• Respon imun
Vaksin subunit, seperti vaksin inaktivasi sel utuh, tidak
mengandung komponen patogen hidup. Berbeda dengan vaksin
inaktivasi yang berisi sel utuh,vaksin subunit hanya mengandung
sebagian dari komponen patogen. Bagian dari patogen ini dapat
merangsang pembentukan respon kekebalan.
Untuk mendapatkan vaksin subunit, maka bagian mana dari
patogen yang dapat berfungsi sebagai antigen untuk
merangsang respon kekebalan harus diteliti dengan tepat untuk
mendapatkan respon kekebalan melalui cara pemberian yang
tepat pula.
Sering kali respon kekebalan dapat diperoleh tetapi tidak ada
jaminan bahwa memori kekebalan terbentuk dengan cara yang
tepat dan benar.
• Keamanan dan stabllitas vaksin
Seperti halnya vaksin inaktivasi, vaksin subunit dianggap sangat
aman karena tidak mengandung komponen hidup.
Vaksin konjugasi dapat mencegah infeksi bakteri dimana vaksin
polisakarida tidak efektif untuk bayi atau hanya memberikan
perlindungan jangka pendek pada kelompok umur lain.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
4. Vaksin toksoid
• Vaksin kombinasi berisi dua atau lebih antigen dalam satu kemasan vaksin. Pendekatan dari
teknologi mengkombinasikan vaksin telah dilakukan sejak lebih dari 50 tahun pada sejumlah
vaksin contohnya: MMR, DTwP. Vaksin kombinasi ini dapat menyederhanakan pemberian
dan memungkinkan introduksi vaksin baru tanpa menambah jumlah kunjungan ke klinik dan
jumlah suntikan.
• Keuntungan jenis vaksin kombinasi ini adalah : Mengurangi biaya penyimpanan, dan biaya
pemberian vaksin apabila antigen tersendiri, Mengurangi biaya kunjungan ke klinik,
Memperbaiki waktu pemberian vaksin menjadi lebih singkat. (banyak orang tua bayi/ anak
dan petugas kesehatan enggan dengan penyuntikan lebih dari satu kali kepada seorang anak
dalam satu kali kunjungan. Hal ini berkaitan dengan kebanyakan anak takut disuntik,
sebagian juga karena takut akan keamanan vaksin.
• Memfasilitasi tambahan pada vaksin-vaksin baru ke dalam program inunisasi.
• Namun penting agar vaksin kombinasi ini diuji secara cermat sebelum diizinkan beredar.
Karena ajuvan yang ditambahkan dapat mengurangi aktifitas suatu antigen dan menambah
aktifitas antigen lainnya juga kemungkinan bisa terjadi interaksi dengan komponen vaksin
lainnya (seperti buffer, penstabil, dan bahan pengawet)
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
KOMPONEN-KOMPONEN YANG ADA DALAM
SATU VAKSIN
Vaksin berisi berbagai antigen antara lain antigen, stabilizer, ajuvant, antibiotik, pengawet. Vaksin dapat
juga mengandung residu dari proses produksi. Mengetahui dengan persis apa saja yang ada didalam satu
jenis vaksin akan dapat membantu dalam investigasi apabila terjadi reaksi samping yang tidak diinginkan.
Dan dapat juga untuk membantu untuk mencari pilihan vaksin lain apabila seseorang alergi terhadap
salah satu komponen vaksin yang dicurigai.
• Antigen
Antigen adalah komponen yang dihasilkan dari struktur organisme penyebab penyakit yang dikenal
sebagai ”benda asing” oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Antigen ini dapat merangsang
terbentuknya imunitas.
• Zat Penstabil
Stabilizer digunakan untuk menjamin stabilitas vaksin saat disimpan. Stabilitas sangat penting apabila
disimpan dalam sistem rantai dingin yang tidak baik. Instabilitas dapat menyebabkan hilangnya
antigenisitas dan menurunkan infeksitas vaksin hidup (LAV). Faktor yang mempengaruhi stabilitas vaksin
antara lain, suhu, pH. Vaksin bakterial tidak stabil diakibatkan oleh proses hidrolisis atau agregasi dari
molekul karbohidrat dan protein. Bahan yang dipakai sebagai stabilizer antara lain MgCl2 (untuk OPV),
MgSO4 (untuk vaksin campak), lactose-sorbitol dan sorbitol – gelatin.
• Ajuvan
Ajuvan adalah zat yang ketika dicampur dengan antigen dan disuntikkan dengannya, meningkatkan
imunogenisitas antigen. Ajuvan sering digunakan untuk meningkatkan respon imun ketika antigen
memiliki imunogenisitas rendah atau ketika hanya sedikit antigen yang tersedia.
Ajuvan telah digunakan selama beberapa dekade untuk meningkatkan respon kekebalan terhadap
antigen vaksin terutama vaksin yang diinaktivasi. Pada vaksin konvensional penambahan ajuvan ke dalam
formulasi vaksin dimaksudkan untuk merangsang, meningkatkan dan memperpanjang respons kekebalan
spesifik terhadap antigen vaksin. Vaksin-vaksin yang lebih baru yang dibuat dengan furifikasi subunit atau
vaksin sintetik yang dibuat menggunakan biosintetik, rekombinan, dan teknologi modern mengandung
lebih sedikit antigen sehingga pemakaian ajuvan menjadi lebih diperlukan untuk mendapatkan respon
kekebalan yang diinginkan. Secara kimia, ajuvan merupakan kelompok senyawa yang heterogen dengan
hanya satu persamaan yaitu kemampuannya untuk merangsang respon kekebalan. Terdapat variasi yang
besar tentang bagaimana mereka mempengaruhi sistem kekebalan dan sejauh mana reaksi simpang
yang timbul akibat hiperaktivasi sistem kekebalan. Saat ini ada beberapa ratus jenis ajuvan yang
digunakan atau sedang diteliti dalam teknologi vaksin.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
KOMPONEN-KOMPONEN YANG ADA DALAM
SATU VAKSIN
• Antibiotik
Antibiotik (dalam jumlah yang sedikit) dipakai dalam proses pembuatan vaksin, dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dikembangbiakkan. Biasanya
kadar antibiotika yang terdeteksi dalam vaksin sangat rendah, misalnya pada vaksin MMR dan IPV, hanya
ada 25µgr neomycin untuk setiap dosis vaksin (< 0, 000025 gr). Orang yang alergi terhadap neomycin harus
dipantau secara ketat, karena kemungkinan dapat timbul reaksi alergi, sehingga dapat ditangani dengan
cepat apabila timbul alergi. Antibiotik digunakan dalam proses pembuatan vaksin untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dibiakkan. Kadar antibiotik dalam vaksin sangat
rendah namun masih bisa terdeteksi. Misalnya pada vaksin MMR, dan IPV kadar antibiotik seperti
neomycin hanya sekitar 25µgr/dosis. Orang yang diketahui alergi terhadap neomycin harus di observasi
dengan ketat setelah vaksinasi.
• Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan pada vaksin dengan kemasan multidosis untuk mencegah pertumbuhan
bakteri dan jamur. Ada beberapa jenis bahan pengawet seperti thiomersal, formaldehid dan derivat fenol.
• Thiomersal
Paling sering digunakan. Merupakan senyawa kimia yang berisi ethyl mercury. Sudah digunakan sejak
tahun 1930 dan tidak pernah dilaporkan efek samping pada dosis yang dipakai dalam program imunisasi.
Kecuali reaksi minor berupa kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan. Digunakan pada vaksin
kemasan multidosis dibanyak negara karena dapat mengurangi biaya dan tempat penyimpanan. Telah
dilakukan pengamatan yang ketat terhadap thiomersal oleh karena mereka mengandung ethyl
mercuri. Global Advisory Committee tentang keamanan vaksin secara terus menerus melakukan evaluasi
terhadap aspek keamanan vaksin yang mengandung thiomersal. Sejauh ini belum pernah dilaporkan
adanya masalah toksisitas pemakaian thiomersal di dalam vaksin. Thiomersal dalam kadar yang
terdeteksi tidak menimbulkan dampak pada perkembangan neurologis seorang bayi.
• Formaldehid
Formaldehid dipakai untuk melakukan inaktivasi virus (contoh IPV) dan untuk mendektosifikasi toksin
bakteri pada pembuatan vaksin difteri dan tetanus. Selama proses pembuatan vaksin dilakukan proses
purifikasi untuk menghilangkan semua formaldehid dalam vaksin. Kadar formaldehid dalam vaksin
adalah beberapa raus kali lebih rendah dari kadar formaldehid yang dapat merugikan kesehatan
manusia, bahkan pada bayi. Misalnya pada vaksin DPT-HepB + Hib “5-in-1” mengandung <0,02%
formaldehid untuk tiap dosis atau < 200 per sejuta.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
CARA PEMBERIAN
• Cara pemberian adalah bagaimana vaksin (atau obat) dimasukkan kedalam tubuh
penerima (resipien). Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama keberhasilan
imunisasi. Kandungan vaksin akan didistribusikan keseluruh tubuh dari tempat vaksin
dimasukkan kedalam tubuh, dengan memanfaatkan mekanisme transportasi dalam
tubuh manusia agar vaksin terdistribusi dengan baik dan memberikan dampak yang
baik dalam pembentukan imunitas.
• Injeksi intramuskuler (IM) : vaksin diberikan melalui suntikan kedalam massa otot.
Vaksin yang mengandung adjuvan harus diberikan secara intramuskuler untuk
mengurangi reaksi lokal.
• Sedangkan injeksi subkutan (SK), vaksin disuntikan dibawah kulit diatas otot.
• Suntikan intradermal (ID) : vaksin disuntikan pada lapisan teratas kulit. BCG adalah
satu-satunya jenis vaksin yang disuntikan secara intradermal. Pemberian BCG secara
intradermal mengurangi risiko terdjadinya kelainan neurovaskuler. Kebanyakan petugas
imunisasi menganggap bahwa BCG paling sulit pemberiannya, karena umumnya kulit
bayi sangat tipis dan lengan bayi sangat kecil, dan jarum yang dipakai untuk BCG adalah
nomor 26, 15 mm. Sedangkan untuk vaksin lain digunakan jarum ukuran 23, 25 mm,
baik untuk suntikan subkutan maupun intramuskuler.
• Pemberian vaksin secara oral, mengurangi kebutuhan akan jarum suntik dan semprit,
dan membuat proses pemberian lebih mudah.
• Semprotan Intranasal merupakan prosedur yang bebas dari jarum dimana vaksin
disemprotkan melalui mukosa nasal.