PENDAHULUAN
Masyarakat suku Ainu adalah penduduk asli Jepang yang telah tinggal di
bagian utara pulau Jepang dari Tohoku utara di Honshu dan Hokkaido hingga
Sakhalin dan Kepulauan Kurile sejak zaman dahulu (Sasamura, 1999:7). Kata
Ainu dalam bahasa asli mereka diartikan sebagai orang atau manusia. Selain itu,
nenek moyang mereka memelihara budaya suku Ainu melalui interaksi dengan
lingkungan, rasa hormat yang kuat,dan juga melalui perdagangan dengan Cina,
Korea, dan Rusia, masyarakat adat utara asia dan Alaska, ras Yamato. Ras
1999:7).Karakteristik dari suku Ainu Secara fisik, Ainu sangat menonjol dari
Jepang sebagai kelompok etnis yang terpisah. Orang Ainu cenderung memiliki
kulit terang, tubuh kekar, mata cekung dengan bentuk Eropa, dan rambut tebal
bergelombang. Ainu bahkan memiliki mata biru atau rambut cokelat (Sarah,
tertutup, Ainu terus dilecehkan oleh teman sekelas Jepang mereka, dan
untuk alasan ini, sepanjang abad ini banyak orang tua Ainu belum
mengungkapkan identitas etnis mereka bahkan kepada anak mereka (Fitzhugh,
1999:9).
(ACPA)1 . Didirikan pada tahun 1997 yaitu 11 tahun sebelum pemerintah Jepang
mengakui status pribumi Ainu dan terbatas pada promosi bahasa dan aset budaya
Ainu, seperti musik, tarian dan kerajinan tangan dengan tujuan yang baik. Lebih
dari dua dekade kemudian, pada tahun 2019, pemerintah akhirnya memberlakukan
15 Februari 2019, Kabinet mengajukan RUU kepada Diet Jepang untuk Undang-
Rakyat pada 11 April dan oleh Dewan Penasihat pada 19 April sebelum
museum Upopoy National and Park dengan tujuan untuk untuk melestarikan dan
memperkenalkan tradisi dan budaya yang ada dalam masyarakat Ainu. Selain
museum, , saat ini di Jepang kian bermunculan berbagai karya sastra mulai dari
buku, hingga komik yang mengangkat kisahatau topik mengenai masyarakat Ainu
beserta dengan kebudayaan dan salah satu karya sastra yang memuat topik
mengenai kebudayaan masyarakat Ainu berasal dari komik Jepang (manga). Saat
ini, manga menjadi karya sastra yang sangat populer di berbagai kalangan
masyarakat di seluruh dunia. Secara umum, fungsi utama manga adalah sebagai
media hiburan cetak, namun kini seiring dengan perkembangan zaman, fungsi
seperti keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Manga Akoro Kotan menjadi
salah satu manga yang mengangkat kisah tentang tradisi dan budaya masyarakat
suku Ainu. Manga Akoro Kotan karya dari mangaka bernama Narita Hidetoshi.
Manga ini diterbitkan pada 9 Oktober 2019. Melalui manga ini diharapkan dapat
Jepang.
Akoro Kotan adalah sebuah manga bercerita tentang berawal dari seorang
kebudayaan suku ainu dan dia menceritakan kepada murid-muridnya tentang isu
berburu, berburu beruang di liang ketika beruang bangun dari hibernasi di awal
musim semi, yang disebut "berburu di tengah". Sebelum musim dingin, pria Ainu
biasa berjalan di pegunungan dan mencari tahu di mana beruang bisa bersarang.
beberapa hari. Dan pada upacara pernikahan , upacara pernikahan tradisional Ainu
anak perempuan itu menjadi anak perempuan yang utuh, sang ibu memberinya
launku (tali wali wanita) yang diturunkan ke garis wanitanya dan mengajarinya
makan sisanya. Selain itu, mungkin setelah kegembiraan film "Ainu Wedding",
wilayah Kanto selama 20 tahun terakhir, dan penulis juga memiliki empat upacara
yang saya hadiri. Keduanya adalah perjamuan yang sederhana, sepenuh hati, dan
hangat.
Nrita Hidetoshi. Narita Hidetoshi ini adalah telah mempelajari bahasa Ainu dan
budaya Ainu selama hampir 30 tahun. Saat ini saya adalah pengajar bahasa Ainu
di sekolah menengah swasta dan kuliah umum. Kedua, dalam manga Akoro Kotan
khususnya dalam cara berburu beruang dan juga tradisi pernikahan yang
digambarkan dengan sangat menarik serta dilengkapi penjelasan dari sang penulis
secara detail didalamnya. Kekayaan data yang ada dalam manga Akoro Kotan
inilah yang menjadi latar belakang tercetusnya penelitian inidengan mengangkat
Bertolak dari latar belakang tersebut maka masalah yang dibahas dalam
Penelitian terdapat adanya rujuan sebagai langkah awal untuk mendapatkan hal
yang ingin dicapai. Tujuan dalam penelitian ini dibagi dua bagian penting yaitu
analisis antropologi sastra tentang tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu ini
mampu memberikan wawasan yang baru kepada pembaca tentang tradisi dan
Penelitian ini yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis yang diuraikan sebagai
berikut.
antropologi sastra mengenai cara berburu serta tradisi pernikhan masyarakat suku
Ainu khusunya yang terdapat dalam karya sastra berupa manga terutama untuk
batasan dalam penelitian ini agar tidak meluas dari judul dan rumusan masalah
yang telah dipaparkan. Maka dari itu, data-data yang digunakan merupakan data
berupa cara berburu serta tradisi pernikahan masyarakat suku Ainu yang terdapat
tersebut seperti tradisi, adat istiadat, sistem kepercayaan, mata pencaharian dan
pakaian.
perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan
Sistem Religi Masyarakat Ainu Dalam Manga Golden Kamuy Karya Satoru Noda
masyarakat Ainu yang dinarasikan pada manga Golden Kamuy. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori antropologi sastra oleh Endraswara
(2013), teori unsur kebudayaan universal oleh Koentjaraningrat (2015) dan teori
semiotika oleh Pierce (1955). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
digunakan yaitu teknik studi pustaka. Metode dan teknik analisis data yang
digunakan yaitu metode analisis deskriptif. Mtode dan teknik penyajian hasil
analisis data yaitu metode informal. Adapun hasil penelitian ini yaitu pertama,
teknologi dan sistem religi. Sistem teknologi memberikan wadah bagi masyarakat
suku Ainu untuk memanfaatkan sumber daya alam nabati maupun hewani dengan
rumah, maupun alat transportasi. Maka, untuk memastikan sumber daya yang ada
di alam tetap terjaga, diperlukan suatu hubungan harmonis antara manusia dengan
sumber kehidupan yaitu Dewa yang dituangkan pada sebuah wadah yaitu sistem
religi. Sistem religi dalam masyarakat Ainu terdiri dari unsur sistem keyakinan
berupa kepercayaan pada konsep dewa (Kamui) dan unsur sistem kepercayaan
(Iomante)
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian ini dengan penelitian dari
suku Ainu yang digunakan berupa manga Akoro Kotan Karya Narita Hidetoshi.
Melalui penelitian dari Dharma, mengenai representasi sistem teknologi
dan sistem religi yang berkaitan dengan megolah produk-produk dengan alat-alat
tradisional dan sistem keyakinan berupa kepercayaan pada konsep dewa (Kamui)
masyarakat Ainu khususnya mengenai sistem teknologi dan sistem religi yang
dimiliki oleh masyarakat suku Ainu Jepang. Tidak hanya itu, buku-buku
masyarakat Ainu Jepang sangat memberikan referensi tambahan yang baru guna
Wacana Kearifan Lokal Cerita Rakyat Bali dan Ainu Jepang mengangkat
permasalahan mengenai sistem kepercayaan pada Tuhan, sistem relasi sosial dan
pelestarian alam. Teori yang digunkan dalam penelitian ini yaitu teori antropologi
sastra, semiotika, dan sastra bandingan. Metode yamg digunakan dalam penelitian
ini yaitu observasi dan wawancara, dan riset perpustakaan. Metode dan teknik
analisis data yang digunakan interpretif analitik dan komparatif. Metode dan
teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan yaitu deskriptif analitik.
Adapun hasil dari penelitian ini yaitu pertama, dalam kaitannya dengan sistem
kepercayaan dari sisi cerita rakyat Bali Aga bahwa anugerah tuhan dan
kemahakuasaan Dewa sering berupa jimat yang membuat tokoh cerita yang
mendapatkan anugerah itu menjadi kaya, dalam arti mereka bercukupan sandang
dan papan, tidak perlu lagi bekerja keras seperti sebelumnya. Namun, anugerah
Dewa yang biasanya berupa rezeki itu bisa dicabut kembali jika manusia terlalu
loba. Dalam cerita Ainu Jepang, anugerah Kamui tidak berurusan dengan
kekayaan, tetapi pada anugerah sumber daya alam untuk makanan, pertolongan
pekerjaan sehari-hari.
Kedua, dalam kaitannya dengan sistem kehidupan sosial dari cerita rakyat
Bali Aga maupun Ainu Jepang terdapat perbedaan yaitu pada sisi keharmonisan
sosial. Keharmonisan sosial di dalam rumah tangga dalam cerita Ainu Jepang
Tokoh-tokoh cerita yang berusia muda disarankan menikah oleh orang tuanya
agar cepat mempunyai anak atau keturunan, sedangkan cerit tentang pasangan
suami istri yang tidak mempunyai anak melukiskan bahwa tokoh sang istri
mendorong suaminya menikah lagi demi keturunan. Dalam isah pasangan suami-
istri tidak mempunyai anak, mereka dilukiskan mengangkat anak atau mengajak
binatang untuk hidup di rumahnya yang dianggap sebagai anak. Yang terpenting
Sebaliknya, dalam cerita Bali Aga yang bertema relasi sosial dalam lingkungan
muncul adalah kisah-kisah keluarga yang bekerja keras untuk hidup bahagia dan
perbedaan antara cerita Bali Aga dan Ainu Jepang yaitu sanksi yang dikenakan
kepada manusia yang tidak menghormati alam. Dalam cerita Ainu Jepang, bahwa
alam seperti pohon, memiliki spirit atau pohon adalah wujud Dewa itu sendiri
menghormati-Nya, seperti pohon pukusa yang identik dengan Dewa pukusa dalam
manusia yang mencabutnya sampai habis menjadi sakit. Dalam cerita Bali Aga,
wacana relasi manusia dengan alam agak berbeda karena sanksi yang diberikan
pada manusia yang mengekploitasi alam bukanlah oleh alam itu sendiri, tetapi
oleh Dewa atau makhluk gaib lainnya, seperti dalam cerita “I Calang”, si penuba
ikan yang dibuat sakit oleh makhluk gaib, manusia tua berambut putih.
