PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang
disebabkan oleh traumatic. Traumatic merupakan keaadaan dimana seorang
mengalami cidera oleh salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan
lalu lintas, industry, olahraga dan rumah tangga. Salah satu penyakit penyebab
trauma adalah fraktur. Penanganan fraktur ada ada 2 macam yaitu secara non
operatif dan operatif. Secara operatif adalah dengan ORIF (open reduction
Internal Fixation).
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah salah satu penanganan pada
penderita fraktur yaitu penggunaan fiksasi yang dipasang di dalam tubuh dapat
berupa plat and screws, nail, narrow, whire, dll.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan
dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins,
screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah.
Dalam Kasus ini di ambil fraktur karna banyaknya kasus tindakan ORIF
yang terjadwal maupun cito pasien dari IGD RS Hermina Banyumanik karena
kecelakaan di jalan raya dan keceIakaan kerja.
Di Indonesia sendiri, kejadian fraktur merupakan kasus terbanyak di Asia
Tenggara yaitu setiap tahun mencapai 1,3 juta dalam 238 juta penduduk
(Wrongdignosis, 2011).
Dari data Rumah Sakit Hermina Banyumanik kasus operasi fraktur dari
bulan januari 2020 hingga februari 2021 berjumlah 104.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada An. F dengan
fraktur radius dextra di Hermina Banyumanik Semarang.
1
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada bedah An. F dengan fraktur radius dextra
di Hermina Banyumanik Semarang.
b. Melakukan perumusan diagnosa yang muncul pada An. F dengan
fraktur radius dextra di Hermina Banyumanik Semarang.
c. Melakukan rencana keperawatan pada An. F dengan fraktur radius
dextra di ruang bedah RS Hermina Banyumanik Semarang.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada An. F dengan fraktur radius
dextra RS Hermina Banyumanik Semarang.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An. F dengan fraktur
radius dextra di ruang bedah RS Hermina Banyumanik Semarang.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada An. F dengan
fraktur radius dextra di ruang bedah RS Hermina Banyumanik
Semarang.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi
2
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
atau rujukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur radius dextra yang bermutu dan komprehensif.
2. Bagi Rumah Sakit
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam
meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur radius
dextra. Penulisan makalah ini juga menjadi masukan dan alternatif
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
B. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, terdapat
riwayat fraktur sebelumnya ataundiakibatkan oleh beberapa fraktur ringan
karena kelemahan tulang, osteoporosis, infeksi atau penyakit lainnya (Corwin,
2009).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
4
dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga
menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan
kelemahan.
5
D. Pathway Fraktur Radius
PATHWAY FRAKTUR
Fraktur
Intra OP
Ancaman Pada
Risiko
Kasus terkini Inkontinuitas Efek
perdarahan
jaringan anestesi
Resiko :
Cidera intra
Cemas op
Nyeri Akut Nyeri akut
Nutrisi Re
kurang dari ja
kebutuhan
6
G. Pemeriksaan Penunjang Fraktur Radius
1. Sinar Rontgen
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray).Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit. Hal yang harus dibaca pada x-ray
adalah bayangan jaringan lunak, tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi
periosteum atau biomekanik atau juga rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare
fraction, sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2. Tomografi
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti tomografi yang menggambarkan tidak satu struktur saja tapi
struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini
ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu
struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
3. Myelografi
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang
tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
4. Computed Tomografi-Scanning
H. Komplikasi
7
2. Komplikasi awal radius ulna meliputi
a. Emboli Lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami
fraktur radius ulna
b. Maslah imobilisasi local
c. Sindrom Kompartemnt
3. Komplikasi lambat, meliputi :
a. Deformitas
b. Osteoarthritis sekunder (sendi)
I. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.
Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak
stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur distal radius
umumnya terjadi pada anak – anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep “empat R” yaitu : rekognisi, reduksi /
reposisi, terensi / fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnose
yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragment-fragment
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau
keadaan letak normal
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuha
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.
8
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No
MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya, riwayat penyakit pasien yang pernah
dirawat dirumah sakit serta pengobatan yang pernah
didapatkan dan hasilnya. Dan ada tidaknya riwayat
DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
perawatan post operasi.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang
keluhan pasien saat ini, biasanya pasien mengalami
nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik yang lemah,
tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah,
dan nafsu makan menurun.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai
penyakit yang berhubungan dengan yang diderita
pasien saat ini dan penyakit herediter/keturunan
lainnya (anggota keluarga dengan riwayat penyakit
yang sama
9
c. Data pola kebiasaan sahari-hari
1) Nutrisi
a) Makanan
Catat pola kebiasaan makan saat sehat dan
sakit.Catat diit yang diberikan rumah sakit pada
pasien dan jumlahnya.Tanyakan konsumsi diit atau
makanan sehari-hari lainnya pada waktu sakit dan
bandingkan pada waktu sehat, catat porsi makan
yang dihabiskan, keluhan saat makan serta
kemandirian dalam pelaksanannya.
b) Minuman
Tanyakan jumlah cairan yang diminum dan
ragamnya, bandingkan jumlahnya pada saat sakit
dengan sehat.Catat keluhan yang dirasakan pasien
dan kemandirian dalam melaksanakannya.
2) Eliminasi
a) Miksi
Tanyakan frekuensi buang air kecil dan perkiraan
jumlahnya, bandingkan pada keadaan sakit dengan
sehat serta catat karakteristik urine (warna,
konsistensi dan bau serta temuan lain) serta
keluhan yang dirasakan selama BAK dan
kemandirian dalam melaksanakannya serta alat
bantu yang dipakai.
b) Defekasi
Tanyakan frekuensi buang air besar, bandingkan
pada keadaan sakit dengan sehat serta catat
karakteristik feses(warna, konsistensi dan bau serta
temuan lainnya) serta keluhan yang dirasakan
selama BAB dan kemandirian dalam
melaksanakannya.
10
d. Pemeriksaan fisikk
1) Keadaan umum pasien
a) Tingkat kesadaran
b) Berat badan
c) Tinggi badan
2) Kepala
Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema,
perlukaan (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan,
kondisi luka).
a) Rambut : Amati keadaan kulit kepala dan rambut
sertakebersihannya dan temuan lain saat melakukan
inspeksi.
b) Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan
disekitarwajah (rinci keadaan luka, luas luka,
adanya jahitan, kondisi luka) dan temuan lain saat
melakukan inspeksi.
c) Mata : Amati kesimetrisan kedua mata, reflek
cahaya, diameterpupil, kondisi bola mata (sklera,
kornea, atau lensa, dll) keadaan kelopak mata dan
konjungtiva serta temuan lainya.
d) Hidung : Amati keadaan hidung, adanya perlukaan,
keadaanseptum, adanya sekret pada lubang hidung,
darah atau obstruksi), adanya pernafasan cuping
hidung dan temuan lain saat melakukan inspeksi
(rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan,
kondisi luka).
e) Bibir : Amati adanya oedema, permukaan (rinci
keadaanluka, luas luka, adanya jahitan, kondisi
luka), warna bibir dan kondisi mukosa bibir serta
temuan lain saat melakukan inspeksi.
11
f) Gigi : Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan
kebersihanserta temuan lain saat melakukan
inspeksi.
g) Lidah : Amati letak lidah, warna, kondisi dan
kebersihanlidah serta temuan lain saat melakukan
inspeksi.
3) Leher
Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
getah bening dileher serta deviasi trakea, adanya luka
operasi, pemasangan drain serta temuan lain saat
melakukan inspeksi. Lakukan auskultasi pada kelenjar
thyroid jika ditemukan pembesaran. Ukur jugularis
vena pressure (JVP), tuliskan lengkap dengan
satuannya.
4) Dada/thorak
a) Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi
pembengkakan, warna kulit pucat, laserasi,
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya
fraktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
b) Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu
penolakanotot oleh sentuhan kita adalah nyeri tekan,
lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit
biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan
didaerah luka insisi.
c) Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan
pada kasusfraktur.
d) Auskultasi : Periksaan dengan cara
mendengarkan gerakanudara melalui struktur
merongga atau cairan yang mengakibatkan struktur
sulit bergerak. Pada pasian fraktur pemeriksaan ini
pada area yang sakit jarang dilakukan.
5) Jantung
12
a) Inspeksi : Amati ictus cordis.
b) Palpasi : Raba lokasi dirasakan ictus cordis
dan kekuatanangkanya.
c) Perkusi : Tentukan batas-batas jantung.
d) Auskultasi : Dengarkan irama denyutan jantung,
keteraturandan adanya bunyi tambahan.
6) Perut/abdomen
a) Inspeks : Amati adanya pembesaran rongga
abdomen,keadaan kulit, luka bekas operasi
pemasangan drain dan temuan lain saat melakukan
inspeksi.
b) Auskultasi : Dengarkan bunyi bising usus dan
catatfrekuensinya dalam 1 menit.
c) Palpasi : Raba ketegangan kulit perut, adanya
kemungkinanpembesaran hepar, adanya massa atau
cairan.
d) Perkusi : Dengarkan bunyi yang dihasikan
dari ketukandirongga abdomen bandingkan dengan
bunyi normal.
7) Genitourinaria
Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan
kateter serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
8) Ekstremitas
Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka),
oedema, dan pengisian kapiler, suhu bagian akral serta
temuan lain saat pemeriksaan.
9) Sistem integument
Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor
kulit, adanya luka serta temuan lain saat pemeriksaan.
10) Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien
mengalami penyakit yang berhubungan dengan sistem
neurologis)
13
a) Glascow Come score
b) Tingkat kesadaran
c) Refleks fisiologis
d) Reflek patologis
e) Nervus cranial I – XII
14
Ekspresi wajah mempengaruhi nyeri seperti suhu
tenang ruangan, pencahayaan, kebisingan.
klien dapat Kurangi faktor presipitasi nyeri.
istirahat dan tidur Pilih dan lakukan penanganan nyeri
v/s dbn (farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang tenang,
kurangi kebisingan, atur pencahayaan
cukup
Atur posisi tidur/duduk yang nyaman
Kurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri
Berikan kompres dingin pada area yang
bengkak
Pertahankan posisi imobilisasi pada
bagian yang sakit dengan tirah baring
Tinggikan dan dukung yang fraktur/luka
Libatkan keluarga saat mengajarkan
tehnik relaksasi dan distraksi
Libatkan keluarga untuk memberikan
dukungan kepada pasien.
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analgetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
15
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
16
rutin
17
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip
jika perlu
Dorong istirahat yang cukup.
Dorong peningkatan mobilitas dan latihan
sesuai indikasi
5 Kerusakan Setelah dilakukan Terapi ambulasi
mobilitas askep … jam terjadi Kaji kemampuan pasien dalam melakukan
fisik peningkatan ambulasi
berhubunga Ambulasi :Tingkat Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan
n dengan mobilisasi, ambulasi
patah tulang Perawtan diri Dg Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai
KH : kemampuan
Peningkatan Ajarkan pasien berpindah tempat secara
aktivitas fisik bertahap
Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi
Pendidikan kesehatan
Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnya
ambulasi dini
Edukasi pada pasien dan keluarga tahap
ambulasi
Berikan reinforcement positip atas usaha
yang dilakukan pasien.
