Anda di halaman 1dari 3

PERTUMBUHAN ANAK TERANCAM MOLOR

Oleh : Abu Hasan S.

Meilirik suasana sekitar saat ini nampaknya semakin ganjil, seperti burung
yang hilang kicaunya. Anak kecil kehilangan marwahnya, seakan kalimat “masa
kecil kurang bahagia” itu benar-benar menyelimuti hingga melekat saat dewasa
nanti. Mengapa tidak, anak kecil yang seharusnya mengamalkan prinsip
“bermain, belajar dan bahagia” kini menjadi “kuota, online dan game”.
Sungguh kenyataan yang sulit diterima.

Segala aspek kehidupan anak usia dini memang tidak dapat dihindarkan
dari perkembangan zaman. Proses belajar dan bermain turut mengalami upgrading
sebagaimana budaya mempengaruhi subjeknya. Namun, saya turut berduka atas
pengaruh buruk yang menimpa anak usia dini. Sehingga tanpa sadar mereka akan
mengalami degradasi dalam pertumbuhan secara fisik maupun pengetahuan.

Tidak lain adalah dampak suburnya teknologi, khususnya gadget.


Permainan tradisional yang seharusnya melibatkan banyak orang sebagai upaya
pertumbuhan, kini berubah menjadi kelompok mabar online. Padahal peranan
penting sebuah permainan terhadap anak adalah bentuk interaksinya, yang
mengasilkan adanya stimulus dan respon (umpan balik). Para ahli juga
menjelaskan demikian, seperti menurut Vygotsky dalam Morrison (2012),
perkembangan didukung oleh interaksi sosial, “proses belajar membangkitkan
beragam proses perkembangan yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya dan ketika anak bekerja sama dengan teman-
temannya.

Gadget adalah sebuah luncuran teknologi yang paling berpengaruh bagi


masyarakat Indonesia. Berdasarkan data perkembangan pengguna internet yang di
update oleh situs Cyberthreat.id pada 20 februari 2020 lalu, dari total penduduk
Indonesia 272,1 juta penduduk, jumlah smartphone yang terkoneksi mencapai
338,2 juta unit, hampir dua kali lipat dari jumlah pengguna internet yaitu 175,4
juta jiwa. Artinya, hampir rata-rata orang Indonesia memiliki lebih dari satu
smartphone atau gadget. Manfaat adanya perkembangan teknologi seperti gadget,
pada dasarnya sangat dirasakan dalam segala aspek kehidupan manusia. Namun,
tidak menutup kemungkinan bahwa gadget memiliki dampak buruk terhadap
perkembangan anak-anak usia dini.

Adik saya yang sekarang baru duduk di kelas dua SD sudah mampu
mengoperasionalkan sebuah gadget android, bahkan terbilang lincah. Bukan
sekedar bermain game, dia juga mampu mengakses jejaring sosial seperti
facebook dan whatsApp tanpa ada yang mengajarkan. Sama halnya dengan kawan
sebayanya yang sekarang ini telah akrab dengan perangkat serupa. Dalam situasi
tersebut, apakah ada yang menjamin bahwa anak-anak menggunakan gadget
untuk hal postif saja?, Saya kira tidak.

Mirisnya lagi, kebiasaan bermain gadget sudah menjadi candu dikalangan


anak dibawah umur. Dimuali saat bangun tidur hingga tidur kembali, presetasenya
30 % off gadget dan 70 % on gadget. Kebiasaan itu dilakoni adek saya sejak
sebelum pandemi. Bahkan lebih buruknya lagi ketika pandemi melanda Indonesia.
Segala aktivitas di rumahkan, bahkan pendidikan dibuat online. Hal itu justru
menjadi senjata bagi anak-anak agar lebih leluasa bermain gadget, minta kuota
dengan alasan “belajar daring (dalam jaringan)”. Mungkin bagi kalangan dewasa
seperti mahasiswa sistem tersebut efektif diberlakukan, tapi tidak untuk anak
Sekolah Dasar.

Sebagai manusia yang berkewarganegaraan memang harus berteduh


dibawah aturan pemerintah. Namun, jika upaya pemerintah justru memberi
dampak yang lebih buruk dalam sektor lain. Maka kita harus mampu berupaya
dengan cara kita sendiri, dengan catatan tetap mematuhi aturan yang berlaku.
Pahlawan yang paling bertanggungjawab dalam hal ini adalah orang tua.
Hubungan anak dan orang tua diibaratkan seperti “kebun” dan “petani”. Kebun
untuk ditanami agar menghasilkan buah sesuai yang diharapkan. Petani
berkewajiban untuk merawat, menjaga, menyirami, memupuk, dan memelihara
tanaman yang ada di kebun.
Secara garis besar, dalam situasi dan keadaan dimana anak terdampak
buruk dengan adanya perkembangan teknologi kecil berupa “gadget”. Maka,
orang tua adalah sebagai peranan penting untuk membimbing, mengawasi, serta
mengontrol setiap aktivitas anak dibawah umur dalam penggunaan gadget.
Sehingga, meskipun perkembangan anak mengalami degradasi, setidaknya orang
tua mampu mencegah dampak yang lebih buruk. Dengan demikian status anak
tetap terjaga dari hal-hal negatif yang setiap saat dapat mempengaruhi anak
dimasa sekarang atau yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai