Anda di halaman 1dari 64

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MILIK DINAS

BAHAN AJAR (HANJAR)

PERTOLONGAN PERTAMA
GAWAT DARURAT (PPGD)

untuk

PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

untuk

PELATIHAN SISWA DIKTUKBA POLRI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2021
IDENTITAS BUKU

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri T. A. 2021

Editor :

1. Kombes Pol Drs. Agus Salim.


2. AKBP Henny Wuryandari, S.H.
3. AKP Andri Yulianto, S.Kom.
4. Ipda Antonius Theodorus L Lamag, SH.
5. Briptu Dimas Imron Pamungkas.

Hanjar Pendidikan Polri


Pendidikan Pembentukan Tamtama Polair

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pendidikan dan Pembentukan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2021

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) v


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................... i

Sambutan Kalemdiklat Polri ................................................................................ ii

Keputusan Kalemdiklat Polri ................................................................................ iv

Lembar Identitas Buku ........................................................................................ v

Daftar Isi .............................................................................................................. vii

Pendahuluan ....................................................................................................... 1

Standar Kompetensi ............................................................................................. 2

HANJAR 01 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) ................................


3

3
Pengantar ................................................................................................

Kompetensi Dasar ..............................................................................................


3

Materi Pelajaran ................................................................................................


3

Metode Pembelajaran.........................................................................................
4

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ..............................................................


4

Kegiatan Pembelajaran ......................................................................................


5

Tagihan / Tugas ................................................................................................


6

Lembar Kegiatan ................................................................................................


6

Bahan Bacaan ................................................................................................


7

1. Pengertian PPGD ................................................................ 7

2. Tujuan PPGD ..........................................................................................


7

3. Kriteria gawat darurat ................................................................ 9

4. Prinsip-prinsip PPGD ................................................................ 9

5. Obat dan peralatan PPGD ................................................................


9

Rangkuman .................................................................................. 12

Latihan .......................................................................................... 13
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) vi
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR 02 PENANGANAN PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT 14


DARURAT (PPGD) ...............................................................................................

Pengantar ................................................................................................
14

Kompetensi Dasar ..............................................................................................


14

Materi Pelajaran ................................................................................................


15

Metode Pembelajaran.........................................................................................
15

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ..............................................................


16

Kegiatan Pembelajaran ......................................................................................


17

Tagihan / Tugas ................................................................................................


19

Lembar Kegiatan ................................................................................................


19

Bahan Bacaan ................................................................................................


20

1. Pengertian BHD ......................................................................................


20

2. Tujuan BHD .............................................................................................


20

3. Tindakan yang dilakukan dalam BHD .....................................................


20

4. Langkah-langkah BHD ................................................................


20

5. Perdarahan dan pertolongannya .............................................................


24

6. Penyebab dan penanganan luka ............................................................


27

7. Penyebab dan penanganan patah tulang ................................29

8. Penyebab dan penanganan luka bakar ................................ 41

9. Penyebab dan penanganan keracunan ................................ 44

10. Cara menolong dan mengangkut korban ................................ 48

Rangkuman .................................................................................. 59

Latihan .......................................................................................... 61

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) vii


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERTOLONGAN PERTAMA
HANJAR GAWAT DARURAT (PPGD)
14 JP 630 Menit

Pendahuluan
Petunjuk keselamatan kerja adalah suatu cara yang digunakan dalam
penyelamatan diri dan orang lain apabila terjadi suatu kecelakaan
atau suatu keadaan darurat, sehingga diharapkan kecelakaan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, terluka atau bahaya
lainnya, dapat dikurangi sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis tentang tindakan yang harus dilakukan atas
kecelakaan yang terjadi.
Kecelakaan di kapal dapat berupa terbakarnya sebagian kapal atau
seluruhnya, terjadinya tubrukan baik sesama kapal maupun
dermaga, kandas baik bersifat sementara maupun permanen,
terjadinya kebocoran dan tenggelam yang diakibatkan oleh
masuknya air dalam jumlah yang besar. jenis kecelakaan tersebut
sangat membahayakan, karena itu untuk mengantisipasi terjadinya
bahaya yg lebih besar maka perlu adanya pelatihan atau
pengetahuan para pelaut, baik penolong maupun yang ditolong untuk
mahir melakukan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Pendekatan PPGD memungkinkan perawattan medis secara cepat
dan tepat guna sehingga dapat mengurangi dampak yang lebih
berbahaya akibat kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba
menyerang, memberikan perasaan tenang kepada korban sehingga
tidak gelisah dan takut yang justru akan lebih memperparah keadaan,
mencegah dan membatasi cacat, menyelamatkan jiwa korban.
Penyelamatan jiwa di laut menyangkut beberapa aspek antara lain
kewajiban dan tanggung jawab dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain yang dalam keadaan darurat sebagai dasar dari
pertanggungjawaban tersebut dapat dilihat dalam aturan
internasional yang disebut dengan konvensi Internasional Safety Of
Life At Sea (SOLAS) adalah satu potensi Internasional dibawah
produk International Maritime Organization (IMO).

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 1


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Standar kompetensi
Melakukan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 2


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERTOLONGAN PERTAMA
HANJAR GAWAT DARURAT (PPGD)
01
2 JP (90 Menit)

Pengantar
Dalam hanjar ini dibahas tentang pengertian PPGD, tujuan PPGD,
jenis-jenis yang termasuk gawat darurat, prinsip-prinsip tindakan
PPGD dan obat dan peralatan PPGD.
Tujuan diberikannya materi ini agar peserta didik memahami
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).

Kompetensi Dasar

Memahami Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).


Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan pengertian PPGD;
2. Menjelaskan tujuan PPGD;
3. Menjelaskan jenis-jenis yang termasuk gawat darurat;
4. Menjelaskan prinsip-prinsip tindakan PPGD;
5. Menjelaskan obat dan peralatan PPGD.

Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Sub pokok bahasan:
1. Pengertian PPGD;
2. Tujuan PPGD;
3. Jenis-jenis yang termasuk gawat darurat;
4. Prinsip-prinsip tindakan PPGD;
5. Obat dan peralatan PPGD.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 3
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran
1. Metode ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
2. Metode Brainstorming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab dan mengukur sejauh
mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disampaikan.
4. Metode penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
tentang materi yang telah diberikan.

Alat/media, bahan, dan Sumber belajar


1. Alat/media:
a. Whiteboard;
b. Laptop;
c. LCD;
d. Papan flipchart;
e. Lasserpoint;
f. Tandu;
g. Peralatan PPGD.

2. Bahan:
a. Kertas Flipchart;
b. Alat tulis.

3. Sumber belajar:
a. Badan Diklat Perhubungan.2000. Modul Basic Safety
Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran;Jakarta;
b. Fildes, John. 2008. Advanced Of Trauma Life Support For

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 4


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Doctors Eight Edition. Amerika: American College Of


Surgeons Committe On Trauma.;
c. Safety Of Life At Sea (SOLAS 1974);
d. Rahadisiwi, sekar. 2016. Kurikulum Perhimpunan Tim
Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Indonesia;
PTBMMKI.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit


Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Membuka kelas dan memberikan salam;
b. Pendidik memperkenalkan diri dan memberikan salam;
c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Inti : 70 menit


a. Pendidik menyampaikan materi tentang Pertolongan
Pertama Gawat Darurat (PPGD);
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami;
c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi
yang disampaikan oleh pendidik;
d. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya atau menanggapi materi.

3. Tahap akhir : 10 menit


a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum
b. Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran
dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
didik.
c. Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari
pembelajaran yang disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat
resume.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 5


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang telah
disampaikan.

Lembar Kegiatan

Pendidik menugaskan kepada peserta didik membuat resume tentang


materi yang telah disampaikan.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 6


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT


(PPGD)

1. Pengertian PPGD
a. Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Gawat artinya
mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk
menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat
adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus
dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban.
b. PPGD merupakan pertolongan pertama gawat darurat yang
mencakup serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat
dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan korban dari kematian, sebelum mendapat
pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya.

2. Tujuan PPGD
Kondisi gawat darurat dapat terjadi di mana saja, baik sebelum,
sesudah atau pada saat di rumah sakit, oleh karena itu tujuan dari
pertolongan gawat darurat ada tiga yaitu:
a. Pre-Hospital (sebelum rumah sakit):
Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat
dilakukan orang awam khusus ataupun petugas kesehatan
dengan harapan dapat melakukan tindakan penanganan
berupa:
1) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat
kejadian yang berisiko menyebabkan jatuh korban lagi,
misalnya pecahan kaca yang masih menggantung dan
lain-lain;
2) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi
gawat darurat serta memberikan pertolongan pertama
sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang
untuk membantu;
3) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara;
4) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 7


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tempat yang lebih aman atau dikirim ke pelayanan


kesehatan yang sesuai kondisi korban;
5) Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas
kesehatan melalui pelatihan siaga terhadap bencana.
b. In Hospital (rumah sakit/tempat pelayanan kesehatan).
Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan
menolong korban oleh petugas kesehatan. Tujuan
pertolongan di rumah sakit adalah:
1) Memberikan pertolongan profesional kepada korban
bencana sesuai dengan kondisinya;
2) Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan
Hidup Lanjut (BHL);
3) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan
hemodinamika yang akurat;
4) Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah
kembali ke masyarakat setidaknya setara bila
dibandingkan sebelum terjadi bencana menimpanya;
5) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban
mengenali kondisinya dengan segala kelebihan yang
dimiliki.
c. Post Hospital (setelah keluar rumah sakit).
Kondisi gawat darurat Post Hospital, hampir semua pihak
menyatakan sudah tidak ada lagi kondisi gawat darurat
setelah keluar dari rumah sakit, walaupun kondisi gawat
darurat ada yang terjadi setelah diberikan pelayanan di
rumah sakit, contohnya kasus amputasi anggota tubuh.
Pasien mengalami gangguan trauma psikis yang mendalam
seperti merasa tidak berguna, harga diri rendah, sehingga
mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
Tujuan diberikan pelayanan dalam rentang Post Hospital
adalah:
1) Mengembalikan rasa percaya diri pada korban;
2) Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga
dapat tumbuh dan berkembang;
3) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-
orang terdekat dan masyarakat yang lebih luas;
4) Mengembalikan pada keadaan permanen sistem
sebagai tempat kehidupan nyata korban;
5) Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya
pada masa yang akan datang.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 8


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Kriteria Gawat Darurat


a. Henti nafas dan henti jantung;
b. Perdarahan;
c. Luka;
d. Patah tulang;
e. Keracunan.

4. Prinsip-prinsip tindakan PPGD


a. Tenang dan cekatan;
b. Memperhatikan kesadaran korban, pernafasan dan denyut
jantung, bila perlu lakukan resusitasi;
c. Memperhatikan tanda-tanda syok;
d. Menghentikan perdarahan, perhatikan patah tulang (bila
ada);
e. Tidak mengevakuasi korban secara terburu-buru dari tempat
kejadian, kecuali dalam situasi kebakaran;
f. Segera membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat.

5. Obat dan peralatan PPGD


a. Obat-obatan.
1) Penahan rasa sakit:
a) Acetosal;
b) Antalgin;
c) Paracetamol;
d) Asam mefenamat.
2) Diare/Mules:
a) Cairan rehidrasi oral;
b) Zink sulfate.
3) Obat anti alergi:
a) CTM;
b) Cetrizine;
c) Depheniramine maleate.
4) Obat mata:
a) Zalf mata antibiotic;

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 9


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Boor water.
5) Obat luka/luar:
a) Mercurichroom 2%;
b) Povidone Iodine;
c) Rivanol Solution 0,02%;
6) Obat-obat lain:
a) Amoniak;
b) Obat gosok;
c) Cologne;
d) Garam dapur/soda kue;
e) Ephedrin.

b. Peralatan.
1) Alat balut:
a) Pembalut pita pajang 4 meter x lebar (2,5cm, 5cm,
7cm, 10cm);
b) Pembalut segitiga (mitella);
c) Kasa steril;
d) Kapas putih;
e) Plester;
f) Plester cepat.
2) Alat perawatan:
a) Bidai
b) Peniti
c) Sarung tangan sekali pakai
d) Masker;
e) Kantong Plastik bersih
f) Gunting;
g) Pinset;
h) Senter;
i) Thermometer;
j) Alkohol 70%
3) Lain-lain, seperti: tandu, tabung O2, kanul nasal O2.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 10


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Pemerikasaan yang dilakukan pada tindakan PPGD.


1) Kesadaran.
Compos mentis, apatis, somnelent, soporus, koma.
2) Pernafasan.
Penilaian dengan melihat/meraba dinding perut/dinding
dada, dengan frekuensi normal 18-25/menit.
3) Nadi.
Pemeriksaan dilakukan dengan memegang pembuluh
nadi pada pergelangan tangan.
4) Tekanan darah.
Alat yang digunakan: tensimeter, dengan
penggunaannya sebagai berikut:
a) Pasang manset tensimeter pada lengan atas
penderita (2 jari atas lipat siku);
b) Pompa air raksa sampai atas;
c) Pasang stetoskop pada telinga, platnya diletakkan
pada lipat siku penderita;
d) Indikator air raksa diturunkan sampai terdengar
bunyi pertama (sistolik) dan bunyi terakhir
(distolik).
5) Suhu.
Alat yang digunakan thermometer (celcius), cara
penggunaan:
a) Letakkan thermometer pada ketiak penderita ± 10
menit, lihat hasilnya (normal 36,5°– 37,5°celcius);
b) Thermometer dapat pula diletakkan di mulut atau
anus.
6) Pupil.
Pupil ialah anak bola mata yang diperiksa refleknya.
Alat yang digunakan adalah senter. Cara penggunaan:
Mata disinari dengan senter. Bila pupil bergerak
menjadi kecil, berarti reflek pupil positif, dalam artian
masih ada tanda kehidupan.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 11


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. PPGD merupakan pertolongan pertama gawat darurat yang
mencakup serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat
dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka
menyelamatkan korban dari kematian, sebelum mendapat
pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau petugas kesehatan
lainnya.
2. Melakukan tindakan penanganan kondisi gawat darurat sebelum
kerumah sakit, berupa:
a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian
yang berisiko menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya
pecahan kaca yang masih menggantung dan lain-lain;
b. Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi
gawat darurat serta memberikan pertolongan pertama
sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang untuk
membantu;
c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara;
d. Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat
yang lebih aman atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang
sesuai kondisi korban;
e. Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas
kesehatan melalui pelatihan siaga terhadap bencana.
3. Kriteria gawat darurat, antara lain:
a. Henti nafas dan henti jantung;
b. Perdarahan;
c. Luka;
d. Patah tulang;
e. Keracunan.
4. Prinsip-prinsip tindakan PPGD, antara lain:
a. Tenang dan cekatan;
b. Memperhatikan kesadaran korban, pernafasan dan denyut
jantung, bila perlu lakukan resusitasi;
c. Memperhatikan tanda-tanda syok;
d. Menghentikan perdarahan, perhatikan patah tulang (bila
ada);
e. Tidak mengevakuasi korban secara terburu-buru dari tempat
kejadian, kecuali dalam situasi kebakaran;

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 12


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f. Segera membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat.


5. Pemerikasaan yang dilakukan pada tindakan PPGD, antara lain:
a. Kesadaran;
b. Pernafasan;
c. Nadi;
d. Tekanan darah;
e. Suhu;
f. Pupil.

Latihan
1. Jelaskan pengertian PPGD!
2. Jelaskan tujuan PPGD!
3. Jelaskan jenis-jenis yang termasuk gawat darurat!
4. Jelaskan prinsip-prinsip tindakan PPGD!
5. Jelaskan obat dan peralatan PPGD!

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 13


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PENANGANAN PERTOLONGAN PERTAMA


HANJAR GAWAT DARURAT (PPGD)
02
12 JP (540 Menit)

Pengantar
Dalam hanjar ini dibahas tentang pengertian BHD, tujuan BHD,
tindakan yang dilakukan dalam BHD, langkah-langkah BHD,
perdarahan dan pertolongannya, penyebab dan penanganan luka,
penyebab dan penanganan patah tulang, penyebab dan penanganan
luka bakar, penyebab dan penanganan keracunan dan cara menolong
dan mengangkut korban.
Tujuan diberikannya materi ini agar peserta didik memahami Bantuan
Hidup Dasar (BHD).

Kompetensi Dasar

1. Memahami Bantuan Hidup Dasar (BHD).


Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian BHD;
b. Menjelaskan tujuan BHD;
c. Menjelaskan tindakan yang dilakukan dalam BHD:
d. Menjelaskan langkah-langkah BHD;
e. Menjelaskan perdarahan dan pertolongannya;
f. Menjelaskan penyebab dan penanganan luka;
g. Menjelaskan penyebab dan penanganan patah tulang;
h. Menjelaskan penyebab dan penanganan luka bakar;
i. Menjelaskan penyebab dan penanganan keracunan;
j. Menjelaskan cara menolong dan mengangkut korban.
2. Menerapkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
Indikator hasil belajar:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 14


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Mempraktikkan BHD;
b. Mempraktikkan penanganan, luka, patah tulang dan
keracunan;
c. Mempraktikkan tata cara menolong dan mengangkut korban.

Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Sub pokok bahasan:


1. Pengertian BHD;
2. Tujuan BHD;
3. Tindakan yang dilakukan dalam BHD;
4. Langkah-langkah BHD;
5. Perdarahan dan pertolongannya;
6. Penyebab dan penanganan luka;
7. Penyebab dan penanganan patah tulang;
8. Penyebab dan penanganan luka bakar;
9. Penyebab dan penanganan keracunan;
10. Cara menolong dan mengangkut korban.

Metode Pembelajaran
1. Metode ceramah

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 15


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang


Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Metode Brainstorming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat
peserta didik tentang materi yang disampaikan.
3. Metode tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab dan mengukur sejauh
mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disampaikan.
4. Metode penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
tentang materi yang telah diberikan.
5. Metode praktik
Metode ini digunakan untuk mempraktikkan Pertolongan Pertama
Gawat Darurat (PPGD).

Alat/media, bahan, dan Sumber belajar


1. Alat/media:
a. Whiteboard;
b. Laptop;
c. LCD;
d. Papan flipchart;
e. Lasserpoint;
f. Tandu;
g. Peralatan PPGD.

2. Bahan:
a. Kertas Flipchart;
b. Alat tulis.

3. Sumber belajar:
a. Badan Diklat Perhubungan.2000.Modul Basic Safety
Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran;Jakarta;
b. Fildes, John. 2008. Advanced Of Trauma Life Support For
Doctors Eight Edition. Amerika: American College Of
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 16
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Surgeons Committe On Trauma.;


c. Safety Of Life At Sea (SOLAS 1974);
d. Rahadisiwi, sekar. 2016. Kurikulum Perhimpunan Tim
Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
Indonesia;PTBMMKI.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit


Pendidik melaksanakan apersepsi:
a. Membuka kelas dan memberikan salam;
b. Pendidik memperkenalkan diri dan memberikan salam;
c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Inti : 430 menit


a. Tahap Inti I : Penyampaian materi tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD) : 90 menit
1) Pendidik menggali pemahaman materi tentang Bantuan
Hidup dasar (BHD);
2) Peserta didik menyimak, memperhatikan dan mencatat
hal-hal yang dianggap penting;
3) Pendidik menyampaikan materi tentang Bantuan Hidup
dasar (BHD):
a) Pengertian BHD;
b) Tujuan BHD;
c) Tindakan yang dilakukan dalam BHD;
d) Langkah-langkah BHD;
e) Perdarahan dan pertolongannya;
f) Penyebab dan penanganan luka;
g) Penyebab dan penanganan patah tulang;
h) Penyebab dan penanganan luka bakar;
i) Penyebab dan penanganan keracunan;
j) Cara menolong dan mengangkut korban.
4) Peserta menyimak, memperhatikan dan mencatat hal-

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 17


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

hal yang dianggap penting.


5) Pendidik menggali pendapat tentang materi yang telah
disampaikan.
6) Peserta didik menanggapi materi yang disampaikan
pendidik.
7) Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya atau menanggapi materi.
8) Peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pendidik.

b. Tahap Inti II: praktik Cara Pertolongan Pertama Gawat


Darurat (PPGD) : 340 menit
1) Pendidik memberikan contoh pelaksanaan Pertolongan
Pertama Gawat Darurat (PPGD);
2) Pendidik menugaskan peserta didik untuk
mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD);
3) Peserta didik mempraktikkan Pertolongan Pertama
Gawat Darurat (PPGD):
a) Mempraktikkan BHD;
b) Mempraktikkan penanganan, luka, patah tulang
dan keracunan;
c) Mempraktikkan tata cara menolong dan
mengangkut korban
4) Pendidik memfasilitasi dan mengawasi jalannya
simulasi;
5) Pendidik mengevaluasi hasil praktik yang dilakukan
oleh peserta didik.

3. Tahap akhir : 10 menit


a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum;
b. Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran
dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
didik;
c. Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari
pembelajaran yang disampaikan;
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat
resume.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 18
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Tes sumatif : 90 menit

Tagihan/Tugas

1. Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang telah


diberikan oleh pendidik;
2. Peserta didik mempraktikkan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD).

Lembar Kegiatan

1. Pendidik menugaskan peserta didik meresume materi yang telah


diberikan;
2. Pendidik menugaskan peserta didik mempraktikkan Pertolongan
Pertama Gawat Darurat (PPGD).

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 19


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

PENANGANAN PERTOLONGAN PERTAMA


GAWAT DARURAT (PPGD)

1. Pengertian BHD
BHD adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera
mungkin pada keadaan henti jantung dan henti nafas yang
bertujuan mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi
dada secara efektif diikuti dengan pemberian ventilasi yang
memadai sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan
atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap.

2. Tujuan BHD
Tujuan bantuan hidup dasar ialah oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan
oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.

3. Tindakan yang Dilakukan Dalam BHD


a. Penilaian awal.
b. Aktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu).
c. Pemeliharaan saluran nafas.
d. Penyelamatan pernapasan (seperti pernapasan dari mulut ke
mulut).
e. Kompresi dada eksternal.
f. Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah
Resusitasi Jantung Paru (RJP).

4. Langkah-langkah BHD
a. Henti nafas.
1) Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan
dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien.
Henti napas dapat terjadi pada keadaan:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 20


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Tenggelam;
b) Stroke;
c) Obstruksi jalan napas;
d) Epiglotitis;
e) Overdosis obat-obatan;
f) Tersengat listrik;
g) Infark miokard;
h) Tersambar petir;
i) Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk
kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung
masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan
napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap
hidup dan mencegah henti jantung.
2) Pertolongan pada korban henti nafas.
Apabila korban tidak sadar atau henti nafas, maka
segera kita laksanakan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut.
Caranya:
a) Buka jalan nafas;
b) Bersihkan semua kotoran yang dapat menyumpat
jalan nafas;
c) Tutup rapat lubang hidung penderita dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri;
d) Alasi mulut penderita dengan kain bersih, ambil
nafas dan tempelkan serta ketatkan bibir penolong
disekeliling mulut penderita;
e) Tiupkan udara kuat ke paru-paru dan perhatikan
penderita;
f) Lepas bibir penolong dan penutupan pada hidung
supaya terjadi pengeluaran udara pasif dari paru-
paru;
g) Lakukan 2 (dua) kali berturut-turut;
h) Periksa denyut nadi leher, apabila terapa
pertahankan nafas buatan sebanyak 12 x;
i) Hentikan nafas buatan bila pederita dapat
bernafas kembali dengan spontan;

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 21


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

j) Apabila denyut nadi tidak teraba, segera lakukan


RJP.
b. Henti jantung.
1) Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan
terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan
cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-
sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung.
2) Tindakan pada henti jantung.
Tindakan pada henti jantung yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi jantung
yang terganggu guna kelangsungan hidup penderita
disebut dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Tindakannya:
a) Penderita dewasa:
(1) Pangkal telapak tangan kiri ditindihkan
pangkal telapak tanga kanan dan letakkan 3
jari diatas ujung tulang dada (Xp) penderita;
(2) Posisi penolong mengapit tegak pada lutut
dan serong ke depan, sehingga kedua
lengan penolong dapat berada ditengah dada
korban dengan posisi tegak lurus;
(3) Ditekan kurang lebih 4-5 cm) kearah tulang
belakang dengan kecepatan 100x/menit;
(4) Pertama : lakukan RJP dengan
perbandingan 30x kompresi dada (ditekan)
dan 2x ventilasi (nafas buatan) dengan
kecepatan 100x/menit dan lepaskan
sepenuhnya. Minimalkan penghentian pada
kompresi;
(5) Cek nadi carotis selama 10 detik, apabila
teraba dan ada nafas pertahankan posisi
sym sampai dengan tenaga kesehatan tiba
ditempat kejadian. Bila nadi tidak teraba dan
nafas tidak ada lakukan kembali RJP dengan
perbandingan 30 x kompresi dada dan 2x
ventilasi (pernafasan buatan melalui mulut)
sampai dengan ada tanda-tanda kehidupan
(nafas ada, nadi teraba);
b) Penderita anak-anak.
(1) Teknik sama dengan dewasa, hanya
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 22
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penekanan kurang lebih 1/3 sampai ½ dada


dengan kedalaman 2-3 cm dan kecepatan
120x/menit;
(2) Untuk bayi, penekanan kurang lebih 1-2 cm
dengan menggunakan 2 jari.
3) Tindakan RJP dihentikan.
a) Bila selama 30 menit tidak ada tanda-tanda
kehidupan pada korban;
b) Penolong kelelahan;
c) Petugas kesehatan telah tiba ditempat kejadian;
d) Sudah terjadi lebam mayat.
4) Perbandingan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu:
Baik 1 atau 2 orang penolong tetap 30x kompresi dada
dan 2x ventilasi bagi orang dewasa dan anak-anak atau
bayi: 1 penolong 30x kompresi dada dan 2x ventilasi,
sedangkan 2 orang penolong 15x kompresi dada dan
2x ventilasi.
5) Skema Resusitasi Jantung Paru (RJP).

1. Cek Jalan Nafas 2. Raba Nadi Carotis


3. Buka & Bersihkan Jalan Nafas 4. Pastikan Kembali Nafas

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 23


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Tentukan ProcesusXhipoid 6. Lakukan Tiupan


7. Lakukan Kompresi Sesuai Usia 8. Nafas Normal

5. Perdarahan dan Pertolongannya


a. Pengertian.
Perdarahan adalah “Pecahnya pembuluh darah disertai
dengan keluarnya darah dari pembuluhnya atau keadaan
dimana tubuh banyak mengeluarkan darah“. Biasanya
diakibatkan oleh adanya luka, benturan, penyakit dan lain-
lain. Pada umumnya yang banyak menimbulkan perdarahan
kalau ada luka atau benturan di kepala, tetapi ada juga di
lokasi tubuh yang lain yang dapat menimbulkan perdarahan
yang banyak misalnya patah tulang besar (tulang pangkal
paha) dan luka yang luas serta dalam.
Perdarahan merupakan kejadian yang emergency dan
membutuhkan tindakan pertolongan yang cepat, tepat dan
akurat. Dalam keadaan seperti ini sangat berbahaya bila
tidak segera mendapatkan pertolongan maka,
penderita/korban akan mengalami pusing, menurunnya
fungsi tubuh, tubuh lemah bahkan bisa sampai syok dan
kemungkinan akan meninggal dunia.
b. Jenis-jenis perdarahan.
1) Perdarahan keluar.
Perdarahan yang keluar dari bagian tubuh
penderita/korban dan dapat terlihat.
a. Perdarahan pembuluh darah kapiler/rambut.
Perdarahan yang timbul merembes diatas lapisan
kulit.
(1) Tanda:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 24


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Asal pembuluh tidak terlihat;


(b) Keluarnya darah secara merembes;
(c) Warna darah merah biasa.
(2) Tindakan pertolongan:
(a) Dihentikan dengan bantuan plester/kain
bersih;
(b) Ataupun kompres dingin.

b. Perdarahan pembuluh darah balik/vena.


Perdarahan yang timbul karena pembuluh darah
tertusuk, terpotong atau pecah.
(1) Tanda:
(a) Jika vena cukup besar akan terlihat asal
pembuluhnya;
(b) Keluarnya darah secara mengalir dan
tidak berdenyut;
(c) Warna darah merah tua kehitaman.
(2) Tindakan pertolongan:
(a) Longgarkan segala pakaian yang
mengikat disebelah atas luka (antara
luka dan jantung);
(b) Gunakan pembalut penekan (jangan
mengganti kain penekan karena akan
merusak gumpal darah yang telah
terbentuk);
(c) Menekan langsung pada pembuluh
darah balik/vena dengan jari;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 25
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(d) Anggota tubuh yang luka diletakkan


lebih tinggi dari jantung;
(e) Letakkan kompres dingin diatas luka.
c. Perdarahan pembuluh darah nadi/arteri.
Perdarahan pembuluh darah nadi/arteri jarang
terjadi dan tidak seperti pembuluh darah
balik/vena. Hal ini karena pembuluh darah
nadi/arteri pada umumnya terletak lebih dalam dan
sering terlindung tulang atau alat-alat tubuh
lainnya.
(1) Tanda:
(a) Asal pembuluh darah jelas terlihat;
(b) Keluarnya darah secara memancar
disertai berdenyut;
(c) Warna darah merah muda/cerah.
(2) Tindakan pertolongan:
(a) Tekan langsung dengan kompres
dingin, tutup luka dengan kompres tebal
menggunakan tangan atau pembalut;
(b) Tekanan pada titik-titik tertentu dari
pembuluh darah nadi/arteri dibagian
tubuh yang dapat membantu
mengurangi perdarahan sementara;
(c) Angkat bagian tubuh yang luka lebih
tinggi dari tubuh dan jangan banyak
bergerak.
2) Perdarahan ke dalam.
Perdarahan yang terjadi dari luka di dalam tubuh dan
berkumpul dalam satu rongga tubuh serta tidak dapat
terlihat.
a) Tanda.
Bila dilihat dari fisik maka sulit untuk diketahui
namun ada tanda-tanda yang dapat tampak dari
perubahan umum:
(1) Muka pucat;
(2) Penderita/korban gelisah;
(3) Nadi teraba menjadi kecil dan frekuensinya
cepat;
(4) Tekanan darah menurun;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 26
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) Keluar keringat dingin;


(6) Nafas menjadi dalam dan cepat;
(7) Jika perdarahan di dalam rongga perut maka
terasa kembung;
(8) Jika perdarahan di dalam rongga paru/dada
maka nafas menjadi sesak.
b) Tindakan pertolongan:
(1) Penderita/korban tidak boleh banyak
bergerak;
(2) Istirahatkan penuh dan segala keperluannya
ditolong;
(3) Tidak boleh diberi makan dan minum lewat
mulut sebab kemungkinan penderita/korban
akan dilakukan operasi;
(4) Lekas bawa ke rumah sakit.

6. Penyebab dan Penanganan Luka


a. Luka.
1) Jenis-jenis luka berdasarkan sebabnya,terdiri dari:
a) Luka iris;
b) Luka gigitan binatang;
c) Luka gores/parut;
d) Luka bakar;
e) Luka tusuk;
f) Luka akibat zat kimia, atau penyakit, dsb.
2) Jenis-jenis luka berdasarkan tempat luka itu, adalah:
a) Luka dalam (jika luka terjadi di dalam tubuh),
terdapat darah yang menetes atau mengalir
keluar;
b) Luka luar (pendarahan di dalam tubuh, memar)
Luka adalah peristiwa dimana jaringan tubuh ada
yang terputus, tersobek, rusak oleh sesuatu
sebab, missal karena kecelakaan, tertusuk,
tertembak, terpukul, jatuh, dsb. Sebagai akibatnya
menimbulkan pendarahan, patah tulang, inpeksi,
dan lainnya.
b. Penanganan luka.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 27


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan


terhadap luka iris, gores/parut, luka tusuk, yaitu:
a) Hentikan terjadinya pendarahan;
b) Siram/usap dengan obat merah (Mercurochrome)
atau yodium tinctur (antiseptik lain); Obat merah
(Yodium) dapat digunakan untuk mematikan
hama/kuman Yodium harus disimpan dalam
keadaan tertutup (berbahaya kalau menguap
maka yang tertinggal adalah yodium kental atau
yang konsentrasinya besar
c) Berilah Sulfatilamide Powder (jangan terkena air);
d) Tutuplah dengan kain kasa steril/kain yang bersih;
e) Jangan sekali-kali melekatkan kapas tanpa
obat/salep.
2) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan
terhadap luka bakar, yaitu:
a) Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan,
memadamkan api dengan cara menggulingkan
badan si korban, dengan kain basah/pasir;
b) Cegahlah gugat dari kemungkinan infeksi;
c) Tutuplah luka dengan kain steril;
d) Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat
III, tidak perlu dibalut);
e) Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air
gula hangat (mengembalikan cairan yang hilang);
f) Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak
kedinginan dan mencegah gangguan serangga;
g) Cepat bawa ke ahlinya/dokter.
3) Penanganan luka dan cara-cara umum pertolongan
terhadap luka gigitan, yaitu:
a) Gejala-gejala luka gigitan (biasanya gigitan), yaitu:
(1) Pada tempat terjadinya gigitan, timbul
bengkak dan kulit membiru;
(2) Terasa sakit, panas dan terasa kaku;
(3) Penderita gelisah dan berkeringat;
(4) Timbul pendarahan;
(5) Pada luka gigitan ular, ada bekas berupa
titik-titik (bekas taring) dan harus diperhatikan
letak gigitannya.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 28
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Penanganan pada luka gigitan:


(1) Antara luka gigitan dengan jantung harus
dipasang bebat putar (penasat/tornikuet);
(2) Pada luka hewan biasa (bukan ular/binatang
berbisa) luka dibersihkan yodium/air yang
mengalir;
(3) Pada luka gigitan binatang berbisa, jangan
banyak diganggu, dan jangan dihisap
sembarangan, korban juga jangan banyak
bergerak karena dapat mempercepat nadi,
sehingga bisa (racun) dapat semakin cepat
menyebar, dan segeralah bawa ke dokter
atau ahlinya;
(4) Pada gigitan anjing, cepat berangkat ke
dokter, rumah sakit untuk di vaksin/suntik,
dan anjing yang menggigit harus ditangkap
(dikarantina) untuk mengetahui apakah
anjing itu mengidap rabies atau tidak.

7. Penyebab dan Penanganan Patah tulang


a. Pengertian patah tulang.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah Gangguan
kontinuitas yang biasanya disebabkan oleh adanya
rudapaksa yang timbul secara mendadak.
b. Tanda dan gejala patah tulang.
1) Adanya nyeri yang disebabkan oleh adanya spasme
otot yang diakibatkan oleh fraktur tersebut dan terjadi
perlukaan;
2) Hilangnya fungsi organ yang terkena;
3) Deformitas (perubahan bentuk);
4) Krepitasi (suatu dering tulang diakibatkan oleh gesekan
satu fragmen dengan lainnya);
5) Pembengkakan pada daerah fraktur;
6) Perubahan warna pada kulit sebagai akibat trauma dan
pendarahan.
c. Prinsip umum penatalaksanaan patah tulang.
1) Primary Survey (ABC);
2) Secondary Survey meliputi:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 29


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) LOOK : Inspeksi (penting: ada luka)


(b) FEEL : Raba (palpasi)
(c) MOVE : Gerakan: bisa/tidak bisa digerakkan
3) Imobilisasi dengan membidai tulang yang patah dengan
teknik yang benar;
4) Menjauhi segala tindakan yang dapat mengakibatkan
cedera penderita/korban bertambah. Jangan melakukan
reposisi pada pertolongan pertama. Reposisi/Reduksi
harus dilakukan di rumah sakit. Reduksi adalah Proses
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan
rotasi anatomis.
d. Pertolongan pertama pada korban patah tulang dan
pembidaian.
1) Patah tulang diperlukan imobilisasi dua sendi dari
ujung-ujung tulang yang patah untuk mencegah
pergerakan-pergerakan yang dapat menambah cedera.
Untuk imobilisasi diperlukan bidai.
2) Alat-alat yang dapat dipergunakan sebagai berikut:
a) Anggota tubuh sendiri;
b) Bambu pagar, cabang pohon, pelepah pisang dan
papan;
c) Selimut atau kain digulung, guling dan bantal;
d) Majalah, koran dan karton;
e) Bidai dari kayu, metal atau bidai udara (Pneuomo
Splint).
3) Patah tulang anggota badan atas.
a) Patah tulang selangka.
Ada beberapa cara yang dipakai:
(1) Membidai dengan ransel balut (ransel
perban);
(2) Membidai dengan pembalut segitiga (mitela);
(3) Membidai dengan pembalut gulung.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 30


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Patah tulang belikat.


Patah tulang disini biasanya mempunyai kelainan
letak yang minimal, tetapi kalau ada rasa nyeri
yang hebat, belikat dapat diikat dengan angkin
pada rusuk dan lengan disokong dengan kain
gendongan.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 31


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Patah tulang sekitar siku.


Patah tulang sekitar siku sering terjadi terutama
pada anak-anak, dapat menyebabkan kerusakan
yang luas pada jaringan sekitarnya, syaraf dan
pembuluh darah. Jika pertolongan tidak benar,
akan menimbulkan kecacatan yang permanen.
Cara pembidaian:
(1) Tergantung posisi lengan pada waktu
kecelakaan, bidai dipasang dengan dua cara:
(a) Lengan dalam keadaan lurus, bidai
dipasang sebagai alas mulai ketiak
sampai tangan;
(b) Lengan dalam keadaan tertekuk, bidai
dipasang seperti gambar.
(2) Jangan menarik, membengkokkan atau
memutar lengan;
(3) Jika ada luka terbuka, tutup luka dengan
kassa steril atau kain bersih sebelum bidai
dipasang.

d) Patah tulang lengan bawah dan pergelangan


tangan.
Sering terjadi patah tulang pada ujung tulang
pengumpil (radius) dan bisa disertai patah pada
tulang pangkal tangan. Patah disini disebabkan
terjatuh dengan tekanan pada lengan dalam
keadaan lurus (disebut patah tulang Colles).
Dapat juga terjadi patah tulang lengan atas (satu
atau kedua tulang) pada bagian atas pergelangan
tangan akibat rudapaksa langsung pada daerah
tersebut.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 32
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Cara membidai:
Memakai bidai sebagian alas sepanjang lengan
bawah dengan telapak tangan menghadap
kebawah, lengan digantung dengan pembalut
segitiga atau pembalut gulung.

e) Patah tulang tangan.


(1) Patah tulang tapak tangan
Cara membidai: Memakai bidai sepanjang
lengan bawah sebagai alas, dengan posisi
tangan seperti memegang gelas dan
digantung dengan kain gendongan.
(2) Patah tulang jari
Cara membidai:
(a) Memakai bidai pada jari yang patah;
(b) Memplester kepada jari yang patah.
f) Patah tulang iga dan dada.
(1) Patah tulang iga.
Patah tulang iga sering terjadi karena jatuh
atau kecelakaan lalulintas.
Gejala-gejala:
(a) Sakit waktu bernafas dalam;
(b) Nyeri setempat terutama pada
penekanan;
(c) Jika ujung tulang iga yang patah
menembus paru-paru, penderita sulit
bernafas, batuk mengeluarkan darah
berbusa dan adanya udara dibawah
kulit (krepitasi).
(2) Tindakan pertolongan ada dua macam:
(a) Imobilisasi dengan pembalut dasi atau
pembalut gulung yang lebar.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 33
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

- Jika ada luka terbuka, tutup


dengan kassa steril atau kain
bersih yang tebal;
- Jika terdapat tanda-tanda paru-
paru tertembus oleh bagian yang
patah, jangan dilakukan
pembidaian, segera bawa ke
rumah sakit.
(b) Fixasi dengan plester yang lebar.
- Plester dipasang dari pertengahan
dada (menutupi tulang dada)
sejajar dengan tulang iga ke
belakang sampai ke tulang
belakang, mulai dari bawah (iga ke
11 dan 12) sampai tulang iga
pertama;
- Pada wanita, buah dada
sebaiknya dibiarkan terbuka dan
pada pria putting susu ditutup
dengan kain.

(3) Patah tulang dada.


Tulang dada dapat patah karena rudapaksa
langsung oleh benda tumpul. Tindakan
pertolongan seperti gambar dibawah ini:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 34


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Patah tulang anggota bawah.


(1) Patah tulang panggul.
Keadaan ini biasanya terjadi pada
kecelakaan kendaraan bermotor. Dapat juga
karena terjepit antara dua benda yang
bergerak. Yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Kerusakan alat tubuh dalam panggul;
(b) Perdarahan hebat di dalam.
(2) Gejala:
(a) Terdapat rasa sakit pada penekanan
kedua sisi panggul;
(b) Pada pengerahan anggota gerak bawah
dirasakan sakit.
(3) Tindakan pertolongan:
(a) Letakan penderita/korban terlentang;
(b) Letakan lipatan selimut diantara kedua
paha;
(c) Usahakan jangan banyak bergerak
dengan membidai pada dada panggul
dan tungkai;
(d) Segera bawa ke rumah sakit.
(4) Cara membidai dengan cara kedua kaki
disatukan.

(5) Patah tulang tungkai atas (paha).


Sering keliru dengan patah tulang panggul.
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 35
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(a) Gejala:
- Nyeri setempat;
- Perubahan warna karena
berpindahnya darah kejaringan
sekitar;
- Saat berbaring penderita/korban
tidak dapat mengangkat kakinya.
(b) Tindakan pertolongan:
- Periksa nadi dan syaraf;
- Imobilisasi.
(c) Cara membidai ada dua macam:
- Pembidaian dengan kedua tungkai
yang disatukan;
- Pembidaian hanya pada tungkai
yang patah, dimana satu bidai
dipasang sampai perut dan dada.

(6) Patah tulang lutut.


(a) Gejala: Nyeri lunak dan biasanya
penderita/korban tidak dapat
meluruskan kakinya.
(b) Cara membidai ada dua macam:
- Tungkai tertekuk;
- Tungkai lurus.
(c) Pembidaian dilakukan seperti saat
didapatkan untuk mengurangi
bertambah rusaknya syaraf dan
pembuluh darah.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 36


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(7) Patah tulang tungkai bawah.


Patah tulang tungkai bawah sering
disebabkan oleh benturan bumper mobil.
Disini sering berbentuk luka terbuka karena
tulang hanya diliputi kulit yang tipis.
(a) Gejala: Nyeri dan pembengkakan tanpa
disertai kelainan bentuk.

(8) Patah tulang kaki.


Sulit membedakan patah tulang kaki dengan
nyeri disebabkan gangguan pada otot.
Cara membidai:

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 37


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(9) Patah tulang muka dan tengkorak.


Pada patah tulang daerah kepala yang perlu
mendapat perhatian adalah perdarahanya.
Tindakan pertolongan dengan pembidaian
dapat diberikan pada patah tulang rahang
bawah dengan memakai pembalut segitiga
(mitela) yang digantungkan pada satu
ujungnya atau memakai pembalut dasi.
(10) Patah tulang belakang.
Patah tulang belakang harus ditolong dengan
hati-hati. Biasanya patah tulang disini
disebabkan kecelakaan lalulintas, jatuh dari
tempat yang tinggi, dimana kesemuanya
menyebabkan patah tulang yang disebabkan
adanya tekanan. Akibat dari tekanan tersebut
menimbulkan kerusakan jaringan syaraf
(sumsum tulang belakang) yang tidak dapat
sembuh kembali (regenerasi).
(11) Ada dua hal yang dapaat terjadi pada
penderita patah tulang belakang:
(a) Kalau pertolongan pertama dilakukan
secara benar maka, kemungkinan tidak
akan menyebabkan kerusakan sumsum
tulang belakang sehingga tidak terjadi
kelumpuhan yang menetap.
(b) Kalau pertolongan pertama tidak benar,
pecahan tulang belakang dapat
mencerai sumsum tulang belakang
sehingga penderita dapat lumpuh
seterusnya kalau tidak meninggal.
(c) Gejala:
- Kalau penderita/korban dalam
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 38
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keadaan sadar maka, dapat


menunjukkan dimana tempat rasa
sakit sepanjang tulang
belakangnya. Juga dapat diketahui
dengan cara menggerakkan
bagian badannya. Kalau patah
tulang leher tidak dapat
menggerakkan lengan dan tangan
sedang patah tulang pinggang
tidak dapat menggerakkan tungkai
dan kakinya.
(12) Patah tulang leher.
Sering terjadi pada korban kecelakaan
lalulintas, terutama pengemudi. Bahaya
utama dalam penanganan korban/penderita
adalah pergerakan tulang leher yang cedera
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
sumsum tulang belakang yang lebih berat
sehingga mengakibatkan kematian.
(a) cara membidai:

- Bidai dibuat dengan menggunakan


dua buah papan sepanjang dua
meter dengan penguat silang
ditiga tempat;
- 4 (empat) orang penolong secara
serentak mengangkat
penderita/korban dengan salah
seorang penolong khusus
memegang kepala penderita;
- Sewaktu memindahkan
penderita/korban ke tandu harus
diperhatikan agar kepala dalam

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 39


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keadaan tidak bergerak, tetap


dalam bidang datar;
- Pada patah tulang harus diganjal
dengan bantal pasir atau benda
yang keras seperti kayu atau
sepatu atau bahan lain yang tidak
mudah bergerak;
- Kemudian tubuh penderita/korban
dibebas pada beberapa tempat
seperti tampak pada gambar;
(13) Patah tulang punggung atau tulang
pinggang.
Pada patah tulang punggung atau tulang
pinggang, transportasi penderita/korban
harus dalam keadaan tertelungkup supaya
kerusakan pada tulang punggung atau tulang
pinggang tidak meluas dan merusak sumsum
tulang belakang lebih berat. Bila posisi
penderita/korban waktu kejadian dalam
keadaan terlentang maka pembidaian
diusahakan dalam posisi telungkup, bila hal
ini masih tidak memungkinkan karena sebab
tertentu maka, usahakan mengangkat
penderita/korban sama seperti
penderita/korban pada cedera tulang leher

Cara mengangkat dengan sepotong terpal atau selimut pada


penderita/korban cedera tulang belakang.

8. Penyebab dan Penanganan Luka Bakar


a. Yang disebut luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh
yang disebabkan oleh panas yang suhunya di atas 60°
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 40
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

celcius. Luka bakar, dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan atau


disebut juga stadium:
1) Luka bakar tingkat I;
Kulit kemerahan, terbakar hanya kulit luar oleh panas
sekitar 60° celcius.
2) Luka bakar tingkat II;
Kulit melepuh, bengkak, merah dan perih, luka pada kulit
ari/jaringan, panas sekitar 100° celcius.
3) Luka bakar tingkat III;
Kulit hangus, pembakaran sampai ke bagian dalam
tubuh, terjadi banyak kerusakan.
b. Penyebab luka bakar, antara lain:
1) Api (bara yang menyala);
2) Cairan gas (benda yang menyala);
3) Bahan kimia;
4) Sinar matahari;
5) Listrik, dsb.
c. Cara-cara pertolongan:
1) Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan,
memadamkan api dengan cara menggulingkan badan si
korban, dengan kain basah/pasir;
2) Cegahlah gugat dari kemungkinan infeksi;
3) Tutuplah luka dengan kain steril;
4) Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat III, tidak
perlu dibalut);
5) Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air gula
hangat (mengembalikan cairan yang hilang);
6) Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak
kedinginan dan mencegah gangguan serangga. Cepat
bawa ke ahlinya/dokter.
d. Luka bakar akibat tersengat listrik.
Listrik sangat berbahaya bahkan dapat berujung pada
kematian jika salah dalam penggunaannya. Berikut ini
beberapa hal yang dapat menjadi tips untuk menghindari
bahaya listrik.
1) Akibat dari sengatan aliran listrik.
Arus yang mengalir melalui tubuh (tersengat listrik)

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 41


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dapat mengakibatkan:
a) Jantung berhenti berdenyut;
b) Otot berkontraksi (mengerut);
c) Pernafasan terhenti dimana pusat saraf di otak
yang mengatur pernafasan lumpuh;
d) Luka bakar.
2) Perawatan.
a) Minta pertolongan (berteriak);
b) Matikan listrik (putuskan hubungan/kontak);
c) Amankan penderita dari bahaya fisik yang
langsung;
d) Periksa denyut nadi dan pernafasan serta rawat si
korban seperlunya;
e) Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih,
rawatlah luka bakar atau luka lainnya bila ada;
f) Pindahkan korban ke lokasi yang aman untuk
perawatan selanjutnya;
g) Korban perlu selalu ditunggui selama tim dokter
menangani korban.
3) Langkah-langkah yang dilakukan.
a) Amankan korban dari bahaya;
b) Usahakan jalan udara untuk pernafasan lancar;
c) Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut
korban, keluarkan segera;
d) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah
tidak menutup lubang tenggorokan;
e) Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3-4 kali
secepat mungkin.
f) Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan
jantung (RJP);
g) Untuk orang dewasa: Frekuensi pengurutan
dilakukan 60 kali setiap menit;
h) Untuk anak kecil: Frekuensi pengurutan dilakukan
90 kali setiap menit. Catatan: Hindari tekanan
yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan
tulang rusuk korban rusak;
i) Upayakan pemulihan denyut nadi maupun
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 42
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pernafasan;
j) Pernafasan mulut ke mulut;
k) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang;
l) Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian tutup
mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-
kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat;
m) Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak
keluar;
n) Amati turunnya dada kembali;
o) Faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak,
karena itu 3 atau 4 kali peniupan pertama
dilakukan secepat mungkin;
p) Penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali
setiap menit. Catatan: Bila paru-paru tidak
mengembang, segera periksa mulut, hidung atau
kerongkongan;
q) Untuk anak kecil: seyogyanya mulut si penolong
mencakup hidung dan mulut korban, dengan
frekuensi 20 kali setiap menit;
r) Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat
meniup melalui mulut, maka dapat dilakukan
peniupan melalui hidung.

9. Penyebab dan Penanganan Keracunan


Setiap hari manusia berhubungan dengan bahan yang dapat
menjadi racun karena semua zat dalam jumlah tertentu dapat
menjadi racun.
Pengertian racun sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke
dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat menimbulkan
reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan kematian. Reaksi kimia
yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu
fungsi tubuh.
Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,
persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikofisiologis. Hal
tersebut berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan reaksi
penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan,
namun adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak
diinginkan seperti gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsb.
Beberapa contoh zat racun antara lain: insektisida (pembasmi
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 43
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

serangga), sianida (sering ditemui pada singkong beracun), logam


berat (timah hitam pada asap kendaraan bermotor), bisa binatang
(bisa ular, kalajengking, dsb) ataupun bahan kimia yang bersifat
korosif (dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam
jika masuk ke dalam tubuh).
a. Macam-macam terjadinya keracunan.
1) Sengaja bunuh diri.
Penderita sengaja menelan, menghirup ataupun
menyuntikkan suatu obat dalam junlah melebihi dosis
pengobatan atau benda lain yang sebenarnya tidak
ditujukan untuk dikonsumsi dengan cara-cara tersebut
di atas. Sering menyebabkan kematian jika tidak segera
mendapat pertolongan. Contoh : minum racun
serangga, obat tidur berlebihan, dsb.
2) Keracunan tidak disengaja.
Terjadi akibat terpapar bahan beracun secara tidak
sengaja, contoh :
a) Mengkonsunsi bahan makanan/minuman yang
tercemar oleh kuman ataupun zat kimia tertentu;
b) Salah minum yang biasanya dialami oleh anak-
anak atau orang lanjut usia yang sudah pikun
(misal obat kutu anjing disangka susu, dsb);
c) Makan singkong yang memiliki kadar sianida tinggi;
d) Udara yang tercemar gas beracun, dsb.
3) Penyalahgunaan obat yaitu obat yang dikonsumsi selain
untuk pengobatan.
b. Jalur masuk racun:
1) Keracunan melalui mulut/alat pencernaan.
a) Umumnya terkait dengan bahan-bahan yang
terdapat di rumah tangga;
b) Obat-obatan misalnya obat tidur/penenang yang
dikonsumsi dalam jumlah banyak atau diminum
dengan bahan lain sehingga menimbulkan
keracunan;
c) Makanan yang mengandung racun (misal :
singkong beracun), makanan kadaluarsa serta
makanan yang tidak dipersiapkan dengan
baik/tercemar;
d) Obat nyamuk, minyak tanah, dsb;
e) Makanan/minuman yang mengandung alkohol
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 44
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(minuman keras).
2) Keracunan melalui pernafasan.
a) Umumnya berupa gas, uap dan bahan semprotan;
b) Menghirup gas/udara beracun, misal : gas mobil
dalam keadaan mobil tertutup, uap minyak tanah,
dsb;
c) Kebocoran gas industri, misal : amonia, klorin, dsb;
d) Keracunan melalui kulit/kontak (absorbsi);
e) Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak
kulit. Racun yang masuk dari kulit secara perlahan
terserap aliran darah;
f) Umumnya zat kimia pertanian seperti insektisida,
pestisida maupun zat kimia yang bersifat korosif;
g) Tanaman.
3) Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
a) Zat racun menembus kulit langsung ke dalam
tubuh melalui sistem peredaran darah;
b) Obat suntik, misal : penyalahgunaan obat dan
narkotika;
c) Gigitan/sengatan binatang yang mengandung bisa
racun, misal : kalajengking, ubur-ubur, dsb.
c. Gejala umum keracunan.
1) Penurunan respon, gangguan status mental (gelisah,
takut, dsb);
2) Gangguan pernafasan;
3) Nyeri kepala, pusing ataupun gangguan pengelihatan;
4) Mual ataupun muntah;
5) Lemas, lumpuh ataupun kesemutan;
6) Pucat ataupun kulit kebiruan;
7) Kejang;
8) Syok;
9) Gangguan irama detak jantung ataupun pernafasan.
d. Gejala khusus keracunan.
1) Keracunan melalui mulut/alat pencernaan;
a) Mual ataupun muntah;
b) Nyeri perut;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 45
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Diare;
d) Nafas ataupun mulut yang berbau;
e) Suara parau, nyeri di saluran cerna (mulut dan
kerongkongan);
f) Luka bakar atau sisa racun di daerah mulut;
g) Produksi air liur yang berlebih ataupun mulut
menjadi berbusa.
2) Keracunan melalui pernafasan.
a) Gangguan pernafasan ataupun pernafasan;
b) Kulit kebiruan;
c) Nafas berbau;
d) Batuk ataupun suara parau.
3) Keracunan melalui kulit.
a) Daerah kontak berwarna kemerahan, nyeri,
melepuh dan meluas;
b) Syok anafilaktik (gejala alergi yang mengancam
nyawa yang dapat menyebabkan penderita tidak
sadarkan diri, melebarnya pembuluh darah,
naiknya denyut nadi, menurunnya tekanan darah,
menyempitnya saluran nafas, ruam pada kulit,
mual dan anggota gerak yang hangat.
4) Keracunan melalui suntikan ataupun gigitan.
a) Luka di daerah suntikan ataupun gigitan berupa
luka tusuk atau bekas gigitan;
b) Nyeri pada daerah sekitar suntikan ataupun gigitan
dan kemerahan;
c) Pada kasus gigitan ular:
(1) Demam;
(2) Mual dan muntah;
(3) Pingsan;
(4) Lemah;
(5) Nadi cepat dan lemah;
(6) Kejang;
(7) Gangguan pernafasan;
(8) Penanganan/Pertolongan Pertama (P3K)
Pada Kasus Keracunan Umum;
(9) Amankan tempat kejadian;
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 46
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(10) Pengamanan penolong dan penderita apabila


diketahui zat racun berupa gas;
(11) Keluarkan penderita dari daerah yang
berbahaya;
(12) Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan
nadi) dan lakukan resusitasi jantung paru
(RJP) bila perlu;
(13) Periksa jalan nafas apabila respon penderita
menurun ataupun jika penderita muntah;
(14) Berikan oksigen bila ada;
(15) Amankan pembungkus, sisa muntahan dan
sejenisnya untuk identifikasi jenis racun;
(16) Periksa tanda vital secara berkala (nafas dan
nadi) dan rujuk ke fasilitas kesehatan
terdekat;
(17) Penanganan/Pertolongan Pertama (P3K)
Pada Kasus Keracunan Khusus;
(18) Keracunan melalui mulut/alat pencernaan;
(19) Turunkan kadar kekuatan racun dengan
pengenceran dengan cara memberi minum
susu ataupun air sebanyak-banyaknya
maupun memberi anti racun umum yaitu norit
ataupun putih telur (JANGAN BERIKAN
SUSU PADA KERACUNAN YANG
DIKETAHUI KARENA ZAT YANG
MENGANDUNG FOSFAT !!!);
(20) Lakukan rangsangan-rangsangan muntah
untuk mengeluarkan racun dari dalam
lambung dimana cara ini hanya efektif 2 (dua)
jam pertama saat kejadian. Namun jangan
lakukan rangsangan muntah pada keracunan
yang menelan asam/basa kuat, menelan
minyak, penderita kejang ataupun ada riwayat
kejang dan penderita yang tidak sadar atau
mengalami gangguan kesadaran.
5) Keracunan melalui kulit.
a) Buka baju penderita yang terkena;
b) Siram bagian yang terkena racun dengan air
sekurang-kurangnya selama 20 menit (bila racun
berupa serbuk maka sikat dahulu sebelum
menyiram dengan air dan jangan lakukan
penyiraman jika diketahui racun bereaksi kuat
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 47
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dengan air). Posisikan penolong agak jauh dari


bagian tubuh penderita yang terkena racun untuk
menghindari kontaminasi;
c) Gigitan ular;
d) Amankan diri penolong dan tempat kejadian;
e) Tenangkan penderita;
f) Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi);
g) Rawat luka serta pasang bidai bila diperlukan;
h) Pasang (ikat) pembalut elastis pada daerah gigitan;
i) Jika tidak berbahaya bawa ular yang menggigit
untuk identifikasi jenis racun;
j) Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

10. Cara Menolong dan Mengangkut Korban


a. Menolong.
1) Korban tidak sadar.
a) Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi
tengkurap).
Teknik ini dilakukan ketika sudah dipastikan
bahwa korban tidak mengalami patah tulang, urai
sendi, atau cedera semacamnya. Jika korban
mengalami patah tulang punggung, maka teknik ini
jangan dilakukan. Sebab hanya akan
menyebabkan kondisi korban semakin fatal.

b) Teknik sampir bahu (korban dalam kondisi


terlentang).
Teknik ini juga dilakukan pada kondisi yang sama
seperti pada teknik kondisi korban tengkurap.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 48


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Korban berada di dalam reruntuhan gedung.


Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi
kebakaran yang terjadi di dalam gedung. Prioritas
utama adalah korban yang kita tolong, sehingga
posisi penolong harus berada di atas korban untuk
melindungi tubuh korban dari reruntuhan.

d) Teknik membopong.
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini
bisa digunakan karena lebih praktis dibandingkan
dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong
memiliki tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa
dilakukan untuk korban orang dewasa.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 49


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e) Tenaga penolong yang lemah.


Ketika kita tidak memiliki tenaga yang cukup untuk
melakukan pertolongan terhadap korban, secara
darurat kita dapat memindahkan korban ke tempat
yang aman. Tujuannya adalah untuk mengurangi
resiko terjadinya kondisi yang lebih darurat
dibandingkan jika korban berada pada wilayah
bencana. Kita dapat menggunakan tangan kosong
maupun alat seadanya sebagai fasilitas
pendukung. Alat yang digunakan dapat berupa
kain atau selimut. Usahakan untuk memilih kain
yang tebal untuk meminimalisir luka ketika tubuh
korban bergesekan dengan tanah/ ground. Teknik
ini hanya layak dilakukan untuk pemindahan
korban pada jarak yang relatif dekat.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 50


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 51


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Korban sadar.
a) Teknik sampir bahu.
Jika korban tidak mengalami patah tulang
punggung, kaki, maupun lengan, teknik ini dapat
dilakukan. Teknik ini dipakai ketika korban dalam
kondisi yang sangat lemah yang membutuhkan
pertolongan dengan segera.

b) Teknik gendong.
Jika korban dalam kondisi lemah dan tidak mampu
untuk berjalan, penolong dapat menggunakan
teknik ini.

c) Teknik memapah.
Jika korban masih mampu berjalan namun dengan
kondisi yang lemah, maka penolong diajurkan
memilih teknik ini. Teknik ini juga disarankan bagi
penolong yang tidak memiliki cukup tenaga untuk
mengangkat korban.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 52


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Teknik membopong.
Teknik ini sama seperti teknik membopong pada
korban tidak sadar. Hanya saja korban diminta
untuk meletakkan tangan sebelah kirinya pada
leher/atas bahu kiri penolong agar tidak
menyulitkan penolong dalam melakukan
pemindahan.

b. Mengangkut korban.
1) Korban tidak sadar.
a) Teknik angkat langsung.
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 53


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ketika kita tak menemukan alat apapun untuk


proses evakuasi korban. Caranya adalah dengan
melipatkan kedua tangan korban ke dada, lalu
tangan kanan penolong 1 memegang lengan
kanan bawah dan tangan kiri memegang lengan
kiri bawah korban. Sedangkan penolong 2
memegang bagian lutut korban.

b) Evakuasi menggunakan kursi.


Teknik ini lebih praktis dan akan mempermudah
penolong dalam melakukan evakuasi.

2) Korban sadar.
a) Teknik memapah.
Teknik ini dilakukan jika korban masih mampu
berjalan namun dengan kondisi fisik yang sangat
lemah.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 54


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Duduk 2 tangan.
Teknik ini dilakukan jika korban sama sekali tak
mampu berjalan. Kondisi korban dengan cedera
kaki pada bagian bawah juga lebih tepat
menggunakan teknik evakuasi ini.

c) Duduk 4 tangan.
Teknik ini digunakan pada kasus sama seperti
teknik pada evakuasi duduk 2 tangan.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 55


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum


diprioritaskan bagi korban tak sadar. Selebihnya,
untuk mengatasi jarak evakuasi yang jauh, maka
digunakan alat bantu berupa tandu dan peralatan-
peralatan lain dengan jumlah penolong variatif.
Berikut macam-macam teknik evakuasi dengan 3
penolong:
(1) 3 penolong pada satu sisi korban.
Teknik ini adalah yang paling sering
digunakan pada evakuasi korban dengan 3
penolong. Posisi penolong pada 1 sisi
menjadikan perjalanan evakuasi lebih
terarah. Kekompakan dan koordinasi tim
menjadi penentu berhasilnya teknik evakuasi
ini. Jika penguncian korban benar, maka
korban tidak akan terasa berat.

(2) 3 penolong berhadapan.


Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong
memiliki tinggi badan yang tidak sama.
Penolong berhadapan pada kedua sisi
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 56
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

korban dengan tangan penolong saling


berpegangan di bawah tubuh korban.

(3) 4 Penolong.
Jika jumlah penolong lebih banyak, maka
proses evakuasi akan lebih baik. Beban
korban akan semakin berkurang dan akurasi
dalam proses evakuasi pun semakin baik.
Tekniknya adalah dengan saling
berpegangan tangan di bawah tubuh korban
dengan posisi penolong saling berhadapan.

(4) 6 Penolong.
Jika korban memiliki berat badan yang cukup
besar, maka dapat dilakukan evakuasi
dengan 6 penolong. Tekniknya sama seperti
evakuasi dengan 4 penolong.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 57


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. BHD adalah tindakan pertolongan yang diberikan sesegera
mungkin pada keadaan henti jantung dan henti nafas yang
bertujuan mempertahankan sirkulasi darah yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi
dada secara efektif diikuti dengan pemberian ventilasi yang
memadai sampai didapatkan sirkulasi sistemik secara spontan
atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap.
2. Tujuan bantuan hidup dasar ialah oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan
oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.
3. Tindakan yang dilakukan dalam BHD, antara lain:
a. Penilaian awal;
b. Aktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu);
c. Pemeliharaan saluran nafas;
d. Penyelamatan pernapasan (seperti pernapasan dari mulut ke
mulut);
e. Kompresi dada eksternal;
f. Jika semua digabungkan maka hal ini disebut dengan istilah
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
4. Langkah-langkah BHD, antara lain:
a. Henti nafas;
b. Henti jantung.
5. Jenis-jenis perdarahan, antara lain:
a. Perdarahan keluar;
b. Perdarahan ke dalam.
6. Jenis-jenis luka, antara lain:
a. Luka dalam (jika luka terjadi di dalam tubuh), terdapat darah
yang menetes atau mengalir keluar;
b. Luka luar (pendarahan di dalam tubuh, memar) Luka adalah
peristiwa dimana jaringan tubuh ada yang terputus, tersobek,
rusak oleh sesuatu sebab, missal karena kecelakaan,
tertusuk, tertembak, terpukul, jatuh, dsb. Sebagai akibatnya
menimbulkan pendarahan, patah tulang, inpeksi, dan lainnya.
7. Tanda dan gejala patah tulang, antara lain:
a. Adanya nyeri yang disebabkan oleh adanya spasme otot
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 58
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang diakibatkan oleh fraktur tersebut dan terjadi perlukaan;


b. Hilangnya fungsi organ yang terkena;
c. Deformitas (perubahan bentuk);
d. Krepitasi (suatu dering tulang diakibatkan oleh gesekan satu
fragmen dengan lainnya);
e. Pembengkakan pada daerah patah tulang;
f. Perubahan warna pada kulit sebagai akibat trauma dan
pendarahan.
8. Luka bakar, dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, antara lain:
a. Luka bakar tingkat I.
Kulit kemerahan, terbakar hanya kulit luar oleh panas sekitar
60° celcius.
b. Luka bakar tingkat II.
Kulit melepuh, bengkak, merah dan perih, luka pada kulit
ari/jaringan, panas sekitar 100° celcius.
c. Luka bakar tingkat III.
Kulit hangus, pembakaran sampai ke bagian dalam tubuh,
terjadi banyak kerusakan.
9. Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,
persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikofisiologis.
10. Korban berada di dalam reruntuhan gedung.
Teknik ini lebih sering dipakai ketika kondisi kebakaran yang
terjadi di dalam gedung. Prioritas utama adalah korban yang kita
tolong, sehingga posisi penolong harus berada di atas korban
untuk melindungi tubuh korban dari reruntuhan.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 59


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Latihan
1. Jelaskan pengertian BHD!
2. Jelaskan tujuan BHD!
3. Jelaskan tindakan yang dilakukan dalam BHD!
4. Jelaskan langkah-langkah BHD!
5. Jelaskan perdarahan dan pertolongannya!
6. Jelaskan penyebab dan penanganan luka!
7. Jelaskan penyebab dan penanganan patah tulang!
8. Jelaskan penyebab dan penanganan luka bakar!
9. Jelaskan penyebab dan penanganan keracunan!
10. Jelaskan cara menolong dan mengangkut korban!

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) 60


PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR

Anda mungkin juga menyukai