Berdasarkan kajian komparatif atas cerita rakyat Bali Aga dan Ainu
Jepang dengan fokus pada tiga wacana utama, yaitu wacana sistem kepercayaan,
sistem sosial dan sistem nilai pelestarian alam, simpulan utama yang dapat ditarik
adalah bahwa cerita rakyat kedua etnik sama-sama mencerminkan nilai-nilai yang
ada dalam istilah Hindu yang disebut dengan Tri Hita Karana.Cerita mereka
manusia dengan Tuhan atau Dewa atau Kamui, dengan sesama, dan dengan alam.
dan perbedaan di dalamnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sari yaitu
penelitian ini dengan penelitian Sari yaitu permasalahan yang diangkat, serta data-
tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dengan sumber data yang digunakan
berupa manga Akoro Kotan Karya Narita Hidetoshi. Sedangkan penelitian Sari
mengangkat permasalahan mengenai wacana kearifan lokal yang berkaitan
dengan sistem kepercayaan, sistem sosial, dan sistem nilai pelestarian alam dalam
pelestarian alam yang dinarasikan dalam cerita rakyat Bali Aga dan Ainu Jepang
pelestarian alam yang dimiliki oleh masyarakat Ainu Jepang. Tidak hanya itu,
terkait masyarakat Ainu Jepang sangat memberikan referensi tambahan yang baru
dipandang dari konsep hidup Satoyama dengan konsep hidup masyarakat Ainu.
konsep Satoyama, dan wilayah Hidaka tepatnya di Kota Samani dari Hokkaido
ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis kualitatif. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grounded Theory oleh Strauss dan
Corbin (1998) yang berfungsi untuk menganalisis data-data yang bersifat
budaya spiritual yang indentik untuk konsep hidup Satoyama dengan konsep
hidup Ainu.
dalam hal ekologi antara konsep hidup Ainu dengan konsep hidup Satoyama
memiliki prinsip yaitu alam sebagai asal mula dari segala hal mulai dari hewan,
tumbuhan serta air. Dalam Ainu memandang bahwa kebiasaan mereka seperti
balik terhadap alam. Begitu pula dengan konsep hidup Satoyama yang
Terakhir, dalam hal praktek budaya spiritual baik Ainu maupun Satoyama
memiliki kegiatan ritual yamg ditujukan kepada alam. Dalam Ainu, hewan
dianggap sebagai Kamui dan ketika dibunuh, berubah menjadi roh dan diantarkan
kembali ke alam Kamui. Salah satunya adalah melalui pelaksanaan ritual Iomante
(ritual kepada beruang). Pada konsep hidup Satoyama, terdapat festival yang
diberi istilah Aenokoto yang berarti Dewa Sawah. Aenokoto ini diletakkan pada
setiap rumah penduduk selama musim dingin sebagai simbol beranjak dari musim
semi dan diharapkan kesuskesan dalam penanaman padi tahunan hingga panen.
Dari uraian di atas, jurnal yang ditulis oleh Dublin dan Tanaka, sangat
memberikan kontribusi khususnya dalam hal kehidupan masyarakat Ainu mulai
dari praktek pertanian, praktek ekologi serta praktek berupa ritual dalam kaitannya
dengan alam.
ini dengan penelitian Dublin dan Tanaka yaitu sama-sama mengkaji masyarakat
suku Ainu. Sedangkan perbedaan di dalam penelitian ini yaitu permasalahan yang
diangkat dan data-data yang digunakan. Pada penelitian ini mengangkat topik
mengenai tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dengan sumber data yang
digunakan berasal dari manga Akoro Kotan karya Narita Hidetoshi. Sedangkan
perbandingan konsep hidup Ainu dengan konsep hidup Satoyama dengan data-
data yang digunakan berasal dari survei kuisioner, survei lapangan yang dilakukan
terhadap penelitian ini khususnya terkait referensi mengenai cara hidup dari
masyarakat Ainu. Selain itu penelitian dari Dublin dan Tanaka sangat membantu
definisi dari istilah tertentu yang terdapat dalam penelitian yang akan dilakukan.
2.2.1 Tradisi
Konsep Tradisi dari Thomas yang digunakan pada penelitian kali ini
berfungsi untuk menampilkan tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu melalui
gambar dengan dilengkapi dengan kata sebagai penjelas gambar. Adapun gambar
yang digunakan adalah berasal dari manga Akoro Kotan karya Narita Hidetoshi.
2.2.2 Budaya
moral seni, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang
umum, adalah subjek yang tepat untuk mempelajari hukum-hukum pemikiran dan
hasil dari sejarah sebelumnya, dan akan melakukan bagiannya yang tepat dalam
pahat, pisau, pengikis gergaji, penusuk, jarum, tombak, dan kepala panah, dan dari
ini sebagian besar atau semuanya termasuk hanya dengan perbedaan detail untuk
ras yang paling beragam. Begitu pula dengan pekerjaan yaitu Memotong kayu,
membuat api, memasak, memutar tali, dan menganyam keranjang, Dan juga,
Mitos dibagi di bawah judul seperti mitos matahari terbit dan terbenam, mitos
gerhana, mitos gempa bumi serta mitos lokal yang menjelaskan nama-nama
tempat dengan beberapa dongeng, pengorbanan kepada hantu orang mati dan
pendukung aktivitas sehari-hari masyarakat suku Ainu dan juga kepercayaan yang
menyangkut kepercayaan dewa dan juga upacara yang dilakukan oleh masyarakat
yang ada. Oleh karena itu, teori sangat penting peranannya dalam suatu penelitisn.
Ciri khas teori antropologi sastra adalah homologi dan simetri, adanya
persamaan struktur antara karya sastra sebagai hakikat kreativitas dan imajinatif
dengan kejadian sehari-hari, fakta sosial dalam proses historis tertentu. Persamaan
signifian inilah yang menyebabkan suatu karya sastra memiliki nilai tertentu
intensitas masa lampau dipertimbangkan melalui tiga ciri yaitu (a) adanya
lampau, (b) adanya ciri khas manusia secara psikologis, sebagai ketaksadaran
melalui narasi historis, artefak arkeologis, dan berbagai bentuk memori yang
sejak pertengahan abad kedua puluh, semiotika telah berkembang menjadi bidang
studi yang sangat besar, mencakup, antara lain, studi bahasa tubuh, bentuk seni,
wacana retorika, komunikasi visual, media, mitos, narasi, bahasa, artefak. , gerak
tubuh, kontak mata, pakaian, iklan, masakan, ritual-dalam sebuah frase, apapun
diadopsi oleh manusia untuk menghasilkan makna. Tujuan bab ini adalah untuk
membuat sketsa gambaran umum tentang apa itu semiotika dan apa yang
(Danesi, 2004:4).
Ikon adalah tanda yang mengacu pada objek yang ditunjukkan hanya berdasarkan
karakternya sendiri dan dimilikinya yang dimana apakah objek tersebut benar-
benar ada atau tidak.Indeks adalah tanda yang mengacu pada objek yang
suatu kejadian atau peristiwa tertentu. Simbol adalah tanda yang mengacu pada
terdapat pada tradisi dan kebudayaan masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro
METODE PENELITIAN
penelitian yang menekankan pada data yang bersifat deskriptif maksudnya data
seperti foto, dokumen, artefak, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian
Kesimpulan
Deskripsi :
mengenai tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dengan menggunakan sumber
data utama yaitu manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita. Manga Akoro Kotan
ini kemudian dibedah dengan teknik pustaka untuk menemukan data-data terkait
tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu. Dari data tersebut, kemudian
yaitu mengenai tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro
Kotan Teknik studi pustaka juga digunakan untuk menemukan data berupa
menyesuaikan kepada konsep tradisi oleh Thomas dan konsep budaya Tylor serta
kerangka teori yang terdiri dari teori antropologi sastra Ratna, dan teori semiotika
Peirce yang digunakan untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini. Setelah
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil analisis ini kemudian
pemaparan narasi berupa kata-kata biasa disertai dengan fakta-fakta sesuai dengan
analisis data yang telah dilakukan sebelumnya terkait tradisi dan budaya
masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
pembahasan yang tidak sesuai dengan pokok bahasan. Ruang lingkup dalam
penelitian ini mengenai kajian antropologi sastra pada manga Akoro Kotan karya
mengenai tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan
adalah kata-kata- dan tindakan, selebihnya adalah dua tambahan seperti dokumen
daln lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian in jenis datanya dibagi ke
dalam kata-kata atau tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis.
deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah seg-segi
subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Pada penelitian ini,
digunakan data berupa teks dan foto. Teks diambil dalam bentuk disertasi atau
jurnal-jurnal, dan buku yang terkait dengan rumusan masalah yang diangkat pada
penelitian ini yaitu tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro
Pada tahap pengumpulan data, teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan membaca sumber-
sumber tertulis terkait dengan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui manga Akoro Kotan karya Narita
konsep dan kerangka teori yang telah dicantumkan pada penelitian ini dilakukan
Konsep yang digunakan adalah Konsep tradisi oleh Thomas dan Konsep budaya
oleh Tylor. Untuk teori-teori yang digunakan terdiri dari teori antropologi sastra
data. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Menurut bogdan dan
biklen dalam Moelong (2019:2248) metode deskriptif analisis yaitu upaya yang
menjadi satuan yang dapat dikelola. Tujuannya agar peneliti mendapat makna
Tradisi Masyarakat suku Ainu Pada Manga Akoro Kotan Karya Hidetoshi
Narita
Berburu beruang atau disebut Iomante adalah suatu tradisi dari suku Ainu yang
merupakan persembahan untuk dewa. Beruang yang disebut oleh suku Ainu
adalah Kamui yang juga merupakan dewa yang disembah oleh suku Ainu.
Menurut Olschger (1997 : 209) Beruang jauh lebih penting secara ritual
dibandingkan nutrisinya. Beruang diburu pada saat musim semi dan juga musim
Data (1)
“イレスカムイ(育ての神)イレスフチ(育ての老婆)今からキムンカムイをお迎えに
や、あに入ります。四、五日ほど留守にいたします。その間、このコタンになんの問
題もないようによく見守っていて下さいますよう。クオンカミナ(礼拝いたします)”
(Akoro Kotan, 2019:22)
Iresu Kamui (sedote no Kami) Iresu fuchi (sodote no rouba) ima kara Kimun
Kamui wo mukae ni yam ani hairimasu. Yon, go nichi hodo rusu ni itashimasu.
Sono aida, kono kotan (mura) ni nanno mondai mo nai you ni yoku mimamotte ite
kudasaimasuyou. Kuon Kamina (reihai itashimasu)
Terjemahan:
Iles Kamui (Dewa membesarkan) Iles Fuchi (Wanita tua yang membesarkan)
Saya akan menjemput Kimun Kamui mulai sekarang. Saya akan pergi sekitar
empat atau lima hari. Sementara itu, tolong awasi Kotan (Desa) ini agar tidak ada
masalah. Kuon Kamina (mohon doakan)
Data (1) menunjukkan bahwa sebelum berburu, mereka berkumpul untuk berdoa
kepada dewa dan wanita tua agar diberi kelancaran pada saat berburu. Menurut
Olschleger (1997: 219) Berburu beruang adalah salah satu kegiatan paling
berbahaya yang diikuti oleh masyarakat suku Ainu, sehingga mereka mengambil
adalah dewa yang dihormati dan kuat, dan rohnya harus dihormati. Para tetua
Data (2) merupakan ilustrasi dari para pemburu berjalan menuju tempat dimana
beruang, inaw (tongkat suci yang dicukur) diukir di setiap tempat peristirahatan
Data (3) merupakan ilustrasi dari para pemburu menemukan tempat bersembunyi
beruang berada.
Data (3)
“よし、いるようだ。われらんが敬うキムンカムイよ。どうか静かに矢を受けて下さ
いますよう。来た!”
(Akoro Kotan, 2019: 23)
Yosh, iru youda. Wareran ga uyamau Kimun Kamui yo. Douka shizukani ya wo
ukete kudasai masuyou. Kita!”
Terjemahan
“Baiklah, sepertinya. Kimun Kamui yang kami hormati. Harap diam-diam
menerima panah. Saya datang.”
Data (3) gubuk sementara didirikan di sekitar wilayah musim dingin beruang di
menjelajahi wilayah itu dengan menempatkan busur pegas dengan panah beracun.
Setelah beruang menarik diri ke sarang mereka untuk berhibernasi, para pemburu
mulai mencari mereka dan mengusir mereka dengan menusuk mereka dengan
Data (4) merupakan ilustrasi ini menunjukkan para pemburu menembaki seekor
beruang. ketika beruang itu muncul, ia ditembak dengan panah beracun. Panah
beracun digunakan di Hokkaido untuk berburu rusa Sika serta beruang coklat.
Proses produksi racun yang tepat bervariasi dan sering dirahasiakan, tetapi salah
satu bahan utamanya adalah tanaman biksu. Umbi muda Aconium spp. dipanen di
musim panas dan dikeringkan di tempat teduh sampai musim gugur. Dipercaya
bahwa racun paling ampuh dapat diekstraksi dari umbi yang telah melunak
selama proses pengeringan. Setelah dikupas, umbi dihaluskan dan ampas yang
diperoleh dapat digunakan tanpa pengolahan lebih lanjut. Terkadang umbi biksu
dihaluskan dicampur dengan lemak rusa dan dikubur selama beberapa hari. Aditif
menguji potensi racun segar, sedikit dioleskan ke lidah atau di antara dua jari atau
di paha. Semakin kuat sensasi mati rasa yang dihasilkan. Racun lebih baik.
Racun diterapkan pada panah yang digunakan dengan busur tangan serta busur
pegas. Seekor beruang yang terkena salah satu panah ini hanya bisa berjalan
sekitar dua ratus hingga tiga ratus meter sebelum mati. Karena alkaloid aconite
hanya berakibat fatal ketika memasuki aliran darah, mungkin aman untuk
memakan daging hewan yang dibunuh selama dagingnya dibuang di sekitar titik
masuknya.
Gambar 5.Melakukan upacara sesudah berburu
Data(5)
“この度はわれらの客となって下さったこと感謝申し上げます。わがコタンへ帰っ
た折には礼を尽くし厚くおもてなしをいたしましょう。一日目から猟運に恵まれた。
幸先のよいことだ”
(Akoro Kotan, 2019:27)
“Kono tabi wa warera no kyaku to natte kudasatta koto kansha moushi agemasu.
Wa ga kotan e kaetta ori ni wa rei wo tsukushi atsuku omotenashi wo
itashimashou. Ichinichi me kara ryouun ni megumareta. Saisaki ni yoi koto da”.
Terjemahan
“Terima kasih telah menjadi tamu kami. Ketika kembali ke Kotan, mari kita
bersyukur dan memberi keramahan yang hangat. kami diberkati berburu sejak
hari pertama. Ini adalah hal yang baik”.
Data (5)
Data (5) merupakan ilustrasi dari masyarakat suku Ainu berdoa sesudah
beruang, kamuy berterima kasih atas hasil perburuan yang berhasil, dan darah
beruang diminum., karena dianggap sebagai obat ilahi. Setelah kembali ke desa,
sebuah pesta diadakan di mana para tetua kotan sekali lagi mengungkapkan rasa
terima kasih mereka atas kembalinya para pemburu dengan selamat. Kepala
ditawari makanan dan minuman dalam upacara yang mirip dengan ritual
Data (6)
“アイヌの人(兄):何持ってんだ?おシノッポンク(遊びの小弓)とペラアイ(ヘラ
矢)か!!
アイヌの人(弟):さっき、クミチが作ってくれたんだ!
アイヌの人(兄):ポンノ(ちょっと)エンテレ(待ってろ)!‥おれも持ってきたぜ!
さっ、イマからチェプコイキに行くぞ!!”
(Akoro Kotan, 2019:85)
“Ainu no hito (ani): Nani motte nda? O shinopponku (asobi no sayumi) to peraai
(Hera ya) ka! !
Ainu no hito (otouto): Sakki, kumichi ga tsukutte kureta nda!
Ainu no hito (ani): Pon no (chotto) En Tere (mattero)!‥ Ore mo motte kita ze!
Sa~, ima kara chepukoiki ni iku zo! ! “
Terjemahan
“Ainu (kakak): Apa yang kamu punya? Apakah Shinopponku (busur) dan Peraai
(anak panah)? !!
Orang Ainu (adik): Ayah membuatnya untukku tadi!
Ainu (kakak): Ponno (sedikit) Entere (tunggu)! Aku juga membawanya! Ayo
pergi dari Imma ke Chepkoiki! !!”
Data (6) merupakan ilustrasi dari laki-laki bersaudara sedang mempersiapkan
panah untuk menangkap ikan. Menurut penulis, Dahulu kala, anak-anak Ainu
tumbuh dengan bermain dan meniru orang dewasa. Untuk anak perempuan,
mereka, dan untuk anak laki-laki, mereka akan berlatih berburu dan memancing
dengan simulasi harpun dan busur serta anak panah. Secara khusus, busur dan
anak panah dinyanyikan sebagai deskripsi proses pertumbuhan bahwa anak laki-
laki hampir selalu menembak pilar besar dan pilar kecil setiap hari dengan busur
dan panah mainan dalam epik pahlawan. Shinopponku dan Peraai yang diartikan
sebagai busur dan anak panah digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan di
Data (7)
“アイヌの人(兄):おっ、あそこにいるぞ!イチャンコッ(ヤマメ)の群れだ!
アイヌの人(弟):ソンノ?(ホント?)
アイヌの人(兄):さあ、行くぜ!!
(Akoro Kotan, 2019:86)
“Ainu no hito (ani): O~, asoko ni iru zo! Ichanko~tsu(yamame) no mureda!
Ainu no hito (otouto): Son'no? (Honto? )
Ainu no hito (ani): Sā, iku ze! !
Terjemahan
“Ainu (kakak): Oh, saya di sana! Ini adalah kawanan Ichanko (Yamame)!
Orang Ainu (adik): Betulkah?
