Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sistem Informasi Akuntansi Dosen Pengampu: Atika, M.Ak.

Disusun oleh:
M. Akbar Alghozy (2033005)
M. Mardiyansyah (2033022)

Kelas: Akuntansi Syariah 6A

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2023

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka
pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and
funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa
informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan
menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan..Transaksi memungkinkan perusahaan melakukan operasi,
menyelenggarakan arsip dan catatan yang up to date, dan mencerminkan aktivitas
organisasi. Sebagai pengolah transaksi, sistem informasi akuntansi berperan
mengatur dan mengoperasionalkan semua aktivitas transaksi perusahaan.
Untuk mengembangkan suatu system informasi dalam perusahaan, para
akuntan pada umumnya menerapkan pendekatan system. Banyak perusahaan yang
menerapkan pendekatan system ini dalam suatu proses daur formal yang disebut
daur pengembangan system. Akuntan harus memahami dan menguasai daur
pengembangan system karena dua hal. Pertama mereka pasti terlibat dalam tim
pengembangan system. Kedua, apabila akuntan berperan sebagai auditor dalam
suatu perusahaan, maka ia harus melakukan pengkajian atas system perusahaan
yang diauditnya. Dimana hal itu sangat membutuhkan pengetahuan yang memadai
dari akuntan mengenai system yang bersangkutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengembangan sistem informasi secara umum?
2. Bagaimana pemakai akhir dalam menggunakan sistem baru?
3. Bagaimana sistem Outsourcing dalam sistem informasi?
4. Bagaimana pengembangan prototype dalam pengembangan sistem
informasi?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui Pengembangan sistem informasi secara umum
2. Mengetahui pemakai akhir dalam menggunakan sistem baru
3. Mengetahui sistem Outsourcing dalam sistem informasi
4. Mengetahui pengembangan prototype dalam pengembangan sistem
informasi

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengembangan Oleh Departemen Sistem Informasi In-House.
Di luar ketersediaan software massal yang bagus, banyak organisasi yang
mengembangkan software mereka sendiri karena kebutuhan perusahaan unik atau
karena ukuran perusahaan dan kerumitannya membutuhkan software khusus.
Organisasi mengembangkan perangkat lunak yang dibuat khusus (custom
software) ketika dengan melakukannya akan memberikan sebuah keunggulan
kompetitif yang signifikan. Memberikan sedikit manfaat untuk system penggajian
atau piutang yang ditulis sesuai kebutuhan, sementara mungkin memberikan
manfaat signifikan untuk perangkat lunak yang canggih, manajemen persediaan
just in time atau produksi produk.
Perangkat lunak yang dibuat khusus diciptakan in-house atau oleh perusahaan
luar yang dibayar untuk membuat perangkat lunak tersebut atau merakitnya dari
investaris modul program. Mengembangkan software khusus sulit untuk
dilakukan dan berpeluang menimbulkan kesalahan.Serta memakan banyak waktu
dan sumber daya.
Ketika memanfaatkan pengembang luar, perusahaan harus menjaga
pengendaliannya terhadap proses pengambangan seperti berikut:
 Dengan cermat memilih pengembang yang memiliki pengalaman dalam
industi perusahaan dan pemahaman mendalam bagaimana perusahaan
menjalankan bisnisnya.
 Menandatangani sebuah kontrak yang menegaskan dengan kuat hubungan
antara perusahaan dan pengembangan, dan mengizinkan produk dihentikan
jika kondisi-kondisi utama tidak dipenuhi.
 Merencanakan proyek secara detail dan secara berkala mengawasi tiap
langkah dalam proses pengembangan.
 Berkomunikasi secara efektif dan berkala.
 Mengendalikan seluruh biaya dan meminimalkan aliran pengeluaran kas
(cash outflow) sampai proyek tersebut diterima.

2
Perangkat lunak yang dikembangkan pengguna akhir
Komputasi pengguna akhir (End-user computing-EUC) adalah
pengembangan, penggunaan, dan pengendalian aktif atas sistem informasi berbasis
komputer oleh para pemakai. Komputasi pengguna akhir terdiri dari orang0orang
yang menggunakan TI untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka daripada
bergantung pada para professional system.
Bersama dengan bangkitnya PC yang murah dan banyaknya ragam software
yang canggih dan murah, para pemakai mulai mengembangkan sistem mereka
sendiri untuk membuat dan menyimpan data, mengakses serta men-download data
perusahaan, serta berbagi data dan sumber daya komputer dalam jaringan.

Berikut ini adalah contoh-contoh yang perkembangan oleh pemakai akhir yang
tepat:
 Menarik informasi dari database perusahaan untuk menghasilkan laporan
sederhana atau untuk menjawab permintaan yang tidak rutin.
 Melakukan sensitivitas “what if” atau analisis statistik.
 Mengembangkan aplikasi dengan menggunakan software yang telah jadi,
seperti spreadsheet atau sistem database.
 Mempersiapkan jadwal dan daftar, seperti jadwal depresiasi, daftar jatuh
tempo piutang usaha, dan amortisasi pinjaman.
Keuntungan dan Kerugian Komputasi Pengguna Akhir
1) Keuntungan dari End-User-Pengembangan Software:
 Kreasi User, Pengendalian, & Implementasi
 Sistem yang memenuhi kebutuhan pemakai
 Ketepatan waktu
 Membebaskan sumber daya system.
 Kefleksibilitasan dan kemudahan penggunaan Versatility
2) Kerugian End-User-Pengembangan Software:
 Kesalahan Logika dan pengembangan
 Pengujian aplikasi yang tidak memadai
 Sistem yang tidak efisien.

3
 Sistem yang dikendalikan dan didokumentasikan dengan kurang
baik.
 Ketidaksesuaian Sistem.
 Duplikasi

Mengelola dan mengendalikan komputasi pengguna akhir


Organisasi menggunakan beberapa pendekatan yang berbeda untuk
mengelola dan mengendalikan end-user computing. Contohnya, layanan bantuan
(help desk) dapat mendorong, mendukung, mengkoordinasikan dan
mengendalikan berbagai aktivitas pemakai akhir.
Fungsi Help Desk
1) Memberikan bantuan 24 jam untuk membantu mengatasi masalah.
2) Bertindak sebagai penjelas informasi, koordinasi, dan pemberi bantuan.
3) Melatih para pemakai akhir, tentang bagaimana menggunakan hardware atau
software tertentu, dan menyediakan pemeliharaan dan dukungan yang
memadai.
4) Mengevaluasi produk hardware dan produk software pemakai yang baru.
5) Membantu pengembangan aplikasi.
6) Mengembangkan dan mengimplementasikan berbagai standar.
7) Mengendalikan data perusahaan.
B. Mengalihdayakan Sistem (outsourcing)
Pengalidayaan (Outsourcing) adalah mempekerjakan perusahaan luar untuk
menangani semua bagian dari data aktivitas pemrosesan organisasi. Di dalam
perjanjian outsource mainframe, penyedia layanan membeli semua komputer
klien dan mempekerjakan semua atau sebagain besar pegawai klien.
Dalam perjanjian outsourcing klien/server atau PC, organisasi meng-outsource
layanan tertentu, bagian dari bisnisnya, fungsi tertentu, atau dukungan PC.
Manfaat dan Risiko Outsourcing
Manfaat Outsourcing:
1) Sebuah solusi untuk bisnis. Pengalihdayaan (outsourcing) adalah strategi
berlangsung dan solusi bisnis ekonomi yang memungkinkan perusahaan
yang memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada kompetensi
inti.

4
2) Penggunaan asset. Organisasi meningkatkan posisi kasnya dan mengurangi
biaya dengan menjual asset kepada pengalihdaya.
3) Akses ke keahlian yang lebih besar dan teknologi yang lebih canggih.
4) Biaya yang lebih rendah
5) Perbaikan waktu untuk pengembangan. Industry spesialis yang
berpengalaman mengembangkan dan mengimplementasikan system yang
lebih cepat dan lebih efisien daripada staf in-house. Para pengalihdaya juga
membantu memotong waktu melalui politik pengembangan system.
6) Peniadaan kepadatan dan kejarangan penggunaan.
7) Memfasilitasi pengecilan ukuran perusahaan
8)
Kegagalan pengalidahyaan disebabkan oleh kegagalan untuk
mempersiapkan secara benar, semangat pembelian besar-besaran perusahaan
tanpa pikir panjang, asal menjiplak para pesaing, berpikir bahwa
pengallihdayaan akan menyelesaikan masalah yang lebih jauh mengalihkan
tanggung jawab sebuah proses yang buruk ke orang lain, dan melakukan
perjanjian dengan didefinisi buruk yang tidak memenuhi harapan. Pada
akhirnya banyak perusahaan tidak menyadari bahwa pengembangan system
adalah sebuah tantangan manajemen yang lebih kompleks ketika dijalankan
oleh pihak luar.
Risiko melakukan Outsourcing:
1) Ketidak fleksibilitasan.
2) Kehilangan kendali sistem dan/atau data.
3) Pengurangan keunggulan kompetitif.
4) Sistem paket.
5) Tujuan yang tidak terpenuhi.
6) Layanan yang kurang baik
C. Prototyping
Prototyping adalah adalah pendekatan ke dasain sistem yang mengembangkan
modal kerja yang disederhanakan dari sistem. Prototipe, atau rancangan awal ini,
dapat dengan cepat dan murah untuk dibangun dan diberikan pada para pemakai

5
atau diuji. Prototipe membantu mengetahui kebutuhan pengguna dan membantu
para pengembang serta pengguna membuat keputusan desain konseptual dan fisik.
Langkah-langkah yang terlibat dalam mengembangkan prototype:
1) Mengidentifikasi persyaratan sistem.
2) Mengembangkan prototipe awal yang memenuhi persyaratan yang telah
disetujui.
3) Para pemakai mengidentifikasi perubahan, pengembang membuat
perubahan, dan sistem tersebut sekali lagi dikembalikan pada para pemakai.
4) Menggunakan sistem yang disetujui oleh para pemakai.
Kapan menggunakan prototyping
Prototyping sesuaiketika ada tingkat ketidakpastian yang tinggi, tidak jelas
pertanyaan apa yang ditanyakan, SIA tidak dapat dengan jelas divisualisasikan, atau
ada kemungkinan tinggi untuk gagal. Kandidat yang bagus unyuk prototyping
meliputi system dukungan keputusan, system informasi eksekutif, system ahli dan
system pemuatan informasi. Prototyping kurang sesuai untuk system yang besar
atau kompleks yang memuat komponen-komponen keorganisasian yang penting
atau batas-batas lintas organisasi untuk pengembangan komponen-komponen SIA
standar, seperti piutang atau manajemen persediaan.
Kondisi yang mendorong penggunaan prototyping
 Kebutuhan pengguna tidak di pahami, berubah secara pesat, atau berubah
saat system digunakan.
 Persyaratan system sulit dijelaskan.
 Input dan output system tidak diketahui.
 Tugas untuk dijalankan tidak terususun secara baik.
 Para pendesain tidak pasti mengenai jenis teknologi yang digunakan.
 System tersebut kursial dan dibutuhkan dengan cepat.
 Risiko yang diasosiasikan dengan mengembangkan system yang salah
tinggi.
 Reaksi pengguna terutama merupakan pertimbangan pengembangan yang
penting.
 Banyak strategi desain harus diuji.

6
 Staf desain hanya memiliki sedikit pengalaman dalam mengembangkan
sistm atau aplikasi tersebut.
 System tersebut akan jarang digunakan (efisiensi, pemrosesan bukan
merupakan perhatian utama).

Keuntungan dan kerugian prototyping


Keuntungan Pembuatan Prototipe:
1) Definisi yang lebih baik atas kebutuhan pemakai.
Prototyping secara umum memerlukan keterlibatan intensif dari para
pengguna akhir, menghasilkan kebutuhan pengguna yang didefinisikan
dengan baik.
2) Keterlibatan dan kepuasan pemakai yang lebih tinggi.
Oleh karena persyaratan pengguna terpenuhi, ada lebih sedikit risiko
bahwa SIA tidak akan digunkan. Karena keterlibatan pengguna secara dini
membantu membangun sebuah iklim penerimaan disbanding keraguan dan
kritik.
3) Waktu pengembangan yang lebih cepat .
Prototipe seringnya berfungsi setelah beberapa hari atau minggu,
mengizinkan para pengguna untuk segera mengevaluasi system tersebut.
4) Lebih sedikit kesalahan.
Para pengguna menguji tiap versi prototipe, sehingga kesalahan
dideteksi dan dieliminasi dengan segera. Hal tersebut juga mempermudah
untuk mengidentifikasi dan menghentikan system yang tidak sesuai
sebelum sejumlah besar waktu dan biaya terbuang.
5) Lebih banyak peluang untuk perubahan.
Para pengguna dapat menyarankan perubahan sampai system tersebut
sesuai dengan yang mereka inginkan.,
6) Lebih murah.
System prototipe dapat dikembangkan dengan 20% dari biaya system
tradisional. Sebuah perusahaan utilitas mengklaim peningkatan 13 menjadi
1 dalam waktu pengembangan atas metode tradisional ketika prototyping
digunakan untuk mengembangkan 10 aplikasi besar tersebut.

7
Kerugian prototyping
1) Waktu penggunaan yang signifikan.
Para pengguna harus meluangkan waktu yang signifikan untuk bekerja
dengan prototipe dan memberikan umpan balik. Ini mungkin memerlukan
lebih banyak keterlibatan dan komitmen daripada yang para pengguna ingin
berikan.
2) Pengguna yang kurang efisien atas sumber daya system.
Pengembangan prototipe tidak selalu mencapai efisien sumber daya,
terkadang menghasilkan kinerja dan keterandalan yang buruk serta
terkadang menghasilkan biaya pemeliharaan dan dukungan yang tinggi.
3) Pengujian dan dokumentasi yang tidak cukup.
Para pengembang mungkin mempersingkat pengujian dan dokumentasi
karena oara pengguna menguji prototipe selama pengembangan.
4) Reaksi perilaku yang negative.
Ini dapat terjadi ketika permintaan untuk peningkatan tidak dilakukan,
ada terlalu banyak perulangan atau sebuah prototipe yang diinvestasikan
para pengguna.
5) Pengembangan tanpa akhir.
Ini terjadi ketika prototipe tidak dikelola dengan semestinya dan
prototipe tersebut tidak pernah diselesaikan karena proses dan permintaan
revisii yang berulang.

8
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Jadi strategi pengembangan SIA perlu dilakukan di dalam perusahaan,


karena untuk membantu kinerja perusahaan yang mana seluruh kegiatandepartemen
saling terintegrasi dengan baik oleh sistem database. Sistem database ini perlu
diadakan update berkala demi menjaga kerahasian atas data- data perusahaan serta
untuk meminimalkan resiko hacking dan penyalagunaan data sertaakses.
Walaupun dalam realitanya perusahaan harus mengeluarkan budget yang
cukup besar untuk pengembangan SIA, itu tidak menjadi masalah karena
perusahaan sama saja telah berinvestasi. Hal ini baiknya perlu dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kondisi keuangan dan stabilitas serta keputusan manajerial.

9
DAFTAR PUSTAKA

Romney, Marshall B.2015.Sistem Informasi Akuntansi


Sistem Informasi Akuntansi (SIA) – RDK
Andi Prastowo, (2011), Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis, Cetakan kedua, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Arens, Alvin A. dkk., (2014), Auditing and Assurance Service: An
Integrated Approach, Fifteen Edition, Pearson Education.
Azhar Susanto, (2013), Sistem Informasi Akuntansi: Struktur-
PengendalianResiko-Pengembangan, ed. Pertama, Cetakan Pertama, Lingga Jaya,
Bandung.
Bodnar, George H. and Hopwood, William S., (2014), Accounting
Information Systems, Eleventh Edition, Pearson Education.
Dwi Martani dkk, (2012), Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK,
Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai