Anda di halaman 1dari 8

Efektivitas Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan

Kepegawaian Daerah Kota Semarang

Oleh
Lia Nur Fatmawati

ABSTRACT

Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk mewujudkan tata kelola


pemerintahan yang baik. Tata kelola pemerintahan yang baik sendiri dapat
dilihat dari kinerja pegawai negeri sipil. Pada penelitian ini, penulis mengambil
lokus pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang, karena pada laporan
kinerja BKD Kota Semarang menunjukkan adanya permasalahan terkait dengan
penilaian kinerja pegawai. Pada penilaian kinerja sendiri, BKD Kota Semarang
telah mengacu pada Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Namun, penilaian kinerja yang dilakukan
belum terlaksana dengan baik. Pada sisi lain, peraturan tersebut diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang baik dalam membantu instansi pemerintah
untuk mengukur kinerja pegawainya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif field research dengan pendekatan teorisasi
induktif. Fokus dalam penelitian ini yaitu mengenai penilaian kinerja di BKD
Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis efektivitas penilaian kinerja dan faktor penghambat penilaian
kinerja di Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang. Teknik analisis data
pada penelitian ini yaitu analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja BKD Kota Semarang
belum efektif karena sistem penilaian kinerja yang saat ini digunakan belum
sepenuhnya terintegrasi dengan standar kinerja dan indikator kinerja. Faktor
penghambat dalam penilaian kinerja yaitu : 1) Penilai kinerja masih bersifat
subyektif; 2) Penempatan PNS dalam suatu jabatan kurang memperhatikan
pertimbangan terhadap latar belakang pendidikan PNS; 3) Penilai kinerja dan
pegawai negeri sipil yang dinilai, belum memiliki kesadaran diri akan
pentingnya penilaian kinerja yang baik dan 4) Kurangnya pengawasan dalam
penilaian kinerja pegawai.

Kata Kunci : Penilaian Kinerja, efektivitas, kinerja pegawai

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara yang Selain itu, meningkatnya kesadaran masih
berkembang tentunya masih masyarakat terhadap memiliki masyarakat yang sangat
penyelenggaranaan administrasi
publik memicu timbulnya Penelitian ini mengungkapkan
gejolak yang berakar pada bahwa selama ini hasil penilaian
ketidakpuasan. Tuntutan publik oleh pihak penilai terhadap pihak
semakin tinggi terhadap yang dinilai sangat tidak obyektif.
akuntabilitas kinerja Pejabat penilai seringkali tidak
pemerintah atas kepercayaan memiliki kemampuan, pengetahuan
yang diamanatkan kepada dan keahlian yang memadai untuk
penyelenggara negara, melakukan penilaian, serta tidak
sehingga kinerja instansi memiliki komitmen untuk
pemerintah saat ini lebih melakukan penilaian yang terukur,
banyak mendapat sorotan obyektif, transparan dan
publik. berkesinambungan. Kondisi yang
Melihat tugas dan fungsi paling parah atas dokumentasi
PNS yang begitu besar maka Daftar Penilaian Pelaksanaan
tuntutan untuk hasil kinerja yang Pekerjaan (DP3) adalah penilaian
optimal merupakan sesuatu yang akan dilakukan bagi seorang PNS
harus diwujudkan. Kondisi ini ketika atau pada saat diperlukan
mendorong adanya suatu sistem untuk kepentingan syarat-syarat
pengukuran kinerja terhadap para usul kenaikan pangkat, kenaikan
penyelenggara negara yang telah gaji berkala, mutasi kerja, dan
menerima amanat dari rakyat. pendidikan dan pelatihan. Faktor
Melalui sistem penilaian kinerja kedekatan ataupun faktor
maka sebuah organisasi dapat ketidaksenangan antara pejabat
menilai keberhasilan atau kegagalan penilai dan pegawai yang dinilai
dalam pelaksanaan juga seringkali menjadi dasar
kegiatan/program/kebijakan sesuai penilaian. Nilai yang diberikan bisa
dengan sasaran dan tujuan serta saja terlampau tinggi karena faktor
memberi umpan balik kepada hubungan yang sangat baik, ataupun
manajemen dalam bentuk informasi sebaliknya nilai akan sangat rendah
mengenai pelaksanan suatu rencana ketika ada masalah hubungan
dan titik-titik dimana perubahan personal antara keduanya.
memerlukan Berangkat dari proses penilaian
penyesuaianpenyesuaian atas yang tidak obyektif dan terukur
aktivitas perencanaan dan serta kurangnya manfaat atas
pengendalian. penilaian kerja ini, maka Daftar
Pelaksanaan penilaian kinerja nilai-nilai yang diberikan bagi
PNS sebelumnya diatur dalam seorang PNS kurang begitu
Peraturan Pemerintah Nomor 10 berpengaruh bagi pengembangan
Tahun 1979 Tentang Penilaian kapasitas pegawai dan juga tidak
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai memberikan umpan balik atas
Negeri Sipil atau dikenal dengan produktivitas pegawai dalam upaya
DP3 PNS, tetapi dalam mencapai sasaran kerja yang
pelaksanaanya DP3 PNS memiliki menjadi tujuan individu dan
banyak kelemahan. Secara subtansi organisasi. Daftar Penilaian
DP3 PNS sudah tidak kompatibel Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tidak
dengan kondisi saat ini dan tidak lagi ditempatkan sebagai alat utama
sesuai dengan jalannya reformasi untuk mengukur dan melihat
birokrasi yang menekankan pada prestasi Pegawai Negeri Sipil,
aspek kinerja. sehingga keberadaan DP3 semakin
lama hanyalah bentuk-bentuk IP, 2016: 10-11) menunjukkan
sebuah hasil proses formalitas yang bahwa secara umum permasalahan
sama sekali tidak berpengaruh utama (Strategic Issued) dalam
signifikan bagi perjalanan karier pencapaian program dan kegiatan
pegawai dan keberlangsungan yang dihadapi BKD Kota Semarang
organisasi tempatnya bekerja. selama tahun
Adanya permasalahan dalam 2015 antara lain :
penilaian kinerja menuntut 1. Kurangnya personil pada
diterbitkanlah Peraturan Pemerintah SKPD di lingkungan
Nomor 46 Tahun 2011 tentang pemerintah Kota Semarang.
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai 2. E- Kinerja belum digunakan
Negeri Sipil dan pelaksanaannya oleh seluruh pegawai dan
dijabarkan dalam Peraturan Kepala masih dalam tahap ujicoba.
Badan Kepegawaian Negara Nomor 3. Belum terintegrasinya e-TPP
1 Tahun 2013 tentang Ketentuan dengan database e-SISDM,
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah eKinerja, dan e-Presensi.
No. 46 Tahun 2011. Dimana 4. Masih terdapat PNS dari
peraturan ini diharapkan mampu rekuitmen CPNS formasi
menjawab kritikan-kritikan atau Jabatan Fungsional Tertentu
permasalahan umum atas penilaian (JFT) yang belum diangkat
prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan sesuai dengan
selama ini. formasinya, karena PNS yang
Penelitian ini akan bersangkutan belum
mengambil lokasi Badan mengikuti diklat teknis sesuai
Kepegawaian Daerah Kota formasi jabatan.
Semarang. Dimana Badan 5. Salah satu upaya peningkatan
Kepegawaian Daerah Kota disiplin melalui penggunaan
Semarang dituntut untuk alat presensi elektronik belum
meningkatkan kinerja organisasi bisa terlaksana untuk seluruh
yang lebih optimal baik dari segi PNS di lingkungan
pelaksanaan program kerja maupun Pemerintah Kota Semarang
pemberian layanan kepada seluruh 6. Berdasarkan hasil monitoring
Pegawai Negeri Sipil lingkup Kota dan Evaluasi SKP,
Semarang. Untuk mencapai tujuan Pelaksanaan PP Nomor 46
tersebut diperlukan PNS yang Tahun 2011 masih belum
profesional, bertanggung jawab, optimal walaupun sudah
jujur dan adil melalui pembinaan dilakukan asistensi, bintek,
yang dilaksanakan berdasarkan dan sosialisasi tetapi masih
sistem prestasi kerja, sehingga dapat banyak PNS yang belum
diperolah penilaian yang obyektif memahami teknik
terhadap kompetensi PNS. penyusunan SKP.
Berdasarkan hasil pengamatan
awal yang dilakukan oleh peneliti di Tujuan
BKD Kota Semarang, terdapat 1. Mendiskripsikan dan menganalisis
beberapa kasus yang masih menjadi efektivitas penilaian kinerja
permasalahan dalam melaksanakan pegawai Badan Kepegawaian
pembinaan terhadap PNS di Kota Daerah Kota Semarang.
Semarang. Laporan Kinerja BKD 2. Menganalisis faktor-faktor apa
Kota Semarang Tahun 2016 (LKj saja yang mendorong dan
menghambat efektivitas penilaian ditetapkan sebelumnya. Penilaian
kinerja Badan Kepegawaian Kinerja
Daerah Kota E. Sikulla dalam
Semarang. Mangkunegara (2007:10), bahwa
penilaian pegawai merupakan
evaluasi yang sistematis dari
B. TINJAUAN PUSTAKA pekerjaan pegawai dan potensi
Manajemen Publik pegawai yang dapat
George Terry (dalam dikembangkan. Penilaian dalam
Syafiie, 2006: 49), manajemen proses penafsiran atau penentuan
adalah suatu proses khusus yang nilai, kualitas atau status dari
terdiri dari perencanaan, beberapa obyek orang ataupun
pengorganisasian, pelaksanaan sesuatu (barang). Menurut Mondy
dan pengawasan yang dilakukan (2008:257), pengertian penilaian
untuk menentukan serta mencapai kinerja (Performance apprasia)
sasaran yang telah ditentukan adalah sistem formal untuk
melalui pemanfaatan sumberdaya menilai dan mengevaluasi kinerja
manusia dan lainnya. Ordway individu atau tim. Sedangkan
Tead dalam (Syafiie, 2006: 49), menurut Rivai
manajemen adalah proses dan (2004:309), Penilaian kinerja
perangkat yang mengarahkan serta mengacu pada suatu sisitem
membimbing kegiatan suatu formal dan terstruktur yang
organisasi dalam mencapai tujuan digunakan untuk mengukur,
yang telah ditetapkan. menilai dan mempengaruhi sifat-
sifat yang berkaitan dengan
Kinerja pekerjaan, perilaku dan hasil,
Wibowo (2007:7), Kinerja termasuk tingkat ketidakhadiran.
berasal dari kata performance
yang berarti hasil pekerjaan atau
prestasi kerja, tetapi juga C. METODE PENELITIAN
mencangkup bagaimana proses Penelitian ini menggunakan
pekerjaan itu berlangsung. pendekatan kualitatif dengan
Sedangkan menurut metode deskriftif field research
Mangkunegara (2009:18), Kinerja dengan pendekatan teorisasi
karyawan (prestasi kerja) adalah induktif. Penelitian kualitatif
hasil kerja secara kualitas dan merupakan tahapan berpikir kritis
kuantitas yang di capai oleh ilmiah, yang mana seorang peneliti
seseorang pegawai dalam memulai berpikir secara induktif,
melaksanakan tugasnya sesuai yaitu menangkap berbagai fakta
dengan tanggung jawab yang atau fenomena-fenomena sosial,
diberikan kepadanya. Definisi melalui pengamatan di lapangan,
serupa disampaikan oleh Robbins kemudian menganalisisnya dan
(dalam Pasolong, 2007:176), kemudian berupaya melakukan
Kinerja adalah hasil evaluasi teorisasi berdasarkan apa yang
terhadap pekerjaan yang diamati itu. Di samping itu, model
dilakukan oleh karyawan induktif ini memiliki empat
dibandingkan kriteria yang telah kemampuan, “yaitu (1) Menerima
teori karena mendukung teori, (2)
Meragukan teori kemudian Hasil penelitian menunjukkan
mengkritiknya, (3) bahwa Kegiatan tugas jabatan dari
Membantah teori kemudian masing-masing PNS yang
menolaknya, ... (4) membangun dituangkan ke dalam SKP sudah
sebuah teori baru yang sebelumnya mengacu kepada tugas dan fungsi
belum pernah ada. (Bungin, Jabatan dan Rencana Kerja
2007:28)”. Tahunan BKD Kota Semarang.
Penelitian ini berfokus untuk SKP dan Perilaku kerja yang telah
menggali informasi selesai disusun oleh masing-
mendalam dengan masing
mengamati dan PNS BKD Kota Semarang,
menganalisis tentang selanjutnya harus disetujui dan
penilaian kinerja di BKD Kota ditetapkan di awal tahun sebagai
Semarang sehingga dapat Rencana Kerja Tahunan dan di
diketahui factor pendukung dan akhir tahun di nilai oleh Pejabat
penghambat dalam penilaian Penilai (atasan langsungnya).
kinerja tersebut. Dengan demikian, SKP dan
Penelitian ini dilakukan di Perilaku Kerja dapat berguna
Kantor Badan Kepegawaian sebagai standar kinerja dan
Daerah Kota Semarang. Pemilihan indikator kinerja dalam
lokasi ini didasarkan pada melaksanakan penilaian kinerja
pertimbangan bahwa Badan sesuai dengan target yang telah
Kepegawaian Daerah Kota ditentukan.
Semarang merupakan salah satu • Penilaian Kerja Penilaian Kinerja
organisasi publik yang di BKD Kota Semarang dilakukan
bertanggung jawab melakukan melalui penilaian prestasi kerja
pelayanan terhadap Pegawai dengan menggunakan dua usur/
Negeri Sipil di lingkup indikator penilaian, yaitu SKP dan
pemerintahan Kota Semarang. Perilaku Kerja. Penilaian Perilaku
Oleh karena itu, BKD Kota kerja di BKD Kota Semarang
Semarang dituntut untuk dapat dilakukan melalui pengamatan
meningkatkan kinerja oleh pejabat penilai (atasan
organisasinya. langsungnya) terhadap perilaku
kerja bawahannya berdasarkan
D. PEMBAHASAN indikator penilaian perilaku kerja
yang telah ditetapkan dalam
a) Efektifitas Penilaian Kinerja peraturan pemerintah No. 46
Pegarai BKD Kota Semarang Tahun 2011. Penilaian Perilaku
• Sasaran Kerja Pegawai Kerja tersebut meliputi aspek:
Penyusunan SKP yang dilakukan orientasi pelayanan, integritas,
setiap PNS harus memuat kegiatan komitmen, disiplin, kerjasama, dan
tugas jabatan dan ada target yang kepemimpinan. Penilaian terhadap
harus dicapai oleh masing-masing aspek kepemimpinan hanya
PNS. Kegiatan tugas jabatan yang dilakukan bagi PNS yang
dituangkan ke dalam SKP tersebut menduduki jabatan struktural.
mengacu kepada rencana kerja Berdasarkan hasil penelitian
tahunan yang telah ditetapkan yang dilakukan, menunjukkan hasil
setiap tahunnya sebagai kegiatan penilaian kinerja BKD Kota
tugas jabatan selama satu tahun. Semarang tidak sepenuhnya sesuai
dengan standar kinerja dan Semarang telah melakukan
indikator kinerja BKD Kota analisis pekerjaan dan semua
Semarang. Selain itu, dalam informasi yang berkaitan dengan
penilaian perilaku kerja juga masih uraian pekerjaan PNS telah
bersifat subjektif. disusun dalam Dokumen
b) Faktor Pendukung dan Analisis Jabatan. Tetapi dalam
Penghambat dalam Penilaian proses pelaksanaannya, tidak
Kinerja Pegawai BKD Kota semua uraian pekerjaan
Semarang  Rencana Kerja dituangkan/ dijabarkan ke dalam
Perencanaan kerja Sasaran Kerja Pegawai (SKP).
berhubungan dengan masa yang Ini artinya, hasil Analisis jabatan
akan datang, berupa uraian pekerjaan yang
implikasi, perencanaan digunakan sebagai dasar dalam
sangat berkaitan dengan melaksanakan penyusunan dan
proyeksi/ predeksi, penjadwalan penilaian SKP dalam
kegiatan, memonitoring dan pelaksanaannya sudah terhubung
evaluasi. Hasil penelitian dengan sistem penilaian kinerja
menunjukkan bahwa Badan yang diterapkan oleh BKD Kota
Kepegawaian Daerah Kota Semarang, tetapi belum
Semarang telah melakukan sistem sepenuhnya dilaksanakan.
perencanaan kerja. Rencana kerja  Job Description
BKD Kota Semarang merupakan Job description yang
penjabaran dari Rencana strategis dilaksanakan oleh BKD Kota
BKD Kota Semarang yang berlaku Semarang dimulai dari tingkat
selama 5 (lima) tahun, selanjutnya Kepala BKD Kota Semarang
rencana kerja dijabarkan atau
sampai dengan kepala sub bidang
distribusikan ke dalam pekerjaan
dan kelompok jabatan fungsional.
setiap bidang-bidang di dalam
Namun, dalam proses pelaksanaan
susunan organisasi BKD Kota
job description, terkait penempatan
Semarang. Rencana kerja ini
menjadi pegangan BKD Kota posisi jabatan belum berjalan
Semarang dalam menjalankan secara efektif, masih terdapat
roda organisasi pemerintahan. beberapa jabatan yang tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikan
PNS yang bersangkutan dalam
 Analisis Pekerjaan
mengisi suatu jabatan.
Analisis pekerjaan
dilakukan dengan
memperhatikan berbagai aspek  Standar Kinerja
untuk memperoleh informasi Standar kinerja
tentang pekerjaan yang akan yang digunakan BKD Kota
dilakukan oleh organisasi. Aspek Semarang dalam melaksanakan
yang dievaluasi dalam penilaian kinerja
berpedoman kepada
menganalisis pekerjaan yaitu:
Peraturan Pemerintah No. 46
Aktivitas, Perilaku kerja,
Tahun 2011 tentang Penilaian
Aktivitas kritikal, Tugas,
Prestasi kerja dan sebagai petunjuk
Tanggung jawab, Kewajiban,
teknis dari PP tersebut, BKD Kota
Posisi, Pekerjaan, Okupasi,
Semarang menggunakan Peraturan
Karier, Deskripsi pekerjaan,
Kepala BKN No. 1 Tahun 2013
Spesifikasi pekerjaan. BKD Kota
tentang Ketentuan Pelaksanaan dikatakan belum efektif. Hal ini
Peraturan Pemerintah No. 46 dikarenakan dalam pemberian
Tahun 2011 tentang Penilaian penilaian perilaku, atasan atau tim
Prestasi kerja PNS. Namun, saat penilai masih bersifat subyektif.
dilakukan wawancara, tidak semua Selain itu, sistem penilaian kinerja
memahami bahwa standar yang digunakan oleh Badan
penilaian prestasi kerja di dasarkan kepegawaian Daerah Kota
pada Peraturan Kepala BKN No. 1 Semarang dalam melaksanakan
Tahun 2013. penilaian kinerja belum
 Indikator Kinerja Penilaian kinerja sepenuhnya terintegrasi dengan
di BKD Kota Semarang dilakukan standar kinerja dan indikator
melalui dua indikator penilaian, kinerja.
yaitu SKP dan Perilaku Kerja. c) Faktor Pendorong dan
pelaksanaan penilaian kinerja yang Penghambat Penilaian Kinerja
ada di BKD Kota semarang, selain BKD Kota Semarang
dilakukan setiap tahun juga Pada pelaksanaan penilaian
dilakukan setiap bulannya. Hasil kinerja pegawai terdapat beberapa
dari penilaian kinerja yang faktor yang turut serta mendukung
dilakukan setiap bulan tersebut jalannya penilaian kinerja pegawai,
pada akhir tahun akan yaitu :
dikumpulkan kembali dan di ambil 1. BKD Kota Semarang telah
nilai rata-ratanya dari hasil nilai melakukan sistem perencanaan
kinerja bulan pertama sampai kinerja
dengan bulan ke 12 (dua belas) 2. Standar penilaian kinerja
yang dilakukan sebagai bentuk didasarkan pada peraturan Kepala
pelaksanaan penilaian kinerja BKN sehingga terdapat acuan yang
tahunan. jelas dalam pemberian penilaian
Terdapat permasalahan dalam hal Selain faktor pendorong,
ini karena kendala yang timbul terdapat pula beberapa
yaitu tidak adanya penilaian yang faktor penghambat jalannya
dilakukan dengan dasar kinerja penilaian kinerja pegawai, yaitu :
pegawai, penilaian dilakukan 1. Penempatan PNS dalam suatu
secara subyektif. jabatan kurang memperhatikan
pertimbangan terhadap latar
belakang pendidikan PNS
E. PENUTUP 2. Tidak semua pegawai mengetahui
standar penilaian kinerja yang
KESIMPULAN a) Efektifitas baik
Penilaian Kinerja Pegawai 3. Kurangnya sistem pengawasan
BKD Kota Semarang membuat penilaian kinerja tidak
Penilaian kinerja pegawai dilakukan dengan objektif.
BKD Kota Semarang dibagi
menjadi dua yaitu penilaian SKP SARAN
dan Penilaian Perilaku Kerja. Pada 1. Memperbaharui sistem penilaian
penilaian SKP sendiri sudah kinerja dengan mengintegrasikan
dilaksanakan sesuai dengan aturan uraian pekerjaan ke dalam
yang ada. Sedangkan untuk kegiatan tugas jabatan yang ada
penilaian perilaku, dapat di dalam Sasaran Kerja Pegawai
sehingga akan menciptakan
sinkronisasi antara tujuan yang Komunikasi, Ekonomi,
ingin dicapai dengan realisasi Kebijakan
dari hasil usaha/pekerjaan yang Publik, dan Ilmu Sosial
telah dilakukan. Lainnya. Jakarta: Kencana
2. Posisi jabatan PNS yang tidak Prenama Media Grup
sesuai dengan latar belakang
pendidikan dalam mengisi suatu Mangkunegara, A.A. Anwar.
2007. Manajemen Sumber
jabatan perlu dipertimbangkan
Daya Manusia, Cetakan
kembali untuk disesuaikan.
ke Tujuh.
3. Perlu dilakukan upaya-upaya
Bandung: PT.
dalam meningkatkan fungsi
Remaja Rosdakarya
controlling yang dilakukan oleh
Atasan Pejabat Penilai terhadap Mangkunegara, A.A. Anwar.
Pejabat Penilai dalam 2009. Manajemen Sumber
melakukan penilaian Perilaku Daya Manusia.
Kerja. Hal ini dapat dilakukan Bandung: PT.
dengan membangun system Remaja Rosdakarya
informasi umpan balik,
melakukan pertukaran informasi Mondy, R. Wayne. 2008.
antara Atasan Pejabat Penilai Manajemen Sumber Daya
dan Pejabat Penilai harus Manusia. Jakarta: Erlangga
berjalan secara optimal sehingga Pasolong, Harbani. 2007. Teori
terjalin komunikasi yang efektif. Administrasi Publik.
Dengan demikian Atasan Pejabat Bandung: Alfabeta
Penilai dapat lebih memahami
situasi dan kondisi Penilaian Rivai, Veithzal. 2004.
Perilaku yang dilakukan oleh Manajemen Sumber
Pejabat Penilai serta dapat Daya Manusia
dengan mudah membandingkan Untuk Perusahaan.
antara penilaian yang bersifat Jakarta: PT. Raja Grafindo
nyata atau tidak nyata. Metode Persada
ini dapat berfungsi untuk
mengukur Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu
penyimpanganpenyimpangan Administrasi Publik.
yang terjadi dalam penilaian Jakarta: PT Rineka Cipta
Perilaku Kerja serta membatu Wibowo. 2007. Manajemen
Atasan Pejabat Penilai dalam Kinerja. Jakarta: PT. Raja
mengambil tidakan yang tepat Grafindo Persada
dalam mengoreksi pelaksanaan
penilaian Perilaku Kerja sesuai
standar penilaian Perilaku Kerja
yang telah ditetapkan
sebelumnya.

F. Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian


Kualitatif:

Anda mungkin juga menyukai