Anda di halaman 1dari 6

GHAZWUL FIKR

PERANG PEMIKIRAN
Secara terminologis Ghazwul Fikri bermakna penyerangan dengan berbagai cara terhadap
umat Islam guna mengeluarkan mereka dari agamanya atau meninimal menjauhkan umat Islam dari
nilai-nilai ajaran ilahiah.
Dengan mesin politiknya Penjajah Barat menggunakan saluran berbagai media baik elektronik
maupun cetak untuk menyebarkan sarana-sarana lainnya, diantaranya;
1. Fashion
Perempuan merupakan sasaran utama semua produk yang bersangkut paut dengan dunia
kapital. Dengan semangatnya mempropagandakan westernisasi globalisasi dan materialisme,
maka disulaplah berbagai model fashion yang ditawarkan kepada umat Islam, seperti Jilbab gaul
yang hanya dililitkan di leher sembari tetap memperlihat bagaimana bentuk Tubuh atau dalam
bahasa Abu Fatiah al-Adnani (20099: 32) jilbab bukan lagi fungsinya sebagai pelindung wanita
dari nafsu birahi laki-laki yang biasanya bangkit dengan melihat aurat wanita, tetapi justru
menjerumuskan para wanita ke jurang kejahatan dan lembah kenistaan.
Berkat ideologi kapitalis, kini memakai Jilbab bukan sekedar mematuhi perintah agama,
tetapi bagaimana dalam pengertian model, jilbab juga memenuhi unsur gaya, modis, elegan, dan
tampak vulgar (Aravik, Sriwijaya Post, Jum‟at, 29 Maret 2013: 6). Maka, diam-diam para
wanita dijerumuskan ke dalam ideology yang oleh Sigmund Freud, dinamai dengan Narsisme.
Pola perangai di mana kepuasan diri terletak pada bagaimana atributatribut yang menempel
pada tubuh, bukan saja sebagai sarana untuk pelampiasan rasa estetika melainkan juga di dorong
oleh berbagai kombinasi faktor-faktor psikologis (Prasetyo, 2007: 3945). Selain itu,
diciptakannya trend fashion, seperti pakaian serba tipis atau semi you can see, celana super ketat
(lajing), atau jenis mode pakaian lainnya yang sembari tetap memperlihatkan bentuk tubuh atau
aurat.
Iklan-iklan di media cetak dan elektronik atas nama kebebasan dan modernisasi juga
membius dan membuat ustifikasi berdasarkan pendapat-pendapat ahli terkemuka bahwa cantik
adalah tampil langsing atau mungkin malah kurus dengan pakaian yang ketat. Konsekuensinya,
wanita berlomba-lomba diet ketat agar semakin kurus, ribuan rumah-rumah cantik berdiri yang
semuanya bertujuan memformat kurus agar terlihat lebih cantik. Sehingga, wanita atas nama
trend seperti “dipaksa” dan “digiring” kurus dan berpakaian ketat agar lebih menarik.
Menampakkan atau mempertontonkan sesuatu seperti di atas dalam Islam disebut
Tabarruj. Kata tabarruj ini menurut Yusuf Qaradhawy merupakan khusus digunakan untuk para
wanita yang membuka perhiasan atau auratnya kepada pria, menampakkan perhiasan dan
keindahan-keindahan tubuhnya. Sedangkan Imam Zamakhsyari memaknai tabarruj dengan
membuat-buat dan menampakkan sesuatu yang harus disembunyikan.
Jika kita melihat konteks sejarah, pakaian tabarruj yang menjadi trendy, model atau
identitas ke-sexy-an seorang wanita sekarang merupakan jenis dan model pakaian para wanita
Arab Jahiliyah zaman dahulu. Mereka selalu memakai pakaian yang menampakkan dada, leher,
tangan sampai ke bahu, dan menampakkan lekuk-lekuk tubuh serta rambut, untuk menggoda
laki-laki.
Menurut Imam Ash-Shabuni wanita jahiliyah memakai selendang, hanya disangkutkan
saja di atas kepala, sedangkan ujungnya terjuntai ke belakang. Maka andaikata ada wanita pada
zaman sekarang yang berprilaku serupa (memakai pakaian yang menampakkan sebagian
auratnya untuk dilihat orang), tidak ada bedanya dengan wanita-wanita pada zaman jahiliyah
yang jauh dari peradaban dan biadab (Aravik, Sriwijaya Post, Jum‟at, 29 Maret 2013: 6).
2. Fun (Hiburan)
Sarana ini diciptakan dengan tujuan agar umat Islam jauh dari agama Islam. Sehingga
sibuk mengejar kenikmatan sesaat yang fana seperti mabuk-mabukan, berjudi, korupsi, berzina
dan lain sebagainya. Diciptakan slogan-slogan penyemangat bahkan menjadi jimat untuk
mendapatkan hiburan seperti: Gaul, funcy, Happy, Modern, dan lain sebagainya. Sehingga,
budaya dansadansi, pesta laki-laki, perempuan, anak-anak muda biasa saja, dan ujung-ujungnya
zina bukan suatu hal yang haram itu semua demi satu ideologi kebebasan (freedom), fantasi, dan
sensasi dalam bingkai peradaban DUGEM (Dunia Gemerlap).
Peradaban DUGEM kemudian dijadikan sebagai ekspresi gejolak emosional khas anak-
anak muda. Di situ, mereka bebas berjingkrak-jingkrak, mereguk alkohol dan narkoba,
cekikikan sampai pagi, lalu pulang dalam keadaan teler dan capai. Melalui dugem, mereka bisa
menemukan komunitas bergaul dan identitas. Pendeknya, peradaban DUGEM adalah just
having fun, sekedar hura-hura yang membutuhkan uang dan fulus (Aravik, Sriwijaya Post,
Jum’at 7 Desember 2012: 9).
Kata-kata kebebasan yang dipropagandakan Barat untuk melawan keterikatan kepada
agama – memang seolah-olah indah dan di dalam katanya mengandung makna kebahagiaan.
Kenyataannya justru sebaliknya, kebebasan ala Barat justru membawa banyak kesengsaraan
manusia lainnya. Misalnya, kebebasan seks, berselingkuh dan hidup tanpa nikah, ternyata
menyebabkan kesengsaraan dan kehancuran rumah tangga, liarnya kehidupan remaja,
merebaknya penyakit AIDS, hilangnya kepekaan sosial, dan lain-lain. Kebebasan pergaulan,
anak terkena narkoba dan tawuran. Kebebasan minuman beralkohol menyebabkan kerusakan
otak dan akal (Hidayat, 2009: 121).
Koentjoroningrat bahkan menyatakan bahwa; ”meniru gaya Barat berarti meniru secara
berlebihan gaya pakaian orang Barat dengan cara mengikuti mode yang berubah cepat, meniru
gaya bicara dan adat sopan santun pergaulan orang Barat dan seringkali ditambah dengan sikap
merendahkan bahasa nasional dan adat sopan santun pergaulan Indonesia. Meniru pola-pola
bergaul, pola berpesta, pola berekreasi, dan kebiasaan minumminuman ala orang Barat, orang-
orang Indonesia yang berusaha mengadaptasi gaya hidup kebarat-baratan seperti itu, sebaiknya
kita sebut orang yang condong ke arah westernisasi.
Orang seperti itu belum tentu modern dalam arti bahwa mentalitasnya modern, ia
berbicara dengan gaya bahasa penuh ungkapan Belanda, Inggris memanggilnya istrinya “ling”
(darling), disapa papi atau dady oleh anak-anaknya, meminum bir bintang setiap pagi dan sore,
pergi berdansa tiap hari sabtu, suka menonton Midnight Show, merayakan ulang tahun seluruh
anggota keluarga dengan pesta-pesta mewah serta meriah dan sebagainya. Orang Indonesia
seperti itu sebenarnya tidak mempunyai mentalitas yang diperlukan untuk modernisasi, maka
sesungguhnya ia orang amat kolot”.
Islam jelas-jelas melarang perbuatan terkutuk itu. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT :
ٰۤ
َ ‫س ِم ۡن‬
‫ع َم ِل‬ ٌ ‫اب َو ۡاۡلَ ۡز َۡل ُم ِر ۡج‬ َ ‫ٰياَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ٰۡۤوا اِنَّ َما ۡالخَمۡ ُر َو ۡال َم ۡيس ُِر َو ۡاۡلَ ۡن‬
ُ ‫ص‬
٩٠ َ‫اجتَنِبُ ۡوهُ لَعَلَّ ُك ۡم ت ُ ۡف ِل ُح ۡون‬ ۡ َ‫ش ۡي ٰط ِن ف‬َّ ‫ال‬
‫ضا ٓ َء ِفى ۡالخَمۡ ِر َو ۡال َم ۡيس ِِر‬ َ ‫ش ۡي ٰط ُن ا َ ۡن ي ُّۡو ِق َع َب ۡينَ ُك ُم ۡال َعدَ َاوةَ َو ۡال َب ۡغ‬
َّ ‫اِنَّ َما يُ ِر ۡيدُ ال‬
٩١ َ‫ص ٰلوةِ ۚ فَ َه ۡل ا َ ۡنـت ُ ۡم ُّم ۡنت َ ُه ۡون‬
َّ ‫ع ِن ال‬ ‫ع ۡن ذ ِۡك ِر ه‬
َ ‫ّٰللاِ َو‬ َ ‫صدَّ ُك ۡم‬
ُ َ‫َوي‬
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-
Maidah [5]: 90-91).”
3. Foundation (Lembaga)
Foundation merupakan sarana favorit karena paling banyak dipakai untuk penyebaran
Ghazwul Fikri. The Asia Foundation (TAF) merupakan salah satu Foundation (lembaga) asing
yang sangat aktif menyebarkan paham liberalisme dan pluralisme. Untuk menanamkan paham
dan nilai-nilai inklusif dan pluralis di kalangan Muslim Indonesia, TAF telah membentuk
berbagai kelompok berbasis muslim sejak tahun 1970-an, khusus untuk menyebarkan paham-
paham tersebut.
TAF saat ini berhasil mendanai lebih dari 30 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di
Indonesia yang bertugas untuk mempromosikan nilai-nilai Islam yang dapat menjadi basis bagi
sistem politik demokratis, non-kekerasan, dan toleransi beragama. Dalam bidang pendidikan
kewarganegaraan, HAM dan rekonsiliasi antar-komunitas, kesetaraan gender, dan dialog antar-
agama. TAF juga bekerjasama dengan LSM-LSM tersebut untuk mempromosikan Islam
sebagai katalisator demokratisasi di Indonesia. Program-program itu mencakup training bagi
pemuka agama, studi tentang isu-isu gender dan HAM dalam Islam, pusat-pusat advokasi
wanita, dan sebagainya (Husaini, 2007: 59).
Adapun organisasi-organisasi di Indonesia yang diberikan pendanaan oleh The Asian
Foundation (TAF) adalah sebagai berikut:
(1) Yayasan Desantara tugasnya adalah menyebarkan paham pluralisme agama dengan cara
penerbiatan Majalah Syir‟ah,
(2) Lembaga Studi Agama dan Demokrasi (ELSAD) tugasnya adalah menyebarkan paham
pluralisme agama dan Demokrasi,
(3) Fahmina Institute, tugasnya adalah menyebarkan paham Pluralisme agama dan Gender
Equality.
(4) Indonesia Center for Civic Education, tugasnya adalah menyebarkan paham Demokrasi.
(5) International Center for Islam Pluralism (ICIP), tugasnya adalah menyebarkan paham
Pluralisme agama.
(6) Indonesia Conference on Relegion and Peace (ICRP), tugasnya adalah menyebarkan paham
pluralisme agama.
(7) Institut Arus Informasi (ISAI), tugasnya menyebarkan paham Pluralisme dan Jurnalisme.
(8) Jaringan Islam Liberal (JIL), tugasnya merombak pemikiran umat Islam lewat liberalisasi
pemikiran Islam.
(9) Paramadina, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penyebaran Pluralisme Agama,
Sekularisme dan Liberalisme dengan ikon utamanya Nurcholish Madjid.
(10) Pusat Studi Antar Komunitas (Pusaka), tugasnya menyebarkan paham Demokrasi ala
Barat kepada umat Islam.
(11) Pusat Studi Wanita yang ada dibeberapa perguruan tinggi Islam dan Departemen Agama,
tugasnya adalah mensosialisasikan dan mendoktrin setiap orang tentang kehebatan Gender
Equality.
(12) Lembaga Kajian Islam dan Sosial (Lkis), tugasnya adalah menerbitkan buku-buku yang
khusus membahas tentang Pluralisme.
(13) Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ), tugasnya adalah mensosialisasikan dan
mendoktrin setiap orang tentang kehebatan Gender Equality.
(14) Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdatul Ulama, tugasnya adalah
menyebarkan paham Pluralisme Agama di kalangan umat Islam, khususnya yang berideologi
Nahdatul Ulama, serta melakukan Dekonstruksi terhadap hukum-hukum Fiqh yang selama ini
dijalankan dan dipedomani umat Islam.
(15) dan puluhan bahkan ratusan LSM dan organisasi sejenis yang sengaja diberdayakan untuk
merusak dan menjauhkan umat Islam dari agamanya (Husaini, 2007: 60).
4. Food (makanan)
Food yang artinya makanan, banyak para remaja sehari-harinya yang tidak diajarkan
untuk mensyukuri rahmat yang telah Allah swt berikan kepada mereka serta mereka juga
termakan untuk tayangan-tayangan makanan yang ada di TV seperti pizza, sphagethi, steak dan
lain sebagainya. Mereka lebih memilih makan di restorant yang jelas mahal di bandingkan
dengan makan-makanan seperti halnya, tahu, tempe, atau makanan khas indonesia yang jelas-
jelas lebih murah. Sebagai muslim kita harus selalu bersyukur apa yang sudah Allah swt berikan
kepada kita. Dengan mengkonsumsi makanan mahal tersebut membuat mereka berperilaku
konsumtif dan pemborosan.
Terjadi pada seorang anak laki-laki dalam sebuah keluarga, yang punya keanehan, setiap
ada tamu yang datang ke rumahnya selalu dikencingi oleh anak tersebut. Sifat aneh itu sudah
seringkali terjadi, setiap ada tamu pasti dikencingi oleh anak tersebut. Setelah diperiksakan ke
ahli jiwa anak, ternyata tidak ditemukan suatu kelainan, anak itu sehat jiwanya.
Setelah diperiksakan kepada seorang ustadz ternyata terungkap bahwa ayah dari anak
tersebut bekerja pada sebuah perusahaan bir (minuman keras). Lalu disarankan agar
orangtuanya pindah kerja, bekerja mencari nafkah di tempat yang halal. Dan dalam Hadits,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang masih bermaksiat, makan
makanan haram, maka Allah tahan rezkinya”.
Ternyata setelah bapaknya kerja di perusahaan lain yang halal, 40 hari kemudian
anaknya tidak pernah mengencingi tamu lagi. Food (makanan) sangat berpengaruh dalam
kehidupan dan perilaku manusia. Dalam penelitian di Inggris, seekor kambing yang disembelih
dengan membaca Bismillah, secara Syar’i dibandingkan dengan kambing yang disembelih
tidak secara Syar’i, ternyata berbeda luar biasa.
Para ahli potong hewan di Inggris mengatakan bahwa sumber penyakit adalah darah. Itu
benar. Hewan yang disembelih tidak secara Syar’i, maka darahnya akan banyak tertinggal
dalam daging. Dan bila daging itu dimakan, akan mempengaruhi si pemakan daging itu secara
total. Dan makanan itu sangat berpengaruh kepada orang perempuan.
5. Film
Di bidang perfilman penjajah Barat pun melebarkan sayapnya untuk bagaimana
menjauhkan umat Islam dari agamanya. Hal ini terlihat pada hampir semua film produksi AS,
baik yang bertema politik, kriminal, horor, atau drama sampai kartun ada selingan adegan
hubungan seksual minimal ciuman bernafsu antara laki-laki dan perempuan dewasa karena
menurut mereka, sebuah film belum lengkap tanpa ada sentuhan seks di dalamnya. Film-film
tersebut juga merupakan khotbah para sekularis untuk mendewakan budaya selingkuh, budaya
porno, dan budaya materialis. Akibat nanti para pemuda dan pemudi Islam akan terbiasa
menanggalkan aurat, pacaran, merrage by accident, melacur demi uang, kumpul kebo, selingkuh
dan lainlain.
Film merupakan cara efektif untuk mempropagandakan pemikiran, baik secara halus
maupun kasar. Sehingga sadar atau tidak, banyak kemudian umat Islam yang menjadikan artis-
artis film tersebut sebagai idol (berhala) dan meniru semua yang diserapnya di dalam film-film
tersebut, baik cara berpakaian, bermusik, berbicara, bergaya sampai berideologi, dan lain
sebagainya (Aravik, Sriwijaya Post, Jum‟at 7 Desember 2012: 9). Pengaruh negatif lainnya dari
film adalah membangkitkan naluri keliaran ala binatang secara dini dan dampak dari itu semua
adalah merosotnya akhlak, etika dan moral yang sangat mengerikan. Dan sengaja dirancang
untuk menabrak normanorma yang sudah baku di dalam masyarakat.
Lihatlah film-film Indonesia sekarang, banyak bertema sex, vulgar, horror, kekerasan
dan amoral. Bahkan tema-tema tersebut paling banyak diminati, seperti Data PT. Perfin
(Peredaran Film Nasional) tahun 1993, film-film bertemakan sex, rata-rata ditonton 4 kali lipat
dari film-film bertema biasa. Film-film itu di tonton 40.000 penonton, padahal film biasa rata-
rata ditonton 10.000 orang. Contoh film Gadis Metropolis di Jakarta, mampu menarik 200.000
penonton dan di Surabaya 50.793 penonton. Film Gairah Malam, di Surabaya, mampu
menyedot 114.160 penonton. Karena tergiur keuntungan besar dari tahun 1994, 80 persen judul
film di Indonesia berbau porno dan kekerasan.
Melihat efek buruk yang dihasilkan sudah saatnya pemerintah dan stakeholders yang
sangat berkepentingan dengan masalah ini, khususnya kaum muslimin segera melakukan sensor
ketat terhadap film-film tersebut dengan cara melarang generasi muda Islam untuk membeli
atau mendownload serta tidak mendatangi bioskop-bioskop yang terus menerus menayangkan
film-film tersebut dan jadikan slogan say no to porn film sebagai isu bersama melawan
peredaran film-film berbau porno.

Anda mungkin juga menyukai