Anda di halaman 1dari 23

IMUNISASI DAN VAKSIN

apt. Galar S.Prasuma, M.Farm.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Cara meningkatkan imunitas

1. Makan makanan bergizi


2. Imunostimulant
3. Transfer komponen imun
4. Imunisasi aktif
5. Imunisasi pasif

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Imunisasi Aktif

1. Alami→ antibody didapat setelah sembuh


2. Buatan→ pemberian vaksin (live attenuated, inactivated, sub unit)

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Imunisasi Pasif

1. Alami→ transfer antibody dari ibu ke bayi


2. Buatan→ serum antibodi

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Vaksin
• E Jenner, seorang dokter dari Inggris, dianggap sebagai orang
pertama yang memperkenalkan konsep imunisasi modern
pada tahun 1796. Jenner berhasil melakukan inokulasi bahan
yang didapatkan dari nanah cowpox (cacar sapi) kepada
pasien untuk mencegah cacar yang disebabkan oleh virus
sejenis
• Pada tahun 1900, dikenal ada dua jenis vaksin virus untuk
manusia yaitu vaksin cacar dan vaksin anti rabies, dan tiga
vaksin dari bakteri untuk mencegah typhoid, kolera dan pes
• Dengan surveilans yang baik dan program vaksinasi cacar
yang baik dunia dinyatakan bebas cacar tahun 1979
• Pada abad ke 20 beberapa jenis vaksin lain ditemukan seperti
vaksin pertusis (batuk rejan). Pertusis disebabkan
oleh Bordetella pertussis dengan gejala batuk yang khas
seperti menggonggong, batuk ini disebut juga batuk rejan.
• Vaksin lain : tetanus, difteri, polio dan campak

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Bagaimana sistem imun bekerja?

• Sistem imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon


masuknya benda asing (bakteri, virus) ke dalam tubuh
manusia melalui mekanisme yang sangat rumit dan
komplek. Sistem imunitas ini mengenal molekul (antigen)
yang unik dari bakteri atau virus yang merangsang
timbulnya antibodi (sejenis protein) dan sejenis sel darah
putih yang disebut limfosit. Limfosit ini menandai antigen
yang masuk dan kemudian menghancurkannya.
• Benda asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ
transplantasi dll.
• Apabila suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau organ
tubuh ditransplantasikan ke dalam tubuh seseorang maka
tubuh orang tersebut akan menolaknya karena benda asing
tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh
mereka. Benda asing tersebut dianggap sebagai pendatang
(invader) yang harus diusir. Jadi secara sederhana dapat
didefinisikan kembali bahwa sistem kekebalan (immune
system) ialah mekanisme tubuh manusia untuk melawan/
mengusir benda asing yang masuk kedalam tubuh mereka.
Bagaimana sistem imun bekerja?

• Pertama-tama “memory cells” berupaya


mengenal benda asing yang masuk dan
disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini
disebut dengan reaksi imunitas primer.
Apabila benda asing yang sama masuk lagi
ke dalam tubuh orang tersebut untuk kedua
kali dan seterusnya, maka sel memori ini
dengan lebih cepat dan sangat efektif akan
merangsang sistem imunitas untuk mengusir
dan melawan benda asing yang sudah
dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih
cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan
reaksi saat perjumpaan untuk pertama
kalinya dengan benda asing tersebut.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Bagaimana vaksin bekerja?

• Tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang sistem


kekebalan dalam tubuh orang tersebut untuk melawan antigen, sehingga
apabila antigen tesebut menginfeksi kembali, reaksi imunitas yang lebih
kuat akan timbul. Vaksin mengandung bakteri, virus, atau komponennya
yang dengan kemajuan teknologi sudah dikendalikan. Vaksin
mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan
penyakit, namun antigen yang ada didalam vaksin tersebut sudah
dikendalikan (dilemahkan) maka pemberian vaksin tidak menyebabkan
orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut terpapar/terpajan
dengan antigen yang sama secara alamiah.
• Priming adalah suatu proses sensitisasi atau stimulasi munculnya reaksi
imunitas terhadap organisme atau toksin penyebab penyakit. Vaksinasi
adalah kegiatan pemberian vaksin kepada seseorang dimana vaksin
tersebut berisi satu atau lebih antigen yang tujuannya adalah apabila
nanti orang tersebut terpajan/terpapar dengan antigen yang sama, maka
sistem imunitas yang terbentuk akan menghancurkan antigen tersebut.
• Dengan demikian ada dua cara untuk mendapat kekebalan tubuh
terhadap suatu antigen yaitu secara alamiah apabila orang tersebut
terinfeksi oleh patogen tersebut atau secara buatan melalui vaksinasi.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
CONTOH VAKSIN

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
JENIS-JENIS VAKSIN

• Ada berbagai jenis vaksin yang digolongkan sesuai dengan jenis


antigen yang ada didalamnya. Formulasi vaksin mempengaruhi
bagiamana cara pemakaiannya, bagaimana cara penyimpanannya
dan bagaimana cara pemberiannya. Vaksin-vaksin yang selama ini
telah dipakai sesuia global yang dibahas dalam modul ini dibagi
dalam 4 jenis.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
1. vaksin hidup yg dilemahkan

• Vaksin hidup yang dilemahkan (LAV - Live Attenuated


Vaccine) sudah ada sejak tahun 1950. Vaksin ini adalah
satu jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme
pathogen (virus, bakteri) hidup yang telah dilemahkan
di laboratorium. Mereka akan tumbuh dalam tubuh
penerima vaksin tetapi tidak akan menyebabkan sakit
atau hanya sakit ringan, karena sudah dilemahkan.
• Respon kekebalan
Vaksin hidup yang dilemahkan (LAV), dapat merangsang
respo imun dengan baik sama baiknya seperti kalau orang
tersebut terinfeksi oleh virus atau bakteri di alam.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
2. VAKSIN SEL UTUH YANG DIINAKTIVASI

• Vaksin yang diinaktivasi dibuat dari mikroorganisme (virus,


bakteri dan lain-lain) yang telah dimatikan dengan proses
menggunakan bahan kimia tertentu atau secara fisik.
Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat
menyebabkan penyakit.
• Respon Kekebalan
Vaksin yang dibuat dari bakteri utuh yang sudah diinaktivasi
kalau diberikan kepada seseorang tidak selalu bisa merangsang
timbulnya respon imunitas dan walaupun timbul kekebalan
mungkin tidak kebal seumur hidup.
Diperlukan beberapa dosis untuk untuk bisa menimbulkan
respon kekebalan yang memadai.
• Keamanan dan stabilitas vaksin
Vaksin sel utuh yang diinaktivasi tidak berisiko menimbulkan
penyakit karena tidak mengandung komponen hidup dari
kuman.
Vaksin ini dianggap lebih stabil dari vaksin hidup yang
dilemahkan.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
3. VAKSIN SUBUNIT

• Respon imun
Vaksin subunit, seperti vaksin inaktivasi sel utuh, tidak
mengandung komponen patogen hidup. Berbeda dengan vaksin
inaktivasi yang berisi sel utuh,vaksin subunit hanya mengandung
sebagian dari komponen patogen. Bagian dari patogen ini dapat
merangsang pembentukan respon kekebalan.
Untuk mendapatkan vaksin subunit, maka bagian mana dari
patogen yang dapat berfungsi sebagai antigen untuk
merangsang respon kekebalan harus diteliti dengan tepat untuk
mendapatkan respon kekebalan melalui cara pemberian yang
tepat pula.
Sering kali respon kekebalan dapat diperoleh tetapi tidak ada
jaminan bahwa memori kekebalan terbentuk dengan cara yang
tepat dan benar.
• Keamanan dan stabllitas vaksin
Seperti halnya vaksin inaktivasi, vaksin subunit dianggap sangat
aman karena tidak mengandung komponen hidup.
Vaksin konjugasi dapat mencegah infeksi bakteri dimana vaksin
polisakarida tidak efektif untuk bayi atau hanya memberikan
perlindungan jangka pendek pada kelompok umur lain.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
4. Vaksin toksoid

• Vaksin toksoid dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh


bakteri tertentu (tetanus atau difteri).
• Toksin ini masuk dalam aliran darah dan menyebabkan
gejala penyakit. Toksin berbasis protein tidak berbahaya
(toksoid) dan digunakan sebagai antigen yang dapat
merangsang kekebalan.
• Untuk meningkatkan respon kekebalan, toksoid
dilekatkan pada garam aluminium atau garam kalsium
yang berperan sebagai ajuvan.
• Keamanan dan stabilitas vaksin
Vaksin toksoid sangat aman, sebab tidak dapat menyebabkan
penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini dan tidak ada
kemungkinan berubah mernjadi virulen. Antigen pada vaksin
ini tidak berkembang biak dan tidak menyebar (menular)
pada individu yang tidak mendapatkan imunisasi. Vaksin ini
stabil dan tidak begitu terpengaruh oleh perubahan suhu,
sinar dan kelembaban
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Jenis vaksin
• Vaksin monovalen dan polivalen
Vaksin monovalen berisi satu jenis strain atau satu jenis antigen (contoh: vaksin
campak), sedangkan vaksin polivalen berisi dua atau lebih strain /serotipe dari
antigen yang sama (contohnya : oral polio vaksin/OPV).
• Vaksin Kombinasi
Sebagian dari antigen yang disebutkan diatas dapat dikombinasikan menjadi satu
sediaan suntikan untuk mencegah beberapa jenis penyakit yang berbeda
(contohnya : vaksin DPT yang berisi 3 jenis antigen yaitu : difteri, pertusis dan
tetanus). Penggabungan beberapa jenis antigen sangat bermanfaat untuk
mengatasi masalah logistik apabila vaksin ini dikemas dalam satu kemasan satu
jenis antigen saja dan untuk mengatasi ketakutan anak-anak akan rasa sakit akibat
suntikan yang berulang-ulang.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Vaksin Kombinasi

• Vaksin kombinasi berisi dua atau lebih antigen dalam satu kemasan vaksin. Pendekatan dari
teknologi mengkombinasikan vaksin telah dilakukan sejak lebih dari 50 tahun pada sejumlah
vaksin contohnya: MMR, DTwP. Vaksin kombinasi ini dapat menyederhanakan pemberian
dan memungkinkan introduksi vaksin baru tanpa menambah jumlah kunjungan ke klinik dan
jumlah suntikan.
• Keuntungan jenis vaksin kombinasi ini adalah : Mengurangi biaya penyimpanan, dan biaya
pemberian vaksin apabila antigen tersendiri, Mengurangi biaya kunjungan ke klinik,
Memperbaiki waktu pemberian vaksin menjadi lebih singkat. (banyak orang tua bayi/ anak
dan petugas kesehatan enggan dengan penyuntikan lebih dari satu kali kepada seorang anak
dalam satu kali kunjungan. Hal ini berkaitan dengan kebanyakan anak takut disuntik,
sebagian juga karena takut akan keamanan vaksin.
• Memfasilitasi tambahan pada vaksin-vaksin baru ke dalam program inunisasi.
• Namun penting agar vaksin kombinasi ini diuji secara cermat sebelum diizinkan beredar.
Karena ajuvan yang ditambahkan dapat mengurangi aktifitas suatu antigen dan menambah
aktifitas antigen lainnya juga kemungkinan bisa terjadi interaksi dengan komponen vaksin
lainnya (seperti buffer, penstabil, dan bahan pengawet)
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
KOMPONEN-KOMPONEN YANG ADA DALAM
SATU VAKSIN

Vaksin berisi berbagai antigen antara lain antigen, stabilizer, ajuvant, antibiotik, pengawet. Vaksin dapat
juga mengandung residu dari proses produksi. Mengetahui dengan persis apa saja yang ada didalam satu
jenis vaksin akan dapat membantu dalam investigasi apabila terjadi reaksi samping yang tidak diinginkan.
Dan dapat juga untuk membantu untuk mencari pilihan vaksin lain apabila seseorang alergi terhadap
salah satu komponen vaksin yang dicurigai.
• Antigen
Antigen adalah komponen yang dihasilkan dari struktur organisme penyebab penyakit yang dikenal
sebagai ”benda asing” oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Antigen ini dapat merangsang
terbentuknya imunitas.
• Zat Penstabil
Stabilizer digunakan untuk menjamin stabilitas vaksin saat disimpan. Stabilitas sangat penting apabila
disimpan dalam sistem rantai dingin yang tidak baik. Instabilitas dapat menyebabkan hilangnya
antigenisitas dan menurunkan infeksitas vaksin hidup (LAV). Faktor yang mempengaruhi stabilitas vaksin
antara lain, suhu, pH. Vaksin bakterial tidak stabil diakibatkan oleh proses hidrolisis atau agregasi dari
molekul karbohidrat dan protein. Bahan yang dipakai sebagai stabilizer antara lain MgCl2 (untuk OPV),
MgSO4 (untuk vaksin campak), lactose-sorbitol dan sorbitol – gelatin.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
KOMPONEN-KOMPONEN YANG ADA DALAM
SATU VAKSIN

• Ajuvan
Ajuvan adalah zat yang ketika dicampur dengan antigen dan disuntikkan dengannya, meningkatkan
imunogenisitas antigen. Ajuvan sering digunakan untuk meningkatkan respon imun ketika antigen
memiliki imunogenisitas rendah atau ketika hanya sedikit antigen yang tersedia.
Ajuvan telah digunakan selama beberapa dekade untuk meningkatkan respon kekebalan terhadap
antigen vaksin terutama vaksin yang diinaktivasi. Pada vaksin konvensional penambahan ajuvan ke dalam
formulasi vaksin dimaksudkan untuk merangsang, meningkatkan dan memperpanjang respons kekebalan
spesifik terhadap antigen vaksin. Vaksin-vaksin yang lebih baru yang dibuat dengan furifikasi subunit atau
vaksin sintetik yang dibuat menggunakan biosintetik, rekombinan, dan teknologi modern mengandung
lebih sedikit antigen sehingga pemakaian ajuvan menjadi lebih diperlukan untuk mendapatkan respon
kekebalan yang diinginkan. Secara kimia, ajuvan merupakan kelompok senyawa yang heterogen dengan
hanya satu persamaan yaitu kemampuannya untuk merangsang respon kekebalan. Terdapat variasi yang
besar tentang bagaimana mereka mempengaruhi sistem kekebalan dan sejauh mana reaksi simpang
yang timbul akibat hiperaktivasi sistem kekebalan. Saat ini ada beberapa ratus jenis ajuvan yang
digunakan atau sedang diteliti dalam teknologi vaksin.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
KOMPONEN-KOMPONEN YANG ADA DALAM
SATU VAKSIN
• Antibiotik
Antibiotik (dalam jumlah yang sedikit) dipakai dalam proses pembuatan vaksin, dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dikembangbiakkan. Biasanya
kadar antibiotika yang terdeteksi dalam vaksin sangat rendah, misalnya pada vaksin MMR dan IPV, hanya
ada 25µgr neomycin untuk setiap dosis vaksin (< 0, 000025 gr). Orang yang alergi terhadap neomycin harus
dipantau secara ketat, karena kemungkinan dapat timbul reaksi alergi, sehingga dapat ditangani dengan
cepat apabila timbul alergi. Antibiotik digunakan dalam proses pembuatan vaksin untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dibiakkan. Kadar antibiotik dalam vaksin sangat
rendah namun masih bisa terdeteksi. Misalnya pada vaksin MMR, dan IPV kadar antibiotik seperti
neomycin hanya sekitar 25µgr/dosis. Orang yang diketahui alergi terhadap neomycin harus di observasi
dengan ketat setelah vaksinasi.
• Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan pada vaksin dengan kemasan multidosis untuk mencegah pertumbuhan
bakteri dan jamur. Ada beberapa jenis bahan pengawet seperti thiomersal, formaldehid dan derivat fenol.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Bahan pengawet

• Thiomersal
Paling sering digunakan. Merupakan senyawa kimia yang berisi ethyl mercury. Sudah digunakan sejak
tahun 1930 dan tidak pernah dilaporkan efek samping pada dosis yang dipakai dalam program imunisasi.
Kecuali reaksi minor berupa kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan. Digunakan pada vaksin
kemasan multidosis dibanyak negara karena dapat mengurangi biaya dan tempat penyimpanan. Telah
dilakukan pengamatan yang ketat terhadap thiomersal oleh karena mereka mengandung ethyl
mercuri. Global Advisory Committee tentang keamanan vaksin secara terus menerus melakukan evaluasi
terhadap aspek keamanan vaksin yang mengandung thiomersal. Sejauh ini belum pernah dilaporkan
adanya masalah toksisitas pemakaian thiomersal di dalam vaksin. Thiomersal dalam kadar yang
terdeteksi tidak menimbulkan dampak pada perkembangan neurologis seorang bayi.
• Formaldehid
Formaldehid dipakai untuk melakukan inaktivasi virus (contoh IPV) dan untuk mendektosifikasi toksin
bakteri pada pembuatan vaksin difteri dan tetanus. Selama proses pembuatan vaksin dilakukan proses
purifikasi untuk menghilangkan semua formaldehid dalam vaksin. Kadar formaldehid dalam vaksin
adalah beberapa raus kali lebih rendah dari kadar formaldehid yang dapat merugikan kesehatan
manusia, bahkan pada bayi. Misalnya pada vaksin DPT-HepB + Hib “5-in-1” mengandung <0,02%
formaldehid untuk tiap dosis atau < 200 per sejuta.
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
CARA PEMBERIAN

• Cara pemberian adalah bagaimana vaksin (atau obat) dimasukkan kedalam tubuh
penerima (resipien). Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama keberhasilan
imunisasi. Kandungan vaksin akan didistribusikan keseluruh tubuh dari tempat vaksin
dimasukkan kedalam tubuh, dengan memanfaatkan mekanisme transportasi dalam
tubuh manusia agar vaksin terdistribusi dengan baik dan memberikan dampak yang
baik dalam pembentukan imunitas.
• Injeksi intramuskuler (IM) : vaksin diberikan melalui suntikan kedalam massa otot.
Vaksin yang mengandung adjuvan harus diberikan secara intramuskuler untuk
mengurangi reaksi lokal.
• Sedangkan injeksi subkutan (SK), vaksin disuntikan dibawah kulit diatas otot.
• Suntikan intradermal (ID) : vaksin disuntikan pada lapisan teratas kulit. BCG adalah
satu-satunya jenis vaksin yang disuntikan secara intradermal. Pemberian BCG secara
intradermal mengurangi risiko terdjadinya kelainan neurovaskuler. Kebanyakan petugas
imunisasi menganggap bahwa BCG paling sulit pemberiannya, karena umumnya kulit
bayi sangat tipis dan lengan bayi sangat kecil, dan jarum yang dipakai untuk BCG adalah
nomor 26, 15 mm. Sedangkan untuk vaksin lain digunakan jarum ukuran 23, 25 mm,
baik untuk suntikan subkutan maupun intramuskuler.
• Pemberian vaksin secara oral, mengurangi kebutuhan akan jarum suntik dan semprit,
dan membuat proses pemberian lebih mudah.
• Semprotan Intranasal merupakan prosedur yang bebas dari jarum dimana vaksin
disemprotkan melalui mukosa nasal.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
• Produsen vaksin biasanya menganjurkan cara tertentu pada pemberian vaksin untuk
mengurangi semaksimal mungkin efek simpang dari vaksin yang bersangkutan.

Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi


UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id
farmasi.ump.ac.id
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
UMP UMP UMP UMP farmasi.ump.ac.id

Anda mungkin juga menyukai