Disusun Oleh :
Kelompok 4 – D4ME2C
1. M. Iqbal Rizki K. 0321040075
4. M. Muqorrobin 0322040064
Praktikan sangat memerlukan gambaran yang nyata tentang alat atau mesin yang telah dipelajari di
bangku kuliah. Dengan demikian dalam praktikum pompa seri paralel mahasiswa (praktikan) selain dapat
melihat proses kerja yang sesungghuhnya, mereka juga akan mendapatkan ingatan yang tidak mudah hilang
tentang pompa seri paralel. Untuk itu dalam praktikum ini, praktikan diharapkan aktif dan menguasai
terlebih dahulu dasar-dasar praktikum yang akan dilakukan. Peran praktikan juga sangat penting dalam hal
ide atau saran baik berbentuk lisan maupun tulisan jika menemukan adanya keganjalan atau ketidak
sempurnaan demi kemajuan bersama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan praktek pompa seri paralel ini adalah sebagai berikut.
Isitlah pompa berasal dari kata PUMP yang kemudian diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi
pompa, dilihat dari cara kerja pompa yaitu menghisap dan menekan. Ada 2 kapasitas yang dimiliki pompa
yaitu daya hisap dan daya tekan. Oleh karena itu, untuk melihat besarnya daya hisap dan daya tekan dari
suatu pompa dilakukan Test Pump.
Test Pump adalah pengujian terhadap aliran fluida yang mengalir oleh karena kerja pompa untuk
mendapatkan tekanan debit aliran yang terjadi. Test Pump juga dilakukan untuk menguji kerja tunggal, kerja
seri, dan kerja paralel. Kapasitas pompa dinyatakan dalam HEAD atau H dalam satuan meter (m). Yang
artinya angka yang menunjukkan kemampuan atau kekuatan pompa untuk mengalirkan sejumlah fluida
sesuai kemampuan pompa. Tekanan atmosfer (atm) berperan mendorong fluida ke dalam saluran hisap, jika
ruangan dalam saluran hisap terjadi kevakuman karena hisapan dari pompa.
Jika dilihat dari rancangan pompa, maka terdapat 2 klasifikasi pompa, antara lain:
1. Pompa Seri
2. Pompa Paralel
Adapun bagian-bagian dari instalasi pompa yang digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut.
1. Pressure Gauge
Berfungsi sebagai pemberi informasi akan tekan pompa.
Sebelum mengoperasikan pompa,kita pelajari terlebih dahulu instalasi pipa, rangkaian instalasi pipa,
dimana terdapat/terpasang pressure gauge atau vakum gauge, katup-katup, pengukuran debit, pengukuran
daya dan pengukuran putaran. Setelah hal ini dilaksanakan kita mulai mengoperasikan pompa dengan cara
menekan tombol ON/OFF dengan terlebih dahulu kita menghubungkan arus dari sumber listrik ke pompa.
Pompa digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar
impeller yang terpasang pada poros tersebut. Zat cair yang ada di dalam impeller akan ikut berputar karena
dorongan sudu-sudu. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impeller akan keluar
melalui saluran di antara sudu-sudu dan meningalkan impeller dengan kecepatan tinggi. Zat cair yang keluar
dari impeller dengan kecepatan tinggi ini kemudian akan keluar melalui saluran yang penampangnya makin
membesar (volute/difuser) sehingga terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Oleh
sebab itu zat cair yang keluar dari flens pompa memiliki head total yang lebih besar. Penghisapan terjadi
karena setelah zat cair dilemparkan oleh impeller, ruang di antar sudu-sudu menjadi turun tekanannya
sehingga zat cair akan terhisap masuk.
2.6 Pengukuran Debit Pompa (Q)
Debit atau laju aliran adalah kecepatan pompa untuk memindahkan fluida yang diukur dalam satuan
volume per satuan waktu atau dalam satuan massa per satuan waktu. Misalnya m 3/s atau L/s atau cc/s atau
kg/s. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara sederhana ataupun dengan alat ukur pada umumnya yang
disebut Flow Meter. Cara yang sederhana ialah dengan menampung fluida yang keluar selama waktu
tertentu, kemudian fluidanya ditimbang beratnya atau diukur volumenya. Misalnya selama satu menit fluida
yang didapat 30 kg., maka debit pompa tersebut sama dengan 0,5 kg/s atau 1800 L/h.
Untuk pengukuran dengan Flow Meter, pasang meteran pada saluran tekan, pompa dioperasikan,
catat waktu selama yang tertentu, kemudian lihat bertambahnya angka meteran dari multi stopwatch ON
sampai OFF. Misalnya selama 5 menit pertambahan angka pada meteran menunjukkan 0,1 m 3 maka debit
pompa tersebut adalah 5 L/menit. Cara yang paling mudah dapat dilakukan dengan Flow Meter yaitu fluida
yang keluar kita lewatkan alat tersebut, maka alat tersebut akan menujukkan berapa kecepatan laju aliran
fluida tersebut. Biasanya pada skala tertulis L/menit.
Secara teoritik debit pompa Q (m3/s) adalah sama dengan luas penampang poma A (m2) dikalikan
dengan kecepatan aliran fluida V (m/s). Besarnya Q adalah konstan walaupun penampang pipa berubah-
ubah.
Q = A × V (m3/s) = Konstan
2.7 Pengukuran Daya Isap dan Daya Tekan atau Head Pressure Gauge
Pressure Gauge dipasang pada saluran tekan untuk mengukur daya tekan (head tekan), disamping
untuk mengukur tekanan output pompa, dan instalasi saluran alat tekan relatif panjang maka jarum pada
Pressure Gauge menunjukkan angka lebih besar bila dibanding saluran tekan lebih pendek. Pressure Gauge
akan menunjukkan tekanan maksimum output pompa bila saluran tekan setelah Pressure Gauge ditutup.
Namun jangan lakukan hal ini pada jenis pompa positif displacement, perlu diketahui bahwa pompa
sentrifugal ini termasuk jenis pompa non-positive displacement.
Gambar 2.5 Aliran Pipa Seri Paralel
Dalam pembahasan tentang pompa istilah head (tinggi tekan) digunakan untuk menunjukkan karakter
pompa yang menunjukkan hubungan dengan kemampuannya untuk mengalirkan sejumlah fluida. Satuan
head adalah meter, namun bukan semata-mata menjadi satuan panjang atau tinggi, melainkan merupakan
satuan untuk meawkili besar satuan tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah fluida. Karena
besar tekanan dapat dikonversikan menjadi ketinggian suatu jenis fluida tertentu dalam kolom fluida, maka
yang digunakan disini hanyalah ketinggiannya dalam satuan meter.
Head total (H) pompa adalah daya tekan yang harus dimiliki sebuah pompa untuk mengalirkan fluida
dari satu tempat ke tempat lainnya. Karena fluida memiliki massa pada saat mengalir harus melewati
hambatan-hambatan yang ada pada instalasi pipa maupun lingkungan, maka head total pompa adalah sama
dengan head statis ditambah head rugi-rugi. Disamping banyaknya meotde dalam perhitungan head total,
hanya komponen-komponen head yang harus diperhitungkan. Dapat perhitungan dapat dipilih metode yang
singkat dan praktis untuk memudahkan perhitungan di lapangan, namun prinsipnya.
HTotal = Hs + ΣLosses
1. Rumah Pompa
Rumah Pompa gunanya untuk penempatan bagian-bagian, seperti poros, impeller, bearing dan lain-
lain yang merupakan bagian dari pompa. Rumah pompa terdapat saluran isap dan saluran tekan. Rumah
pompa ada bermacam-macam bentuknya, pompa satu tingkat (single stage), pompa multi tingkat (multi
stage).
2. Saluran Isap dan Tekan
Untuk pompa jenis sentrifugal, saluran isap berada di bagian tengah rumah. Mengelilingi poros atau
lurus di depan poros, namun ada juga yang letaknya berdampingan dengan lubang pengeluaran ke arah
radikal impeller. Sedangkan saluran fluida dari pompa, keduanya berada di luar sisi pompa.
3. Impeller
Impeller adalah rotornya pompa yang bekerja menghantarkan fluida ke saluran tekan. Kecepatan
impeller tergantung head yang dihasilkan.
4. Seal dan Elemen-elemen
Sel berfungsi sebagai peapat antara poros terhadap rumah pompa. Bila terjadi kebocoran pada seal
maka debit pompa akan berkurang drastis. Bearing sebagai bantalan poros, selama kondisinya masih
baik maka putaran poros pompa akan tetap baik. Elemen pengikat seperti mur dan baut yang terpenting
adalah kekencangannya sewaktu assembling.
2.10 Karakteristik Pompa Sentrifugal
1. Paralel
Pemasangan dengan cara ini dapat meningkatkan kapasitas pompa hingga dua kali lipat jika
dibandingkan dengan menggunakan pompa tunggal dengan kondisi head yang sama. Dari kurva di
bawah dapat dilihat bahwa head maksimum rangkaian seri sam dengan pompa tunggal. Spesifikasi
pompa paralel dibandingkan pompa tunggal dengan spesifikasi yang sama, pompa paralel memiliki
kapasitas dua kali pompa tunggal.
Gambar 2.6 Garfik Hubungan antara Head dan Kapasitas untuk Pompa Paralel
2. Seri
Pada titik Q yang sama dihasilkan head yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pompa tunggal.
Namun kapasitas maksimumnyabernilai sama dengan pompa tunggal. Pompa-pompa yang berbeda
karakteristiknya dapat pula bekerja sama secara paralel dan seri. Spesifikasi pompa seri dibandingkan
pompa tunggal dengan spesifikasi yang sama, pompa seri memiliki head dua kali pompa tunggal.
Gambar 2.7 Grafik Hubungan antara Head dan Kapasitas untuk Pompa Seri
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Pompa 1 dinyalakan dan membuka katup 3 (K3) sehingga discharge pompa 1 mengalir menuju
suction ke pompa 2 lalu katup 2 (K2) dan katup 4 (K4) ditutup.
2. Pompa 2 dinyalakan setelah air dari discharge pompa 1 masuk ke suction pompa 2.
3. Outlet valve (K1) diputar menyempit sehingga tekanan pada outlet akan naik dan tekanan pada
pompa suction dan dishcarge akan terbaca diketahui pada pressure gauge.
4. Mecatat tekanan pada suction pompa 2 dan discharge pompa 2.
5. Mencatat hasil pada flow meter pada saat waktu telah berjalan selama 50 detik.
6. Melakukan percobaan diatas sebanyak 3 kali dengan membuka katup outlet (K1) sebesar 50% pada
percobaan pertama, membuka sebesar 75% pada percobaan kedua, dan membuka sebesar 100% pada
percobaan ketiga.
1. Pompa 1 dinyatakan dan menutup katup 3 (K3) membuka katup 2 (K2) dan katup (K4) ditutup.
2. Pompa 2 dinyalakan.
3. Outlet valve (K1) diputar menyempit sehingga tekanan pada outlet akan naik dan tekanan pada
pompa suction dan discharge akan terbaca diketahui pada pressure gauge.
4. Mencatat tekanan pada suction pompa 2 dan discharge pompa 2.
5. Mecatat hasil pada flow meter pada saat waktu telah berjalan selama 50 detik
6. Melakukan percobaan di atas sebanyak 3 kali dengan membuka katup outlet (K1) sebesar 50% pada
percobaan pertama, membuka sebesar 75% pada percobaan kedua, dan membuka sebesar 100% pada
percobaan ketiga.
BAB IV
DATA DAN ANALISA
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,00033 1,16 . ( 1,9 ×10 )
−2 = 0,025
= = 1,16 m/s =
2,8× 10−4 0,0000008558
= 25753,68 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V
2
0,33 .(1 ,16)
2
L V
2
= HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,023 + 0,088
2.g 2. 9,81 D 2.g
= 0,023 m 0,98 (1,16)2 = 0,111 m
= 0,025 . .
1,9 ×10 2 . 9,81
−2
= 0,088 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
0,79−0,24 (1,16)
= +
1000 . 9,81 2 . 9,81
=0,069 m
2. Katub terbuka 75%
A = 2,84 × 10-4 m2
K = 0,33
V 0,0175
Q = = = 0,00035 m3/s
t 50
D = 1,9 × 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 m2/s
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,0003 5 1, 23 . ( 1,9× 10 )
−2 = 0,025
= = 1,23 m/s =
2,8× 10−4 0,0000008558
= 27307,78 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V2 0,33 .(1,23)
2
L V
2
= HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,025 + 0,099
2.g 2. 9,81 D 2.g
= 0,025 m 0,98 (1, 23)2 = 1,015 m
= 0,025 . .
1,9 ×10
−2
2 . 9,81
= 0,099 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
0 , 88−0,2 9 (1 ,23)
= +
1000. 9,81 2. 9,81
= 0,077 m
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,000 4 1, 41 . ( 1,9 ×10−2) = 0,024
= −4 = 1,41 m/s =
2,8× 10 0,0000008558
= 31304,043 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V
2
0,33 .(1 , 41)
2
L V2 = HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,334 + 0,125
2.g 2. 9,81 D 2.g
= 0,334 m 0,98 (1 , 41)
2 = 0,459 m
= 0,02 4 . .
1,9× 10
−2
2. 9,81
= 0,125 m
Headpump
P 2−P1 V 2
= +
ρ. g 2.g
2
1,37−0 , 43 (1 , 41)
= +
1000 . 9,81 2 . 9,81
= 0,101 m
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,000 86 3,028. ( 1,9 ×10−2 ) = 0,021
= −4 = 3,028 =
2,8× 10 0,0000008558
m/s = 67225,98 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V
2
0,33 .(3,028)
2
L V
2
= HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,154 + 0,506
2.g 2. 9,81 D 2.g
= 0,154 m 0,98 (3,028)
2 = 0,66 m
= 0,02 1. .
1,9× 10
−2
2. 9,81
= 0,506 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
1, 57−0 , 37 (3,028)
= +
1000 . 9,81 2 . 9,81
= 0,212 m
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,000 98 3 , 451. ( 1,9 ×10 )
−2
= 0,020
= −4 = 3,451 =
2,8× 10 0,0000008558
m/s = 76617,20 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V2 L V2 = HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,2003 + 0,528
2.g D 2.g
0,33 .(3 , 451)2 0,98 (3 , 451)2 = 0,7283 m
= 0,021 . .
2. 9,81 1,9 ×10
−2
2 . 9,81
= 0,2003 m = 0,528 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
1, 37−0 , 45 (3 , 451)
= +
1000. 9,81 2. 9,81
= 0,607 m
Q V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,000 82 2,89 . ( 1,9 ×10−2 ) = 0,0205
= = 2,89 m/s =
2,8× 10−4 0,0000008558
= 64162,19 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V2 0,33 .(2,89)
2
L V
2
= HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,14 + 0,450
2.g 2. 9,81 D 2.g
= 0,14 m 0,98 (2,89)
2 = 0,59 m
= 0,021 . .
1,9 ×10 2 . 9,81
−2
= 0,450 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
1, 28−0,4 7 (2,89)
= +
1000. 9,81 2. 9,81
= 0,426 m
A = 2,84 × 10-4 m2
K = 0,33
D = 1,9 × 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 m2/s
V1 V2 QT = Q1 + Q2
Q1 = Q2 = = 0,0004 + 0,001
t t
0,02 0,0 5 = 0,0014 m3/s
= = 0,0004 m3/s = = 0,001 m3/s
50 50
Q V .D F = membaca mody
V = T Re =
diagram
A Viskositas
0,00 14 4,93 . ( 1,9× 10 )
−2 = 0,018
= −4 = 4,93 m/s =
2,8× 10 0,0000008558
= 109453,14 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V
2
0,33 .(4,93)
2
L V
2
= HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,409 + 1,15
2.g 2 . 9,81 D 2.g
= 0,409 m 0,98 (4,93)2 = 1,559 m
= 0,021 . .
1,9 ×10 2 . 9,81
−2
= 1,15 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
3,14−0 ,64 (4,93)
= +
1000 . 9,81 2. 9,81
= 1,239 m
V1 V2 QT = Q1 + Q2
Q1 = Q2 = = 0,00038 + 0,0008
t t
0,0 19 0,0 4 = 0,00118 m3/s
= = 0,00038 = = 0,0008 m3/s
50 50
m3/s
QT V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,00 118 4 ,155 . ( 1,9× 10−2 ) = 0,019
= −4 = 4,155 =
2,8× 10 0,0000008558
m/s = 92247,02 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V2 L V2 = HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,29 + 0,862
2.g D 2.g
0,33 .(4 ,155)
2
0,98 (4 , 155)
2 = 1,152 m
= 0,021 . .
2 . 9,81 1,9 ×10
−2
2 . 9,81
= 0,29 m = 0,862 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
3,14−0,6 6 (4 ,155)
= +
1000 . 9,81 2. 9,81
= 0,88 m
V1 V2 QT = Q1 + Q2
Q1 = Q2 = = 0,00037 + 0,00078
t t
0,0 185 0,0 39 = 0,00115 m3/s
= = 0,00037 = = 0,00078 m3/s
50 50
m3/s
QT V .D F = membaca mody
V = Re =
A Viskositas diagram
0,001 15 4 ,049 . ( 1,9 ×10−2 ) = 0,020
= −4 = 4,049 =
2,8× 10 0,0000008558
m/s = 89893,67 (Turbulen)
Headloss Minor (HL Minor) Headloss Mayor (HL Minor) Headloss Total (HL Total)
K.V2 L V2 = HL Minor + HL Minor
= = = f. . = 0,276 + 0,862
2.g D 2.g
0,33 .(4 ,049)
2
0,98 (4 , 049)
2 = 1,141 m
= 0,021 . .
2 . 9,81 1,9 ×10
−2
2. 9,81
= 0,276 m = 0,862 m
Headpump
P −P1 V 2
= 2 +
ρ. g 2.g
2
3 ,34−0,6 9 (4 , 049)
= +
1000 . 9,81 2. 9,81
= 0,836 m
1.2
1
Head Pompa (m)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Debit (L/s)
Grafik 4.1 Grafik Pengujian Head-Debit Pompa 1, Pompa 2 dan Pompa Paralel
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan praktikum pengujian pompa 1, pompa 2, dan pompa pada rangkaian paralel
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Didapatkan karakteristik pompa 1, pompa 2, dan pompa pada rangkaian paralel.
2. Head pompa mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan besarnya presentase katub yang
dibuka.
3. Dari hasil data, dapat diketahui bahwa pompa tidak dapat mengalirkan air secara konstan atau dalam
kata lain tidak stabil. Pada pompa 1 volume mengalami kenaikan seiring dengan besarnya presentase
katub yang dibuka. Pada pompa 2 volume mengalami kenaikan dan penurunan, pada saat katub dibuka
75% volume mengalami kenaikan dibandingkan pada saat katub dibuka 50%, namun pada saat katub
dibuka 100% volume mengalami penurunan. Pada pompa paralel volume mengalami penurunan seiring
dengan besarnya presentase katub yang dibuka.