Ainu (kakak): Yak, ini dia! !!”
Data (7) merupakan ilustrasi dan percakapan dari laki-laki bersaudara melakukan
kegiatan menangkap ikan di sungai. Yamame adalah ikan jenis salmon ceri
ditemukan di Hokkaido. Ukuran ikan Yamame adalah 300mm pada umur 2 atau
lebih. Ikan Yamame adalah ikan jenis air dingin dan habitatnya di hulu sungai dan
1991).
Data (8)
アイヌの人(弟):ぼくの矢が流れちゃう。。オヨ!?。。トウクシシ!?(アメマス!?)
(Akoro Kotan, 2019 : 89)
“Ainu no hito (otōto): Boku no ya ga nagare chau.. Oyo! ? .. Toukushishi! ?
(Amemasu! ? )”
Terjemahan
Orang Ainu (adik): Anak panahku hilang .. Oyo! ?? .. .. Tokushishi! ??
(Amemasu!?)
Data (8) merupakan ilustrasi dan percakapan dari adik laki-laki yang telah
menangkap ikan amemasu. Ikan amemasu pernah disebut dengan “Phantom fish”
karena populasinya yang berkurang, tetapi ikan ini telah tersedia secara
Hokkaido dan bagian dari Provinsi Tohoku dan mereka adalah spesies iwana
dominan yang ditemukan di perairan yang terkurung daratan dan searun. Sungai
yang kaya makanan akan menampung lebih banyak iwana, tetapi sisanya akan
sekujur tubuhnya dan tidak ada bintik jingga seperti kerabatnya Nikko-Iwana atau
(Tokyoflyfishing. 2011)
Data 9. Keluarga Ainu berkumpul untuk berdoa
Data (9)
“クナントッタ(今日この日)私たちの息子が初めて魚を捕ってきました。まず最初
にミミ匕(その肉)をあなたに捧げる次第です。まだまだ至らぬたち家族ですがこ
れからも変わらずお祀りいたしますのでなお一層見守って下さるよう。。クオンカ
ミナー(礼拝いたします)
Kunantotta (kyō kono Ni~Tsu) watashitachi no musuko ga hajimete sakana o totte
kimashita. Mazu saisho ni Mimi hi (Sono niku) o anata ni sasageru shidaidesu.
Madamada itaranu-tachi kazokudesuga korekara mo kawarazu o matsuri
itashimasunode nao issō mimamotte kudasaru yō.. Kuonkaminā (reihai
itashimasu)
Terjemahan
“hari ini, Anak kami menangkap ikan untuk pertama kalinya. Pertama-tama, saya
akan memberi Anda dagingnya. Kami masih anggota keluarga, tetapi kami akan
terus menyembah mereka, jadi tolong awasi kami. .. Kuonkamina (aku berdoa)
Data (9) merupakan ilustrasi dari keluarga suku Ainu yang berdoa kepada kamui
atau dewa untuk mengungkapkan berterima kasih untuk makanan hasil dari
tangkapan
BAB V
Budaya Masyarakat Ainu Pada Manga Akoro Kotan Karya Hidetoshi Narita
5.1 Pernikahan
Data (10)
“このラウンクツ(女の守りひも)だよ。私のフチイキリ(女糸)に代々伝わるものよ。
いいかいエホクフ(お前の夫)以外の男には絶対に見せたり触れさせたりしては
いけないよ。”
daidai tsutawaru mono yo. Ī kai ehokufu (omae no otto) igai no otoko ni wa zettai
Terjemahan
Putaran ini (tali penjaga wanita). Itu adalah sesuatu yang telah diturunkan ke tepi
saya (utas wanita) selama beberapa generasi. Jangan pernah menunjukkan atau
Data (10) merupakan ilustrasi gambar yaitu Raunku yang diartikan sebagai Tali
penjaga wanita. Tali ini disebut jimat dari nenek dan ibu., Raunku sangat penting,
dan dikatakan bahwa tanpa itu, tidak akan bisa pergi ke "dunia" ketika mati.
Selain itu, pola Ainu yang diterapkan pada pakaian merupakan salah satu tradisi
yang turun temurun. Tali ini digunakan dalam acara upacara pernikahan.
Gambar 11. Upacara Pernikahan
Data (11) merupakan ilustrasi dari upacara pernikahan, Wanita Ainu menikah
antara usia 15 atau 16 tahun dan pria berusia antara 17 atau 18 tahun. Pacaran
melibatkan pria mengunjungi rumah wanita yang ingin dinikahinya, Dia diberi
semangkuk nasi oleh wanita itu. Dia akan memakan setengah mangkuk dan
mengembalikan mangkuk wanita yang tersisa. jika dia makan sisa nasi, dia
bersedia menikah. Di sisi lain, jika dia tidak memakan sisa nasi, dia tidak akan
menikah dengannya.Pakaian digunakan disebut attush. Attush dibuat dari pohon
elm Jepang dan kulitnya dibuang. Selanjutnya, bagian dalam kulit kayu
dihilangkan dan helai yang tersisa direndam dalam air untuk membantu
melunakkan serat yang keras. serat kemudian ditempatkan di luar di bawah sinar
matahari untuk memutihkan sampai mencapai warna yang lebih terang. Untaian
serat yang lebih tebal kemudian dipisahkan untuk membuat benang yang
berkesinambungan. dari benang itulah kain attush ditenun menjadi potongan kain
kecil dan dijahit menjadi satu untuk membuat pakaian jadi. Kebanyakan attush
sederhana dan tidak menampilkan banyak dekorasi. tetapi yang dibuat untuk
upacara khusus biasanya dibubuhkan pada lengan dan motif geometris belakang
dengan applique hitam atau biru tua. Baik pria maupun wanita mengenakan hiasan
kepala. Pria mengenakan sapanpe untuk acara atau upacara khusus. Sapanpe
menampilkan patung kayu berukir binatang atau simbol spiritual lainnya. Sapanpe
dibuat dari serat kayu.Wanita mengenakan ikat kepala bersulam yang disebut
rekutunpe.(Henrich, 2006)
Rekutunpe adalah potongan kain sempit yang bagian bawahnya ditempeli plakat
logam dekoratif. Wanita Ainu melukis tato di wajah, lengan, dan tangan mereka,
mulai usia dua belas atau tiga belas tahun. Tato wajah dibuat pertama di bagian
kecil wajah dan kemudian dibuat lebih besar setiap tahun. setelah selesai, tato itu
tampak sedikit seperti kumis. Lengan dan tangan ditato dengan garis, titik, dan
lingkaran. pewarna yang digunakan untuk tato adalah biru-hijau cerah yang tidak
pernah pudar. Itu terbuat dari jelaga dan kulit pohon abu. Tato biasanya selesai
pada usia lima belas atau enam belas tahun. Para wanita muda itu kemudian
Data (12) merupakan ilustrasi dari upacara kematian dari salah satu anggota suku
Ainu. Menurut adat Ainu, anggota keluarga yang sakit atau terluka dibaringkan
sedekat mungkin dengan perapian. Api, rumah dewi Kamuy Fuchi, adalah sumber
kehidupan dan penjaga keluarga. Orang-orang dari desa berkumpul di sekitar api
untuk berdoa bagi yang sekarat. Jika usaha mereka tidak berhasil, arwah orang
perapian, jenazah dibalut pakaian upacara, lebih disukai yang berwarna putih.
Wanita disiapkan oleh keluarga ibu mereka, satu-satunya orang yang diizinkan
untuk melihat ikat pinggang sucinya, atau upshoro kut. Laki-laki juga dirawat
ditampilkan dengan harta mereka semasa hidup, termasuk lebih banyak pakaian,
peralatan, pipa, dan perlengkapan memasak. Karena setiap benda mengandung
pemakaman. Anggota keluarga merobek pakaian, pot penyok, dan peralatan patah.
Roh item tersebut kemudian bisa mengikuti orang mati ke alam baka (Totaworld,
2019)
アイヌの人 (弟)::どうしてオンネフチ(ひいばあちゃん)のチセ(家)燃やしちゃ
うの?”
アイヌの人 (お姉さん)::チセオマンテ(家送り)といってね。シンリッモシリでオ
ンネフチが住むために送ってあげるの“。
Ainu no hito (otouto): Dōshite on'nefuchi (hī bāchan) no Chise (ie) moyashi chau
no?
Terjemahan
Orang Ainu (adik): Mengapa kamu membakar Chise (rumah) Onnefuchi (nenek)?
Orang Ainu (kakak): Ini disebut Chiseo Mante (mengirim pulang). Saya akan
Data (13) Merupakan ilustrasi dari Rumah yang dibakar setelah salah satu anggota
suku Ainu meninggal. mereka akan membakar rumah mereka untuk tinggal di
sana. Sebagai alternatif, sebuah gubuk dibangun sebagai pengganti rumah, dan
gubuk itu dibakar dan dikirim ke Kanmante (pengiriman gubuk sementara juga
dilakukan). Suku Ainu mengingat leluhur mereka yang telah meninggal melalui
doa dan persembahan yang teratur. Dalam beberapa kasus, rumah almarhum
dibakar untuk dikirim ke alam baka juga. Ini sangat umum untuk rumah-rumah
wanita tua, yang dianggap rentan terhadap hantu. Pria membuat inau untuk
leluhur mereka, mereka dapat berharap suatu hari nanti dapat mengamankan
BAB VI
Simpulan Dan Saran
Pada bab ini diuraikan dua poin, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi
intisari dari dua rumusan masalah yang masing-masing dibahas Bab IV dan V.
guna penelitian lanjutan yang lebih lengkap dan mendalam. Kedua Poin ini
6.1 Simpulan
masyarakat suku Ainu yang terdapat dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi
Narita. Masalah ini diangkat tradisi dan budaya lebih dominan diilustrasikan pada
manga Akoro Kotan. Maka berdasarkan analisis antropologi sastra dan semiotika
suku Ainu ada dua hal keberadaan yang tidak bisa dilepaskan dan dua hal itu
adalah tradisi dan budaya. Tradisi yang terdapat dalam masyarakat suku Ainu
mencakup beberapa hal yang sudah dilakukan secara turun-temurun yaitu berburu
beruang dan menangkap ikan. Berburu beruang atau disebut Iomante adalah
tradisi turun-temurun dari suku Ainu untuk persembahan kepada dewa. Biasanya
dilakukan pada saat musim semi atau musim gugur yang dilakukan oleh
sekelompok pria masyarakat suku Ainu. Sebelum berburu, para pemburu berdoa
Dikarenakan berburu beruang sangat berbahaya oleh masyarakat suku Ainu dan
para pemburu sudah mempersiapkan pencegahan agar kegiatan berburu sukses.
Alat yang dibawa pada saat berburu yaitu inaw. Inaw adalah tongkat yang
panahnya diolesi dengan cairan muda Aconium spp yang bahan utamanya adalah
tanaman biksu. Umbi muda Aconium spp. dipanen di musim panas dan
dikeringkan di tempat teduh sampai musim gugur. Dipercaya bahwa racun paling
ampuh dapat diekstraksi dari umbi yang telah melunak. setelah beruang dibunuh,
inaw-kike dibuat untuk menghiasi sekitar kepala beruang, kamuy berterima kasih
atas hasil perburuan yang berhasil, dan darah beruang diminum., karena dianggap
sebagai obat ilahi. Setelah kembali ke desa, sebuah pesta diadakan di mana para
tetua kotan sekali lagi mengungkapkan rasa terima kasih mereka atas kembalinya
para pemburu dengan selamat. Dalam menangkap ikan, alat yang digunakan
adalah Shinopponku dan Peraai. Shinopponku dan Peraai diartikan sebagai busur
dan anak panah yang digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan di sungai.
Ikan yang ditangkap adalah ikan trout yamame. Ikan yamame adalah Yamame
adalah ikan jenis salmon ceri ditemukan di Hokkaido. Ukuran ikan Yamame
adalah 300mm pada umur 2 atau lebih. Ikan Yamame adalah ikan jenis air dingin
dan habitatnya di hulu sungai dan biasanya tumbuh sepanjang 100-250 mm dalam
waktu 1 sampai 2 tahun. Selain itu, mereka juga memburu ikan Amemasu. Ikan
terkurung daratan dan searun.Untuk ciri-cirinya yaitu memiliki warna putih besar
pernikahan suku Ainu, Wanita Ainu menikah antara usia 15 atau 16 tahun dan
pria berusia antara 17 atau 18 tahun melibatkan pria mengunjungi rumah wanita
yang ingin dinikahinya, mempelai pria diberi semangkuk nasi oleh wanita itu.
wanita yang tersisa. jika dia makan sisa nasi, dia bersedia menikah. Wanita Ainu
melukis tato di wajah, lengan, dan tangan mereka, mulai usia dua belas atau tiga
belas tahun. Tato wajah dibuat pertama di bagian kecil wajah dan kemudian
Pakaian yang dipakai adalah kain attush. Kain attush dibuat dari pohon elm
Jepang dengan cara bagian dalam kulit kayu dihilangkan dan serat kayu yang
tersisa direndamkan di dalam air untuk melunakkan serat kayu yang keras.
yang dibuat untuk upacara khusus biasanya dibubuhkan pada lengan dan motif
geometris belakang dengan applique hitam atau biru tua. Baik pria maupun wanita
mengenakan hiasan kepala. Pria mengenakan sapanpe untuk acara atau upacara
khusus. Sapanpe menampilkan patung kayu berukir binatang atau simbol spiritual
lainnya. Sapanpe dibuat dari serat kayu.Wanita mengenakan ikat kepala bersulam
wanita. Tali ini disebut jimat dari nenek dan ibu., Raunku sangat penting, dan
dikatakan bahwa tanpa itu, tidak akan bisa pergi ke "dunia" ketika mati. Selain
itu, pola Ainu yang diterapkan pada pakaian merupakan salah satu tradisi yang
turun temurun. Tali ini digunakan dalam acara upacara pernikahan. Dalam
jenazah semasa hidup yaitu ada pakaian, peralatan masak dan peralatan yang
dipakai semasa hidupnya. Dan untuk rumah orang yang sudah meninggal dibakar
karena rumah yang pemiliknya sudah meninggal rentan dengan hantu dan juga
diartikan sebagai rumah yang dibakar juga akan ditempati oleh pemiliknya di
alam baka.
6.2 Saran
Hal yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah diharapkan untuk
meneliti selain tradisi dan budaya masyarakat suku Ainu dengan sumber data
manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita. Alasan manga Akoro Kotan masih
layak untuk dijadikan sumber data penelitian adalah, masih banyak masalah-
kehidupan sosial, dan keseharian masyarakat Ainu lainnya yang ada dalam
masyarakat suku Ainu. Tetapi, manga Akoro Kotan ini berstatus sudah selesai
sehingga tidak ada chapter selanjutnya tetapi masih ada kemungkinan untuk
peluang untuk penelitian selanjutnya untuk menggali data-data lebih banyak dan
mendalam.
dengan menggunakan manga Akoro Kotan juga dapat menjadi penelitian yang
relevan. Kajian sosial dapat menjadi opsi dalam penelitian berikutnya. Masalah
yang bisa dapat diangkat terkait kajian sosial adalah mengenai rasisme yang
DAFTAR PUSTAKA
Fitzhugh, William W. dan Chisato O. Dubreuil. 1999. Ainu Spirit of a Nothern
People. National Museum of Natural History Smithsonian Institution. University
of Washington Press.
Dharma, I Gede Ngurah Arya Tresna.2020.“Sistem Teknologi serta Sistem Religi
Masyarakat Ainu dalam Manga Akoro Kotan Karya Satoru Noda”(Skripsi).
Denpasar:Universitas Udayana.
Sari, Ida Ayu Laksmita.2019.”Kajian Komparatif: Wacana Kearifan Lokal Cerita
Rakyat Bali dan Ainu Jepang”(Disertasi). Denpasar:Universitas Udayana
Dublin, Devon dan Noriyaki Tanaka. 2015. A Comparison Between Satoyama and
The Ainu Way of Life. Hokkaido University, Hokkaido, Japan
A.Green, Thomas. 1997. Folklore : an encyclopedia of beliefs, customs, tales, Ny
Tylor, Edward Burnett. 1920. Primitive Culture : Researches into The
Development of Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and
Custom.London
Ratna, Nyoman Kutha. 2017. Antropologi Sastra Peranan Unsur-unsur
Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Buchler, Justus. 1955. Philosophical Writing of Pierce. New York:Dovler
Publicitations, Inc.
Moleong, Lexy J. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Fumi, Kato. 1991. “Morphological and Ecological Notes on Large Sized
Specimens of The Amago, Oncorhyncus ishikawai and the Yamame .O. masou”.
Suizanzoushoku
Henrich, Jean. 2006. “Ancient Japan”. Social Studies School Service. Culver
City, CA.
DAFTAR UNDUHAN
AlJazeera.2019. “Japan to recognise Ainu as Indigenous People for first time”
https://www.aljazeera.com/news/2019/2/15/japan-to-recognise-ainu-as-
indigenous-people-for-first-time (Diakses 22 Mei 2022)
Murray. 1920. Primitive Culture : Researches into The Development of
Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and Custom
https://archive.org/details/primitiveculture01tylouoft/page/10/mode/2up?view=theater
(Diakses 24 Mei 2022)