoper TS Ragan, Economics, Addiso-


Wsley ฀ublishing Company, Inc 2007.

Samuelson ฀aul A dan William Nordhaus, Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 1992

Sukirno Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Rajawali ฀res, Jakarta 2006.

United Nations ESCA฀ tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai