Kasus Gastritis
Kasus Gastritis
Y DENGAN GASTRITIS DI
RUANG IGD RUMAH SAKIT UMUM PAKUWON
Disusun Oleh :
Sri Yuni, Amd. Kep
SUMEDANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membaca dan sebagai wahana menambah
pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah SWT selalu tetap memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, amin.
Penulis
Sri Yuni
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................3
A. Konsep Penyakit..............................................................................................5
1. Definisi Asma............................................................................................5
2. Etiologi Asma............................................................................................5
3. Manifestasi Klinis Asma...........................................................................6
4. Komplikasi Asma......................................................................................6
5. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
6. Penatalaksanaan Asma..............................................................................7
7. Pathway Asma...........................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................9
1. Pengkajian Primer.................................................................................9
2. Pengkajian Sekunder.............................................................................9
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................11
4. Intervensi Keperawatan........................................................................13
5. Implementasi Keperawatan...................................................................21
6. Evaluasi.................................................................................................21
A. Pengkajian.............................................................................................23
B. Analisa Data..........................................................................................28
C. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas............................................30
D. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.............................................31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................39
B. Saran................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang digunakan bagi
makhluk hidup sebagai penyimpan makanan yaitu lambung. Fungsi lambung bagi
tubuh yang paling utama adalah sebagai menerima makanan dan bekerja sebagai
penampung untuk jangka waktu pendek, semua makanan dicairkan dan
dicampurkan dengan asam lambung dan dengan cara ini disiapkan untuk dicerna
oleh usus (Perry & Potter, 2019). Saat ini indonesia telah menghadapi masalah
dengan semakin modernnya zaman mengakibatkan semakin banyak penyakit yang
muncul dari perubahan gaya hidup manusia. Disamping itu peningkatan usia
harapan hidup sejalan dengan perbaikan sosio-ekonomi dan pelayanan kesehatan ,
juga ikut berperan melalui peningkatan pravelensi penyakit degenerative. Gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering
terjadi (Gustin,2018).
Berdasarkan hasil data dari Dinkes Kabupaten Sumedang pada tahun 2019
terdapat 35 Puskesmas yang ada di Sumedang dengan jumlah penderita gastritis
kurang lebih 81.620 orang dengan jumlah laki-laki 21.643 orang dan perempuan
44.475 orang. Gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit di indonesia dengan jumlah 30.154 kasus
(4,9%) (Depkes, 2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut maka penulis tertarik
untuk mengambil kasus asuhan keperawatan dalam bentuk Studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. Y Dengan Gastritris Di Ruang IGD
RS Umum Pakuwon Sumedang”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perkembangan IPTEK Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi
masyarakat di daerah Sumedang khususnya RSU Pakuwon.
b. Bagi Keluarga
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang penyakit gastritis.
c. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah penulis mempunyai pengetahuan serta
wawasan yang baru mengenai pngetahuan keluarga tentang penyakit
gastritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Fisiologis
Lambung merupakan kantong muskuler pada traktus
gastrointestinal yang harus dilewati makanan sebelum mencapai usus.
Tidak hanya sebagai kantung, lambung memberikan kontribusi
tersendiri pada sistem pencernaan. Di lambung, makanan akan
disimpan hingga dapat diproses oleh duodenum. Terdapat pula
mekanisme yang mengatur pengosongan lambung ke duodenum
supaya nutrisi yang terdapat pada makanan dapat diabsorpsi secara
optimal oleh usus.
Lambung juga memiliki fungsi mencampur makanan dengan
sekresi dari lambung untuk membentuk suatu campuran dengan
konsistensi setengah cair yang disebut kimus. Sewaktu makanan
memasuki lambung terdapat refleks vasovagal dari lambung menuju
batang otak kemudian kembali lagi ke lambung untuk memberikan
respon berupa pengurangan tonus dalam lambung sehingga dinding
dapat menonjol keluar secara progresif untuk menyesuaikan diri
dengan jumlah makanan yang masuk, sampai lambung berelaksasi
sempurna yaitu sekitar 1,5 liter.
Terdapat dua tipe kelenjar penting yang mensekresi getah
pencernaan dari lambung, yaitu kelenjar oksintik/gastrik yang
mensekresi asam hipoklorida, pepsinogen, faktor intrinsik dan mukus,
serta kelenjar pilorik yang mensekresi mukus dan hormon gastrin.
Untuk kelenjar oksintik terdapat tiga tipe sel, yaitu sel leher mukus
yang mensekresi mukus dan sedikit pepsinogen, sel peptik (chief cell)
yang mensekresi pepsinogen dan sel parietal yang mensekresi asam
hipoklorida dan faktor intrinsik. (Sherwood, 2017).
3) Patofisiologi
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan
pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan
stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke dalam
mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan
mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi
barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi
patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran
mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit
dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik
progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel
utama pariental memburuk.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumbersumber faktor
intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang
mengakibatkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin ditemukn pada
sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur,
baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air.
Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dkatakan meningkat
setalah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu
episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis
kronis (Dermawan & Rahayuningsih, 2015).
4) Pathway
5) Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan halhal sebagai
berikut:
a. Pemakaian obat anti inflamasi
Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam
mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non
steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena
terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis
obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derjat
keasaman pada lambung (Sukarmin, 2017).
b. Konsumsi alkohol Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang
dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar
memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung
(Rahayuningsih, 2016).
c. Terlalu banyak merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus
yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga
suplai darah ke lambung mengalami penurunan.Penurunan ini dapat
berdampak pada produksi mukosa yang salah satu fungsinya untuk
melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang dihasilkan oleh
rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung. Kejadian
gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat
yang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi
tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna
mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang
masuk (Rahayuningsih, 2016).
d. Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam
tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik).
Perubahan ini dapat memicu kerusakan epitel mukosa lambung
(Rahayuningsih, 2010).
e. Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang
pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga
mengenai sel inang pada tubuh manusia.Pemberian kemoterapi dapat
juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
lambung.
f. Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan
merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada
peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.
Peningkatan HCl lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu
timbulnya perlukaan pada lambung.
g. Iskemia dan syok Kondisi iskemia dan syok hipovolemia mengancam
mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang
dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
h. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa Konsumsi asam
maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-obatan serangga
dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak lapisan mukosa
dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi perdarahan.
i. Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan
saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab
gangguan kebutuhan jaringan lambung.Kadang kerusakan tidak
sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembuluh darah
lambung sehingga pasien dapat mengalami perderahan hebat, trauma
juga bisa disesabkan tertelannya benda asing yang keras dan sulit
dicerna.
j. Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang
pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti
bakteri Helycobacter pylori.
k. Stress berat
Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan
HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh
neuron simpatik seperti epinefrin.
6) Klasifikasi Gastritis
Menurut (Ardiansyah, 2012) , jenis-jenis gastritis adalah sebagai berikut :
a. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan
setelah terpapar pada zat iritan erosi tidak mengenai lapisan otot
lambung.
b. Gastritis kronik, merupakan suatu peradangan pada mukosa
lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan
tersebut terjadi dibagian mukosa lambung dan berkepanjangan
yang bisa disebabkan karena bakteri Helicobackter
Hyplori.Gastritis ini pula dapat terkait dengan atropi mukosa
gastrik, sehingga produksi asam klorida menurun dan
menimbulkan tukak pada saluran pencernaan
7) Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut
dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum,
mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2017).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
a. Gastritis Akut :
a) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan
pada mukosa lambung.
b) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda tanda
anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai
keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
8) Pemeriksaan Gastritis
(Nursalam & Fallis, 2016) menjelaskan yang mengutip dari
(Suratun, 2010), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
gastritis adalah :
a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
b. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
c. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
d. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera.
e. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklork dan pembentukan asam noktura
g. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
h. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat
mengganggu metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah
lengkap dan jumlah besar diberikan.
9) Komplikasi Gastritis
Menurut (Misnadiarly, 2016), komplikasi dari gastritis adalah sebagai
berikut:
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul akibat gastritis akut adalah peradangan
akut pada dinding lambung, terutama mukosa lambung pada
umumnya di bagian antrum. Apabila prosesnya hebat sering
juga terjadi ulkus namun jarang terjadi perforasi.
b. Gastritis Kronik
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronik adalah
gangguan penyerapan Vitamin B12 menyebabkan timbulnya
anemia pernisiosa, gangguan penyerapan zat besi, penyempitan
daerah pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Etiologinya tidak diketahui dengan pasti gejalanya tidak khas.
Penyakit ini berkaitan dengan indeksi helicobacter pylori, ulkus
duodenum dan tumor lambung.
2) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tingkah laku klien
c. Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi badan klien
d. Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri
epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual,
muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang
membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan
tandatanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan
peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.
e. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan darah
- Radiologi
- Endoskopi
- Histopatologi
3) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan
elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance
berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses
penyakit) (Doengoes,2000).
4) Intervensi Keperawatan
22
Volume cairan tindakan kepeawatan karakter dan frekuensi muntah. tentang keseimbangan
berhubungan selama... jam diharapakan 2. Kaji tandatanda vital. cairan.
dengan klien dapat menunjukkan 3. Ukur berat badan tiap hari. 2. Menunjukkan kehilangan
pemasukan pemasukan elektrolit yang 4. Kolaborasi pemberian antiemetik cairan berlebihan atau
elektolit yang kuat dengan kriteria hasill: pada keadaan akut. dehidrasi.
kurang , mual, - Tidak ada penurunan 3. Indikator cairan status
muntah berat badan nutrisi.
- Tidak ada mual muntah 4. Mengontrol mual dan
muntah pada keadaan
akut.
Ketidakseimba Setelah di lakukan 1. Kaji nafsu makan.klien. 1. Mengetahui sejahmana
ngan nutrisi tindakan kepeawatan 2. Kaji hal-hal yang menyebabka n terjadinya perubahan pola
kurang dari selama... jam diharapakan klien malas makan makan dan sebagai bahan
kebutuhan klien dapat menunjukkan 3. Anjurkan klien untuk makan untuk melaksanakan
berhubungan tidak adanya tanda-tanda porsi sedikit tapi sering. intervensi.
dengan intake ketidakseimbanga n nutrisi 4. Anjurkan dan ajarkan melakukan 2. Mendeteksi secara diri
yang tidak kurang dari kebutuhan kebersihan mulut sebelum dan tepat agar mencari
adekuat dengan kriteria : makan. intervensi yang cepat dan
- Nafsu makan baik 5. Kolaborasi dengan tim gizi tepat untuk
dalam pemberian TKTP.
23
- Porsi makan dihabiskan penanggulangann ya.
- Berat badan normal, 3. Porsi yang sedikit tapi
sesuai dengan tinggi sering membantu menjaga
badan. pemasukan dan
rangsangan mual/muntah.
4. Menimbulkan rasa segar,
mengurangi rasa tidak
nyaman, sehingga berefek
meningkatkan nafsu
makan.
5. Makanan Tinggi Kalori
Tinggi Protein dapat
mengganti kalori, protein
Defisit Setelah di lakukan 1. Observasi kemampuan klien 1. Mengetahui kemampuan
pengetahuan tindakan kepeerwatan dalam pemahaman tentang pasien dalam memenuhi
berhubungan selam …. jam diharapkan penyakitnya kemampuan terhadap
dengan Kurang deficit penegtahuan 2. Bantu klien dalam memilih penyakitnya
pengetahuan teratasi dengan kriteria diit yang tepat ketika kembali 2. Membantu pasien dalam
(Proses penyakit) hasil : dirumah memenuhi kebutuhan
- - Klien dan keluarga 3. Pendidikan kesehatan tentang
24
mampu menyatakan gastritis erosif dirinya
pemahaman tentang 4. Libatkan keluarga untuk 3. Memberikan informasi
penyakit, kondisi, hidup sehat tentang penyakit yang
prognosis dan program dialami
pengobatan serta 4. Membantu pasien dalam
program diit memenuhi kebutuhan
- - Klien dan keluaraga dirinya
mampu menjelaskan 5. Membantu pasien dalam
kembali apa yang memenuhi kebutuhan
dijelaskan oleh perawat dirinya
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Tanggal Lahir : 05-03-1998
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Sunda
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk RS : 28/03/2023, Jam 16.10 WIB
Tanggal Pengkajian : 28/03/2023, Jam 16.13 WIB
No. RM : 23240881
Diagnosa Medis : Gastritis Kronik
2. Riwayat Kesehatan
a. Anamnesa: (Alo anamnesa/auto anamnesa)
b. Apakah merasa nyeri: Ya/Tidak
3. Resiko Jatuh
4. Status Nutrisi
BB: 50kg TB: 163cm BMI: 18,82, Skrining nutrisi (berdasarkan malnutrisi tool)
Hasil Skrining: - Total skor <2 Hasil Skrining: - Total skor <2
Tindak lanjut: - Edukasi Tindak lanjut: - Rujuk ke ahli gizi
5. Status Fungsional
27
- Mandiri ketergantungan ringan - Ketergantungan sedang
- Ketergantungan sedang - Ketergantungan total
Tindak lanjut edukasi Konsul rehabilitasi
6. Data psikososial
Psikologis TAK
Sosiologis TAK
Spiritual Ibadah: Mandiri
Budaya Berpengaruh terhadap kesehatan
7. Pemeriksaan Fisik
28
8. Pola kebiasaan Pasien
9. Data penunjang
Laboratorium
- Faal ginjal: Kreatinin 0.57 mg/dL
- Darah rutin: Hb 14,8 gr/dl, Ht 41,0, Lekosit 3,400, Trombosit 257.000, GDS
87 gr/dl
- EKG
Obat-obatan
- Inj ketorolac 1amp extra
29
- Lansoprazole 1tab extra p.o
- Ketorolac 2x1 tab
- Lansoprazole 2x1 tab
B. Analisa Data
Nyeri epigastrium
Nyeri
Resiko jatuh
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Nausea b.d peningkatan asam lambung
30
3. Resiko jatuh b.d proses penyakit
31
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
33
14.00 Memonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
diberikan
Respon pasien:
Pasien masih terasa
nyeri
34
lingkungan 09.48 Memonitor mual P:
penyebab mual 1. Obs Ku dan
2. Berikan Respon pasien: TTV
makanan dalam Pasien terasa ingin 2. Identifikasi
jumlah kecil muntah tetapi tidak dampak mual
dan menarik keluar terhadap
09.49 Mengobservasi TTV kualitas hidup
Edukasi: dan KU 3. Identifikasi
1. Anjurkan Respon pasien: faktor penyebab
istrihat dan TD: 110/70 mmHg mual
tidur yang N:70 x/m 4. Monitor mual
cukup RR: 20 x/m 5. Kendalikan
S:36,0 faktor
Kolaborasi: 1015 Mengendalikan faktor lingkungan
1. Kolaborasi lingkungan penyebab penyebab mual
pemberian mual 6. Berikan
antiemetik, jika Respon pasien: makanan dalam
perlu Pasien nyaman jumlah kecil
10.15 Menganjurkan dan menarik
makanan dalam jumlah 7. Anjurkan
kecil dan menarik istirahat dan
Respon pasien: tidur yang
Pasien terasa mual cukup
10.20 Mengajurkan istrihat 8. Berikan terapi
dan tidur yang cukup sesuai advice
Respon pasien: dokter
Pasien paham
10.40 Memberikan terapi
sesuai advice dokter
Respon pasien:
Pasien mual masih
35
Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
28/03/23 Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh: Jam Tgl 28/03/2023
jam b.d proses tindakan Manajemen Jam 17.30 WIB
16.15 penyakit keperawatan lingkungan 09.5 Mengidentifikasi faktor
selama selama Observasi: 0 resiko jatuh S:
2x24 jam, 1. Identifikasi Respon pasien: -
diharapkan tingkat faktor resiko Pasien tampak O:
jatuh menurun jatuh kesakitan KU compos metis
dengan kriteria 2. Identifikasi 09.5 Mengorientasikan gcs 15, tenang,
hasil: resiko jatuh 1 ruangan pada pasien resiko jatuh tinggi
-Jatuh dari setidaknya dan keluarga TTV:
tempat tidur setiap shift atau Respon pasien: TD: 110/70
menurun sesuai dengan Pasien paham N: 94x/m
kebijakan S: 36,1
09.5 Memasang handrail
institusi RR: 20
2
SPO2: 98%
Respon pasien:
Terapeutik:
Pasien aman dan A: Resiko Jatuh
1. Orientasikan
nyaman
ruangan pada
09.5 Menjelaskan alasan
P:
pasien dan
3 intervensi pencegahan1. Identifikasi
keluarga
jatuh kepada pasien dan faktor resiko
2. Pasang handrail
keluarga jatuh
3. Modifikasi
lingkungan Respon pasien: 2. Identifikasi
untuk Pasien dan keluarga resiko jatuh
meminimalkan paham setidaknya
bahaya dan setiap shift atau
resiko 09.5 Menganjurkan sesuai dengan
4 memanggil perawat kebijakan
Edukasi: jika membutuhkan institusi
1. Jelaskan alasan bantuan untuk 3. Orientasikan
intervensi berpindah ruangan pada
36
pencegahan Respon pasien: pasien dan
jatuh ke pasien Pasien dan keluarga keluarga
dan keluarga paham 4. Pasang handrail
2. Anjurkan 5. Modifikasi
memanggil lingkungan
perawat jika untuk
membutuhkan meminimalkan
bantuan untuk bahaya dan
berpindah resiko
6. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
7. Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah sss
37
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Selama melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak banyak menemukan
kesulitan dan hambaran dalam memperoleh identitas klien, riwayat kesehatannya juga
identitas keluarga sebagai penanggung jawab klien. Pada tahap ini penulis
menggunakan format pengkajian keperawatan pasien gawat darurat yang penulis
peroleh dari institusi rumah sakit umum pakuwon, sehingga dapat menjadi pedoman
untuk memperoleh informasi tentang status kesehatan klien. Namun demikian
kesenjangan masih tetap ada, seperti :
a. Pemeriksaan fisik
Pada teori, kasus dengan gastritis biasanya ada rasa stress, kecemayang sangat
tinggi yang dialami klien mengenai kegawatan pada saat krisis.
b. Pemeriksaan penunjang
Karena klien di rawat di
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cairan yang berlebih (mual dan muntah).
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan.
38
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi
Sedangkan pada kasus Ny. E yang tidak sesuai dengan teori yaitu diagnosa
nomor b dan c. Diagnosa keperawatan yang tidak muncul ini karena datadata
subyektif maupun objektif belum penulis temukan pada klien saat ini.
3. Intervensi
Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan, maka harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan saat
pengkajian. Untuk kasus Ny. E dengan Gastritis, intervensi yang penulis buat sesuai
seperti terdapat pada teori, dengan alasan intervensi-intervensi di buku lebih
mendukung dengan kasus Ny. E, sehingga diharapkan intervensi yang penulis
lakukan dapat bermanfaat sesuai dengan kondisi yang ada pada Ny.E.
4. Implementasi
Pada tahap ini adalah tahap penerapan dan tindakan nyata untuk mencapai hasil
yang diinginkan, disini penulis membandingkan kenyataan dengan teori yang ada.
Hampir semua dapat dilakukan pada tahap implementasi, salah satu contoh adalah
mengajarkan klien cara mengatur waktu makan dan pola makan yang benar sehingga
penyakitnya (gastritis) tidak kambuh lagi dan berat badan tidak turun.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan evaluasi dan implementasi yang telah dilakukan
terhadap Ny. E dengan diagnosa, yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan hasil evaluasi nyeri
klien hampir tidak berkurang dengan skala 3 (0-10)
b. Nausea berhubungan
c. Resiko jatuh berhubungan dengan
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan bab mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus Gastritis yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi di ruang
instalasi gawat darurat pada tanggal 05 januari 2023 sampai tanggal 05 januari 2023,
maka dengan ini penulis dapat menarik kesimpulan sesuai dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. E dengan gastritis adalah pengumpulan
data yang meliputi identitas klien, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar dan
pemeriksaan fisik. Data tersebut kemudian dianalisa dan dikelompokkan untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Kebersamaan ini dipengaruhi oleh kerja sama
yang baik antara klien, perawat dan penunjang medis lainnya
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gastritis.
Diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan berdasarkan analisa data adalah
sebagai berikut :
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan hasil evaluasi nyeri
klien hampir tidak berkurang dengan skala 5 (0-10)
2) Nausea berhubungan peningkatan asam lambung
3) Resiko jatuh berhubungan dengan proses penyakit
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gastritis.
Perencanaan disusun dengan masalah yang ada pada saat dilakukan pengkajian
d. Penulis mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun
pada klien dengan gastritis.
Dalam melakukan implementasi keperawatan terhadap klien diusahakan
tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan kerja sama antara
perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Namun demikian tidak semua
perencanaan dapat dilakukan terhadap klien karena disesuaikan dengan keadaan
klien dan fasilitas yang ada.
e. Penulis mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan pada klien dengan gastritis.
Evaluasi keperawatan terhadap klien dilakukan dengan membandingkan hasil
dan tujuan yang diterapkan dalam rencana keperawatan. Dari kedua diagnosa yang
penulis angkat, semua telah mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan ini tidak
lepas dari kerjasama yang baik antara penulis dengan sarana dan prasarana yang ada.
40
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan agar proses pembelajaran kedepannya dapat
berjalan dengan lebih baik, diantaranya :
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat dan
tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pulpitis ireversibel.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Demi tercapainya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan memperhatikan
aspek bilogis, psikologis, sosial dan spiritual maka hendaknya dalam melakukan
asuhan keperawatan tidak hanya berfokus kepada aspek biologis saja, tetapi harus
mencakup aspek psikologis, sosial dan juga spiritual sehingga asuhan keperawatan
yang telah dilakukan dapat mencapai hasil yang lebih maksimal.
3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga diharapkan mampu mengenali atau mengetahui dan memahami
lebih jauh mengenai penyakit pulpitis ireversibel.
41