Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia


Dosen Pengampu : Rita Yuanita Toendan, SE., M.Si

Disusun Oleh :
RAHMAN ALI
(223020302290)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
KELAS C

2023
1. GNP DAN GDP

GNP Adalah: Ini Pengertian dan Bedanya dengan GDP


Untuk Anda yang sudah pernah mempelajari ekonomi makro, pasti Anda sudah
sangat akrab dengan istilah GNP dan GDP. GDP dan GNP adalah indikator ekonomi
yang digunakan untuk bisa menghitung pendapatan nasional di dalam suatu negara.
Walau terdengar mirip, tapi keduanya mempunyai makna dan cakupan yang berbeda.

Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator
moneter dari nilai pasar semua produk dalam bentuk barang dan jasa yang diperoleh
dari berbagai unit produksi di dalam suatu negara dalam kurun waktu satu tahun.

Sedangkan Produk Nasional Bruto (PNB) atau GNP adalah nilai pasar seluruh produk
dalam bentuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara, baik itu di dalam
ataupun luar negeri dalam kurun waktu satu tahun.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keduanya sama-sama


berguna untuk mengukur nilai seluruh produk, baik itu produk barang ataupun jasa
yang diperoleh dalam kurun waktu satu tahun. Lalu, apa perbedaan antar keduanya?
Dapatkan jawabannya dengan membaca artikel tentang GNP dan GDP di bawah ini
hingga selesai.
Perbedaan GDP dan GNP Adalah

1. Cakupan Produksi Atau Penghasilan


Sebagai indikator moneter, GDP adalah jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari
berbagai unit produksi di dalam suatu negara selama satu tahun. Itu artinya, GDP
adalah cakupan total pendapatan yang didapat secara nasional, baik itu yang diperoleh
dari negara sendiri ataupun warga negara asing yang bertempat di dalam negeri
ataupun di negara tersebut.

Sedangkan GNP adalah jumlah nilai barang dan jasa yang diperoleh dari warga
negara, baik itu yang tinggal di dalam ataupun di dalam negeri selama satu tahun.

Secara sederhana, GDP menghitung semua total pendapatan negara berdasarkan


lingkup batas wilayah, sedangkan GNP adalah menghitung total pendapatan negara
dalam ruang lingkup warga negara.

Di dalam GDP tidak menghitung pendapatan dari warga negara yang tinggal ataupun
bertempat di luar negeri, namun dari warga negara asing yang bertempat tinggal di
dalam negeri.

Sebaliknya, GNP adalah menghitung total pendapatan yang didapat hanya dari warga
negaranya saja, baik itu yang tinggal di dalam ataupun di luar negeri, dan tidak
menghitung pendapatan warga negara asing yang tinggal di dalam negeri.

Cara Menghitungnya GDP dan GNP


Perbedaan GDP dan GNP juga bisa dilihat dari rumus ataupun cara menghitungnya.
GNP bisa dihitung setelah nilai GDP bisa diperoleh. Terdapat tiga metode untuk
menghitung GDP, yaitu:

Pendekatan Pengeluaran
Rumus untuk menghitung GDP dengan pendekatan pengeluaran adalah sebagai
berikut:

Y = C + G + I + (X – M)

Keterangan:

Y = GDP

C = Konsumsi
G = Pengeluaran Pemerintah

I = Investasi

X = Ekspor

M = Impor

Pendekatan Pendapatan
Rumus untuk menghitung GDP dengan melakukan metode pendapatan adalah sebagai
berikut:

Y=r+i+w+p

Keterangan:

Y = GDP

r = Sewa

i = Upah

w = Bunga

p = Laba

Pendekatan Produksi
Rumus untuk menghitung GDP dengan menggunakan metode produksi adalah
sebagai berikut:

Y = ΣP.Q

Keterangan:

P = Harga

Q = Kuantitas

Walaupun ketiga rumus di atas berbeda-beda, tapi hasil ketiganya masih sama.
Kenapa? karena total pengeluaran barang dan jasa sama dengan nilai barang atau jasa
yang dibuat ataupun dihasilkan yang sama juga dengan total pendapatan yang dibayar
pada berbagai faktor yang mampu menghasilkan produk barang dan jasa.
Nilai GDP ini bisa dihitung dengan menggunakan dasar harga berlaku dan harga
konstan. Penghitungan GDP dengan menggunakan dasar harga berlaku adalah agar
bisa mengetahui perkembangan struktur ekonomi riil di tahun berjalan.

Sedangkan penggunaan harga konstan adalah harga yang berlaku dalam tahun tertentu
agar bisa menghitung GDP agar bisa mengetahui perkembangan ekonomi di setiap
tahunya.

Nah bila nilai dari berbagai varian penyusun GDP ini sudah diperoleh, maka nilai
GDP pun bisa segera dijumlahkan. Nilai GDP tersebut bisa diketahui dengan
menggunakan dasar penghitungan GNP. Nah, rumus menghitung GNP adalah sebagai
berikut:

GNP = GDP + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Income from Abroad), atau

GNP = GDP – Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Income from Abroad)

Keterangan:

Pendapatan neto dari luar negeri adalah pendapatan dari warga negara yang bekerja
dari luar negeri yang dikurangi dengan pendapatan dari warga negara asing yang
memang bekerja di dalam negeri.

Dengan asumsi bahwa jika pendapatan neto dari luar negeri kurang dari 0, maka GDP
nya lebih besar dari GNP. Sedangkan jika pendapatan neto dari luar negeri lebih besar
dari 0, maka GDP lebih kurang dari GNP.

Jika GDP lebih besar dari GNP, itu artinya pendapatan warga negara yang kerja diluar
negeri lebih rendah daripada pendapatan warga negara asing yang bekerja dari dalam
negeri.

Sebaliknya, jika nilai GDP kurang dari GNP, maka pendapatan warga negara yang
kerja di luar negeri lebih tinggi daripada pendapatan warga negara yang bekerja di
dalam negeri.

2. TEORI TENTANG PERTUMBUAN EKONOMI

Ekonomi suatu negara dapat dikatakan bertumbuh jika mengalami peningkatan


aktivitas perekonomian hingga pendapatan nasional. Untuk memahami lebih jauh, ada
sejumlah teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli yang perlu kamu ketahui.
Mengapa kita perlu memahami teori pertumbuhan ekonomi? Sebuah teori merupakan
hasil dari pengalaman empiris, hal ini dapat menjadi bahan acuan untuk membuat
kebijakan maupun memprediksi kondisi ekonomi di kemudian hari.
Dalam buku Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi yang disusun Sri Nur Mulyati,
pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara bertahap ke kondisi yang lebih baik dalam kurun waktu tertentu. Hal ini
ditandai dengan kenaikan kapasitas produksi sehingga terwujud dengan kenaikan
pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi tentunya didorong oleh berbagai hal
misalnya peningkatan produksi dan kemajuan teknologi.

4 Teori Pertumbuhan Ekonomi


Beberapa ahli mengemukakan sejumlah konsep pertumbuhan ekonomi yang
tercantum dalam teori-teori berikut ini:

1. Teori Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik beranggapan bahwa suatu negara akan mengalami
penurunan pertumbuhan ekonomi seiring bertambahnya populasi serta sumber daya
yang semakin terbatas. Ahli yang merumuskan teori pertumbuhan ekonomi klasik
adalah sebagai berikut:

Adam Smith
Filsuf dan ahli ekonomi ini merumuskan teorinya dalam buku berjudul An Inquiry
into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Dalam buku tersebut, Adam
Smith mengatakan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada peningkatan populasi yang
berdampak pada bertambahnya output dan hasil.

David Ricardo
David Ricardo merumuskan teori ini dalam buku berjudul The Principles of Political
and Taxation. Bertolak belakang dengan pendapat Adam Smith sebelumnya,
menurutnya pertumbuhan penduduk yang besar dapat berdampak pada kelebihan
tenaga kerja sehingga upah yang diberikan akan menurun.

Sementara upah tersebut nantinya digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum
pekerja sehingga kondisi ekonomi akan mengalami kemandegan atau stationary state.
2. Teori Neo Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik menjelaskan faktor pertumbuhan ekonomi
negara dapat stabil dengan tiga komponen penting yaitu tenaga kerja, modal dan
teknologi. Ahli ekonom yang menopang teori pertumbuhan Neoklasik adalah sebagai
berikut:

Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter, ekonomi suatu negara dapat meningkat jika pengusaha
menciptakan inovasi dan membuat kombinasi baru terkait proses produksi hingga
investasi bisnisnya.
Robert M. Solow
Teori pertumbuhan ekonomi Robert M. Solow lebih menekankan pada rangkaian
kegiatan produksi yang dilakukan manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi
modern dan hasil atau output.

Menurutnya, pertumbuhan penduduk bisa berdampak positif dan negatif, maka


kondisi tersebut harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang produktif

Teori Historis
Teori pertumbuhan ekonomi historis fokus melihat proses perkembangan ekonomi
dari tahap prasejarah hingga industri dan masyarakat dunia yang memiliki tingkat
konsumsi yang tinggi. Setidaknya ada 2 ahli yang mendukung teori historis ini yaitu:

Friedrich List
Friedrich List menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari teknik
produksi sebagai sumber utama. Adapun tahapannya terdiri dari masa berburu,
beternak, bertani, kerajinan, serta industri perdagangan.
Bruno Hildebrand
Bruno Hildebrand meninjau perkembangan teknologi dapat dilihat dari cara
pertukaran di tengah masyarakat misalnya pertukaran barang atau barter, pertukaran
dengan uang, atau pertukaran dengan kredit.

Werner Sombart
Werner Sombart beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat meningkat karena
dalam masyarakat terdiri dari susunan organisasi dan ideologi yang berbeda.
Tahapannya terdiri dari perekonomian tertutup, kerajinan dan pertumbuhan, serta
kapitalisme.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi-Modern

Teori ini didukung oleh Walt Whitman Rostow dalam buku The Stages of Economic
Growth yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi 5 tahap
yaitu:

 Masyarakat tradisional yaitu tahap dimana kegiatan produksi masih sederhana


hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.

 Pra lepas landas yaitu tahap dimana masyarakat berada dalam proses transisi
dengan menerapkan ilmu modern untuk produksi di bidang pertanian maupun
industri

 Lepas landas yaitu tahap dimana masyarakat memperkuat dan mendorong


pertumbuhan ekonomi secara luas dengan melakukan investasi efektif dan
tabungan produktif.

 Dorongan menuju kedewasaan yaitu tahap dimana perekonomian tumbuh


secara teratur dan lapangan usaha terus bertambah beriringan dengan
penerapan teknologi modern. Selain itu investasi dan tabungan efektif
meningkat hingga 20 persen.

 Konsumsi Tinggi yaitu tahap dimana sektor industri merupakan sektor yang
memimpin. Pendapatan riil per kapita terus meningkat sehingga sebagian
masyarakat mengalami peningkatan konsumsi yang melampaui kebutuhan
bahan dasar.
Pembahasan terkait teori pertumbuhan ekonomi di atas menunjukkan tiga komponen
yang saling berkaitan dan menjadi faktor yang mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi yaitu produksi, kemajuan teknologi, dan penyesuaian ideologi terbuka untuk
menerima teknologi baru.

Anda mungkin juga menyukai