Anda di halaman 1dari 9

Praktik Elektronika Daya

“PENYEARAH TERKONTROL SATU PHASA SETENGAH GELOMBANG


(SINGLE PHASE CONTROLLED HALF-WAVE RECTIFIER)”

Nama : Rafli Maulana Abdullah


Kelas : 2 LB D3 Elektro Industri
NRP : 2321500037
Dosen : Prof. Novie Ayub Windarko S.T., M.T, Ph.D.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
TAHUN 2022
PERCOBAAN 5

PENYEARAH TERKONTROL SATU PHASA SETENGAH GELOMBANG


(SINGLE PHASE CONTROLLED HALF-WAVE RECTIFIER)

I. TUJUAN
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar penyearah terkontrol satu phasa setengah
gelombang.
2. Praktikan dapat memahami karakteristik penyearah terkontrol satu phasa setengah
gelombang untuk beberapa beban.

I.2 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil percobaan.
2. Praktikan dapat mengetahui karakteristik dan performasi rangkaian.

II. TEORI DASAR


Rangkaian penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dengan beban resistor
dapat dilihat pada Gambar 29. Sumber adalah tegangan ac dan tujuan rangkaian ini untuk
menghasilkan tegangan output dc yang bisa diatur. SCR atau thrystor digunakan sebagai saklar
elektronik yang mengalirkan arus hanya satu arah saja. Tidak seperti dioda, SCR tidak akan on,
jika tidak diberi arus gate, yang menjadi dasar SCR bisa dikontrol kapan mulai konduksi.

Gambar 29. Rangkaian penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dengan beban
resistor

Ketika setengah siklus positif dari tegangan sumber dan pada terminal gate SCR diberikan
pulsa trigger dengan sudut penyalaan (firing angle/delay angle) ∝, SCR akan on atau forward
biased (bias maju), sehingga arus akan mengalir dan tegangan output pada beban seperti Gambar
30.
Untuk setengah siklus negatif dari tegangan sumber, SCR akan off secara alamiah,
sehingga arus menjadi nol (tidak mengalir) dan tegangan output pada beban sama dengan nol
seperti pada Gambar 30.

Tegangan output dc adalah :


1 𝜋
Vo (dc) = 2𝜋 ∫𝛼 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡) 𝑑 (𝜔𝑡)

𝑉 𝑚 𝑉𝑠(𝑚𝑎𝑥)
Vo (dc) = 2𝜋 [1 + 𝑐𝑜𝑠𝛼] = [1 + 𝑐𝑜𝑠𝛼] (25)
2𝜋
Dan tegangan output rms adalah :
1 𝜋
Vo (rms) = √2𝜋 ∫𝛼 [𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡)]2 d (ωt)

𝑉𝑠(𝑚𝑎𝑥) 𝛼 sin(2𝛼)
Vo (rms) = √1 − + (26)
2 𝜋 2𝜋

Gambar 30. Bentuk gelombang penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dengan
beban resistor.

• KONVEKSI SUDUT KE DALAM DIVISION DI OSILOSKOP

Suatu gelombang sinus mempunyai frekuensi 50 Hz. Maka periodenya 20 ms. Jika
ditampilkan di osiloskop dengan menggunakan time/div = 5 ms, maka satu periode terdiri dari 4
division, sehingga :

4 div = 360°
4
1° = 360 𝑑𝑖𝑣

4
Jika 𝛼 = 45° ; maka bisa dikonversi ke dalam division sama dengan 360 × 45 = 0,5 𝑑𝑖𝑣

III. RANGKAIAN PERCOBAAN

Rangkaian percobaan penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dapat dilihat
pada Gambar 31.

Gambar 31. Rangkaian penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dengan beban
resistor
IV. ALAT DAN KOMPONEN
1. Modul Three Phase Controlled Half-Wave Rectifier 1 buah
2. Lampu pijar 100 V-120 V; 100 Watt 1 buah
3. Voltmeter AC/DC (Digital) 1 buah
4. Ammeter DC (Analog) 1 buah
5. Ammeter AC (Digital) 1 buah
6. Harmonics Analyzer Fluke 41B/43B 1 buah
7. Osiloskop 1 buah
8. Kabel secukupnya

V. LANGKAH PERCOBAAN
1. Siapkan alat dan komponen yang dibutuhkan
2. Buat rangkaian seperti pada Gambar 31.
3. Hitung konversi sudut 𝛼 ke dalam div, kemudian atur potensiometer pengatur sudut
𝛼 untuk mendapatkan nilai yang diinginkan.
4. Ukur tegangan input rms, arus input rms, tegangan output dc, arus output dc, tegangan
output rms, dan arus output rms.
5. Amati bentuk tegangan input dan tegangan output dengan osiloskop. Gambar di kertas
milimeter.
6. Bandingkan hasil pengukuran untuk beberapa data.
7. Tentukan prosentase perbedaan hasil pengukuran dengan teir.
8. Hitung parameter karakteristik rangkaian, buat Analisa dan kesimpulan.

VI. DATA PENGUKURAN


∝ Vs(rms) Vo(dc)prak Vo(dc)teori Vo(rms)prak Vo(rms)teori FF RF 𝛈
(Volt) (Volt) (Volt) (Volt) (Volt)
o
45 32,39 7,46 12,44 21,45 21,83 2,87 2,69 12,09 %
o
60 32,43 7,48 10,94 20,62 20,56 2,75 2,56 13,15 %
75o 32,37 7,46 9,16 19,54 18,63 2,61 2,41 14,57 %
o
90 32,44 6,99 7,3 17,67 16,21 2,52 2,31 15,64 %
Gambar Gelombang Osiloskop
➢ Data ke-1
Vs (rms)

Vo(dc)prak

➢ Data ke-2
Vs (rms)
Vo(dc)prak

➢ Data ke-3
Vs (rms)

Vo(dc)prak
➢ Data ke-4
Vs (rms)

Vo(dc)prak

VII. ANALISA PERHITUNGAN


𝑉𝑠(𝑚𝑎𝑥)
➢ Perhitungan Vo(dc) teori dengan rumus : Vo (dc) = 2𝜋 (1 + 𝑐𝑜𝑠 𝛼)
45,8
1. Vo (dc) = (1 + 𝑐𝑜𝑠 45𝑜 ) = 12,44 𝑉𝑜𝑙𝑡
2𝜋

45,6
2. Vo (dc) = (1 + 𝑐𝑜𝑠 60𝑜 ) = 10,94 𝑉𝑜𝑙𝑡
2𝜋

45,77
3. Vo (dc) = (1 + 𝑐𝑜𝑠 75𝑜 ) = 9,16 𝑉𝑜𝑙𝑡
2𝜋

45,87
4. Vo (dc) = (1 + 𝑐𝑜𝑠 90𝑜 ) = 7,3 𝑉𝑜𝑙𝑡
2𝜋

Vs(max) 𝛼 sin 2𝛼
➢ Perhitungan Vo(rms) prak dengan rumus : √1 − +
2 𝜋 2𝜋
Osciloscope :
Probe = 10
Vmax = jumlah div vertikal x probe x volt/div
1. Vmax = 2,25 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 × 10 = 45 𝑉
45 45𝑜 sin 90𝑜
Vo (rms) = √1 − + = 21,45 𝑉
2 𝜋 2𝜋
2. Vmax = 2,3 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 × 10 = 46 𝑉
46 60𝑜 sin 120𝑜
Vo (rms) = √1 − + = 20,62 𝑉
2 𝜋 2𝜋

3. Vmax = 2,4 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 × 10 = 48 𝑉


48 75𝑜 sin 150𝑜
Vo (rms) = √1 − + = 19,54 𝑉
2 𝜋 2𝜋

4. Vmax = 2,5 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑉𝑜𝑙𝑡/𝑑𝑖𝑣 × 10 = 50 𝑉


50 90𝑜 sin 180𝑜
Vo (rms) = √1 − + = 17,67 𝑉
2 𝜋 2𝜋

Vs(max) 𝛼 sin 2𝛼
➢ Perhitungan Vo (rms) teori dengan rumus : Vo (rms) teori = √1 − +
2 𝜋 2𝜋
45,8 45𝑜 sin 90𝑜
1. Vo(rms) teori = √1 − + = 21,83 𝑉
2 𝜋 2𝜋

45,86 60𝑜 sin 120𝑜


2. Vo(rms) teori = √1 − + = 20,56 𝑉
2 𝜋 2𝜋

45,77 75𝑜 sin 150𝑜


3. Vo(rms) teori = √1 − + = 18,63 𝑉
2 𝜋 2𝜋

45,87 90𝑜 sin 180𝑜


4. Vo(rms) teori = √1 − + = 16,21 𝑉
2 𝜋 2𝜋

Vo(rms)
➢ Perhitungan FF dengan rumus : Vo(dc)
21,45
1. FF = = 2,87
7,48

20,62
2. FF = = 2,75
7,48

19,54
3. FF = = 2,61
7,46

17,67
4. FF = = 2,52
6,99

➢ Perhitungan RF dengan rumus : √(FF)2 − 1


1. RF = √(2,87)2 − 1 = 2,69
2. RF = √(2,75)2 − 1 = 2,56
3. RF = √(2,61)2 − 1 = 2,41
4. RF = √(2,52)2 − 1 = 2,31

2
𝑉0(𝑑𝑐)
➢ Perhitungan efisiensi (𝜼) dengan rumus : 2
𝑉0(𝑟𝑚𝑠)
(7,46)2
1. 𝜼 = × 100% = 12,09 %
(21,45)2
(7,48)2
2. 𝜼 = × 100% = 13,15 %
(20,62)2

(7,46)2
3. 𝜼 = × 100% = 14,57 %
(19,54)2

(6,99)2
4. 𝜼 = × 100% = 15,64 %
(17,67)2

VIII. ANALISA NON PERHITUNGAN

Yang membedakan antara rangkaian terkontrol dengan tak terkontrol adalah


komponen penyearah yang digunakannya. Penyearah jenis ini menggunakan komponen
penyearah terkontrol, seperti thyristor atau SCR (Silicon Controlled Rectifier). Untuk
memicu komponen penyearah tersebut, kita harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik dari masing-masing komponennya. Untuk memicu Thyristor dibutuhkan
arus pemicuan. Komponen yang satu dengan yang lain memiliki jenis dan besar
pemicuan yang berbeda-beda. Hasil keluaran dari rangkaian ini adalah hanya bagian
positif saja dalam satu panjang gelombang dari yang inputannya adalah gelombang sinus
yang memiliki bagian positif dan bagian negatif dalam satu panjang gelombangnya,
namun dapat dipicu pada sudut tertentu. Selain itu, kesalahan data diatas disebabakn oleh
adanya kesalahan atau ketidak preisisian pada alat ukur sehinggan hasil antara teori dan
praktikum ada perbedaan.

IX. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan penyearah terkontrol satu phasa setengah gelombang dapat
disimpulkan bahwa:
1. SCR atau thyristor digunakan sebagai saklar elektronik yang mengalirkan arus hanya satu
arah saja. Tidak seperti dioda, SCR tidak akan on, jika tidak diberi arus gate, yang
menjadi dasar SCR bisa dikontrol kapan mulai konduksi.
2. Ketika setengah siklus positif dari tegangan sumber dan pada terminal gate SCR
diberikan pulsa trigger dengan sudut penyalaan (firing angle/delay angle) a, SCR akan
on atau forward biased (bias maju), sehingga arus akan mengalir dan tegangan output
pada beban.
3. Untuk setengah siklus negatif dari tegangan sumber, SCR akan off secara alamiah,
sehingga arus menjadi nol (tidak mengalir) dan tegangan output pada beban sama dengan
nol.
4. Kesalahan data diatas disebabakn oleh adanya kesalahan atau ketidakpreisisian pada alat
ukur sehinggan hasil antara teori dan praktikum ada perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai