Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS

“CAHAYA DAN JENIS-JENIS PEMANTULAN PADA CERMIN


CEKUNG DAN CEMBUNG (SUDUT SUDUT ISTIMEWA)”

Dosen Pembimbing :
Vicran Zharvan, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:
Agustin Wahyu Trisna Ningrum (200104501005)
Astutianti Tangdiera (200104501010)
Wanda Martina (200104502004)

PRODI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN

Cahaya adalah bagian dari elektromagnetik keadaan yang dirasakan oleh mata kita,
kisaran panjang gelombang adalah antara 380 dan 780 nm. Cahaya adalah suatu gejala fisis
Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya
tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang
elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran, Gejala-gejala getaran yang sejenis
dengan cahaya ialah gelombang-gelombang panas, radio, televisi, radar dan sebagainya.
Gelombang-gelombang ini hanya berbeda frekuensi.
Cahaya dapat dihasilkan oleh bermacam macam benda. Benda yang dapat
memancarkan cahaya sendiri disebut sebagai sumber cahaya. Sedangkan benda-benda yang
tidak dapat memancarkan cahayanya sendiri disebut benda gelap. Pembentukan bayangan
oleh cermin merupakan gejala yang dihasilkan oleh karena adanya pemantulan cahaya oleh
cermin yang sudah tentu memenuhi hukum pemantulan, yaitu sudut datang sama dengan
sudut pantul dan sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Sinar yang dipancarkan sumber cahaya merupakan berkas atau sekumpulan cahaya yang
dapat di golongkan diantaranya menjadi berkas cahaya mengumpul atau konvergen yang
difokuskan pada cermin cekung dan berkas cahaya menyebar atau divergen pada cermin
cembung.
Pemantulan sinar cahaya pada cermin cekung diformulasikan pada posisi objek benda
dan bayangan yaitu antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak focus pada cermin. Dimana
cermin cekung merupakan cermin yang permukaan bidang pantulnya berbentuk cekungan
yang memiliki sifat mengumpulkan cahaya. Cermin cekung disebut juga sebagai cermin
konvergen atau cermin positif. Dengan demikian jika terdapat berkas cahaya sejajar
mengenai permukaan cermin cekung maka berkas berkas cahaya pantulnya akan melintasi
satu titik yang sama.
Pemantulan sinar cahaya pada cermin cembung berlaku hukum pemantulan sinar
istimewa yang dapat digunakan untuk melukiskan pembentukan bayangan. Permukaan
cermin cembung memiliki arah lengkungan keluar. Memiliki sifat menyebarkan sinar
sehingga disebut juga sebagai cermin divergen atau cermin negative dimana bayangan yang
dibentuk selalu maya dengan dimensi lebih kecil. Dengan demikian jika terdapat berkas
berkas cahaya sejajar mengenai permukaan cermin maka berkas cahayanya akan dipantulkan
dari satu titik yang sama.
PEMBAHASAN

Cahaya saat menemui bidang batas antara dua buah medium akan dipantulkan
sebagian atau seluruhnya. Bila sebagian maka sebagian lain akan dibiaskan atau diserap.
Ilustrasi bagaimana cahaya dipantulkan oleh satu bidang pantul diberikan dalam gambar
berikut ini.

Gambar 1. Berkas cahaya datang dengan sudut terhadap garis normal θ_d(berkas berwarna
merah) dipantulkan oleh bidang pantul dengan sudut terhadap garis normal θ_p(berkas warna
biru)

Selalu berlaku pada setiap pemantulan pemantulan bahwa sudut datang θd sama dengan sudut
pantul θ p

θd =θ p

Cermin cekung dibentuk dari permukaan dalam suatu silinder (atau bola), di mana
berkas-berkas sejajar cahaya yang datang tidak lagi dipantulkan sejajar sebagaimana pada
gambar di bawah, melainkan dipantulkan mendekati suatu titik yang dikenal sebagai titik
fokus cermin.
Gambar 2. Berkas-berkas yang datang sejajar pada cermin cekung dipantulkan melewati
suatu titik 0 yang dekat dengan titik fokus 1
Bila berkas-berkas sejajar yang datang juga sejajar dengan sumbu utama (garis yang
menghubungkan titik 1 dan 2) maka titik pertemuan berkas-berkas pantul yang semula titik 0
akan menjadi titik 1, yang dikenal pula sebagai titik fokus cermin (cekung).
Pada cermin cembung berkas-berkas sejajar yang datang akan dipantulkan saling
menjauh satu sama lain, seakan-akan berkas-berkas pantul bersumber dekat dari suatu titik
yang disebut sebagai titik fokus. Cermin cembung dapat dibentuk dari suatu permukaan luar
suatu silinder (atau bola).

Gambar 3. Berkas-berkas yang datang sejajar pada cermin cembung dipantulkan seakan-
akan bersumber dari suatu titik 0 yang dekat dengan titik fokus 1.
(Sumber : Viridi, 2014)
Bila berkas-berkas sejajar yang datang juga sejajar dengan sumbu utama (garis yang
menghubungkan titik 1 dan 2) maka titik pertemuan perpanjangan berkas-berkas pantul yang
semula adalah titik 0 akan menjadi titik 1, yang dikenal pula sebagai titik fokus cermin
(cembung).
Hukum Snellius (atau hukum pembiasan) adalah hukum fisika yang menjelaskan
bagaimana cahaya atau gelombang elektromagnetik lainnya melengkung ketika melintasi
batas antara dua medium dengan kecepatan cahaya yang berbeda. Hukum Snellius
menyatakan bahwa rasio sinus sudut datang dan sinus sudut pembiasan sama dengan rasio
indeks bias dari dua medium tersebut:
Gambar 4. Hukum Snellius
n1 sin θ1 = n2 sin θ2
di mana:
n1 dan n2 adalah indeks bias medium pertama dan kedua, masing-masing,
θ1adalah sudut antara arah cahaya datang dan garis normal batas medium pertama, dan

θ2 adalah sudut antara arah cahaya yang dibias dan garis normal batas medium kedua.

Hukum Snellius sering diterapkan pada optik, khususnya dalam pembiasan cahaya melalui
lensa dan prisma, serta pada geofisika untuk mempelajari propagasi gelombang seismik di
bumi.
Sitasinya dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, tergantung pada variabel yang diketahui
atau yang ingin dicari. Beberapa bentuk sitasi yang umum digunakan antara lain:
n1 sin θ1 = n2 sin θ2 (sudut datang diketahui, ingin mencari sudut pembiasan)
n1 /n2 = sin θ2 /sin θ1 (sudut datang dan pembiasan diketahui, ingin mencari indeks bias)
θ1 + θ2 = θ' (sudut datang dan pembiasan diketahui, ingin mencari sudut keluaran total)
sin θc = n2 /n1 (indeks bias medium pertama dan kedua diketahui, ingin mencari sudut kritis di
mana pembiasan tidak terjadi).

h h h
Kasus I : Mengapa tan pada rumus α 1= u , α 2= R dan α 3= v tidak
dituliskan?

Seperti yang kita ketahui bahwa pembentukan bayangan oleh cermin sferis berlaku
pendekatan sinar paraksial atau sinar yang membentuk sudut yang sangat kecil terhadap
sumbu utama. Untuk sudut-sudut kecil berlaku α ≈ tan α ≈ sin α .
Pada kasus ini, kita menganggap sudut α 1, α 2 dan α 3 sangat kecil karena sinar-sinarnya
paraksial dan karena jarak P ke h (sisi depan sudut) sangat kecil dibandingkan jarak v, R, dan
u, maka dapat dituliskan pendekatan seperti dibawah ini.
h h
α 1 ≈ tan α 1= ≈
OP u

h h
α 2 ≈ tan α 2= ≈
CP R

h h
α 3 ≈ tan α 3 = ≈
IP v

Oleh karena α ≈ tan α , maka persamaan-persamaan diatas dapat dituliskan

h
α 1=
u

h
α 2=
R

h
α 3=
v

KASUS II: Pembuktian Rumus Perbesaran Bayangan pada Cermin


Cekung

u
Gambar 1
Pada gambar diatas terlihat bahwa ∆ ABP dan ∆ A ' B ' P sebangun, sehingga:
A ' B ' B' P
=
AB BP
h1 −v
= (16)
h0 u
Garis A menuju cermin terdapat titik kita misalkan O dan kita menarik garis ke P, sehingga dapat
menghasilkan ∆ FOP . Lalu pada ∆ FOP dan ∆ A ' B ' F juga sebangun, sehingga:
A ' B ' B' F
=
OP FP
h1 −v−f
= (17)
h0 f
Sehingga kita peroleh persamaan perbesaran bayangan pada cermin cekung
h1 −v
m= = (18)
h0 u
Dan
−v−f
m=
f (19)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai