Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN GASTRITIS DI
RUANG IGD RUMAH SAKIT UMUM PAKUWON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Orientasi di Rumah Sakit Umum Pakuwon

Disusun Oleh :
Sri Yuni, Amd. Kep

RUMAH SAKIT UMUM PAKUWON

JL. RD DEWI SARTIKA NO.17 REGOL WETAN

KECAMATAN SUMEDANG SELATAN

SUMEDANG

2023

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya.

Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan


Pada Ny. Y Dengan Gastritis di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Pakuwon
Sumedang. Makalah ini disusun dalam memenuhi salah satu tugas Orientasi di
Rumah Sakit Umum Pakuwon Sumedang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam peyusunan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membaca dan sebagai wahana menambah
pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah SWT selalu tetap memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, amin.

Sumedang, 09 April 2023

Penulis

Sri Yuni

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit..............................................................................................5
1. Definisi Asma............................................................................................5
2. Etiologi Asma............................................................................................5
3. Manifestasi Klinis Asma...........................................................................6
4. Komplikasi Asma......................................................................................6
5. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
6. Penatalaksanaan Asma..............................................................................7
7. Pathway Asma...........................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................9
1. Pengkajian Primer.................................................................................9
2. Pengkajian Sekunder.............................................................................9
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................11
4. Intervensi Keperawatan........................................................................13
5. Implementasi Keperawatan...................................................................21
6. Evaluasi.................................................................................................21

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian.............................................................................................23
B. Analisa Data..........................................................................................28
C. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas............................................30
D. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.............................................31

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................39
B. Saran................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang digunakan bagi
makhluk hidup sebagai penyimpan makanan yaitu lambung. Fungsi lambung bagi
tubuh yang paling utama adalah sebagai menerima makanan dan bekerja sebagai
penampung untuk jangka waktu pendek, semua makanan dicairkan dan
dicampurkan dengan asam lambung dan dengan cara ini disiapkan untuk dicerna
oleh usus (Perry & Potter, 2019). Saat ini indonesia telah menghadapi masalah
dengan semakin modernnya zaman mengakibatkan semakin banyak penyakit yang
muncul dari perubahan gaya hidup manusia. Disamping itu peningkatan usia
harapan hidup sejalan dengan perbaikan sosio-ekonomi dan pelayanan kesehatan ,
juga ikut berperan melalui peningkatan pravelensi penyakit degenerative. Gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering
terjadi (Gustin,2018).

Berdasarkan World Health Organization (WHO), angka kejadian gastritis


di dunia seperti Inggris dengan angka persentase 22%, China dengan 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara yaitu
sebanyak 583.635 (Safitri dkk, 2020). Kejadian gastritis di Indonesia menurut
WHO adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis dibeberapa daerah di Indonesia
cukup tinggi dengan 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Sunarmi,
2018). Penyebaran penyakit gastritis di kota-kota Indonesia sendiri terbilang
cukup tinggi di Jakarta 50%, Palembang 35%, dan ketiga di Bandung dengan
persentase 32,5%. Menurut (Kusnadi & Yuni, 2020) di kota Bandung, penyakit
gastritis menempati posisi kelima pasien rawat jalan terbanyak yang mengeluhkan
sakit ulu hati, mual, dan muntah.

Berdasarkan hasil data dari Dinkes Kabupaten Sumedang pada tahun 2019
terdapat 35 Puskesmas yang ada di Sumedang dengan jumlah penderita gastritis
kurang lebih 81.620 orang dengan jumlah laki-laki 21.643 orang dan perempuan
44.475 orang. Gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit di indonesia dengan jumlah 30.154 kasus
(4,9%) (Depkes, 2019).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut dan kronik (Aspitasari & Taharuddin, 2020).
Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag
yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, gastritis
terjadi pada semua usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai tua (Jannah,
2020). Gastritis disebabkan salah satunya karena sikap penderita gastritis yang
tidak memperhatikan kesehatannya, terutama makanan yang dikonsumsi setiap
harinya (Suprapto, 2020). Gastritis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak nyaman pada perut (Nur,
2021). Banyak penderita gastritis itu berawal dari kesibukan yang berlebihan
sehingga mengakibatkan seseorang lupa makan (Danu, Putra, Diana, &
Sulistyowati, 2019). Terkadang gejala gastritis pada awalnya diabaikan saja,
padahal jika penyakit gastritis itu dibiarkan maka bias terjadi kondisi komplikasi
yang cukup parah (Danu et al., 2019). Secara garis besar penyebab gastritis
dibedakan atas faktor internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran
asam lambung yang berlebihan, dan zat ekstrenal yang menyebabkan iritasi dan
infeksi (Handayani & Thomy, 2018).

Dampak yang ditimbulkan dari penyakit gastritis salah satunya adalah


menganggu keadaan gizi (Shalahuddin & Rosidin, 2018). Jika dibiarkan terus-
menerus, gastritis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit.
Beberapa komplikasi penyakit gastritis antara lain terjadinya gangguan
penyerapan vitamin B12 yang dapat menyebabkan anemia pernesiosa,
terganggunya penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah antrum pylorus.
Apabila dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan, maka gastritis dapat
menyebabkan perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan
melena, dan terjadinya syok hemoragik yang dapat menyebabkan ulkus dan
kematian pada penderita gastritis yang parah (Desty, 2020).

