PERTOLONGAN PERTAMA
GAWAT DARURAT (PPGD)
untuk
untuk
2021
IDENTITAS BUKU
Penyusun :
Editor :
Diterbitkan oleh:
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................... i
Pendahuluan ....................................................................................................... 1
3
Pengantar ................................................................................................
Metode Pembelajaran.........................................................................................
4
Rangkuman .................................................................................. 12
Latihan .......................................................................................... 13
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) vi
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Pengantar ................................................................................................
14
Metode Pembelajaran.........................................................................................
15
Rangkuman .................................................................................. 59
Latihan .......................................................................................... 61
PERTOLONGAN PERTAMA
HANJAR GAWAT DARURAT (PPGD)
14 JP 630 Menit
Pendahuluan
Petunjuk keselamatan kerja adalah suatu cara yang digunakan dalam
penyelamatan diri dan orang lain apabila terjadi suatu kecelakaan
atau suatu keadaan darurat, sehingga diharapkan kecelakaan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, terluka atau bahaya
lainnya, dapat dikurangi sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis tentang tindakan yang harus dilakukan atas
kecelakaan yang terjadi.
Kecelakaan di kapal dapat berupa terbakarnya sebagian kapal atau
seluruhnya, terjadinya tubrukan baik sesama kapal maupun
dermaga, kandas baik bersifat sementara maupun permanen,
terjadinya kebocoran dan tenggelam yang diakibatkan oleh
masuknya air dalam jumlah yang besar. jenis kecelakaan tersebut
sangat membahayakan, karena itu untuk mengantisipasi terjadinya
bahaya yg lebih besar maka perlu adanya pelatihan atau
pengetahuan para pelaut, baik penolong maupun yang ditolong untuk
mahir melakukan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Pendekatan PPGD memungkinkan perawattan medis secara cepat
dan tepat guna sehingga dapat mengurangi dampak yang lebih
berbahaya akibat kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba
menyerang, memberikan perasaan tenang kepada korban sehingga
tidak gelisah dan takut yang justru akan lebih memperparah keadaan,
mencegah dan membatasi cacat, menyelamatkan jiwa korban.
Penyelamatan jiwa di laut menyangkut beberapa aspek antara lain
kewajiban dan tanggung jawab dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain yang dalam keadaan darurat sebagai dasar dari
pertanggungjawaban tersebut dapat dilihat dalam aturan
internasional yang disebut dengan konvensi Internasional Safety Of
Life At Sea (SOLAS) adalah satu potensi Internasional dibawah
produk International Maritime Organization (IMO).
Standar kompetensi
Melakukan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
PERTOLONGAN PERTAMA
HANJAR GAWAT DARURAT (PPGD)
01
2 JP (90 Menit)
Pengantar
Dalam hanjar ini dibahas tentang pengertian PPGD, tujuan PPGD,
jenis-jenis yang termasuk gawat darurat, prinsip-prinsip tindakan
PPGD dan obat dan peralatan PPGD.
Tujuan diberikannya materi ini agar peserta didik memahami
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Sub pokok bahasan:
1. Pengertian PPGD;
2. Tujuan PPGD;
3. Jenis-jenis yang termasuk gawat darurat;
4. Prinsip-prinsip tindakan PPGD;
5. Obat dan peralatan PPGD.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 3
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Metode Pembelajaran
1. Metode ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
2. Metode Brainstorming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab dan mengukur sejauh
mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disampaikan.
4. Metode penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
tentang materi yang telah diberikan.
2. Bahan:
a. Kertas Flipchart;
b. Alat tulis.
3. Sumber belajar:
a. Badan Diklat Perhubungan.2000. Modul Basic Safety
Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran;Jakarta;
b. Fildes, John. 2008. Advanced Of Trauma Life Support For
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang telah
disampaikan.
Lembar Kegiatan
Bahan Bacaan
1. Pengertian PPGD
a. Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Gawat artinya
mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk
menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat
adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus
dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban.
b. PPGD merupakan pertolongan pertama gawat darurat yang
mencakup serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat
dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan korban dari kematian, sebelum mendapat
pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya.
2. Tujuan PPGD
Kondisi gawat darurat dapat terjadi di mana saja, baik sebelum,
sesudah atau pada saat di rumah sakit, oleh karena itu tujuan dari
pertolongan gawat darurat ada tiga yaitu:
a. Pre-Hospital (sebelum rumah sakit):
Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat
dilakukan orang awam khusus ataupun petugas kesehatan
dengan harapan dapat melakukan tindakan penanganan
berupa:
1) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat
kejadian yang berisiko menyebabkan jatuh korban lagi,
misalnya pecahan kaca yang masih menggantung dan
lain-lain;
2) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi
gawat darurat serta memberikan pertolongan pertama
sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang
untuk membantu;
3) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara;
4) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke
b) Boor water.
5) Obat luka/luar:
a) Mercurichroom 2%;
b) Povidone Iodine;
c) Rivanol Solution 0,02%;
6) Obat-obat lain:
a) Amoniak;
b) Obat gosok;
c) Cologne;
d) Garam dapur/soda kue;
e) Ephedrin.
b. Peralatan.
1) Alat balut:
a) Pembalut pita pajang 4 meter x lebar (2,5cm, 5cm,
7cm, 10cm);
b) Pembalut segitiga (mitella);
c) Kasa steril;
d) Kapas putih;
e) Plester;
f) Plester cepat.
2) Alat perawatan:
a) Bidai
b) Peniti
c) Sarung tangan sekali pakai
d) Masker;
e) Kantong Plastik bersih
f) Gunting;
g) Pinset;
h) Senter;
i) Thermometer;
j) Alkohol 70%
3) Lain-lain, seperti: tandu, tabung O2, kanul nasal O2.
Rangkuman
1. PPGD merupakan pertolongan pertama gawat darurat yang
mencakup serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat
dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan korban dari kematian, sebelum mendapat
pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau petugas kesehatan
lainnya.
2. Melakukan tindakan penanganan kondisi gawat darurat sebelum
kerumah sakit, berupa:
a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian
yang berisiko menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya
pecahan kaca yang masih menggantung dan lain-lain;
b. Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi
gawat darurat serta memberikan pertolongan pertama
sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang untuk
membantu;
c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara;
d. Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat
yang lebih aman atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang
sesuai kondisi korban;
e. Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas
kesehatan melalui pelatihan siaga terhadap bencana.
3. Kriteria gawat darurat, antara lain:
a. Henti nafas dan henti jantung;
b. Perdarahan;
c. Luka;
d. Patah tulang;
e. Keracunan.
4. Prinsip-prinsip tindakan PPGD, antara lain:
a. Tenang dan cekatan;
b. Memperhatikan kesadaran korban, pernafasan dan denyut
jantung, bila perlu lakukan resusitasi;
c. Memperhatikan tanda-tanda syok;
d. Menghentikan perdarahan, perhatikan patah tulang (bila
ada);
e. Tidak mengevakuasi korban secara terburu-buru dari tempat
kejadian, kecuali dalam situasi kebakaran;
Latihan
1. Jelaskan pengertian PPGD!
2. Jelaskan tujuan PPGD!
3. Jelaskan jenis-jenis yang termasuk gawat darurat!
4. Jelaskan prinsip-prinsip tindakan PPGD!
5. Jelaskan obat dan peralatan PPGD!
Pengantar
Dalam hanjar ini dibahas tentang pengertian BHD, tujuan BHD,
tindakan yang dilakukan dalam BHD, langkah-langkah BHD,
perdarahan dan pertolongannya, penyebab dan penanganan luka,
penyebab dan penanganan patah tulang, penyebab dan penanganan
luka bakar, penyebab dan penanganan keracunan dan cara menolong
dan mengangkut korban.
Tujuan diberikannya materi ini agar peserta didik memahami Bantuan
Hidup Dasar (BHD).
Kompetensi Dasar
a. Mempraktikkan BHD;
b. Mempraktikkan penanganan, luka, patah tulang dan
keracunan;
c. Mempraktikkan tata cara menolong dan mengangkut korban.
Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Metode Pembelajaran
1. Metode ceramah
2. Bahan:
a. Kertas Flipchart;
b. Alat tulis.
3. Sumber belajar:
a. Badan Diklat Perhubungan.2000.Modul Basic Safety
Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran;Jakarta;
b. Fildes, John. 2008. Advanced Of Trauma Life Support For
Doctors Eight Edition. Amerika: American College Of
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 16
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Kegiatan Pembelajaran
Tagihan/Tugas
Lembar Kegiatan
Bahan Bacaan
1. Pengertian BHD
BHD adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera
mungkin pada keadaan henti jantung dan henti nafas yang
bertujuan mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi
dada secara efektif diikuti dengan pemberian ventilasi yang
memadai sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan
atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap.
2. Tujuan BHD
Tujuan bantuan hidup dasar ialah oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan
oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.
4. Langkah-langkah BHD
a. Henti nafas.
1) Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan
dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien.
Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
a) Tenggelam;
b) Stroke;
c) Obstruksi jalan napas;
d) Epiglotitis;
e) Overdosis obat-obatan;
f) Tersengat listrik;
g) Infark miokard;
h) Tersambar petir;
i) Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk
kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung
masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan
napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap
hidup dan mencegah henti jantung.
2) Pertolongan pada korban henti nafas.
Apabila korban tidak sadar atau henti nafas, maka
segera kita laksanakan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut.
Caranya:
a) Buka jalan nafas;
b) Bersihkan semua kotoran yang dapat menyumpat
jalan nafas;
c) Tutup rapat lubang hidung penderita dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri;
d) Alasi mulut penderita dengan kain bersih, ambil
nafas dan tempelkan serta ketatkan bibir penolong
disekeliling mulut penderita;
e) Tiupkan udara kuat ke paru-paru dan perhatikan
penderita;
f) Lepas bibir penolong dan penutupan pada hidung
supaya terjadi pengeluaran udara pasif dari paru-
paru;
g) Lakukan 2 (dua) kali berturut-turut;
h) Periksa denyut nadi leher, apabila terapa
pertahankan nafas buatan sebanyak 12 x;
i) Hentikan nafas buatan bila pederita dapat
bernafas kembali dengan spontan;
Cara membidai:
Memakai bidai sebagian alas sepanjang lengan
bawah dengan telapak tangan menghadap
kebawah, lengan digantung dengan pembalut
segitiga atau pembalut gulung.
(a) Gejala:
- Nyeri setempat;
- Perubahan warna karena
berpindahnya darah kejaringan
sekitar;
- Saat berbaring penderita/korban
tidak dapat mengangkat kakinya.
(b) Tindakan pertolongan:
- Periksa nadi dan syaraf;
- Imobilisasi.
(c) Cara membidai ada dua macam:
- Pembidaian dengan kedua tungkai
yang disatukan;
- Pembidaian hanya pada tungkai
yang patah, dimana satu bidai
dipasang sampai perut dan dada.
dapat mengakibatkan:
a) Jantung berhenti berdenyut;
b) Otot berkontraksi (mengerut);
c) Pernafasan terhenti dimana pusat saraf di otak
yang mengatur pernafasan lumpuh;
d) Luka bakar.
2) Perawatan.
a) Minta pertolongan (berteriak);
b) Matikan listrik (putuskan hubungan/kontak);
c) Amankan penderita dari bahaya fisik yang
langsung;
d) Periksa denyut nadi dan pernafasan serta rawat si
korban seperlunya;
e) Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih,
rawatlah luka bakar atau luka lainnya bila ada;
f) Pindahkan korban ke lokasi yang aman untuk
perawatan selanjutnya;
g) Korban perlu selalu ditunggui selama tim dokter
menangani korban.
3) Langkah-langkah yang dilakukan.
a) Amankan korban dari bahaya;
b) Usahakan jalan udara untuk pernafasan lancar;
c) Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut
korban, keluarkan segera;
d) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah
tidak menutup lubang tenggorokan;
e) Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3-4 kali
secepat mungkin.
f) Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan
jantung (RJP);
g) Untuk orang dewasa: Frekuensi pengurutan
dilakukan 60 kali setiap menit;
h) Untuk anak kecil: Frekuensi pengurutan dilakukan
90 kali setiap menit. Catatan: Hindari tekanan
yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan
tulang rusuk korban rusak;
i) Upayakan pemulihan denyut nadi maupun
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
pernafasan;
j) Pernafasan mulut ke mulut;
k) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang;
l) Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian tutup
mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-
kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat;
m) Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak
keluar;
n) Amati turunnya dada kembali;
o) Faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak,
karena itu 3 atau 4 kali peniupan pertama
dilakukan secepat mungkin;
p) Penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali
setiap menit. Catatan: Bila paru-paru tidak
mengembang, segera periksa mulut, hidung atau
kerongkongan;
q) Untuk anak kecil: seyogyanya mulut si penolong
mencakup hidung dan mulut korban, dengan
frekuensi 20 kali setiap menit;
r) Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat
meniup melalui mulut, maka dapat dilakukan
peniupan melalui hidung.
(minuman keras).
2) Keracunan melalui pernafasan.
a) Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan;
b) Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil
dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah,
dsb;
c) Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsb;
d) Keracunan melalui kulit/kontak (absorbsi);
e) Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak
kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan
terserap aliran darah;
f) Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida,
pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif;
g) Tanaman.
3) Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
a) Zat racun menembus kulit langsung ke dalam
tubuh melalui sistem peredaran darah;
b) Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan
narkotika;
c) Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa
racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsb.
c. Gejala umum keracunan.
1) Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah,
takut, dsb);
2) Gangguan pernafasan;
3) Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan;
4) Mual ataupun muntah;
5) Lemas, lumpuh ataupun kesemutan;
6) Pucat ataupun kulit kebiruan;
7) Kejang;
8) Syok;
9) Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
d. Gejala khusus keracunan.
1) Keracunan melalui mulut/alat pencernaan;
a) Mual ataupun muntah;
b) Nyeri perut;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 45
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
c) Diare;
d) Nafas ataupun mulut yang berbau;
e) Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan
kerongkongan);
f) Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut;
g) Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut
menjadi berbusa.
2) Keracunan melalui pernafasan.
a) Gangguan pernafasan ataupun pernafasan;
b) Kulit kebiruan;
c) Nafas berbau;
d) Batuk ataupun suara parau.
3) Keracunan melalui kulit.
a) Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri,
melepuh dan meluas;
b) Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam
nyawa yang dapat menyebabkan penderita tidak
sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah,
naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah,
menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit,
mual dan anggota gerak yang hangat.
4) Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
a) Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa
luka tusuk atau bekas gigitan;
b) Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan
dan kemerahan;
c) Pada kasus gigitan ular:
(1) Demam;
(2) Mual dan muntah;
(3) Pingsan;
(4) Lemah;
(5) Nadi cepat dan lemah;
(6) Kejang;
(7) Gangguan pernafasan;
(8) Penanganan/Pertolongan Pertama (P3K)
Pada Kasus Keracunan Umum;
(9) Amankan tempat kejadian;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 46
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
d) Teknik membopong.
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini
bisa digunakan karena lebih praktis dibandingkan
dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong
memiliki tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa
dilakukan untuk korban orang dewasa.
2) Korban sadar.
a) Teknik sampir bahu.
Jika korban tidak mengalami patah tulang
punggung, kaki, maupun lengan, teknik ini dapat
dilakukan. Teknik ini dipakai ketika korban dalam
kondisi yang sangat lemah yang membutuhkan
pertolongan dengan segera.
b) Teknik gendong.
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu
untuk berjalan, penolong dapat menggunakan
teknik ini.
c) Teknik memapah.
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan
kondisi yang lemah, maka penolong diajurkan
memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi
penolong yang tidak memiliki cukup tenaga untuk
mengangkat korban.
d) Teknik membopong.
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada
korban tidak sadar. Hanya saja korban diminta
untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada
leher/atas bahu kiri penolong agar tidak
menyulitkan penolong dalam melakukan
pemindahan.
b. Mengangkut korban.
1) Korban tidak sadar.
a) Teknik angkat langsung.
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan
2) Korban sadar.
a) Teknik memapah.
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu
berjalan namun dengan kondisi fisik yang sangat
lemah.
b) Duduk 2 tangan.
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak
mampu berjalan. Kondisi korban dengan cedera
kaki pada bagian bawah juga lebih tepat
menggunakan teknik evakuasi ini.
c) Duduk 4 tangan.
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti
teknik pada evakuasi duduk 2 tangan.
(3) 4 Penolong.
Jika jumlah penolong lebih banyak, maka
proses evakuasi akan lebih baik. Beban
korban akan semakin berkurang dan akurasi
dalam proses evakuasi pun semakin baik.
Tekniknya adalah dengan saling
berpegangan tangan di bawah tubuh korban
dengan posisi penolong saling berhadapan.
(4) 6 Penolong.
Jika korban memiliki berat badan yang cukup
besar, maka dapat dilakukan evakuasi
dengan 6 penolong. Tekniknya sama seperti
evakuasi dengan 4 penolong.
Rangkuman
1. BHD adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera
mungkin pada keadaan henti jantung dan henti nafas yang
bertujuan mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi
dada secara efektif diikuti dengan pemberian ventilasi yang
memadai sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan
atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap.
2. Tujuan bantuan hidup dasar ialah oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan
oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.
3. Tindakan yang dilakukan dalam BHD, antara lain:
a. Penilaian awal;
b. Aktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu);
c. Pemeliharaan saluran nafas;
d. Penyelamatan pernapasan (seperti pernapasan dari mulut ke
mulut);
e. Kompresi dada eksternal;
f. Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
4. Langkah-langkah BHD, antara lain:
a. Henti nafas;
b. Henti jantung.
5. Jenis-jenis perdarahan, antara lain:
a. Perdarahan keluar;
b. Perdarahan ke dalam.
6. Jenis-jenis luka, antara lain:
a. Luka dalam (jika luka terjadi di dalam tubuh), terdapat darah
yang menetes atau mengalir keluar;
b. Luka luar (pendarahan di dalam tubuh, memar) Luka adalah
peristiwa dimana jaringan tubuh ada yang terputus, tersobek,
rusak oleh sesuatu sebab, missal karena kecelakaan,
tertusuk, tertembak, terpukul, jatuh, dsb. Sebagai akibatnya
menimbulkan pendarahan, patah tulang, inpeksi, dan lainnya.
7. Tanda dan gejala patah tulang, antara lain:
a. Adanya nyeri yang disebabkan oleh adanya spasme otot
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 58
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
Latihan
1. Jelaskan pengertian BHD!
2. Jelaskan tujuan BHD!
3. Jelaskan tindakan yang dilakukan dalam BHD!
4. Jelaskan langkah-langkah BHD!
5. Jelaskan perdarahan dan pertolongannya!
6. Jelaskan penyebab dan penanganan luka!
7. Jelaskan penyebab dan penanganan patah tulang!
8. Jelaskan penyebab dan penanganan luka bakar!
9. Jelaskan penyebab dan penanganan keracunan!
10. Jelaskan cara menolong dan mengangkut korban!