Anda di halaman 1dari 80

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
P U T U S A N
Nomor 1300 K/PDT/2014

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
M AHKAM AH AGUNG

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai

do
gu berikut dalam perkara :
I. BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI),

In
A
diwakili oleh Ir. Harianto Sunidja, M.Sc.,Ph.D, FCBArb, Wakil
Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia, berkedudukan di
ah

lik
Gedung Wahana Graha lantai 1 dan 2, Jalan Mampang
Prapatan Nomor 2, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi
kuasa kepada Rahayu Indrastuti, S.H.,M.H., dan kawan-
am

ub
kawan, Para Advokat, beralamat di Jalan Iskandarsyah I
Nomor 4 Kebayoran Batu, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat
ep
Kuasa Khusus tanggal 3 Maret 2014;
k

Pemohon Kasasi I dahulu Tergugat IV/Pembanding II;


ah

II. 1. M HUSSEYN UMAR, S.H., FCBArb;


R

si
2. Dr. FRANS HENDRA WINARTA, S.H., M.H., FCBrb, ;
3. Dr DANRIVANTO BUDHIJANTO, S.E., LLM, in IT LAW,

ne
ng

ketiganya dalam kapasitasnya selaku Majelis Arbitrase


dalam perkara Nomor 397V/ARB-BANI/2011 beralamat di

do
gu

Gedung Wahana Graha lantai 1 dan 2, Jalan Mampang


Prapatan Nomor 2 Jakarta Selatan, kesemuanya dalam hal
In
ini memberi kuasa kepada Harry Budiman, S.H., dan
A

kawan-kawan, para Advokat dan Asisten Advokat pada


Law Firm Frans Winarta & Partners, beralamat di di
ah

lik

Kompleks Bukit Gading Mediterania (Florencia), Boulevard


Bukit Gading Raya Blok A Nomor 15-17, Kelapa Gading
m

ub

Permai, Jakarta Utara;


Para Pemohon Kasasi II dahulu Para Tergugat I s.d.
ka

III/Para Pembanding I;
ep

Melawan:
ah

LEKOM MARAS PANGABUAN Inc, diwakili oleh Burhanuddin


R

Bur Maras (Direktur Utama) berkedudukan di Gedung Ratu


es

Prabu I Lantai 3, Jalan TB Simatupang, Kav. 20 Cilandak,


M

ng

Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada Djarot


on

Hal. 1 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Widodo, S.H., Advokat beralamat di Jalan H. Bakot Nomor 44

si
RT 003 RW 01, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar,
Jakarta Timur, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14

ne
ng
April 2014;
Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding;
Mahkamah Agung tersebut;

do
gu Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

In
A
Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Para
Pemohon Kasasi dahulu sebagai Para Tergugat di muka persidangan
ah

lik
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil-dalil:
1. Bahwa Penggugat adalah ahli sebagai Termohon dalam perkara arbitrase
dengan register perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011, yang dimohonkan
am

ub
oleh PT Pertamina EP pada tanggal 2 Mei 2011 melalui Tergugat IV;
2. Bahwa guna memeriksa dan mengadili perkara Nomor 397/V/ARB-
ep
BANI/2011 tersebut oleh Tergugat IV melalui surat keputusan Nomor
k

11.112/VII/SK-BANI/HU melalui surat keputusan Nomor 11.112/VII/SK-


ah

BANI/HU tanggal 21 Juli 2011, telah membentuk Majelis Arbitrase yang


R

si
terdiri dari 1. Prof. Dr. H. Priyatna Abdurrasyid, S.H., Ph.D., FCBArb sebagai
Ketua Majelis Arbitrase, 2. Dr. Frans Hendra Winarta, SH., M.H., FCBArb,

ne
ng

dan 3. Dr. Danrivanto Budhijanto, S.H., LL., in IT Law yang keduanya


masing-masing sebagai Anggota Majelis Arbitrase;

do
gu

3. Bahwa atas terbitnya Surat Keputusan Tergugat IV tentang Pengangkatan


Majelis Arbitrase tersebut, Termohon pada tanggal 26 Juli 2011 melalui surat
In
Nomor 12/DR/VII/2011, telah menyampaikan pernyataan penolakan dan
A

keberatan pengangkatan Majelis Arbitrase kepada Tergugat IV. Demikian


pula PT Pertamina EP pada tanggal yang sama melalui surat Nomor
ah

lik

073/TLK-ARB/KHSA&R/VII/11, telah menyampaikan penolakan terhadap


Majelis Arbitrase yang diangkat oleh Tergugat IV tersebut, terutama
m

ub

terhadap Ketua Majelis Arbitrase;


4. Bahwa terhadap penolakan dan keberatan dari PT Pertamina EP (Pemohon)
ka

dan Termohon tersebut di atas, Tergugat IV melalui Surat Nomor


ep

11.958/VII/BANI/WD, tanggal 27 Juli 2011, hanya menanggapi dengan


ah

memberikan informasi kepada PT Pertamina EP dan Penggugat bahwa Prof.


R

Dr. H. Priyatna Abdurrasyid, S.H., Ph.D., FCBArb telah mengundurkan diri


es

sebagai Ketua Majelis Arbitrase dalam perkara Nomor 397/V/ARB-


M

ng

BANI/2011;
on

Hal. 2 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Bahwa selanjutnya Tergugat IV pada tanggal 2 Agustus 2011 telah

si
membentuk kembali susunan Majelis Arbitrase yang baru dalam Perkara
Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 yang tertuang dalam Surat Keputusan Nomor

ne
ng
11.137/VII/SK-BANI/PA, tertanggal 2 Agustus 2011 tentang Pengangkatan
Majelis Arbitrase, dimana pembentukan dan pengangkatan Majelis Arbitrase
baru tersebut tanpa memperhatikan/mempertimbangkan masukan dan

do
gu keberatan serta penolakan yang disampaikan oleh Termohon dan hanya
mengakomodir keberatan dan penolakan dari Pemohon;

In
A
6. Bahwa susunan Majelis Arbitrase baru yang dibentuk dan diangkat oleh
Tergugat IV tersebut, terdiri dari: 1. M. Husseyn Umar, S.H., FCBArb
ah

lik
(Tergugat I) sebagai Ketua Majelis Arbitrase, 2. Dr. Frnas Hendra Winarta,
S.H., M.H., FCBArb (Tergugat II), dan 3. Dr. Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.
In IT Law (Tergugat III) yang keduanya masing-masing sebagai Anggota
am

ub
Majelis Arbitrase;
7. Bahwa oleh karena Penggugat menilai Surat Keputusan tentang
ep
Pengangkatan Majelis Arbitrase yang diterbitkan oleh Tergugat IV tersebut
k

dilakukan dengan cara melawan hukum yaitu tindakan sewenang-wenang


ah

dan diskriminatif, maka pada tanggal 18 Agustus 2011 Penggugat


R

si
mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Tergugat IV di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang terdaftar dalam register perkara

ne
ng

Nomor 454/Pdt/G/2011/PN.Jkt.Sel., yang pada intinya keberatan terhadap


pengangkatan Majelis Arbitrase yang dilakukan oleh Tergugat IV dan

do
gu

menuntut pembatalan Surat Keputusan Tergugat IV Nomor 11.112/VII/SK-


BANI/HU, tanggal 21 Juli 2011 jo. Surat Keputusan Tergugat IV Nomor
In
11.137/VII/SK-BANI/PA tanggal 2 Agustus 2011 tentang Pengangkatan
A

Majelis Arbitrase tersebut;


8. Bahwa tentunya Tergugat I, II dan III dalam menjalankan fungsinya selaku
ah

lik

Majelis Arbitrase dalam memeriksa dan mengadili serta memutus perkara


Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 dalam tindakannya haruslah selalu beritikad
m

ub

baik dengan berdasarkan ketentuan hukum atau berdasarkan keadilan dan


kepatutan, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 21 jo. Pasal 56 ayat
ka

(1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


ep

Penyelesaian Sengketa;
ah

9. Bahwa akan tetapi Tergugat I,II dan III dalam menjalankan fungsinya selaku
R

Majelis Arbitrase dalam memeriksa dan mengadili serta memutus perkara


es

Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tersebut telah bertindak tidak baik dan


M

ng

melanggar hukum sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor


on

Hal. 3 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, hal

si
ini dapat dibuktikan dengan fakta-fakta hukum sebagai berikut:
9.1. Bahwa perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 telah diputus oleh

ne
ng
Tergugat I,II dan III pada tanggal 21 November 2011, dengan putusan
verstek yaitu tanpa hadirnya Termohon;
9.2. Bahwa putusan verstek untuk arbitrase diatur dalam Pasal 44 Undang-

do
gu Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa;

In
A
9.3. Bahwa bunyi selengkapnya Pasal 44 adalah sebagai berikut:
Ayat (1) : Apabila pada hari yang telah ditentukan sebagaimana di
ah

lik
maksud dalam Pasal 40 ayat (2) termohon tanpa suatu
alasan sah tidak datang menghadap sedangkan Termohon
telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbitrase
am

ub
segera melakukan pemanggilan sekali lagi;
Ayat (2) : Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua
ep
diterima Termohon dan tanpa alasan sah termohon juga
k

tidak datang menghadap di muka persidangan, pemeriksaan


ah

akan diteruskan tanpa hadirnya Termohon dan tuntutan


R

si
pemohon di kabulkan seluruhnya, kecuali tuntutan tidak
beralasan atau tidak berdasarkan hukum;

ne
ng

9.4. Bahwa Penggugat selaku Termohon dalam perkara Nomor


397/V/ARB-BANI/2011 oleh Tergugat IV telah dipanggil untuk hadir

do
gu

menghadap persidangan arbitrase yaitu:


- Panggilan pertama sebagaimana Surat Tergugat IV Nomor
In
11.1061/VIII/BANI/WD tanggal 15 Agustus 2011, untuk hadir
A

menghadap dalam persidangan pada hari Senin tanggal 22


Agustus 2011;
ah

lik

- Panggilan kedua sebagaimana Surat Tergugat IV Nomor


11.1144/IX/BANI/WD tanggal 7 September 2011, untuk hadir
m

ub

menghadap dalam persidangan pada hari Selasa tanggal 13


September 2011;
ka

9.5. Bahwa terhadap kedua panggilan tersebut Penggugat selaku


ep

Termohon dalam perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tidak pernah


ah

hadir dikarenakan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap


R

Tergugat IV dalam perkara Nomor 454/Pdt.G/2011/ PN.Jkt.Sel., di


es

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sedang berjalan yang pada intinya


M

ng

keberatan terhadap pengangkatan Majelis Arbitrase yang dilakukan


on

Hal. 4 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
oleh Tergugat IV dan menuntut pembatalan Surat Keputusan Tergugat

si
IV Nomor 11.112/VII/SK-BANI/HU, tanggal 21 Juli 2011 jo. Surat
Keputusan Tergugat IV Nomor 11.137/VII/SK-BANI/PA tanggal 2

ne
ng
Agustus 2011 tentang pengangkatan majelis Arbitrase tersebut;
9.6. Bahwa oleh Tergugat I,II, III dan IV terhadap perkara Nomor
397/V/ARB-BANI/2011 tetap dilanjutkan pemeriksaannya tanpa

do
gu hadirnya termohon dan diputus pada tanggal 21 November 2011
dengan putusan verstek;

In
A
9.7. Bahwa apabila dicermati Putusan Verstek perkara Nomor 397/V/ARB-
BANI/2011 yang telah di putus oleh Tergugat I, II dan III pada tanggal
ah

lik
21 November 2011 tersebut telah melanggar hukum yaitu Pasal 44
ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, yang memberikan batas waktu
am

ub
terhadap putusan verstek paling lama 10 (sepuluh) hari setelah
pemanggilan kedua diterima termohon dan tanpa alasan sah
ep
Termohon juga tidak datang menghadap di muka persidangan;
k

9.8. Bahwa dengan merujuk ketentuan tersebut di atas selambat-


ah

lambatnya/paling lambat Tergugat II dan III terhadap perkara Nomor


R

si
397/V/ARB-BANI/2011 tersebut sudah seharusnya mengambil
keputusan pada tanggal 23 September 2011 yaitu 10 (sepuluh) hari

ne
ng

setelah Termohon dipanggil untuk kedua kalinya dan tanpa alasan sah
Termohon juga tidak datang menghadap di muka persidangan pada

do
gu

tanggal 13 September 2011 (panggilan kedua), akan tetapi perkara


arbitrase tersebut oleh Tergugat I,II dan III baru diputus pada tanggal
In
21 November 2011 Atau dengan kata lain Perkara Nomor 397/V/ARB-
A

BANI/2011 tersebut diputus oleh Tergugat I,II dan III dengan cara
melanggar hukum yaitu melampaui batas waktu yang telah ditentukan
ah

lik

oleh Undang-undang terhadap putusan verstek;


9.9. Bahwa terhadap penerapan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor
m

ub

30 tahun 1999 tersebut, Penggugat sependapat dengan pendapat


keterangan saksi ahli dalam Perkara Nomor 454/Pdt.G/2011/
ka

PN.Jkt.Sel. yaitu Bapak Miftahul Huda, S.H.,LLM., dibawah sumpah


ep

yang pada pokoknya menerangkan ‘bahwa putusan verstek dicek yang


ah

melebihi 10 (sepuluh) hari dari tenggang waktu yang ditentukan maka


R

putusan verstek tersebut dikualifikasi tidak sah dan Majelis Arbitrase


es

vis-à-vis BANI dikualifikasi melanggar hukum;


M

ng

on

Hal. 5 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10. Bahwa selain itu menurut etika dan kepatutan serta mengacu pada bunyi

si
Pasal 25 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, mengenai adanya

ne
ng
tuntutan hak ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak, dalam hal ini
Penggugat telah mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap
Tergugat IV dalam perkara Nomor 454/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel., yang pada

do
gu intinya keberatan terhadap pengangkatan Majelis Arbitrase yang dilakukan
oleh Tergugat IV dan menuntut pembatalan Surat Keputusan Tergugat IV

In
A
Nomor 11.112/VII/SK-BANI/HU, tanggal 21 Juli 2011 jo. Surat Keputusan
Tergugat IV Nomor 11.137/VII/SK-BANI/PA tertanggal 2 Agustus 2011
ah

lik
tentang Pengangkatan Majelis Arbitrase tersebut;
11. Bahwa perkara Nomor 454/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel. tersebut sedang
berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sudah sepatutnya Tergugat
am

ub
I,II,III dan IV menghentikan terlebih dahulu pemeriksaan perkara arbitrase
Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tersebut dikarenakan keabsahan Surat
ep
Keputusan Tergugat IV Nomor 11.112/VII/SK-BANI/HU, tanggal 21 Juli 2011 jo.
k

Surat Keputusan Tergugat IV Nomor 11.137/VII/SK-BANI/PA tertanggal 2


ah

Agustus 2011 tentang Pengangkatan Majelis Arbitrase tersebut sedang


R

si
disengketakan di depan Pengadilan, hal ini secara rasional yuridis di
maksudkan supaya putusan arbitrase yang telah diputus tidak menjadi sia-sia

ne
ng

atau mubazir, seandainya gugatan Perkara Nomor 454/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel.,


dikabulkan dan Tergugat IV dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum

do
gu

serta Surat Keputusan Tergugat IV Nomor 11.112/VII/SK-BANI/HU, tanggal 21


Juli 2011 jo. Surat Keputusan Tergugat IV Nomor 11.137/VII/SK-BANI/PA
In
tertanggal 2 Agustus 2011 tentang pengangkatan Majelis Arbitrase dinyatakan
A

batal demi hukum;


12. Bahwa selain itu juga, di dalam pertimbangan hukum putusannya Tergugat I, II
ah

lik

dan III tidak mempertimbangkan bahwa perjanjian antara Penggugat dengan


PT Pertamina EP didasarkan pada Join Operating Body (JOB) yang mengatur
m

ub

kewenangan dan tanggung jawab. Di dalam JOB tersebut mengatur tentang


kewajiban/tanggungjawab Penggugat terbatas dalam tehnikal dan financial
ka

sedangkan PT Pertamina EP mempunyai kewajiban/tanggung jawab dalam


ep

bidang management. Tergugat I, II dan III tidak juga mempertimbangkan


ah

adanya NSO Short Fall yang berkaitan dengan NSO (Non Searable Operating)
R

mengacu pada Decline Factor yang ditentukan didalam perjanjian antara PT


es

Pertamina EP dengan Penggugat, dan pertimbangan hukumnya NSO 2008


M

ng

on

Hal. 6 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan 2009 hanya dikaitkan dengan masa berlaku EOR dan rumusan Decline

si
Factor. Hal ini bertentangan dengan fakta-fakta sebagai berikut:
12.1. Bahwa untuk NSO tahun 2008 dan 2009 adalah tidak ada, hal ini

ne
ng
dibuktikan dengan tagihan-tagihan periode 2008 dan 2009 yang
dilakukan oleh Penggugat kepada PT Pertamina EP. Tagihan-tagihan
tersebut dibayar secara penuh setelah mendapat persetujuan dari

do
gu Management PT Pertamina EP. Dengan demikian tidak ada NSO 2008
dan 2009;

In
A
12.2. Di RK & A tahun 2008 dan 2009 yang disetujui oleh Penggugat dan PT
Pertamina EP hanya ada kewajiban NSO Short Fall yaitu kewajiban
ah

lik
hutang produksi yang tidak tercapai sesuai dengan Exhibit E mengenai
Production Forecast dengan rumusan Decline Factor yang dilakukan
oleh kontraktor-kontraktor sebelum Penggugat;
am

ub
13. Bahwa seandainya NSO 2008 dan 2009 di pertimbangkan dan dihitung
haruslah didukung dengan faktor faktor sebagai berikut:
ep
- Perhitungan NSO 2008 dan 2009 dengan rumusan perhitungan Decline
k

Factor pada kondisi saat itu bukan pada kondisi 14 yang lalu karena
ah

dalam kurun waktu 1994 s.d. 2008 banyak terdapat NSO short fall
R

si
(kewajiban hutang produksi yang tidak tercapai sesuai dengan Exhibit E
mengenai Productioan Forecast);

ne
ng

- Pembayaran untuk periode 2008 dan 2009 yang sudah disepakati tidak
ada perhitungan NSO sehingga hasil produksi merupakan SO yang telah

do
gu

terlanjur dibagi oleh Penggugat dengan PT Pertamina EP masing-masing


50 %, Apalagi ada NSO maka harus ditentukan dan disepakati dahulu
In
berapa besar NSO tersebut setelah itu dikurangi lagi dengan cross
A

recovery yang telah di keluarkan oleh kontraktor;


- Penggugat pada tahun 2008 dan 2009 masih dibebankan untuk
ah

lik

membayar NSO short fall;


14. Bahwa tindakan Tergugat I,II,III dan IV sebagaimana diuraikan pada posita 9
m

ub

s.d. 13 tersebut di atas nyata-nyata telah melakukan perbuatan melawan


hukum yang merugikan Penggugat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ka

1365 KUHPerdata yang berbunyi:


ep

“Setiap perbuatan melawan hukum, yang oleh karenanya menimbulkan


ah

kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya


R

menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut;


es

Maka oleh karena itu sudah sepatutnya terhadap Para Tergugat tersebut di
M

ng

atas haruslah dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum;


on

Hal. 7 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
15. Bahwa perbuatan melawan hukum Para Tergugat tersebut telah

si
mengakibatkan kerugian secara materiil dan immateriil bagi Penggugat yaitu:
Kerugian Materiil: yaitu sebesar USD 12.838.844,57 (dua belas juta delapan

ne
ng
ratus tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat Dollar
Amerika Serikat lima puluh tujuh sen);
Kerugian Immateriil yaitu kredibilitas Penggugat menjadi turun dimata publi k

do
gu menjadi susah mendapatkan kepercayaan di dunia bisnis khususnya dalam
bidang pertambangan minyak dan mineral, yang apabila dinilai dengan uang

In
A
sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah);
16. Bahwa oleh karena Para Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan
ah

lik
melawan hukum dan Putusan Perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011
tanggal 21 November 2011 di kualifikasikan melanggar hukum, maka sudah
sepatutnya Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor 397/V/ARB-
am

ub
BANI/2011 tanggal 21 November 2011 tersebut haruslah dinyatakan tidak
sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum;
ep
17. Bahwa oleh karena Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
k

397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 tersebut dinyatakan tidak


ah

sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka terhadap putusan Badan
R

si
Arbitrase Nasional Indonesia Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21
November 2011 tersebut haruslah dinyatakan non eksekutabel;

ne
ng

18. Bahwa terhadap Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor


397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 telah di keluarkan

do
gu

Penetapan Aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan


Nomor 17/Eks.ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012;
In
19. Bahwa oleh karena itu penetapan aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri
A

Jakarta Selatan Nomor 17/Eks.ARB/2012PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober


2012 sebagai wujud tindak lanjut dari pelaksanaan putusan tersebut juga
ah

lik

harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum dan non eksekutabel;


20. Bahwa karena Para Tergugat secara nyata telah melakukan perbuatan
m

ub

melawan hukum yang sangat merugikan Penggugat maka patut apabila


Para Tergugat tersebut dihukum untuk membayar biaya yang timbul dalam
ka

perkara ini;
ep

21. Bahwa oleh karena gugatan ini telah didasarkan pada bukti-bukti otentik dan
ah

kuat menurut hukum, maka bersama ini Penggugat mohon agar Pengadilan
R

sudah sepatutnya menyatakan putusan dalam perkara ini dinyatakan dapat


es

dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada verzet, banding maupun kasasi;


M

ng

DALAM PROVISI;
on

Hal. 8 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Bahwa Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor 397/V/ARB-

si
BANI/2011 tanggal 21 November 2011 oleh Tergugat IV telah diserahkan dan
didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 15 Desember

ne
ng
2011 dengan Register Pendaftaran Nomor 18/ARB/HKM/2011/ PN. Jkt.Sel;
2. Bahwa terhadap Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 sekarang telah

do
gu dimohonkan untuk dieksekusi dimana sudah dikeluarkan Penetapan
Aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

In
A
17/Eks.ARB/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Oktober 2012;
3. Bahwa penetapan aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
ah

lik
Nomor 17/Eks.ARB/2012/PN. Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012 tersebut
tentunya akan ditindaklanjuti dengan penetapan eksekusi dan berujung pada
eksekusi riil;
am

ub
4. Bahwa oleh karena Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
397/V/ARB-BANI(/2011 tanggal 21 November 2011 tersebut melanggar hukum
ep
dan mengacu pada Bab VI Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pasal 36 ayat (4)
k

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang


ah

berbunyi “Putusan Pengadilan dilaksanakan dengan memperhatikan nilai


R

si
kemanusiaan dan keadilan serta terhadap putusan tersebut sekarang sedang
disengketakan di Pengadilan, supaya tidak menimbulkan kesulitan untuk

ne
ng

mengembalikan dalam keadaan semula jika putusan tersebut dilakukan


eksekusi dan gugatan dalam perkara ini di kabulkan maka Penggugat dengan

do
gu

ini memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atau Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan menetapkan
In
menunda pelaksanaan putusan tersebut sampai adanya putusan dalam
A

perkara ini memiliki kekuatan hukum yang tetap;


Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon
ah

lik

kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk memberikan putusan sebagai


berikut:
m

ub

Dalam Provisi
1. Menerima dan mengabulkan tuntutan Provisi dari Penggugat untuk
ka

seluruhnya;
ep

2. Menetapkan menunda pelaksanaan Putusan Perkara Nomor 397/V/ARB-


ah

BANI/2011, tertanggal 21 November 2011, sampai adanya putusan dalam


R

perkara ini memiliki kekuatan hukum yang tetap;


es

Dalam Pokok Perkara


M

ng

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhynya;


on

Hal. 9 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Menyatakan Tergugat I, II, III dan IV terbukti telah melakukan perbuatan

si
melawan hukum;
3. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor

ne
ng
397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah tidak sah dan
tidak mempunyai kekuatan hukum;
4. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor

do
gu 397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah non eksekutabel;
5. Menyatakan Penetapan Aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta

In
A
Selatan Nomor 17 Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel.,tanggal 8 November 2012
sebagai wujud tindak lanjut dari pelaksanaan putusan tersebut adalah tidak
ah

lik
mempunyai kekuatan hukum dan non eksekutabel;
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, (serta merta)
walaupun ada banding, kasasi maupun upaya hukum lain;
am

ub
7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar seluruh kerugian yang dialami
Penggugat, kerugian materiil dan immaterial, dengan rincian kerugian
ep
sebesar sebagai berikut:
k

- Kerugian Materiil: yaitu sebesar USD 12,838,844.57 (dua belas juta


ah

delapan ratus tiga puluh delapan ribu delapan seratus empat puluh empat
R

si
Dollar Amerika Serikat lima puluh tujuh sen);
- Kerugian Immateriil yaitu kredibilitas Penggugat menjadi turun dimata

ne
ng

publik menjadi susah mendapatkan kepercayaan didunia bisnis khususnya


dalam bidang pertambangan minyak dan mineral, yang apabila dinilai

do
gu

dengan uang sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah);


8. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
In
perkara ini;
A

Atau:
Apabila Majelis Hakim yang mengadili dan memeriksa perkara ini berpendapat
ah

lik

lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).


Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I s.d. Tergugat
m

ub

III mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:


Dalam Eksepsi:
ka

Tergugat I s.d. Tergugat III dengan ini menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil
ep

yang dikemukakan oleh Penggugat di dalam gugatannya, kecuali yang diakui


ah

secara tegas kebenarannya oleh Tergugat I s.d. Tergugat III;


R

1. Gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum-excepti onrechtmatiga of


es

ongegrond.
M

ng

on

Hal. 10 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tergugat I s.d. Tergugat III selaku Majelis Arbitrase tidak dapat digugat

si
terkait pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam memeriksa dan memutus
perkara BANI Nomor 397/2011;

ne
ng
2. Dalam gugatannya, Penggugat telah menarik Tergugat I s.d. Tergugat III
sebagai pihak dalam gugatan a quo dalam kapasitas mereka selaku Mejalis
Arbitrase yang menjalankan fungsinya dalam memeriksa, mengadili dan

do
gu memutus perkara BANI Nomor 397/2011. Hal ini terlihat jelas dalam
beberapa bagian gugatan Penggugat, antara lain sebagai berikut:

In
A
Halaman 1 gugatan Penggugat:
“Dengan ini Penggugat hendak mengajukan gugatan perbuatan melawan
ah

lik
hukum terhadap:
1. M.Husseyn Umar, S.H., FCBArb., dalam kapasitasnya selaku Majelis
Arbitrase dalam perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 beralamat di ….
am

ub
Untuk selanjutnya disebut disebut sebagai ……………….Tergugat I;
2. Dr. Frans Hendra Winarta, S.H.,M.H., FCBArb, dalam kapasitasnya
ep
selaku Majelis Arbitrase dalam Perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011
k

beralamat di ….. untuk selanjutnya disebut sebagai ………..Tergugat II;


ah

3. Dr. Danrivanto Budhijanto, S.H.,LLM, in IT LAW, dalam kapasitasnya


R

si
selaku Majelis Arbitrase dalam Perkara Nomor Nomor 397/V/ARB-
BANI/2011 beralamat di ……, untuk selanjutnya disebut sebagai

ne
ng

……..Tergugat III;
Halaman 3 s.d. 4 Nomor 8 dan Nomor 9 gugatan Penggugat;

do
gu

“8. Bahwa tentunya Tergugat I,II dan III dalam menjalankan fungsinya
selaku Majelis Arbitrase dalam memeriksa dan mengadili serta
In
memutuskan perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 dalam
A

tindakannya haruslah selalu beritikad baik dengan berdasarkan


ketentuan hukum …..;
ah

lik

9. Bahwa akan tetapi Tergugat I,II dan III dalam menjalankan fungsinya
selaku Majelis Arbitrase dalam memeriksa dan mengadili serta
m

ub

memutus Perkara Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tersebut telah ….”


3. Padahal, Tergugat I s.d. Tergugat III dalam kapasitasnya selaku Majelis
ka

Arbitrase yang menjalankan tugas dan fungsinya dalam memeriksa,


ep

mengadili dan memutus Perkara BANI Nomor 397/2011 tidak dapat


ah

dikenakan tanggung jawab hukum apapun, karena dilindungi oleh imunitas


R

Majelis Arbitrase berdasarkan ketentuan Pasal 21 Undang-Undang


es

Arbitrase yang secara imperative mengatur sebagai berikut:


M

ng

on

Hal. 11 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Arbiter atau Majelis Arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum

si
apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses persidangan
berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai arbiter atau Majelis

ne
ng
Arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan
tersebut.”;
4. Selain itu, seorang arbiter atau Majelis Arbitrase dalam suatu perkara

do
gu arbitrase pada dasarnya merupakan “Hakim Partikelir:. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prof. Mr. Dr. Sudargo Gautama dalam bukunya yang

In
A
berjudul Undang-Undang Arbitrase Baru 1999, Cetakan ke-1, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung,1999, halaman 8 s.d. 9 yang menyatakan sebagai
ah

lik
berikut:
“…. Para arbiter memang dapat dipandang sebagai “Hakim Partikelir”,
orang-orang dari dunia swasta, kadang-kadang professional, praktisi
am

ub
hukum, konsultan hukum, Pengacara, tetapi tidak boleh menjabat sebagai
Hakim, Jaksa,Panitera Pengadilan atau Penyidik lain dalam dunia peradilan.
ep
Jalan perkiraan pembuat undang-undang ialah agar mereka sebagai arbiter
k

dapat memelihara objektivitas mereka;


ah

..…… Tetapi para pihak memilih para “Hakim Partikelir” (arbiter) sendiri,
R

si
walau harus membayar …..”
Oleh karena itu, adalah sesuai dan tidaklah berlebihan untuk

ne
ng

menyandingkan imunitas seorang arbiter ataupun Majelis Arbitrase dengan


imunitas (bebas dari gugatan ganti rugi) seorang hakim dalam

do
gu

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam bidang peradilan sebagaimana


dimaksud dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 1976 (“SEMA Nomor 9/1976”), sebagai berikut:
In
A

“…. Hakim dalam perkara adalah bebas dari gugatan ganti rugi karena
adanya kesalahan dalam perbuatan yang merupakan pelaksanaan
ah

lik

tugasnya dalam bidang peradilan.”


Bahkan, Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui SEMA Nomor
m

ub

9/1976 meminta agar pengadilan-pengadilan negeri yang menghadapi


gugatan terhadap Hakim didalam pelaksanaan tugas peradilannya dapat
ka

berpegang teguh pada SEMA Nomor 9/1976 dan menolak gugatan tersebut.
ep

Berikut kami kutip pernyataan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam


ah

SEMA Nomor 9/1976 yang dimaksud:


R

“Mengingat hal-hal yang diuraikan di atas Mahkamah Agung minta supaya


es

Pengadilan-Pengadilan Tinggi dan Pengadilan-Pengadilan Negeri dalam


M

ng

menghadapi gugatan terhadap Pengadilan-Pengadilan ataupun terhadap


on

Hal. 12 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Hakim didalam pelaksanaan tugas peradilannya dapat mengindahkan hal-

R
hal tersebut di atas dan menolak permohonan tersebut.“

si
Atas hal tersebut di atas, jelas bahwa Tergugat I s.d. Tergugat III dalam

ne
ng
kapasitasnya selaku Majelis Abitrase yang memeriksa dan memutus
Perkara BANI Nomor 397/2011 tidak dapat digugat dalam perkara perdata a
quo, karena dilindungi oleh hukum dan memiliki imunitas (bebas dari

do
gu gugatan ganti rugi) layaknya seorang Hakim dalam melaksanakan tugas
peradilannya;

In
A
5. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka gugatan Penggugat telah
diajukan secara tidak berdasar hukum, karena telah menggugat Tergugat I
ah

lik
s.d. Tergugat III dalam kapasitasnya selaku Majelis Arbitrase yang notabene
memiliki iunitas untuk tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum apapun
atas segala tindakan yang diambil dalam memeriksa dan memutus Perkara
am

ub
BANI Nomor 397/2011. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila gugatan
Penggugat yang tidak berdasar hukum ini dinyatakan tidak dapat diterima
ep
(niet ontvankelijk verklaard) oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan
k

memutus perkara perdata a quo.


ah

II. Gugatan Penggugat salah pihak-exceptie error in persona


R

si
6. Dalam memeriksa dan memutus Perkara BANI Nomor 397/2011, Tergugat I
s.d. Tergugat III bertindak selaku Majelis Arbitrase yang diangkat dan

ne
ng

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 11/137/VIII/SK-BANI/PA


tertanggal 2 Agustus 2011 tentang Pengangkatan Majelis Arbitrase (Bukti TI

do
gu

s.d. T.III-1). Artinya, Tergugat I s.d. Tergugat III bertindak dalam kapasitas
mereka selaku Majelis Arbitrase yang memeriksa dan mengadili Perkara
In
BANI Nomor 397/2011 atas nama BANI (Tergugat IV);
A

7. Kapasitas atau kedudukan hukum Tergugat I s.d. Tergugat III selaku Majelis
Arbitrase yang hanya merupakan perwakilan BANI dalam memeriksa dan
ah

lik

memutus suatu perkara arbitrase tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal


13 ayat (1) Prosedur BANI, yang mengatur mengenai kewenangan Majelis
m

ub

Arbitrase sebagai berikut:


“1. Kewenangan Majelis
ka

Setelah terbentuk atau ditunjuk berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam


ep

Bab III diatas, Majelis Arbitrase akan memeriksa dan memutus sengketa
ah

antara para pihak atas nama BANI dan karenanya dapat melaksanakan
R

segala kewenangan yang dimiliki BANI sehubungan dengan pemeriksaan


es

dan pengambilan keputusan-keputusan atas sengketa dimaksud. Sebelum


M

ng

dan selama masa persidangan Majelis dapat mengusahakan adanya


on

Hal. 13 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perdamaian diantara para pihak. Upaya perdamaian tersebut tidak

si
mempengaruhi batas waktu pemeriksaan di persidangan yang dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (7).“

ne
ng
Selaras dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Prosedur BANI diatas, lebih
lanjut Dr. R.M. Gatot P. Soemartono, S.E., S.H.,M.M., LLM., dalam bukunya
yang berjudul Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka

do
gu Utama, Jakarta, 2006, halaman 100, menyatakan sebagai berikut:
“Setelah terbentuk, Majelis Arbitrase akan memeriksa dan memutus

In
A
sengketa para pihak atas nama BANI dan karenanya dapat melaksanakan
segala kewenangan yang dimiliki BANI sehubungan dengan pemeriksaan
ah

dan pengambilan keputusan atas sengketa dimaksud.”

lik
8. Dengan kapasitas atau kedudukan hukum Tergugat I s.d. Tergugat III selaku
Majelis Arbitrase yang bertindak atas nama BANI (Tergugat IV), maka jelas
am

ub
hubungan dan kepentingan hukum (point d’interest, point d’action) dalam
perkara BANI Nomor 397/2011 pada faktanya hanya terjalin antara
ep
Penggugat selaku Termohon Abitrase, PT Pertamina E.P., selaku Pemohon
k

Arbitrase, dan BANI (Tergugat IV) selaku forum penyelesaian sengketa yang
ah

dipilih oleh para pihak secara sukarela dan digunakan dalam pemeriksaan
R

si
perkara arbitrase tersebut. Penggugat sama sekali tidak memiliki hubungan
dan kepentingan hukum (point d’interest, point d’action) dengan Tergugat I

ne
ng

s.d. Tergugat III yang bertindak untuk dan atas nama (wakil) dari BANI
(Tergugat IV) dalam memeriksa dan memutus Perkara BANI Nomor

do
gu

397/2011 tersebut;
9. Padahal, hukum acara perdata Indonesia mempersyaratkan adanya suatu
hubungan dan kepentingan hukum (point d’interest, point d’action) dalam
In
A

pengajuan suatu gugatan. Keharusan adanya hubungan hukum dan


kepentingan hukum (point d’interest, point d’action) yang memadai untuk
ah

lik

dapat mengajukan sebuah gugatan telah menjadi suatu prinsip hukum acara
perdata yang paling fundamental, sebagaimana yang terlihat jelas dari
m

ub

Yurisprudensi-yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dan


doktrin-doktrin hukum sebagai berikut:
ka

- Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 294


ep

K/Sip/1971 tanggal 7 Juli 1971, yang menyatakan:


ah

“Gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai hubungan hukum“;


R

- Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 18


es

K/Sip/1971 tanggal 9 Juli 1973, yang menyatakan:


M

ng

on

Hal. 14 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“syarat mutlak untuk menuntut seseorang didepan pengadilan adalah

R
adanya perselisihan hukum antara kedua belah pihak.”

si
- Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 4

ne
ng
K/RUP/1958 tanggal 13 Desember 1959, yang menyatakan:
“Untuk dapat menuntut seseorang di depan pengadilan adalah syarat
mutlak bahwa harus ada perselisihan hukum antara kedua belah pihak

do
gu yang berperkara.”
- Doktrin hukum Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,S.H., dalam bukunya yang

In
A
berjudul Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Keempat, Penerbit
Liberty, Yogyakarta, 1993, halaman 39, yang menyatakan:
ah

“Bahwa sesuatu tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum yang

lik
cukup, merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu
oleh pengadilan guna diperiksa point d’interest, point d’action.”
am

ub
Lebih lanjut, dalam bukunya yang sama halaman 38 s.d. 39, Prof. Dr.
Sudikno Mertokusumo,S.H., menyatakan:
ep
“Jadi tidak setiap orang yang mempunyai kepentingan dapat mengajukan
k

tuntutan hak semaunya ke pengadilan. Kalau dibiarkan setiap orang


ah

mengajukan tuntutan hak, dapat dibayangkan bahwa pengadilan akan


R

si
kebanjiran hak. Untuk mencegah agar setiap orang tidak asal saja
mengajukan tuntutan hak ke pengadilan yang akan menyulitkan

ne
ng

pengadilan, maka hanya kepentingan yang cukup dan layak serta


mempunyai dasar hukum sajalah yang dapat diterima sebagai dasar

do
gu

tuntutan hak.”
- Doktrin hukum M. Yahya Harahap,S.H., dalam bukunya yang berjudul
In
Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
A

Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Cetakan Kedua, penerbit Sinar


Grafika, Jakarta, 2005, halaman 111, yang menyatakan:
ah

lik

“Gugatan yang diajukan oleh orang yang tidak berhak atau tidak memiliki
hak untuk itu, merupakan gugatan yang mengandung cacat formil error in
m

ub

persona dalam bentuk diskualifikasi in persona, yaitu pihak yang


bertindak sebagai Penggugat adalah orang yang tidak punya syarat
ka

untuk itu.”
ep

Yurisprudensi-yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dan


ah

doktrin-doktrin para ahli hukum tersebut di atas secara jelas


R

mempersyaratkan adanya suatu hubungan dan kepentingan hukum


es

(point d’interest, point d’action) dalam pengajuan suatu gugatan. Namun


M

ng

pada faktanya Penggugat tidak memiliki hubungan dan kepentingan


on

Hal. 15 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum (point d’interest, point d’action) apapun dengan Tergugat I s.d.

si
Tergugat III yang notabene merupakan Majelis Arbitrase yang bertindak
untuk dan atas nama (wakil) BANI (Tergugat IV) dalam memeriksa dan

ne
ng
memutus perkara BANI Nomor 397/2011;
Dengan kata lain, gugatan kata lain, gugatan Penggugat telah diajukan
secara salah pihak (error in persona) karena telah diajukan kepada

do
gu Tergugat I s.d. Tergugat III yang tidak memiliki hubungan dan
kepentingan hukum (point d’interest, point d,action) dengan Penggugat;

In
A
10. Oleh karena gugatan Penggugat telah diajukan secara salah pihak (error in
persona), maka gugatan a quo mengandung cacat formil dan sudah
ah

lik
selayaknya untuk dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard) oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara
perdata a quo. Sehubungan dengan hal tersebut kiranya patut disimak
am

ub
pendapat M. Yahya Harahap, S.H., tentang eksepsi error in persona dalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata tentang Gugatan,
ep
Persidangan, Penyitaan, pembuktian dan putusan Pengadilan, penerbit
k

Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 439, berikut ini:


ah

“Salah satu contoh, Putusan Mahkamah Agung Nomor 601 K/Sip/1975,


R

si
tentang seorang pengurus yayasan yang digugat secara pribadi untuk
mepertanggung-jawabkan sengketa yang berkaitan dengan yayasan. Dalam

ne
ng

kasus demikian, orang yang ditarik sebagai tergugat tidak tepat, karena yang
semestinya ditarik sebagai Tergugat adalah yayasan.”

do
gu

11. Berdasarkan uraian di atas, jelas kapasitas Tergugat I s.d. Tergugat III
dalam perkara BANI Nomor 397/2011 hanyalah selaku Majelis Arbitrase
In
yang memeriksa dan memutus perkara abitrase tersebut untuk dan atas
A

nama BANI (Tergugat IV). Sehingga, gugatan Penggugat telah salah pihak
(error in persona) dan mengandung cacat formil karena telah diajukan
ah

lik

secara keliru terhadap Tergugat I s.d. Tergugat III yang sama sekali tidak
memiliki hubungan dan kepentingan hukum (point d’interest, point d, action)
m

ub

dengan Penggugat. Atas hal tersebut, sudah selayaknya jika Majelis Hakim
menyatakan gugatan Penggugat yang cacat formil ini tidak dapat diterima
ka

(niet ontvankelijk verklaard);


ep

III. Gugatan Penggugat kurang pihak karena tidak menarik PT Pertamina EP


ah

sebagai pihak dalam gugatan exceptio plurium litis consortium;


R

12. Dalam petitum gugatannya, Penggugat menuntut agar Pengadilan Negeri


es

Jakarta Selatan menunda pelaksanaan Putusan Perkara BANI Nomor


M

ng

397/2011, menyatakan Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 tidak sah,


on

Hal. 16 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak mempunyai kekuatan hukum, dan tidak dapat dilaksanakan (non-

si
executable), serta menyatakan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor 17 Eks.ARB/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Oktober 2012 tidak

ne
ng
mempunyai kekuatan hukum dan tidak dapat dilaksanakan (non-executable).
Hal ini sebagaimana terlihat dari petitum gugatan Penggugat, sebagai
berikut:

do
gu Petitum dalam provisi Nomor 1 s.d. 2 gugatan Penggugat:
1. Menerima dan mengabulkan tuntutan Provisi dari Penggugat untuk

In
A
seluruhnya;
2. Menetapkan menunda pelaksanaan Putusan Perkara Nomor
ah

lik
397/V/ARB-BANI/2011, tertanggal 21 November 2011, sampai adanya
putusan dalam perkara ini memiliki kekuatan hukum yang tetap.”
Petitum dalam pokok perkara Nomor 3 s.d. 5 gugatan Penggugat
am

ub
3. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah tidak sah dan
ep
tidak mepunyai kekuatan hukum;
k

4. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor


ah

397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah non


R

si
eksekutabel;
5. Menyatakan Penetapan Aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri

ne
ng

Jakarta Selatan Nomor 17 Eks. Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8


Oktober 2012 sebagai wujud tindak lanjut dari pelaksanaan putusan

do
gu

tersebut adalah tidak mempunyai kekuatan hukum dan non


eksekutabel.’
In
13. Namun demikian, Penggugat tidak menarik PT Pertamina EP sebagai pihak
A

dalam gugatannya. Padahal, PT Pertamina EP (Pemohon Arbitrase)


merupakan pihak yang berkepentingan atas Putusan Perkara BANI Nomor
ah

lik

397/2011 dan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 17


Eks.ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012. Adapun kepentingan PT
m

ub

Pertamina EP (Pemohon Arbitrase) tersebut adalah sebagai berikut:


1. Dalam Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011, tuntutan-tuntutan yang
ka

diajukan PT Pertamina EP dalam permohonan arbitrasenya dikabulkan


ep

sebagian. Sehingga Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 tentunya


ah

telah menimbulkan hak-hak kepada PT Pertamina EP yang dapat


R

dilaksanakan melalui proses pelaksanaan putusan arbitrase sesuai


es

dengan ketentuan hukum yang berlaku;


M

ng

on

Hal. 17 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Ditundanya Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 akan merugikan

si
hak dan kepentingan PT Pertamina EP yang pemenuhan haknya
bergantung pada pelaksanaan dari Putusan Perkara BANI Nomor

ne
ng
397/2011 yang bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengikat para pihak (vide Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase);
3. Apabila Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 dinyatakan tidak

do
gu sah,tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, dan/atau dinyatakan
tidak dapat dilaksanakan (non-executable) oleh Pengadilan Negeri

In
A
Jakarta Selatan, maka hak dan kepentingan PT Pertamina EP yang
timbul dari Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 tersebut akan
ah

lik
dirugikan; dan
4. Dinyatakannya Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
17 Eks.ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012 tidak mempunyai
am

ub
kekuatan hukum dan tidak dapat dilaksanakan (non executable) oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan akan meniadakan hak-hak PT
ep
Pertamina EP yang timbul dari Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011;
k

Atas hal tersebut, kiranya jelas bahwa PT Pertamina EP (Pemohon


ah

Arbitrase) merupakan pihak yang berkepentingan atas Putusan Perkara


R

si
BANI Nomor 397/2011 dan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor 17.Eks ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012 yang menjadi

ne
ng

obyek dari tuntutan Penggugat dalam petitum Gugatannya. Oleh karena itu,
sudah selayaknya apabila PT Pertamina EP untuk turut ditarik sebagai pihak

do
gu

dalam gugatan Penggugat.


14. Sehubungan dengan hal tersebut, hukum acara perdata Indonesia
In
menyatakan secara tegas bahwa suatu gugatan harus diajukan dengan
A

pihak yang cukup. Gugatan harus menarik pihak-pihak secara lengkap untuk
kepentingan penyelesaian perkara secara tuntas dan menyeluruh. Hal ini
ah

lik

sebagaimana yang dinyatakan oleh M. Yahya Harahap,S.H., dalam bukunya


yang berjudul Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,
m

ub

Penyitaan,Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Penerbit Sinar Grafika,


cetakan kedelapan, 2008, halaman 439, sebagai berikut:
ka

“c). Exceptio plurium litis consortium.


ep

Alasan pengajuan eksepsi ini, yaitu apabila orang yang ditarik sebagai
ah

Tergugat tidak lengkap. Atau orang yang bertindak sebagai Penggugat tidak
R

lengkap. Masih ada orang yang harus ikut dijadikan sebagai Penggugat
es

atau tergugat, baru sengketa yang dipersoalkan dapat diselesaikan secara


M

ng

tuntas dan menyeluruh.”


on

Hal. 18 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
15. Selaras dengan doktrin hukum M. Yahya Harahap, S.H., tersebut, Lilik

si
Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata Menurut Teori
dan Praktek Peradilan Indonesia, Penerbit: Djambatan, Edisi Revisi,

ne
ng
Jakarta,2002, halaman 139, menyatakan sebagai berikut:
“Eksepsi plurium litis consortiu yaitu eksepsi Tergugat/Para Tergugat atau
Kuasanya yang menyatakan surat gugatan Penggugat/Para Penggugat atau

do
gu kuasanya harus ditolak karena mengandung cacat formal yaitu kurang
lengkapnya para pihak yang digugat.”

In
A
16. Lebih lanjut, terkait hal tersebut Ny. Retnowulan Sutantio, S.H., dalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek,
ah

lik
Penerbit CV Mandar Maju, Bandung, 1995, halaman 2, menyatakan sebagai
berikut:
“Dalam praktek istilah Turut Tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang
am

ub
tidak menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan
sesuatu, namun hanya demi lengkapnya suatu gugatan harus di
ep
ikutsertakan.”
k

17. Berdasarkan doktrin-doktrin para ahli huku tersebut di atas, jelas tidak
ah

ditariknya PT Pertamina EP sebagai pihak dalam gugatan ini menjadikan


R

si
gugatan Penggugat kurang pihak sehingga perkara perdata a quo tidak
dapat diselesaikan secara tuntas dan menyeluruh. Selain itu, tidak ditariknya

ne
ng

PT Pertamina EP sebagai pihak dalam gugatan a quo menyebabkan


gugatan Penggugat menjadi cacat formil karena kurang pihak (plurium litis

do
gu

consortium) dan oleh karenanya patut untuk dinyatakan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk verklaard). Hal ini sebagaimana yang dimaksud dalam
In
beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, antara lain
A

sebagai berikut:
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 938 K/Sip/1971
ah

lik

tanggal 4 Oktober 1972;


“Jual beli antara Tergugat dengan orang ketiga tidak dapat dibatalkan tanpa
m

ub

diikutsertakannya orang ketiga tersebut sebagai Tergugat dalam perkara.”


Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 938 K/Sip/1971
ka

tanggal 4 Oktober 1972;


ep

“Jual beli antara Tergugat dengan orang ketiga tidak dapat dibatalkan tanpa
ah

diikutsertakannya orang ketiga tersebut sebagai Tergugat dalam perkara.”


R

Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 151 K/Sip/1975


es

tanggal 13 Mei 1975;


M

ng

on

Hal. 19 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Bahwa oleh karena yang berhutang kepada Penggugat/Terbanding adalah

si
dua orang, seharusnya gugatan ditujukan kepada kedua orang tersebut,
bahwa karena gugatan tidak lengkap (yang digugatan hanya seorang)

ne
ng
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima;
Yurisprudensi Mahkmah Agung Republik Indonesia Nomor 45 K/Sip/1954
tanggal 9 Mei 1956;

do
gu “Gugatan A terhadap B agar jual beli antara B dan C dibatalkan tidak dapat
diterima karena C tidak digugat pula“

In
A
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 151 K/Sip/1972
tanggal 13 Mei 1975;
ah

“Bahwa karena yang berhutang kepada Penggugat/Terbanding adalah dua

lik
orang, seharusnya gugatan ditujukan kepada kedua orang tersebut.”
“Bahwa oleh karena gugatan tidak lengkap (yang digugat hanya seorang)
am

ub
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima.”
Yurisprudensi Mahkah Agung Republik Indonesia Nomor 2438 K/Sip/1980
ep
tanggal 23 Maret 1982:
k

“Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena tidak semua ahli
ah

waris turut sebagai pihak dalam perkara”;


R

si
18. Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa gugatan Penggugat telah
diajukan secara kurang pihak karena tidak menarik PT Pertamina EP yang

ne
ng

notabene merupakan pihak berkepentingan atas Putusan Perkara BANI


Nomor 397/2011 dan Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

do
gu

17 Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012, sebagai pihak dalam


gugatan a quo. Selain itu, tidak ditariknya PT Pertamina EP dalam gugatan a
In
quo pun akan menyebabkan perkara a quo tidak dapat diselesaikan secara
A

tuntas dan menyeluruh. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika Majelis
Hakim yang memeriksa dan memutus perkara perdata a quo menyatakan
ah

lik

gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) karena


tersingkir oleh exceptio plurium litis consortium;
m

ub

IV Gugatan telah diajukan oleh Penggugat terlalu dini (prematur) exceptio


dilatoria;
ka

19. Melalui gugatannya, Penggugat menuntut agar Para Tergugat membayar


ep

ganti kerugian materiiil sejumlah USD 12.838.844,57 (dua belas juta delapan
ah

ratus tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat Dolar
R

Amerika Serikat dan lima puluh tujuh sen) kepada Penggugat. Hal ini
es

sebagaimana terlihat dalam Posita Nomor 15 dan Petitum Nomor 7 gugatan


M

ng

Penggugat, masing-masing sebagai berikut:


on

Hal. 20 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Posita Nomor 15 gugatan Penggugat:

R
“Bahwa

si
perbuatan melawan hukum Para Tergugat tersebut telah
mengakibatkan kerugian secara materiil dan immateriil bagi Penggugat yaitu:

ne
ng
Kerugian Materiil: yaitu sebesar USD 12,838,844,57 (dua belas juta delapan
ratus tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat Dolar
Amerika Serikat lima puluh tujuh sen);

do
gu Petitum Dalam Pokok Perkara Nomor 7 Gugatan Penggugat:
“Menghukum Para Tergugat untuk membayar seluruh kerugian yang dialami

In
A
Penggugat, kerugian materiil dan immateriil, dengan rincian kerugian
sebesar sebagai berikut:
ah

lik
- Kerugian Materiil: yaitu sebesar USD 12,838,844.57 (dua belas juta
delapan ratus tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat
Dolar Amerika Serikat lima puluh tujuh sen);
am

ub
20. Terkait tuntutan kerugian materiil Penggugat tersebut, Tergugat I s.d.
Tergugat III mohon akta kepada Penggugat untuk membuktikan bahwa
ep
dirinya adalah menderita kerugian materiil yang nyata (riil) sebagaimana
k

yang didalilkan Penggugat dalam gugatannya;


ah

21. Apabila tuntutan ganti rugi materiil yang dimohonkan oleh Penggugat
R

si
didasari Amar Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 yang menghukum
Penggugat untuk mengembalikan NSO tahun 2008 dan tahun 2009 sebesar

ne
ng

kepada PT Pertamina EP sejumlah USD 12,838,844.57 (dua belas juta


delapan ratus tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat

do
gu

Dolar Amerika Serikat dan lima puluh tujuh sen), maka gugatan Penggugat a
quo telah diajukan terlalu dini (premature) karena Penggugat sama sekali
In
belum memenuhi Amar Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 dengan
A

mengembalikan NSO tahun 2008 dan tahun 2009 kepada PT Pertamina EP


sejumlah USD 12,838,844,57 (dua belas juta delapan ratus tiga puluh
ah

lik

delapan ribu delapan ratus empat puluh empat Dolar Amerika Serikat dan
lima puluh tujuh sen);
m

ub

Dengan kata lain, Penggugat yang hingga saat ini belum melaksanakan
amar Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 sesungguhnya belum
ka

mengalami kerugian materiil sebagaimana yang ia dalilkan dalam


ep

gugatannya. Oleh karenanya, gugatan Penggugat yang menuntut ganti


ah

kerugian materiil sejumlah USD 12.838.844,57 (dua belas juta delapan ratus
R

tiga puluh delapan ribu delapan ratus empat puluh empat Dolar Amerika
es

Serikat dan lima puluh tujuh sen) tersebut belum dapat diterima (tertangguh)
M

ng

untuk diperiksa sengketanya di Pengadilan. Sehubungan dengan hal ini


on

Hal. 21 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kiranya patut disimak doktrin hukum M. Yahya Harahap, S.H., dalam

si
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, penerbit

ne
ng
Sinar Grafika, cetakan kedelapan, 2008, halaman 439, yang menyatakan
sebagai berikut:
“a. Exceptio dilatoria.

do
gu Disebut juga dilatoria exceptie, yang berarti:
- Gugatan Penggugat belum dapat diterima untuk diperiksa

In
A
sengketanya di Pengadilan, karena masih premature, dalam arti
gugatan yang diajukan masih terlampau dini;
ah

lik
- Tertundanya pengajuan gugatan disebabkan adanya faktor yang
menangguhkan, sehingga permasalahan yang hendak digugat belum
terbuka waktunya;
am

ub
22. Dengan belum adanya kerugian materiil yang dialami oleh Penggugat
sebagaimana didalilkan dalam posita dan petitum gugatannya, maka jelas
ep
gugatan a quo telah diajukan terlalu dini (premature) dan belum dapat
k

diterima (tertangguh) untuk diperiksa sengketanya dalam pemeriksaan


ah

perkara perdata a quo. Oleh karena itu, sudah selayaknya demi kepastian
R

si
hukum Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara perdata a quo
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

ne
ng

verklaard);
V. Gugatan Penggugat tersingkir karena masalah yang digugat telah

do
gu

diselesaikan melalui putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum


tetap (in kracht van gewijsde)-exceptio peremtoria.
In
23. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya dalam jawaban Tergugat I s.d
A

Tergugat III a quo, gugatan Penggugat menuntut agar Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan menyatakan Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 tidak
ah

lik

sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan tidak dapat dilaksanakan (non-
executable). Merujuk pada tuntutan Penggugat tersebut, maka pada
m

ub

hakikatnya gugatan Penggugat menuntut pembatalan suatu putusan


arbitrase (in casu Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011;
ka

24. Padahal Penggugat telah mengajukan permohonan pembatalan Putusan


ep

Perkara BANI Nomor 397/2011 ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang


ah

terdaftar dengan Nomor Register Perkara 680/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel., pada


R

tanggal 22 Desember 2011 (Bukti T I-s.d. T III-2);


es

Permohonan pembatalan putusan arbitrase yang diajukan Penggugat


M

ng

tersebut telah diperiksa dan diputus dengan berkekuatan hukum tetap (in
on

Hal. 22 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
krackt van gewijsde) melalui Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

si
Nomor 370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012 (Bukti TI s.d. TIII-3) jo.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 680/Pdt.G/2011/PN.

ne
ng
Jkt.Sel., tanggal 8 Maret 2012 (Bukti T I s.d. T III-4). Sehingga sengketa
pembatalan Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 pada faktanya telah
selesai diputus oleh pengadilan dan tidak dapat diperkarakan lagi;

do
gu 25. Terkait dengan tersingkirnya gugatan Penggugat ini, kiranya layak disimak
pendapat M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul Hukum

In
A
Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, penerbit Sinar Grafika, Cetakan Kedelapan, 2008,
ah

lik
halaman 458, sebagai berikut:
“b). Exceptio Peremptoria
Eksepsi yang berisi sangkalan, yang dapat menyingkirkan (set aside)
am

ub
gugatan karena masalah yang digugat tidak dapat diperkarakan.
.…Sedang pada exception peremptoria, sangkalan yang diajukan
ep
bertujuan untuk menyingkirkan gugatan. Karena apa yang digugat telah
k

tersingkir. Umpamanya apa yang digugat bersumber dari perjanjian yang


ah

telah hapus berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata. Misalnya, permasalahan


R

si
yang digugat telah dibayar, dikonsinyasi, diinovasi, dikompensasi, dan
sebagainya.”

ne
ng

Dari doktrin hukum M. yahya Harahap, S.H., tersebut di atas, jelas dengan
telah diputusnya sengketa pembatalan Putusan Perkara BANI Nomor

do
gu

397/2011 melalui Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor


370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012 (vide bukti TI s.d. TIII-3) jo.
In
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 680/Pdt.G/2011/PN.
A

Jkt.Sel., tanggal 8 Maret 2012 (vide bukti TI s.d. TIII-4) yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkrackt van gewijsde), maka gugatan Penggugat
ah

lik

yang pada hakikatnya meminta pembatalan Putusan Perkara BANI Nomor


397/2011 tidak dapat diperkarakan lagi dan selayaknya tersingkir (set
m

ub

aside) oleh exceptio peremptoria);


26. Adapun sengketa mengenai pembatalan putusan tersebut telah selesai
ka

diperiksa dan telah diputus dengan kekuatan hukum tetap oleh Pengadilan
ep

Negeri Jakarta Selatan melalui putusan Nomor 680/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel.,


ah

yang telah dikukuhkan oleh Putusan Mahkamah Agung Nomor 370


R

K/Pdt.Sus/2012, sehingga demi kepastian hukum, sudah seharusnya


es

perkara pembatalan putusan BANI tidak dapat lagi diperkarakan dan oleh
M

ng

on

Hal. 23 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karena itu gugatan harus dikesampingkan dan dinyatakan tidak dapat

si
diterima;
27. Berdasarkan uraian di atas, jelas kiranya bahwa sengketa mengenai

ne
ng
pembatalan Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 telah selesai diperiksa
dan telah diputus melalui Putusan Mahkmah Agung Republik Indonesia
Nomor 370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012 (vide bukti TI s.d. TIII-3) jo.

do
gu Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 680/Pdt.G/2011/PN.
Jkt.Sel., tanggal 8 Maret 2012 (vide bukti TI s.d. T III-4) yang telah

In
A
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Oleh karena itu, gugatan
Penggugat yang pada hakikatnya merupakan perkara pembatalan Putusan
ah

lik
Perkara BANI Nomor 397/2011 tidak dapat diperkarakan lagi karena telah
selesai;
Dengan demikian, gugatan Penggugat yang menuntut agar Pengadilan
am

ub
Negeri Jakarta Selatan menyatakan Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011
tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan tidak dapat dilaksanakan
ep
(non-executable), sudah selayaknya tersingkir (set aside) oleh exceptio
k

peremptoria dan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard)


ah

oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara perdata a quo;
R

si
VI. Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas exceptio obscuur libel;
A. Penggugat telah mencampuradukkan antara gugatan perbuatan

ne
ng

melawan hukum, permohonan pembatalan putusan arbitrase dan


gugatan perlawanan atas penetapan eksekusi Ketua Pengadilan Negeri

do
gu

Jakarta Selatan;
28. Dalam gugatannya, Penggugat telah mencampuradukan antara gugatan
In
perbuatan melawan hukum, permohonan pembatalan putusan arbitrase, dan
A

gugatan perlawanan atas penetapan eksekusi Ketua Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan. Hal ini terlihat dari dalil-dalil yang dinyatakan Penggugat
ah

lik

dalam gugatannya, sebagai berikut:


1. Gugatan perbuatan melawan hukum
m

ub

Posita Nomor 14 gugatan Penggugat;


“Bahwa tindakan Tergugat I,II,III dan IV sebagaimana diuraikan pada
ka

posita 9 s.d. 13 tersebut di atas nyata-nyata telah melakukan perbuatan


ep

melawan hukum yang merugikan Penggugat sebagaimana dimaksud


ah

dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi:


R

“Setiap perbuatan melawan hukum, yang oleh karenanya menimbulkan


es

kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya


M

ng

menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut;


on

Hal. 24 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Maka oleh karena itu sudah sepatutunya terhadap Para Tergugat

si
tersebut diatas haruslah dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan
hukum,”

ne
ng
Petitum Dalam Pokok Perkara Nomor 2 gugatan Penggugat;
“Menyatakan Tergugat I, II, III dan IV terbukti telah melakukan perbuatan
melawan hukum.”

do
gu Merujuk pada posita dan petitum gugatan Penggugat tersebut di atas,
terlihat Penggugat mendalilkan adanya suatu perbuatan melawan hukum

In
A
yang dilakukan oleh Para Tergugat sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek. Namun demikian, lebih lanjut
ah

lik
dalam gugatannya Penggugat pun mengajukan permohonan pembatalan
putusan arbitrase sebagaimana akan diuraikan Tergugat selanjutnya;
2. Permohonan pembatalan putusan arbitrase;
am

ub
Posita Nomor 16 gugatan Penggugat:
“Bahwa oleh karena Para Tergugat dinyatakan telah melakukan
ep
perbuatan melawan hukum dan Putusan Perkara Nomor 397/V/ARB-
k

BANI/2011 tanggal 21 November 2011 dikualifikasikan melanggar


ah

hukum, maka sudah sepatutnya Putusan Badan Arbitrase Indonesia


R

si
Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 tersebut
haruslah dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum;

ne
ng

Petitum Dalam Pokok Perkara Nomor 3 gugatan Penggugat:


“Menyatakan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor

do
gu

397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah tidak sah dan


tidak mempunyai kekuatan hukum;
In
Merujuk pada petitum gugatan Penggugat tersebut di atas, terlihat
A

Penggugat menuntut agar Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011


dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Padahal,
ah

lik

suatu putusan arbitrase barulah dapat tidak memiliki kekuatan hukum


apabila putusan arbitrase tersebut dibatalkan melalui permohonan
m

ub

pembatalan putusan arbitrase berdasarkan ketentuan Pasal 70 Undang-


Undang Arbitrase, sebagai berikut:
ka

“Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan


ep

pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur


ah

sebagai berikut:
R

b. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah


es

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;


M

ng

on

Hal. 25 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

si
menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau
d. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah

ne
ng
satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
Berdasarkan hal tersebut, jelas pada hakikatnya tuntutan Penggugat
dalam gugatannya yang meminta agar Putusan Perkara BANI Nomor

do
gu 397/2011 dinyatakan tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat merupakan permohonan pembatalan putusan arbitrase

In
A
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 70 Undang-Undang
Arbitrase;
ah

lik
Lebih lanjut, selain dasar gugatan perbuatan melawan hukum dan
permohonan pembatalan putusan arbitrase di atas, Penggugat pun telah
mencampuradukkan gugatannya dengan gugatan perlawanan atas
am

ub
penetapan eksekusi pengadilan;
3. Gugatan Perlawanan;
ep
Posita Nomor 18 gugatan Penggugat:
k

“Bahwa terhadap putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor


ah

397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 telah di keluarkan


R

si
penetapan aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor 17/Eks.ARB/PN.Jkt.Sel., tanggal 8 Oktober 2012;

ne
ng

Petitum Dalam Pokok Perkara Nomor 5 gugatan Penggugat:


“Menyatakan penetapan aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri

do
gu

Jakarta Selatan Nomor 17 Eks. Eks,ARB/2012/PN.Jkt.Sel., tanggal 8


Oktober 2012 sebagai wujud tindak lanjut dari pelaksanaan putusan
tersebut adalah tidak mempunyai kekuatan hukum dan non eksekutabel.”
In
A

Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 17 Eks.ARB/2012/


PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Oktober 2012 dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan
ah

lik

sebagai bagian dari pelaksanaan (eksekusi) dari Putusan Perkara BANI


Nomor 397/2011 (vide ketentuan Pasal 61 dan Pasal 64 Undang-
m

ub

Undangan Arbitrase). Adapun upaya hukum atas pelaksanaan (eksekusi)


dari Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011 adalah gugatan perlawanan
ka

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 195 ayat (6) dari Het
ep

Herziene Indonesia Reglement (“HIR”), sebagai berikut:


ah

“Jika pelaksanaan keputusan itu dilawan, juga perlawanan itu dilakukan


R

oleh orang lain yang mengakui barang yang disita itu sebagai miliknya,
es

maka hal itu serta segala perselisihan tentang upaya paksa yang
M

ng

on

Hal. 26 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
diperintahkan itu, diajukan kepada dan diputuskan oleh Pengadilan

R
Negeri yang dalam daerah hukumnya harus dilaksanakan keputusan itu“

si
Atas hal tersebut, posita dan petitum gugatan Penggugat yang pada

ne
ng
intinya menuntut agar Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor 17 Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Oktober 2012 dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak dapat dilaksanakan (non-

do
gu executable) merupakan bentuk dari suatu gugatan perlawanan atas
perlaksanaan (eksekusi) Putusan Perkara BANI Nomor 397/2011

In
A
sebagaimana diaksud dalam Pasal 195 ayat (6) HIR;
29. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Penggugat telah mencampur
ah

lik
adukan antara gugatan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 Burgerlijk
Wetboek), permohonan pembatalan putusan arbitrase (Pasal 70 Undang-
Undang Arbitrase), dengan gugatan Perlawanan (Pasal 195 ayat (6) HIR)
am

ub
dalam gugatan a quo. Tindakan pencampuradukan gugatan oleh Penggugat
tersebut telah mengakibatkan gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas
ep
(onduidelijk). Oleh karena itu, sudah selayaknya jika Majelis Hakim
k

menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk


ah

verklaard);
R

si
B. Penggugat tidak menguraikan secara konkret unsur-unsur perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I s.d. Tergugat III dalam

ne
ng

gugatannya;
30. Dalam gugatannya, Penggugat tidak menguraikan secara konkret unsur-

do
gu

unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I s.d.


Tergugat III dan langsung menyimpulkan (ju to conclusion) bahwa perbuatan
In
Tergugat I s.d. Tergugat III merupakan perbuatan melawan hukum yang
A

telah merugikan Penggugat;


Padahal untuk menggugat subjek hukum berdasarkan perbuatan melawan
ah

lik

hukum, maka Penggugat harus menguraikan 4 (empat) unsur perbuatan


melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 1365
m

ub

Burgerlijk Wetboek Jo. Arrest Hoge Raad 31 Januari 1999 dalam perkara
Cohen vs. Lindenbaum, serta berdasarkan doktrin hukum yang dikemukakan
ka

oleh R. Setiawan, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pokok-pokok Hukum


ep

Perikatan, Cetakan Kelima, penerbit Binacipta Bandung, 1994 halaman 75


ah

s.d. 76, sebagai berikut:


R

1. adanya suatu perbuatan yang melanggar suatu hak hukum orang lain,
es

atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat, atau


M

ng

on

Hal. 27 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bertentangan dengan kesusilaan atau kepatutan dalam pergaulan hidup

si
dalam masyarakat perihal memperhatikan kepentingan orang lain;
2. adanya kesalahan pada diri si Pembuat;

ne
ng
3. adanya kerugian pada diri Penggugat, dan
4. adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara perbuatan si Pembuat
dengan kerugian yang timbul.

do
gu Unsur-unsur perbuatan melawan hukum tersebut adalah bersifat
kumulatif, sehingga dengan tidak dipenuhinya salah satu dari unsur

In
A
tersebut, maka suatu perbuatan tidak dapat dinilai sebagai perbuatan
melawan hukum;
ah

lik
31. Oleh karena Penggugat tidak dapat menguraikan secara konkret perbuatan
melawan hukum yang dilakukan Tergugat I s.d. Tergugat III, maka gugatan
Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
am

ub
verklaard). Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 492 K/Sip/1970 tanggal 21 November 1970, yang
ep
menyatakan sebagai berikut:
k

“Gugatan tidak sempurna, karena tidak menyebutkan dengan jelas apa yang
ah

dituntut, harus dinyatakan tidak dapat diterima, seperti halnya dalam perkara
R

si
ini dituntutkan ….. agar dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum
segala perbuatan Tergugat terhadap penggugat dengan tidak menyebutkan

ne
ng

perbuatan-perbuatan yang mana”;


32. Berdasarkan uraian tersebut, maka dengan tidak diuraikannya secara

do
gu

konkret unsure-unsur kumulatif perbuatan melawan hukum berdasarkan


ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek Jo. Arrest Hoge Raad 31 Januari
In
1999 dalam perkara Cohen vs. Lindenbaum, sebagaimana yang
A

dikemukakan oleh R. Setiawan, S.H., jelas gugatan Penggugat terkualifikasi


sebagai gugatan kabur dan tidak jelas (onduidelijk). Sehingga, sudah
ah

lik

selayaknya jika gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (niet


ontvankelijk verklaard), karena telah terbantahkan oleh exceptio obscuur
m

ub

libel;
Bahwa berdasarkan eksepsi-eksepsi:
ka

1. Gugatan Penggugat tidak berdasarkan hukum-exceptie onrechtmatig of


ep

ongegrond;
ah

2. Gugatan Penggugat salah pihak-exceptie error in persona;


R

3. Gugatan Penggugat kurang pihak karena tidak menarik PT Pertamina EP


es

sebagai pihak dalam gugatan-exceptio plurium litis consortium;


M

ng

on

Hal. 28 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Gugatan telah diajukan oleh Penggugat terlalu dini (prematur)- exceptio

si
dilatoria;
5. Gugatan Penggugat tersingkir karena masalah yang digugat telah

ne
ng
diselesaikan melalui putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap (inkracht van gewijsde)-exceptio peremptoria; dan
6. Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas-exceptio obscuur libel;

do
gu Maka Tergugat I s.d. Tergugat III mohon agar Majelis Hakim yang
memeriksa dan memutus perkara perdata ini menyatakan gugatan

In
A
Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);
Namun demikian, apabila Majelis Hakim perkara perdata ini memutuskan
ah

lik
untuk menerima gugatan Penggugat, maka tanpa mengurangi makna-
makna maupun dalil-dalil yang telah Tergugat I s.d. Tergugat III uraikan
dalam bagian eksepsi di atas, maka dengan ini Tergugat I s.d. Tergugat III
am

ub
akan membantah gugatan Penggugat dalam jawaban bagian pokok perkara
sebagai berikut :
ep
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
k

telah mengambil putusan, yaitu Putusan Nomor 652/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel.


ah

tanggal 4 Juli 2013 yang amarnya sebagai berikut:


R

si
Dalam Provisi
- Menolak permohonan putusan provisi untuk seluruhnya;

ne
ng

Dalam Eksepsi
- Menolak eksepsi Para Tergugat untuk seluruhnya;

do
gu

Dalam Pokok Perkara


1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagaian;
In
2. Menyatakan Tergugat I, II, III dan IV terbukti telah melakukan perbuatan
A

melawan hukum;
3. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
ah

lik

397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah tidak sah dan


tidak mempunyai kekuatan hukum;
m

ub

4. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor


397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 adalah non eksekutabel;
ka

5. Menyatakan Penetapan Aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta


ep

Selatan Nomor 17 Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel.,tanggal 8 November 2012


ah

sebagai wujud tindak lanjut dari pelaksanaan putusan tersebut adalah tidak
R

mempunyai kekuatan hukum dan non eksekutabel;


es
M

ng

on

Hal. 29 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar

si
kerugian immaterial yang dialami Penggugat sebesar Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah);

ne
ng
7. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp1.016.000,00 (satu juta
enam belas ribu rupiah);

do
gu 8. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya;
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Para

In
A
Tergugat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan
Tinggi Jakarta dengan Putusan Nomor 576/Pdt/2013/PT.DKI. tanggal 27 Januari
ah

lik
2014;
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
Tergugat IV/Pembanding II pada tanggal 27 Februari 2014, dan kepada
am

ub
Tergugat I s.d. III/Para Pembanding pada tanggal 12 Maret 2014, kemudian
terhadapnya oleh Tergugat IV/Pembanding II dan Tergugat I s.d. III/Para
ep
Pembanding, dengan perantaraan kuasanya, masing-masing berdasarkan Surat
k

Kuasa Khusus tanggal 3 Maret 2014 dan tanggal 24 Maret 2014 diajukan
ah

permohonan kasasi sebagaimana ternyata dari Akta Pernyataan Permohonan


R

si
Kasasi Nomor 652/Pdt.G/2012/PN. Jkt.Sel. dan Nomor 652/Pdt.G/2012/PN.
Jkt.Sel. tanggal 25 Maret 2014, yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri

ne
ng

Jakarta Selatan, permohonan mana diikuti dengan memori kasasi yang memuat
alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut

do
gu

masing-masing pada tanggal 21 Maret 2014 dan tanggal 7 April 2014;


Bahwa memori kasasi dari Pemohon Kasasi I/Tergugat IV/Pembanding II
In
dan Pemohon Kasasi II/Tergugat I s.d. III/Pembanding I tersebut telah
A

diberitahukan kepada Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding pada tanggal 14


April 2014;
ah

lik

Bahwa kemudian Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding mengajukan


jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
m

ub

Jakarta Selatan pada tanggal 28 April 2014;


Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
ka

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam


ep

tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka
ah

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima;


R

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi


es

I/Tergugat IV/Pembanding II dan Para Pemohon Kasasi II/Tergugat I s.d.


M

ng

III/Para Pembanding I dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya


on

Hal. 30 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagai berikut:

si
Alasan kasasi Pemohon Kasasi I/Tergugat IV/Pembanding II:
Bahwa pada prinsipnya, alasan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi a quo

ne
ng
bertitik-tolak dari ketentuan yang digariskan Pasal 30 ayat (1) huruf b Undang-
Undang Mahkamah Agung yakni putusan Judex Facti di atas, salah
menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku:

do
gu 1. Judex Facti telah salah dan keliru dalam menerapkan ketentuan Pasal 44
ayat (2) Undang-Undang arbitrase;

In
A
Yang Mulia Majelis Hakim Agung,
Dalam putusan Pengadilan Negeri (vide halaman 111 alinea ke-1 dan
ah

lik
halaman 112 alinea ke-3), Judex Facti memberikan pertimbangan hukum
sebagai berikut:
“Menimbang bahwa dari kedua fakta tersebut di atas yang apabila
am

ub
diperbandingkan satu sama lain maka diperoleh fakta hukum perkara
Nomor 397/Arb-BANI/2011 telah diputus dengan verstek melampaui dari
ep
masa waktu yang ditentukan dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
k

Nomor 30 Tahun 1999 yaitu 10 (sepuluh) hari”.


ah

“Menimbang bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan di atas bahwa


R

si
Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah terbukti membuat keputusan
Nomor 397/V/Arb-BANI/2011 yang bertentangan dengan ketentuan Pasal

ne
ng

44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dan karenanya


beralasan hukum bila Tergugat I s.d. Tergugat III dinyatakan melakukan

do
gu

perbuatan melawan hukum”;


Berarti dari pertimbangan di atas, Judex Facti menganggap bahwa Majelis
In
Arbiter telah melakukan pelanggaran Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
A

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa (“UU Arbitrase”).
ah

lik

Bahwa pertimbangan hukum di atas merupakan pertimbangan hukum Judex


Facti yang salah dan keliru, dengan alasan sebagai berikut:
m

ub

1.1. Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase mengatur dua norma


hukum;
ka

Bahwa bunyi Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase


ep

selengkapnya adalah sebagai berikut:


ah

“Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima


R

Termohon dan tanpa alasan sah Termohon juga tidak datang


es

menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa


M

ng

on

Hal. 31 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hadirnya Termohon dan tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya,

si
kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum.”
Bahwa dari bunyi ketentuan Pasal 44 ayat (2) di atas, jelas bahwa

ne
ng
pembuat undang-undang telah mengatur dua norma hukum berbeda
yang terbagi dalam dua frase kalimat:
a. Norma hukum yang terkait dengan kelanjutan perkara:

do
gu ` “Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima
Termohon dan tanpa alasan sah Termohon juga tidak datang

In
A
menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan
tanpa hadirnya Termohon”;
ah

lik
dan
b. Norma hukum yang terkait dengan isi putusan:
“tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan
am

ub
tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum”;
1.1.1. Norma hukum tentang kelanjutan pemeriksaan perkara;
ep
Sekiranya undang-undang arbitrase menentukan bahwa untuk
k

sahnya proses pemeriksaan arbitrase, mesti dihadiri oleh para


ah

pihak, maka:
R

si
- Ketentuan yang demikian tentunya dapat dimanfaatkan oleh
pihak Termohon yang beritikad tidak baik untuk menggagalkan

ne
ng

pemeriksaan perkara;
- Setiap kali yang bersangkutan dipanggil menghadap sidang,

do
gu

yang bersangkutan tidak menaatinya dengan maksud untuk


menghambat pemeriksaan dan penyelesaian perkara;
In
Guna menghindari terjadinya situasi yang demikian, pembuat
A

undang-undang telah dengan jelas dan tegas meletakkan norma


hukum kelanjutan pemeriksaan perkara melalui Pasal 44 ayat (2)
ah

lik

Undang-Undang Arbitrase, yaitu dalam frase: “Paling lama 10


(sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima termohon dan
m

ub

tanpa alasan sah Termohon juga tidak datang menghadap di muka


persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya
ka

Termohon”;
ep

Dari bunyi pengaturan di atas, jelas bahwa:


ah

- Undang-undang memerintahkan arbiter agar apabila “10


R

(sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima Termohon


es

dan tanpa alasan sah Termohon juga tidak datang”, maka


M

ng

“pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya Termohon”;


on

Hal. 32 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Dengan demikian sangat jelas bahwa batas waktu yang

R
“paling lama 10

si
diberikan undang-undang hari setelah
pemanggilan kedua diterima Termohon dan tanpa alasan sah

ne
ng
Termohon juga tidak datang”, adalah batas waktu kelanjutan
pemeriksaan perkara, yang mewajibkan arbiter untuk dalam
waktu “paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua diterima

do
gu Termohon dan tanpa alasan sah Termohon juga tidak datang”
terus/tetap memeriksa perkara tanpa hadirnya Termohon;

In
A
Bahwa norma hukum tentang kewajiban pemeriksaan perkara ini,
bertalian erat dengan norma hukum selanjutnya yang diletakkan
ah

lik
oleh pembuat undang-undang di Pasal yang sama (Pasal 44 ayat
(2) Undang-Undang Arbitrase), yaitu dalam frase berikutnya:
“tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan
am

ub
tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum”:
- Dalam kerangka logika iuris dan legis yang paling sederhana
ep
sekalipun, pasti muncul suatu pertanyaan yang sangat
k

mendasar:
ah

Bagaimana mungkin dapat diketahui suatu tuntutan “beralasan”


R

si
atau “berdasar hukum” apabila tidak dilakukan pemeriksaan
alasan dan dasar-dasar hukumnya terlebih dahulu secara

ne
ng

cermat?
- Padahal pemeriksaan perkara itu sendiri meliputi hal yang luas

do
gu

dan membutuhkan waktu yang cukup, untuk memeriksa


kesesuaian antara posita/argumentum petendi dan petitum
In
permohonan arbitrase, baik dengan bukti-bukti dan saksi-saksi
A

yang diajukan, maupun dengan peraturan hukum yang berlaku;


- Sedangkan bilamana kita mengikuti alur pemikiran Judex Facti
ah

lik

yang berpendapat bahwa batas waktu 10 hari tersebut adalah


batas waktu dijatuhkannya putusan, maka berarti dapat
m

ub

disimpulkan bahwa Judex Facti menganggap perkara dapat


langsung diputus dalam jangka waktu 10 hari tersebut, tanpa
ka

perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yang cermat dan


ep

mendalam, atau dengan kata lain, menurut pendapat Judex


ah

Facti Majelis arbitrase dapat menjatuhkan putusan verstek


R

seadanya atau bahkan dengan mata tertutup??


es

- Lalu bagaimana apabila dalam jangka waktu 10 hari tersebut


M

ng

pemeriksaan belum selesai seluruhnya, apakah menurut


on

Hal. 33 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kerangka berpikir Judex Facti berarti Majelis Arbiter tetap harus

si
menjatuhkan putusan seadanya demi mengejar batas waktu itu,
meskipun menciderai rasa keadilan dan kepatutan?

ne
ng
Yang Mulia Majelis Hakim Agung,
Tentu bukan hal sedemikian yang dimaksud oleh pembuat undang-
undang dalam merumuskan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-

do
gu Undang Arbitrase;
Bahwa pembenaran terhadap konstruksi logika hukum yang diambil

In
A
Judex Facti terkait penerapan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
Arbitrase, dapat dipastikan akan melukai rasa keadilan dalam
ah

lik
masyarakat, menciptakan kekacauan hukum (legal chaos),
membuka pintu perilaku kesewenang-wenanganan dan justru
bertentangan dengan norma hukum yang diatur oleh Pasal 44 ayat
am

ub
(2) itu sendiri;
1.1.2. Norma hukum tentang isi putusan;
ep
Bahwa terhadap ketidakhadiran Termohon, Pasal 44 ayat (2)
k

selanjutnya mengatur: “...tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya,


ah

kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum”:


R

si
- Bahwa pada rumusan frase di atas, pembuat undang-undang
merasa perlu untuk memberikan batasan bagi arbiter dalam

ne
ng

mengabulkan seluruhnya tuntutan (secara verstek);


- Dalam hal Termohon Arbitrase tetap tidak hadir, memang

do
gu

tuntutan dapat dikabulkan seluruhnya, namun pengabulan


tersebut harus beralasan dan berdasar hukum;
In
Oleh karena itu, pembuat undang-undang merasa perlu untuk
A

membatasi dengan cara meletakkan frase “pemeriksaan akan


diteruskan” di depan atau sebelum frase “tuntutan Pemohon
ah

lik

dikabulkan seluruhnya”, karena terkait dengan pemeriksaan


“alasan” dan “dasar hukum” yang diajukan oleh Pemohon.
m

ub

1.2. Kerugian Termohon Kasasi/Penggugat tidak memiliki hubungan


kausal dengan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
ka

Arbitrase, karena diakibatkan oleh ulahnya sendiri yang dilakukan


ep

secara sadar & sengaja;


ah

Bahwa pada prinsipnya, setiap pemeriksaan perkara arbitrase di


R

BANI mulai dari proses awal sampai akhir, dilakukan secara


es

transparan (disclosure) dan dengan proses secara adversarial atau


M

ng

contradictoir dengan cara memanggil dan memberi kesempatan


on

Hal. 34 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
seluas-luasnya bagi para pihak yang bersengketa untuk

R
mengajukan counter claim sesuai dengan asas “audi et alteram

si
partem”:

ne
ng
- Bahwa dalam proses arbitrase, terbukti telah dilakukan
pemanggilan secara patut dan wajar kepada Termohon
Kasasi/Penggugat selaku Termohon Arbitrase, bahkan sampai

do
gu dengan 3 (tiga) kali pemanggilan guna memberi kesempatan
yang lebih luas kepada Termohon Kasasi/Penggugat untuk

In
A
membela kepentingannya;
- Namun demikian, Termohon Kasasi/Penggugat selaku
ah

lik
Termohon Arbitrase ternyata telah dengan sengaja atau lalai,
tidak menyampaikan jawaban dan tidak pernah datang
menghadiri persidangan tanpa alasan yang sah.
am

ub
Bahwa atas adanya fakta hukum tersebut, Majelis Arbitrase tidak
langsung sekenanya menjatuhkan putusan, melainkan tetap
ep
melanjutkan pemeriksaan arbitrase tanpa kehadiran Termohon
k

Arbitrase (Termohon Kasasi/Penggugat) yang berujung pada


ah

putusan verstek:
R

si
a. Selanjutnya dalam perkara a quo, Termohon Kasasi/ Penggugat
secara menyesatkan (misleading) mendalilkan bahwa seolah-

ne
ng

olah terjadi kerugian pada dirinya akibat pelanggaran Pasal 44


ayat (2) Undang-Undang Arbitrase;

do
gu

b. Bahwa, kekacauan logika tersebut berlanjut dengan


dikabulkannya gugatan Penggugat/Termohon Kasasi oleh
In
Judex Facti:
A

- Bahwa dikabulkannya gugatan perkara a quo oleh Judex


Facti, adalah karena Judex Facti berpendapat putusan
ah

lik

verstek arbitrase yang lewat jangka waktunya seolah-olah


telah mengakibatkan kerugian bagi Penggugat/Termohon
m

ub

Kasasi;
- Bahwa pendapat Judex Facti tersebut benar-benar salah
ka

dan keliru, karena quad non Termohon Kasasi/ Penggugat


ep

mengalami kerugian, maka kerugian itu berasal dan


ah

bersumber dari ulah dan tindak kelalaian Termohon


R

Kasasi/Penggugat sendiri, yang mana kelalaian/keteledoran


es

tersebut dilakukannya secara sengaja dengan penuh


M

ng

kesadaran;
on

Hal. 35 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Apabila kemudian fakta hukum tersebut di atas dikaitkan

si
dengan syarat imperatif adanya hubungan kausal sebab-akibat
dalam perbuatan melawan hukum, maka jelas bahwa kerugian

ne
ng
tersebut bukan diakibatkan oleh tindakan Pemohon Kasasi
(BANI) ataupun Para Termohon Kasasi (Majelis Arbiter) yang
menjatuhkan putusan verstek arbitrase vide Pasal 44 ayat (2)

do
gu Undang-Undang Arbitrase, melainkan karena tindakan yang
dilakukan oleh Termohon Kasasi/Pengugat sendiri;

In
A
Selain itu, dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam
menjatuhkan putusan verstek yang secara implisit terkandung
ah

lik
dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase, maka dalam
perkara dimaksud Majelis Arbitrase juga tidak serta-merta
menjatuhkan putusan, melainkan tetap melanjutkan pemeriksaan
am

ub
perkara beserta alasan dan dasar hukum tuntutannya, meskipun
tanpa kehadiran termohon arbitrase (Termohon Kasasi/Penggugat a
ep
quo);
k

Dari seluruh uraian tersebut terbukti bahwa tidak ada satu pun
ah

perbuatan Majelis Arbitrase yang dapat digolongkan sebagai


R

si
perbuatan melawan hukum, sehingga putusan Judex Facti harus
dibatalkan;

ne
ng

2. Pengabulan tuntutan immateriil oleh Judex Facti, sama sekali tidak memiliki
dasar fakta dan dasar hukum, dan nyata merupakan putusan yang

do
gu

mengada-ada;
Bahwa dalam pertimbangan hukum Judex Facti vide Putusan Pengadilan
In
Negeri halaman 113 alinea ke-5 dan ke-6, dinyatakan sebagai berikut:
A

“Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi Budi Setyo Rahardjo


yang didengar keterangannya dibawah sumpah pada pokoknya
ah

lik

menerangkan bahwa antara Lekom Maras Pangabuan, Inc. dengan PT.


Pertamina EP ada kerjasama kontrak JOB. Namun dengan adanya putusan
m

ub

dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia mengenai JOB yang berat sebelah
mengakibatkan Lekom Maras Pangabuan, Inc. mengalami kerugian besar
ka

dan tidak dapat dinilai dengan uang”;


ep

“Menimbang bahwa dari keterangan saksi tersebut dapat ditarik kesimpulan


ah

bahwa dengan adanya keputusan Para Tergugat yang ternyata melanggar


R

hukum mengakibatkan kerugian immateriil bagi Penggugat yang sangat


es

besar. Namun untuk terciptanya kepastian hukum dengan


M

ng

mempertimbangkan nama besar Penggugat sebagai perusahaan nasional,


on

Hal. 36 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
maka adalah patut dan wajar bila Para Tergugat dihukum untuk mengganti

si
kerugian immateriil kepada Penggugat sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)”;

ne
ng
Yang Mulia Majelis Hakim Agung;
Bahwa dikabulkannya tuntutan ganti kerugian immateriil yang dijatuhkan
oleh Judex Facti sebagaimana pertimbangan hukum di atas, ternyata sama

do
gu sekali tidak dilandasi oleh dasar fakta dan dasar hukum:
a. Mengenai keterangan saksi:

In
A
Bahwa pengabulan tuntutan immateriil oleh Judex Facti, didasarkan
pada keterangan saksi Budi Setyo Rahardjo yang seolah-olah
ah

lik
menerangkan adanya kerugian besar yang dialami oleh Lekom Maras
Pangabuan, Inc (Termohon Kasasi/Penggugat) akibat putusan
arbitrase:
am

ub
- Mohon dicermati keterangan saksi Budi Setyo Raharjo dalam
persidangan, yang dimuat dalam Putusan Pengadilan Negeri halaman
ep
81–82;
k

- Bahwa dalam persidangan a quo, yang bersangkutan tidak pernah


ah

sekali pun menyebutkan atau memberikan keterangan tentang


R

si
adanya kerugian yang dialami Penggugat/Termohon Kasasi.
b. Mengenai Putusan Arbitrase:

ne
ng

Bahwa pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri menyatakan:


“..dari keterangan saksi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

do
gu

dengan adanya keputusan Para Tergugat yang ternyata melanggar


hukum mengakibatkan kerugian immaterial bagi Penggugat yang sangat
besar”:
In
A

- Sedangkan fakta hukum dari keterangan saksi ybs (vide Putusan


Pengadilan Negeri halaman 81) menyebutkan bahwa ybs bekerja
ah

lik

sebagai pegawai di Lekom Maras Pangabuan, Inc. (Termohon


Kasasi/Penggugat) hanya dari tahun 2004 s.d. 2009;
m

ub

- Dikaitkan dengan fakta hukum lain bahwa perkara arbitrase


diajukan, diperiksa dan diputus pada tahun 2011, maka timbul
ka

pertanyaan: dari manakah Judex Facti mendapat ilham/menarik


ep

kesimpulan bahwa saksi menerangkan tentang kerugian besar


ah

Penggugat/Termohon Kasasi akibat adanya putusan arbitrase?


R

- Bahkan saksi itu sendiri, tidak pernah menerangkan hal demikian di


es

persidangan;
M

ng

on

Hal. 37 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Mengenai Lekom Maras Pangabuan, Inc. (Termohon Kasasi/

si
Penggugat) sebagai perusahaan nasional:
Bahwa pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri menyatakan:

ne
ng
“...dengan mempertimbangkan nama besar Penggugat sebagai
perusahaan nasional, maka adalah patut dan wajar bila Para Tergugat
dihukum untuk mengganti kerugian immateriil ...”:

do
gu - Patut dicermati kembali bahwa Penggugat/Termohon Kasasi adalah
suatu badan hukum yang bernama Lekom Maras Pangabuan, Inc;

In
A
- Dari nama Penggugat/Termohon Kasasi, semestinya Judex Facti
sudah dapat menyimpulkan bahwa Penggugat/Termohon Kasasi
ah

lik
bukanlah perusahaan nasional, melainkan perusahaan
asing/multinasional yang berbentuk Incorporation/Incorporated.
Yang Mulia Majelis Hakim Agung,
am

ub
Bahwa dari hal-hal di atas, terbukti dengan sangat gamblang bahwa
pengabulan tuntutan immateriil oleh Judex Facti a quo:
ep
a. Ternyata didasari oleh pertimbangan hukum yang tidak jelas asal-
k

usulnya, mengada-ada, dan bahkan sama sekali tidak memenuhi


ah

prinsip beban pembuktian yang digariskan Pasal 163 HIR dan Pasal
R

si
1365 KUHPerdata;
b. Judex Facti menyebut bahwa pertimbangan hukumnya didasari oleh

ne
ng

keterangan Saksi Budi Setyo Raharjo, namun ternyata didapati


bahwa yang bersangkutan tidak pernah memberikan keterangan

do
gu

tentang kerugian dan putusan arbitrase seperti pertimbangan


hukum Judex Facti;
In
c. Dengan demikian, Putusan Judex Facti a quo harus dianggap
A

sebagai putusan yang tidak berdasar fakta (onrechtsfeitelijke


grond), tidak berdasar hukum (onrechtsgrond) dan karenanya
ah

lik

harus dibatalkan;
3. Pengabulan perkara a quo tanpa ikut menarik PT Pertamina EP sebagai
m

ub

pihak, berpotensi menimbulkan kerugian telak bagi Negara;


Bahwa dalam gugatan perbuatan melawan hukum a quo yang diajukan
ka

Termohon Kasasi/Penggugat telah menyentuh hak dan kepentingan hukum


ep

orang lain:
ah

- Bahwa persentuhan hak dan kepentingan hukum orang lain tersebut,


R

nyata-nyata terlihat baik dalam fundamentum petendi maupun petitum


es

gugat perbuatan melawan hukum a quo yang meminta agar putusan


M

ng

on

Hal. 38 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Arbitrase dinyatakan tidak sah, tidak berkekuatan hukum dan tidak

si
memiliki kekuatan eksekutorial (non executable);
- Bahwa dalam Putusan Arbitrase yang diminta untuk dinyatakan tidak

ne
ng
sah, tidak berkekuatan hukum dan tidak memiliki kekuatan eksekutorial
tersebut, terdapat kepentingan hukum PT Pertamina EP sebagai pihak
bersengketa (arbitrase), yang sangat erat keterkaitannya (innerlijke

do
gu samenhangen) dengan perkara a quo;
- Oleh karena PT Pertamina EP merupakan pihak dalam sengketa yang

In
A
telah diputus dalam Putusan Arbitrase tersebut, maka keikutsertaannya
dalam perkara a quo adalah keharusan menurut hukum acara, terlepas
ah

lik
dari sengketa apapun yang terjadi diantara kedua pihak tersebut;
- Karena sesuai dengan prinsip doelmatigheid rechts process (demi
kepentingan beracara) yang diamanatkan Pasal 8 Rv, masuknya
am

ub
PT Pertamina EP sebagai pihak dalam perkara a quo akan membawa
penyelesaian perkara a quo menjadi fair, tuntas dan menyeluruh;
ep
Yang Mulia Majelis Hakim Kasasi,
k

Sebagaimana telah diketahui khalayak, PT Pertamina EP merupakan anak


ah

perusahaan PT Pertamina (Persero) dimana PT Pertamina (persero)


R

si
bertindak selaku pemegang saham mayoritasnya;
Apabila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) jo. Pasal 4 ayat (1)

ne
ng

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Pasal 1 ayat


(5) jo. Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

do
gu

Keuangan Negara, maka:


- Pengabulan perkara a quo oleh Judex Facti, secara tidak langsung
In
berpotensi menimbulkan kerugian bagi Negara Republik Indonesia;
A

- Selanjutnya berdasarkan SEMA Nomor 3 Tahun 2001 tentang perkara-


perkara hukum yang perlu mendapat perhatian pengadilan, maka
ah

lik

kepentingan Negara sebagai pihak yang dirugikan semestinya


diperhatikan dan dilindungi;
m

ub

- Apalagi dalam perkara a quo, gugatan yang diajukan Penggugat/


Termohon Kasasi tidak memiliki landasan hukum atau tanpa alasan
ka

hukum yang sah, karena landasan pengajuannya didasari oleh


ep

rangkaian faktual kesalahan, kelalaian dan keteledoran Penggugat/


ah

Termohon Kasasi sendiri yang dilakukan dengan kesadaran penuh;


R

es
M

ng

on

Hal. 39 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Alasan kasasi Pemohon Kasasi II/Tergugat I s.d. III/Pembanding I:

si
A. Judex Facti tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus gugatan
Termohon Kasasi yang tunduk pada kompetensi absolut dari Badan

ne
ng
Arbitrase Nasional Indonesia.

1. Dalam uraian posita gugatannya, Termohon Kasasi telah

do
gu mempersengketakan mengenai haknya atas Non Shareable Oil (NSO)
yang diatur dalam enhanced oil recovery contract antara PT Pertamina

In
EP dengan Termohon Kasasi ("EOR Contract") (bukti Tl s.d. TIII-9). Hal
A
ini secara terang benderang dapat dilihat dalam halaman 7 s.d. halaman
8, Nomor 12 dan Nomor 13, bagian posita gugatan Termohon Kasasi,
ah

lik
yang menyatakan sebagai berikut:
“12. Bahwa selain itu juga, di dalam pertimbangan hukum putusannya
am

ub
Tergugat I, II dan III tidak mempertimbangkan bahwa perjanjian
antara Penggugat dengan PT Pertamina EP didasarkan pada join
operating body (JOB) yang mengatur kewenangan dan tanggung
ep
k

jawab. Di dalam JOB tersebut mengatur kewenangan dan


ah

tanggung jawab. Di dalam JOB tersebut mengatur tentang


R

si
kewajiban/tanggung jawab Penggugat terbatas dalam tehnikal dan
financial, sedangkan PT Pertamina EP mempunyai kewajiban/

ne
ng

tanggung jawab dalam bidang management. Tergugat I, II dan III


tidak juga mempertimbangkan adanya NSO Short Fail yang

do
berkaitan dengan NSO (non shareable operating) mengacu pada
gu

Decline Factor yang ditentukan didalam perjanjian antara PT


Pertamina EP dengan Penggugat, dan pertimbangan hukumnya
In
A

NSO 2008 dan 2009 hanya dikaitkan dengan masa berlaku EOR
dan rumusan Decline Factor. Hal ini bertentangan dengan fakta-
ah

lik

fakta sebagai berikut:


12.1 Bahwa untuk NSO tahun 2008 dan 2009 adalah tidak ada,
m

hal ini dibuktikan dengan tagihan-tagihan periode 2008 dan


ub

2009 yang dilakukan oleh Penggugat kepada PT Pertamina


ka

EP. Tagihan-tagihan tersebut dibayar secara penuh setelah


ep

mendapat persetujuan dari Management PT Pertamina EP,


dengan demikian tidak ada NSO 2008 dan 2009;
ah

12.2 Di RK & A tahun 2008 dan 2009 yang disetujui oleh


es

Penggugat dan PT Pertamina EP hanya ada kewajiban NSO


M

ng

Short fail yaitu Yaitu kewajiban hutang produksi yang tidak


on

Hal. 40 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tercapai sesuai dengan Exhibit E mengenai Production

si
Forecast dengan rumusan Decline Factor yang dilakukan
oleh kontraktor-kontraktor sebelum Penggugat;

ne
ng
13. Bahwa seandainya NSO tahun 2008 dan 2009 di pertimbangkan
dan dihitung haruslah didukung dengan faktor faktor sebagai
berikut:

do
gu - Perhitungan NSO 2008 dan 2009 dengan rumusan
perhitungan decline factor pada kondisi saat itu bukan pada

In
A
kondisi 14 yang lalu karena di dalam kurun waktu 1994 s/d
2008 banyak terdapat NSO short fall (kewajiban hutang
ah

lik
produksi yang tidak tercapai sesuai dengan Exhibit E
mengenai Production Forecast);
- Pembayaran untuk periode 2008 dan 2009 yang sdh
am

ub
disepakati tidak ada perhitungan NSO sehingga hasil produksi
merupakan SO yang telah terlanjur dibagi oleh Penggugat
ep
dengan PT Pertamina EP masing-masing 50%, Apabila ada
k

NSO maka harus ditentukan dan disepakati dahulu berapa


ah

besar NSO tersebut, setelah itu dikurangi lagi dengan cost


R

si
recovery yang telah di keluarkan oleh kontraktor. Penggugat
pada tahun 2009 dan 2009 masih dibebankan/untuk

ne
ng

membayar NSO short fall."


Permasalahan hukum mengenai Non Shareable Oil (NSO) ini pun diakui

do
gu

oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai pokok


persengketaan perkara a quo dalam Halaman 107 Putusan Pengadilan
In
Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, yang menyatakan sebagai
A

berikut:
“Menimbang, bahwa setelah mempelajari secara teliti dan saksama surat
ah

lik

gugatan, jawaban Tergugat, replik, duplik serta bukti-bukti yang diajukan


oleh para pihak berperkara, Majelis berpendapat bahwa yang menjadi
m

ub

pokok persengketaan para pihak adalah


1. ...
ka

2. ...
ep

3. Apakah Majelis Arbitrase yang memeriksa dan memutus perkara


ah

Nomor 397/V/ARB-BANI/2011, telah memberikan pertimbangan yang


R

tepat berkenaan Joint Operation Body (JOB) dan Non Shareable


es

Operating (NSO);"
M

ng

on

Hal. 41 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Padahal, permasalahan hukum mengenai Non Shareable Oil (NSO)

si
tersebut jelas merupakan pokok sengketa yang timbul dari EOR
Contract dan penyelesaiannya tunduk pada kompetensi absolut dari

ne
ng
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (in casu Turut Termohon Kasasi).
Hal ini sesuai dengan klausul arbitrase Pasal 12.2 EOR Contract (vide
Bukti Tl s.d. TIII-9) yang disepakati dan mengikat layaknya undang-

do
gu undang bagi PT Pertamina EP dan Termohon Kasasi;
Pasal 12.2 EOR Contract:

In
A
“12.2 Disputes, if any, arising between Pertamina and contractir relating
to this contract or the interpretation and performance of any of the
ah

lik
clauses of this contract, and which cannot be settled amicably,
shall be submitted to the decision of Indonesian Board of
Arbitration "BANI" (Badan Arbitrasi Nasional Indonesia)..."
am

ub
Terjemahan tersumpahnya adalah sebagai berikut:
"12.2 Jika ada perselisihan yang timbul antara dan kontraktor
ep
mengenai penafsiran dan pelaksanaan dari setiap Pasal dalam
k

kontrak ini, dan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah,


ah

maka perselisihan tersebut akan diajukan kepada Badan


R

si
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)..."
3. Oleh karena gugatan Termohon Kasasi pada hakikatnya

ne
ng

mempersengketakan mengenai Non Shareable Oil (NSO) yang terikat


dan tunduk pada klausul arbitrase dalam Pasal 12.2 EOR Contract,

do
gu

maka Badan Arbitrase Nasional Indonesia (in casu Turut Termohon


Kasasi) memiliki kompetensi absolut untuk memeriksa dan memutus
In
mengenai permasalahan hukum Non Shareable Oil (NSO). Dengan
A

demikian, Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Judex


Facti Pengadilan Tinggi Jakarta semestinya secara ex officio
ah

lik

menyatakan dirinya tidak berwenang secara absolut untuk memeriksa


dan memutus gugatan Termohon Kasasi yang pada hakikatnya
m

ub

mempermasalahkan mengenai non shareable oil (NSO);


Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 134 Het Herziene Indonesisch
ka

Reglement ("HIR") dan Pasal 11 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999


ep

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ("Undang-


ah

Undang Arbitrase") jo. Pasal 3 Undang-Undang Arbitrase, yang masing-


R

masing mengatur sebagai berikut:


es

Pasal 134 HIR:


M

ng

on

Hal. 42 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk kekuasaan

si
Pengadilan Negeri, maka setiap waktu dalam pemeriksaan perkara itu,
dapat diminta supaya Hakim menyatakan dirinya tidak berkuasa dan

ne
ng
Hakim pun wajib pula mengakuinya karena jabatannya."
Pasal 11 Undang-Undang Arbitrase:
“Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di

do
gu dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui
arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang-

In
A
undang ini."
Pasal 3 Undang-Undang Arbitrase:
ah

lik
"Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para
pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase."
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, dengan disepakatinya suatu
am

ub
perjanjian dengan klausul arbitrase (in casu Pasal 12.2 EOR Contract),
maka Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Judex Facti
ep
Pengadilan Tinggi Jakarta wajib menolak dan tidak akan campur tangan
k

di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui


ah

arbitrase:
R

si
4. Akan tetapi, alih-alih menolak gugatan Termohon Kasasi, Judex Facti
malah bertindak di luar kewenangannya dengan menerima gugatan

ne
ng

Termohon Kasasi yang pada hakikatnya mempersengketakan non


shareable oil (NSO) dan terikat dengan klausul arbitrase Pasal 12.2

do
gu

EOR Contract (vide bukti Tl s.d. T III- 9). Padahal, ketentuan Pasal 11
Undang-Undang Arbitrase telah secara tegas mewajibkan Pengadilan
In
Negeri untuk menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu
A

penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase. Bahkan


lebih jauh lagi di luar kewenangannya, Judex Facti secara tidak
ah

lik

berdasar hukum dan di luar mekanisme satu-satunya pembatalan


putusan arbitrase yang diatur dalam ketentuan Pasal 70 Undang-
m

ub

Undang Arbitrase, telah menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional


Indonesia Nomor 397/V/ARB-BAN1/2011 tanggal 21 November 2011
ka

("Putusan BANI Nomor 397/2011") tidak sah dan tidak mempunyai


ep

kekuatan hukum;
ah

Dengan demikian jelas bahwa Judex Facti telah melanggar ketentuan


R

Pasal 134 HIR dan Pasal 11 Undang-Undang Arbitrase jo. Pasal 3


es

Undang-Undang Arbitrase dengan bertindak di luar kewenangannya


M

ng

dalam memeriksa dan memutus perkara a quo;


on

Hal. 43 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Berdasarkan uraian tersebut, maka sudah selayaknya apabila Judex

si
Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia berpegang teguh pada
ketentuan Pasal 30 huruf a Undang-Undang Mahkamah Agung dengan

ne
ng
membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, untuk
kemudian mengadili sendiri perkara a quo dengan menyatakan lembaga

do
gu peradilan umum tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara a
quo, serta menyatakan gugatan Termohon Kasasi tidak dapat diterima

In
A
(niet ontvankelijk verklaard).
B.Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena telah keliru dalam
ah

lik
menafsirkan (legal misinterpretation) ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-
Undang Arbitrase.
6. Judex Facti telah salah menerapkan hukum karena telah keliru dalam
am

ub
menafsirkan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase.
Kesalahan penerapan hukum oleh Judex Facti ini sebagaimana dapat
ep
dilihat dalam Halaman 110 s.d. 112 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
k

Selatan Nomor 652/2012 yang dikuatkan oleh Judex Facti Pengadilan


ah

Tinggi Jakarta, sebagai berikut:


R

si
“Menimbang, bahwa dari pendapat ahli tersebut, Majelis menarik
kesimpulan bahwa suatu putusan arbitrase yang diputus dengan verstek

ne
ng

harus diputus paling lama 10 (sepuluh) hari sejak pemanggilan kedua


dan tuntutan dikabulkan seluruhnya kecuali bila tidak beralasan atau

do
gu

tidak berdasarkan hukum;


Menimbang, bahwa dari kedua fakta tersebut di atas, yang apabila
In
diperbandingkan satu sama lain maka diperoleh fakta hukum perkara
A

Nomor 397/ARB-BANI/2011, telah diputus dengan verstek melampaui


dari masa waktu yang ditentukan dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-
ah

lik

Undang Nomor 30 Tahun 1999 yaitu 10 (sepuluh) hari;


Menimbang, bahwa oleh karena secara nyata terbukti perkara Nomor
m

ub

397/ARB-BANI/2011 yang diputus dengan verstek melewati masa 10


(sepuluh) hari sejak pemanggilan sidang kedua tanggal 13 September
ka

2011, maka menurut hemat Majelis putusan tersebut telah melanggar


ep

ketentuan hukum yang berlaku;


ah

Menimbang, bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan di atas bahwa


R

Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah terbukti membuat


es

keputusan Nomor 397N/ARB-B ANI/2011 yang bertentangan dengan


M

ng

ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dan


on

Hal. 44 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karenanya beralasan hukum bila Tergugat I sampai Tergugat III

si
dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum;"
7. Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah salah dengan

ne
ng
berkesimpulan bahwa Perkara Arbitrase Nomor 397A//ARB-BANI/2011
("Perkara BANI Nomor 397/2011") seharusnya diputus dengan putusan
verstek dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan

do
gu kedua diterima oleh Termohon Kasasi (Termohon Arbitrase) dan
Termohon Kasasi (Termohon Arbitrase) tetap tidak datang menghadap

In
A
di muka persidangan tanpa alasan yang sah;
8. Ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase sesungguhnya
ah

lik
memberikan kewenangan kepada Para Pemohon Kasasi selaku Majelis
Arbitrase Perkara BANI Nomor 397/2011 untuk meneruskan
pemeriksaan perkara tanpa kehadiran Termohon Arbitrase (in casu
am

ub
Termohon Kasasi), dan bukan merupakan batas waktu untuk memutus
perkara yang sedang diperiksa. Hal ini sebagaimana dapat dilihat
ep
secara jelas dalam rumusan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-
k

Undang Arbitrase itu sendiri yang mengatur sebagai berikut:


ah

"Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima


R

si
termohon dan tanpa alasan yang sah Termohon juga tidak datang
menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa

ne
ng

hadirnya Termohon dan tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya,


kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum."

do
gu

Penafsiran tersebut selaras dengan penafsiran ketentuan Pasal 44 ayat


(2) Undang-Undang Arbitrase yang diberikan oleh salah satu pakar
In
hukum perumus Undang-Undang Arbitrase, yakni Prof. Mr. Dr. Sudargo
A

Gautama dalam bukunya yang berjudul Undang-undang Arbitrase Baru


1999, Cetakan ke-1, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman
ah

lik

100, sebagai berikut:


“Yang dikemukakan dalam ayat (2), paling lama sepuluh hari setelah
m

ub

pemanggilan yang kedua diterima Termohon, tanpa alasan yang sah


Termohon juga tidak datang di muka persidangan, pemeriksaan akan
ka

diteruskan tanpa hadirnya dari Termohon ini."


ep

9. Selaras dengan pendapat Para Termohon Kasasi dan Prof. Mr. Dr.
ah

Sudargo Gautama di atas, Ahli Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M. yang
R

dihadirkan oleh Termohon Kasasi dalam sidang pemeriksaan perkara a


es

quo pada tanggal 13 Mei 2013 pun telah menyampaikan keterangan


M

ng

sebagai berikut:
on

Hal. 45 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Terima kasih, nah, rumusannya, eh, yang sangat menarik di Pasal 44

si
ayat (2) adalah disana kan paling lama sekian-sekian, ya terus
kemudian, pemeriksaan ya pemeriksaan namanya scrutiny dilanjutkan,

ne
ng
tanpa kehadiran dia dan selanjutnya diputus, jadi sebelum proses
diputus itu pasti ada proses namanya pemeriksaan, jadi tetap dilakukan;
Ya, pemeriksaan itu orang namanya hearing, scrutiny, dilangsungkan

do
gu tanpa kehadiran dia karena enggak datang dan segera diputus,
bahasanya kan jadi sebelum memutus pasti ada proses pemeriksaan,

In
A
jadi itu pasti wajib, karena bahasanya dua kata, pemeriksaan dan
pemutusan, jadi tidak mungkin otomatis diputus saja membabi buta,
ah

lik
itulah makanya arbiter, nuansanya itu efisiensi dalam waktu, ada
pemeriksaan dan proses pemutusan itu."
Berdasarkan keterangan Ahli Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M. tersebut,
am

ub
jelas ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase ditafsirkan
sebagai batasan waktu bagi Majelis Arbitrase untuk melanjutkan
ep
pemeriksaan perkara arbitrase dan bukan batasan waktu bagi Majelis
k

Arbitrase untuk langsung memutus perkara arbitrase secara membabi


ah

buta;
R

si
Akan tetapi Para Permohon Kasasi sesalkan Judex Facti telah lalai
dalam mengutip, menangkap dan menafsirkan keterangan yang

ne
ng

disampaikan oleh Ahli Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M. dalam sidang
tanggal 13 Mei 2013 tersebut, sehingga Judex Facti telah jatuh pada

do
gu

kesimpulan yang keliru dan menyebabkan Putusan Pengadilan Tinggi


Jakarta Nomor 576/2013 jo.Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
In
Nomor 652/2012 diputus dengan salah penerapan hukum;
A

10. Selain itu, terkait dengan kewenangan Majelis Arbitrase untuk


melanjutkan pemeriksaan tanpa kehadiran Termohon Arbitrase, Para
ah

lik

Pemohon Kasasi merujuk pada ketentuan Pasal 21 ayat (2) Peraturan


Prosedur Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia ("Prosedur
m

ub

BANI") yang menyatakan sebagai berikut:


"2. Kelalaian Termohon
ka

Dalam hal Termohon lalai mengajukan Surat Jawaban, Majelis harus


ep

menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Termohon dan dapat


ah

memberikan perpanjangan jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat


R

belas) hari untuk mengajukan Jawaban dan/atau datang ke


es

persidangan. Dalam hal Termohon juga tidak datang ke persidangan


M

ng

setelah dipanggil secara patut dan juga tidak mengajukan Jawaban


on

Hal. 46 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tertulis, Majelis harus memberitahukan untuk kedua kalinya kepada

si
Termohon agar datang atau menyampaikan jawaban. Apabila
Termohon lalai menjawab untuk kedua kalinya tanpa alasan yang sah,

ne
ng
Majelis serta-merta dapat memutuskan dan mengeluarkan putusan
berdasarkan dokumen-dokumen dan bukti yang telah diajukan
Pemohon;

do
gu Kata "dapat" dalam ketentuan Pasal 21 ayat (2) Prosedur BANI di atas,
jelas menunjukkan bahwa Majelis Arbitrase memiliki kewenangan untuk

In
A
memilih opsi apakah mereka akan melanjutkan pemeriksaan arbitrase
atau langsung memutus perkara arbitrase yang tengah ditanganinya
ah

lik
tanpa kehadiran Termohon Arbitrase berdasarkan dokumen-dokumen
dan bukti yang telah diajukan permohon arbitrase. Sehingga, apabila
pemohon arbitrase hendak menggunakan haknya untuk mengajukan
am

ub
saksi dan ahli guna membuktikan dalil-dalil permohonan arbitrasenya
(seperti halnya yang terjadi dalam Perkara BANI Nomor 397/2011 - vide
ep
bukti Tl s.d. TIII-6B dan bukti Tl s.d. TIII-6C), maka Majelis Arbitrase
k

dapat meneruskan pemeriksaan arbitrase dengan memeriksa saksi dan


ah

ahli yang akan Pemohon Arbitrase tersebut ajukan;


R

si
Apabila ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase (secara
keliru) ditafsirkan sebagai ketentuan yang memaksa Majelis Arbitrase

ne
ng

untuk langsung memutus perkara, maka tentunya hak pemohon


arbitrase untuk mengajukan saksi dan ahli guna membuktikan dalil

do
gu

permohonan arbitrasenya tersebut akan terkesampingkan.


Pengesampingan hak seperti demikian tentunya bukan tujuan dari
In
pembuat undang-undang dalam menyusun ketentuan Pasal 44 ayat (2)
A

Undang-Undang Arbitrase;
11. Lagipula, tidak dapat diterima oleh logika hukum dan akal sehat Para
ah

lik

Pemohon Kasasi misalnya panggilan kedua diterima oleh Termohon


Arbitrase pada tanggal 2 Januari 2014 untuk jadwal sidang tanggal 7
m

ub

Januari 2014, dan ketika Termohon Arbitrase tidak hadir majelis


arbitrase harus memeriksa dan memutus perkara abitrase yang rumit
ka

dalam jangka waktu 5 (lima) hari saja. Jika dipaksakan pun maka
ep

putusan arbitrase tersebut tentunya akan menjadi putusan yang diputus


ah

secara tergesa-gesa, sarat akan kekeliruan, dan jauh dari rasa keadilan
R

yang dicari oleh para pencari keadilan. Kembali, hal seperti demikian
es

tentunya bukan tujuan dari pembuat undang-undang dalam menyusun


M

ng

ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase;


on

Hal. 47 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
12. Berdasarkan pada uraian di atas, kiranya jelas bahwa ketentuan Pasal

si
44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase memberikan kewenangan kepada
Para Pemohon Kasasi selaku Majelis Arbitrase Perkara BANI Nomor

ne
ng
397/2011 untuk meneruskan pemeriksaan perkara tanpa kehadiran
termohon arbitrase (in casu Termohon Kasasi), dan bukan batas waktu
untuk memutus perkara arbitrase yang sedang diperiksa tersebut. Oleh

do
gu karena itu, Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang

In
A
menyatakan bahwa Para Pemohon Kasasi telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena telah menjatuhkan Putusan BANI Nomor
ah

lik
397/2011 pada tanggal 21 November 2011 yaitu lebih dari 10 (sepuluh)
hari setelah pemanggilan kedua terhadap Termohon Kasasi, merupakan
putusan yang salah dalam penerapan hukumnya karena telah keliru
am

ub
dalam menafsirkan (legal misinterpretation) ketentuan Pasal 44 ayat (2)
Undang-Undang Arbitrase;
ep
13. Dengan demikian, sudah selayaknya Mahkamah Agung Republik
k

Indonesia berpegang teguh pada ketentuan Pasal 30 huruf b Undang-


ah

Undang Mahkamah Agung dengan membatalkan Putusan Pengadilan


R

si
Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor 652/2012, untuk kemudian mengadili sendiri perkara a

ne
ng

quo dengan menolak gugatan yang diajukan oleh Termohon Kasasi.


C Putusan Judex Facti yang menghukum ganti kerugian immateriil terhadap

do
gu

Para Pemohon Kasasi telah melanggar hak imunitas arbiter yang didasari
ketentuan Pasal 21 Undang-Undang arbitrase.
In
14. Dalam putusan-putusannya, Judex Facti telah mengabulkan tuntutan
A

ganti kerugian immateriil yang dituntut oleh Termohon Kasasi, dan


menghukum Para Termohon Kasasi bersama-sama dengan Turut
ah

lik

Termohon Kasasi untuk secara tanggung renteng membayar kerugian


immateriil sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) kepada
m

ub

Termohon Kasasi. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam amar dalam
pokok Perkara Nomor 6 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
ka

Nomor 652/2012 yang dikuatkan oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi


ep

Jakarta, sebagai berikut:


ah

"Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar


R

kerugian immateriil yang dialami Penggugat sebesar


es

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);"


M

ng

on

Hal. 48 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
15. Dengan dibebankannya pertanggungjawaban kerugian immateriil

si
terhadap Para Pemohon Kasasi (in casu Majelis Arbitrase) atas
diputusnya Perkara BANI Nomor 397/2011, maka Judex Facti telah

ne
ng
melanggar hak imunitas yang dimiliki oleh Para Pemohon Kasasi selaku
arbiter yang dijamin oleh ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase,
sebagai berikut:

do
gu Arbiter atau Majelis Arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab
hukum apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses

In
A
persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai arbiter
atau Majelis Arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik
ah

lik
dari tindakan tersebut."
16. Para Pemohon Kasasi selaku Majelis Arbitrase yang telah memeriksa
dan memutus Perkara BANI Nomor 397/2011 dengan itikad baik,
am

ub
independen dan imparsial, berhak atas imunitas sehubungan dengan
Putusan BANI Nomor 397/2011 yang telah diputusnya. Hak imunitas
ep
arbiter ini membebaskan Para Pemohon Kasasi dari tanggung jawab
k

hukum apapun atas segala tindakan yang dilakukannya dalam rangka


ah

menjalankan tugas dan fungsinya selaku Majelis Arbitrase dalam


R

si
memeriksa dan memutus Perkara BANI Nomor 397/2011;
17. Layaknya seorang hakim di lingkup peradilan biasa, Para Pemohon

ne
ng

Kasasi selaku 'hakim partikelir' dalam Perkara BANI Nomor 397/2011


memang seharusnya diberikan imunitas. Hak imunitas Hakim dan hak

do
gu

imunitas arbiterpun merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan


dari lembaga peradilan dan Lembaga Arbitrase di Indonesia. Dijaminnya
In
imunitas hakim dan arbiter akan menjamin independensi (kemandirian)
A

dan imparsialitas lembaga peradilan dan lembaga arbitrase


sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang-undang
ah

lik

Dasar 1945 (amandemen ke-4) dan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-
undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
m

ub

("Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman"). Oleh karena itu, sudah


seharusnya Judex Facti ikut mempertahankan eksistensi dari imunitas
ka

arbiter, dan bukannya malah menjatuhkan suatu putusan yang


ep

mengesampingkan imunitas arbiter dan melanggar ketentuan Pasal 21


ah

Undang-Undang Arbitrase;
R

18. Akan tetapi, Judex Facti telah secara keliru dan tidak berdasarkan
es

hukum menyimpulkan bahwa Para Pemohon Kasasi telah melakukan


M

ng

itikad tidak baik karena telah memutus Perkara BANI Nomor 397/2011
on

Hal. 49 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan melanggar ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang

si
Arbitrase;
Padahal, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam memori kasasi

ne
ng
a quo, Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum karena telah
keliru dalam menafsirkan (legal misinterpretation) ketentuan Pasal 44
ayat (2) Undang-Undang Arbitrase. Faktanya, Para Pemohon Kasasi

do
gu selaku Majelis Arbitrase telah memeriksa dan memutus Perkara BANI
Nomor 397/2011 dengan itikad baik, independen, imparsial, dan tidak

In
A
melanggar ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase.
Oleh karena itu, dikesampingkannya hak imunitas Para Pemohon
ah

lik
Kasasi yang didasarkan pada pertimbangan pelanggaran Pasal 44 ayat
(2) Undang-Undang Arbitrase pun jelas merupakan pertimbangan
hukum yang keliru dan bahkan melanggar ketentuan Pasal 21 Undang-
am

ub
Undang Arbitrase itu sendiri;
19. Berdasarkan uraian tersebut, maka Judex Facti seharusnya tidak
ep
menjatuhkan putusan yang menghukum Para Pemohon Kasasi selaku
k

Majelis Arbitrase Perkara BANI Nomor 397/2011 untuk membayar ganti


ah

rugi kepada Termohon Kasasi;


R

si
Putusan Judex Facti tersebut telah jelas melanggar ketentuan Pasal 21
Undang-Undang Arbitrase dan menunjukkan kurangnya penghargaan

ne
ng

badan peradilan umum terhadap lembaga arbitrase, serta sangat


mengusik keberlangsungan lembaga arbitrase di Indonesia. Atas hal

do
gu

tersebut dan merujuk pada ketentuan Pasal 30 huruf b Undang-Undang


Mahkamah Agung, maka sudah selayaknya apabila Putusan
In
Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan
A

Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang telah diputus secara


melanggar ketentuan undang-undang (wederrechtelijk, contrary to
ah

lik

written law) dibatalkan oleh Judex Juris Mahkamah Agung Republik


Indonesia, dan sudah sepatutnya pula Judex Juris Mahkamah Agung
m

ub

Republik Indonesia mengadili sendiri dengan menolak seluruh gugatan


Termohon Kasasi;
ka

D. Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau melanggar ketentuan Pasal
ep

1365 Burgerlijk Wetboek serta salah menerapkan hukum pembuktian dengan


ah

mengabulkan tuntutan ganti kerugian immateriil Termohon Kasasi.