Cara untuk mencegah dari pada kekambuhan gastritis salah satunya


dengan meningkatkan pola makan yang sehat, salah satunya dengan makan yang
beraneka ragam, makanan yang banyak sumber karbohidrat, membiasakan
sarapan pagi, minum air bersih dalam jumlah yang cukup dan menghindari
minuman beralkohol, makanan yang dapat mengiritasi lambung terutama pedas
dan asam (Saadah, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut maka penulis tertarik
untuk mengambil kasus asuhan keperawatan dalam bentuk Studi kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. Y Dengan Gastritris Di Ruang IGD
RS Umum Pakuwon Sumedang”.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Tujuan ini dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. Y
Dengan Gastritris Di Ruang IGD RS Umum Pakuwon Sumedang.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh gambaran nyata dalam pengkajian asuhan keperawatan
gastritis pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang
b. Memperoleh gambaran nyata dalam menyusun diagnosa asuhan
keperawatan pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang
c. Memperoleh gambaran nyata dalam menyusun rencana asuhan
keperawatan gastritis pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang
d. Memperoleh gambaran nyata dalam tindakan asuhan keperawatan
gastritis pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang
e. Memperoleh gambaran nyata dalam mengevaluasi asuhan keperawatan
gastritis pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang
f. Memperoleh gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan
gastritis pada Ny. Y di RSU Pakuwon Sumedang

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Teoritis
a. Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastritris di RS Umum Pakuwon Sumedang.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi dalam
pengetahuan penderita gastritis

2. Manfaat Praktis
a. Bagi perkembangan IPTEK Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi
masyarakat di daerah Sumedang khususnya RSU Pakuwon.
b. Bagi Keluarga
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang penyakit gastritis.
c. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah penulis mempunyai pengetahuan serta
wawasan yang baru mengenai pngetahuan keluarga tentang penyakit
gastritis.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis


1) Pengertian
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis
disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Bakteri
Hellicobacter pylori adalah penyebab gastritits yang paling umum Selain
itu, beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya
sawar mukosa pelindung lambung (Wijaya & Putri, 2018).
Gatritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,
peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang
timbunlnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2018).

2) Anatomi Fisiologi Lambung


a. Anatomi Gaster
Gaster adalah rongga seperti kantong berbentuk J yang terletak di
antara esofagus dan usus halus. Organ ini dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan perbedaan struktur dan fungsi yaitu: fundus, korpus, dan
antrum. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang
esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Antrum
adalah bagian lapisan otot yang lebih tebal di bagian bawah lambung
(Sherwood, 2017).
Secara anatomi, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu
kardiak,fundus, badan (body), antrum, dan pilori.
a) Kardiak adalah bagian teratas lambung yang berbatasan
langsung dengan esofagus. Makanan yang sudah dihaluskan di
dalam mulut dan disalurkan melalui kerongkongan akan
melewati area ini sebelum dicerna oleh bagian tengah lambung.
b) Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menojol ke bagian
kiri diatas kardia.
c) Badan (body) adalah bagian lambung yang memiliki fungsi
paling penting. Pasalnya, badan lambung adalah tempat
makanan dicerna, dicampurkan dengan enzim, hingga diproses
menjadi bagian-bagian lebih kecil yang disebut kim.
d) Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan
(body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat.
e) Pilorik adalah bagian paling akhir dari lambung. Bagian ini
berhubungan langsung dengan usus halus. Pilorus terdiri dari
sfingter pilorus, yaitu otot berbentuk cincin yang bekerja
sebagai katup, seperti sfingter kardiak (Schmitz & Martin,
2017).

Gambar 2.1 pembagian daerah anatomi lambung


Lambung memiliki beberapa susunan yang terbuat dari lapisan otot
polos. Otot polos tersebut bentuk pipih. Berbeda dengan otot pada
anggota gerak yang bekerja sesuai dengan kendali. Otot pada lambung
bergerak secara otomatis. Hal inilah yang memungkinkan otot
lambung tidak bekerja, meskipun tubuh seseorang sedang tidak sadar
(Schmitz & Martin, 2018). Ada empat lapisan jaringan yang
Menyusun lambung. Masing-masing lapisan jaringan tersebut
memiliki fungsi pada bagian-bagiannya. Berikut ini adalah penjelasan
dari lapisan-lapisan dinding lambung.
a) Mukosa (selaput lendir) adalah Salah satu lapisan yang ada di
lambung adalah mukosa atau selaput lendir. Mukosa adalah
sebuah lapisan yang terdalam di lambung. Mukosa bekerja
langsung dengan makanan yang sedang dicerna oleh tubuh.
Jika lambung sedang kosong, maka lapisan mukosa ini akan
mengerut. Bentuknya akan menyerupai seperti gerigi, atau
rugae.
b) Submukosa adalah adalah sebuah lapisan di dalam lambung
yang terdiri dari jaringan ikat. Jaringan penyusun lapisan
submukosa lambung mengandung beberapa sel saraf. Selain
itu, pembuluh getah bening juga terkandung di dalamnya.
Terdapat pula pembuluh darah yang berfungsi untuk
menyalurkan nutrisi-nutrisi pada lambung.
c) Muscularis externa adalah sebuah lapisan di dalam lambung
yang menutupi lapisan submukosa. Bagian lapisan ini tersusun
dari tiga lapisan otot sekaligus. Terdapat lapisan otot
melingkar, memanjang dan menyerong. Lapisan-lapisan otot
tersebut akan membantu dalam proses pencernaan yang terjadi
di dalam lambung. Otot lapisan muscularis externa memanjang
dan memendek. Sehingga akan menghasilkan gerakan berupa
gelombang, gerakan tersebut disebut dengan peristaltic.
Gerakan inilah yang akan menyebabkan makanan teraduk
sampai tergiling. Sehingga makanan akan halus seperti
menjadi bubur.
d) Serosa (visceral peritoneum) adalah lapisan yang berada paling
luar dari lambung. Lapisan ini berfungsi untuk mengurangi
gaya gesekan. Lambung sering mengalami berbagai gesekan
dengan organ lain di sekitar sistem pencernaan. Lapisan inilah
yang akan mengurangi gesekan-gesekan tersebut. Merupakan
lapisan paling luar dari lambung Anda. Fungsi lapisan ini
adalah mengurangi gaya gesekan antara lambung dengan
berbagai organ lain di sekitar sistem pencernaan (Schmitz &
Martin, 2017).

b. Fisiologis
Lambung merupakan kantong muskuler pada traktus
gastrointestinal yang harus dilewati makanan sebelum mencapai usus.
Tidak hanya sebagai kantung, lambung memberikan kontribusi
tersendiri pada sistem pencernaan. Di lambung, makanan akan
disimpan hingga dapat diproses oleh duodenum. Terdapat pula
mekanisme yang mengatur pengosongan lambung ke duodenum
supaya nutrisi yang terdapat pada makanan dapat diabsorpsi secara
optimal oleh usus.
Lambung juga memiliki fungsi mencampur makanan dengan
sekresi dari lambung untuk membentuk suatu campuran dengan
konsistensi setengah cair yang disebut kimus. Sewaktu makanan
memasuki lambung terdapat refleks vasovagal dari lambung menuju
batang otak kemudian kembali lagi ke lambung untuk memberikan
respon berupa pengurangan tonus dalam lambung sehingga dinding
dapat menonjol keluar secara progresif untuk menyesuaikan diri
dengan jumlah makanan yang masuk, sampai lambung berelaksasi
sempurna yaitu sekitar 1,5 liter.
Terdapat dua tipe kelenjar penting yang mensekresi getah
pencernaan dari lambung, yaitu kelenjar oksintik/gastrik yang
mensekresi asam hipoklorida, pepsinogen, faktor intrinsik dan mukus,
serta kelenjar pilorik yang mensekresi mukus dan hormon gastrin.
Untuk kelenjar oksintik terdapat tiga tipe sel, yaitu sel leher mukus
yang mensekresi mukus dan sedikit pepsinogen, sel peptik (chief cell)
yang mensekresi pepsinogen dan sel parietal yang mensekresi asam
hipoklorida dan faktor intrinsik. (Sherwood, 2017).

3) Patofisiologi
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan
pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan
stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke dalam
mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan
mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi
barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk
kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi
patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran
mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit
dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik
progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel
utama pariental memburuk.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumbersumber faktor
intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang
mengakibatkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin ditemukn pada
sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur,
baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air.
Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dkatakan meningkat
setalah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu
episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis
kronis (Dermawan & Rahayuningsih, 2015).

4) Pathway

5) Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan halhal sebagai
berikut:
a. Pemakaian obat anti inflamasi
Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam
mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non
steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena
terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis
obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat menambah derjat
keasaman pada lambung (Sukarmin, 2017).
b. Konsumsi alkohol Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang
dapat merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar
memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung
(Rahayuningsih, 2016).
c. Terlalu banyak merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus
yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga
suplai darah ke lambung mengalami penurunan.Penurunan ini dapat
berdampak pada produksi mukosa yang salah satu fungsinya untuk
melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang dihasilkan oleh
rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen sehingga
memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung. Kejadian
gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotinat
yang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi
tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna
mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang
masuk (Rahayuningsih, 2016).
d. Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam
tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik).
Perubahan ini dapat memicu kerusakan epitel mukosa lambung
(Rahayuningsih, 2010).
e. Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang
pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga
mengenai sel inang pada tubuh manusia.Pemberian kemoterapi dapat
juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
lambung.
f. Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan
merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada
peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.
Peningkatan HCl lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu
timbulnya perlukaan pada lambung.
g. Iskemia dan syok Kondisi iskemia dan syok hipovolemia mengancam
mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang
dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
h. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa Konsumsi asam
maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-obatan serangga
dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak lapisan mukosa
dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi perdarahan.
i. Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan
saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab
gangguan kebutuhan jaringan lambung.Kadang kerusakan tidak
sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembuluh darah
lambung sehingga pasien dapat mengalami perderahan hebat, trauma
juga bisa disesabkan tertelannya benda asing yang keras dan sulit
dicerna.
j. Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang
pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti
bakteri Helycobacter pylori.
k. Stress berat
Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan
HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh
neuron simpatik seperti epinefrin.

6) Klasifikasi Gastritis
Menurut (Ardiansyah, 2012) , jenis-jenis gastritis adalah sebagai berikut :
a. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung
yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan
setelah terpapar pada zat iritan erosi tidak mengenai lapisan otot
lambung.
b. Gastritis kronik, merupakan suatu peradangan pada mukosa
lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan
tersebut terjadi dibagian mukosa lambung dan berkepanjangan
yang bisa disebabkan karena bakteri Helicobackter
Hyplori.Gastritis ini pula dapat terkait dengan atropi mukosa
gastrik, sehingga produksi asam klorida menurun dan
menimbulkan tukak pada saluran pencernaan

7) Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut
dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum,
mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2017).
Tanda dan gejala gastritis adalah :

a. Gastritis Akut :
a) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan
pada mukosa lambung.
b) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda tanda
anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai
keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.

8) Pemeriksaan Gastritis
(Nursalam & Fallis, 2016) menjelaskan yang mengutip dari
(Suratun, 2010), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
gastritis adalah :
a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
b. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
c. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
d. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera.
e. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklork dan pembentukan asam noktura
g. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
h. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat
mengganggu metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah
lengkap dan jumlah besar diberikan.

9) Komplikasi Gastritis
Menurut (Misnadiarly, 2016), komplikasi dari gastritis adalah sebagai
berikut:
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul akibat gastritis akut adalah peradangan
akut pada dinding lambung, terutama mukosa lambung pada
umumnya di bagian antrum. Apabila prosesnya hebat sering
juga terjadi ulkus namun jarang terjadi perforasi.
b. Gastritis Kronik
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronik adalah
gangguan penyerapan Vitamin B12 menyebabkan timbulnya
anemia pernisiosa, gangguan penyerapan zat besi, penyempitan
daerah pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).
Etiologinya tidak diketahui dengan pasti gejalanya tidak khas.
Penyakit ini berkaitan dengan indeksi helicobacter pylori, ulkus
duodenum dan tumor lambung.

10) Pencegahan Gastritis


Menurut (Misnadiarly, 2016) berikut gaya hidup yang
dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan
lambung :
1) Atur pola makan
2) Olahraga teratur
3) Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat
pengosongan lambung
4) Hindari mengkonsumsi makanan yang menimbulkan gas di
lambung
5) Hindari mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas
6) Hindari minuman yang mengandung kafein, alcohol, dan
kurangi rokok
7) Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung h. Kelola stress
psikologi seefisien mungkin
8) Penatalaksanaan Gastritis
Menurut (Ardiansyah, 2012) penatalaksanaan gastritis dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Penatalaksanaan secara farmakologi
Pemberian antipiretik dan pasang infus tujuannya yaitu untuk
mempertahankan cairan tubuh pasien. Antasida untuk mengurangi
adanya perasaan begah atau penuh serta tidak enak di abdomen dan
untuk menetralisir lambung Antagonis H2 (seperti ranitidine,
simetidin) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik
diberikan jika dicurigai adanya infeksi oleh kuman Helicobacter
Pylori.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Dapat diatasi dengan modifikasi diet klien, yaitu diet makan lunak
yang diberikan dalam porsi sedikit tapi lebih sering, untuk
menetralisir alkali, disarankan minum jus lemo encer atau cuka
encer dan menghindari alcohol. Selain itu dengan hal tersebut
penatalaksanaan penyakit gastritis secara non farmakologi dapat
diatasi dengan mongonsumsi obat herbal dari tumbuh-tumbuhan
maupun hewani seperti jamu kunyit. Ada juga dengan cara
melakukan terapi komplementer (akupresure) juga dpat
mengurangi gejala gastritis dan menghindari stress dengan cara
rutin melakukan olahraga serta hidup sehat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis


1) Pengkajian
a. Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien
(umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab, pengumpulan data seperti
keluhan utama yang dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok,
alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.
b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit
keturunan atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang
dialami saat ini adanya alergi obat atau makanan.
c. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname
atau tidak sebelumnya penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.
d. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat
tinggi yang dialami pasien menegnai kegawatan pada saat krisis.
e. Pola fungsi kesehatan
- Pola nutrisi makan, minum, porsi
keluhan Gejala : Nafsu makan menurun, adanya penurunan berat
badan, mual, muntah.
- Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi
frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan.
Gejala : BAB berwarna hitam ,lembek
f. Pola kebersihan diri
g. Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut, telinga,
mata, mulut, kuku.
h. Pola pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan
Pola kognitif- persepsi sensori Keadaan mental yang di alami, berbica,
bahasa, ansietas, pendengaran, penglihatan normal atau tidak.
i. Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran
diri.
j. Pola koping dan nilai keyakinan

2) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tingkah laku klien
c. Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi badan klien
d. Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri
epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual,
muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang
membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan
tandatanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan
peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.
e. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan darah
- Radiologi
- Endoskopi
- Histopatologi

3) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan
elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance
berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses
penyakit) (Doengoes,2000).
4) Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
Nyeri Paint control Setelah di Pain management 1. Mengidentifikasi nyeri
berhubungan lakukan tindakan 1. Observasi tingkat nyeri klien untuk melakukan
dengan iritasi keperawatan selama... jam secara konferhensif baik meliputi intervensi
gastrium diharapakan nyeri frekuensi, lokasi, intensitas, 2. mengetahui
berkurang atau hilang reaksi. perkembangan kondisi
dengan kriteria hasil : 2. Observasi tanda- tanda vital klien
- Klien mengatakan rasa 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas 3. mengurangi rasa nyeri
nyeri berkurang atau dalam yang di rasakan
hilang 4. Edukasi keluarga untuk terlibat 4. membantu menjaga klien
dalam asuhan keperawatan dan mengambil keputusan
5. Jelaskan sebab - sebab nyeri 5. memberikan informasi
kepada klien kepada klien tentang nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgesik yang di rasakan
6. Membantu mengurangi
nyeri yang di rasakan
Kekurangan Setelah di lakukan 1. Awasi masukan dan haluaran, 1. Memberikan informasi

22
Volume cairan tindakan kepeawatan karakter dan frekuensi muntah. tentang keseimbangan
berhubungan selama... jam diharapakan 2. Kaji tandatanda vital. cairan.
dengan klien dapat menunjukkan 3. Ukur berat badan tiap hari. 2. Menunjukkan kehilangan
pemasukan pemasukan elektrolit yang 4. Kolaborasi pemberian antiemetik cairan berlebihan atau
elektolit yang kuat dengan kriteria hasill: pada keadaan akut. dehidrasi.
kurang , mual, - Tidak ada penurunan 3. Indikator cairan status
muntah berat badan nutrisi.
- Tidak ada mual muntah 4. Mengontrol mual dan
muntah pada keadaan
akut.
Ketidakseimba Setelah di lakukan 1. Kaji nafsu makan.klien. 1. Mengetahui sejahmana
ngan nutrisi tindakan kepeawatan 2. Kaji hal-hal yang menyebabka n terjadinya perubahan pola
kurang dari selama... jam diharapakan klien malas makan makan dan sebagai bahan
kebutuhan klien dapat menunjukkan 3. Anjurkan klien untuk makan untuk melaksanakan
berhubungan tidak adanya tanda-tanda porsi sedikit tapi sering. intervensi.
dengan intake ketidakseimbanga n nutrisi 4. Anjurkan dan ajarkan melakukan 2. Mendeteksi secara diri
yang tidak kurang dari kebutuhan kebersihan mulut sebelum dan tepat agar mencari
adekuat dengan kriteria : makan. intervensi yang cepat dan
- Nafsu makan baik 5. Kolaborasi dengan tim gizi tepat untuk
dalam pemberian TKTP.

23
- Porsi makan dihabiskan penanggulangann ya.
- Berat badan normal, 3. Porsi yang sedikit tapi
sesuai dengan tinggi sering membantu menjaga
badan. pemasukan dan
rangsangan mual/muntah.
4. Menimbulkan rasa segar,
mengurangi rasa tidak
nyaman, sehingga berefek
meningkatkan nafsu
makan.
5. Makanan Tinggi Kalori
Tinggi Protein dapat
mengganti kalori, protein
Defisit Setelah di lakukan 1. Observasi kemampuan klien 1. Mengetahui kemampuan
pengetahuan tindakan kepeerwatan dalam pemahaman tentang pasien dalam memenuhi
berhubungan selam …. jam diharapkan penyakitnya kemampuan terhadap
dengan Kurang deficit penegtahuan 2. Bantu klien dalam memilih penyakitnya
pengetahuan teratasi dengan kriteria diit yang tepat ketika kembali 2. Membantu pasien dalam
(Proses penyakit) hasil : dirumah memenuhi kebutuhan
- - Klien dan keluarga 3. Pendidikan kesehatan tentang

24
mampu menyatakan gastritis erosif dirinya
pemahaman tentang 4. Libatkan keluarga untuk 3. Memberikan informasi
penyakit, kondisi, hidup sehat tentang penyakit yang
prognosis dan program dialami
pengobatan serta 4. Membantu pasien dalam
program diit memenuhi kebutuhan
- - Klien dan keluaraga dirinya
mampu menjelaskan 5. Membantu pasien dalam
kembali apa yang memenuhi kebutuhan
dijelaskan oleh perawat dirinya

25
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Tanggal Lahir : 05-03-1998
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Sunda
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk RS : 28/03/2023, Jam 16.10 WIB
Tanggal Pengkajian : 28/03/2023, Jam 16.13 WIB
No. RM : 23240881
Diagnosa Medis : Gastritis Kronik

2. Riwayat Kesehatan
a. Anamnesa: (Alo anamnesa/auto anamnesa)
b. Apakah merasa nyeri: Ya/Tidak

c. Keluhan utama: Pasien mengeluh nyeri ulu hati


d. Riwayat kesehatan sekarang
P: Pasien mengatakan nyeri ulu hati, nyeri bertambah jika makan dan aktivitas
nyeri berkurang jika minum obat
Q: Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus
R: Nyeri menjalar ke punggung
S: Skala nyeri 5 (0-10)
T: Nyeri dirasakan 2 jam smrs.. Nyeri disertai mual tetapi tidak muntah. Pasien
sebelum ke RSU pakuwon minum obat dahulu namun tidak kunjung sembuh
e. Riwayat kesehatan yang lalu
Pada saat dikaji mengatakan sebelumnya mempunyai riwayat penyakit
gastritis, pasien mengatakan pernah dirawat,dan beberapa kali berobat ke igd
26
dengan keluahan yang sama pasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun alergi makanan, serta tidak
minum minuman beralkohol dan tidak merokok.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarganya yang lain tidak memiliki penyakit
yang sama, dan pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan yang lain
seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, dll. Pasien mengatakan tidak
mempunyai atau tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TB paru dan
hepatitis B.

3. Resiko Jatuh

Perhatikan cara jalan Ya Tidak


berjalan pasien saat akan
duduk dikursi, apakah
sempoyongan/limbung?
Apakah pasien memegang Ya Tidak
piinggiran kursi/meja/benda
lain sebagai penompang saat
akan duduk?
Hasil  Tidak beresiko
(tidak ditemukan
skor 0)
 Resiko rendah-
sedang (ditemukan
skor 1-2)
 Resiko tinggi
(ditemukan skor
>2)

4. Status Nutrisi
BB: 50kg TB: 163cm BMI: 18,82, Skrining nutrisi (berdasarkan malnutrisi tool)
Hasil Skrining: - Total skor <2 Hasil Skrining: - Total skor <2
Tindak lanjut: - Edukasi Tindak lanjut: - Rujuk ke ahli gizi

5. Status Fungsional

27
- Mandiri ketergantungan ringan - Ketergantungan sedang
- Ketergantungan sedang - Ketergantungan total
Tindak lanjut edukasi Konsul rehabilitasi

6. Data psikososial

Psikologis TAK
Sosiologis TAK
Spiritual Ibadah: Mandiri
Budaya Berpengaruh terhadap kesehatan

7. Pemeriksaan Fisik

KU TD: 100/60mmHg RR: 20 SPO2: 99%


N: 86x/m S: 36.2
KESADARAN KU Compos metis GCS 15
KEPALA TAK, kepala pasien simetris
RAMBUT TAK, rambut pasien bersih
MUKA TAK, muka pasien simetris
MATA TAK, pasien tidak ada gangguan penglihatan, visus normal
TELINGA TAK, tidak ada keluaran cairan pada telinga pasien
HIDUNG TAK, tidak ada sumbatan pada hidung pasien
MULUT Mukosa bibir tampak kering
GIGI TAK, pasien tidak mempunyai gigi karies, gigi goyang
ataupun tanggal
LIDAH TAK, lidah tampak bersih
TENGGOROKA TAK, tidak ada sakit menelan
N
LEHER TAK, tidak ada kelainan seperti kaku kuduk, tidak ada
pembesaran JVP, tidak pembesaran KGB
DADA, TAK, dada tampak simetris
RESPIRASI DAN
JANTUNG
ABDOMEN Bising usus: (+) , adanya nyeri tekan diperut
PUNGGUNG TAK, tak tampak kelainan pada punggung seperti
scoliosis/lordosis/kiposis
UROGENITAL TAK, tak tampak kelainan
DAN ANUS
INTEGUMEN Turgor kulit <2 detik, teraba hangat,
EKSTERMITAS TAK, tak tampak kelainan
KOMUNIKASI TAK, pasien dapat berbicara dengan jelas tidak tampak
kelainan pada komunikasi

28
8. Pola kebiasaan Pasien

Jenis Uraian Sehat Sakit


Kebutuhan
Nutrisi Frekuensi 3x/hr 3x/hr
makan
Jumlah 1 porsi ½ porsi
Jenis Nasi, sayur, lauk Bubur
makanan
Makanan Tidak ada Tidak ada
kesukaan
Makanan Tidak ada Tidak ada
pantangan
Masalah Mual/muntah/TAK Mual/muntah
BAK Frekuensi 6-8 x/hr 6-8 x/hr
Jumlah 1400cc 1400cc
Warna Jernih/kuning/kecoklatan Jernih/kuning/kecoklatan

Masalah Hematuria/dysuria/ Hematuria/dysuria/


nocturia/inkontinensia/ nocturia/inkontinensia/
urine urine
menetes/kateter/TAK menetes/kateter/TAK
BAB Frekuensi 1 x/hr 1x/hr
Konsistens Padat/cair/berdarah/TAK Padat/cair/berdarah/TAK
i
Warna Kuning jernih/kuning Kuning jernih/kuning
pekat pekat
Masalah Konstipasi/diare/TAK Konstipasi/diare/TAK
ISTIRAHAT/ Lama tidur 8-10 jam 8-10 jam
TIDUR Pengantar Berdoa Berdoa
tidur
Masalah TAK TAK

9. Data penunjang
 Laboratorium
- Faal ginjal: Kreatinin 0.57 mg/dL
- Darah rutin: Hb 14,8 gr/dl, Ht 41,0, Lekosit 3,400, Trombosit 257.000, GDS
87 gr/dl
- EKG
 Obat-obatan
- Inj ketorolac 1amp extra

29
- Lansoprazole 1tab extra p.o
- Ketorolac 2x1 tab
- Lansoprazole 2x1 tab

B. Analisa Data

Data Senjang Etiologi Masalah


DS: H. phylori
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati,
nyeri diskala 5 (0-10), pasien mengatakan Melekat pada epitel lambung
nyeri semejak 4hr smrs
DO: Menghancurkan lapisan mukosa sel
- Klien tampak meringis lambung
- Nyeri tekan (+)
- Skala nyeri 5 (0-10) Menurunkan barier lambung terhadap asam
dan pepsin
- TTV
TD: 100/60 mmHg Menyebabkan difusi kembali asam
N:86 x/m lambung dan pepsin
RR: 20 x/m
S:36,2 Inflamasi

Nyeri epigastrium

Nyeri

DS: Erosi mukosa lambung


Pasien mengatakan mual tetapi tidak
muntah dan terasa seperti ingin muntah, Menurunkan tonus dan peristaltik
pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
tersara lemas badan Refluks isi duodenum ke lambung
DO:
- Pucat Mual
- Saliva meningkat
DS: - Gastritis kronik
DO:
- Resiko jatuh Nyeri

Resiko jatuh

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Nausea b.d peningkatan asam lambung

30
3. Resiko jatuh b.d proses penyakit

31
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


28/03/23 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri Jam Tgl 28/03/2023
jam b.d agen tindakan Observasi: Jam 17.30 WIB
16.20 pencedera keperawatan 1. Identifikasi 09.46 Mengidentifikasi
fisik selama 1x24 jam, nyeri, lokasi, nyeri, lokasi, S:
diharapkan tingkat karakteristik, karakteristik, durasi, Pasien mengatakan
nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas nyeri perut masih,
dengan kriteria frekuensi, intensitas nyeri nyeri diskala 5 (0-
hasil: kualitas 10)
- Keluhan nyeri intensitas nyeri Respon pasien:
menurun 2. Identifikasi Pasien mengatakan O:
- Meringis skala nyeri, nyeri diulu hati, KU compos metis
menurun identifikasi nyeri seperti gcs 15, tenang,
respon nyeri tertekan, lama nyeri tampak meringis
non verbal 3-5menit, nyeri kadang-kadang,
3. Identifikasi hilang timbul nyeri tekan (+),
faktor yang 09.47 Mengidentifikasi TTV:
memperberat skala nyeri, TD: 100/60
dan identifikasi respon N: 86x/m
memperingan nyeri non verbal S: 36,2
nyeri Respon pasien: RR: 20
4. Monitor Skala nyeri 5 (0-10), SPO2: 99%
keberhasilan wajah tampak
terapi meringis A: Nyeri akut
komplementer
09.47 Mengidentifikasi P:
yang diberikan
faktor yang 1. Obs Ku dan TTV
5. Observasi KU
memperberat dan 2. Identifikasi skala
dan TTV
memperingan nyeri nyeri, identifikasi
Terapeutik: respon nyeri non
Respon pasien:
1. Berikan teknik
Nyeri memberat
nonfarmakologi
32
s untuk ketika diajak verbal
mengurangi berjalan dan diberi 3. Monitor
rasa nyeri makan yang pedas, keberhasilan
(teknik nafas nyeri berkurang jika terapi
dalam) diberi obat komplementer
2. Kontrol 09.48 Mengpbsrvasi TTV yang diberikan
lingkungan dam KU 4. Berikan teknik
yang Respon pasien: relaksasi nafas
memperberat KU CM, dalam
rasa nyeri (suhu TTV 5. Berikan
ruangan, TD: 110/70 mmHg lingkungan yang
pencahayaan, N:70 x/m nyaman
kebisingan) RR: 20 x/m 6. Berikan terapi
S:36,0 sesuai advice
Edukasi: 09.49 Memberikan teknik dokter
1. Anjurkan relaksasi nafas
memonitor dalam
nyeri secara Respon pasien:
mandiri Pasien masih teras
nyeri
Kolaborasi: 09.50 Mengkontrol
1. Kolaborasi lingkungan yang
pemberian dapat memperberat
analgetik, jika myeri
perlu Respon pasien:
Pasien aman dan
nyaman
09.55 Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Respon pasien:
Pasien paham

33
14.00 Memonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
diberikan
Respon pasien:
Pasien masih terasa
nyeri

Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


28/03/23 Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Mual Jam Tgl 28/03/2023
jam peningkatan tindakan Manajemen Jam 17.30 WIB
16.20 asam keperawatan Muntah 09.46 Mengidentifikasi
lambung selama 1x24 jam, Observasi: pengalaman mual S:
diharapkan tingkat 1. Identifikasi Pasien mengatakan
nausea menurun pengalaman mual masih tetapi
dengan kriteria mual tidak muntah
hasil: 2. Identifikasi Respon pasien:
- Keluhan mual dampak mual Pasien mengatakan O:
menurun terhadap mual sudah dari 4hr KU compos metis
kualitas hidup smrs gcs 15, tenang,
- Perasaan ingin
muntah 3. Identifikasi mual ada, muntah
menurun faktor tidak ada
- Nafsu makan penyebab mual TTV:
4. Monitor mual 09.47 Mengidentifikasi TD: 110/70
meningkat dampak mual terhadap N: 94x/m
5. Obs KU dan
TTV kualitas hidup S: 36,1
Respon pasien: RR: 20
Terapeutik: Pasien mengatakan SPO2: 98%
1. Kendalikan mual terasa ingin
faktor muntah dan tidak nafsu A: Nausea
makan

34
lingkungan 09.48 Memonitor mual P:
penyebab mual 1. Obs Ku dan
2. Berikan Respon pasien: TTV
makanan dalam Pasien terasa ingin 2. Identifikasi
jumlah kecil muntah tetapi tidak dampak mual
dan menarik keluar terhadap
09.49 Mengobservasi TTV kualitas hidup
Edukasi: dan KU 3. Identifikasi
1. Anjurkan Respon pasien: faktor penyebab
istrihat dan TD: 110/70 mmHg mual
tidur yang N:70 x/m 4. Monitor mual
cukup RR: 20 x/m 5. Kendalikan
S:36,0 faktor
Kolaborasi: 1015 Mengendalikan faktor lingkungan
1. Kolaborasi lingkungan penyebab penyebab mual
pemberian mual 6. Berikan
antiemetik, jika Respon pasien: makanan dalam
perlu Pasien nyaman jumlah kecil
10.15 Menganjurkan dan menarik
makanan dalam jumlah 7. Anjurkan
kecil dan menarik istirahat dan
Respon pasien: tidur yang
Pasien terasa mual cukup
10.20 Mengajurkan istrihat 8. Berikan terapi
dan tidur yang cukup sesuai advice
Respon pasien: dokter
Pasien paham
10.40 Memberikan terapi
sesuai advice dokter
Respon pasien:
Pasien mual masih

35
Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
28/03/23 Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh: Jam Tgl 28/03/2023
jam b.d proses tindakan Manajemen Jam 17.30 WIB
16.15 penyakit keperawatan lingkungan 09.5 Mengidentifikasi faktor
selama selama Observasi: 0 resiko jatuh S:
2x24 jam, 1. Identifikasi Respon pasien: -
diharapkan tingkat faktor resiko Pasien tampak O:
jatuh menurun jatuh kesakitan KU compos metis
dengan kriteria 2. Identifikasi 09.5 Mengorientasikan gcs 15, tenang,
hasil: resiko jatuh 1 ruangan pada pasien resiko jatuh tinggi
-Jatuh dari setidaknya dan keluarga TTV:
tempat tidur setiap shift atau Respon pasien: TD: 110/70
menurun sesuai dengan Pasien paham N: 94x/m
kebijakan S: 36,1
09.5 Memasang handrail
institusi RR: 20
2
SPO2: 98%
Respon pasien:
Terapeutik:
Pasien aman dan A: Resiko Jatuh
1. Orientasikan
nyaman
ruangan pada
09.5 Menjelaskan alasan
P:
pasien dan
3 intervensi pencegahan1. Identifikasi
keluarga
jatuh kepada pasien dan faktor resiko
2. Pasang handrail
keluarga jatuh
3. Modifikasi
lingkungan Respon pasien: 2. Identifikasi
untuk Pasien dan keluarga resiko jatuh
meminimalkan paham setidaknya
bahaya dan setiap shift atau
resiko 09.5 Menganjurkan sesuai dengan
4 memanggil perawat kebijakan
Edukasi: jika membutuhkan institusi
1. Jelaskan alasan bantuan untuk 3. Orientasikan
intervensi berpindah ruangan pada

36
pencegahan Respon pasien: pasien dan
jatuh ke pasien Pasien dan keluarga keluarga
dan keluarga paham 4. Pasang handrail
2. Anjurkan 5. Modifikasi
memanggil lingkungan
perawat jika untuk
membutuhkan meminimalkan
bantuan untuk bahaya dan
berpindah resiko
6. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
7. Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah sss

37
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Gastritis di
ruang instalasi gawat darurat pada tanggal masuk 05 Januari 2023 dan tanggal
pengkajian 05 Januari 2023, metode proses keperawatan melalui tahap-tahap pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan intervensi keperawatan, melaksanakan
keperawatan, dan terakhir adalah evaluasi keperawatan. Penulis telah berusaha dengan
keras dan mencoba dengan segala upaya agar hasil dari penulisan ini berhasil dengan
baik, namun penulis sadar masih jauh dari kesempurnaan. Penulis telah berupaya
semakisimal mungkin dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, serta dengan
fasilitas yang ada agar dapat tercapai tujuan sesuai dengan teoritis, namun masih
ditemukan kesenjangan antara bahasan teori dengan kenyataan yang penulis temukan.
Berdasarkan hal tersebut penulis akan membahas pelaksanaan selama
melaksanakan stusi kasus ini dengan melihat kesenjangan antara teoritis dengan
kenyataan.

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Selama melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak banyak menemukan
kesulitan dan hambaran dalam memperoleh identitas klien, riwayat kesehatannya juga
identitas keluarga sebagai penanggung jawab klien. Pada tahap ini penulis
menggunakan format pengkajian keperawatan pasien gawat darurat yang penulis
peroleh dari institusi rumah sakit umum pakuwon, sehingga dapat menjadi pedoman
untuk memperoleh informasi tentang status kesehatan klien. Namun demikian
kesenjangan masih tetap ada, seperti :
a. Pemeriksaan fisik
Pada teori, kasus dengan gastritis biasanya ada rasa stress, kecemayang sangat
tinggi yang dialami klien mengenai kegawatan pada saat krisis.
b. Pemeriksaan penunjang
Karena klien di rawat di

2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cairan yang berlebih (mual dan muntah).
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan.

38
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi
Sedangkan pada kasus Ny. E yang tidak sesuai dengan teori yaitu diagnosa
nomor b dan c. Diagnosa keperawatan yang tidak muncul ini karena datadata
subyektif maupun objektif belum penulis temukan pada klien saat ini.

3. Intervensi
Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan, maka harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan saat
pengkajian. Untuk kasus Ny. E dengan Gastritis, intervensi yang penulis buat sesuai
seperti terdapat pada teori, dengan alasan intervensi-intervensi di buku lebih
mendukung dengan kasus Ny. E, sehingga diharapkan intervensi yang penulis
lakukan dapat bermanfaat sesuai dengan kondisi yang ada pada Ny.E.

4. Implementasi
Pada tahap ini adalah tahap penerapan dan tindakan nyata untuk mencapai hasil
yang diinginkan, disini penulis membandingkan kenyataan dengan teori yang ada.
Hampir semua dapat dilakukan pada tahap implementasi, salah satu contoh adalah
mengajarkan klien cara mengatur waktu makan dan pola makan yang benar sehingga
penyakitnya (gastritis) tidak kambuh lagi dan berat badan tidak turun.

5. Evaluasi
Tahap ini merupakan evaluasi dan implementasi yang telah dilakukan
terhadap Ny. E dengan diagnosa, yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan hasil evaluasi nyeri
klien hampir tidak berkurang dengan skala 3 (0-10)
b. Nausea berhubungan
c. Resiko jatuh berhubungan dengan

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan bab mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus Gastritis yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi di ruang
instalasi gawat darurat pada tanggal 05 januari 2023 sampai tanggal 05 januari 2023,
maka dengan ini penulis dapat menarik kesimpulan sesuai dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. E dengan gastritis adalah pengumpulan
data yang meliputi identitas klien, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar dan
pemeriksaan fisik. Data tersebut kemudian dianalisa dan dikelompokkan untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Kebersamaan ini dipengaruhi oleh kerja sama
yang baik antara klien, perawat dan penunjang medis lainnya
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gastritis.
Diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan berdasarkan analisa data adalah
sebagai berikut :
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan hasil evaluasi nyeri
klien hampir tidak berkurang dengan skala 5 (0-10)
2) Nausea berhubungan peningkatan asam lambung
3) Resiko jatuh berhubungan dengan proses penyakit
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gastritis.
Perencanaan disusun dengan masalah yang ada pada saat dilakukan pengkajian
d. Penulis mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun
pada klien dengan gastritis.
Dalam melakukan implementasi keperawatan terhadap klien diusahakan
tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan kerja sama antara
perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Namun demikian tidak semua
perencanaan dapat dilakukan terhadap klien karena disesuaikan dengan keadaan
klien dan fasilitas yang ada.
e. Penulis mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan pada klien dengan gastritis.
Evaluasi keperawatan terhadap klien dilakukan dengan membandingkan hasil
dan tujuan yang diterapkan dalam rencana keperawatan. Dari kedua diagnosa yang
penulis angkat, semua telah mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan ini tidak
lepas dari kerjasama yang baik antara penulis dengan sarana dan prasarana yang ada.

40
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan agar proses pembelajaran kedepannya dapat
berjalan dengan lebih baik, diantaranya :
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat dan
tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pulpitis ireversibel.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Demi tercapainya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan memperhatikan
aspek bilogis, psikologis, sosial dan spiritual maka hendaknya dalam melakukan
asuhan keperawatan tidak hanya berfokus kepada aspek biologis saja, tetapi harus
mencakup aspek psikologis, sosial dan juga spiritual sehingga asuhan keperawatan
yang telah dilakukan dapat mencapai hasil yang lebih maksimal.
3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga diharapkan mampu mengenali atau mengetahui dan memahami
lebih jauh mengenai penyakit pulpitis ireversibel.

41

Anda mungkin juga menyukai