Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni
nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan
dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.1
Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada
benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori. Ketergantungan tidak hanya
mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia,
dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.2
Nilai merupakan suatu yang fenomenal dan sangat khas dalam kehidupan
manusia. Nilai dikatakan fenomenal karena tidak semua orang sepakat untuk
mendefenisika nilai secara seragam dan dikatakan sangat khas karena belum tentu
semua orang memberi penilaian yang sama terhadap suatu objek yang diamati.
Nilai terdapat dalam dua bentuk yaitu nilai yang berwujud dan tidak berwujud.
Nilai berwujud berupa aspek material sedangkan, nilai yang tidak berwujud lebih
tinggi dari pada benda yang berwujud, seperti nilai religius, nilai filosofis dan
niali etis. Selanjutnya, Iskandar dalam kamus dewan, “nilai berarti derajat,
kualitas, mutu, taraf, sifat, ketinggalan, pemikiran, agama dan kemasyarakatan.
Ini berarti nilai adalah sesuatu yang tinggi dan berharga, penting dan sangat perlu
dalam kehidupan manusia.” Nilai merupakan suatu hal yang mengajarkan bahwa
seorang individu tidak bisa hidup sendiri pasti membutuhkan orang lain.

1
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Departemen Pendidikan Nasional, Gramedia
Pustaka Utama, 2012, hal. 963.
2
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hal. 114.
Menurut Endraswara3 Nilai juga berupaya memberikan pedoman tentang
sikap dan tingkah laku sesorang terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan kata
lain, nilai merupakan paradigma rujukan dalam menjaga dan mengatur perlakuan
anggota masyarakat.4 Soelaeman mengatakan bahwa sikap pribadi manusia tidak
terlepas dari perangkat nilai yang diakui dan telah menjadi bagian dari pribadinya
atau telah di wujudkan dalam pola prilaku. Sehubungan isi karya sastra maka
Amir mengungkapkan bahwa karya sastra memiliki pelajaran hidup untuk
manusia, yakni memiliki nilai religius, nilai filosifi, nilai etis dan nilai estetis. 5
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah karya sastra
tentunya pengarang telah mengungkapkan nilai-nilai secara tidak langsung agar
bisa menjadi pelajaran, pengalaman atau pengetahuan untuk masyarakat atau para
penikmat sastra lainya.
B. Nilai Nilai Perjuangan
Nilai perjuangan merupakan sesuatu yang baik dan yang diharapkan oleh
manusia. Nilai yang membuat manusia untuk melakukan tindakan agar harapan
itu terwujud dalam kehidupanya. Untuk mencapai sesuatu yang baik memerlukan
adanya perjuangan yang keras. Istilah perjuangan ini juga mengandung makna
aktifitas memperebutkan dan mengusahakan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan tenaga, pikiran dan berkorban, kerja sama, persatuan, pantang
menyerah dan juga sikap saling menghargai baik untuk diri sendiri maupun orang
lain.6
Perjuangan ialah aktivitas memperebutkan, mengusahakan tercapainya
suatu tujuan dengan menggunakan tenaga, pikiran, dan kemauan yang keras.
Sanusi7 berpendapat bahwa nilai adalah sistem berdasarkan komponen-komponen
yang berinteraksi, berinterelasi, dan berinterkoneksi. Melalui pengertian tersebut

3
Endraswara, Suwardi. 2016. Sastra Ekologis. Jakarta: PT Buku Seru.
4
Ibid, hal. 67.
5
Ibid, hal. 68.
6
Sephia, Kezia. 2017. Nilai-Nilai Perjuangan Tokoh utama Dalam Novel Penjaga Mata Air Karya Hidayat
Banjir:Analisis Sosiologi Sastra. FIB Universiatas Sumatra Utara, oktober 2017 (online).diakses pada 25
maret 2023.
7
Sanusi, Achmad. 2017. Sistem Nilai: Alternatif Wajah-wajah Pendidikan. Bandung: Nuansa Cendikia.
maka nilai adalah hal hal yang merujuk pada kebaikan dan keburukan yang
berfungsi untuk mengontrol manusia agar bertindak sesuai peraturan, baik dalam
agama, moral, sosial yang mencerminkan suatu keindahan. Perjuangan merupakan
sebuah usaha atau upaya yang dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan melalui proses dan rintangan yang dihadapi
yang ada pada lingkungan masyarakat tersebut.8
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai perjuangan
merupakan hasil dari usaha seorang manusia dalam menjalani sebuah
pengalaman, tantangan, permasalahan dalam hidup. Nilai nilai perjuangan dapat
menggambarkan besarnya perjuangan seseorang dalam hidupnya. Prinsip
perjuangan hidup berupa tindakan yang nyata. Sering digambarkan dengan cara
sesorang yang ingin mengubah nasib yaitu dengan melakuakn suatu perjuangan
meskipun banyak tantangan yang harus dilewati atau dihadapi. Yang dimaksud
dengan aspek perjuangan dalam konteks ini adalah jiwa, tindakan atau aksi nyata,
dan semangat yang ditunjukan oleh seseorang. Nilai-nilai yang terkandung
perjuangan adalah nilai rela berkorban, nilai persatuan, nilai menghargai, nilai
semangat pantang menyerah, dan nilai kerjasama.
1. Nilai Rela Berkorban
Rela berkorban merupakan suatu yang sangat diperlukan
dalam melakukan suatu perjuangan. Karena tanpa pengorbanan
tulus ikhlas, kita tidak akan pernah mencapai suatu kesuksesan
besar dalam suatu perjuangan. sikap bersedia dengan ikhlas,
senang hati, tidak mengharapkan imbalan dan mau memberi
sebagian yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi
dirinya untuk membantu orang lain.
2. Nilai Persatuan
Nilai persatuan sebagai kelanjutan nilai rela berkorban yang
memiliki arti penting dalam melakukan suatu perjuangan dalam
hidup. Nilai persatuan mencakup pengertian disatukannya
8
Ibid, hal.17.
beraneka corak yang bermacam-macam ragam menjadi suatu
kebetulan.
Nilai persatuan juga diartikan sebagai disatukanya segala
perbedan-perbedaan dalam kehiduapan bangsa dan negara.
Indonesia adalah negara yang majemuk yang terdiri dari suku, adat
istiadat, agama dan bahasa perbedaan ini ditiadakan apabila semua
pihak mempunyai rasa persatuan yang kuat.9
3. Nilai Harga Menghargai
Sebagaimana halnya dengan nilai persatuan, nilai
menghargai sangat penting bagi proses suatu perjuangan.
Menghargai adalah sikap atau cara untuk memberi penilaian,
meghormati, memandang penting terhadap karya seseorang. Sikap
menhargai uga harus dimiliki oleh setiap manusia agar terciptanya
keserasian dan kerukunan hidup antar manusia sehingga
terwujudlah kehidupan masyarakat yang saling menhargai satu
sama lain. Perkembangan nilai harga-menghargai yang telah
ditempa sepanjang sejarah bangsa Indonesia, akhirnya menjadi
pedoman bagi semua, dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
4. Nilai Sabar
Dalam melakukan suatu perjuangan, nilai sabar merupakan
suatu hal yang sangat penting. Meskipun perjuangan bangsa
Indonesia banyak mengalami kegagalan dalam tahap awal, namun
harus tetap sabar. Kesabaran adalah salah satu perjuangan untuk
mendapatkan apa yang diharapkan dan diimpikan.
5. Nilai Semangat Pantang Menyerah
Dalam melakukan suatu perjuangan nilai semangat pantang
menyerah juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Selain
harus tetap sabar dalam menghadapi kegagalan harus tertanam
sikap pantang menyerah di setiap perjuangan.
9
Ibid, hal. 22.
Menurut Damayantilinda10 sikap pantang menyerah
merupakan sikap yang tidak mudah patah semangat dalam
menghadapi berbagai rintangan, selalu bekerja keras untuk
mewujudkan tujuan, menganggap rintangan atau hambat selalu ada
dalam setiap kegiatan yang harus dihadapi. Semangat pantang
menyerah ditandai dengan sikap dan peilaku kerja keras, keyakinan
diri, optimis, kemauan keras, berjiwa besar dan tidak putus asa,
selalu ingin maju, disiplin, jujur, mandiri dan tanggung jawab.11
6. Nilai kerja sama
Nilai kerja sama ini merupakan dasar bangsa Indonesia
yang di dalam kehidupan sehari-hari suka bekerja sama atas dasar
semangat kekeluargaan. Joyomartono mengatakan bahwa pepatah
Indonesia yang menggambarkan semangat kerja sama ini adalah
pepatah yang berbunyi “Ringan sama dijinjing berat sama
dipikul”.12
A. Karya Sastra
a. Karya Sastra
Kata Sastra dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Sangsekerta.
Akar katanya Icar yang berarti memberi petunjuk, mengarahkan, mengajar,
Akhurantra biasanya menunjukan alat, sarana. Oleh karena itu satsra dapat
diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran. Kata satsra kata ciptaan jawa dan melayu. Kata itu mengandung arti
pustaka buku atau naskah. Istilah sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa sansekerta, castra yang berarti tulisan. Rokmansyah13 mengatakan kata

10
Damayantilinda.2012. Sikap Pantang Menyerah dan Ulet. (online) diakses pada 25 februari 2023
11
Ibid, hal. 6.
12
Devianti, Yunita, 2019. Perjuangan Cinta Tokoh Utama pada Novel Kisah Terlarang (Jangan Pisahkan
Kami) Karya Kemas Rachyuanda P. Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi (Internet). diakses pada 20 februari
2023.
13
Rokhmansyah A, 2014. Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
sastra dapat diartikan sebagai alat untuk megajar, buku petunjuk, buku intruksi,
atau pengajaran yang baik dan indah.14
Nurgiantoro15 berpendapat bahwa sastra berbicara tentang hidup dan
kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di
sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan
dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya baik pengungkapan kultur dan seni
dari bangsa lain, warna kulit, bermacam karakter manusia, kebohongan dan
kebenaran, tentang berbagai macam cerita dari tempat lain, dan lain-lain yang ada
di dunia ini, semua orang butuh informasi, dan bahkan orang yang tidak dapat
hidup tanpa informasi, apalagi hidup dalam era informasi.16
Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusian, sastra
juga menawarkan berbagai bentuk motivasi manusia untuk berbuat sesuatu yang
dapat mengundang pembaca untuk mengidentifikasinya. Masih banyak lagi
bermacam kandungan yang ditawarkan dan dapat diproleh lewat bacaan sastra
karena sastra bukan tulisan yang biasa. Isi kandungan yang memberikan
pemahaman tentang kehidupan secara lebih baik itu diungkapkan dalam bahasa
yang menarik.17
Sastra merupakan ungkapan dari pengalaman penciptanya, berarti bahwa
satra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman hidup penyair, pengarangnya atau
sastrawannya. Setiap gendre sastra, baik itu prosa, puisi maupun drama hadir
sebagai media berbagi pengalaman sastrawan kepada pembaca. Setiap jenis sastra
selalu hadir sebagai sebuah sistem lambang budaya yang merupakan hasil
intelektual sastrawannya dalam merespon berbagai fenomena yang hadir
disekelilingnya. Jadilah teks sastra sebagai sebuah fakta kemanusian, fakta
kejiwaan dan fakta kesadaran kolektif sosiokultural. Sastra sebagai proyeksi

14
Ibid, hal. 1.
15
Nurgiyantoro, Burhan. 2018. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa, Yogyakarta: Gadjah Mada
Univerity press.
16
Ibid. hal. 2-3.
17
Ibid hal. 4.
segala kegelisahan manusia dengan segala macam persoalan kultural, sosial,
sekaligus kejiwaan. Sastra merupakan salah satu aspek kebudayaan.18
Sastra berperan penting dan terlibat dalam kebudayaan. Sastra lahir akibat
dorongan dasar manusia manusia untuk mengungkapkan dirinya menaruh minat
terhadap masalah manusia dari kemanusian; menaruh minat terhadap realibilitas
yang berlangsung sepanjang zaman. Secara umum berdasarkan pemaparan sastra
di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah satu kegiatan kreatif dari
pemikiran-pemikiran terbaik yang menggunakan ungkapan yang indah.
Diungkapkan dari kehidupan, keadaan masyarakat dan kehuidupan budaya pada
zaman tertentu. Dan juga karya sastra adalah kenyataan dari karya itu sendiri
bukan saja dari ekspresi penulis.
b. Novel
Novel merupakan sebuah karangan fiksi yang berisi tentang kisah
kehidupan manusia namun memiliki banyak manfaat untuk para pembacanya baik
dari nilai-nilai yang ada didalamnya dan juga kepribadian dan karakter tokoh yang
dapat menjadi pelajaran untuk pembaca. novel menceritakan hal luar biasa yang
terjadi dalam kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang
ditampilkan dapat berubah.19
Novel memiliki kelebihan yang khas dari prosa lainya, yaitu
kemampuanya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh,
mengreaksikan sebuah dunia yang jadi. Membaca sebuah novel lebih mudah
sekaligus lebih sulit daripada membaca prosa lainya. Ia lebih mudah karena tidak
memuntut kita memahami masalah yang kompleks dalam bentuk dan waktu yang
sedikit. Sebaliknya, yang ia lebih sulit karena berupa penulisan dalam skala yang
besar yang berisi unit organisasi atau bangun lebih besar dari prosa lainnya.20

18
Wicaksono, A. (2017). Pengkajian prosa fiksi (Edisi revisi). Garudhawaca. hal. 4.
19
Rokhmansyah A, 2014. Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra, Yogyakarta:
Graha Ilmu. hal. 32.
20
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 13.
Aziez dan Hasim21 menarik kesimpulan bahwa novel memiliki unsur
berupa tokoh, prilaku dan plot dengan melibatkan sejumlah orang yang
melakukan sesuatu dalam suatu konteks yang diatur atau dirangkai dalam urutan
logis. Ketiga elemen tersebut memiliki hubungan yang erat dan tidak dapat
dipisahkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan cerita rekaan yang senatiasa berubah ubah.22
c. Unsur-Unsur Novel
Novel sebagai karya sastra bergenre prosa fiksi memiliki unsur unsur yang
membangunya. Unsur yang membangun unsur fiksi ini ialah intrinsik dan
ekstrinsik. Menurut Nurgiatoro23 mengatakan unsur unsur novel yang kemudian
secara bersama membentuk sebuah totalitas disamping unsur formal bahasa ,
masih banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbgai macam unsur
tersebut secara tradisional dapat dikelompokan menjadi dua bagian walau
pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua
unsur inilah yang banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji novel atau
karya sastra pada umumnya.24
a) Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai
teks satra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang
membaca karya satra.25
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur
intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Atau sebaliknya,
jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan
dijumpai jika membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk

21
Aziz, Furqonul dan Abdul Hasin. 2010. Menganalisis Fiksi. Bogor: Gahalia Indonesia.
22
Ibid, hal. 4.
23
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
24
Ibid, hal. 29.
25
Ibid, hal. 30.
menyebut sebagian saja misalnya, peristiwa, cerita, plot, tokoh dan
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya
bahasa, dan lain-lain.
Unsur intrisik sebuah karya sastra terdidiri atas : tema, latar,
amanat, alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan. Unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Kepaduan antara
unsur inilah yang membuat sebuah novel terwujud.
a. Tema
Pada prinsipnya, tema disebut juga ide sentral atau makna sentral
suatu cerita. Tema merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah cerita
atau juga dapat berarti pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Dalam penulisan suatu karya sastra pengarang harus benar-benar bijaksana
memilih tema karangannya, penyimpangan cerita dari tema akan
mengakibatkan kehilangan selera pembaca.
Hal ini harus diimbangi oleh kemahiran pengarang dalam
melukiskan watak setiap tokoh dalam ceritanya, karena melalui tema ini
pengarang dapat melukiskan karakter-karakter pelakunya. Tema adalah
pandangan hidup yang tertentu atau perasan mengenai kehidupan yang
membentuk gagasan utama dari suatu perangkat.26
Jadi, tema adalah ide sebuah cerita yang diciptakan oleh pengarang
yang di berikan melalui tindakantindakan tokoh cerita itu terutama tokoh
utama. Kesimpulannya tema adalah jiwa cerita itu. Jiwa cerita itu berisi
ide sebuah cerita yang diciptakan oleh pengarang yang merupakan pokok
pembicaraaan dalam sebuah cerita atau pendapat juga berarti pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang.
b. Latar (setting)
Berhadapan dengan sebuah cerita fiksi, pada hakikatnya kita
berhadapan dengan dunia yang sudah dilengkapi dengan para tokoh
penghuni lengkap dengan berbagai permasalahan hidupnya. Namun, hal
26
Adi I.R. 2011, Fiksi Populer (Teore dan Metode Kajian) Yogyakarta: Pustaka Belajar. hal. 44.
itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kehidupan
itu memerlukan landas tumpu, tempat dan waktu serta aturan kehidupan
bermasyarakat sebagaimana halnya kehidupan manusia didunia nyata.
Dengan kata lain, fiksi sebagai sebuah dunia, disamping membutuhkan
tokoh, cerita, dan plot juga butuh latar. Pengertian latar menurut Adi
mengatakan bahwa dalam bahasa indonesia kata setting (dari bahasa
inggris) sering diterjemahkan sebagai latar.27
Setting atau latar maksudnya tempat atau masa terjadinya cerita.
Sebuah cerita haruslah jelas di mana dan kapan suatu kejadian
berlangsung. Pengarang memilih latar tertentu untuk ceritanya dengan
mempertimbangkan unsurunsur watak para tokohnya dan persoalan atau
tema yang dikerjakannya. Sebuah cerita menjadi kuat jika latarnya tidak
asal dipilih oleh pengarangnya. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga
unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
Jadi pembicaraan secara terpisah hanya bersifat teknis dan untuk
memudahkan saja, adapun sebagai berikut: a) Latar tempat (menyaran
pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra,
seperti sekolah, sungai, jalan, hutan, dan lain-lain). b) Latar waktu
(menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya sastra misalnya tahun, musim, hari, dan jam). c) Latar sosial
(menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra,
misalnya kebiasaaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa,
latar (setting) adalah suatu lingkungan atau tempat terjadinnya peristiwa-
peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan
latar sosial.
c. Amanat
27
Ibid, hal, 49.
Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pesan
dalam karya sastra bisa berupa kritik, harapan, usul, dan sebagainya.
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang yang diangkat dari sebuah karya sastra. Amanat
yang terkandung dalam sebuah karya sastra tentunya diharapkan dapat
memberi manfaat bagi pembacanya. Kesimpulannya, amanat merupakan
pesan-pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui sebuah karya
sastra yang terkandung manfaat bagi pembacanya.
d. Alur
Struktur naratif merupakan istilah yang umum digunakan untuk
mengacu pada fiksi populer, tetapi struktur naratif secara tradisional yang
sering mengacu pada novel tinggi atau adiluhung disebut plot atau alur.
Sebuah cerita tanpa didasari konflik di dalamnya tidak mungkin ceritanya
lengkap dan menarik, sebab sebuah rangkaian cerita tanpa konflik di
dalamnya tidak ada plot sehingga cerita ini merupakan suatu susunan yang
berbentuk kesatuan yang utuh.28 Keutuhan itu juga menyangkut masalah
logis atau tidaknya suatu peristiwa. Namun, perlu kamu ketahui, peristiwa-
peristiwa yang ada, tetapi yang tidak disusun berdasarkan hukum sebab-
akibat, tidak dapat disebut alur, melainkan cerita atau story.
Kesimpulannya, alur adalah sebuah rangkaian cerita dalam
rangkaian cerita dalam rangkaian cerita dalam cerita rekaan yang
menunjukan sebab akibat. Rangkaian cerita ini merupakan suatu susunan
yang membentuk kesatuan yang utuh.
e. Tokoh
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilahistilah
seperti tokoh dan penokohan watak atau perwatakan, atau karakter dan
karakterasasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir
sama. Istilah-istilah tersebut, sebenarnya tidak menyarankan pada
pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini akan
28
Ibid, hal 36.
dipergunakan dalam pengertian yang berbeda walau memang ada
diantaranya yang bersinonim, ada istilah yang pengertiannya menunjuk
pada tokoh cerita dan pada teknik pengembangan dalam sebuah cerita.
Tokoh menunjukan pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai
jawaban terhadap pertanyaan. Siapakah tokoh utama novel itu? Atau ada
berapa jumlah tokoh dalam novel itu? Dan sebagainya. Tokoh cerita
adalah seluruh pelaku yang ada dalam karangan fiksi. Tokoh ini bisa
berupa manusia, binatang, atau bahkan benda-benda. Untuk bisa disebut
tokoh/pelaku, manusia atau binatang dalam karangan fiksi harus terlibat
secara langsung dalam cerita.29
Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah, tokoh adalah pelaku atau
orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif. Tokoh ini bisa
berupa manusia, binatang, atau bahkan benda benda, untuk bisa disebut
tokoh/pelaku, manusia atau binatang dalam karangan fiksi harus terlibat
secara langsung dalam cerita.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton
digolongkan sebagai sarana cerita. Literary device. Walaupun demikian,
hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut
pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab
pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita.
Reaksi efektif pembaca terhadap dalam sebuah cerita fiksi pun dalam
banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
Hakikat sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita.
Segala sesuatu yang dikemukakan dalam cerita fiksi memang milik
pengarang, yang antara lain berupa pandangan hidup dan tafsirannya
terhadap kehidupan.30

29
Ibid, hal. 247.
30
Ibid, hal. 338.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat penulis simpulkan
bahwa sudut pandang adalah cara pengarang menyampaikan ceritanya,
supaya dalam suatu cerita tersebut pengarang dapat menampilkan tokoh
atau pelaku di dalam cerita yang dipaparkannya. Dengan demikian, sudut
pandang dapat digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk
menjadikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi agar pembaca semakin tertarik untuk
membacanya.
d. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar teks sastra
itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem
organisme teks sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai
unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
namun sendiri tidak cukup menjadi bagian didalamnya.31
Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk tidak
dikatakan cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita secara
keseluruhan. Oleh karena itu unsur instrinsik sebuah novel haruslah tetap
dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Berbeda pendapat Wallek dan Waren mengatakan bahwa unsur
ekstrinsik cukup panjang, tampaknya memandang unsur itu sebagai suatu
yang negatif, kurang penting. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya,
bagaimanapun akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu
mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa unsur unsur
dalam novel adalah unsur-unsur yang membentuk totalitas untuk
membangun sebuah cerita dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur
tersebut saling berkaitan erat dan menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
terdapat dalam novel tersebut yaitu, unsur instrinsik (unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri) yang terjadi atas tujuh unsur yaitu,
31
Ibid, hal. 30.
tema, latar, amanat, alur, tokoh, sudut pandang, dan gaya bahasa dan unsur
ekstrisik (unsur yang berada diluar teks karya sastra).
B. Novel Sagaras
a. Novel Sagaras
Novel Sagaras adalah buku ke- 13 dari serial bumi, yang ditulis
oleh Tere Liye, seorang penulis novel ternama yang namanya sudah
bergaung di dalam negeri, Tere Liye adalah seorang penulis yang
berbakat, yang mana selalu selalu bisa memikat banyak orang dari
berbagai kalangan untuk setia membaca karya karyanya, hal ini dibuktikan
dengan sejumlah karya novelnya yang berhasil menjadi novel best seller.
Dan disetiap bukunya mengisahkan tentang perjalanan setiap tokohnya
dalam novel tersebut.
Novel Sagaras diterbitkan oleh penerbit Sabakgrip, dengan jumlah
384 halaman. Novel ini secara bersamaan terbit dengan novel Bibi Gill
pada tanggal 21 Februari 2022. Sinopsis novel Sagaras Ini sebenarnya
melanjut dari cerita novel sebelumnya yaitu novel Bumi akan tetapi pada
novel Sagaras ini yang lebih menarik dan banyak adegan petualangan
diantara tokoh khususnya pada tokoh utama.32
b. Sinopsis Novel Sagaras
Wajah Ali terlihat kusut karena kelelahan. Dengan rambut yang
berantakan, dan mengenakan kaos seragam klub basket sekolah yang
kotor. Nampak seperti sudah berhari-hari tidak mandi dan ganti baju,
karena dia lupa. Masalah makan juga begitu, entah kapan terakhir kali dia
makan dengan baik. Kapsul perak ILY berkedip-kedip, mengambang di
dekatnya. Ali dengan mata yang menyipit mengabaikannya, ia mencoba
fokus menatap layar besar di hadapannya. Saking lelahnya, beberapa kali
kepalanya hampir terjatuh di atas meja, tapi Ali segera mengangkatnya
lagi. Ali sudah menahan rasa ngantuk selama 48 jam lamanya. Dirinya
hanya fokus menatap layar yang kosong.
32
Gramedia, 2022. Sinopsis Novel Sagaras Karya Tere Liye. (Situs web) diakses pada 25 maret 2023.
Ali melupakan sekolah, sudah 3 hari dia bolos. Raib dan Seli
khawatir dengan keadaannya, maka itu mereka menyempatkan ke rumah
Ali tadi siang. Mereka bertanya kepada pembantu rumah Ali, “Tuan Muda
Ali tidak ingin diganggu oleh siapapun”, begitu jawabnya. Ali bisa
melihat mereka dari layar lain yang ada di basemen rumahnya, termasuk
saat Raib menggerutu sambil memaksa untuk masuk, “Tapi sebentar lagi
Penilaian Akhir Semester, pak. Ali bisa tidak naik kelas karena dia
bolos”.
Pembantu menolaknya dan bilang sekali lagi bahwa Tuan Muda
Ali sedang sibuk. Seli ikut mencegah Raib, dan berkata, “Biarkan saja
lah, Ra, mungkin si jenius itu sedang sibuk dengan eksperimen anehnya.
Kita pulang saja yuk”. Kedua sahabat Ali pun akhirnya pulang.
Tak terasa sudah larut malam, sekian jam sudah berlalu dan Ali
masih menatap layar besar yang kosong di hadapannya. Ali sedang
menunggu sesuatu yang sangat penting baginya. Satu bulan yang lalu, Ali
berhasil menemukan peti yang tersisa dari sebuah kapal yang tenggelam di
tengah laut luas, karena badai besar berkecamuk menerjang. Ali tertarik
bukan karena keluarganya adalah pemilik perusahaan kapan, tapi karena
kejadian tenggelamnya kapal itu bertepatan dengan hari lahirnya. Ali tidak
pernah memberitahu tentang itu ke siapa pun, bahkan tidak juga
memberitahu Raib dan Seli. Ali menyimpan rahasia itu sendiri.
Peti itu berhasil ditemukan karena terdampar di sebuah kepulauan,
dan akhirnya dibawa ke rumah Ali. Ali adalah seseorang yang tidak peduli
dengan apa pun yang ada di dunia ini, tapi dia gemetar ketika membuka
peti itu. Dengan wajah yang antusias, dia merasa tahu apa isi peti tersebut,
dia sudah sangat dekat dengan penjelasan yang selama ini dia cari. Dia
membuka peti itu, isinya adalah sebuah penyimpanan data yang berbentuk
tabung kecil, yang warna keemasan. Itu adalah “Kotak Hitam” dari kapal
yang tenggelam. Kotak hitam itu menyimpan segala data perjalanan,
percakapan, dan semua informasi kapal selama berlayar. Kotak hitam ini
adalah teknologi canggih milik perusahaan keluarganya.
Dengan otak pandainya, Ali tidak butuh waktu lama untuk melihat
dan mendengarkan isi data perjalanan kapal itu. Layar di hadapannya
menunjukkan rekaman perjalanan kapal kontainer paling besar yang
dimiliki keluarganya. Kapal itu menyusuri lautan luas dengan mengangkut
dua puluh ribu kontainer. Perjalanan kapal berjalan dengan normal,
dengan cuaca yang baik, kecepatan normal, dan beberapa kali terdengar
komunikasi antara nakhoda dengan petugas pengawas lepas pantai, dan
dengan kapal-kapal yang berada di dekatnya.
Ali kemudian mempercepat rekaman percakapan hingga kapal itu
mencapai separuh perjalanannya. Tempat di mana kapal itu tenggelam.
Terdengar suara yang mungkin adalah nakhoda kapal, “Astaga? Apakah
itu badai besar?” “Ini gila, kapten. Bagaimana mungkin awan itu muncul
membawa badai? Lima menit lalu tidak terlihat satu pun awan di langit
sana”, seorang yang mungkin adalah kru kapal menimpali.
“Bahkan perkiraan cuaca tidak”
Seseorang berteriak, “Putar kemudi! Kita harus menghindar dari awan
gelap mengerikan itu”.
Seruan panik menimpali, “Percuma, lihat, Kita telah dikelilingi awan
tebal, dan ada enam tornado di lautan. Bagaimana mungkin tornado itu
terbentuk begitu saja? Lihat betapa tingginya”.
“Astaga! Aku belum pernah menyaksikan tornado setinggi itu.”
“AWAS! Di geladak depan ada ombak tinggi!”
“KEMUDI!”
Nafas Ali tertahan ketika mendengarkan rekaman percakapan itu dengan
saksama. Ia bisa mendengar kepanikan yang terjadi di ruang nakhoda.
Ditambah suara latar rekaman, suara debur ombak, gemuruh, dan benturan
ikut terdengar.
Seorang laki-laki ikut bicara, suaranya terdengar seperti baru saja
memasuki ruangan nakhoda, “Aku akan mengambil alih kemudi”.
Terdengar suara lain yang menyaut, suara perempuan, “Segera evakuasi
kru kapal dan bersiap dengan kemungkinan terburuk”.
“Tapi tuan, nyonya, kami” Laki-laki itu berseru tegas, “Kami akan
mengambil alih segalanya”. “Tinggalkan ruangan ini!” Tambah
perempuan itu.
Badai itu semakin berkecamuk.
“Rabaragas… Masaragabaras…”
“Harafayaras… Bagahararagas…”
Ali pun terdiam. Rekaman itu terdengar jelas sekali olehnya. Ada
percakapan baru, menggunakan bahasa asing yang sama sekali tak
dikenalinya. Laki-laki dan perempuan yang mengambil alih kapal itu
berkomunikasi dengan pihak lain.
“Harafagabaras, karatarabagas jahakalagas”
Bicara apa mereka? Ali pun mengetuk layar, sambil tangan lincahnya
mengaktifkan seluruh database bahasa yang dimilikinya, termasuk bahasa-
bahasa kuno dari Klan Bulan, Klan Bintang, Klan Komet, dan Klan
Matahari. Ia juga menambahkan teknologi bahasa paling mutakhir yang ia
dapatkan dari Kulture dari Klan Komet Minor.
Pesan itu berkedip di layar, “Bahasa tidak dikenali”.
“Tidak ada, tidak ada satu pun yang dapat menerjemahkan percakapan
itu”, seru Ali.
Ini sangat mengherankan. Tangan Ali kemudian mengetuk lagi layar itu
dengan cepat, dia akan mencoba memasukkan bahasa itu ke database
bahasa Klan Aldebaran. Cara itu kiranya paling pamungkas, jika database
itu tidam mengenalinya…
“Bahasa tidak dikenali.”
Ali tertegun menatap layar. Kalimat yang sama dengan sebelumnya, suara
yang dia dengar juga tidak berhasil diterjemahkan. Ia menelan ludah,
“Bagaimana mungkin? Bagaimana? Bahkan database bahasa Klan
Aldebaran pun tak bisa menerjemahkannya.
“Harafagabaras, karatarabagas jahakalagas”
Terdengar suara teriakan dan jeritan kru kapal dari kejauhan. Ada
yang berteriak karena enam tornado terus menuju kapal kontainer itu. Ada
yang bertanya-tanya tentang suatu benda asing yang dilihatnya. Ada yang
berteriak karena ketakutan. Ali mencengkram jari-jari tangannya. Apa
yang sebenarnya terjadi? Komunikasi dari mana kah itu? Bagaimana
mungkin tak ada yang bisa menerjemahkan bahasa itu? Siapa yang
mengirimkan badai itu? Seperti apa kengerian yang dihadapi kapal itu?
Lalu dengan sekejap, hening. Rekaman itu terputus.
Ali tak menyerah dan terus berusaha menerjemahkan bahasa
tersebut. Walaupun hasilnya nihil, ia tetap mencoba lagi dan lagi. Hingga
ia mencoba membuat algoritma paling mutakhir, gabungan dari berbagai
teknologi dunia paralel, Ali mencoba menerjemahkan bahasa itu secara
manual.
48 jam lamanya, ia mencoba menebak kosakata itu, menguraikan
hurufnya satu-persatu, membuat konstruksi baru akan kemungkinan
artinya. Hingga akhirnya Ali tak tahan lagi, ia kelelahan dan jatuh tertidur.
ILY mengambang bisu di sebelahnya. Malam semakin larut. Mendadak
layar besar itu berkedip, komputer berhasil menerjemahkan percakapan
ketika Ali tidur.
“Tinggalkan tempat ini segera.”
“Kami mohon”, berganti kalimat lainnya.
“Kalian tidak diinginkan lagi. Segera tinggalkan tempat ini.”
“Aku mohon, kasih aku kesempatan, aku sedang mengandung putra…”
“Aktifkan penghancuran permanen. Jangan biarkan siapa pun melewati
gerbang Sagaras.”33

33
Tere Liye. 2022. Sagaras. Nusantara : PT. Sabak Grip.
Rekaman percakapan itu terputus, habis. Di detik yang sama layar besar
itu error, komputer berdesing tak terkendali. Tepat ketika kata “Sagaras”
diucapkan, sistem basemen rumah Ali rusak, seperti terkena virus
mematikan.
Rekaman itu kemudian terhapus dengan sendirinya, hening. ILY
ikut padam, menggelinding di lantai, dan membentur dinding. Ali tak
sempat membacanya, ia masih tertidur nyenyak di basemen yang gelap
gulita.
Ali memulai perjalanannya, berusaha mencari orang tuanya dan
letak klan Sagaras. Dibantu dengan para sahabatnya, Raib dan Seli, juga
Master B. Mereka berjuang hidup-mati melawan Ksatria SagaraS, demi
menembus gerbang kokoh yang menghalangi jalannya.
c. Kelebihan Novel Sagaras
Disamping karyanya yang memiliki genre fiksi, Tere Liye
menyelipkan edukasi dibalik kisah petualangan yang ditulisnya. Bukan
hanya sekedar imajinasi khayalan mengenai kekuatan sihir, melainkan ada
bukti ilmiah yang mendukungnya.
Tere Liye juga mengangkat beberapa isu yang relevan dengan
kehidupan masyarakat umum. Salah satunya isu politik yang mana masih
banyak terdapat ketidakadilan di bidang pekerjaan, salah satunya adalah
nepotisme, yang membuat tidak semua orang dapat memiliki kesempatan
yang sama walau sudah bekerja dengan sangat keras. Layaknya novel
serial sebelumnya, buku ini ditulis dengan bahasa sehari-hari dan mudah
dimengerti. Tere Liye menuliskan cerita sedemikian rupa dengan sangat
baik, sehingga dapat membawa para pembacanya merasakan bermacam-
macam emosi.
d. Kekurangan Novel SagaraS
Novel ini adalah bagian dari novel serial dan melanjutkan kisah
dari novel-novel sebelumnya, unsur-unsur dari cerita di novel ini hanya
dapat dipahami oleh para pembaca yang memang mengikuti dari awal seri
novel Bumi. Ada beberapa adegan yang berulang, karena plot cerita yang
sama. Terdapat juga beberapa kesalahan dalam penulisan.
e. Pesan Moral Novel SagaraS
Terus berjuang dan pantang menyerah. Kegigihan dapat membawa
seseorang untuk menemukan segala hal yang dicari. Hargai segala yang
kamu punya, meskipun hal atau seseorang tersebut kadang membuatmu
tidak nyaman. Sebab, kamu lebih beruntung dengan memilikinya, banyak
orang di luar sana yang berharap untuk memiliki hal atau teman seperti
yang kamu punya. Proses menjadi seorang pemimpin yang baik tidak
instan. Dibalik seorang pemimpin, terdapat peristiwa besar yang
menempanya.
C. Sosiologi Sastra
a. Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi adalah bagian dari ilmu-ilmu sosial yang bersama-sama
menghadapi masyarakat sebagai objeknya. Seperti pernah dikemukakan Aguste
Comte (seorang ahli filsafat berkebangsaan prancis) bahwa sosiologi adalah
filsafat tentang manusia dan filsafat pergaulan hidup. Konsep yang dikemukakan
oleh Comte tersebut mencerminkan pengertian bahwa sosiologi itu merupakan
pengetahuan yang menyoroti secara tajam mengenai hubungan manusia,
golongan,asal, ras dan kemajuannya serta bentuk dan kewajibannya.34 Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan
kemasyarakatan. sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang
manusia dan masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial.35
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sosiologi sastra merupakan
pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai
sastra karya para kritikus dan sejarahwan yang terutama mengungkapkan
pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal,
ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
34
Andayani, T., Febryani, A., & Andriansyah, D. (2020). Pengantar Sosiologi.Yayasan Kita Menulis. hal. 3.
35
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. hal. 6.
”Sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada
karya sastra sebagi objek yang dibicarakan. Sosiologi sebagai suatu pendekatan
terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi
sosial.36
Sosiologi sastra memiliki perkembangan yang cukup pesat sejak penelitian
yang menggunakan teori struktualisme dianggap mengalami stagnasi. Didorong
oleh adanya kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-
aspek kebudayaan yang lain, maka karya sastra harus dipahami sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan. Dalam
konteks ini, sesungguhnya sosiologi sastra terdapat berbagai masalah yang sama.
Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat
sebagi usahanya untuk mengubah masyarakat itu.
Dengan demikian, karya sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk
menciptakan kembali dunia sosial, yaitu hubungan manusia dengan keluarga,
lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebaginya yang juga menjadi urusan
sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang
bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi,
pemahaman tentang sastra belum lengkap.37
b. Sosiologi Sastra Sebagai Pendekatan Karya Sastra
Sebagai suatu makhluk dinamis, manusia akan selalu berinteraksi dengan
masyarakat dan lingkungannya, baik secara fisik maupun psikis. Lingkungan
merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam membentuk karakter
seseorang. Oleh karena itu, dalam mengkaji nilai perjuangan ini, pendekatan yang
digunakan adalah teori sosiologi sastra. Peneliti akan mengkaji perjuangan tokoh
utama yang terdapat dalam novel Sagaras dalam menjalani masalah
kehidupannya.

36
Ht, F. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme.
Yogyakrta, Pustaka Pelajar.hal. 85.
37
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. hal. 3.
Ratna menjelaskan bahwa teori-teori sosiologi yang dapat menopang
analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta
sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi khususnya dalam kaitannya dengan
aspek-aspek ekstrinsik seperti kelompok sosial, interaksi sosial, konflik sosial,
kesadaran sosial, permasalahan sosial dan sebagainya.38
Pendidikan sosiologi sastra yaitu pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Secara umum sosiologi sastra bisa
didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antara karya sastra dan masyarakat.
Hubungan ini bisa dua arah, yakni bagaimana konteks sosial mempengaruhin
penulis sastra dalam membangun imajinsinya dan bagaimana implikasi karyanya
terhadap kehidupan sosial secara luas.
Wellek dan Waren, mengklasifikasikan masalah masalah sosiologi sastra,
yang intinya adalah sebagai berikut:
1. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi
sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya
sastra tersebut.
2. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan isi karya sastra itu sendiri,
dan yang menjadi pokok penelaahannya adalah hal apa yang tersirat dalam
karya sastra tersebut dan apa yang menjadi tujuannya.
3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial
suatu karya sastra.39

Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan aspek aspek


kemasyarakatan tentang sosial dan proses sosialnya disebut sosiologi sastra.
pendekatan jenis ini dikhususkan mempelajari masyarakat dan isinya. Selain itu,
pendekatan ini juga menjabarkan tentang bagaimana masyarakat itu berkembang.
Sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan untuk menjelaskan dan
menggambarkan masyarakat secara utuh, tetapi sebagai bahan acuhan terhadap

38
Nyoman Kutha Ratna. 2003, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
hal 18.
39
Ibid, hal. 3.
keadaan masyarakat tertentu, disebabkan pengarang lebih sering mempengaruhi
pemilihan dan pemilihan fakta-fakta sosial dalam karyanya sendiri.

Muslimin40 mengatakan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang


bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi
kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu
mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas,
yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya
sastra.41

Pendekatan yang dilakukan terhadap karya satra pada dasarnya ada dua,
yaitu pendekatan instrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur novel yang diangkat dari
segi isi karya sastra, seperti tema, alur atau plot, perwatakan, gaya bahasa dan
penokohan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik berupa pengaruh dari luar yang
terdapat dalam karya sastra itu diantaranya sosiologi, politik, filsafat antropologi
dan lain-lain. Pendek atan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi
kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks
untuk mengetahui strukturnya yang kemudian dipergunakan memahami lebih
dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra.42 Pendekatan sosiologi sastra menaruh
perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa
sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial.

Penulis memilih pendekatan sosiologi sastra karena dengan menggunakan


pendekatan ini akan diketahui dengan jelas penggambaran suatu masyarakat di
dalam sebuah karya sastra. Selain itu dengan sosiologi sastra, karya sastra dapat
dikaji dengan memfokuskan perhatian kepada segi-segi sosial kemasyarakatan.
Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan
40
Muslimin. 2011. “Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane”Sebuah Kajian Sosiologi
Sastra. Gorontalo: Jurnal Bahasa, Sastra, dan budaya Universitas Negeri Gorontalo
41
Ibid, hal. 130.
42
Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang. Magister Ilmu Susastra, program
Pascasarjana, undip. Budaya. hal. 3.
oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. Yang menjadi sorotan utama dalam
penelitian ini adalah nilai-nilai perjuangan yang ditunjukkan oleh seorang tokoh
utama yaitu Ali dalam novel Sagaras karya Tere Liye.

Anda mungkin juga menyukai