6 Kurang Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan : proses penyakit
pengetahua askep …. Jam Kaji pengetahuan klien.
n tentang pengetahuan klien Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda
penyakit meningkat dg KH: gejala serta komplikasi yang mungkin terjadi
dan Klien dapat Berikan informasi pada keluarga tentang
perawatann mengungkapkan
18
ya b/d kembali yg perkembangan klien.
kurang dijelaskan. Berikan informasi pada klien dan keluarga
paparan Klien kooperatif tentang tindakan yang akan dilakukan.
terhadap saat dilakukan Diskusikan pilihan terapi
informasi, tindakan Berikan penjelasan tentang pentingnya
keterbatan ambulasi dini
kognitif jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
akan muncul
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Tanggal Lahir/ Usia : 13 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No RM : S089757
DPJP : Dr. Wijiono, Sp. OT
Alamat : Banyumanik
Tanggal masuk RS : 26/06/2022
Pukul : 06.00
Diagnosa masuk : Fraktur Radius Dextra
2. Identitas keluarga :
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Banyumanik
19
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Orang tua
B. Catatan Masuk
Pasien pada tanggal 26/06/2022 datang ke front office RS Hermina
Banyumanik pukul 06.00 menggunakan kendaraan pribadi. , langsung datang
ke Front Office, selanjutnya pasien dirawat ke ruang perawatan.
C. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Ot pasien mengatakan anak patah tulang ditangan kanan (kecelakaan
naik motor ) kemarin dan pasien mengatakan takut akan di operasi
2. Riwayat keperawatan sekarang
Ot pasien mengatakan anak terjatuh dari motor tadi malam dan lengan
tangan kanannya patah ,pasien mengatakan lengan tangan kanannya nyeri
, mual muntah tidak
20
4) Riwayat Penyakit Keluarga
tidak ada
5) Riwayat Alergi
tidak ada
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tampak tidak sakit sakit ringan
saSakit sedang
2) Kesadaran : cm Apatis Somnolen Sopor
3) GCS : E4 M6 V5
4) Tanda Vital :TD: 100/80 mmhg, Suhu: 36.ºC
Nadi: 80x/ menit, RR: 20x/menit
21
Pekerjaan penangung jawab/ orang tua pasien
Pendidikan pasien:
TK SD SMP SLTA
Sarjana
Cara pembayaran :
Lain-lain BPJS
Tinggal bersama :
2. Spiritual (Agama) :
22
Tidak mau diberikan imunisasi/vaksinasi
Tidak mau obat yang mengandung alkohol
Tidak mau obat yang mengandung/ bersinggungan dengan bahan
yang tidak halal
Tidak mau dilakukan transfusi
Tidak mau makan makanan tertentu
Menolak dilayani oleh petugas lawan jenis
Menolak diberikan pengobatan medis dan mencari pengobatan
alternative
5. Kebutuhan Privasi pasian/ Keluarga : Ada √ Tidak
Perlindungan dari karyawan / pasien lain
Tidak mau diketahui keberadaannya dirumah sakit/ masyarakat
Tidak mau diketahui diagnosa/ pengobatannya
Tidak mau dikunjungi oleh orang tertentu/ anggota keluarganya
Tidak mau difoto, direkam, diikut sertakan dalam survey wawancara
F. Anamnesis
1. Diagnosa medis saat masuk : Fraktur Radius Dextra
2. Keluhan utama : nyeri
3. Riwayat Penyakit sekarang : ot pasien mengatakan anak jatuh dari motor
tadi malam dan tangan kanannya patah, nyeri ada hilamg timbul , mual
muntah tidak ada
4. Riwayat penyakit terdahulu termasuk riwayat pembedahan
a. Pernah dirawat : Tidak Pernah, Kapan lupa, Diagnosa medis
Thypoid
b. Pernah operasi tindakan: √Tidak Ya, kapan , jenis operasi
c. Masalah operasi pembahasan: √ Tidak Ya, Sebutkan
5. Riwayat penyakit keluarga: √ Tidak Ada,Sebutkan
6. Obat dari rumah: √Tidak ada Ada,Sebutkan
7. Apakah pernah mendapatkan obat pengencer darah (asprin, warfarin,
plavis dll):
Tidak ada Ya, Kapan
23
8. Riwayat alergi :√ Tidak ada Ada, Sebutkan
9. Nyeri: √ ada tidak Ada, dengan skala nyeri :√NRS FLACSS
Wong Baker
Deskripsi : Provoke s: Benturan proses Penyakit, Lain-lain
Quality: seperti tertusuk-tusuk
Berdenyut Terbakar r Tertindih benda berat
Diremas Terpelintir Teriris
Region: Lokasi: Extremitas atas dextra Menyebar: Tidak Ya
Severity : FLACSS , Score Wong Baker Faces, Score
√NRS score 2 BPS, Score
Time/ durasi nyeri : Hilang timbul
Jika ada keluhan nyeri lakukan asesmen lanjutan dan intervensi
24
e. Antropometri : BB:70 kg ,TB: 158 cm, LK: tidak diukur, LD:
tidak diukur, LP: tidak dukur
Pengkajian Hasil Pemeriksaan
Persistem/Fungsi
Sistem Susunan Kepala:√TAK hydrocephalus mikrocepalus Lain-lain
Syaraf Pusat Ubun-ubun : √Datar cekung menonjol lain-lain
Wajah:√TAK asimetris bells palay kelainan kongetal
Leher : √TAK kaku kuduk pembesaran thyroid
pembesaran KGB keterbatasan gerak lain-lain
Kejang : √Tidak ada, tipe
Sensorik: √ Tak Ada Kelainan sakit nyeri rasa lebas
Motorik : √TAK hemiparese telaparese
Sistemm Gangguan Penglihatan : √TAK minus plus buta
Pengelihatan/ Mata Posisi Mata :√Simetris Asimetris
Pupil :√ Isokor anisokor
Kelopak Mata √ TAK edema cekung lain-lain
Konjungtiva √TAK anemis konjungtivitis lain-lain
Sklera : √ TAK kateriskterik perdarahan
Alat Bantu Pengelihatan: √Tidak ada
Sistem √Tak Ada Kelainan nyeri keluar cairan berdenging lain-lain
Pendengaran Menggunakan alat bantu pendengaran : √Tidak ya
Sistem Penciuman √TAK asimetris pengeluaran cairan polip sinusitis
epitaksis lain-lain
Sistem Pernafasan Pola Nafas :√ Normal bradipneu tachipneu
kusmaul cheynestiokes blot apneu lain-lain
Retraksi :√ Tidak ya
NCH :√ Tidak ya
Jenis Pernafasan : √ Dada perut
Irama Nafas :√ Teratur tidak teratur
Trepasang WSD :√ Tidak ya, produksi
Kesulitan Bernafas : √ Tidak ya ,jika ya : dispneu
orthopneu
25
Batuk dan Sekresi : √ tidak ada ya jika ya produktif
tidak
Warna sputum : putih kuning hijau merah tidak ada
Suara Nafas :√ Vesikuler ronchi wheezing
kracles
Perkusi √ Sonor hipersonor redup
Sistem Warna Kulit : √ Normal kemerahan sianosis lain-lain
Kardiovaskuler/ Clubbing Finger : √ Tidak ya
Jantung Nyeri Dada : √ Tidak ya, sebutkan
Denyut Nadi : √ Teratur tidak teratur
Sirkulasi : √ Akral hangat akral dingin rasa kebas
palpasi edema, lokasi
Pulsasi : √ Kuat lemah
CRT : √ <2 detik >2detik
Bunyi Jantung : √ Normal murmur gallop
Sistem Pencernaan Mulut : √TAK stomatitis Mukosa Kering
Gigi : √ TAK karies tambal goyang gigi palsu
lain-lain
Lidah √ Bersih kotor
Tenggorokan : √TAK Hiperemesis pembesaran tonsil
Abdomen : √TAK Lembek Distensi Kembung Asites
Spenomegali Hematomegali
Peristaltik Usus :√ TAK tidak ada bising usus hiperperistaltik
Anus : √TAK Atresia Ani haemoroid fistula
lain-lain
BAB : √TAK konstipasi melena inkontensia
Colostomy
Sistem Kebersihan : √Bersih kotor bau lain-lain
Genitourinaria Kelainan : TAK Hipospadia Hidrokel Ambigous
BAK : √TAK anuria disuria poliuria restensi urine
Inkontinensial urin hematuri urostomi
26
Palpasi : √TAK Ada kelainan
Perkusi : √ TAK Nyeri ketok
Sisitem Reproduksi Laki-laki
Sirkumsisi : Tidak Ya
Gangguan prostat √ Tidak Ya, sebutkan
Sistem integument Turgor Kulit :
Elastis Tidak elastis
Warna :
TAK ikterik pucat
Intergritas :
Utuh Dekubitus Rash/ruam Ptekiae
Sistem Pergerakan Sendi :
Muskuloskeletal terbatas
Kekuatan Otot :
Baik √ Lemah
Nyeri Sendi :
Tidak ada ada lokasi
Oedema :
Tidak Ada lokasi kedua punggung kaki
Fraktur :
Tidak Ada ada lokasi : ekstremitas atas dextra
Parase :
Tidak Ada ada lokasi
Pustur Tubuh :
Normal skoliosis lordosis kifosis
Sistem Endokrin Mata :
Metabolik TAK Exsopthalmus endopthalmus
Leher :
TAK Pembesaran kelenjar tiroid
27
Ekstermitas :
TAK Tremor Berkeringat
28
5. Psikologi
Status Psikologis : Tenang Cemas Sedih Depresi Marah
Kebutuhan pendidikan/ komunikasi pengajaran
a. Bicara : Normal Tidak gangguan bicara sejak
b. Bahasa sehari-hari : Indonesia daerah Inggris Lain-lain
c. Penerjemah : Tidak Ya
d. Hambatan belajar : Tidak Ya Bahasa cemas Kognitif
e. Cara belajar yang disukai : Menulis Diskusi Mendengar Demonstrasi
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi/ bersedia : Bersedia Tidak
g. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : Proses penyakit
Terapi atau obat Nutrisi penggunaan alat medis Tidakan
Managemen nyeri Pencegahan risiko jatuh lain-lain
h. Perencanaan Edukasi:
Menjelaskan tindakan dengan jelas dan sederhana
29
nutrisi pola tidur Eliminasi
suhu tubuh perfusi jaringan konflik peran
integritas kulit pola nafas Jalan Nafas/ Pertukaran
Gas
infeksi mobilitas/ altivitas Pengetahuan/Komunikasi
Perawatan Diri Keseimbangan Cairan Lain –lain : anxietas
dan Elektrolit
Keselamatan Pasien Tumbuh Kembang
RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi ku dan TTV
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Libatkan keluarga untuk memberikan support mental
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Kolaborasi DPJP
30
dirumah(home care)
Bila salah satu jawaban “Ya” dari kriteria perencanaan pulang dibawah ini,
maka akan dilanjutkan dengan assesmen awal pasien pulang dalam kondisi
khusus
1. Geriatri : Ya Tidak
2. Umur ≥ 65 tahun : Ya Tidak
3. Keterbatasan mobilitas : Ya Tidak
4. Perawatan lanjutan (menggunakan alat, perawatan luka dll) : Ya
Tidak
5. Bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari : Ya Tidak
6. Assesment Transportasi
1. Transportasi yang digunakan Kendaran pribadi (mobil, beroda dua)
Mobil ambulance kendaraan umum, sebutkan
31
H. Pemeriksaan Penunjang
I. ASSESMENT PERIOPERATIF
1. Pre Operasi
Asal pasien : Lantai 4 Ruang Perawatan
Tiba di Kamar Bedah tanggal : 26/06/2022
Cara masuk : Menggunakan brankar
DPJP : Dr. W, Sp. OT
a. Keadaan umum : Baik
b. Kasadaran : Composmentis
GCS : 15
c. Tanda – tanda vital : TD 110/60 mmHg, nadi 80 x/menit,
RR 20 x/menit, TB 158 cm,
32
BB 70 kg
Golongan darah : Tidak terkaji
Lokasi operasi : Lengan tangan kanan
33
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN (NURSING
CARE PLAN)
PREOPERASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVAL
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam 16.00 Anxietas b.d: □ Tingkat ansietas □ Menciptakan Anxietas
1. Pernapasan : □ Kurang menurun: suasana terapeutik □ T
RR : 20x/menit informasi □ Monitor tanda □ Membimbing pasien
SPO2 : 100% verbal dan non untuk berdoa
Tanpa alat bantu napas verbalcemas pasien □ Mendampingi
2. Darah : □ Orientasikan pasien untuk
Capillary refill : < 2 detik lingkungan dan tim mengurangi
Kulit : hangat operasi kecemasan
Tidak ada perdarahan □ Ciptakan suasana □ Menganjurkan
3. TD : 120/78 mmHg terapeutik keluarga untuk
S : 36℃ □ Dampingi pasien mendampingi
GDS : 80 mg/dl utk mengurangi selama pre operasi
4. Otak/ syaraf pusat rasa cemas
GCS : E4 M6 V5
Kesadaran : Composmentis □ Nyeri Nyeri
□ Tingkat nyeri □ Memonitoring
akut/kronis akut/Kron
5. Skala Nyeri sesuai menurun: keadaan umum,TTV
b.d: □ Te
kasus: 3 □ Mengidentifikasi
□ Trauma □ Monitor keadaan
nyeri (PQRST)
34
6. Pencernaan : langsung umum dan ttv □ Mengajarkan teknik
BB : 70 kg relaksasi untuk
□ Identifikasi nyeri
TB : pasien lupa cm mengurangi nyeri
PQRST
Pasien puasa □ Mengajarkan teknik
7. Ekstremitas : utuh non farmakologis
□ Ajarkan teknik non
8. Patah tulang : ada di untuk mengurangi
farmakologis untuk
tangan kanan nyeri (distraksi
mengurangi nyeri
9. Lain – lain : tidak ada &relaksasi)
(distraksi
&relaksasi)
Intra op
PENGKAJIAN DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk OK : 16.00 □ Risiko Cedera □ Tingkat cedera □ Melakuk
Jam keluar OK: 17.00 d.d terpapar menurun: desinfeks
Jam mulai anestesi : 16.05 alat medis □ Monitor keadaan operasi d
Jam selesai anestesi : 15.45 (cauter /
umum dan TTV cairan be
1. Pernapasan patien plate)
□ Monitor cek list □ Menggun
RR : 20 x/menit
keselamatan operasi couter da
SPO2 : 100%
□ Siapkan peralatan plane yan
2. Darah
□ Risiko
lengkap aman dan compatib
Perdarahan :
Perdarahan siap pakai □ Menyiap
Ya, 70cc
d.d: peralatan
3. TTV
□ Tindakan aman & s
TD : 120/78 mmHg pembedahan
S : 36 ℃
4. Otak/ syaraf pusat
Kesadaran :
□ Tingkat perdarahan Memon
composmetis
menurun: HT/HB seb
GCS : E:4 V : 5 M : 6
□ Monitor nilai setelah keh
5. Skala nyeri : 0
HT/HB sebelum darah
6. Kandung kemih
dan setelah Memon
35
Tidak terpasang kateter kehilangan darah adanya tan
7. Pencernaan pperdaraha
Puasa Berkola
8. Ekstremitas pemberian
Terpasang patient plate di koloid
betis kanan
9. Lain – lain
Tidak tampak ada bekas luka
bakar atau kecacatan
pada anggota tubuh
pasien
i.
Post op
PENGKAJIAN DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Jam masuk RR : 17.00 Nyeri akut b.d efek □ Tingkat nyeri □ Mengide
1. Pernapasan, alat bantu kondisi pembedahan menurun: nyeri PQ
napas □ Monitor keadaan □ Memonit
RR : 20 x/menit umum dan Ttv karakteri
SPO2 : 100% □ Identifikasi nyeri □ Mengajar
Terpasang o2 3 lpm PQRST relaksasi
2. Darah □ Ajarkan teknik menguran
Capillary refill : < 2 detik relaksasi untuk □ Memberi
Kulit : hangat mengurangi nyeri analgetik
3. TTV □ Berikan analgetik progam
TD : 120/78 mmHg sesuai progam
RR : 20x/menit pengobatan
SPO2 : 100%
4. Kesadaran/ Otak Risiko jatuh d.d: □ Tingkat jatuh □ Memastik
Composmentis □ Kondisi pasca
GCS E4 V5 M6 menurun : dalam ke
operasi
5. Skala nyeri : 5 terkunci
□ Pastikan roda TT
36
6. Kandung kemih : tidak dalam kondisi □ Memasan
tterpasang keteter terkunci tempat ti
7. Pencernaan : pasien □ Mendam
□ Pasang handrail
puasa (jangan d
tempat tidur
8. Ekstremitas : kulit utuh tanpa dal
9. Scoring resiko jatuh terkuncin
□ Dampingi pasien
pasca tindakan Tinggi
selama di ruang RR
(10)
10. Lain – lain : pasien
tampak tidak pusing
37
anestesi PERALATAN OPERASI Nadi : 80 x/menit
Obat-obatan anestesi Instrumen, kassa, jarum Pernapasan : 20 x/menit
Pulse oxymeter Jika perlu implant : ya Saturasi O2 : 100%
IV line Jenis : plate screw PEMERIKSAAN
ukuran : 5 hole KELENGKAPAN BAHAN
PEMERIKSAAN TANDA jumlah : 1 PEMERIKSAAN
VITAL ANTIBIOTIK PROFILAKSIS Preparat formolir & label
Tekanan darah : 110/80 Apakah sudah diberikan dalam Tidak
mmHg waktu sekurangnya 60 menit PERIKSA KEMBALI LUKA
Nadi : 80 x/menit Ya OPERASI
Pernapasan : 20 x/menit Nama obat : Ceftriaxon Tidak ada rembesar
Lab pemeriksaan lab : Ya Dosis : 1 gram HAL YANG HARUS
Hasil lab abnormal : Jam diberikan : 18.30 DIPERHATIKAN
tidak ada ANTISIPASI KEJADIAN Observasi KU dan TTV
Pembekuan darah : 4 menit KRITIS Luka operasi
RIWAYAT ALERGI Tidak ada
Tidak ada alergi Tindakan darurat : tidak
RESIKO ASPIRASI ATAU Konsul sub spesialis : tidak
GANGGUAN PERNAPSAN Lama operasi : 60 menit
Tidak ada Kemungkinan kehilangan
RESIKO PERDARAHAN/ darah : ya
KEHILANGAN DARAH > Hal-hal khusus saat
500ml (atau 7ml/kgBB pada pembiusan : hemodinamik
anak) Perawat sterilitas
Tidak daninstrument : (Y dan
Sedia darah : tidak Sr.N)
RENCANA ANESTESI IMAGING DIPASANG
Umum SESUAI KEBUTUHAN
Ya
IMPLAN : Sesuai
38
2. Intra Operasi
a. Kamar operasi : OK 2
b. Dr. Operator : dr.W, Sp.OT
c. Dr. Anestesi : dr.P Sp.An
d. Operasi mulai : 26/06/2022 pukul 16.10
e. Jenis operasi : Orif
f. Jenis anestesi : Anestesi Umum
g. Posisi operasi : Supine
h. Posisi lengan : lengan terlentang kanan/ kiri
i. Posisi alat bantu yang dugunakan : papan penyanggah lengan
j. Persiapan kulit bersih : Betadine10%
k. Pemakaian couter : monopolar
l. Lokasi patient plate : paha kanan
m. Pemeriksaan kondisi kulit sebelum operasi: utuh
n. Pemeriksaan kondisi kulit setelah operasi: utuh
o. Penghangat : Tidak ada
p. Pemakaian implant : Ada
q. Pemakaian drain : Tidak ada
r. Irigasi luka : Tidak ada
s. Pemasangan tampon : Tidak ada
t. Spesimen : Tidak ada
39
3. Post Operasi
a. Pindah pasien ke RR tanggal : 26/06/2022
b. Keadaan umum : Sedang
c. Keluhan saat di RR : Kepala terasa pusing
d. Tingkat kesadaran : Composmentis
e. Tanda-tanda vital : Suhu 36℃ , Nadi 80 x/menit,
RR 20 x/menit, TD 100/80 mmHg
f. Kesadaran : GCS E 4 M 6 V 5
g. Jalan nafas : Tidak ada masalah
h. Pernafasan : Spontan
i. Terapy oksigen : Oksigen terpasang (3 liter)
j. Kulit : hangat
k. Capillary refil : kurang dari 2 detik
l. Posisi pasien : Terlentang
m. Kondisi balutan : Kering, Tidak ada rembesan
n. Asasmen nyeri : Tidak ada
o. Asasmen Risiko jatuh : Dengan skala pasca tindakan
dengan nilai 10
I. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
40
Tanggal Professional HASIL ASESMEN –IAR INSTRUKSI PPA REVIEW &
dan Pemberi PENATAKSANAAN PASIEN TERMASUK PASCA VERIFIKASI
Waktu Asuhan BEDAH DPJP
26/06/20 Perawat S : Pasien mengatakan nyerimpada -Memberi penkes
22 luka op skala 4 dan mengatakan tentang relaksasi nafas
18.30 mual muntah berkurang dalam.
O : Pasien bebas dari cidera -Libatkan keluarga
selama operasi seperti injuri/ luka dalam pemberian
bakar/ dislokasi sendi. penkes .
Pasien tampak rileks, Ku sedang, - Kaji skala nyeri pasca
kesadaran composmentis, Suhu 36 operasi
℃ , Nadi 80 x/menit, RR 20 -Kolaborasi dengan
x/menit, TD 110/60 mmHg. dr.Sp.An 1x24 jam jika
Balutan luka post fraktur radius nyeri semakin
dextra tampak kering , Terpasang bertambah.
infus RL 20 tpm/menit. -
A: Diagnosa I : Ansietas teratasi a
dalam 30 menit.
Diagnosa II : Kurang Pengetahuan
teratasi dalam 30 menit.
Diagnosa III : Resiko Cidera tidak
tejadi selama 1 jam.
Diagnosa IV : Resiko perdarahan
tidak terjadi dalam 1 jam.
Diagnosa V : Nyeri akut teratasi
sebagian
Diagnosa VI : Resiko injury tidak
terjadi.
P: Hentikan intervensi
DX I, DX II, DX III, DX IV,
DXV, DXVI
41
Tanggal Professional HASIL ASESMEN –IAR INSTRUKSI PPA REVIEW &
dan Pemberi PENATAKSANAAN PASIEN TERMASUK PASCA VERIFIKASI
Waktu Asuhan BEDAH DPJP
Sr. F
42
Nama &
Tgl/jam Tindakan Dan Evaluasi Keperawatan TTD
perawat
16.00
26/06/2022 Membantu dr. An untuk melakukan pembiusan dengan bius umum Sr. F
16.02 (intubasi)
26/06/2022 Menjadi saksi instrumentator dalam penghitungan alat, kassa, jarum : Sr. F
16.15 alat, kassa, jarum lengkap
26/06/2022 Menyaksikan operasi dimulai Sr. F
16.16
26/06/2022 Melibatkan instrumentator untuk meletakkan pensil couter di atas Sr. F
16.17 meja mayo
26/06/2022 Operasi selesai Sr. F
16.43
26/06/2022 Membantu dr. An melakukan ekstubasi Sr.F
16.45
26/06/2022 Kolaborasi dengan dr. An untuk pemindahan pasien ke ruang Sr.F
16.55 pemulihan (RR), acc pindah ke RR
43
PEMAKAIAN KASSA DAN ALAT INSTRUMEN
Diagnosis : Fraktur Radius Dextra
Tindakan : Orif
JUMLAH KETERANGAN
KASA / SEDIAAN TAMBAHAN TERPAKAI SISA
INSTRUMEN AWAL
KASA PERUT Tidak pakai
KASA BESAR 30 0 25 5 Lengkap
KASA KECIL Tidak pakai
KASA TOFFER Tidak pakai
KASA ROL Tidak pakai
KASA KACANG Tidak pakai
INSTRUMEN 25 0 25 0 Lengkap
JARUM 2 0 2 0 Lengkap
ATRAUMATIK
JARUM LEPAS Tidak pakai
44
TAMPON Tidak pakai
Roll
Bola
Kassa
Mengetahui,
Dokter operator/ asisten Perawat Perawat
Instrumentator Sirkulasi
45
9. Riwayat gangguan pola tidur 1 0
10. Gangguan penglihatan/ pendengaran 1 0
11. Berjalan dibantu orang lain 3 3
12. Keterbatasan aktivitas/ post operasi 1 1
13. Pusing 3 3
14. Mengkonsumsi obat – obatan dibawah 2 0
ini:
Beri tanda cek (√ ), bila ada : nilai skor
hanya 2
Psikotropika
Diuretic
Antihipertensi
Anti-parkinson
Opioid (golongan narkotik)
Hipnotik
Berhubungan dengan kardiofaskuler
Anti-ansietas
Laksatif
TOTAL SKOR (1s/d 14) 29 10
15. Kebutuhan alat : ( tidak masuk skor )
Beri tanda cek (√ ) pada alat yang
dibutuhkan
Tongkat penyangga
Kursi roda
Walker/ cane
Alas kaki anti licin
TOTAL SKOR
NAMA YANG MELAKUKAN Sr. F
PENGKAJIAN
Hasil Pemilaian/ Keterangan
pengkajian
46
Resiko rendah 0-4
Resiko sedang 5-8
Resiko tinggi ≥9 Resiko
tinggi
BAB IV
PEMBAHASAN
47
anggota tim kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik , hasil dari
meriksaan diagnostic dan laboratorium.
B. Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses pembedahan
Berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan pemahaman
terhadap informasi mengenai proses dan prosedur pembedahan, ditandai
dengan pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengetahui apa yang terjadi
terhadap dirinya serta dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
Diagnosa kurang pengetahuan diambil karena pasien berasal dari
ruang perawatan dan belum mengerti proses dan prosedur pembedahan.
Untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
proses pembedahan, penulis sudah membuat tujuan yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x 30 menit kurang pengetahuan teratasi
dengan kriteria hasil pasien sudah siap dilakukan pembedahan dan pasien
mengerti prosedur pembedahan yang akan dilakukan. Dalam intervensi
keperawatan yang dibuat penulis membuat perencanaan yang meliputi
interaksi social/ berdoa untuk ketenangan, cek kelengkapan dokumen
operasi, lakukan orientasi pra operasi dan prosedur pendidikan kesehatan,
lakukan TTV, saturasi oksigen keadaan umum pasien, siapkan instrumen
dan obat anestesi, kolaborasi pemberian premedikasi dan antibiotik,
observasi efek pemberian obat, tim operasi melakukan cuci tangan dan
penggunaan APD sesuai standar, lakukan sign in, beri penjelasan prosedur
persiapan operasi, libatkan keluarga dalam pemberian penkes.
Implementasi dilakukan 1 x 30 menit di ruang bedah dan dilakukan
sesuai rencana tindakan yang meliputi memperkenalkan diri sebagai staff
ruang operasi dan memotivasi untuk berdoa, melakukan serah terima
pasien/ pengecekan data kelengkapan status/ persiapan pasien, memastikan
tim operasi telah lengkap, memberikan orientasi dan informasi lingkungan
dikamar operasi dan prosedur operasi, melakukan TTV, saturasi oksigen
keadaan umum pasien, mempersiapkan alat anestesi dan anestesi sesuai
dengan kebutuhan, memberikan premedikasi dan antibiotic dalam waktu 60
48
menit sebelum insisi, melakukan observasi pemberian obat, melakukan sign
in, melibatkan keluarga dalam pemberian penkes.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit kurang
pengetahuan teratasi dengan data subjektif pasien mengatakan sudah siap
dilakukan tindakan pembedahan dan mengerti prosedur persiapan operasi.
1. Resiko cedera operatif berhubungan dengan pemasangan alat elektromedik
Cidera intra operasi adalah resiko cidera sebagai hasil dari kondisi
lingkungan yang ditemukan pada settingan perioperatif.
Batasan karakteristik meliputi kebutuhan posisi pembedahan,
pemasangan alat elektromedik, kehilangan sensori protektif sekunder
terhadap anestesi.
Data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa ini didapatkan
dari data objektif yang menjelaskan tentang pemasangan alat alat
elektromedik pada pasien. Tujuan diagosa keperawatan ini yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam resiko cedera intra operasi
tidak terjadi, dengan criteria hasil tidak terjadi faktor resiko cedera seperti
luka bakar/ injuri/ dislokasi sendi.
Dalam intervensi keperawatan meliputi, pasang patient plate di
daerah yang kering, datar dan berlemak tebal; berikan pendidikan
kesehatan pada pasien akan dilakukan pemasangan alat elektromedik;
libatkan perawat instrumentator untuk peletakan pencil couter di atas meja
mayo; kolaborasi dengan dpjp untuk settingan koagulasi mesin couter.
Implementasi dilakukan 1x1 jam saat operasi di mulai dan
dilakukan sesuai intervensi yang dibuat penulis. Implementasi meliputi
memasang patient plate di daerah yang kering, datar dan berlemak tebal;
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien akan dilakukan pemasangan
alat elektromedik; melibatkan perawat instrumentator untuk peletakan
pencil couter di atas meja mayo; berolaborasi dengan dpjp untuk settingan
koagulasi mesin couter.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x1 jam resiko cedera
intra operatif tidak terjadi dengan data objektif tidak ada luka
bakar/injuri/dislokasi sendiri serta integritas kulit pasien utuh.
49
2. Resiko injuri berhubungan dengan pasca anestesi dan pembedahan
Resiko injuri adalah sebagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan
dengan adaptasi individu dan sumber pertahanan.
Batasan karakteristik meliputi kelemahan fisik, disfungsi bagian
pasca pembedahan, gangguan fisik ( kerusakan kulit, kerusakkan
mobilitas).
Data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa resiko injuri
adalah data subjektif : pasien mengatakan kepala pusing , data objektif
kepala masih pusing Diagnosa ini diambil saat pasien di ruang Recovery
Room. Untuk mengatasi masalah keperawatan resiko injuri penulis sudah
membuat tujuan setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1x2 jam
resiko injuri tidak terjadi dengan kriteria hasil pasien mengatakan kepala
sudah tidak pusing, wajah pasien tampak rilex.
Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
resiko injuri meliputi observasi TTV, berikan posisi yang sesuai seperti
yang diinstruksikan oleh spesialis (Dokter), berikan selimut penghangat,
berikan terapi oksigen, terapi nyeri sesuai dengan instruksi dokter,
observasi luka operasi, asesmen & manajemen resiko jatuh, pasang
penghalang tempat tidur, beri penkes efek bius secara sederhana, libatkan
keluarga dalam pemberian penkes, kolaborasi dengan dr.P Sp. An jika efek
bius memanjang lebih dari 4 jam.
Implementasi dilakukan selama 1x2 jam di ruang recovery dan
dilakukan sesuai dengan inrervensi yang di buat penulis yang meliputi
mengobservasi TTV, memberikan posisi yang sesuai seperti yang
diinstruksikan oleh spesialis (Dokter), memberikan selimut penghangat,
memberikan terapi oksigen, terapi nyeri sesuai dengan instruksi dokter,
mengobservasi luka operasi, mengasesmen & manajemen resiko jatuh,
pasang penghalang tempat tidur, memberi penkes efek bius secara
sederhana, melibatkan keluarga dalam pemberian penkes, berkolaborasi
dengan dr.P Sp. An jika efek bius memanjang lebih dari 4 jam.
50
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x2 jam resiko
injuri tidak tejadi dengan data subjektif pasien mengatakan kepala sudah
tidak pusing, data objektif wajah pasien tampak rileks.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada An. F dengan Fraktur Radius Dexra di Ruang KAMAR
OPERASI RS Hermina Banyumanik Semarang” dapat disimpulkan bahwa
diagnosa yang muncul adalah cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan, situasi dan kegagalan operasi, resiko gangguan pola nafas
berhubungan dengan posisi pasien, resiko infeksi berhubungan dengan lebar
luka pembedahan, resiko cidera berhubungan dengan tempat (bed), dan
resiko injury berhubungan dengan efek anestesi dan immobilisasi. Pada tahap
ini penulis menarik kesimpulan :
51
1. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien
pre, intra, post operasi yaitu :
a. Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre
operatif awal, rencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien, perawat sebisa mungkin melakukan wawancara
terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan pemeriksaan pre
operatif dan tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai.
Sebelum operasi kasus yang banyak terjadi adalah pasien mengalami
kecemasan untuk itu sebagai perawat harus bisa memberi dukungan
emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan status emosional
pasien kepada tim-tim bedah.
b. Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status
emosional pasien dan memenuhi kebutuhan pasien akan suplai
oksigen, volume cairan tubuh, dankemungkinan infeksi. Perawat
harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem
pernafasan dan sistem motorik pasien. Maka dari itu pemantauan
secara terus menerus diperlukan guna mengurangi resiko akan cidera
yang akan dialami pasien karena efek anestesi
DAFTAR PUSTAKA
outcome.2004
Mansjoer, A.dkk 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3.edisi 4. Jakarta : Media
Aesculopius.
52
North American Nursing Diagnosis Ascotiation. 2012. Nursing Diagnosis:
Philadelphia
Waston. 2012 Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC
53