R

20. Lebih lanjut, dikabulkannya tuntutan ganti kerugian immateriil Termohon


es

Kasasi oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan didasarkan


M

ng

pada kesaksian saksi Budi Setyo Rahardjo yang menyatakan bahwa


on

Hal. 50 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan adanya Putusan BANI Nomor 397/2011 mengenai JOB (join

si
operating body) yang berat sebelah mengakibatkan Termohon Kasasi
mengalami kerugian immateriil. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam

ne
ng
halaman 113 paragraf 4 dan 5 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor 652/2012, yang menyatakan sebagai berikut:
"Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Budi Setyo Rahardjo

do
gu yang didengar keterangannya dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan bahwa antara PT Lekom Maras Pangabuan Inc dengan PT

In
A
Pertamina EP ada kerjasama kontrak JOB. Namun dengan adanya
putusan dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia mengenai JOB itu
ah

lik
tersebut yang berat sebelah mengakibatkan PT Lekom Maras
Pangabuan mengalami kerugian besar dan tidak dapat dinilai dengan
uang;
am

ub
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan adanya keputusan Para Tergugat yang
ep
ternyata melanggar hukum mengakibatkan kerugian immaterial bagi
k

Penggugat yang sangat besar. Namun untuk terciptanya kepastian


ah

hukum dengan mempertimbangkan nama besar Penggugat sebagai


R

si
perusahaan nasional, maka adalah patut dan wajar bila Para Tergugat
dihukum untuk mengganti kerugian immaterial kepada Penggugat

ne
ng

sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);"


21. Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, secara terang

do
gu

benderang terlihat bahwa alasan Judex Facti mengabulkan tuntutan


ganti kerugian Immateriil Termohon Kasasi adalah karena Putusan
In
BANI Nomor 397/2011 dinilai melanggar hukum -quod non- dengan
A

memutus mengenai JOB (Join Operating Body) yang berat sebelah;


Akan tetapi, perbuatan melawan hukum yang dianggap terbukti oleh
ah

lik

Judex Facti dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor


652/2012 hanyalah pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 44 ayat (2)
m

ub

Undang-Undang Arbitrase (seandainyapun benar quod non). Hal ini


sebagaimana dapat dilihat dalam Halaman 112 Paragraf 2 Putusan
ka

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang dikuatkan


ep

oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta, sebagai berikut:


ah

"Menimbang, bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan di atas bahwa


R

Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah terbukti membuat


es

keputusan Nomor 397/V/ARB-BANI/2011 yang bertentangan dengan


M

ng

ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dan


on

Hal. 51 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karenanya beralasan hukum bila Tergugat I sampai Tergugat III

si
dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum;"
Dengan demikian, terlihat jelas bahwa alasan dikabulkannya ganti

ne
ng
kerugian immateriil tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan
kausalitas dengan pelanggaran ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-
Undang Arbitrase yang Judex Facti anggap terbukti Para Pemohon

do
gu Kasasi lakukan (seandainyapun benar ada-quod non-);
22. Lagipula, pendapat Saksi Budi Setyo Rahardjo yang menyatakan bahwa

In
A
Putusan BANI Nomor 397/2011 memutus mengenai JOB (Join
Operating Body) dengan berat sebelah merupakan materi pokok
ah

lik
perkara dari pemeriksaan Perkara BANI Nomor 397/2011, sedangkan
pelanggaran ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase
merupakan ranah formil dari pemeriksaan Perkara BANI Nomor
am

ub
397/2011. Sehingga semakin jelas tidak adanya hubungan kausalitas
antara kerugian immateriil yang dikabulkan oleh Judex Facti dalam
ep
putusannya dengan perbuatan melawan hukum yang dianggap telah
k

terbukti oleh Judex Facti (in casu pelanggaran Pasal 44 ayat (2)
ah

Undang-Undang Arbitrase);
R

si
23. Sehubungan dengan tidak adanya hubungan kausalitas dalam
pengabulan ganti kerugian immateriil dalam perkara a quo, kami mohon

ne
ng

kepada Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

do
gu

i. Berdasarkan pada ketentuan hukum Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek


Jo. Arrest Hoge Raad 31 Januari 1999 dalam perkara Cohen vs.
In
Lidenbaum, serta berdasarkan doktrin hukum yang dikemukakan
A

oleh Rachmat Setiawan, S.H., dalam bukunya yang berjudul Pokok-


pokok Hukum Perikatan, Cetakan Kelima, Penerbit Binacipta,
ah

lik

Bandung, 1994, halaman 75 s.d. 76, suatu perbuatan melawan


hukum haruslah memenuhi secara kumulatif keempat unsur-unsur
m

ub

sebagai berikut:
a. adanya suatu perbuatan yang melanggar suatu hak hukum orang
ka

lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat,


ep

atau bertentangan dengan kesusilaan atau kepatutan dalam


ah

pergaulan hidup dalam masyarakat perihal memperhatikan


R

kepentingan orang lain;


es

b. adanya kesalahan pada diri si Pembuat, yang dilakukan dengan


M

ng

sengaja atau tidak sengaja;


on

Hal. 52 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. adanya kerugian pada diri Penggugat; dan

si
d. adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara perbuatan si
pembuat dengan kerugian yang timbul;

ne
ng
Merujuk pada unsur-unsur perbuatan melawan hukum tersebut di
atas, jelas hukum mempersyaratkan adanya suatu hubungan
kausalitas antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang

do
gu timbul;
Dengan tidak dipenuhinya unsur kausalitas antara pelanggaran

In
A
ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase yang
dianggap Judex Facti telah terbukti (seandainya pun benar-quod
ah

lik
non) dengan kerugian immateriil akibat Putusan BANI Nomor
397/2011 memutus mengenai JOB berat sebelah (seandainyapun
benar quod non), maka terbukti bahwa dikabulkannya ganti
am

ub
kerugian immateriil oleh Judex Facti telah dilakukan secara tidak
berdasarkan hukum bahkan melanggar ketentuan Pasal 1365
ep
Burgerlijk Wetboek;
k

ii. Selain itu, konsep tuntutan ganti kerugian dalam hukum perdata
ah

Indonesia menganut teori adequaat veroorzaking. Hal ini


R

si
sebagaimana dinyatakan oleh Rachmat Setiawan, S.H., dalam
bukunya yang berjudul Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar

ne
ng

Hukum, Penerbit Bina Cipta, Cetakan Pertama, Bandung, 1991,


halaman 24, sebagai berikut:

do
gu

"Sebagai dasar gugat ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan


hukum, termasuk pula kausalitas. Hubungan antara perbuatan
In
melawan hukum dan kerugian, menurut Hoge Raad dalam
A

beberapa arrestnya, sejak tahun 1927, bahwa persoalan kausalitas


harus dipecahkan menurut ajaran adequaat veroorzaking. Menurut
ah

lik

teori tersebut terdapat hubungan kausal, apabila kerugian menurut


pengalaman layak merupakan akibat yang dapat diharapkan akan
m

ub

timbul dari perbuatan melawan hukum.";


Terkait dengan teori Adequaat Veroorzaking ini, kiranya patut
ka

disimak pula pendapat Prof. Dr. Rosa Agustina, S.H., M.H., dalam
ep

bukunya yang berjudul Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit


ah

Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,


R

Jakarta, 2003, halaman 67, sebagai berikut:


es

"Kemudian muncul teori Adequate (adequaat veroorzaking) dari Von


M

ng

Kries. Teori ini mengajarkan bahwa perbuatan yang harus dianggap


on

Hal. 53 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagai sebab dari akibat yang timbul adalah perbuatan yang

si
seimbang dengan akibat. Adapun dasarnya untuk menentukan
perbuatan yang seimbang adalah perhitungan yang layak;

ne
ng
Kekuatan teori ini adalah, bahwa teori ini dapat dipandang dari 2 sisi
baik secara kenyataan maupun secara normatif. Khususnya setelah
Perang Dunia, peradilan berkembang menurut cara terakhir dimana

do
gu pengertian "menurut apa yang layak" sangat bermanfaat. Yang
berlaku disini ialah semua dapat diduga apabila ini sesuai dengan

In
A
kebijaksanaan hakim. Dalam teori Scholten juga digunakan
kriterium "kemungkinan yang terbesar" yang kemudian dilanjutkan
ah

lik
oleh Van Schellen;
Menurut Hoge Raad dalam berbagai arrest mulai tahun 1927,
bahwa soal kausalitas harus diselesaikan dengan berpegangan
am

ub
pada ajaran Adequaat Veroorzaking (H.R. 3 Februari 1927, Hoeting
Nomor 114, dan banyak keputusan-keputusan kemudian antara lain
ep
H. R. 28 November 1947 dan 19 Desember 1947)."
k

Merujuk pada teori adequaat veroorzaking tersebut, maka


ah

dipersyaratkan oleh hukum bahwa kerugian haruslah disebabkan


R

si
oleh suatu perbuatan yang cukup mengakibatkan kerugian tersebut.
Dengan kata lain, kembali harus ada hubungan kausalitas antara

ne
ng

kerugian immateriil yang dikabulkan oleh Judex Facti dengan


perbuatan melanggar hukum (in casu pelanggaran Pasal 44 ayat (2)

do
gu

Undang-Undang Arbitrase) yang menurut Judex Facti telah terbukti


(seandainyapun benar ada quod non);
In
Oleh karena dikabulkannya tuntutan kerugian immateriil oleh Judex
A

Facti didasari pada keterangan saksi Budi Setyo Rahardjo yang


dianggap menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 memutus
ah

lik

mengenai JOB (Join Operating Body) dengan berat sebelah, akan


tetapi perbuatan melawan hukum yang dianggap terbukti oleh Judex
m

ub

Facti hanyalah pelanggaran atas ketentuan Pasal 44 ayat (2)


Undang-Undang Arbitrase (seandainya pun benar quod non), maka
ka

dikabulkannya ganti kerugian immateriil oleh Judex Facti tidak


ep

sesuai dengan teori adequaat veroorzaking karena tidak didasari


ah

adanya hubungan kausalitas;


R

24. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas Judex Facti telah salah
es

menerapkan hukum atau melanggar ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk


M

ng

Wetboek dan teori adequaat veroorzaking karena telah mengabulkan


on

Hal. 54 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tuntutan immateriil Termohon Kasasi yang sama sekali tidak memiliki

si
hubungan kausalitas dengan perbuatan melawan hukum yang dianggap
telah terbukti oleh Judex Facti (in casu pelanggaran Pasal 44 ayat (2)

ne
ng
Undang-Undang Arbitrase) (seandainyapun benar quod non). Dengan
demikian, kiranya Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia
dapat berpegang kembali pada ketentuan Pasal 30 huruf

do
gu b Undang-Undang Mahkamah Agung untuk membatalkan Putusan
Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan

In
A
Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, dan kemudian menolak
tuntutan ganti kerugian Termohon Kasasi untuk seluruhnya;
ah

lik
25. Selain itu, patut kami ungkapkan bahwa dalam persidangan perkara a
quo tanggal 25 April 2013 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Saksi
Budi Setyo Rahardjo tidak pernah memberikan keterangan yang pada
am

ub
pokoknya menerangkan bahwa adanya putusan dari Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (Turut Termohon Kasasi) mengenai JOB (join
ep
operating body) yang berat sebelah telah mengakibatkan Termohon
k

Kasasi mengalami kerugian besar dan tidak dapat dinilai dengan uang;
ah

26. Bahkan Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam sidang
R

si
pemeriksaan terhadap Saksi Budi Setyo Rahardjo pada tanggal 25 April
2013 telah secara tegas memperingatkan Saksi Budi Setyo Rahardjo

ne
ng

untuk tidak memberikan keterangan yang berkaitan dengan materi


pokok Perkara BANI Nomor 397/2011, karena Judex Facti Pengadilan

do
gu

Negeri Jakarta Selatan tidak memiliki kewenangan untuk


mempertimbangkan keterangan saksi yang berkaitan dengan pokok
In
perkara arbitrase;
A

27. Berdasarkan hal tersebut, maka pertimbangan Judex Facti


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang telah menghukum Para
ah

lik

Pemohon Kasasi dan Turut Termohon Kasasi untuk membayar ganti


kerugian immateriil kepada Termohon Kasasi adalah pertimbangan
m

ub

hukum yang tidak berdasarkan hukum dan mengada-ada. Sehingga


sudah selayaknya untuk dibatalkan oleh Judex Juris Mahkamah
ka

Agung Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli


ep

hukum Prof. MR. A. Pitlo dalam bukunya Pembuktian dan Daluarsa


ah

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda, Penerbit PT


R

Intermasa, Cetakan Pertama, Jakarta 1967, halaman 9, yang


es

menyatakan sebagai berikut:


M

ng

on

Hal. 55 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Akan tetapi ia membentuk pendapatnya, ia hanya boleh

si
memperhitungkan fakta-fakta, yang dalam perkara itu telah
diberitahukan kepadanya oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Malahan

ne
ng
Hakim tidak boleh memperhitungkan fakta-fakta yang terungkapkan
selama perkara berjalan, jika fakta-fakta ini tidak diajukan sendiri oleh
para pihak yang bersangkutan."

do
gu 28. Lebih lanjut, pada persidangan perkara a quo, Termohon Kasasi sama
sekali tidak mengajukan alat bukti terkait tuntutan ganti kerugian

In
A
immateriil yang diajukannya. Adapun dalam mengabulkan tuntutan ganti
kerugian immateriil Termohon Kasasi, Judex Facti hanya mendasarkan
ah

lik
pertimbangan hukumnya pada keterangan 1 (satu) orang saksi saja (in
casu Saksi Budi Setyo Rahardjo) dan tidak didukung oleh alat bukti lain
(unus testis nullus testis). Itupun dengan catatan bahwa faktanya saksi
am

ub
Budi Setyo Rahardjo tidak pernah memberikan keterangan mengenai
adanya kerugian Termohon Kasasi;
ep
Oleh karena itu, bukti keterangan saksi yang dijadikan dasar oleh Judex
k

Facti untuk mengabulkan tuntutan kerugian immateriil Termohon Kasasi


ah

tidak memenuhi syarat batas minimal pembuktian, dan oleh karenanya


R

si
tidak sah dan tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Hal ini
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 169 HIR, yaitu sebagai

ne
ng

berikut:
"Keterangan dari seorang saksi saja, tanpa suatu alat bukti lain, tidak

do
gu

dapat dipercaya dalam hukum."


Selaras dengan ketentuan tersebut, M. Yahya Harahap, S.H., dalam
In
bukunya berjudul Hukum Acara Perdata, tentang Gugatan,
A

Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan,


Cetakan kedelapan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 648,
ah

lik

menegaskan sebagai berikut:


"Syarat materiil yang dijelaskan pada uraian ini bersifat kumulatif, bukan
m

ub

alternatif. Apabila salah satu diantaranya tidak terpenuhi,


mengakibatkan keterangan yang diberikan saksi mengandung cacat
ka

materiil, oleh karena itu, keterangan tersebut tidak sah sebagai alat
ep

bukti. Sehubungan dengan itu, perlu diperhatikan syarat-syarat materiil


ah

apa saja yang melekat pada alat bukti saksi;


R

1) Keterangan seorang saksi tidak sah sebagai alat bukti


es

Syarat pertama, ditegaskan dalam Pasal 169 HIR, Pasal 1905 KUH
M

ng

Perdata yang menyatakan:


on

Hal. 56 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- keterangan seorang saksi saja, tidak dapat dipercaya;

si
- agar sah sebagai alat bukti, harus ditambah dengan suatu alat
bukti yang lain.

ne
ng
Syarat materiil ini sekaligus merupakan penegasan mengenai
patokan batas minimal pembuktian keterangan saksi sebagai alat
bukti. Bisa dirumuskan dalam proposisi: kesaksian seorang saksi

do
gu tidak dianggap kesaksian. Sering juga diformulasi dalam kalimat:
unus nullus rule atau unus testis nullus testis. Maksudnya, kalau alat

In
A
bukti yang diajukan hanya terdiri dari seorang saksi saja tanpa
didukung atau ditambah dengan alat bukti yang lain, kebenaran
ah

lik
kesaksian yang demikian:
- tidak memenuhi syarat batas minimal pembuktian,
- oleh karena itu, tidak sah dan tidak mempunyai nilai kekuatan
am

ub
pembuktian."
29. Merujuk pada ketentuan dan pendapat ahli hukum M. Yahya Harahap,
ep
S.H., tersebut di atas, maka jelas bahwa Judex Facti telah melakukan
k

kesalahan fatal dalam menerapkan hukum pembuktian dan menyalahi


ah

prinsip dasar hukum pembuktian dengan mengabulkan tuntutan ganti


R

si
kerugian immateriil tanpa disertai dengan perincian yang lengkap serta
tanpa dilengkapi oleh bukti-bukti yang mendukung (unus testis nullus

ne
ng

testis). Oleh karena itu, sudah selayaknya Judex Juris Mahkamah


Agung Republik Indonesia berpegang pada ketentuan Pasal 30 huruf b

do
gu

Undang-Undang Mahkamah Agung untuk membatalkan Putusan


Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan
In
Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, dan mengadili sendiri perkara
A

a quo dengan menolak gugatan Termohon Kasasi atau setidak-tidaknya


menyatakan gugatan Termohon Kasasi tidak dapat diterima (niet
ah

lik

ontvankelijk verklaard).
E. Judex Facti telah melampaui batas wewenang dan melanggar ketentuan
m

ub

Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase dengan menyatakan putusan BANI


Nomor 397/2011 tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan non
ka

eksekutabel.
ep

30. Melalui putusan-putusannya, Judex Facti telah menyatakan Putusan


ah

BANI Nomor 397/2011 tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum,


R

dan non eksekutabel karena Putusan BANI Nomor 397/2011 dianggap


es

bertentangan dengan hukum. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam


M

ng

pertimbangan hukum dan amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta


on

Hal. 57 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Selatan Nomor 652/2012 yang dikuatkan oleh Judex Facti Pengadilan

si
Tinggi Jakarta, masing-masing sebagai berikut:
Halaman 112 pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

ne
ng
Selatan Nomor 652/2012:
"Menimbang, bahwa karena Putusan Nomor 397A//ARB-BANI/2011
tanggal 21 November 2011 merupakan putusan yang bertentangan

do
gu dengan hukum maka putusan tersebut harus dinyatakan tidak sah dan
tidak mempunyai kekuatan hukum dan karenanya tidak mempunyai nilai

In
A
eksekusi."
Amar Dalam Pokok Perkara Nomor 3 dan 4 Putusan Pengadilan Negeri
ah

lik
Jakarta Selatan Nomor 652/2012:
"3. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Nomor 397A//ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011
am

ub
adalah tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum;
4. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ep
Nomor 397A//ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011
k

adalah non eksekutabel."


ah

31. Berdasarkan ketentuan Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase, Putusan


R

si
BANI Nomor 397/2011 merupakan putusan arbitrase yang bersifat final
dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak (final

ne
ng

and binding). Artinya, terhadap putusan arbitrase tidak dapat diajukan


upaya hukum banding, kasasi ataupun peninjauan kembali;

do
gu

Satu-satunya mekanisme dan kewenangan yang diberikan kepada


pengadilan negeri untuk menyebabkan Putusan BANI Nomor 397/2011
In
tidak berkekuatan hukum adalah dengan membatalkan Putusan BANI
A

Nomor 397/2011 tersebut melalui mekanisme permohonan pembatalan


putusan arbitrase sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 70 s.d.
ah

lik

Pasal 72 Undang-Undang Arbitrase, dan bukan melalui pengajuan


gugatan perbuatan melawan hukum;
m

ub

32. Akan tetapi, gugatan Termohon Kasasi yang dijadikan dasar bagi Judex
Facti untuk menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 tidak sah, tidak
ka

mempunyai kekuatan hukum, dan non eksekutabel, adalah gugatan


ep

perbuatan melawan hukum yang didasarkan ketentuan Pasal 1365


ah

Burgerlijk Wetboek, dan bukan permohonan pembatalan putusan


R

arbitrase sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 70 s.d. Pasal 72


es

Undang-Undang Arbitrase;
M

ng

on

Hal. 58 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Oleh karenanya, Judex Facti telah bertindak melampaui batas

si
kewenangan yang dimilikinya dengan menyatakan Putusan BANI
Nomor 397/2011 tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan non

ne
ng
eksekutabel, berdasarkan suatu gugatan perbuatan melawan hukum
yang notabene berada di luar mekanisme pembatalan putusan arbitrase
yang diatur dalam ketentuan Pasal 70 s.d. Pasal 72 UU Arbitrase;

do
gu 33. Terlebih lagi, Termohon Kasasi sebelumnya sudah pernah mengajukan
permohonan pembatalan putusan arbitrase atas Putusan BANI Nomor

In
A
397/2011 dan telah ditolak dengan putusan berkekuatan hukum tetap
(in kracht van gewijsde), melalui Putusan Mahkamah Agung Republik
ah

lik
Indonesia Nomor 370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012 (vide bukti
Tl s.d. TIII- 3) jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
680/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Maret 2012 (vide Bukti Tl s.d. TIII
am

ub
- 4). Sehingga, upaya permohonan pembatalan putusan arbitrase yang
diajukan Termohon Kasasi atas Putusan BANI Nomor 397/2011 telah
ep
berakhir. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 72 ayat (4) Undang-
k

Undang Arbitrase beserta Penjelasannya, yang masing-masing


ah

menyatakan sebagai berikut:


R

si
Pasal 72 ayat (4) Undang-Undang Arbitrase:
"Terhadap putusan Pengadilan Negeri dapat diajukan permohonan

ne
ng

banding ke Mahkamah Agung yang memutus dalam tingkat pertama


dan terakhir."

do
gu

Penjelasan Pasal 72 ayat (4) Undang-Undang Arbitrase:


"Yang dimaksud dengan "banding" adalah hanya terhadap pembatalan
In
putusan arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70."
A

34. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


Judex Facti tidak berwenang dan telah melampaui batas
ah

lik

kewenangannya dengan menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011


tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan non eksekutabel
m

ub

berdasarkan gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh


Termohon Kasasi;
ka

Oleh karena itu, mohon kiranya Judex Juris Mahkamah Agung Republik
ep

Indonesia berpegang teguh pada ketentuan Pasal 30 huruf a Undang-


ah

Undang Mahkamah Agung dengan membatalkan Putusan Pengadilan


R

Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


es

Selatan Nomor 652/2012 yang telah diputus melampaui batas


M

ng

kewenangan Judex Facti;


on

Hal. 59 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
35. Selain itu, Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.

si
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang
menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 tidak sah, tidak

ne
ng
berkekuatan hukum, dan non eksekutabel telah nyata-nyata melanggar
ketentuan Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase, sebagai berikut:
"Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap

do
gu dan mengikat para pihak."
Sehingga, Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.

In
A
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012
mengandung kesalahan penerapan hukum (schending van het recht)
ah

lik
karena telah diputus melanggar ketentuan undang-undang (in casu
Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase). Pembiaran atas putusan
pengadilan yang melanggar Undang-Undang Arbitrase seperti demikian
am

ub
dapat memperkuat pandangan masyarakat Indonesia dan masyarakat
internasional bahwa Negara Indonesia adalah negara yang tidak ramah
ep
atas putusan arbitrase (unfriendly state toward commercial arbitration
k

proceedings and awards);


ah

36. Adanya Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.


R

si
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang
melanggar ketentuan Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase tersebut telah

ne
ng

menimbulkan ketidakpastian hukum karena dapat menyebabkan


terjadinya kotradiksi dengan Putusan Mahkamah Agung Republik

do
gu

Indonesia Nomor 370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012 (vide Bukti


Tl s.d. TII - 3) jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
In
680/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Maret 2012 (vide bukti T l s.d. T
A

III- 4), yang menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 telah


berkekuatan hukum dan berlaku mengikat;
ah

lik

Oleh karena itu, demi kepastian hukum dan bersandar pada ketentuan
Pasal 30 huruf b Undang-Undang Mahkamah Agung kiranya Judex
m

ub

Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia berkenan untuk


membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo.
ka

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012. Dengan


ep

sah dan berlakunya Putusan BANI Nomor 397/2011, maka penetapan


ah

aanmaning oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 17


R

Eks. ARB/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Oktober 2012 ("Penetapan


es

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 17 Eks/2011") sebagai wujud


M

ng

on

Hal. 60 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dari pelaksanaan putusan arbitrase tersebut pun adalah sah dan

si
berlaku, sehingga demi kepastian hukum harus dilaksanakan;
F. Judex Facti telah kurang cukup memberikan pertimbangan hukum

ne
ng
(onvoldoende gemotiveerd) karena sama sekali tidak mempertimbangkan
alasan-alasan banding yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi.
37. Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta sama sekali tidak

do
gu mempertimbangkan memori banding yang diajukan Para Pemohon
Kasasi, dengan alasan bahwa memori banding tersebut tidak memuat

In
A
hal-hal yang baru dan pada hakikatnya hanya merupakan pengulangan
dari apa yang sudah dikemukakan oleh Para Pemohon Kasasi dalam
ah

lik
pemeriksaan di tingkat pertama. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada
halaman 6 s.d. halaman 7 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor
576/2013, sebagai berikut:
am

ub
"Menimbang, bahwa Memori Banding dari Pembanding I semula
Tergugat I, II, III dan Pembanding II semula Tergugat IV yang pokok-
ep
pokoknya seperti telah dikutip di atas, ternyata tidak memuat hal-hal
k

yang baru dan pada hakekatnya hanyalah merupakan pengulangan dari


ah

apa yang sudah dikemukakan dalam pemeriksaan persidangan Majelis


R

si
Hakim Tingkat Pertama yang kesemuanya telah dipertimbangkan
Majelis Hakim Tingkat Pertama;"

ne
ng

38. Alasan ditolaknya permohonan banding Para Pemohon Kasasi oleh


Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta dengan pertimbangan hukum

do
gu

bahwa memori banding yang diajukan Para Pemohon Kasasi hanyalah


pengulangan dari apa yang sudah dikemukakan dalam pemeriksaan
In
tingkat pertama, merupakan alasan yang keliru dan tidak dapat
A

dibenarkan;
Dengan tidak dipertimbangkannya pokok-pokok alasan banding yang
ah

lik

diajukan oleh Para Pemohon Kasasi membuktikan bahwa Judex Facti


Pengadilan Tinggi Jakarta pada kenyataannya telah memutus Putusan
m

ub

Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 tanpa pertimbangan hukum


yang cukup (onvoldoende gemotiveerd), sehingga sudah sepatutnya
ka

untuk dibatalkan oleh Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia


ep

yang memeriksa dan memutus permohonan kasasi a quo;


ah

39. Selain itu, alasan penolakan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta atas
R

permohonan banding Para Pemohon Kasasi tersebut pun telah


es

memperlihatkan kelalaian dari Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta


M

ng

dalam menjalankan fungsi Peradilan Tingkat Banding itu sendiri sebagai


on

Hal. 61 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
suatu forum untuk melakukan pemeriksaan ulangan sebagaimana yang

si
diatur dalam ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947
tentang Undang-Undang tentang Peradilan Ulang di Jawa dan Madura

ne
ng
("Undang-Undang Peradilan Ulang"), sebagai berikut:
“Dan putusan-putusan Pengadilan Negeri di Jawa dan Madura tentang
perkara perdata, yang tidak ternyata bahwa besarnya harga gugat ialah

do
gu seratus rupiah atau kurang, oleh salah satu dari pihak-pihak (partijen)
yang berkepentingan dapat diminta, supaya pemeriksaan perkara

In
A
diulangi oleh Pengadilan Tinggi yang berkuasa dalam daerah hukum
masing-masing."
ah

lik
40. Sebagai forum untuk melakukan pemeriksaan ulangan, Pengadilan
Tingkat Banding pada hakikatnya tetap wajib untuk memeriksa
permohonan banding meskipun Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta
am

ub
menganggap memori banding yang diajukan pemohon banding telah
diajukan tanpa disertai oleh dalil-dalil ataupun alasan-alasan yang baru.
ep
Bahkan, jika pemohon banding tidak mengajukan memori banding pun
k

Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta tetap wajib melaksanakan


ah

pemeriksaan ulang secara keseluruhan;


R

si
Hal tersebut sejalan dengan pendapat ahli hukum M. Yahya Harahap,
S.H., dalam bukunya yang berjudul Kekuasaan Pengadilan Tinggi dan

ne
ng

Proses Pemeriksaan Perkara Perdata dalam Tingkat Banding, Penerbit


Sinar Grafika, Jakarta, 2006, halaman 73, sebagai berikut:

do
gu

Seperti yang dijelaskan di atas, memori banding adalah hak yang


diberikan undang-undang kepada pemohon untuk menjelaskan atau
In
mengajukan keberatannya terhadap putusan Pengadilan Negeri. Oleh
A

karena itu, memori banding bukan syarat formil atas keabsahan


permohonan banding;
ah

lik

Mengenai hal ini, ditegaskan dalam beberapa putusan kasasi, antara


lain Putusan Mahkamah Agung Nomor 663 K/Sip/1971:
m

ub

- memori banding bukan syarat formil permohonan banding;


- undang-undang tidak mewajibkan pembanding mengajukan memori
ka

atau risalah banding;


ep

Penegasan putusan di atas sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung


ah

Nomor 3135 K/Pdt/1983 yang mengatakan:


R

- Tanpa memori atau kontra memori banding, permohonan banding


es

sah dan dapat diterima, oleh karena itu perkara tetap diperiksa
M

ng

ulang secara keseluruhan;


on

Hal. 62 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Memori banding, bukan syarat formil keabsahan permohonan

si
banding;
Oleh karena memori banding bukan syarat formil, pengiriman dan

ne
ng
pemeriksaan perkara oleh Pengadilan Tinggi pada tingkat banding tidak
mesti dan tidak perlu digantungkan pada memori banding. Demikian
sikap dan pendapat Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 1500

do
gu K/Pdt/1983 yang mengatakan, palsu atau tidaknya putusan Pengadilan
Tinggi, tidak didasarkan atas tanggal penyerahan memori banding.

In
A
Pengadilan Tinggi tidak mesti menunggu memori banding dalam
pemeriksaan perkara pada tingkat banding. Tanpa memori banding,
ah

lik
perkara dalam tingkat banding tetap diperiksa ulang secara
keseluruhan."
Oleh karena itu, sangatlah keliru jika kemudian Judex Facti Pengadilan
am

ub
Tinggi Jakarta menolak permohonan banding yang diajukan oleh Para
Pemohon Kasasi dengan alasan bahwa Memori Banding Para
ep
Pemohon Kasasi tidak memuat hal-hal yang baru dan pada hakikatnya
k

merupakan pengulangan dari apa yang dikemukakan dalam


ah

pemeriksaan tingkat pertama. Karena pada hakikatnya, pemeriksaan


R

si
ulangan adalah untuk memeriksa kembali fakta-fakta hukum yang telah
diajukan sebelumnya, dan pemeriksaan ulangan tersebut tidak wajib

ne
ng

untuk didasarkan pada memori banding sebagai syarat formil


pengajuan permohonan banding;

do
gu

41. Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor 576/2013 merupakan putusan yang kurang cukup
In
pertimbangan hukum (onvoldoende gemotiveerd) karena sama sekali
A

tidak mempertimbangkan pokok-pokok alasan banding yang


dikemukakan Para Pemohon Kasasi dalam Memori Banding yang
ah

lik

diajukannya. Dengan demikian, maka sudah selayaknya Judex Juris


Mahkamah Agung Republik Indonesia membatalkan Putusan
m

ub

Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan


Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, untuk kemudian mengadili
ka

sendiri perkara a quo dengan menolak gugatan Termohon Kasasi;


ep

G. Judex Facti telah melalaikan hukum acara perdata yang berlaku dengan
ah

menerima gugatan Termohon Kasasi yang acat formil karena kurang pihak.
R

42. Judex Facti telah melalaikan hukum acara dengan menerima gugatan
es

Termohon Kasasi yang diajukan secara kurang pihak (plurium litis


M

ng

on

Hal. 63 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
consortium), karena tidak menarik PT Pertamina EP sebagai pihak

si
dalam pemeriksaan perkara a quo;
43. Adalah benar bahwa Termohon Kasasi mempunyai hak untuk

ne
ng
menentukan siapa saja yang akan ditarik sebagai pihak dalam gugatan
yang diajukannya. Namun demikian, hak Termohon Kasasi tersebut
tetap harus memperhatikan ketentuan hukum acara perdata yang

do
gu mewajibkan Termohon Kasasi menarik PT Pertamina EP sebagai pihak
yang berkepentingan dalam perkara a quo agar permasalahan hukum

In
A
yang ada dapat diselesaikan secara tuntas dan gugatan pun tidak
mengandung cacat formil kurang pihak (plurium litis consortium);
ah

lik
Berikut kami kutip sumber-sumber hukum acara perdata di Indonesia
yang mewajibkan Termohon Kasasi untuk menarik pihak-pihak
sehingga gugatan tidak menjadi cacat formil karena kurang pihak;
am

ub
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 151
K/Sip/1972 tanggal 13 Mei 1975:
ep
“bahwa karena yang berhutang kepada Penggugat/Terbanding adalah
k

dua orang, seharusnya gugatan ditujukan kepada kedua orang tersebut;


ah

bahwa karena gugatan tidak lengkap (yang digugat hanya seorang)


R

si
gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima."
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 938

ne
ng

K/Sip/1971 tanggal 4 Oktober 1972:


“Jual beli antara Tergugat dengan orang ketiga tidak dapat dibatalkan

do
gu

tanpa diikutsertakannya orang ketiga tersebut sebagai tergugat dalam


perkara."
In
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
A

2438K/Sip/1980 tanggal 23 Maret 1982:


“Gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena tidak semua
ah

lik

ahli waris turut sebagai pihak dalam perkara."


M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang berjudul Hukum Acara
m

ub

Perdata Tentang Gugatan. Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan


Putusan Pengadilan, Penerbit Sinar Grafika, Cetakan Kedelapan,
ka

Jakarta, 2008, halaman 439:


ep

"Alasan pengajuan eksepsi ini, yaitu apabila orang yang ditarik sebagai
ah

tergugat tidak lengkap. Atau orang yang bertindak sebagai penggugat


R

tidak lengkap. Masih ada orang yang harus ikut dijadikan sebagai
es

Penggugat atau Tergugat, baru sengketa yang dipersoalkan dapat


M

ng

diselesaikan secara tuntas dan menyeluruh. ... Dengan demikian, oleh


on

Hal. 64 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karena pihak ketiga tersebut tidak ikut digugat, gugatan dinyatakan

si
mengandung cacat plurium litis consortium."
44. Seperti yang telah diuraikan oleh Para Pemohon Kasasi dalam Jawaban

ne
ng
pada pemeriksaan tingkat pertama dan dalam memori banding dalam
pemeriksaan tingkat banding, Termohon Kasasi semestinya menarik PT
Pertamina EP sebagai pihak dalam perkara a quo atas dasar alasan-

do
gu alasan sebagai berikut:
i. Dalam Putusan BANI Nomor 397/2011, tuntutan-tuntutan yang

In
A
diajukan PT Pertamina EP dalam permohonan arbitrasenya
dikabulkan sebagian, sehingga Putusan BANI Nomor 397/2011
ah

lik
telah menimbulkan dan memberikan hak-hak kepada PT Pertamina
EP yang dapat dilaksanakan melalui proses pelaksanaan putusan
arbitrase sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;
am

ub
ii. Ditundanya Putusan BANI Nomor 397/2011 akan merugikan hak
dan kepentingan PT Pertamina EP yang pemenuhan haknya
ep
bergantung pada pelaksanaan dari Putusan BANI Nomor 397/2011
k

yang bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan


ah

mengikat para pihak (vide Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase);


R

si
iii. Oleh karena Putusan BANI Nomor 397/2011 telah dinyatakan tidak
sah, tidak berkekuatan hukum dan non eksekutabel oleh Pengadilan

ne
ng

Negeri Jakarta Selatan, maka hak dan kepentingan PT Pertamina


EP yang timbul dari Putusan BANI Nomor 397/2011 tersebut telah

do
gu

diabaikan; dan
iv. Dinyatakannya Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
In
Nomor 17 Eks/2011 tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak
A

dapat dilaksanakan (non-executable) sudah jelas akan meniadakan


hak-hak PT Pertamina EP yang timbul dari Putusan BANI Nomor
ah

lik

397/2011;
45. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka jelas bahwa PT
m

ub

Pertamina EP merupakan pihak yang berkepentingan atas Putusan


BANI Nomor 397/2011 dan Penetapan Aanmaning Nomor 17
ka

Eks.Arb/2012/PN.Jkt.Sel. yang menjadi obyek dari tuntutan Termohon


ep

Kasasi. Sehingga PT Pertamina EP sudah seharusnya diikutsertakan


ah

sebagai pihak dalam perkara a quo agar PT Pertamina EP dapat


R

membela dan mempertahankan kepentingannya;


es

46. Dengan tidak ditariknya PT Pertamina EP sebagai pihak, maka Gugatan


M

ng

Termohon Kasasi telah menghilangkan asas audi et alteram partem


on

Hal. 65 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
karena tidak memberikan kesempatan bagi PT Pertamina EP untuk

si
membela dan mempertahankan kepentingannya. Dengan demikian,
maka pertimbangan hukum Judex Facti yang menyatakan bahwa tidak

ne
ng
ditariknya PT Pertamina EP sebagai pihak dalam perkara a quo
merupakan kewenangan penuh dari Termohon Kasasi dan tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, jelas merupakan

do
gu bukti Judex Facti telah salah menerapkan hukum acara perdata dalam
pemeriksaan perkara a quo;

In
A
Berdasarkan pada uraian tersebut, demi tercapainya tertib beracara dan
berpegang teguh pada ketentuan Pasal 30 huruf b Undang-Undang
ah

lik
Mahkamah Agung, sudah sepatutnya Judex Juris Mahkamah Agung
Republik Indonesia yang memeriksa dan memutus permohonan kasasi
ini membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013
am

ub
jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, untuk
kemudian mengadili sendiri dengan menyatakan gugatan Termohon
ep
Kasasi tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) atau setidak-
k

tidaknya menolak gugatan Termohon Kasasi untuk seluruhnya;


ah

R
Tambahan Memori Kasasi:

si
Memori kasasi tambahan a quo diajukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan

ne
ng

hukum yang berlaku;

I. Para Pemohon Kasasi telah mengajukan permohonan kasasi atas Putusan

do
gu

Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan Nomor 652/2012 kepada Mahkamah Agung RI melalui
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 25 Maret
In
A

2014. Selanjutnya, pada langgal 7 April 2014. Para Pemohon Kasasi telah
mengajukan memori kasasi atas Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
ah

lik

Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor


652/2012 kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui
m

ub

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;


II. Untuk memperjelas dan melengkapi memori kasasi yang telah diajukan,
ka

maka Para Pemohon Kasasi mengajukan memori kasasi tambahan a quo


ep

yang melampirkan keterangan tertulis dan curriculum vitae dari Ahli Prof.
ah

Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M., yang kiranya dapat dijadikan bahan ad
R

informandum bagi Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia


es

dalam memeriksa dan memutus perkara perdata a quo, sehingga nantinya


M

ng

diharapkan Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia dapat


on

Hal. 66 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memutus secara arif dan bijaksana demi terciptanya keadilan dan

si
kepastian hukum;
III. Mengingat dalam hukum acara perdata Indonesia tidak diatur mengenai

ne
ng
batas waktu pengajuan memori kasasi tambahan, maka pengajuan
memori kasasi tambahan dibenarkan untuk dapat diajukan melebihi dari
tenggat waktu 14 (empat belas) hari setelah pengajuan permohonan

do
gu kasasi, asalkan terpenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3
Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1983

In
A
tentang memohon kasasi tambahan yang diajukan di luar tenggang waktu
14 Hari (SEMA Nomor 20/1983"), sebagai berikut:
ah

“Apabila ketentuan Pasal 248 ayat (1) KUHAP sudah dipenuhi oleh

lik
Pemohon Kasasi, ia kemudian mengajukan memori kasasi tambahan
diluar tenggang waktu 14 hari tersebut, tambahan itu hanya akan berlaku
am

ub
sebagai bahan ad informandum bagi Mahkamah Agung dan tidak akan
dipertimbangkan sebagai alasan kasasi yang dapat membatalkan putusan
ep
(Pasal 249 ayat (1) KUHAP)."
k

Oleh karena Para Pemohon Kasasi telah mengajukan memori kasasi


ah

dalam tenggat waktu 14 (empat belas) hari setelah pengajuan


R

si
permohonan kasasi (in casu tanggal 7 April 2014), maka pengajuan
memori kasasi tambahan ini telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

ne
ng

SEMA Nomor 20/1983;


IV. Berdasarkan uraian di atas, maka sudah sepatutnya memori kasasi

do
gu

tambahan a quo untuk diterima oleh Judex Juris Mahkamah Agung


Republik Indonesia;
In
Alasan-alasan yuridis pengajuan memori kasasi tambahan:
A

Para Pemohon Kasasi dengan ini menyatakan tetap pada pendirian serta dalil-
dalilnya yang telah dikemukakan secara tegas didalam memori kasasi Para
ah

lik

Pemohon Kasasi tanggal 7 April 2014 yang telah diajukan kepada Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
m

ub

Selatan pada tanggal 7 April 2013. Oleh karenanya, segala apa yang tertuang di
dalam memori kasasi Para Pemohon Kasasi tersebut secara mutatis mutandis
ka

menjadi satu kesatuan yang integral dan tidak terpisahkan dengan memori
ep

kasasi tambahan yang diajukan oleh Para Pemohon Kasasi ini;


ah

Seperti yang telah disampaikan di atas, Memori Kasasi Tambahan yang


R

melampirkan (Keterangan Tertulis dari Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M
es

tertanggal 14 April 2014 (Keterangan Ahli Prof. Dr. Huala Adolf) ini diajukan
M

ng

guna memaparkan mengenai penafsiran atas ketentuan hukum arbitrase di


on

Hal. 67 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Indonesia, sehingga dapat tercipta penerapan hukum yang tepat dalam

si
pemeriksaan perkara a quo;
A. Judex Facti tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus gugatan

ne
ng
Termohon Kasasi yang tunduk pada kompetensi absolut dari Badan
Arbitrase Nasional Indonesia.
1. Seperti yang terlihat jelas di dalam uraian posita gugatannya, Termohon

do
gu Kasasi telah mempersengketakan mengenai haknya atas non shareable
oil (NSO) yang diatur dalam enhanced oil recovery contract antara PT

In
A
Pertamina EP dengan Termohon Kasasi ("EOR Contract") (Bukti Tl s.d.
TIII- 9), yang mana permasalahan hukum mengenai non shareable oil
ah

lik
(NSO) tersebut merupakan pokok sengketa yang timbul dari EOR
Contract yang terikat dengan klausul arbitrase didalam Pasal 12.2 EOR
Contract (vide Bukti Tl s.d. TIII- 9) yang disepakati dan mengikat
am

ub
layaknya undang-undang bagi PT Pertamina EP dan Termohon Kasasi
(vide Pasal 1338 Burgerlijk Wetboek dan Asas Pacta Sunt Servanda);
ep
2. Bahwa dengan telah terikatnya permasalahan mengenai Non Shareable
k

OH (NSO) oleh klausul arbitrase dalam Pasal 12.2 EOR Contract yang
ah

telah menyepakati Badan Arbitrase Nasional Indonesia (in casu Turut


R

si
Termohon Kasasi) sebagai choice of forum, maka Judex Facti
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Judex Facti Pengadilan Tinggi

ne
ng

Jakarta semestinya secara ex officio menyatakan dirinya tidak


berwenang secara absolut (vide Pasal 134 Het Herziene Indonesisch

do
gu

Reglement ["HIR"]) untuk memeriksa dan memutus gugatan Termohon


Kasasi yang mengandung sengketa yang masih tunduk pada
In
kewenangan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (in casu Turut
A

Termohon Kasasi;
3. Pemisahan yurisdiksi antara arbitrase dan peradilan umum dalam hal
ah

lik

adanya klausul arbitrase yang berlaku mengikat pada hakikatnya


merupakan penerapan asas "limited court involvement yang sudah
m

ub

ditegaskan di dalam ketentuan Pasal 3 Jo. Pasal 11 Undang-undang


Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
ka

Sengketa ("UU Arbitrase"), sehingga sudah semestinya dipatuhi oleh


ep

semua hakim dalam lingkup peradilan umum, termasuk Judex Facti dan
ah

Judex Juris dalam perkara a quo;


R

Hal ini selaras dengan pendapat Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M
es

dalam Halaman 3 Nomor 11 dan Nomor 14 Keterangan Tertulisnya


M

ng

(terlampir), yang menyatakan sebagai berikut:


on

Hal. 68 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"11. Salah satu asas atau prinsip penting dalam arbitrase adalah asas

si
'limited court involvement' atau asas pembatasan turut-campur
pengadilan dalam arbitrase. Asas ini antara lain tercantum dalam

ne
ng
Pasal 3 dan Pasal 11 Undang-Undang Arbitrase. Pasal 3 Undang-
Undang Arbitrase menyatakan: "Pengadilan Negeri tidak
berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat

do
gu dalam perjanjian arbitrase."
.................

In
A
14. Berdasarkan ketentuan Pasal 21 di atas dan asas termuat dalam
Pasal 3 dan Pasal 11 Undang-Undang Arbitrase di atas,
ah

lik
Pengadilan Negeri harus menahan diri untuk memeriksa perkara
yang telah tercantum klausul arbitrase dan Pengadilan Negeri
harus melindungi dan menjamin imunitas arbiterini.";
am

ub
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, maka dengan telah
disepakatinya klausul arbitrase dalam Pasal 12.2 EOR Contract, Judex
ep
Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Judex Facti Pengadilan
k

Tinggi Jakarta wajib menolak dan tidak campur tangan di dalam suatu
ah

penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase:


R

si
4. Lebih lanjut, Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M juga menegaskan
bahwa adanya pembatasan turut campur tangan Lembaga Peradilan

ne
ng

Umum (Pengadilan Negeri) atas suatu perkara yang terikat dengan


klausul arbitrase adalah ditujukan untuk memperkuat eksistensi forum

do
gu

arbitrase itu sendiri di Indonesia. Menurut hemat Para Pemohon Kasasi,


hilangnya turut campur tangan Lembaga Peradilan Umum (Pengadilan
In
Negeri) tersebut akan menghilangkan pandangan masyarakat Indonesia
A

dan masyarakat internasional bahwa Negara Indonesia adalah negara


yang tidak ramah atas putusan arbitrase (unfriendly state toward
ah

lik

commercial arbitration proceedings and awards);


Berikut kami kutip pendapat Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M dalam
m

ub

keterangan tertulisnya pada Halaman 4 Nomor 15 (terlampir):


“Penerapan asas pembatasan turut campur tangan pengadilan terhadap
ka

arbitrase sangat penting dan berpengaruh terhadap eksisensi arbitrase.


ep

Kehadiran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah untuk


ah

memperkuat eksistensi arbitrase di Indonesia. Dengan diberlakukannya


R

undang-undang ini disamping menggantikan ketentuan lama mengenai


es

arbitrase, juga untuk menghormati eksistensi ini dan terutama


M

ng

on

Hal. 69 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mencegah terjadinya berlarut-larutnya proses arbitrase di Indonesia.

si
(Penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999)."
5. Namun demikian, pada kenyataannya, dengan sangat bertentangan

ne
ng
dengan ketentuan hukum dan asas beracara yang telah diuraikan di
atas, Judex Facti telah bertindak di luar kewenangannya dengan
menerima gugatan Termohon Kasasi yang mempersengketakan Non

do
gu Shareable Oil (NSO) yang terikat dengan klausul arbitrase Pasal 12.2
EOR Contract (vide bukti Tl s.d. TIII- 9). Bahkan, Judex Facti telah

In
A
bertindak di luar kewenangannya dengan membebankan ganti kerugian
imateriil kepada Para Pemohon Kasasi berdasarkan pertimbangan
ah

lik
hukum bahwa Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia Nomor
397/V/ARB-BANI/2011 tanggal 21 November 2011 ("Putusan BANI
Nomor 397/2011") telah berat sebelah;
am

ub
Padahal, ketentuan Pasal 3 jo. Pasal 11 Undang-Undang Arbitrase telah
secara tegas mewajibkan Pengadilan Negeri untuk menolak dan tidak
ep
campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah
k

ditetapkan melalui arbitrase, baik dalam mengadili sengketa yang nyata-


ah

nyata terikat dengan klausul arbitrase maupun melakukan penilaian atas


R

si
substansi putusan arbitrase;
6. Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa Judex Facti telah melanggar

ne
ng

ketentuan Pasal 134 HIR dan Pasal 3 jo Pasal 11 dengan bertindak di


luar kewenangannya dalam memeriksa dan memutus perkara a quo.

do
gu

Sehingga, sudah selayaknya apabila Judex Juris Mahkamah Agung


Republik Indonesia membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
In
Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
A

652/2012, untuk kemudian mengadili sendiri perkara a quo dengan


menyatakan lembaga peradilan umum tidak berwenang memeriksa dan
ah

lik

memutus perkara a quo, serta menyatakan gugatan Termohon Kasasi


tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).
m

ub

B. Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum, karena telah keliru
dalam menafsirkan (legal misinterpretation) ketentuan Pasal 44 ayat (2)
ka

Undang-Undang Arbitrase;.
ep

7. Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah salah dengan


ah

berkesimpulan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 44 ayat (2)


R

Undang-Undang Arbitrase, Perkara Arbitrase Nomor 397A//ARB-


es

BANI/2011 ("Perkara BANI Nomor 397/2011") seharusnya diputus


M

ng

dengan putusan verstek dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari


on

Hal. 70 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
setelah pemanggilan kedua diterima oleh Termohon Kasasi (Termohon

si
Arbitrase) dan Termohon Kasasi (Termohon Arbitrase) tetap tidak
datang menghadap di muka persidangan tanpa alasan yang sah;

ne
ng
8. Padahal, ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase secara
terang dan jelas mengatur mengenai batas waktu untuk meneruskan
pemeriksaan perkara tanpa kehadiran termohon arbitrase, dan bukan

do
gu merupakan batas waktu untuk memutus perkara yang sedang diperiksa;
Rumusan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase yang

In
A
dimaksud adalah sebagai berikut:
"Paling lama 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua diterima
ah

lik
termohon dan tanpa alasan yang sah termohon juga tidak datang
menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa
hadirnya Termohon dan tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya,
am

ub
kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum.";
9. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M.,
ep
yang menafsirkan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
k

Arbitrase dengan metode penafsiran grammatikal/bahasa. Bahwa


ah

dengan digunakannya metode penafsiran grammatikal tersebut, Ahli


R

si
Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M., menyatakan bahwa ketentuan Pasal
44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase sudah sangat jelas sehingga tidak

ne
ng

perlu diartikan lain, yaitu:


Halaman 1 Nomor 3 Keterangan Ahli Prof. Dr. Huala Adolf (terlampir):

do
gu

"Dari metode penafsiran yang ada, untuk menafsirkan ketentuan Pasal


44 ayat (2) dapat dilakukan melalui penafsiran gramatikal/bahasa. Bunyi
In
ketentuan Pasal 44 ayat (2) tersebut telah jelas dan tidak perlu diartikan
A

lain bahwa apabila Termohon tidak datang di persidangan arbitrase


setelah dipanggil sebanyak 2 (dua) kali, Majelis Arbitrase melanjutkan
ah

lik

pemeriksaan. Syarat jangka waktu 10 hari bukanlah syarat bagi Majelis


Arbitrase untuk memberi putusan, tetapi melanjutkan persidangan sejak
m

ub

tidak hadirnya Termohon di persidangan setelah pemanggilan kedua."


Terkait dengan keterangannya tersebut di atas, Ahli Prof. Dr. Huala
ka

Adolf, S.H., LL.M juga merujuk kepada doktrin Sudargo Gautama dalam
ep

bukunya Undang-Undang Arbitrase Baru 1999, Bandung: Citra Aditya


ah

Bakti, 1999 pada halaman 100 yang menyatakan sebagai berikut:


R

“Yang dikemukakan dalam ayat (2), paling lama sepuluh hari setelah
es

pemanggilan yang kedua diterima Termohon, tanpa alasan yang sah


M

ng

on

Hal. 71 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Termohon tidak datang di muka persidangan, pemeriksaan akan

si
diteruskan tanpa hadirnya dari Termohon ini."
Dengan demikian, maka jelas berdasarkan ketentuan Pasal 44 ayat (2)

ne
ng
Undang-Undang Arbitrase apabila Termohon Arbitrase tidak datang di
persidangan arbitrase setelah dipanggil sebanyak 2 (dua) kali, maka
Majelis Arbitrase melanjutkan pemeriksaan. Atau dengan kata lain,

do
gu syarat batas waktu 10 (sepuluh) hari yang dimaksud dalam ketentuan
Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase bukanlah syarat bagi

In
A
majelis arbitrase untuk memutus perkara, akan tetapi untuk melanjutkan
persidangan tanpa kehadiran termohon arbitrase;
ah

lik
10. Lebih lanjut, disampaikan pula oleh Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H.,
LLM. bahwa berdasarkan pengalamannya baik sebagai individu,
maupun sebagai anggota atau Ketua Majelis Arbitrase, pada
am

ub
kenyataannya selama ini jangka waktu 10 (sepuluh) hari yang dimaksud
oleh ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase selalu
ep
diterapkan sebagai jangka waktu bagi Majelis Arbitrase untuk segera
k

bersidang kembali untuk meneruskan pemeriksaan (vide Halaman 2


ah

Nomor 6 Keterangan Ahli Prof. Dr. Huala Adolf);


R

si
11. Berdasarkan uraian dan keterangan ahli di atas, kiranya jelas bahwa
maksud dari ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase

ne
ng

adalah untuk memberikan kewenangan kepada Para Pemohon Kasasi


selaku Majelis Arbitrase Perkara BANI Nomor 397/2011 untuk

do
gu

meneruskan pemeriksaan perkara tanpa kehadiran termohon arbitrase


(in casu Termohon Kasasi), dan bukan batas waktu untuk memutus
In
perkara arbitrase yang sedang diperiksa tersebut. Oleh karena itu,
A

Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang menyatakan
ah

lik

bahwa Para Pemohon Kasasi telah melakukan perbuatan melawan


hukum karena telah menjatuhkan Putusan BANI Nomor 397/2011 lebih
m

ub

dari 10 (sepuluh) hari setelah pemanggilan kedua terhadap Termohon


Kasasi, merupakan putusan yang salah dalam penerapan hukumnya
ka

karena telah keliru dalam menafsirkan (legal misinterpretation)


ep

ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase;


ah

Dengan demikian, maka sudah selayaknya Judex Juris Mahkamah


R

Agung Republik Indonesia membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi


es

Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan


M

ng

on

Hal. 72 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 652/2012, untuk kemudian mengadili sendiri perkara a quo

si
dengan menolak gugatan yang diajukan oleh Termohon Kasasi;
C. Putusan Judex Facti yang menghukum ganti kerugian immateriil terhadap

ne
ng
Para Pemohon Kasasi telah melanggar hak imunitas arbiter yang didasari
ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase;
12. Seperti yang telah dijelaskan di dalam memori kasasi Para Pemohon

do
gu Kasasi, dengan dibebankannya pertanggungjawaban kerugian
immateriil terhadap Para Pemohon Kasasi (in casu Majelis Arbitrase)

In
A
atas diputusnya Perkara BANI Nomor 397/2011, maka Judex Facti telah
melanggar hak imunitas yang dimiliki oleh Para Pemohon Kasasi selaku
ah

lik
arbiter yang dijamin oleh ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase,
sebagai berikut:
"Arbiter atau Majelis Arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab
am

ub
hukum apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses
persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai arbiter
ep
atau Majelis Arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik
k

dari tindakan tersebut."


ah

13. Judex Facti telah secara keliru dan tidak berdasarkan hukum
R

si
menyimpulkan bahwa Para Pemohon Kasasi telah melakukan itikad
tidak baik karena telah memutus Perkara BANI Nomor 397/2011

ne
ng

dengan melanggar ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang


Arbitrase. Padahal, Judex Facti sama sekali tidak mendasarkan

do
gu

pertimbangan hukumnya tersebut pada sumber-sumber hukum yang


secara jelas mendefinisikan maksud "itikad tidak baik" yang dimaksud
In
dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase dan malah secara
A

tidak berdasar menyimpulkan bahwa pelanggaran atas ketentuan Pasal


44 ayat (2) Undang-Undang Arbitrase (quod non) dapat langsung
ah

lik

dikualifikasikan sebagai "itikad tidak baik";


14. Sama halnya dengan tujuan pemberian imunitas kepada para Hakim,
m

ub

pada dasarnya imunitas arbiter yang diatur di dalam ketentuan Pasal 21


Undang-Undang Arbitrase diberikan untuk melindungi para arbiter
ka

dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Hakim Partikelir,


ep

khususnya agar tidak dapat dipersalahkan dalam mengambil keputusan;


ah

Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, maka "itikad tidak baik" yang
R

menjadi pengecualian atas pemberlakuan imunitas arbiter yang


es

diberikan oleh ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase haruslah


M

ng

diartikan dan dipergunakan secara hati-hati dan limitatif agar Hakim


on

Hal. 73 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak terjebak dalam usaha tidak berdasar dari pihak yang tidak

si
menerima kekalahan dalam persidangan arbitrase;
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Ahli Prof. Dr. Huala Adolf,

ne
ng
S.H., LL.M. dalam keterangan tertulisnya pada Halaman 3 Nomor 10
(terlampir), yang menyatakan sebagai berikut:
"Yang dimaksud dengan itikad baik dalam Pasal 21 Undang-Undang

do
gu Arbitrase menurut saya harus diartikan secara sempit dan harus
dibuktikan. Itikad baik haruslah merupakan syarat yang mengecualikan

In
A
imunitas arbiter. Apabila imunitas arbiter menjadi permasalahan, maka
syarat itikad baik ini haruslah dipergunakan secara terbatas dan harus
ah

lik
hati-hati diterapkan. Sesuatu putusan arbiter yang memenangkan suatu
pihak dan mengalahkan pihak lainnya, mudah sekali ditafsirkan oleh
pihak yang dikalahkan bahwa arbiter tidak beritikad baik. Oleh karena itu,
am

ub
saya berpendapat penerapan argumentasi bahwa arbiter tidak beritikad
baik harus diterapkan secara hati-hati bahkan harus sangat limitatif."
ep
15. Berdasarkan uraian tersebut, maka Judex Facti seharusnya tidak
k

menjatuhkan putusan yang menghukum Para Pemohon Kasasi selaku


ah

Majelis Arbitrase Perkara BANI Nomor 397/2011 untuk membayar ganti


R

si
rugi kepada Termohon Kasasi;
Putusan Judex Facti tersebut telah jelas melanggar ketentuan Pasal 21

ne
ng

Undang-Undang Arbitrase yang menjamin imunitas arbiter untuk tidak


dapat dikenakan tanggung jawab hukum apapun dan menunjukkan

do
gu

kurangnya penghargaan badan peradilan umum terhadap lembaga


arbitrase, serta sangat mengusik keberlangsungan lembaga arbitrase di
In
Indonesia. Atas hal tersebut, maka sudah selayaknya apabila Putusan
A

Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan Nomor 652/2012 yang telah diputus secara melanggar
ah

lik

ketentuan undang-undang (wederrechtelijk, contrary to written law)


dibatalkan oleh Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia, dan
m

ub

sudah sepatutnya pula Judex Juris Mahkamah Agung Republik Indonesia


mengadili sendiri dengan menolak seluruh gugatan Termohon Kasasi;
ka

D. Judex Facti telah melampaui batas wewenang dan melanggar ketentuan


ep

Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase dengan menyatakan Putusan BANI


ah

Nomor 397/2011 tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan non
R

eksekutabel;
es

Dalam perkara a quo, Judex Facti telah melampaui batas wewenang dan
M

ng

melanggar ketentuan Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase dengan


on

Hal. 74 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 tidak sah, tidak mempunyai

si
kekuatan hukum, dan non eksekutabel (vide amar dalam pokok perkara No. 3
dan Nomor 4 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012);

ne
ng
16. Padahal jelas ditegaskan di dalam ketentuan Pasal 60 Undang-Undang
Arbitrase, bahwa Putusan BANI Nomor 397/2011 yang merupakan
putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap

do
gu dan mengikat para pihak (final and binding), yang mana artinya,
terhadap Putusan BANI Nomor 397/2011 tersebut tidak dapat diajukan

In
A
upaya hukum apapun, baik banding, kasasi ataupun peninjauan
kembali;
ah

lik
Hal ini sebagaimana yang disampaikan pula oleh Ahli Prof. Dr. Huala
Adolf, S.H., LL.M. dalam Keterangan Tertulisnya pada Halaman 4
Nomor 16 (terlampir), yang menyatakan sebagai berikut:
am

ub
"Pemahaman saya mengenai arbitrase mengenai sifat putusan arbitrase
yang berlaku final and binding adalah jelas. Saya berpendapat ketentuan
ep
Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase yang menyatakan: "Putusan arbitrase
k

bersifat final dan mempunyai kekuatan tetap dan mengikat para pihak,"
ah

sudahlah jelas. Penjelasan Pasal ini menyatakan: "Putusan arbitrase


R

si
merupakan putusan final dan dengan demikian tidak dapat diajukan
banding, kasasi atau peninjauan kembali" telah lebih menegaskan

ne
ng

pengertian sifat putusan arbitrase yang final dan mengikat ini.";


17. Lebih lanjut atas sifat putusan arbitrase yang final, mempunyai kekuatan

do
gu

hukum tetap, dan mengikat para pihak (final and binding) itulah, maka
undang-undang telah memberikan batasan yang sangat restriktif,
In
dimana satu-satunya mekanisme yang dibenarkan menurut hukum
A

untuk menyatakan putusan arbitrase (in casu Putusan BANI Nomor


397/2011) tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum hanyalah
ah

lik

melalui mekanisme permohonan pembatalan putusan arbitrase


sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 70 s.d. Pasal 72 Undang-
m

ub

Undang Arbitrase. Dimana, syarat-syarat pembatalan putusan arbitrase


yang secara limitatif diatur dalam ketentuan Pasal 70 Undang-Undang
ka

Arbitrase itu haruslah dibuktikan terlebih dahulu di dalam persidangan,


ep

yaitu: adanya pemalsuan dokumen/bukti; dan/atau disembunyikannya


ah

dokumen yang bersifat menentukan; dan/atau adanya tipu muslihat;


R

Akan tetapi, tidak ada satupun syarat-syarat ketentuan Pasal 70


es

Undang-Undang Arbitrase tersebut yang terpenuhi dalam pemeriksaan


M

ng

Perkara BANI Nomor 397/2011, sehingga tidaklah berdasar bagi Judex


on

Hal. 75 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Facti untuk menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011 tidak sah, tidak

si
mempunyai kekuatan hukum, dan non eksekutabel;
18. Terkait dengan hal tersebut di atas, kiranya layak untuk disimak

ne
ng
pendapat Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M. dalam Keterangan
Tertulisnya pada Halaman 4 s.d. Halaman 5 Nomor 17 s.d. Nomor 18
(terlampir), sebagai berikut:

do
gu "17. Pembatasan yang dapat menggugurkan putusan arbitrase yang
bersifat final dan mengikat berdasarkan Undang-Undang Nomor

In
A
30 Tahun 1999 adalah Pasal 70. Pasal 70 menyatakan:
Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan
ah

lik
permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan,
am

ub
setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan
palsu;
ep
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
k

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau


ah

c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh


R

si
salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
18. Untuk menggugurkan putusan arbitrase, ketiga unsur di atas, yaitu

ne
ng

pemalsuan dokumen, disembunyikannya dokumen yang bersifat


menentukan, dan unsur adanya tipu muslihat, harus dibuktikan di

do
gu

muka persidangan."
19. Berdasarkan uraian dan pendapat Ahli Prof. Dr. Huala Adolf, S.H., LL.M
In
tersebut di atas, maka jelas bahwa gugatan perbuatan melawan hukum
A

yang diajukan Termohon Kasasi sama sekali tidak dapat dijadikan dasar
bagi Judex Facti untuk menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011
ah

lik

tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, karena satu-satunya


mekanisme untuk hal tersebut hanyalah melalui pengajuan permohonan
m

ub

pembatalan putusan arbitrase yang didasari dengan ketentuan Pasal 70


s.d. 72 Undang-Undang Arbitrase;
ka

Terlebih lagi pada faktanyapun, satu-satunya mekanisme pembatalan


ep

putusan arbitrase yang dibenarkan oleh ketentuan Pasal 70 s.d. 72


ah

Undang-Undang Arbitrase sudah pernah ditempuh sebelumnya oleh


R

Termohon Kasasi dan telah ditolak oleh Putusan Mahkamah Agung


es

Republik Indonesia Nomor 370 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 26 Juni 2012


M

ng

(vide Bukti T l s.d. T III-3) jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


on

Hal. 76 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Selatan Nomor 680/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel. tanggal 8 Maret 2012 (vide

si
bukti Tl s.d. T III- 4);
20. Dengan demikian, jelas bahwa Judex Facti telah melanggar ketentuan

ne
ng
Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase dan telah bertindak melampaui batas
kewenangannya dengan menyatakan Putusan BANI Nomor 397/2011
tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum, dan non eksekutabel

do
gu berdasarkan gugatan perbuatan melawan hukum Termohon Kasasi yang
nyata-nyata bukan merupakan upaya hukum pembatalan putusan

In
A
arbitrase yang dibenarkan menurut Undang-Undang Arbitrase;
Oleh karena itu, demi tercapainya kepastian hukum bagi lembaga
ah

lik
arbitrase di Indonesia, serta demi terlaksananya tertib beracara di
lingkup peradilan umum itu sendiri, maka sudah sepatutnya Judex Juris
Mahkamah Agung Republik Indonesia membatalkan Putusan
am

ub
Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/2013 jo. Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/2012, untuk kemudian mengadili
ep
sendiri dan menolak gugatan Termohon Kasasi.
k

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut Mahkamah


ah

Agung berpendapat:
R

si
Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi Para Pemohon Kasasi dapat
dibenarkan, oleh karena Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta, yang menguatkan

ne
ng

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan salah dalam menerapkan hukum


dengan pertimbangan bahwa norma dalam ketentuan Pasal 44 ayat (2) Undang-

do
gu

Undang Nomor 30 Tahun 1990 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa berisi mengenai kelanjutan pemeriksaan perkara oleh Majelis Arbitrase
In
ketika Termohon tidak hadir setelah dipanggil secara patut untuk kedua kalinya
A

bukan mengenai batas waktu pemeriksaan maupun pembacaan putusan


sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex Facti, karena itu Judex Facti telah salah
ah

lik

dalam menerapkan hukum;


Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dengan tidak
m

ub

perlu mempertimbangkan alasan kasasi lainnya, Mahkamah Agung


berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
ka

kasasi dari Para Pemohon Kasasi: I. Badan Arbitrase Nasional Indonesia dan
ep

Para Pemohon Kasassi II: 1. M HUSSEYN UMAR, S.H., FCBArb, 2. Dr. FRANS
ah

HENDRA WINARTA, S.H., M.H., FCBrb, 3. Dr. DANRIVANTO BUDHIJANTO,


R

S.E., LLM, in IT LAW, dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta


es

Nomor 576/Pdt/2013/PT.DKI tanggal 27 Januari 2014 yang menguatkan


M

ng

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 652/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel


on

Hal. 77 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tanggal 4 Juli 2013 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan

si
amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Penggugat/ Terbanding

ne
ng
berada dipihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
semua tingkat peradilan;
Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 dan

do
gu Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-

In
A
Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
ah

lik
M E N G AD I L I :
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: I. BADAN
ARBITRASE NASIONAL INDONESIA, dan Pemohon Kasasi II. 1. M HUSSEYN
am

ub
UMAR, S.H., FCBArb, 2. Dr. FRANS HENDRA WINARTA, S.H., M.H., FCBrb, 3. Dr.
DANRIVANTO BUDHIJANTO, S.E., LLM, in IT LAW, tersebut;
ep
Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 576/Pdt/2013/PT.DKI
k

tanggal 27 Januari 2014 yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


ah

Selatan Nomor 652/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel tanggal 4 Juli 2013;


R

si
MENGADILI SENDIRI:
Menolak gugatan Penggugat;

ne
ng

Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding untuk membayar biaya


perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini sebesar

do
gu

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);


Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Mahkamah Agung pada hari
In
Senin, tanggal 10 November 2014, oleh Dr.H. Andi Syamsu Alam, S.H.,M.H., Hakim
A

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis. H.
Hamdi, S.H.,M.Hum., dan Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,Ph.D., Hakim-Hakim Agung
ah

lik

sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu
juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan Hosianna Mariani
m

ub

Sidabalok, S.H.,M.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak;
ka

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,


ep

ttd./H. Hamdi, S.H.,M.Hum., ttd./


ttd./ Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,Ph.D.,
ah

Dr.H. Andi Syamsu Alam, S.H.,M.H.,


R

es
M

ng

on

Hal. 78 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Biaya-biaya : Panitera Pengganti :

ne
ng
1. Meterai Rp 6.000,00 ttd./
2. Redaksi Rp 5.000,00 Hosianna Mariani Sidabalok, S.H.,M.H.
3. Administrasi kasasi Rp489.000,00

do
gu Jumlah Rp500.000,00

In
A
Untuk Salinan
Mahkamah Agung R.I
ah

lik
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata
am

ub
Dr. PRI PAMBUDI TEGUH, S.H., M.H.
ep
Nip. 19610313 198803 1 003
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Hal. 79 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
Untuk Salinan
Mahkamah Agung R.I
a.n. Panitera
am

ub
Panitera Muda Perdata
ep
k
ah

Dr.PRI PAMBUDI TEGUH, SH.,MH.


R

si
Nip. 19610313 198803 1 003

ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Hal. 80 dari 79 hal. Put. Nomor 1300 K/Pdt/2014


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80

Anda mungkin juga menyukai