Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS STASE VI

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN DIARE TANPA


DEHIDRASI DI KLINIK ALYSSA MEDIKA TAHUN 2023

Disusun Oleh:

TRIA ISHMA
ROSITA
NIM: 2215901005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TANGERANG TAHUN AKADEMIK
2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam


penyelenggaraan Praktik Stase Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang Tahun 2022-2023.

Tangerang, 20 Februari 2023

Mengetahui :

Pembimbing Stase Pembimbing Lahan /CI

(Murni Lestari, M.Keb (Catur Erty Suksesty, M.Keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus pada Stase Asuhan Kebidanan pada BBL.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas Pencapaian Kompetensi Asuhan
Kebidanan yang merupakan salah satu persyaratan yang harus dilalui dalam proses
pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Imas Yoyoh, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang;
2. Catur Erty Suksesty, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang dan selaku pembimbing lahan
3. Murni Lestari, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan demikian, penulis sangat mengharapkan petunjuk, saran serta kritik
dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna
bagi yang membutuhkannya.

Tangerang, 20 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................................3

BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................4


A. DATA SUBJEKTIF....................................................................................................4
B. PENGUMPULAN DATA..........................................................................................5
C. DATA OBJEKTIF......................................................................................................8
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................8
E. ANALISA....................................................................................................................8
F. PERENCANAAN.......................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN KASUS....................................................................................10

BAB IV PENUTUP............................................................................................................12
4. 1 Kesimpulan.................................................................................................................12
4.2 Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi yang sehat ditunjukkan oleh pertumbuhan dan perkenbangan yang
memadai. Namun seringkali dalam perjalanan masa kurun waktu itu bayi sering kali
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan oleh adanya
penyakit yang menyertai, diantaranya bayi menderita diare.Penyakit diare adalah
penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di dunia dan bisa menyerang
seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan. Di negara berkembang
termasuk Indonesia, diare menyumbang 15-34% angka kematian pada anak (Depkes,
2020). Ramadhani (2018) menyebutkan anak yang berusia 0-3 tahun rata-rata
mengalami tiga kali diare pertahun.
Balita merupakan kelompok umur yang sering mengalami diare. Sudaryat
(2020) mengatakan 70-80% balita mengalami diare setiap tahunnya dan 1-2-% balita
mengalami dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena usus bekerja tidak sempurna sehingga
sebagian air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai
akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi yang tidak diimbangi dengan rehidrasi
yang adekuat 50-60% nya akan mengakibatkan kematian (Harianto, 2015).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP2PL) tahun 2011 telah menetapkan bahwa
stategi dalam pengendalian penyakit diare pada anak balita dengan LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan Diare) antara lain: Rehidrasi menggunakan oralit
osmolalitas rendah, pemberian tablet zinc sampai 10 hari, tetap berikan
ASI/Makanan, Pemberian antibiotik hanya atas indikasi, pemberian nasehat kepada
pengasuh/ibu. Studi WHO selama lebih dari 18 tahun membuktikan bahwa
pemberian zinc kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar
34% (Kemenkes RI, 2020).
Strategi lainnya yang juga digunakan untuk pengendalian diare dengan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu
MTBS juga merupakan program pemberantasan penyakit diare pada balita. MTBS
merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan. Suatu manajemen untuk balita yang datang di
pelayanan kesehatan, dilaksankan secara terpadu mengenai kalsifikasi, status gizi,

1
status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).
Di masyarakat, penyakit diare bukan hal yang asing lagi. Tetapi banyak ibu
yang menganggap anak yang terkena diare sebagai tanda bahwa anaknya akan
tumbuh besar dan pintar. Diare menyebabkan kehilangan garam (natrium) dan air
secara cepat. Jika air dan garam tidak digantikan dengan cepat, tubuh akan
mengalami dehidrasi. Diare berat dapat menyebabkan kematian jika kehilangan
sampai 10% cairan tubuh (Arifianti, 2015).
Pada umumnya cara masyarakat mengatasi diare dengan memberi oralit,
penggunaan oralit dimaksudkan untuk memasok cairan tubuh yang hilang akibat
dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar. Dengan cara mencampurkan garam
dan gula ke dalam 1 gelas air putih lalu diminumkan sedikit demi sedikit untuk
mengindari muntah dan buang air. Yang kedua dengan cara memberi bubur
(makanan mudah dicerna) atau makanan yang terbuat dari tepung beras atau pisang
agar mudah dicerna. Yang ketiga dengan cara memberi air putih dan ASI.
Memberikan cairan yang cukup untuk menggantikan cairan tubuh yang banyak
keluar, selain itu juga bisa menghilangkan rasa sakit pada perut dan mengeluarkan
gas yang terdapat dalam perut (Tuliat Media, 2019).
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan menggunakan metode atau
pendekatan pemecahan masalah yaitu cara kerja sistematis dan analtik yang
memudahkan dan mengarahkan kegiatan-kegiatan bidan dalam memecahkan masalah
kesehatan ibu dan anak yang dihadapi dalam lingkup tanggung jawabnya secara tepat
guna dan berhasil guna. Penatalaksanaan kasus bisa dilakukan dengan menggunakan
panduan bagan MTBS (Kemenkes RI, 2020).
Bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam PERMENKES
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan menyelanggarakan praktik
bidan hal ini sudah tercantum dalam pasal 11 yang berbunyi penanganan bayi dan
anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2020).
Penatalaksanaan terhadap diare harus dilakukan sebaik-baiknya, serta kerja sama
dengan pihak keluarga sangat diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya diare yang
berat yang bersifat patologis yang dapat meningkatkan akibat buruk, terlebih dahulu
dapat dihindari dengan dilakukannya Asuhan Kebidanan dengan diare yang
merupakan peran Bidan (Arifianti, 2015).
Adapun laporan kasus ini berjudul, “Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan

2
Diare Tanpa Dehidrasi di Klinik Alyssa Medika Tahun 2023.” Penulisanan laporan
kasus ini dalam rangka menerapkan tugas Pencapaian Kompetensi Asuhan
Kebidanan pada bayi, Balita dan anak pra sekolah yang merupakan salah satu
persyaratan yang harus dilalui dalam proses Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2022-2023.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, maka rumusan laporan kasus ini adalah, “Bagaimana
standar asuhan kebidanan pada balita dengan diare tanpa dehidrasi?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui manfaat asuhan kebidanan pada bayi dengan diare tanpa
dehidrasi;
1.3.2 Mampu mempraktikkan standar asuhan kebidanan pada bayi dengan diare
tanpa dehidrasi;
1.3.3 Mampu melakukan penanganan awal pada kasus diare pada bayi; dan
1.3.4 Mampu menegakkan diagnosa dan tata laksana awal pada kasus
kegawatdaruratan yang diakibatkan oleh diare sesuai dengan kewenangan
bidan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa kebidanan; mampu menerapkan standar asuhan kebidanan
khususnya asuhan yang dilakukan pada bayi dengan diare tanpa dehidrasi;
1.4.2 Bagi instansi pendidikan; menambah daftar pustaka dan diharapkan mampu
menyediakan fasilitas laboratorium kebidanan yang lengkap sebagai sarana
penunjang untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktik
asuhan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada balita; dan
1.4.3 Bagi tenaga kesehatan; selalu meningkatkan keterampilan dalam praktik
asuhan kebidanan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “H” USIA 9 BULAN


DENGAN DIARE TANPA DEHIDRASI

No. Reg. 2345/AM/2023


Nama Pengkaji : Tria Ishma Rosita
Hari/tanggal : Senin,20 Maret 2023
Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : Klinik Alyssa Medika

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi

Nama : Bayi “H”


Umur : 9 bulan
Tgl/jam lahir : 15 Juni 2022
Jenis kelamin : Laki-laki
BB Lahir : 3500 gram
Panjang badan : 49 cm
2. Identitas Ibu Identitas Ayah

Jenis Ibu Ayah


Identitas
Nama Ny. “M” Tn. “D”
Umur 28 tahun 30 tahun
Suku/bangsa Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
JL. Sektor XV 006/009,Ciledug, kota JL. Sektor XV
Alamat rumah Tangerang 006/009,Ciledug, kota
Tlp.
Tangerang

