Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

POMPA SERI PARAREL

Disusun oleh :

1. Haekal Meyer Prasetia (0322040053)


2. Muhammad Abdus Salam (0322040059)
3. Nadya Ika Febrianti (0322040071)
4. Vieri Pramudya Dirgantara (0322040074)

POGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktikan sangat memerlukan gambaran yang nyata tentang alat atau mesin
yang telah dipelajari di bangku kuliah. Dengan demikian dalam praktikum pompa
seri parallel, mahasiswa (praktikan) selain dapat melihat proses kerja yang
sesungguhnya, mereka juga akan mendapatkan ingatan yang tidak mudah hilang
tentang pompa seri parallel. Untuk itu dalam praktikum ini, praktikan diharapkan
aktif dan menguasai terlebih dahulu dasar-dasar praktikum yang akan dilakukan.
Peranpraktikan juga sangat penting dalam hal ide atau saran baik berbentuk lisan
maupun tulisan jika menemukan adanya keganjilan atau ketidak sempurnaan demi
kemajuan bersama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode pengujian pompa seri dan paralel?
2. Apa perbedaan pompa seri dan paralel?
3. Bagaimana cara menganalisa data pengujian pompa seri dan paralel?

1.3 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan laporan praktek pompa seri dan parallel ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengetahui teori dasar tentang pompa seri dan parallel.


2. Mengetahui peralatan yang digunakan untuk pengujian.
3. Mengetahui bagaimana proses pengujian yang dilakukan.
4. Mengetahui bagaimana hasil analisa pengujian yang dilakukan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Pompa

Istilah pompa berasal dari kata PUMP yang kemudian diartikan dalam
bahasa Indonesia menjadi pompa, dilihat dari cara kerja pompa yaitu menghisap
dan menekan. Ada 2 kapasitas yang dimiliki pompa yaitu daya hisapdan daya
tekan. Oleh karena itu untuk melihat besarnya daya hisap dan daya tekan dari
suata pompa dilakukan test pump.
Test pump adalah pengujian terhadap aliran fluida yang mengalir oleh
karena kerja pompa, untuk mendapatkan tekanan. Debit aliran yang terjadi. Test
pump juga dilakukan untuk menguji kerja tunggal, kerja seri, kerja pararel.
Kapasitas pompa dinyatakan dalam HEAD atau H dalam satuan meter(m).
Yang artinya angka yang menunjukan kemampuaun atau kekuatan pompauntuk
mengalirkan sejumlah fluida sesuai kemampuan pompa. Tekanan atmosphere
(atm) berperan mendorong fluida ke dalam saluran isap, jika ruangan dalam
saluran isapterjadi kevakuman kerena isapan dari pompa.

2.2 Klasifikasi Pompa

Jika dilihat dari rancangan pompa, maka terdapat 2 klasifikasi pompa,


antara lain:
1. Pompa Seri
2. Pompa Paralel

2.3 Komponen-komponen Pompa

Adapun bagian-bagian dari instalasi pompa yang diguanakan dalam


praktek adalah sebagai berikut:
1. Pressure gauge
Berfungsi sebagai pemberi informasi akan tekan pompa.
Gambar 2.1 Pressure Gauge

2. Pompa
Berfungsi sebagai vakum dan penekan fluida

Gambar 2.2 Pompa

3. Flow Meter
Berfungsi sebagai pemberi informasi kecepatan dan volume dari fluida yang
mengalir atau dialirkan.

Gambar 2.3 Flow Meter

4. Valve
Berfungsi sebagai penutup dan pembuka aliran fluida

Gambar 2.4 Valve


2.4 Pengoprasian Pompa

Sebelum mengoperasikan pompa terlebih dahulu kita mempelajari


instalasi pipa, rangkaian instalasi pipa, dimana terdapat/terpasang pressure
gauge atau vakum gauge, katup – katup, pengukur debit, pengukur daya dan
pengukur putaran. Setelah hal ini dilaksanakan kita mulai mengoperasikan
pompa dengan cara menekan tombol ON/OFF dengen terlebih dahulu kita
menghubungkan arus dari sumber listrik ke pompa.

2.5 Cara kerja / Prinsip Kerja Pompa

Pompa digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan kepada poros
pompa untuk memutar impeller yang terpasang pada poros tersebut. Zat cair
yang ada didalam impeller akan ikut berputar karena dorongan sudu-sudu.
Karena timbulgaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impelerakan
keluar melalui saluran diantara sudu-sudu dan meninggalkan impeller dengan
kecepatan tinggi. Zat cair yang keluar dari impeller dengan kecepatan tinggi ini
kemudian akan keluar melalui saluran yang penampangnya makin membesar
(volute/difuser) sehingga terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head
tekanan. Oleh sebab itu zat cair yang keluar dari flens pompa memiliki head
total yang lebih besar. Penghisapan terjadi karena setelah zat cair dilemparkan
oleh impeller, ruang di antara sudu-sudu menjadi turun tekanannya sehingga zat
cair akan terhisap masuk.

2.6 Pengukuran Debit Pompa (Q)

Debit atau laju aliran adalah kecepatan pompa untuk memindahkan fluida
yang diukur dalam satuan volume per satuan waktu atau dalam satuan masa
persatuan waktu. Misalnya dalam m3 /s atau ℓ/s atau cc/s atau kg/s. Pengukuran
ini dapat dilakukan dengan cara sederhana ataupun dengan alat ukut yang
umun\mnya yang disebut Flow meter. Cara yang sederhana ialah dengan
menampung fluida yang keluar selama waktu tertentu, kemudian fluidanya
ditimbang beratnya atau diukur volumenya. Misalnya selama satu menit fluida
yang didapat 30 kg, maka debit pompa tersebut sama dengan 0,5 kg/s atau 1800
ℓ/h.
Untuk pengukuran dengan flow meter, pasang meteran pada saluran tekan,
pompa dioprasikan, catat waktu selama yang tertentu, kemudian lihat
bertambahnya angka meteran dari multi stop watch ON sampai OFF. Misalnya
selama 5 menit pertambahan angka pada meteran menunjukkan 0,1 m3 maka
debit pompa tersebut adalah 5 ℓ/menit. Cara yang paling mudah dapat dilakukan
dengan “Flow Meter” yaitu fluida yang keluar kita lewatkan alat tersebut, maka
alat tersebut akan menunjukkan berapa kecepatan laju aliran fluida tersebut.
Biasanya pada sekal tertulis satuan ℓ/menit.

Secara teoritik debit pompa Q [m3/s] adalh sama dengan luas penampang
pompa A [m2] dikalikan dengan kecepatan aliran fluida V [m/s]. Besarnya Q
adalahkonstan walaupun penampang pipa berubah-ubah.

Q = A x V [m3/s] = Konstan

2.7 Pengukuran Daya Isap dan Daya Tekan atau Head Pressure Gauge

Pressure gauge dipasang pada saluran tekan untuk mengukur daya tekan
(head tekan), disamping untuk mengukur tekanan output pompa, dan instalasi
saluran alat tekan relatif panjang maka jarum pada pressure gauge menunjukkan
angka lebih besar bila dibanding saluran tekan lebih pendek. Pressure gauge
akan menunjukkan tekanan maksimum output pompa nbila saluran tekan
setelah pressure gauge ditutup. Namun jangan lakukan hal ini pada jenis pompa
positif displacement, perlu diketahui bahwa pompa sentrifugal ini termasuk
jenis pompa non positive displacement.

Gambar 2.5 Aliran Pipa Seri Pararel


2.8 Pengukuran Head Tekan

Dalam pembahasan tentang pompa istilah head (tinggi tekan) digunakan


untuk menunjukkan karakter pompa yang menunjukkan hubungan dengan
kemampuannya untuk mengalirkan sejumlah fluida. Satuan head adalah meter,
namun buka semata-mata menjadi satuan panjang atau tinggi, melainkan
merupakan satuan untuk mewakkili besar satuan tekanan yang dibutuhkan
untuk mengalirkan sejumlah fluida. Kaena besar tekanan dapat dikonversikan
menjadi ketinggiaan suatu jenis fluida tertentu dalam kolam fluida, maka yang
digunaakn disini hannyalah ketinggiannya dalam satuan meter.
Head total (H) pompa adalah daya teakan yang harus dimiliki sebuah
pompa untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, kaena fluida
memiliki massa pada saar mengalir harus melewati hambatan- hambatan yang
ada pada intalasi pipa maupun lingkungan, maka head total pompa adalah sama
dengan headstatis ditambahkan head rugi-rugi. Disampingbanyaknya metoda
dalam perhitungan head total, hannya komponen- komponen head yang harus
diperhtungkan. Dalam perhitungan dapat dipilih metoda yang singkat dan
praktis untuk memudahkan perhitungan dilapangan, namun prinsipnya,

HTotal = HS+ ∑Losses

2.9 Rangkaian Pompa

1. Rumah Pompa
Rumah pompa gunanya untuk penempatan bagian-bagian, seperti
poros, impeller, bearing dan lain-lain yang merupakan bagian dari pompa.
Rumah pompa terdapat saluran isap dan saluran tekan. Rumah pompa ada
bermacam-macam bentuknya, pompa satu tingkat (single stage), pompa
multi tingkat (multi stage).
2. Saluran Isap dan Tekan
Untuk pompa jenis sentrifugal, saluran isap berada dibagian tengak
rumah. Mengelilingi poros atau lurus di depan poros, namun daa juga yang
letaknya berdampingan dengan lubang pengeluaran kearah radikal impeller.
Sedangkan saluran fluida dari pompa, keduanya berada diluar sisi pompa.
3. Impeller
Impeller adalah rotornya pompa yang bekerja menghantarkan fluida
kesaluran tekan. Kecepatan impeller tergantung head yang dihasilkan.
4. Sel dan Elemen-elemen
Sel berfungsi sebagai perapat antara poros terhadap rumah pompa.
Bila terjadi kebocoran pada seal, maka debit pompa akan berkurang
deraktis. Bearing sebagai bantalan poros , salama kondisinya masih baik
maka putaran poros pompa akan tetap baik. Elemen pengikat seperti mur
dan baut yang terpenting adalah kekencangannya sewaktu assembling.

2.10 Karateristik Pompa Sentrifugal

1. Pararel
Pemasangan dengan cara ini dapat meningkatkan kapasitas pompa
hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan menggunakan pompa
tunggal dengan kondisi head yang sama. Dari kurva di atas dapat dilihat
bahwa head maksimum rangkaian seri sama dengan pompa tunggal.
Spesifikasi pompa paralel dibandingka pompa tunggal dengan spesifikasi
yang sama, pompa paralel memiliki kapasitas dua kali pompa tunggal.

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Antara Head dan Kapasitas Untuk Pompa
Pararel

2. Seri
Pada titik Q yang sama dihasilkan head yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pompa tunggal. Namun kapasitas maksimumnya
bernilai sama dengan pompa tunggal. Pompa-pompa yang berbeda
karakteristiknya dapat pula bekerja sama secara parallel dan seri.Spesifikasi
pompa seri dibandingka pompa tunggal dengan spesifikasi yang sama,
pompa seri memiliki head dua kali pompa tunggal.

Gambar 2.7 Grafik Hubungan Antara Head dan Kapasitas Untuk Pompa Seri
BAB III

METODOLOGI

3.1 Persiapan Percobaan

1. Mengisi tangki dengan air bersih


2. Memastikan semua valve terbuka dahulu
3. Memastikan semua saklar pada masing masing pompa dimatikan terbuka
dahulu.
4. Menghubungkan instalasi pompa dengan suplai listrik 220/240 V 50/60 Hz
dengan menggunakan kabel yang tersedia.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Percobaan Pompa Seri

1. Pompa 1 dinyalakan dan membuka katup 3 (K3) sehingga discharge pompa


1 mengalir menuju suction ke pompa 2 lalu katup 2 (K2) & katup 4 (K4)
ditutup.
2. Pompa 2 dinyalakan setelah air dari discharge pompa 1 masuk ke suction
pompa 2.
3. Outlet valve (K1) diputar menyempit sehingga tekanan pada outlet akan
naik dan tekanan pada pompa suction dan discharge akan terbaca diketahui
pada pressure gauge.
4. Mencatat tekanan pada suction pompa 2 dan discharge pompa 2.
5. Mencatat hasil pada flow meter pada saat waktu telah berjalan selama 50
detik.
6. Melakukan percobaan diatas sebanyak 3 kali dengan membuka katup outlet
(K1) percobaan pertama membuka katup outlet (K1) sebesar 50%,
percobaan kedua membuka katup outlet (K1) sebesar 75%, dan percobaan
ketiga membuka katup outlet (K1) sebesar 100% atau kondisi katup terbuka
penuh.
3.2.2 Percobaan Pompa Pararel

1. Pompa 1 dinyalakan dan menutup katup 3 (K3) membuka katup 2 (K2) &
katup 4 (K4) ditutup.
2. Pompa 2 dinyalakan.
3. Outlet valve (K1) diputar menyempit sehingga tekanan pada outlet akan
naik dan tekanan pada pompa suction dan discharge akan terbaca diketahui
pada pressure gauge.
4. Mencatat tekanan pada suction pompa 2 dan discharge pompa 2.
5. Mencatat hasil pada flow meter pada saat waktu telah berjalan selama 50
detik.
6. Melakukan percobaan diatas sebanyak 3 kali dengan membuka katup outlet
(K1) percobaan pertama membuka katup outlet (K1) sebesar 50%,
percobaan kedua membuka katup outlet (K1) sebesar 75%, dan percobaan
ketiga membuka katup outlet (K1) sebesar 100% atau kondisi katup terbuka
penuh.
BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1 Data Hasil Percobaan

4.1.1 Hasil Praktikum Pompa 1

Data Pompa 1
Katub Tekanan Aliran Pompa

No P. Suction P. Discharge Volume Waktu


%
(Bar) (Bar) (Liter) (s)
1 50 0,37 0,5 13 50
2 75 0,4 0,34 14 50
3 100 0,5 0,34 15 50

4.1.2 Data Hasil Praktikum Pompa 2


bh
Data Pompa 2
Katub Tekanan Aliran Pompa

No P. Suction P. Discharge Volume Waktu


%
(Bar) (Bar) (Liter) (s)
1 50 0,4 0,68 47 50
2 75 0,44 0.68 50 50
3 100 0,44 0.61 53 50
4.2 Analisa dan Perhitungan Data
Hasil Percobaan
Perhitungan Pompa 1 (Kondisi Katup 50%)
A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,013
= 50

= 0,00026 𝑚3/𝑚
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑚
Maka mencari head pump
𝑄
V =𝐴
0,00026 𝑚3/𝑚
=
2,84 X 10−4𝑚2

= 0,915 m/s
𝑚.𝑚
Re =
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

0,915 . 1,9 𝑚 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑚

= 20314,32
f = 64
𝑚𝑚
64
=
20314,32

= 0,00315
Headloss Minor
𝑚 .V2 2
= 0,33 . (0,915)
2g 2 . 9,81
0,33 . 0,837225
= 2 . 9,81

= 0,014 m
Headloss Mayor
𝐿 𝑉2
F= .
𝐷 2𝑔

0,98 (0,915)2
= 0,00315 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81

0,98 0,837225
= 0,00315 . 1,9 .10−2 . 2 .9,81

= 0,007
Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor
= 0.014 + 0.007
= 0.021

𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,5−0,37 ((0,915)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

0,5−0,37 0,837225
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 0,0426

Perhitungan Pompa 1 (Kondisi Katup 75%)

A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,014
= 50

= 0,00028 𝑚3/𝑠
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑠
Maka mencari head pump
𝑄
V =𝐴
0,00028 𝑚3/𝑠
=
2,84 X 10−4𝑚 2

= 0,985 m/s
𝑉.𝑑
Re =
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

0,985 . 1,9 𝑥 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑠

= 21868,42
f = 64
𝑅𝑒
64
=
21868,42

= 0,00292
Headloss Minor
𝐾 .V2 2
= 0,33 . (0,915)
2g 2 . 9,81
0,33 . 0,837225
= 2 . 9,81

= 0,00140 m
Headloss Mayor
𝐿 𝑉2
F = 𝐷 . 2𝑔

0,98 (0,985)2
= 0,00292 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81

0,98 0,970225
= 0,00292 . 1,9 .10−2 . 2 .9,81

= 0,00144

Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor


= 0.014 + 0.00744
= 0.21

𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,34−0,4 (1,056)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 0,0568

Perhitungan Pompa 1 (Kondisi Katup 100%)

A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,015
=
50

= 0,0003 𝑚3/𝑠
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑠
Maka mencari head pump
𝑄
V =𝐴
0,0003
=
2,84 X 10−4𝑚 2

= 1,056 m/s
𝑉.𝑑
Re =
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

1,056 . 1,9 𝑥 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑠

= 23444,73
f = 64
𝑅𝑒
64
=
23444,73

= 0,00272
Headloss Minor
𝐾 .V2 2
= 0,33 . (1,056)
2g 2 . 9,81
0,33 . 0,837225
= 2 . 9,81

= 0,0187 m
Headloss Mayor

𝐿 𝑉2
F = 𝐷 . 2𝑔

0,98 (1,056)2
= 0,00272 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81

= 0,008

Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor


= 0.0187 + 0.008
= 0.0267
𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,34−0,5 (1,056)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 56836,69

Perhitungan Pompa 2 (Kondisi Katup 50%)


A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,047
= 50

= 0,00094 𝑚3/𝑠
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑠
Maka mencari head pump
𝑄
V =𝐴
0,00094 𝑚3/𝑠
=
2,84 X 10−4𝑚 2

= 3,3098 m/s
𝑉.𝑑
Re =
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

03,3098 . 1,9 𝑥 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑠

= 73482,3
f = 64
𝑅𝑒
64
=
73482,3

= 0,000870
Headloss Minor
𝐾 .V2 2
= 0,33 . (3,3098)
2g 2 . 9,81

= 0,0184255 m
Headloss Mayor

𝐿 𝑉2
F = 𝐷 . 2𝑔

0,98 (3,3098)2
= 0,000870 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81

= 0,0025

Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor


= 0.184255 + 0.025
= 0.209255

𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,68−0,4 (3,3098)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 0,558

Perhitungan Pompa 2 (Kondisi Katup 75%)

A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,05
= 50

= 0,001 𝑚3/𝑠
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑠
Maka mencari head pump
𝑄
V =𝐴
0,0014 𝑚3/𝑠
=
2,84 X 10−4𝑚 2

= 3,558 m/s
𝑉.𝑑
Re =
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

3,558. 1,9 𝑥 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑠

= 78992,75
f = 64
𝑅𝑒
64
=
78992,75

= 0,00081
Headloss Minor
𝐾 .V2 2
= 0,33 . (3,558)
2g 2 . 9,81

= 0,0184255 m

Headloss Mayor

𝐿 𝑉2
F = 𝐷 . 2𝑔

0,98 (3,558)2
= 0,00081 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81
= 0,2

Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor


= 0.2129 + 0.027
= 0.4257

𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,68−0,46 (3,558)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 0,6452
Perhitungan Pompa 2 (Kondisi Katup 100%)
A = 2,84 x 10-4 m2
K = 0,33
𝑣
Q =𝑡
0,053
= 50

= 0,00106 𝑚3/𝑠
D = 1,9 x 10-2 m
Viskositas = 0,0000008558 𝑚2/𝑠
Maka mencari head pump
𝑄
V =
𝐴
0,00106 𝑚3/𝑠
=
2,84 X 10−4𝑚 2

= 3,732 m/s
𝑉.𝑑
Re =
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

03,732 . 1,9 𝑥 10−2𝑚


= 2
0,0000008558 𝑚 /𝑠

= 82855,80
f = 64
𝑅𝑒
64
=
82855,80

= 0,000772
Headloss Minor
𝐾 .V2 0,33 . (3,732) 2
=
2g 2 . 9,81

= 0,234 m

Headloss Mayor
𝐿 𝑉2
F = 𝐷 . 2𝑔

0,98 (3,732)2
= 0,000772 . 1,9 .10−2
. 2 .9,81

= 0,0260
Headloss Total = Headloss Minor + Headloss Mayor
= 0.234 + 0.0260
= 0.26

𝑝2−𝑝1 𝑣2
Headpump = +
𝜑 .𝑔 2. 𝑍

0,61−0,44 (3,732)2
= +
1000 .9,81 2 .9,81

= 0,7098
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan praktikum pengujian pompa 1, pompa 2, dan pompa


pada rangkaian pararel dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Didapatkan data karakteristik pompa 1, pompa 2, dan pompa pada


rangkaian seri.
2. Head pompa mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan besarnya
presentase katup yang dibuka.
3. Dari hasil data dapat diketahui bahwa pompa tidak dapat mengalirkan air
secara konstan atau dalam kata lain tidak stabil. Pada pompa 1, meskipun
katup telah dibuka 75%, namun volume yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan dengan percobaan pada katup 50%. Pada pompa 2, volume
yang dihasilkan pada katup 100% berbanding lurus dengan katub 75% dan
50%.

Anda mungkin juga menyukai