Anda di halaman 1dari 64

Energi Angin

BAB 3. ANALISIS KEADAAN ANGIN


Pada bab ini akan dijelaskan sejumlah pengolahan data angin. Pengolahan data tersebut
bertujuan untuk memudahkan penentuan sejauh mana suatu lokasi cukup untuk pemanfaatan
energi angin. Dalam hal inibeberapa hal perlu diperhatikan nantara lain:
a). Bagaimanakah pola angin perhari, perbulan ataupun pertahun.
b). Berapa lamakah kecepatan angin rendah dan kecepatan angin tertentu.
c). Berapakah kecepatan angin puyuh..
d). Berapakah energi yang dapat dihasilkan perbulan, pertahun.
Di sini akan dijelaskan pola angin dan karakteristiknya dalam angka dan grafik. Bila data angin
tidak ada sama sekali, maka penentuan didasarkan atas penjelasan pada penduduk di lokasi
tersebut.
Pada pengukuran kecepatan angin perlu diperhatikan :
- Posisi sebenarnya anemometer.
- Jarak dan ketinggian dari bangunan yang terdekat
- Tipe dan kualitas anemometer.
- Metode pembacaan dan pencatatan data.
- Sistem satuan yang digunakan, apakah m/s, knots, mil/hari dan sebaginya.
Suatu contoh data kecepatan angin di Stasiun Metrologi Maritim, Makassar, pada bulan
Desember 1997, seperti terlihat pada tabel 3.1. Selanjutnya akan dijelaskan pengolahan data
tersebut yang meliputi:
- Distribusi waktu - distribusi kecepatan
- Distribusi frekuensi - distribusi kumulatif

Biasanya kecepatan angin maksimum tidak diperoleh dari pengukuran rata-rata per jam, dan
dicatat secara terpisah. Umumnya keadaan angin tahunan senatiasa berulang. Dari beberapa
peneliti seperti Corotis, Justus dan Ramsdell dkk, menyatakan bahwa rata-rata kecepatan angin
tahunan diperoleh dari data 12 bulan memiliki 90% tingkat kepercayaan.

3.1 Distribusi Waktu

Kecepatan angin rata-rata per bulan berdasarkan atas fluktuasi kecepatan angin pada setiap
waktu dari suatu hari seperti terlihat pada tabel 3.3 dan sebagai pola diurnal seperti pada gambar
3.1. Tabel 3.3 adalah hasil rata-rata kecepatan pada setiap waktu yang berasal dari tabel 3.2,
sedang tabel 3.2 sebagai hasil manipulasi dari tabel 3.1

1
Energi Angin

Tabel 3.1 Data kecepatan angin (knot)

2
Energi Angin

Tabel 3.2 Distribusi Waktu

3
Energi Angin

Tabel 3.3 Fluktuasi kecepatan angin rata-rata pada setiap waktu, Desember 1997

Pk1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Vrata 27 32 33 29 30 32 35 19 41 51 66 66

Pk1 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Vrata 68 66 67 64 55 55 46 40 41 37 35 32
Vi rata = kecepatan rata-rata pada setiap waktu

Kecepatan angin rata dalam sebulan, didasarkan atas diural kecepatan angin adalah:

∑ ⁄ adalah Vrata = 4.534 knot

Gambar 3.1 Kurva diurnal kecepatan angin

3.2 Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi kecepatan angin adalah jumlah jam perbulan atau pertahun suatu
kecepatan angin tertentu terjadi. Untuk mendapatkan di9stribusi frekuensi tersebut mula – mula
dibagi daerah kecepatan angin dalam beberapa interval. Pengambilan daerah kecepatan dalam
interval untuk menghindari encatatan yang tidak eksak sebagai angka bulat. Harga pertengahan
interval umumnya : 0,5 m/s, knot, 1,5 m/s, knot, dst sehingga setiap interval adalah : 0 – 1 m/s,
knot,..dan seterusnya. Kemudian dihitung waktu untuk interval awal 0 – 1 m/s, knot, dst. Bila
jumlah jam pada setiap intervaldigambarkan pada setiap kecepatan angin, maka diperoleh
distribusi frekuensi yang disebut juga hitogram. Bentuk distribusi frekuensi (histogram) seperti
terlihat pada 3.2, dimana histogram ini berdasar pada tabel 3.2. Informasi yang dapat diperoleh

4
Energi Angin

dari distribusi diurnal dan distribusi frekuensi ialah kecepatan angin rendah, di mana data ini
bergunauntuk penentuan ukuran reservoir.

Gambar 3.2 Frekuensi kecepatan angin, Desember 1997

Puncak histogran menyatakan frekuensi kecepatan angin terbesar. Kecepatan rata-rata dari suatu
frekuensi tertentu dapat dihitung dengan relasi berikut ini:

Vrata = , ........................................... (3.1)

Dengan, ti = jumlah jam kecepatan angin dengan interval i

Vi = pertengahan interval kecepatan angin ke-i

Vrata = kecepatan angin rata-rata

Kecepatan angin rata-rata pada bulan Desember 1997, didasarkan pada persamaan diatas, adalah:
( ) ( )
Vrata = = 4,534 knot (nilai seperti pada diurnal kecepatan

Distribusi frekuensi juga digunakan untuk menghitung energi output kincir dengan mengalikan
jumlah jam pada setiap interval dengan output yang dihasilkan oleh kincir pada interval
kecepatan angin tersebut.

5
Energi Angin

3.3 Distribusi Durasi dan distribusi kumulatif

Sering kali orang bberteriak dengan jumlah jam dimana kincir akan beroperasi. Jumlah
waktu untuk kecepatan angin rendah 0 – 1 knot dihilangkan. Kemudian dijumlahkan semua jam
di atas interval kecepatan yang diberikan Vi, Sebagai hasil ialah kurva durasi, dan diperoleh
dengan sejumlah jam dari setiap interval kecepatan ke jumlah jam dari setiap kecepatan ke
jumlah jam dan interval yang nlebih tinggi. Jadi sebaiknya dimulai dengan interval tertinggi,
dengan jumlah jam = 0 dan selanjutnya ditambah dengan jumlah jam dari interval lebih rendah
berikutnya dan seterusnya. Hal ini dilaksanakan seperti terlihat pada tabel 3.3 berdasarkan atas
data dari tabel 3.1. Kurva durasi kecepatan umumnya digambarkan dengan kecepatan pada
sumbu tegak, sedang jumlah jam pada sumbu mendatar, Gambar 3.3 (diputar). Distribusi
kumulatif seperti terlihat pada tabel 3.3 dan gambar 3.4, menyatakan waktu untuk kecepatan
angin yang lebih rendah daripada kecepatan angin tertentu,

Tabel 3.4 Distribusi frekuensi, durasi dan kumulatif

Interval Frekuensi Durasi V Kumulatif V


Kecepatan
No
knot hours hours hours %
1 0 -1 33 711 (=744 – 33) 0 0
2 1–2 60 651 60 8.44
3 2–3 130 521 190 26.72
4 3–4 121 400 311 43.74
5 4–5 86 314 397 55.84
6 5–6 90 224 487 68.50
7 6–7 49 175 536 75.39
8 7–8 56 119 592 83.26
9 8–9 39 80 631 88.75
10 9 – 10 18 62 649 91.28
11 10 – 11 18 44 667 93.81
12 11 – 12 16 28 683 96.06
13 12 – 13 10 18 693 97.47
14 13 – 14 8 10 701 98.59
15 14 – 15 3 7 704 99.02
16 15 – 16 2 5 706 99.30
17 16 – 17 2 3 708 99.50

6
Energi Angin

18 17 – 18 2 1 710 99.86
19 18 - 19 1 0 711 100
20 TOTAL 744

Gambar 3.3 Kurva distribusi durasi kecepatan

Gambar 3.4 Kurva distribusi kumulatif

7
Energi Angin

3.4 Penentuan luas bidang rotor

Kurva durasi kecepatan dapat diubah menjadi kurva durasi daya (berdasarkan persamaan
2.4, P/A = 0,1 V3 dalam (W/m2) dengan sunbu tegak daya/luas bidang rotor dan sumbu mendatar
jumlah jam dalam satu periode. Penentua luas bidang rotor didasarkan atas keadaan angin dan
energi yang dibutuhkan. Persoalan utama adalah pilihan tiga macam kecepatan perencanaan dari
instalasi kincir pompa ataupun instalasi kincir-generator.

Tiga macam kecepatan tersebut adalah:

Vout-in (Ve.i ) = kecepatan angin di mana instalasi mulai menghasilkan listrik ataupun air

Vout-in (V.i ) = kecepatan angin di mana instalasi menghasilkan listrik ataupun air maksimum

Vout-out (Ve.o ) = kecepatan angin diatas mana instalasi harus distop untuk mencegah kerukasakan

Suatu pilihan yang dianggap memadai dari ketiga kecepatan perencanaan tersebut adalah :

Ve.i = 0,7 Vrata, ..............................................................(3.3a)

V.i = 1,5 – 2,0 Vrata, ......................................................(3.3b)

Ve.o = 3,0 Vrata, ..............................................................(3.3c)

Luas bidang kurva durasi daya yang dibatasi oleh ketiga kecepatan perencanaan terlihat pada
gambar 3.5 adalah energi yang dapat diestraksi selama satu periode (setahun/sebulan) per m 2 luas
bidang rotor, Maka;

Luas bidang rotor A = , (m2)


( ⁄ )

Jadi diameter poros adalah; D = √ , ( m2 ),.........................................(3.4)

8
Energi Angin

Gambar .3.5 Kurva Durasi Kecepatan dan durasi daya dan energi yang disediakan oleh kincir
dalam satu periode (tT = 722 jam /bulan; 8760 jam/tahun yang dibatasi oleh,
(tc.i, Vc.i) ; (tT, VT) ; (tc.o, Vc.o)

Penentuan durasi kecepatan dan durasi daya secara statistika diberikan pada sub-sub 3.5.2

3.5 Distribusi Weibull

Karena kecepatan angin senantiasa berfluktuasi setiap saat, maka pengambilan harga
kecepatan rata-rata tidak cukup teliti untuk menentukan daya yang dikandung oleh angin pada
suatu tempat. Sesuai pengalaman dan berdasarkan EL-Wakil (1985), Lysen (1982), analisis
statistik yang paling cocok dengan data eksperimental untuk menentukan distribusi frekuensi dan
distribusi durasi adalah Weibull. Fungsi distribusi dari distribusi Weibull dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:

F(V) = 1- exp ( ( ⁄ ) ) ,..................................................(3.5)

Dimana, F(V) = distribusi kumulatif

Faktor k dan c adalah parameter Weibull yang meberikan kesesuaian pendekatan yang terbaik
terhadap data kecepatan angin aktual di nlapangan. Parameter k adalah eksponen tak berdimensi

9
Energi Angin

yang menyatakan bentuk distribusi. Bila kecepatan angin rendah dan berubah-ubah (terdispersi
tinggi), nilai k = 1 s/d 2. Sedang untuk kecpatan angin stedi dan tinggi (terdispersi rendah), nilai
k = 2 s/d 4. Parameter c adalah faktor skala kecepatan angin dan berdimensi kecepatan (lebih
besar dari kecepatan rata-rata, bernilai besar bila kecepatan angin tinggi dan bernilai kecil bila
kecepatan angin lebih rendah. Bila nilai k dan c telah diketahui, maka fungsi Weibull telah
terspesifikasi. Distribusi frekuensi yang diturunkan dari fungsi distribusi persamaan 3.5 adalah:

f(V) = dF(V) / dV = ( k/c ) ( V/c )k-1 exp ( ( ⁄ ) ),................ (3.6a)

Kecepatan angin rata-rata (Vrat-rata) = ∫ ( ) ( )

Hubungan eksak antara parameter c dan kecepatan angin rata nyang diturunkan dari persamaan
(3.6a) dan (3.6b) adalah :

Vrata = c Ʈ ( ),....................................................................(3.7)

di mana Ʈ adalah fungsi gamma, dari tabel matematika untuk n Ʈ(n + 1) = n Ʈ (n);

untuk n Ʈ (n + 1) = Ʈ (n) / (n – 1).

3.5.1 Penentuan parameter Weibull

Sesuai Lysen (1982) terdapat tiga metode untuk menentukan parameter (k dan c), yakni
metode grafis, metode regresi dan metode momen:

a). Metode Grafis

Metode grafis dikalakukan dengan memplot frekuensi kumulatif F(V) tetrhadap kecepatan
V pada suatu kertas grafik probabilitas Weibull. Gambar 3.6 yang dirancang dan disediakan oleh
Wind Energy Group , Department of Physics, University of Technology, Eindhoven,
Netherlands. Hubungan antara F(V) dan V adalah garis linear (garis Weibull), dengan
kemiringan sama dengan faktor bentuk k (k = tg (sudut kemiringan garis)). Untuk mengecek
kemiringan garis Weibull dan nilai k digambar garis bantu dari titik estimasi k yang bertanda (+)
ke garis sumbu k yang terdapat pada bagian atas grafik. Garis bantu ini harus tegak lurus garis
Weibull. Garis estimasi untuk parameter c diperoleh dengan mengganti V dengan c pada
10
Energi Angin

persamaan (3.5) dan diperoleh F (c) = 1 – exp(-1) = 632. Perpotongan antaragaris regresi dengan
garis estimasi c, adalah nilai c sesuai pembacaan pada sumbu mendatar V. Pada contoh gambar
3.6, nilai k = tg 74o = 3.49 – 3,5 pada garis sumbu k, dan nilai c = 8.3 m/s pada pembacaan
sumbu V

b). Metode Regresi

Metode regresi dikalakukan dengan memanipulasi persamaan distribusi Weibull


persamaan (3.5), menjadi:

ln (- ln(1 – F(V))) = k ln V – k ln c.,..............................(3.8)

Bila diplot nilai ln (- ln(1 – F(V))) pada sumbu tegak dan ln V pada sumbu datar, maka
kemiringan garis tersebut adalah faktor bentuk k, sedang perpotongan garis dengan sumbu
vertikal adalah –k ln c. Bila nilai k telah diperoleh maka nilai c dapat ditentukan. Pada
penggambaran grafik ini, kecepatan V = 0 tidak di ikutsertakan karena ln 0 = tidak bernilai.
Untuk mendapatkan kecepatan rata-rata aktual dalam suatu periode, keceptan rata-rata yang yang
diperoleh dengan persamaan 3.7 harus dikalikan dengan faktor (1 – f) di mana f adalah rasio
antara waktu dan kecepatan rendah dibagi dengan jumlah jam periode tersebut.

c). Metode Momen

Metode moen adalah metode menentukan nilai k dan c secara matematik dan statistik.
Nilai k ditentukan berdasarkan relasi standard deviasi σ dan Vrata-aktual dari data aktual. Dngan
pemnerunan dsecara matematis, Lysen memberikan relasi yakni persamaan 3.9 atau sesuai
Gambar 3.7.

11
Energi Angin

Gambar 3.6 Kertas probabiltas Weibull

12
Energi Angin

Gambar 3.7 / Vrata sebagai fungsi k

Nilai standard deviasi dapat dihitung melalui rfumusan pada stgatistik;

(∑ )
∑( )
= ,...............................................(3.10)

dengan n = jumlah observasi

Ni;ai Vrata-aktual di[eroleh berdasarkan persamaan (3.1), dan nilai c diperoleh dari persamaan (3.7)
di mana Vrata-aktual = Vrata. Oleh karena metode ini berdasarkan pada data aktual dan analisis
matematika dan statistika maka metode ini akan memberikan nilai yang lebih teliti terhadap
parameter Weibull k dan c dibanding dengan metode grafis dan metode regresi.

3.5.2 Kurva durasi kecepatan dan durasi daya Weibull


Fungsi Weibull untuk kurva durasi kecepatan adalah:

( )
t= = exp { ( ) }, ..................................................(3.11)

t adalah fraksi waktu untuk kecepatan melebihi V, ( ) durasi kecepatan angin melebihi V,
tT = waktu observasi total.

13
Energi Angin

Bila persamaan (3.7) distribusi ke persamaan (3.11) diperoleh relasi sebagai berikut:


V=c( ) ,..........................................................................(3.12)

Bila digambarkan V pada sumbu tegak dan fraksi waktu t pada sumbu mendatar maka diperoleh
kurva durasi kwcepatan. Bila persamaan (3.11) disubtitusi pada persamaan (2.3), maka
diperoleh:


( ) , dalam W/m2, ....................................(3.13)

Bila V, P/A digambar pada sumbu tegak dan fraksi waktu t pada sumbu mendatar maka
diperoleh kurva durasi kecepatan dan durasi daya, Gambar 3.4. Dengan ketiga kecepatan
pembatas; Vc.i, Vr, Vc.o diketahui, maka fraksi waktu tc.i,, tr, tc.o akan diperoleh. Luas bidang
durasi daya yang dibatasi oleh ketiga waktu tersebut (lihat bagian yang diarsir) adalah jumlah
endergi yang disediakan oleh kincir angin selama selama periode tT, dan kincir akan memberi
penghasilan selama periode: tc.i – tc.o

3.5.3 Analisis energi angin di kota di kota Makassar dan sekitarnyal


Analisis energi angin ini di dasarkan atas data pengamatan kecepatan angin selama satu
tahun yang dikeluarkan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Makassar yang berlokasi di Paotere:
Lintang: 05, 06, 493 LS dan bujur : 119, 25, 114 BT, ketinggian anemomer 10 m diatas
permukaan tanah. Ketentuan ini sesuai standar WMO (World Meteorological Organization) .
Alat tersebut adalah anemometer tiga mangkok yang dilengkapi oleh kemudi (wind cup
anemometer with wind vane). Metode pencatatan kecepatan angin dalam sejam dilakukan
dengan menggunakan standar WMO, yakni mengambilk harga rata-rata kecepatan 10 menit
sebelum dan 5 menit sesudah waktu sejam. Data kecepatan angin tersebut di atas adalah data
perjam selama tahun 1997, yang diterbitkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika, (BMG)Balai
Wilayah IV, Makassar. Data tersebut disusun dalam bentuk matriks; dengan kolom (waktu dalam
satu hari, mulai pukul 8.00 pagi sampai dengan pukul 7.00 pagi keesokan harinya), dan baris
adalah tanggal dalam sebulan, lihat tabel 3.1. Pemanfaatan energi angin dengan kincir telah
dilaksanakan dibeberapa tempat, seperti di kota Sungguminasa, kota Jeneponto. Tipe kincir

14
Energi Angin

angin yang di gunakan adalah tipe savonious (sumbu vertikal) tipe bersudu banyak (sumbu
horizontal) untuk keperluan pemompaan air.

3.5.3.1 Pengolahan data


Data dasar kecepatan angin dari BMG diolah menjadi data frekuensi kecepatan angin
seperti terlihat pada tabel 3.5.a.

Tabel 3.5.a: Data pengamatan frekuensi kecepatan angin BMG, Balai Wilayah IV,
Makassar, Tahun 1997
No V (knot) ∑ V (knot) ∑ Total
Jam/Tahun
1 0 444 18 7 451
2 1 708 19 3 711
3 2 1713 20 5 1718
4 3 1460 21 3 1463
5 4 1079 22 5 1084
6 5 797 23 4 801
7 6 666 24 0 666
8 7 516 25 0 516
9 8 404 26 1 405
10 9 265 27 1 266
11 10 250 28 1 251
12 11 135 29 1 136
13 12 114 30 4 118
14 13 60 31 0 60
15 14 46 32 0 46
16 15 31 33 1 32
17 16 17 34 0 17
18 17 18 35 1 19
19 Total 8723 37 8760

Tabel 3.5.b: Frekuensi kecepatan angin selama musim kemarau


Musim kemarau, bulan April s/d bulan September 1997
No Kecepatan April Mei Juni Juli Agust Sept. ∑
/bulan us
1 0 42 33 56 71 36 37 275
2 1 66 62 64 78 61 69 400
3 2 163 160 156 151 147 154 931
4 3 129 134 125 116 123 126 753
5 4 99 111 86 87 88 75 546
6 5 57 81 60 51 67 37 353
7 6 58 61 53 53 61 52 338
8 7 30 40 42 54 41 39 246
9 8 24 24 31 40 44 39 202
10 9 23 12 28 15 30 22 130
11 10 10 11 14 15 20 24 94

15
Energi Angin

12 11 5 7 2 10 12 18 54
13 12 10 3 3 1 5 11 33
14 13 0 2 2 5 7 16
15 14 4 1 1 5 11
16 15 1 3 2 6
17 16 0 1 1
18 17 1 0 1
19 18 0 0
20 19 0 0
21 20 0 0
22 21 1 1
23 22 1 1
24 Jumlah 720 744 720 744 744 720 4392

Tabel 3.5.c: Frekuensi kecepatan angin selama musim hujan


Musim hujan, bulan Oktober s/d bulan Maret 1997
No Kecepatan/ Oktober Nopemb Desemb. Januari Februari Maret ∑
bulan ..
1 0 48 30 33 13 9 36 169
2 1 56 53 60 48 48 43 308
3 2 156 135 130 113 116 132 782
4 3 132 110 120 134 105 106 707
5 4 91 88 87 103 76 88 533
6 5 50 58 93 87 85 71 444
7 6 41 58 46 73 39 51 328
8 7 48 58 56 36 33 39 270
9 8 32 33 39 34 30 34 202
10 9 21 23 18 23 22 24 135
11 10 28 36 18 21 25 28 156
12 11 16 13 16 13 8 15 81
13 12 11 12 10 15 10 23 81
14 13 4 6 8 5 6 15 44
15 14 5 4 3 5 5 13 35
16 15 2 2 2 4 9 6 25
17 16 1 1 2 1 3 8 16
18 17 2 2 2 5 6 17
19 18 1 3 3 0 7
20 19 1 2 0 3
21 20 1 4 0 5
22 21 0 1 1 2
23 22 2 1 1 4
24 23 2 1 1 4
25 24 0 0 0 0
26 25 0 0 0 0
27 26 0 1 0 1
28 27 0 1 0 1
29 28 0 1 0 1
30 29 0 1 3 1

16
Energi Angin

31 30 0 1 4
32 31 0 0 0
33 32 0 0 0
34 33 1 0 1
35 34 0 0
36 35 1 1
37 Jumlah 744 720 744 744 672 744 4368

Juga ditabelkan frekuensi kecdepatan angin untuk musim kemarau (April s/d Semtember) dan musim
hujan (Oktober s/d Maret), masing-masing seperti terlihat pada Tabel 3.5b dan 3.5c. Terlihat bahwa
kecepatan angin amksimum terjadi pada bulan Februari seb esar 35 knot – 18 m/s (1
knot = 0,514 m/s)

3.5.3.2 Penentuan parameter Weibull


Seperti telah disebut pada sub-bab 3.7.1 bahwa penentuan parameter Weibull k dan c
dapat dilakukan dengan tiga metode yakni metode grafik, metode regresi dan metode momen.
Kecepatan rata-rata hasil pengamatan dengan menggunakan persamaan 3.1 dan Tabrl 3.5a
diperoleh kecepatan angin rata-rata aktual Vrata-aktual = 4,42 knot.

a). Metode Grafis

Metode grafik menggunakan kertas grafik dan mengikutkan kdecepatan rendah untuk
F(V). Mdetode grafik melibatkan kecepatan rendah 0 knot. Nilai F(V) terteraa pada Tabel 3.6
kolom 3 dan 4, diplot pada kertas grafik Gambar 3.6 diperolek k = 1,22, dan c = 4,15 knot.

Kecepatan angin rata-rata Vrata = 4,15 Ʈ ( ) = 4,15 x 0,937 = 3,86 knot

b). Metode Regresi

Suatu uraian pada sub-bab 3.5.1, dengan data observasi, tabel 3.5, yang telah dihilangkan
kecepatan 0 knot (kolom ke 5 5 & ke 6), maka diperoleh persamaan regresi ;,

Ln ( ( ( ))) ( ) Dengan Dengan demikian

nilai k = 1,339, dan ln c = = = 1,15385. Atau c = 4,66 knot

17
Energi Angin

Gambar 3.8 Penentuan parameter Weibull dengan metode regresi

Tabel 3.6: Data parameter kecepatan angin, Makassar, Tahun 1997


No Percepatan f (V) F (V) dengan % F (V) dengan %
(V), knot V=0 V=0
1 0 444 444 5.07 708 8.51
2 1 708 1152 13.15 2421 29.11
3 2 1713 2865 32.71 3881 46.67
4 3 1460 4325 49/37 4960 59.64
5 4 1079 5404 61.69 5757 69.23
6 5 797 6201 70.79 6423 77.24
7 6 666 6867 78.39 6939 83.44
8 7 516 7383 84/28 7343 88.30
9 8 404 7787 88.89 7608 91.49
10 9 265 8052 91.92 7858 94.49
11 10 250 8302 94.77 7993 96.12
12 11 135 8437 96.31 8107 97.49
13 12 114 8551 97.61 8167 98.21
14 13 60 8611 98.30 8213 98.76
15 14 46 8657 98.82 8244 99.13
16 15 31 8688 99.18 8261 99.34
17 16 17 8705 99.37 8279 99.56
18 17 18 8723 99.58 8286 99.64
19 18 7 8730 99.66 8289 99.68
20 19 3 8733 99.69 8294 99.74
21 20 5 8738 99.75 8297 99.77
22 21 3 8741 99.78 8302 99.83
23 22 5 8746 99.84 8306 99.88
24 23 4 8750 99.89 8306 99.88

18
Energi Angin

25 24 0 8750 99.89 8306 99.88


26 25 0 8750 99.89 8307 99.89
27 26 1 8751 99.90 8308 99.90
28 27 1 8752 99.91 8309 99.92
29 28 1 8753 99.92 8310 99.93
30 29 1 8754 99.93 8314 99.98
31 30 4 8758 99.98 8314 99.98
32 31 0 8758 99.98 8314 99.98
33 32 0 8758 99.98 8315 99.99
34 33 1 8759 99.99 8315 99.99
35 34 0 8759 99.99 8316 100
36 35 1 8760 100
37 Jumlah 8760

Bila nilai k dan c ke persamaan (3.7). diperoleh kecepatan rata-rata (tanpa periode untuk kecepatan
rendah 0 knot adalah:

Vrata = 4,66 Ʈ ( ) = 4,66 x 0,911 = 4.25 knot. Kecepatan rata-rata aktual dalam satu

tahun dengan mengikutsertakan periode kecepatan rendah 0 knot adalah :

Vrata = = 4,03 knot

Bila dibandingkan hasil kecepatan rata-rata yang diperoleh dengan metode grafik (Vrata = 3.86
knot) dan metode regresi (Vrata = 4.07 knot); maka masing-masing memberikan kesalahan : 12.7
% dan 9 % terhadap kecepatan aktual Vrata-akt = 4,42 knot.

c). Metode Momen

Telah diperoleh bahwa Vrata-akt = 4,42 knot Berdasarkan persamaan 3.10 dan tabfl 3.5a

diperoleh harga 2,635, maka = = 0,596. Dengan cara coba-coba pada

persamaan 3.9 diperoleh k = 1,50. Dari persamaan 3.7 diperoleh c = 4.91 knot. Metode ini
berdasarkan atas data aktual, maka bila dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya akan
memberi nilai parameter Weibull yang lebih rasional. Oleh karena itu untuk analisis energi angin
digunakan parameter Weibull,: k = 1,50 dan c = 4,91 knot.

3.5.3.3 Distribusi kumulatif dan frekuensi


Di bawah ini dibandingkan antara data aktual dan data Weibull. Data Weibull untuk
kumulatif, dan frekuensi kecepatan angin unguk tahun 1997, berdasarkan persamaan 3.5 dan

19
Energi Angin

persamaan 3.6a dengan tabel 3.5 atau tabel 3.6 masing-masing gambar 3.9 gambar 3.10. Untuk
musim kemarau dan musim hujan masing-masing menggunakan data pada tabel 3.6b dan 3.6c,
Gambar 3.11 dan Gamabr 3.12.

Gambar 3.9. Distribusi kumulatif observasi dan Weibull

Gambar 3.10 Frekuensi kecepatan angin observasi dan Weibull

20
Energi Angin

Gambar 3.11 Frekuensi kecepatan pada musim kemarau

Gambar 3.12 Frekuensi kecepatan pada musimhujan

21
Energi Angin

3.5.3.4 Distribusi durasi kecepatan dan durasi daya


Pada suatu kasus perlu diketahui jumlah jam dari suatu periode di mana kecepatan angin
lebih besar daripada kecepatan angin tertentu. Kecepatan angin tertentu yang maksud misalnya
kecepatan angin di mana kincir mulai berproduksi (beoperasi). Kurva yang dibentuk oleh
kecepatan pada sumbu tegak dan jumlah jam dari suatu periode pada sumbu mendatar
dinamakan kurva durasi kecepatan. Kurva durasi kecepatan dalam parameter Weibull sesuai
dengan persamaan 3.12. Durasi kecepatan ini bila di transformasi menjadi durasi daya sesuai
persamaan 3.13, durasi daya akan menyatakan jumlah waktu dalam suatu periode di mana daya
lebih besar dari daya tertentu. Dengan mengambil k = 1.5 dan c = 4,91 knot, maka diperoleh
kurva durasi kecepatan daya untuk wilayah Makassar seperti terlihat pada gambar 3.13.

Bila diinginkan suatu kincir dengan sudu banyak (American Farm Windmill). Denagn
diameter rotor D = 3.0 m, diambil kecepatan angin pembatas: V c.i = 3.9 knot = 2 m/s:, Vr =
11.676 knot (6,0 m/s,: Vc.o = 15,56 knot (8,0 m/s) maka fraksi waktu (persamaan 3.11) masing-
masing kecepatan tersebut adalah :

= exp{ ( ) } = 0,494 (4327,44) jam

= exp{ ( ) } = 0,026 (227,76) jam

= exp{ ( ) } = 0,035 (30,36) jam

Dengan demikian, dalam setahun, kincir dapat beroperasi selama: 4327,44 – 227,76 = 4296,78
(= 4300) jam. Energi angin yang dapat dekstraksi adalah luas bidang yang di batasi oleh fraksi
waktu pada sumbu mendatar dan daya yang dihasilkan pada sumbu tegak (bidang diarsir)

22
Energi Angin

Gambar3.13 Kurva durasi kecepatan dan durasi daya.

Fraksi waktu dan daya yang dimaksud, berhubungan dengan kecepatan pembatas. Luas bidang di
arsir dapat ditentukan dengan menggunakan metode numerik aturan trapesium yang dapat
dilaksanakan dengan pemrograman komputr. Dari hasil komputasi diperoleh bahwa energi yang

23
Energi Angin

dapat dihasilkan (luas bidang yang diarsir)23,73 kWh/m 2, atau energi listrik yang dapat

dibangkitkan oleh kincir dengan diameter rotor 3,0 m adalah : x x 23,73 = 167,70 kWh

3.5.3.5 Durasi kecepatan angin


Sebagaimana telah disebutkan pada sub-bab 3.3 bahwa kecepatan sifatnya tidak ajek,
disebabkan oleh perbedaan pemanasan matahari pada psrmukaan bumi. Perbedaan pemanasan
tersebut disebabkan oleh posisi matahari terhadap bumi dan perputaran bumi pada porosnya.
Sesuai data kecepatan angin dalam setahun dari BMG, dilakukan tabel frekuensi kecepatan pada
setiap waktu dalam sehari, sehingga diperolek kecepatan rata-rata pada setiap waktu dalam
sehari. Dibawah ini diplot diurnal kecepatan; untuk setahun gambar 3.14, untuk musim kemarau
dan musim hujan seperti terlihat pada gambar 3.15.

Gambar3.14 Variasi kecepatan angin rata-rata dalam sehari setahun.

24
Energi Angin

Gambar3.15 Variasi kecepatan angin dalam sehari pada musim hujan dan musim kemarau.

Dari gambar 3.14 dan 3.15, dapat disimpulkan bahwa variasi kecepatan terbesar terjadi antara
pokol 11.00 s/d pukul 18.00. Hal ini sangat menguntungkan, karena kincir dapat mensuplai air
pada siang hari. Kecepatan tertinggi terjadi pada pukul 14.00. Sedang variasi kecpatan pada
musim hujan lebih tinggi dari pada musim kemarau.

3.6 Perhitungan Penghasilan kincir

Bila kincir yang dibangun berdiameter rotor 3 m, dan dikopel dengan pompa torak yang
memberi tinggi kenaikan 10 m, dengan kondisi angin di Makassar, dengan persamaan 2.3
diperoleh daya yang disediakan kincir dan pompa :

Pout = 9,1 x x , (W), kecepatan pembatas Vc.i = 3,9 knot = 2 m/s, Vr = 11,68 knot = 6

m/s; Vc.o 15.56 knot = 8 m/s. Untuk menghitung daya air yang dihasilkan pompa dihasilkan
pompa digunakan persamaan 6.4. Kedua persamaan inoi disamakan untuk memperoleh debit q.

Daya netto yang dihasilkan kincir pada kecepatan tertentu, seperti terlihat pada Tabel 3.8, kolom
4. Perlu di ingat bahwa pada kecepatan angin Vc.i = 2m/s (5,9 knot), daya kincir = 0 W,
karena kincir belum memberi penghasilan Pada kecepatan angin yang = 6.17 m.s (12 knot),
daya kincir sama besar besar = 165.9023 W. Selanjutnya pada kecepatan angin Vc.i = 8.2 m/s

25
Energi Angin

(16 knot) daya yang dihasilkan kincir = 0 W, karena kincir harus distop untuk menghindari
kerusakan konstruksi. Terlihat bahwa kincir ; diameter rotor 3 m, dikopel dengan pompa torak
dengan H = 10 m, dalam satu tahun, beroperasi salama 4380 jam. Bila dibandingkan antara
waktu operasi pompa kincir secara Weibull (sub-bab; 3.7.3.3) dan aktual memberi kesalahan :

= x 100% = 1,8% (dapat diabaikan), sedang untuk energi netto yang di hasilkan

171,12 kWh/tahun memberi kesalahan : = x 100% = 2,0 % , dan penghasilan air

6279,64 m3/tahun.

Tabel 3.8 Penghasilan kincir (D = 3 m)-pompa torak (H = 10 m)sesuai data angin di Makassar

Kecepatan angin (V) f(V) Daya netto Energi netto Air yang
Jam/tahun kincir (W), kincir (kWh), dihasilkan pada
N0 knot m/s
P=0.1 AV3 (3x4) H = 30 m, (m3)
1 1 2 3 4 5 6
2 0 0 444 0 0 0
3 1 0.514 708 0 0 0
4 2 1.028 1713 0 0 0
5 3 1.542 1460 0 0 0
6 4 2.056 1079 6.14 6.64 243.30
7 5 2.57 797 12.00 9.56 351.00
8 6 3.084 666 20.74 13.81 506.84
9 7 3.598 516 32.93 16.99 623.57
10 8 4.112 404 49.16 19.86 728.78
11 9 4.626 265 69.99 18.55 680.64
12 10 5.14 250 96.01 24.00 880.81
13 11 6.654 135 127.79 17.25 633.07
14 12 6.168 114 165.90 18.91 694.05
15 13 6.682 60 165.90 9.95 365.29
16 14 7.196 46 165.90 7.63 280.06
17 15 7.71 31 165.90 5.14 188.50
18 16 8.224 17 165.90 2.82 103.50
19 17 8.738 18 0 0 0
20 18 9.252 7 0 0 0

26
Energi Angin

21 19 9.766 3 0 0 0
22 20 10.28 5 0 0 0
23 21 10.794 3 0 0 0
24 22 11.308 5 0 0 0
25 23 11.822 4 0 0 0
26 24 12.336 0 0 0 0
27 25 12.85 0 0 0 0
28 26 13.364 1 0 0 0
29 27 13.878 1 0 0 0
30 28 14.392 1 0 0 0
31 29 14.906 1 0 0 0
32 30 15.42 4 0 0 0
33 31 15.934 0 0 0 0
34 32 16.448 0 0 0 0
35 33 16.962 1 0 0 0
36 34 17.476 0 0 0 0
37 35 17.99 1 0 0 0
38 Jumlah 8760 171.12 6279.64

3.7 Diskripsi matematik output kincir angin

Sebagaimana telah dibutkan bahwa di atas bahwa daya kincir sama dngan 0 untuk
kecepatan angin di atas Vc.o, Output kincir diberi batas tertera Pr pada kecepatan Vr. Sedang
daya ideal yang dihasilkan oleh kincir (sesuai persamaan 2.3) adalah:

P= A. Hal ini berarti bahwa nilai - ⁄ untuk Vr V 10 m di Cp =0

untuk V = Vc.o . Untuk kasus ideal ( Cp )maks untuk kecepatan V Vr maka ,

P = ( Cp )maks . A,............................................................(3.14)

Atau: P = C x V3. Dalam hal ini output kincir seperti pada gambar 3.16a. Daya ideal ini selalu
ingin didekati oleh perencana dalam hal pertimbangan ekonomik dan konstruksi kincir. Namun
dalam keadaan praktis kincir mulai memberi penghasilan pada kecepatan angin Vc.i . Kurva

27
Energi Angin

output antara Vc.i dan Vr dapat dalam bentuk linear, kuadratik atau lebih (nati melihat bahwa
hubungan hanya sampai 3). Pada umumnya kurva output kincir dibagi atas dua grup:

1). Efesiensi maksimum antara Vc.i dan Vr, yakni, P = ( Cp )maks . A. Pdenyinggung pada

titik kurva dengan Vc,i VO Vr. Dalam hal ini dimisalkan karakteristik output adalah linear.
Gambar 3.16b). Kurva menyinggung efesiensi maksimum pada Vr, atau dalam hal ini VO = Vr.
Kondisi ini menyatakan kurva output berbentuk curam, Gamabr 3.16c

Gambar 3.16; Gambar kurva output kincir angin, P(V): kurva ideal, dua tipe kurva

Model output yang umum adalah:

P = Pr ,.................................................(3.15)

Dengan persamaan (3.14), diperoleh :

= ( Cp )vr x x( ),............(3.16)

Bila diinginkan kecepatan VO, di mana dengan definisi berada pada CP maks, maka persamaan
3.16 ditirukan terhadap V.

( ) ( ) = 0, untuk V = V0:

28
Energi Angin

diperoleh: V0 = Vc.i (√ ⁄( )),...................................(3.17)

Untuk relasi linear (relasi ini umumnya terjadi dilapangan); c = 1; maka diperoleh kecepatan
perencanaan VO = 1,5 VC.I, untuk relasi kuadrat; c = 2, maka diperoleh, VO= VC.I √

Persamaan (3.15), model output, diubah menjadi:

( ) x Ax : atau

( ) x =( ) x( ),....(3.18)

Untuk c , maka dari persamaan 3.17, tidak ada nilai untuk kecepatan perencanaan VO dan
nilai Vr = VO.

Dengan penjabaran persamaan (3.17) disubtitusi ke persamaan (3.18) diperoleh nilai efesiensi.


( )
( ) x x x( ),...................(3.19)
[( ⁄( )) ]

Untuk c = 1, nilai efesiensi adalah: ( ) x 6.75 x x( )

dan daya penghasilan optimum Pr, dengan mengganti V = Vr, persamaan (3.14) dan persamaan
(3.19) diperoleh:


( )
Pr = x( ) x ⁄ c.i ( ),.....(3.20)
[( ⁄( )) ]

29
Energi Angin

BAB. 4. ROTOR KINCIR

Banyak tipe kincir angin telah dibangun. Pada dasarnya hampir setiap benda dengan
konfigurasi fisik tertentu akan menghasilkan gaya yang tidak simetri di dalam aliran udara,
mengakibatkan benda tersebut berputar, berpindah, berisolasi, sehingga daya angin dapat
diekstraksi. Mesin pemanfaat energi angin yang menggunakan rotor, dapat di klasifikasi ke
dalam tiga macam orientasi sumbu putar relatif terhadap alir angin :

Rotor sumbu horizontal: sumbu putar partikel terhadap arah angin

Rotor horizontal menyilang angin: sumbu putar horizontal terhadap permukaan bumi, dan

tegak lurus arah angin; menyerupat roda air.

Rotor sumbu vertikal: sumbu putar tegak lurus pada permukaan bumi dan pada aliran angin.

Tipe kincir dengan oriontasi sumbu rotor tersebut di atas, seperti terlihat pada gambar 4.1.

Pada bab ini perencanaan rotor hanya untuk rotor kincir horizontal dengan dengan gaya
Darries, Savonius dan rotor digerakkan oleh drag seperti rotor roda pedal , tidak dijelaskan.
Perencanaan rotor didasarkan atas beberapa parameter seperti jumlah sudu, sudut dan lebar kord
sepanjang jari-jari rotor, tipe aerfoil yang digunakan dan lain-lain.

Pemilihan parameter ditentukan oleh tipe beban di mana rotor diharapkan berputar dan
oleh keadaan angin dilikasi di mana kincir didirikan. Sebelum menjalankan gaya-gaya yang
bekerjapada aerfoil, lebih dahulu dijelaskan sifat rotor kincir dengan sumbu horizontal, di mana
peranan daya yang diekstraksi, torsi dan putaran memegang peranan penting.

4.1 Daya, torsi dan putaran

Suatu rotor kincir dapat mengekstraksi daya bdari nangin karena karena rotor tersebut
menerunkan kecepatan angin tidak terlalu banyak maupun tidak terlalu rendah. Suatu rotor yang
diam, tidak menghasilkan daya sama sekali demikian pula bila rotor rotor tersebut berputar
sangat cepat, udara di blok secara sempurna oleh rotor (rotor bersifat sebagai piringan pejal).
Dalam hal ini tidak ada daya yang dihasilkan oleh kincir. Diantara kedua hargaekstrim ini terjadi

30
Energi Angin

putaran optimum di mana daya yang diekstraksi adalah maksimum. Hal ini diperlihatkan pada
gambar 4.2.

Pompa torak memberikan beban torsi konstan pada rotor kincir, maka untuk menentukan
kurva torsi-putaran untuk rotor diperoleh dari gambar 4.2. Hubungan daya P, torsi Q dan putaran
sudt sesuai persamaan:

P = Q x , .....(W). Dari hubungan ini diperoleh Gambar 4.3, Karena Q = P /

Tangens ini mempunyai harga terbesar bila garis menyinggung kurva tersebut.
Oleh karena itu , nilai torsi maksimum dicapai pada putaran lebih rendah daripada putaran pada
daya maksimum.

Gambar. 4.1a Kincir dengan rotor sumbu horizontal.


31
Energi Angin

Gambar 4.1.b Kincir dengan rotor sumb Vertikal, sumbu kombinasi dan lain-lain

32
Energi Angin

Gambar 4.2 Daya yang dihasilkan rotor sebagai fungsi putaran pada kecepatan angin tertentu

Gambar 4.3,. Torsi dihasilkan rotor sebagai fungsi putaran pada kecepatan angin tertentu

Gambar 4.4 Daya dan Torsi sebagai fungsi putaran pada berbagaki kecepatan angin

33
Energi Angin

Bila kecepatan angin bertambah maka daya dan torsi bertambah. Pada gambar 4.4 terlihat kurva
daya dasn torsi terhadap putaran terhadap pada berbagai kecepatan angin. Gambar 4.4a kurva-
kurva daya pada kecepatan angin yang bertambah secara linear. Kaena daya maksimum
bertambah sedbanding dengan V3 (persamaan 2.3), maka harga maksimum kurva P - berada
pada kurva . Dengan demikian torsi maksimum bertambah dengan (gambar 4.4b).

Untuk maksud penyederhanaan, daya, torsi dan putaran dikelompokkan dalam parameter tak
berdimensi sebagaimana relasi berikut.:

CP = ,.....................................................(4.2a)

Koefisien torsi, Cq = ,....................................................(4.2b)

Ratio kecepatan ujung, ƛ= ,.....................................................(4.3)

Maka, CP = Cq. ƛ ..........................................................(4.4)


Dari relasi tersebut di atas sifat rotor dengan dimensi yang berbeda dan pada kecepatan angin
berbeda dapat direduksi menjadi kurva-kurvaL: Cp - ƛ dan Cq - ƛ . Perbedaan penting antara
rotor-rotor menjadi jelas di mana rotor dengan sudu banyak beroperasi pada rasio kecepatan
ujung rendah dan rotor dengan 2 atau 3 sudah beroerasi pada ratio kecepatan tinggi, Gambar 4.5.
Juga kerlihatan bahwa koefisien daya maksimum C p.max, pada ƛ = untuk kedua tipe rotor

tersebut tidak berbeda banyak namun koefisien torsi Cq berbeda dsangat brarti baik pada torsi
awal (ƛ = 0) maupun pada torsi maksimum. Hubungan emperik untuk menentukan koefisien torsi
awal rotor sebagai fungsi dari ratio kecepatan ujun optimum adalah”

Cq.awal. = ,.............................................................(4.5)

Relasi di atas menyatakan bahwa makin tinggi nilai makin rendah torsi awal, dan sebaliknya
pula terjadi:

Karakteristik dfari beberapa tipe rotor kincir angin dengan Cp dan Cq sebagai fungsi ƛ seperti
diberikan pada gambar 4.6.

34
Energi Angin

Dari gambar 4.6 diperoleh beberapa kesimpulan:

Nilai Cp maksimum kira-kira 0.45. Secara normal dapat dicapai nilai Cp = 0.3 – 0.35, dengan

membuat sudu berbentuk kurva.

Rotor yang didesain dengan ƛ memerlukan sudu dengan bentuk aerodinamis yang baik

Rotor dengan ƛ yang tinggi digunakan sebagai penggerak generator listrik. Hal ini disebabkan

generator listrik beroperasi pada putaran tinggi. Jadi makin tinggi nilai ƛ makin rendah nilai

transmisi roda gigi dfan makin rendah kerugian transmisi.

Gambar 4.5 Kurva daya dan torsi tak berdimensi sebagai fungsi rasio kecepatan ujung

35
Energi Angin

4.2 Airfoil: drag (hambatan) dan lift (angkat)

Setelah dijelaskan hubungan daya, torsi dan putaran rotor, maka berikut ini dijelaskan
sifat sudu yang dinyatakan dalam gaya drag dan gaya lift pada air foil. Parameter dasar akan
dijelaskan dan akan diberikanhasil-hasil praktek dan teotri. Dengan hasil rumusan tersebut,
pwembaca dapat merencanakan rotor dengan suatu spesifikasi tertentu. Suatu benda ditempatkan
dalam aliran udara, maka terjadi gaya yang dilakukan oleh aliran pada benda. Arah gaya
umumnya tidak dalam arah aliran, Gambar 4.7

Gambar 4.6a Cp sebagai fungsi ƛ

Gambar 4.6b Beberapa tipere kincir dan Cq sebagai fungsi ƛ

36
Energi Angin

Komponen gaya dalam arah aliran dinamakan drag dan komponen tegak lurus aliran dinamakan
lift. Besarnya drag dan lift bergantung pada kecepatan angin, bentuk benda, luas permukaan
benda (A), massa jenis udara ( ), sudut serang ( ) dan bilangan Renolds ( Re ). Agar
diprerroleh pernyataan yang lebih sederhana, maka diberikan koefisien tanpa dimernsi sebagai
berikut:

CL = , dan CD = , ......................(4.6)

Dimana A = kord. X panjang sudu,

Dalam halnin, bilangan Reynolds hanya (Re) memberi efek skunder dibandingkan dengan sudut
serang ( ). Lihat gambar 4.8 . Untuk setiap gambar airfoil, harga CL dan CD sebagai fungsi
dapat ditentukan, demikian pula grafik CL vs CD, lihat gambar 4.9 Garis tangens pada kurva

CL vs CD yang ditarik dari titik (0,0) menyatakan sudut serang dengan yang memberi harga
minimum ⁄ . Ratio ini sangat berpengaruh dalam penentuan koefisien daya maksimum yang

dapat dicapai, terutama pada ratio kecepatan ujung yang tinggi, lihat gambar 4.10

37
Energi Angin

Gambar 4.8 Definisi sudut serang suatu airfoil

Gambar 4.9 Koefisien lift dan dfrag dari dsduatu airfoil

Gambar 4.10 Pengaruh jumlah sudu dan ⁄ terhadap Cpmax pada yang berbeda-beda

38
Energi Angin

Nilai dan ⁄ yang minimum adalah parameter yang penting dalam proses petrencanaan.
Untuk beberapa tipe air foil, harganya diberikan seperti pada Tabel 3.1. atau 4.1.

Tabel 4.1 Beberapa airfoil dan nilai parameternya

4.3 Perencanaan rotor

Perencanaan rotor terdiri atas harga kord c dan sudut set sudut dalam beberapa posisi
sepanjang sudu, lihat gambar 4.11.

Gambar 4.11 Sudut serang dan sudut set dari sudu rotor kincir

Beberapa parameter yang harus dipilih adalah:

Rotor; R = jari-jari, = kecepatan ujung perencanaan, B = jumlah sudu,

= koefisien gaya lift perencanaan, Air foil: = sudut serang.

Jari-jari rotor dianggap telahdiketahui lebih dahulu atau dari perhitungan yang akan diberikan
kemudian. Pemilihan harga-harga B dapat disesuaikan dalam tabel 4.2

39
Energi Angin

No B
1 1 6 - 20
2 2 4 – 12
3 3 3–6
4 4 2–4
5 5–8 2–3
6 8 - 15 1-2

Tabel 4.2 Acuan untuk pemilihan rasio kecepatan ujung dan jumlah sudu.

Tipe beban akan menentukan nilai , kincir untuk pemompaan 1 dan kincir angin
pemutar generator listrik 4 . Data airfoil dapat dilihat pada tabel 4.2

Empat buah rumus untuk mendapatkan dan c adalah sebagai berikut:

Kord; c = (1 - ),..............................................(4.7a)

Sudut set sudu; = ..............................................(4.7b)

Sudut aliran: = arctan ,..........................................(4.7c)

Putaran perencanaan lokal: = .........................(4.7d)

Suatu prosedur perencanaan akan diberikan sebagai berikut ini untuk rotor tipe THE ⁄ untuk
penggerak pompa torak. Data rotor sebagai berikut:

Untuk profil plat berbentuk kurva 10% dengan pipa dibagian cekung.

R = 1,37 m; B = 6; = 2; = 1,1; =

Prosedur dapat dilakukan secara serentak bila perencanaan didasarkan atas koefisien lift
konstan sepanjang sudu. Dal;am hal ini kord sudu c dan sudut akan mempunyai nilai yang
berubah sepanjang sudu. Bila direncanakan sudu dengan kord c tetap maka koefisien gaya gaya
angkat CL akan berubah-ubah serpanjang sudu. Keduanya akan dijelaskan.

40
Energi Angin

4.3.1 Sudu dengan Koefisien lift tetap.

Prosedur terdiri atas perhitungan cv dan pada beberapa posisi srepanjang sudu, masing-
masing dengan jarak r ke sumbu rotor dan suatu ratio kecepatan lokal . Dalam contoh ini
dipilih 4 posisi parameter yang relevan dihitung dengan rumusan yang telah diberikan dan
ditabulasi sebagai tabel 4.3, berikut dan gambar 4.12.

Gambar 4.12 Bentuk sudu dan sudut pada empat posisi sepanjang sudu

Tabel 4.3 perhitungan c, untuk B = 6, diameter rotor = 2,74 m dengan CL konstan

N0 Posisi r( m ) c( m )
1 1 0,34 0,5 42,3 4 38,3 0,337
2 2 0,68 1,0 30,0 4 26,0 0,347
3 3 1,03 1,5 22,5 4 18,5 0,298
4 4 1,37 2 17,7 4 13,7 0,247
Terlihat harga c berubah secara kontinu; juga sudut set berubah sepanjang sudu, dan puntiran
tidak berubah secara linear sepanjang sudu, Hal ini akan menimbulkan kesukaran dalam dalam
pembuatan. Untuk itu dilakukan pembuatan yang sedikit menyimpang dari harga-harga di atas

41
Energi Angin

namumn tetap dijaga bahwa prestasi rotor tidak berubah terlalu besar. Pendekatan terbaik adalah
perencanaan yang didasarkan pada kord c konstan.

4.3.2 Sudu dengan Kordinat c konstan.

Dengan melihat persamaan (4.9) tampak bahwa koefisien gaya angkat akanberada setiap
posisi sepanjang sudu;

CL = (1 - ),................................................. (4.8)

Variasi koefisien gaya angkat hanya dapat diselesaikan dengan jalan memvariasikan
sudut serang, maka diperlukan persamaan kelima dari keempat buah pwesamaan yang telah
diberikan, Persamaan tersebut sudu.: CL = CL ( )

Kurva CL vs untuk sudu kurva dari contoh ini seperti terlihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13, CL vs dari sudu kurva (10% kelengkungan) dengan pipa pada sisi cekung

Rotor yang direncanakan 6 sudu, dimana setiap sudu dipotong dari lembaran baja dengan ukuran
1 x 2 m. Setiap lembar dengan ukuran; 0,333 x 1 m dan bila telah dilengkungkan 10% memiliki
lebar c = 0,324m, Posisi yang dipilih untuk perhitungan adalah dari 3 tumpuan untuk 6 sudu
untuk menahan diberikan seperti pada tabel 4.2, Dari tabel yang dipilih berada dengan
teoritik, hal ini disebabkan oleh kesukaran dalam pembuatan sudu plat-melengkung dengan
puntiran yang tidak linear.

42
Energi Angin

Cara untuk mendapatkan yang dipilih ialah dengan mengambil harga teoritik = yang
dipilih pada ujung sudu, kemudian dijaga sudut yang sama antarapo sisi 1 dan 2 dan antara posisi
2 dan 3. Nilai bulat dipilih untuk setiap sudut, lihat tabel 4.4 dan gambar 4.15

Tabel 4.4, Perhitungan koefisien gaya angkat, sudut serang, dan untuk lebar sudu tetap
(c = tetap) untuk rotor ⁄ dengan diameter rotor = 2.74 m, THE ⁄ dengan 6 sudu,

No Posisi r( m ) c( m ) CL
1 1 0,50 0,73 35,9 0,324 1,23 6,4 29,5 27

2 2 0,86 1,26 25,7 0,324 1,10 3,6 22,1 23

3 3 1,22 1,78 19,6 0,324 0,91 0,2 19,3 19

Gambar 4.15 Bentuk sudu dan dari rotor THE ½

Nilai CP vs untuk sudu diatas pada pengetesan di terowongan angin sepertin terlihat pada
gambar 4.16

43
Energi Angin

Gambar 4.16 Kurva CP vs dari THE ½, 6 sudu, diameter 0,274 m, plat kurva

44
Energi Angin

BAB 5. POMPA
Pada bab ini dibahas pompa yang digerakkan oleh kincir angin adalah pompa torak
Secara umum pompa dibagi atas dua tipe, yaitu pompa pindah dan pompa impuls:

a). Pompa pindah


Pompa torak (piston)
Pompa Ulir (screw = Archemedean)
Pompa Roda gigi
Pompa Roda gigi cacing
Pompa Sudu
Pompa roller
Pompa Membran
Pompa rantai atau tangga

b). Pompa Impuls


Pompa pusing (sentrifugal)
Pompa Aksial

c). Pompa Lain


Pompa rotary
Pompa Ejector
Pompa Hydraulic ram
Pompa Siphon

Beberapa keuntungan dan kerugian pompa-pompa tersebut seperti terlihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Keuntungan dan kerugian beberapa tipe ponpa
Keuntungan Kerugian
1. Tipe Plunyer
aksi positif pulsasi debit
beroperasi pada daerah putaran luas dipengaruhi getaran

45
Energi Angin

bekerja efesien dalam daerah luas tipe sumur dalam harus diset diatas
sumur
konstruksi sederhana kadang-kadang bisung
cocok untuk head yang tinggi
dapat digunakan untuk tinggi isap yang besar
debit relatif konstan terhadap perubahan head
2. Tipe turbin
perencanaan sederhana harus memiliki celah yang rapat
debit tidak berubah dengan waktu mudah tergores
cocok digerakkan oleh motor listrik tidak cocok digerakkan oleh tangan
praktis tak bergetar putaran konstan
debit besar di set dekat permukaan air
dapat diinstal horizontal atau vertikal membutuhkan sumur yang berlubang
besar
3. Tipe sentrifugal
perencanaan sederhana efesiensi rendah pada debit rendah
debit besar tinggi isap rendah (6 s/d 8)
debit tidak berubah dengan waktu di set dekat permukaan air
efisien pada debit besar membutuhkan sumur yang berlubang
besar
cocok digerakkan langsung oleh motor listrik tidak cocok untuk head tinggi
atau menggunakan ban
dapat diinstal horizontal atau vertikal tidak cocok digerakkan oleh tangan
debit berkurang bila tekanan
bertambah
4. Tipe rotary
aksi positif mudah tergores
menempati ruang yang kecil agak bising
daerah putaran yang luas tidak cocok untuk sumur dalam
debit tak berubah dengan waktu
5. Tipe ejektor
konstruksi sederhana noselnya mudah tergores dan
tersumbat
cocok untuk sumur dalam dan sumur dangkal dibatasi samapai 120 ft

46
Energi Angin

tak perlu di set dekat permukaan sumur debit berkurang bila tekanan
pemberian bertambah
tidak bising
5. Tipe rantai
tidak bising
sederhana tidak efesien
mudah diinstal dibatasi hanya untuk sumur dangkal
tak perlu dipancing kurang bersih
6. Hydraulic ram
perencanaan sederhana banyak air terbuang
biaya rendah bising
menggunakan air sebagai daya tidak cocok untuk operasi terputus-
putus
pemeliharaan rendah
5. Tipe sipon
biaya rendah untuk pemindahan dengan head
rendah
tak dibutuhkan daya mekanis atau daya tangan diperlukan pemipaan yang kedap
udara

5.1. Pompa Torak


Suatu pompa torak terdiri atas torak, dua buah katup dan pipa isap serta pipa tekan.
Kadang-kadang bejana udara digunakan agar aliran air menjadi halus, dan mereduksi gaya
shock. Pompa torak tradisional, katup atas terpasang pada torak, sedang katup bawah dinamakan
katup kaki. Gambar 5.1. Bila torak dan katup atas terpasang secara terpisah maka pompa ini
dinamakan pompa flunyer.

47
Energi Angin

Gambar 5.1 Skema gambar pompa torak yang dikopel ke rotor kincir angin
Prinsip operasi pompa torak adalah sederhana, bila torak bergerak ke bawah maka katup
atas terbuka, katup kaki ntertutup, maka aliran = 0, dan piston bergerak bebas sepanjang kolam
air. Sewaktu piston bergerak ke atas, katup bagian atas akan tertutup, katup kaki terbuka, air
yang sedang terangkat berada di atas torak, dan air yang terisap berada di bawah torak; pompa
beradadi atas permukaan air. Sebagai akibat maka terjadi aliran air berpulsasi secara sinusiodal,

48
Energi Angin

seperti arus listrik bolak balik, lihat gambar 5.1 Pompa torak bekerja tunggal dapat diubah
menjadi pompa torak bekerja ganda dengan menambahkan torak kedua yang bergerak
berlawanan terhadap torak pertama, yang memberikan air lowongan aliran dari torak petama.
Yang dijelaskan adalah pompa bekerja tunggal, oleh karena gaya yang digunakan selama
langkah ke bawah membutuhkan sedikit pencegahan terhadap tekukan pada batang pompa.
Di bawah ini akan dijelaskan sifat pompa ideal dengan putaran rendah, di mana percepatan kecil
di banding dengan percepatan grafitasi dan mengabaikan gaya gesek dan gaya dinamik.
Gaya pada torak = berat kolom air yang bekerja padanya yakni dari permukaan air sampai
kebagian seksi keluar.:

Fp = ( ),.............................................................(5.1)

dianggap H = head statik, nantinya head tambahan diperlukan untuk mengatasi kerugian harus
diikutsertakan. Gaya Fr dipindahkan ke poros melalui lengan engkol r, yang sama dengan
separuh ;angkah S. Selam langkah ke atas torsi tersebut adalah sinusoidal dan nol selama
langkah ke bawah, Persamaan adalah sebagai berikut:
Qp = ,; untuk 0 ....(5.2)

Qp = 0 untuk , dengan mengintegrasi torsi sesaat tersebut sepanjang lingkaran


penuh, dengan bantuan,;

∫ ( )=

Torsi rata-rata (Qp)rata

(Qp)rata = ,............................................(5.3)

Dimana VS = volume langkah, torsi rfata-rata tidak bergantung pada putaran,


Daya rata-rata yang dibutuhkan, ((PP)rata-rata)
(PP)rata-rata = (Qp)rata = ,....................................(5.4)

=q gH

Q menyatakan debit rata-rata. Daya rata-rata tersebut diatas adalah daya netto ubtuk mengangkat
q, dalam m3/s sehingga dalam (m).

49
Energi Angin

Kurva yang menggambarkan daya putaran dari pompa ideal adalah gari lurus yang melalui titik
(0,0), lihat relasi 5.4 dan gambar 5.2.
5.2. Sifat Pompa Torak dalam praktek
Pompa ideal membutuhkan daya mekanik sama dengan daya neto untuk mengangkat air,
akan memiliki efesiensi 100%. Dalam keadaan sebenarnya daya mekanik yang dibutuhkan lebih
besar dari pada daya angkat air neto, desebabkan oleh kerugian mekanik, hidrolik dan
volumetrik.
Untuk penyederhanaan, kerugian mekanik yang disebabkan oleh gesekan antara torak dan
silinder, dan kerugian hidrolik yang disebabkan oleh kerugian katup, dimasukkan kedalam
efesiensi mekanik ( )
Efesiensi volumetrik didefinisikan sebagai volume langkah sebenarnya dibagi oleh volume
langkah teoritik. Definisi daya-daya sebagai berikut:
. = daya mekanik dari rotor.

.= daya yang dibutuhkan untuk pompa ideal, ( ) ,........(5.5)

. = daya neto untuk mengangkat air ( ).,................................(5.6)


Maka definisikan menjadi:
= = ,..........................................................( 5.7a)

= , ...................................................................( 5.7b)
Efesiensi total pompa adalah;
= ,......................................................................(4.8)
Kerugian-kerrrugian daya seperti terlihat pada gambar 5.2

Gambar 5.2 Relasi daya-putaran suatu pompa torak, beserta kerugian mekanis dan volumetris

50
Energi Angin

Suatu ilustrasi dari hasil-hasil pengukuran suatu pompa torak aktual seperti terlihat pada Gambar
5.3:

Gambar 5.3 Ilustrasi hasil pengujian suatu pompa torak SWD

51
Energi Angin

5.3. Mengkopel pompa dan rotor kincir


5.3.1 Penentuan kecepatan angin perencanaan VO
Bila pompa dikopel dengan poros kincir pada kecepatan angin tertentu, rotor akan
berputar pada putaran demikian sehingga daya mekanik rotor sama dengan gaya mekanik yang
dilakukan oleh pompa. Titik kerja dapat dapat ditentukandengan memotongkan kurva rotor dan
kurva pompa, gamabr 5.4.

Gambar 5.4 Titik kerja kombinasi rotor-pompa pada suatu kecepatan angin (V)
Aliran air aktual yang dipindahkan oleh kombinasi rotor-pompa pada suatu kecepatan angin
diperoleh dengan menggambar kurva Pair, Gambar 5.4, daya putaran dari titik kerja dan dibagi oleh
Untuk mendapatkan output air sebagai fungsi dari kecepatan angin, maka perlu digambar
sederet kurva daya rotor, Gamabr 5.5. Sebagai hasil diperoleh kurva outputneto, juga efesiensi
menyeluruh (angin ke air) dari sistem. Akan terlihat bahwa kurva output hampir fungsi linear
dari kecepatan angin. Efesiensi menyeluruh sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dan
mencapai nilai maksimum pada V = 3 m/s. Akan didefinisikan kecepatan angin ini sebagai
kecepatan angin perencanaan VO, dari sistem. Biasanya kecepatan angin perencanaan diambil
sama dengan kecepatan rata-rata dalam setahun Vrat,akt.,(bab 3)
Kecepatan angin perencanaan dapat pula dihitung tanpa bantuan grafik, yakni dengan pemikiran
bahwa pada kecepatan angin perencanaan, daya neto yang dihasilkan oleh rotor ke air sama
dengan daya untuk mengangkat air,

52
Energi Angin

= S ,.......................(5.10)

Maka : = , dan diperoleh:

( )
= √( ) = 3,20 ⁄ ,

Gambar 5.4 Menggabung kincir dengan pompa torak, Data rotor, diameter = 4 m, = 0,38,
= 2, = 3,5

53
Energi Angin

Terlihat bahwa kecepatan angin perncanaa dapat dengan mudahdiubah dengan mengubah
langkah pompa, atau dengan memang pompa dengan ukuran lain. Perubahan head pengangkatan
air juga dapat mengubah kecepatan angin perencanaan. Pada kecepatan angin yang tinggi,
misalnya diatas 10 m/s, gaya pada rotor dan konstruksi sangat tinggi. Kecepatan angin yang
tinggi berlangsung dalam waktun yang rendah sehingga energin yang dikandung juga rendah,
kincir angin haruslah diperoleh terhadap kecepatan angin sdeperti ini dengan sistem pengamanan
untuk mereduksi gaya, dan kecepatan di suatu kecepatan tertentu yang disebut kecepatan angin
dasar (rated windspeed) Vr, Pada kecepatan angin yang tinggi, misalnya di atas 15 s/d 20 m/s,
kincir angin harus diberhentikan untuk mencegah kerusakan konstruksi. Kecepatan ini
dinamakan kecepatan angin puyuh Vc.o, Kecepatan angin tersebut terlihat pada kurva daya-
kecepatan angin gamabar 5.6

Gambar 5.6 Kurva daya-kecepatan angin dan kincir angin pemompaan air
Kurva daya-kecepatan angin pada dasarnya adalah tipe kurva terowongan angin, yang berarti
bahwa output seakan-akan diperoleh saat rotor kincir terpasang dalam terowongan angin. Hal ini
disebabkan data asli kurva - dari rotor diperoleh dari pengujian dalam terongan angin dan
kurva P – pompa dari pengujian di laboratorium.
Dalam pelaksanaan, kincir angin mengalami kecepatan angin berubah-ubah dengan arah yang
berubah-ubah pula, sehingga output menurun. Tambah pula kecepatan angin sesaat dan output
seaat tidak berkorelasi secara baik karena inersia dari sistem. Maka selama penambahan
kecepatan angin sesaat, output masih rendah namun bila kecepatan anginmenurun, rotor kincir
akan akan memproleh momentum dan penghasilan penambahan output, meskipun kecepatan
angin pada momen yang sama adalah rendah. Hal inilah mengapa diambil rata-rata pada

54
Energi Angin

kecepatan angin maupun pada output untuk periode kira-kira 3 s.d 5 menit. Untuk kincir yang
besar kadang-kadang waktu rata-rata mencapai 10 menit. Hal ini menyebabkan kurva daya
kecepatan angin menghampiri bentuk kurva terowongan angin namun sedikit berada di
bawahnya, Gamabr 5.6
5.3.2 Deskripsi matematika output kincir
Umumnya rotor kincir memiliki hubungan kurva vs menghampiri parabolik maka
hubungan vs menghampiri linear , gambar 6.5 dan 6.6. Untuk hal yang kedua adalah benar
antara ⁄
Untuk penyederhanaan formulasi matematika untuk output kincir-pompa dilakukan idealisai
sebagai berikut:
a) Torsi rata-rata pompa konstan, Q = konstan, lihat gambar 5.3.
b) Hubungan vs linear antara ⁄ . Dengan demikian dalam idealisasi ini -
kondisi star belum diikut sertakan,
Idealisasi a),:torsi rotor pada sebaran kecepatan sama dengan torsi pada torsi desain pada VO,
= , ...............................................(5.10)

atau, ⁄ ⁄ ,............................................................(5.11)

Idealisasi b),:dapat diberikan hubungan aljabar:,

( ) ...........................................(5.12)

Relasi (5.11) dan (5.12) diperoleh:

,......................................................................(5.13)

Dan selanjutnya dapat ditulis:

( ),...................................... ..(5.14)

Daya output P(V) dapat ditulis:


( )
= = = ,..................................................... (5.15)

Persamaan (5.15) dengan persamaan (5.15) diperoeh:

55
Energi Angin

( )
= - ( ),..........................................(5.16)

Untuk nilai = 1,6, 1,8 dan 2, kurva persamaan (5.16) terlihat seperti gambar 5.7

Bentuk Cp, seperti pada gambar 5.4, dapat dinyatakan secara matematik dengan
menganggap ղ = konstan, maka:

( )
,....................................................................(5.17)

Dengan persaamaan (5.16) diperoleh:

= { ( )},.......................................(5.18)

Fungsi ini seperti terlihat pada gambar 5.8

Gambar 5.7 P(V)/Po, sebagai fungsi V/Vo pada ⁄ = 1,6, 1,8, dan 2

56
Energi Angin

Gambar 5.8 ⁄ sebagai fungsi ⁄ pada ⁄ , = 1,6, 1,8, dan 2

5.3.3 Kecepatan angin pada saat start


Penjelasan sederhana dari kondisi start dari suatu pompa-kincir ialah; bahwa pada torsi
start rotor sama dengan torsi maksimum yang dibutuhkan oleh pompa pada kecepatan angin
start:
= (maks),..........................................................(5.19)

xAR= S gH x ,...............................(5.20)

Perlu diingat bahwa torsi maksimum pompa x torsi rata-rata, persamaan 5.3, dan torsi rata-rata
= torsi yang dihasilkan rotor pada kecepatan angin perencanaan , lihat persamaan 5.10, dan
menghasilkan.;
xAR= S A R,,.........................(5.21)

Atau; √( ),......................................................(5.22)

Untuk beberapa kincir angin, dengan melihat gambar 4.6, tabel 5.2 memperlihatkannilai Vst
sebagai berikut:

57
Energi Angin

Tabel 5.2 nilai Vst dari beberapa tipe rotor kincir

No Tipe kincir

1 Savonius 1 0,18 0,075 2,75

2 Rotor Amerika 1 0,35 0,5 1,48

3 4-sudu, plat melengkung 3,5 0,39 0,04 2,96

4 3-sudu, airfoil 5,7 0,44 0,025 3,10

5 2-sudu, airfoil 10 0,39 0,015 2,86

Terlihat bahwa kecepatan angin start cukup tinggi (membutuhkan angin kencang), .
Akibat inersia motor kecepatan ini teeduksi, namun demikian kecepatan start tetap berada di atas
kecepatan perencanaan

58
Energi Angin

BAB, 6 GENERATOR

Komponen dasar suatu sistem konversi listrik dari angin seperti terlihat pada Gambar 6.1.
Realisasi dari setiap komponen dapat berbeda-beda bergantung pada material dan kreaktifitas
perencana.

Gambar 6.1 Komponen-komponen suatu sistem kompversi angin-listrik.

Keterangan gambar:

(1). Rotor kincir, (2). Poros rotor, (3). Bantalan poros, (4). Rem, (5). Transmisi, (6). Generator.

(7). Alat proteksi terhadap kecepatan angin tinggi dan kecepatan rotor yang berlebihan.

(8). Ring slip untuk penyaluran listrik ke kaki menara.

59
Energi Angin

(9). Kontrol generator (arus medan, kntrol tegangan)

(10). Penyimpan (untuk sistem DC), (11). Koneksi ke beban.

Di bawah ini akan dijelaskan perbedaan tipe mesin listrik yaitu:

1). Mesin Sinkron (MS): generatorsinkron arus bolak balik atau alternator.

2). Mesin Asinkron (MA): motor induksi rotor sangkar atau rotor lilit.

3). Mesin Komutator (MK): motor DC atau generator arus searah.

Akan dijelaskan ketiga tipe tersebut dan karakteristik bilamana generator diputar oleh kincir;

6.1. Mesin Sinkron (MS)

Mesin ini biasanya dikonstruksi dengan cara sebagai berikut:

Rotor terdiri atas sejumlah kutub, dan disekitar kutub tersebut dililiti kumparan.

Bila arus searah DC (arus medan) mengalir melalui kumparan tersebut maka terjadi kutub-
kutub magnetik. Jumlah kutub adalah genap (setiap pasang terdiri atas kutub utara dan selatan)
dan biasanya berjumlah 2 s.d 24. Bila jumlah pasangan kutub P, dan rotor berputar dengan nG

rpm, maka suatu titik tetap pada stator akan melihat medan magnit akan merubah secara periodik
dengan frekuensi (P x nG) / 60.

Pada stator, normalnya 5 kumparan dililitkan sedemikian sehingga bila sistem arus tiga fase
mengalir melalui kumparan tersebut dengan frekuensi f), maka dihasilkan medan magnetik yang
berputar. Bila medan rotor dan medan stator pada frekuensi yang sama, torsi yang tak berpulsasi
akan dilakukan oleh suatu medan pada medan lainnya.

Dalam kasus ini, f = ,....................................................(6.1)

Bila stator MS dihubungkan dengan sistem tegangan dan frekuensi tertentu f, poros akan
berputar pula putaran tetap (60 x f) / P rpm. Demikian pula sebaliknya, bila rotor berputar pada
putaran tetap, maka SM akan menyuplai tegangan dengan frekuensi tetap.

60
Energi Angin

Sebagai akibat, motor kincir dikopl dengan mesin sinkron harus berputar pada putaran tetap yang
sama dengan putaran sinkron, bila mesin dihubungkan langsung dengan jala-jala. Bila mesin
beropetrasi terpisah, maka dimungkinkan untuk mengganti-ganti putaran, namun tegangan
output akan memiliki frekuensi yang berganti pula. Pada pemanas listrik hal ini tidak
menimbulkan kesukaran, untuk maksud pembetulan dan berikutnya konversi DC/AC mungkin
diperlukan.

Gambar 6.2. Skema mesin sinkron 3-fase

Pada umumnya motor MS memiliki 2 cincin slip dimana arus medan DC diberikan tegangan
yang ditimbulkan dan arus yang diambil dari sejumlah kumparan stator (tergantung pada jumlah
fase) seperti terlihat pada gambar 6.2.

Juga bisa dilaksanakan generator sinkron tanpa cincin slip pada satu tipe generator sinkron.
Generator ini mempunyai ini mempunyai kumparan medan dalam stator dan harus dihasilkan
dalam rotor. Arus yang dihasilkan dibetulkan oleh diode yang terpasang pada poros dan
diberikan ke kumpatran medan pada rotor dari generator sinkron awal. Tipe lain generator
sinkron dengan rotor magnit permanen.

Keuntungan : - Tak ada kerugian disebabkan oleh arus eksistasi.

- Tak ada sikat, berarti kerugian gesel rendah.

Kerugian, : - Medan permanen tidak sekuat medan eksistasi.

- Kemungkinan untuk mengontrol output generator dengan mengontrol arus

medan dapat dieliminasi.

61
Energi Angin

Catatan:

Mesin sinkron dapat juga memiliki kutub medan pada stator, sedemikian sehingga arus
utama dihasilkan di rotor.

Generator sinkron yang digunakan pada pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan 3 macam
daya:

Daya aktif berasal dari penggerak mula (kincir angin) satuannya watt (W).

Daya semu berasal dari kumparan utama generator satuannya volt-ampere (VA).

Daya reaktif berasal dari eksistasi generator volt-ampere-reaktif-reaktif = VAR.

6.2. Mesin Asinkron (MA)

Pada dasrmya stator mesin sinkronsama dengan stator mesin sinkron. Kumparan stator
dihubungkan dengan sistem tegangan AC, yaitu jala-jala kumparan I untuk MA berfase tunggal
dan 3 untk MA berfase 3 akan memberikan medan magnet yang berputar.

Kumparan rotor umumnya tidak dihubungkan ke sumber daya tapi dihubungkan singkat.
Dapat digunakan rotor sangkar ataupun kumparan rotor yang dihubungkan singkat di bagian
luar mesin. Terminal-terminal muncul keluer dengan menggunakan cincin slip. Konstruksi seperi
ini memungkinkan untuk mengontrol mesin.

Mesin stator yang berputar menginduksikan arus ke dalam rotor. Arus tersebut hanya dibatasi
inpedaensi dari kumparan rotor. Medan magnetik dalam stator melakukan torsi pada kumparan-
kumparan induksi arus pada rotor dan rotor akan melakukan torsi pada kumparan-kumparan
induksi arus pada rotor dan rotor akan berputar, didorong oleh torsi tersebut. Bila rotor berputar
pada putaran yang sama denganputaran medan stator (putaran ini dinamakn putaran sinkron),
maka tidak ada arus yang diinduksi kedalam rotor dan tidak ada torsi dilakukan pada rotor oleh
medan stator. Hal ini berarti bahwa, bilamana stator harus melakukan gaya pada rotor, maka
putaran rotor akan tidak sama dengan putaran medan stator . Medan rotor berputar pada
putaran asinkron terhadap medan. Perbedan tersebut dinyatakan sebagai slip s.

S = = 4%,...............................................................(6.2)

62
Energi Angin

Bila MA, berputar pada putaran sinkron, dihubungkan ke beban, akan menimbulkan torsi,
maka putaran rotor akan diperlambat sampai mencapai harga di mana perbedaan putaran medan
rotor dan medan stator menyebabkan arus rotor yang cukup untuk menghasilkan torsi yang
sesuai. Sekarang mesin berfungsi sebagai motor.

Sebaiknya bila MA diputar oleh penggerak mula pada putaran lebih tinggi dari pada putaran
sinkron, arus akan dihasilkan didalam rotor, di mana stator dihubungkan dengan penyalur
frekuensi tetap yang ada. Arus akan mengeksitasi medan magnet yang menghasilkan tegangan
dan arus pada kumparan-kumparan stator. Selanjutnya mesin akan berfungsi sebagai generator,
daya listrik meninggalkan sambungan pada stator. Fungsi kumparan stator badalah menghasilkan
medan mgnet yang berputar dan melakukan penghasilan daya.

Bila tidak sistem tegangan 3 fase yang tersedia, maka mesin tidak mudah berfungsi
sebagai generator, karena mesin tidak dapat menghasilkan arus medan sendiri di dalam rotor.

63
Energi Angin

64

Anda mungkin juga menyukai