Alamat kantor
Tlp. Tidak ada Tidak ada

4
B. PENGUMPULAN DATA
- Alasan masuk : Ibu mengatakan cemas dan ingin memeriksakan keadaan
bayinya.
- Keluhan utama :
Pada Tanggal 20 Maret 2023 pukul 02.00 WIB ibu mengatakan bayinya
muntah sebanyak 2 kali dan pada pukul 03.00 WIB ibu mengatakan bayinya
ada mencret ± 5 kali dengan konsistensi encer. Pada pukul 05.00 WIB, ibu
mengatakan bayinya demam, bayi belum minum obat apapun.
- Quick Cek :
 Tidak mau minum atau memuntahkan semua : Masih mau minum
 Kejang : Tidak
 Bergerak hanya jika dirangsang : Tidak
 Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit ) : Tidak
 Napas lambat ( < 30 kali / menit ) : Tidak
 Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat : Tidak
 Merintih : Tidak
 Teraba demam (suhu ketiak > 37,50C) : Ya
 Teraba dingin (suhu ketiak < 360C) : Tidak
 Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki : Tidak
 Perdarahan : Tidak
 Pada Ibu
a. Riwayat Kehamilan:
1) Pemeriksaan Ante Natal : Rutin
(a) Keluhan
 Trimester I : Mual-mual
 Trimester II : Tidak ada
 Trimester III : Tidak ada
(b) Imunisasi : Lengkap
2) Riwayat penyakit dalam kehamilan
 Kardiovaskuler : Tidak ada
 Diabetes Melitus : Tidak ada
 TBC : Tidak ada
 Asma : Tidak ada

5
 Malaria : Tidak ada
 PMS : Tidak ada
 HIV/AIDS : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
3) Riwayat Komplikasi kehamilan
(a) Perdarahan : Tidak ada
(b) Preeklamsi : Tidak ada
(c) Eklamsi : Tidak ada
(d) Lain-lain : Tidak ada
b. Riwayat Persalinan
(1) Jenis Persalinan : Spontan, ini merupakan anak ke-1
(2) Ditolong Oleh : Bidan
(3) Lama Persalinan :

(a) Kala I :-
(b) Kala II :-
(c) Kala III :-
(4) Keadaan bayi saat lahir: Langsung menangis kuat
(5) Jumlah Air Ketuban : -
(6) Komplikasi Persalinan : Tidak ada
c. Riwayat Imunisasi
Imunisasi 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Hepatitis 2/8/2022
B
BCG 10/9/22
Polio 10/9/22 10/9/22 10/10/22
DPT 10/9/22 10/10/22 10/11/22
HiB
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita : ibu mengatakan bayinya
tidak pernah mengalami sakit berat, operasi, dan tidak pernah cidera.
d. Perkembangan dari usia ke usia: normal
e. Kebiasaan sehari-hari
- Pola makan sebelum sakit :

6
Makan pagi : ½ mangkok menu nasi tim (nasi, bayam, wortel, hati ayam) dan
minum air putih.
Makan siang : ½ mangkok nasi tim (nasi, bayam, wortel, hati ayam) dan minum
ASI
Makan sore : ½ mangkok nasi tim (nasi, bayam, wortel, hati ayam) dan minum
susu formula
Saat sakit :
Makan pagi : ½ mangkok pisang ambon yang dilumatkan dan minum air putih
Makan siang : ½ mangkok pisang ambon yang dilumatkan dan minum ASI
Makan sore : ½ mangkok pisang ambon yang dilumatkan dan minum susu
formula
- Pola makan setelah diare: Baik, makan dan minum seperti biasa
- Eliniminasi:
Sebelum sakit
:
BAK : 4-5 kali/hari, warna kuning jernih, bau khas urine
BAB : 1-2 kali/hari, warna kuning, bau khas feses dan tidak cair
Saat sakit :
BAK : 4-5 kali/hari, warna kuning jernih,
lancar BAB : ± 5 kali/hari dengan konsistensi
cair
f. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya sangat aktif jika diajak bermain
Saat sakit : Ibu mengatakan selama sakit aktivitas bayinya sedikit
g. Pola tidur :
Sebelum sakit : Tidur siang : ± 2 jam
Tidur malam : ±8-10 jam
Saat sakit: Bayi rewel, sering terbangun
h. Perkembangan bayi
- Motorik kasar: Bayi sudah dapat duduk dengan kepala tegak,
bergulung dari telentang ke tengkurap, serta duduk dalam waktu
singkat dengan bantuan
- Motorik halus: Bayi sudah mulai mengamati benda, dapat
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang botol

7
dotnya.
- Perkembangan bahasa: Bayi sudah mampu mengucapkan “papa” dan

8
“mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan secara
spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata Perkembangan adaptasi
sosial : Bayi mulai minum dengan cangkir.
i. Perhatian orang tua terhadap anak : Baik
j. Kedudukan anak dalam keluarga : Anak kandung
k. KMS : Ada

C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Suhu : 38, 7 O C
c. Pernafasan : 45 kali/menit
d. Nadi : 120 kali/menit
2. Antropometri
a. Lingkar Kepala : 44 cm
b. Lingkar dada :-
c. Lingkar Lengan Atas :-
d. Berat Badan : 7,5 kg
e. Panjang Badan : 70 cm
3. Pemeriksaan Fisik Secara sistematis
a. Kepala : Simetis
b. Mata : Kelopak normal, tidak cekung
c. Wajah : Simetris, tidak pucat
d. Mulut dan Lidah : Lembab
e. Perut : Simetris, turgor pada perut jika dicubit kembalinya cepat
f. Ekstremitas : Simetris, dapat bergerak bebas, jari tangan dan kaki lengkap
g. Genitalia : Tidak ada kelainan
h. Anus : Berlubang, tidak ada iritasi pada kulitnya

D. PEMEIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

E. ANALISA
Bayi “H” usia 9 bulan dengan diare tanpa dehidrasi

9
F. PERENCANAAN
1. Melakukan informed consent pada ibu bahwa bayinya akan diperiksa, ibu
menyetujui;
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan fisik.
Hasil: Bayi demam. Suhu 38,7 O
C. Nadi, pernapasan, dan hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal;
3. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan makan dan minum sesuai diit
makananan untuk bayi 9 bulan. Ibu sudah mengerti;
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan bayinya banyak minum dan makan.
Ibu mengerti dan menyetujui;
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan lebih lanjut. Telah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Hasil; Bayi diare tanpa dehidrasi. Intruksi
therapi: Beri PCT sirup 1 mL/4 jam bila perlu atau sampai demam reda, berikan
zinc tablet 1x20 mg selama 10 hari. Obat telah diberikan sesuai intruksi dokter;
6. Memberitahu ibu agar memberikan ½ sachet orali yang telah dicampuran dengan
100 cc air/BAB/muntah. Ibu sudah mengerti dan bersedia menjalankan intruksi
bidan;
7. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI atau susu formula sesuai dengan
kebutuhan bayi. Ibu mengerti dan setuju;
8. Menganjurkan ibu untuk mengobservasi demam, muntah, dan BAB pada bayi
“H.” Ibu sudah mengerti.
9. Memberi dukungan pada ibu agar tidak cemas karena kondisi bayinya secara
umum adalah baik, dan tidak mengalami dehidrasi akbat diare yang dialaminya.
Ibu mengerti; dan
10. Menganjurkan ibu untuk melakuan kunjungan ulang bila ada keluhan pada
bayinya atau jika diare dan demam bayinyan tidak sembuh-sembuh. Ibu sudah
mengerti dan bersedia.

10
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pengumpulan data dasar dalam pengkajian dilakukan pengumpulan data yaitu:


identitas, riwayat kesehatan ibu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat persalinan
sekarang, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, intake, miksi. Dikaji pula
dengan data objektif yaitu melalui pemeriksaan antropometri, pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Lyndon Saputra (2015), mengatakan
untuk keluhan pasien yang mengalami diare adalah dimana mengeluh buang air besar
lebih dari 3 kali, bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair, suhu tubuh
meningkat, dan nafsu makan berkurang. Bayi “H” mengalami BAB encer lebih dari 3
kali, lembek, dan mengalami demam. Terdapat kesesuaian antara kasus dan teori.
Menurut Mendri (2018) bayi yang menderita diare diberikan cairan oralit 75
ml/kg berat badan dalam 3 jam pertama, obat zinc ½ tablet (10 mg) per hari selama 10
hari, jika bayi masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI, dan memberikan
antibiotik sesuai indikasi. Pada kasus ini, bayi “H” diberikan oralit, dan zinc.
Dalam intervensi, bidan merencanakan untuk memberitahu ibu mengenai
keadaan bayinya saat ini, melakukan observasi muntah, demam, dan BAB
menganjurkan ibu untuk memberikan makanan sesuai diet, menganjurkan ibu untuk
tetap memberikan bayinya banyak minum, serta melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak dalam pemberian terapi obat dan tindakan lanjutan.
Menurut penelitian Omo, dkk., (2019), terdapat hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi, dimana ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya berisiko lebih dari 8 kali untuk terkena
diare dibandingkan dengan ibu yang memberikan ASI eksklusif untuk terkena diare
pada bayinya. Diperlukan upaya pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif, pencegahan dan penanganan awal diare pada bayi serta pendampingan
pada ibu bayi dalam masa pemberian ASI eksklusif dengan melibatkan kader Posyandu
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian anjuran bidan tentang terus memberikan ASI
pada bayi “H,” telah sesuai dengan evidence based.
Bayi “H” mengalami diare tanpa dehidrasi karena keadaan umum baik, dan
sama sekali tidak ada data hasil pemeriksaan yang menunjukkan ada tanda-tanda
dehirasi. Ini sesuai dengan teori Afrianti (2015) yang menyatakan jika diare tanpa
dehidrasi adalah dimana keadaan klien baik, tidak ada perubahan pada nafsu makan,

11
turgor kulit kembali cepat dank lien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
Terdapat kesesuaian antara teori dan hasil yang didapatka di lapangan.
Menurut penelitian Putri (2018), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan kejadian diare. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara sikap dengan kejadian diare. Terdapat hubungan yang bermakna antara antara
perilaku pemberian ASI dengan kejadian diare. Terdapat hubungan yang bermakna
antara antara perilaku pemberian MP-ASI dengan kejadian diare. Diharapkan kepada
pihak pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit Islam “Ibnu Sina” Payakumbuh
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama peningkatan di bidang
preventif dan promotif melalui penyuluhan, leaflet ataupun brosur tentang pencegahan
diare, pentingnya ASI dan praktek pemberian MP ASI yang tepat dan sehat agar dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya diare sehingga kejadian diare
pada anak terus berkurang.

12
BAB IV
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan
Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan bayi “H” usia 9 bulan
dengan diare tanpa dehidrasi. Masalah bayi adalah rewel, BAB 5 kali, muntah 2 kali,
bayi masih aktif dan mau makan-minum, turgor kulit kembali cepat, serta tidak
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Pada kasus diagnosa yang muncul di lapangan
yaitu: diare tanpa dehidrasi. Kebutuhan yang diperlukan bayi adalah penuhi
kebutuhan cairan baik secara oral, susui ASI sesering mungkin, penuhi nutrisi yang
optimal pada bayi, serta observasi demam, respon terhadap makanan dan minuman,
BAB, muntah, serta keadaan umum bayi.

4.2 Saran
Setelah menyelesaikan laporan kasus ini, bidan diharapkan:
4.2.1 Mengetahui manfaat asuhan kebidanan pada bayi dengan diare tanpa
dehidrasi;
4.2.2 Mampu mempraktikkan standar asuhan kebidanan pada bayi dengan diare
tanpa dehidrasi;
4.2.3 Mampu melakukan penanganan awal pada kasus diare pada bayi; dan
4.2.4 Mampu menegakkan diagnosa dan tata laksana awal pada kasus
kegawatdaruratan yang diakibatkan oleh diare sesuai dengan kewenangan
bidan.
4.2.5 Mendapatkan masukan, kritik dan saran agar laporan pada stase ini dapat
dibuat lebih baik lagi.
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifianti, Sakinah. 2015. Diare, http://rehydrate.org/, diakses tanggal 18 Februari 2023).


Depkes, RI. 2020.
Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia, Laporan Riskesdas 2015, Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, 2015,
http://depkesRI.com , diakses 18 Februari 2023.

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2017, Buku


Acuan Asuhan Persalinan Normal, Departemen Kesehatan, Jakarta: JNPK-
KR.

Balitbang Kemenkes RI., 2016. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS, Balitbang,


Kemenkes RI., Jakarta, http://riskesdasIndonesiaInfantMortalityRate.co.id,
diakses 17 November 2022.

Depkes RI, United Nations Population Found, (2017). Yang Perlu Diketahui Petugas
Kesehatan tentang: Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Friedman, Marilyn, (2017). Keperawatan Keluarga, Teori
dan Praktek, Jakarta : EGC.

Gledys Tirsa Lengkong, Firma L.F.G, dan Jimmy Posangi yang berjudul “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Kematian Bayi di Indonesia pada Tahun
2020.Sleman.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/2948
2<, diakses 18 Februari 2023.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2019. Bina Kesehatan Ibu, Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Info Kesehatan, Jakarta,


https://linksehat.com/artikel/gawat-janin, diakses 15 Februari 2023.

Omo, dkk., 2019. HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIBADAK KABUPATEN LEBAK TAHUN 2019. Poltekkes Kemenkes
Banten Korespondensi. Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 7,
Nomor 2,November 2020.
https://jurnal.poltekkesbanten.ac.id/Medikes/article/view/250, diakses 18 Maret
2023.

Tuliat Media. 2019. Cara Mengatasi Diare Pada Orang Dewasa dan Anak Bayi,
http://www/tuliat.com/cara-mengatasi-diare-pada-orang-dewasa-dan-
anakbayi.htm, diakses 18 Februari 2023.

Widjaja. 2020. Penyebab Terjadinya Diare Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika.
World Health Organization. 2020. Diarrhoeal Disease.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html, diakses 20
Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai