Anda di halaman 1dari 13

Standar Nasional Pendidikan Dasar dalam PP Nomor 32 Tahun 2013:

Konsep dan Penerapan, Permasalahan dan Tantangan,


Prinsip Model Mutu Total di Sekolah Dasar

Herdayati (herdayati876h@gmail.com)1
Syahrial (syahrialsyahrial4@gmail.com)2

Abstrak

Tujuan dari penelitian kualitatif mengenai PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang


standar nasional pendidikan dasar dalam rangka untuk mengetahui konsep dan
penerapan peraturan pemerintah sebagai penyempurnaan peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005. Di dalam ruang lingkup pendidikan dasar, PP Nomor 32
Tahun 2013 menjadi rujukan tentang permasalahan dan tantangan yang salah
satunya menjadi topik perbincangan dalam dunia pendidikan pergantian
kurikulum terbaru (Kurikulum 2013) dan ujian nasional, dimana harus
diimplementasikan melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Peran
BSNP ini memiliki fungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Di samping itu, Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sehingga
dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013
mengenai Standar Nasional Pendidikan diharapkan pendidikan di Indonesia
memiliki standar minimum yang telah ditetapkan. Peraturan yang ada harus bisa
meningkatkan kualitas pendidikan yang ada pada saat ini.

Kata kunci: PP. Nomor 32 Tahun 2013, BSNP

I. Pendahuluan

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional


Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 yang menjelaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pengajaran (pendidikan), ini mengandung arti
bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi

1
Herdayati mahasiswa S2 Prodi Manajemen Pendidikan PPs Universitas
PGRI Palembang
2
Syahrial alumni S1 IAIN Raden Fatah Palembang

1
pendidikan setiap warga negaranya guna mewujudkan tujuan nasional, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan berjalan baik apabila pendidikan mampu berperan secara
sebagaimana mestinya, konteksual dan dengan baik dalam menjawab sekaligus
memenuhi kebutuhan masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan
zaman. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem atau perangkat
pendidikan.
Salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni Undang-Undang, dalam hal
ini Undang-Undang Repblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran dalam
bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak, keberadaan
Undang-Undang Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara proporsional.
Karena Undang-Undang Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana tujuan, visi, misi
hingga mekanisme prosedural pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks
sosial pada saat itu dan masa depan.
Di Indonesia Undang-Undang Sisdiknas ini tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003. Untuk operasionalnya, UU Nomor 20 Tahun 2003
tersebut masih memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang implementasinya ditugaskan kepada Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam hal ini sistem pendidikan nasional
dimaksudkan untuk menjamin pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu dan
relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global (Umkabu, 2011:187).

II. Pembahasan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal,
nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

2
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen nasional
untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan kembali
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta
pengaturan kembali kurikulum.
Dalam makalah Sudrajat (2013), histori perubahan PP Nomor 19 Tahun
2005 pada tanggal 7 Mei 2013 lalu, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, telah menandatangani sebuah peraturan baru yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Maka dari PP di atas, perlu diselaraskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan ini yang merupakan
penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum pasal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang dimaksud dengan Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan ini memiliki fungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Di samping itu, Standar Nasional Pendidikan
memiliki tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Adapun PP Nomor 19 Tahun 2005 yang diselaraskan dengan
perubahan ke dalam PP Nomor 32 Tahun 2013. Ruang lingkup PP Nomor 32
Tahun 2013 terlihat dalam tampilan bagan dibawah ini :

3
Bagan : Ruang Lingkup PP 32/2013 (Yusran, 2013)

Fungsi dan tujuan tersebut dapat diketahui, bahwa standarisasi pendidikan


nasional ini merupakan bentuk yang mencita-citakan suatu pendidikan nasional
yang bermutu. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 pasal 2 ayat 3: standar nasional pendidikan disempurnakan secara
terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global.

Dalam mengoperasionalisasikan standar nasional pendidikan, pemerintah


telah membentuk sebuah badan yang bertugas memantau, mengembangkan dan
melaporkan tingkat pencapaian standar nasional pendidikan, badan yang
dimaksud tersebut dikenal dengan nama Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). BSNP ini memiliki beberapa wewenang guna menunjang pelaksanaan
tugasnya sebagai pemantau dan pengembang standar nasional pendidikan,
wewenang tersebut meliputi : pertama, mengembangkan standar nasional
pendidikan: kedua, menyelenggarakan ujian nasional; ketiga, memberikan
rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penjaminan
dan pengendalian mutu pendidikan; dan keempat, merumuskan kriteria kelulusan
dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pembahasan
selanjutnya dari PP Nomor 32 Tahun 2013 berkaitan dengan pertama, konsep dan
penerapan program mutu sekolah dasar; kedua, prinsip model mutu total sekolah
dasar; dan ketiga permasalahan dan tantangan sekolah dasar.

4
A. Konsep dan Penerapan Program Mutu Sekolah Dasar

Pembahasan mengenai konsep, penerapan, dan mutu mengandung makna


sebagai berikut :

Konsep mempunyai pengertian : 1) rancangan atau buram surat, dan


sebagainya; 2) ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkret;
3) gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Penerapan adalah
1) proses, cara, perbuatan menerapkan; 2) pemasangan; 3) pemanfaatan; perihal
mempraktikkan. Mutu mengandung arti : pertama, mutu : a) terdiam karena sedih
(sangat menyesal, dan sebagainya); b) sedih (tentang suasana hati); kedua, mutu :
terjepit, dalam keadaan sulit (tentang posisi raja dalam permainan catur); ketiga,
mutu : Mutiara; dan keempat, mutu : a) Ukuran ketulenan emas; b) (ukuran) baik
buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya); kualitas (Depdikbud, 1990 : 456,935, 467).

Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang


dikemukakan oleh Sesmiarni (2011:112), apakah yang disebut mutu? Jawaban
yang diberikan atas pertanyaan ini bisa berbeda-beda, tidak ada yang dapat
mendefinisikan mutu secara tepat. Anwar (2013:16) memberikan arti mutu secara
subtantif terdiri dari sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan
keadaan, sedangkan taraf menunjukkan kedudukan dalam skala. Sallis (2006:33),
kualitas adalah sebuah filsosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-
tekanan eksternal yang berlebihan. Selanjutnya Sumayang (2003:322)
menyatakan kualitas adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk
barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu kualitas
adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan
spesifikasinya. Danim (2007:53), kualitas mengandung makna derajat keunggulan
suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia
pendidikan barang dan jasa itu bermakna dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat

5
dirasakan. Fathurrohman (2013:65) mengatakan bahwa terkait dengan definisi
kualitas (mutu) terkait dengan produk, karena untuk mengetahui apakah
pendidikan berkualitas atau tidak maka perlu tahu produk pendidikan, di mana
pendidikan adalah jasa atau pelayanan dan bukan produksi barang.

B. Prinsip Model Mutu Total Sekolah Dasar

Salah satu prinsip model yang dipilah sebagai alternatif peningkatan


kualitas pendidikan persekolahan adalah pemberian otonomi yang luas di tingkat
sekolah serta partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Pendekatan tersebut dikenal dengan Manajemen Pendidikan
Berbasis Sekolah (MPBS) atau School Basic Management. MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah) adalah salah satu bentuk restrukturisasi sekolah dengan
merubah sistem sekolah dalam melakukan kegiatannya. Untuk memberdayakan
peranan sekolah dan masyarakat dalam mendukung pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Zainuddin, 2008:60-62).

Pada awal tahun 2001 digulirkan program MBS (Manajemen Berbasis


Sekolah). MBS merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan
sekolah dalam satu keutuhan entitas sistem (Ibrohim, 2005:173). Atau suatu
metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sekolah itu sendiri... (Darmawan,
2010:84). Program ini diyakini akan memberdayakan masyarakat pemerhati
pendidikan (stakeholders) dalam memberikan perhatian dan kepeduliannya
terhadap dunia pendidikan, khususnya sekolah. Dalam menerapkan konsep MBS,
mensyaratkan sekolah membentuk Komite Sekolah yang keanggotaannya bukan
hanya orangtua siswa yang belajar di sekolah tersebut, namun mengikutsertakan
pula guru, siswa, tokoh masyarakat dan pemerintahan di sekitar sekolah, dan
bahkan pengusaha.

Salah satu tujuan program MBS diantaranya menuntut sekolah agar dapat
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan layanan pendidikan (quality
insurance) yang disusun secara bersama-sama dengan komite sekolah.

6
Selanjutnya apabila dihubungkan dengan Manajemen Berbasis Sekolah 
adalah keseluruhan proses pendayagunaan komponen pendidikan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan yang diupayakan sendiri oleh sekolah bersama
pihak terkait dengan memperhatikan kondisi sekolah dan menjunjung tinggi

aturan nasional. Model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah, memberikan keleluasaan kepada sekolah, dan mendorong adanya
partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan)
dan masyarakat (orangtua siswa, komite sekolah, tokoh masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Permasalahan dan Tantangan Sekolah Dasar

Menurut Sudrajat (2013), setelah mencermati isi PP Nomor 32 Tahun 2013,


bahwa perubahan-perubahan yang dilakukan tampaknya lebih cenderung
berkaitan dengan pasal-pasal yang berhubungan dengan kurikulum dan key area
pembelajaran (standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar
penilaian), dalam implementasinya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud): pertama, Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; kedua, Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; ketiga, Nomor
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; dan
keempat, Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar Penilaian Pendidikan
(f.kep.Unand.ac.id). Hal ini tampak jelas dengan disisipkannya BAB XIA  yang
secara khusus berisi pasal-pasal yang mengatur tentang kurikulum. Beberapa
pasal dalam PP Nomor 19 tahun 2005 yang dihapus pun tampaknya lebih
menggambarkan konsekuensi dari isi pasal-pasal yang dituangkan dalam BAB
XIA ini. Sementara untuk pasal yang berkaitan dengan standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan secara esensial tampaknya tidak banyak perubahan yang
signifikan.

7
Barangkali tidak terlalu keliru jika berpendapat  bahwa lahirnya peraturan
pemerintah ini, salah satunya dilatari oleh semangat untuk mengganti kurikulum
yang berlaku saat ini dengan tetap melanjutkan ujian nasional, kecuali  untuk
tingkat SD/MI, SDLB.
Sejalan dengan berita online Kompasiana.com, ditulis oleh Yusro (2013),
bahwa : …dihapusnya UN tingkat SD/MI sederajat. Berikut petikan pasal 67, ayat
1a dalam PP Nomor 32 tahun 2013 tersebut. Pasal 67 (1) Pemerintah menugaskan
BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik pada
setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur
nonformal kesetaraan. (1a) Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal
pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
SD/MI/SDLB. Hal ini juga disampaikan oleh anggota Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) Teuku Ramli Zakaria ketika dikonfirmasi Media Indonesia,
Selasa sore (14/5). (MetroNews) ”Ya, tahun ini UN SD/MI merupakan yang
terakhir jadi tidak lagi ada UN tahun depan namun UN SMP dan SMA tetap ada,“
ungkapnya. Masih menurut Teuku Ramli, payung hukum perubahan PP itu adalah
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Penghapusan UN di jenjang
SD/MI/SDLB ini sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 yang akan
diimplementasikan tahun ajaran 2013-2014, mulai Juli mendatang. Sedangkan
pertimbangan penghapusan UN SD/MI, kata Teuku, terkait dengan kerangka
dasar wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Pengamat pendidikan Romo Baskoro menilai
penghapusan UN SD merupakan suatu keharusan sebab ada program wajar 9
tahun dan akan masuk program wajar 12 tahun. “Kalau kita mau konsisten UN SD
memang harus tidak ada sebab akan memotong program wajar. Jadi ditiadakan
UN SD bukan hal istimewa…,” kata pembina kolese Kanisius itu.

Membahas permasalahan dan tantangan mengenai kurikulum dan ujian


nasional terus menjadi pembahasan yang terus-menerus dibahas. Dalam hal
kurikulum yang berasal dari kata curriculum yang mempunyai arti “ a course of
study in school or university”, pada mulanya dipakai oleh bangsa Yunani di
lapangan atlantik dengan pengertian “jarak yang ditempuh” (Zuhairini dkk,
1993:52). Sedangkan menurut pandangan lama (tradisional), kurikulum adalah

8
kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh
peserta didik (Sukmadinata, 2001:1). Menurut Muhaimin (2007:182), kurikulum
dalam arti sempit adalah seperangkat rencana atau pengaturan tentang isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kristiawan (2017:76) menyimpulkan bahwa
kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Kurikulum nasional yang mengalami pembaharuan dari kurikulum yang


terkenal negatifnya “CBSA (Catat Buku Sampai Abis)”, berganti menjadi KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran), dan yang akan diterapkan pada tahun 2017
mendatang kurikulum 2013.
Sementara Ujian Nasional (UN) dari Kebijakan pemerintah
menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) - sebagai pengganti Ujian Akhir
Nasional (UAN) yang telah dihapus - telah diberlakukan sejak tahun 2005.
Kebijakan pemerintah RI tersebut melalui Mendiknas tentang pelaksanaan Ujian
Nasional ini terus menuai pro-kontra dari berbagai kalangan. Memang sebagian
kalangan masih menganggap Ujian Nasional memiliki banyak manfaat dalam
pengaturan standar ujian akhir, namun sebagian lainnya banyak pula yang
beranggapan bahwa kebijakan tersebut tidak tepat.
Maka dari itu, diberikan tawaran solusi, berdasarkan hasil evaluasi yang
telah dilakukan, baik Komisi X DPR RI, BSNP, Komite Sekolah, dan Perguruan
Tinggi, menganggap UN masih perlu dilakukan, sampai ditemukan formula baru
untuk mengevaluasi pembelajaran. Dalam rapat tersebut, Ketua Panitia Kerja
Komisi X DPR RI melemparkan tiga opsi pelaksanaan UN kepada forum (dalam
makalah online Jasmen, 2016).
Opsi yang pertama, UN jalan terus, dan  dianggap tidak ada masalah
dalam penyelenggaraannya. Namun jika hal tersebut yang dilakukan, maka UN
akan tetap menjadi kontroversi, sepanjang mutu pendidikan belum seragam, dan
pelaksanaannya yang serentak itu belum menjamin adanya pengawasan yang baik
dan  tidak menimbulkan kecurangan.

9
Opsi yang kedua, UN bisa berjalan seperti sekarang, dengan syarat
penyempurnaan terhadap beberapa hal yang mampu mengatasi faktor
ketidakadilan akibat standar mutu pendidikan yang beragam. "Bagaimana
formulanya kita cari nanti, begitu juga faktor penyelenggaraan yang menimbulkan
kecurangan, akan menyempurnakan kebijakan-kebijakan UN ini, "kata Ruli.
Kelemahannya, menurut Ruli, memang sulit mencari solusi atau formula yang
bisa mengatasi  masalah UN sebagai penentu kelulusan. Atau, bagaimana mencari
model pengawasan yang efektif, apa penyelenggaraan yang bisa diubah, atau
apakah pengawasannya bisa dilakukan melibatkan unsur independen.
Opsi yang ketiga, UN dapat dilanjutkan, tetapi hanya untuk pemetaan
standar mutu pendidikan. Bukan sebagai penentu kelulusan.  Namun jika UN
hanya dilakukan sebagai cara untuk memetakan standar mutu pendidikan,
menurut Rektor Universitas Negeri Medan Syawal Gultom, hanya akan
menghabiskan uang negara saja. Karena menurutnya, tidak akan ada semangat
juang siswa dan guru dalam menghadapi UN. Syawal mengatakan, saat ini semua
pihak harus berjuang untuk melaksanakan UN yang kredibel, dan bukan lagi
mempertanyakan UN berlawanan dengan UU atau tidak. "Tidak mungkin UN itu
bertentangan dengan hakikat pendidikan dalam UU yang ada. Kalau ada, itu
pelaksanaannya yang tidak sempurna, "kata Syawal.
Begitu juga, tawaran solusi yang ditulis Murtadlo (2017),  idealnya UN
seharusnya hanya digunakan sebagai kepentingan pemetaan mutu pendidikan
secara nasional, sedangkan kelulusan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme
yang ada di sekolah. Dengan cara demikian, proses kelulusan akan mampu
memotret kompetensi siswa didik secara komprehensif, utuh, dan menyeluruh,
baik dari sisi catatan akademis maupun perilaku siswa di sekolah. Dengan cara itu
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

III. Simpulan
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013
mengenai Standar Nasional Pendidikan diharapkan pendidikan di Indonesia

10
memiliki standar minimum yang telah ditetapkan. Peraturan yang ada harus bisa
meningkatkan kualitas pendidikan yang ada pada saat ini.
Badan Standar Nasional Pendidikan harus benar-benar menjalankan
fungsinya agar peraturan ini tidak hanya tulisan saja yang tidak pernah dijalankan.
BNSP juga harus mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilalukan sebagai
tolak ukur sukses atau gagal mengenai sistem pendidikan yang berlaku di
Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi, 2013, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya


Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta

Danim, Sudarwan, 2007, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta

Darmawan, Oki, 2010, Manajemen Mutu Pendidikan, jurnal Analisis diterbitkan


oleh Lemlit IAIN Raden Intan Lampung, Volume 10 Nomor 1, h. 81-92

Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Fathurrohman, Irwan, 2013, Profesionalisme Kepala Sekolah dalam


Meningkatkan Kualitas Pendidikan, jurnal Fokus diterbitkan oleh P3M
STAIN Curup, Volume XV Nomor 01, h. 51-69

fkep.unand.ac.id, Peraturan Permendikbud tentang Standar Nasional Pendidikan


Juklak PP 32 tahun 2013,
http://fkep.unand.ac.id/in/peraturan/permendikbud/tentang-standar-
nasional-pendidikan-juklak-pp-32-tahun-2013, diakses tanggal 10 Maret
2017

Ibrohim, Busthomi, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Alternatif


dalam Persaingan Mutu, jurnal ALQALAM diterbitkan oleh P3M STAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Volume 22 Nomor 2, h. 171-190

Jasmen, 2016, Makalah Tentang Ujian Nasional,


http://jasmencomputer.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tentang-ujian-
nasional-un.html, diakses tanggal 10 Maret 2017

Kristiawan, Muhammad, Dian Safitri, Rena Lestari, 2017, Manajemen


Pendidikan, Deepublish, Yogyakarta

Murtadlo, Muhammad Ali, 2017, UN Sebagai Pemetaan Mutu Pendidikan,


http://www.facebook.com/notes/ali-murtadlo-el-fauzy/un-sebagai-
pemetaan-mutu-pendidikan/516056545102035/, diakses tanggal 10 Maret
2017

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan


Dasar

12
Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management In Education, Alih Bahasa
Ahmad Ali Riyadi, IRCiSoD, Jogyakarta

Sesmiarni, Zulfani, 2011, Peranan Teknologi dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan, jurnal ANALISIS diterbitkan oleh P3M STAIN Sjech M.
Djamil Djambek Bukittinggi, Volume 8 Nomor 2, h. 109-121

Sudrajat, akhmad, 2013, PP No. 32 Tahun 2013,


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/15/pp-no-32-tahun-2013/,
Diakses tanggal 10 Maret 2017

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2001, Pengembangan Kurikulum, Remaja


Rosdakarya, Bandung

Sumayang, Lalu, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi, Salemba Empat,


Jakarta

Umkabu, Talabuddin, 2011, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, jurnal


Jabal Hikmah diterbitkan oleh STAIN Al-Fatah Jayapura, Volume 4
Nomor 8, h. 185-202

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Yusran, 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013,


http://www.yusranphysics.tk/2013/12/peraturan -pemerintah-nomor-32-
tahun.html, diakses tanggal 10 Maret 2017

Yusro, 2013, Standar Nasional Pendidikan Ujian Nasional SD Dihapus,


http://www.kompasiana.com/myusro/pp-no-32-tahun-2013-standar-
nasional-pendidikan-ujian-nasional-sd-
dihapus_552b046e6ea834f660a552cf6, diakses tanggal 10 Maret 2017

Zainuddin, 2008, Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen


Berbasis Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Zuhairini dkk, 1993, Metode Pendidikan Agama, Ramadhani, Solo

13

Anda mungkin juga menyukai