EPIDEMIOLOGI INTERMEDIATE
“TELAAH KRITIS”
Oleh
Nama : Nanda Khairunnisa
NIM : 10012682226041
Meity Mulya Hubungan Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian uji Berdasarkan hasil diatas Perilaku kecanduan game itu Terdapat hubungan kecanduan
Susanti, Wahyu Kecanduan univariat diketahui bahwa dari peneliti beranggapan bahwa ditemukan berhubungan dengan bermain game online pada
Unggul Widodo, Bermain Game kelompok pola makan buruk kecanduan bermain game masalah psikologis dan smartphone dengan pola makan
Darmawati Online Pada mayoritas mengalami kecanduan online pada smartphone kesehatan, yaitu kelelahan, anak sekolah dasar kelas 5 dan 6
Indah Safitri Smartphone bermain game online pada menyebabkan pola makan gangguan tidur, pola makan tidak di SD Negeri 4 Purwodadi
(2018) (Mobile Online smartphone sedangkan sampel yang buruk teratur, gangguan pencernaan,
Games) Dengan penelitian kelompok kontrol/ depresi dan kecemasan.
Pola Makan kelompok pola makan baik
Anak Sekolah mayoritas tidak kecanduan
Dasar bermain game online pada
Kelas 5 Dan 6 Di smartphone. Sedangkan, uji
Sd Negeri 4 bivariat dengan menggunakan uji
Purwodadi chisquare didapatkan hasil uji
antara pola makan dengan
kejadian kecanduan game online
pada smartphone diketahui p
(0,000) < α (0,05).
Bara, M.Mora Gambaran Cross Remaja membutuhkan asupan Kebiasaan bermain game Kebiasaan bermain game online Diharapkan kepada remaja di
Anggara B Kebiasaan sectional gizi yang seimbang dan online merupakan dapat diukur melalui lama waktu Kelurahan Sei Kera Hulu mulai
Aritonang, Bermain Game mendapatkan perhatian khusus kesenangan bermain game dan frekuensi. Lama waktu membagi waktu bermain game
Evawany Y Online, Pola karena sering mengabaikan pola online karena memberi rasa bermain game online dengan online dengan aktivitas lain
(2019) Makan dan makan ketika bermain game kepuasan tersendiri,sehingga kategori singkat sebesar 30,0%, sehingga dapat menghindari
Status Gizi online. ada perasaan untuk sedang sebesar 58,8% dan lama terjadinya penyakit kecanduan,
Remaja Putra mengulangi kegiatan yang sebesar 11,2%. Frekuensi mengatur pola makan pada saat
Kelurahan Sei menyenangkan ketika bermain game online dengan bermain game online,
Kera Hulu bermain. kategori kadang sebesar 18,8%, mengonsumsi makanan yang
Kecamatan sering sebesar 27,5% dan selalu bervariasi dan menghindarkan
Medan sebesar 53,8%. Jenis makanan terjadinya status gizi kurang pada
Perjuangan yang beragam sebesar 68,8%. remaja.
Jumlah kecukupan energi baik
sebesar 76,2% dan jumlah
kecukupan protein baik sebesar
70,0%. Status gizi remaja
berdasarkan IMT/U. Status gizi
normal sebesar 56,2%, kurus
sebesar 10,0%, gemuk sebesar
26,2% dan sangat gemuk sebesar
7,5%.
Haeril (2020) Pengaruh Anak Cross Anak yang aktif bermain yang Anak yang aktif bermain Status gizi anak dipengaruhi oleh Hasil analisis data frekuensi pola
Yang Aktif sectional aktif bermain game online game online dengan beberapa faktor diantaranya makan anak yang aktif bermain
Bermain Game menghabiskan waktu dengan sia- frekuensi terlalu lama saupan nutrisi, keadaan game online tergolong dalam
Online sia bahkan mereka tidak memilih beresiko memiliki status gizi lingkungan, paparan penyakit klasifikasi jarang. Hasil analisis
Terhadap Pola untuk mandi, makan, apalagi klasifikasi kurus. Hal ini kronis persentase lemak, tingkat data status gizi anak yang aktif
Makan, Status bekerja dan melaksanakan tugas ditunjang berdasarkan riset Pendidikan, gaya hidup, tingkat bermain game online tergolong
Gizi, Dan Postur dan Anak yang aktif bermain Kesehatan dasar bahwa di DI pengetahuan, pola makan, dan dalam klasifikasi kurus. Hasil
Tubuh game online lebih memili bermain Yogyakarta prevalensi status aktifitas fisik analisis data struktur tubuh anak
Anak Usia 13-15 dibandingkan makan gizi ditemukan 2,7% yang aktif bermain game online
Tahun klasifikasi sangat kurus, 5,8% tergolong dalam klasifikasi
klasifikasi kurus dan 7,8% kurang.
klasifikasi gemuk
Mulyaningsih, Hubungan Observasional Kegemukan terjadi akibat asupan Kemajuan teknologi berupa Durasi permainan game online Ada Hubungan Kecanduan
Atik Rohmawati Kecanduan analitik energi yang lebih tinggi daripada alat elektronik menjadi faktor yang tinggi memungkinkan Bermain Game Online dengan
(2019) Bermain Game energi yang dikeluarkan. penyebab menurunnya aktivitas remaja yang gemuk dan Kegemukan pada Remaja
Online dengan aktifitas fisik pada remaja. mengalami kecanduan game
Kegemukan Kemajuan teknologi salah online cenderung rendah.
pada Remaja satunya terkait dengan game Sehingga, hal ini mengakibatkan
online. Remaja akan sering penumpukan lemak yang tidak
menghabiskan waktunya seimbang dengan energi yang
untuk bermain game, dikeluarkannya untuk beraktifitas
komputer/laptop dan
menonton TV. Penggunaan
game online yang intensif
akan membawa masalah-
masalah negatif pada jangka
panjang, salah satunya
adalah permasalahan gizi.
Anandita Mega Hubungan Observasional Seseorang khususnya anak – Media elektronik dapat Durasi screen time viewing yang Terdapat hubungan yang
Kumala, Ani Antara Durasi anak dan remaja banyak mempengaruhi status gizi. tidak sesuai dengan rekomendasi signifikan (p<0,05) antara screen-
Margawati, Ayu Penggunaan mengonsumsi makanan yang Status gizi cenderung akan akan menyebabkan perubahan time viewing dengan status gizi
Rahadiyanti Alat Elektronik diiklankan dan makanan tersebut meningkat karena pengaruh pola makan. Screen time viewing pada responden.Terdapat
(2019) (Gadget), mengandung tinggi garam, gula, dengan berbagai iklan/ yang tinggi dapat meningkatkan hubungan yang signifikan
Aktivitas lemak, kalori, dan minuman promosi makanan baik di asupan energi akibat dari (p<0,001) antara aktivitas fisik
Fisik Dan Pola berkarbonasi. Pola makan yang televisi, internet, dan media kebiasaan mengonsumsi dengan status gizi pada
Makan Dengan tidak baik tersebut dapat lain yang dapat menarik makanan ringan dan camilan, responden. Terdapat hubungan
Status Gizi Pada meningkatkan IMT sehingga perhatian remaja untuk sehingga mengakibatkan ketidak yang signifikan (p<0,001) antara
Remaja Usia 13- menyebabkan masalah gizi mengonsumsinya. Kebiasaan seimbangan energi dan pola makan dengan status gizi
15 Tahun kegemukan pelajar mengonsumsi berpotensi meningkatkan berat pada responden
makanan dan minuman badan
secara bersamaan dengan
penggunaan media elektronik
dapat mempengaruhi asupan
makanan secara
keseluruhan. Waktu untuk
melakukan aktivitas fisik
dapat mengalami penurunan
jika penggunaan media
elektronik sudah lebih dari
rekomendasi
Rosalia Tri Hubungan Cross Faktor yang mempengaruhi Usia mempunyai peran Seseorang yang menggunakan Intensitas penggunaan gadget di
Haryanti, Tri Intensitas Sectional status gizi pada remaja, antara penting dalam pemilihan gadget lebih dari 12 jam dalam SMK Batik 2 Surakarta terbanyak
Susilowati, Irma Penggunaan lain : aktivitas fisik, body image makanan. Pada masa bayi, sehari, dapat memicu terjadinya dalam kategori tinggi. Status gizi
Mustika Sari Gadget dan gender. Aktivitas fisik setiap seseorang tidak mempunyai kecanduan dalam penggunaan siswa pada pengguna gadget
(2022) terhadap Status gerakan tubuh yang dihasilkan pilihan terhadap makanan gadget. Mereka menganggap termasuk dalam kategori status
Gizi pada Siswa oleh otot rangka yang yang mereka inginkan, gadget hal yang paling penting gizi normal. Terdapat hubungan
SMK Batik 2 memerlukan pengeluaran energi. sedangkan saat dewasa karena pada usia remaja masa intensitas penggunaan gadget
Surakarta Apabila seseorang memiliki seseorang mulai mempunyai dimana seseorang akan selalu terhadap status gizi pada siswa di
aktivitas kurang akan kontrol terhadap makanan tertarik pada hal-hal baru. Apalagi SMK Batik 2 Surakarta. Pihak
mengakibatkan status gizi tidak tertentu. Kemudian saat saat dengan teknologi yang semakin keluarga dan sekolah diharapkan
baik seseorang tumbuh menjadi canggi lebih tegas dalam memberikan
remaja dan dewasa,pengaruh peraturan dan kebijakan tentang
terhadap kebiasaan makan penggunaan gadget.
sangat kompleks
Teuku Jamni Dampak gawai Deskriptif Gawai memiliki pengaruh negatif Kebiasaan penggunaan Perilaku sedentari pada remaja Gawai memiliki pengaruh negatif
(2019) dan status gizi yang luas dalam kehidupan gawai dengan durasi waktu merupakan salah satu faktor risiko yang luas dalam kehidupan
pada remaja di remaja. Dalam penelitian ini, yang tinggi berdampak yang signifikan menyebabkan remaja. Dalam penelitian ini,
SMK Negeri 1 terlihat bahwa remaja memiliki terhadap rendahnya aktivitas remaja mengalami obesitas, terlihat bahwa remaja memiliki
Lhoknga dan ketergantungan dengan gawai fisik. Rendahnya aktivitas fisik gangguan keseharian (sulit tidur, ketergantungan dengan gawai
Poltekkes Aceh sehingga ingin memiliki gawai pada responden lainnya pusing dan penuaan dini) dan sehingga ingin memiliki gawaik
2019 keluaran terbaru agar dapat lebih dikarenakan responden tidak penyakit degeneratif. Perlu keluaran terbaru agar dapat lebih
cepat mengakses dan aplikasi melakukan aktivitas lain diketahui bahwa aktivitas fisik cepat mengakses dan aplikasi
terbaik. Sehingga, sebaiknya kita selain belajar dan bermain yang dilakukan remaja terbaik. Sehingga, sebaiknya kita
batasi penggunaan gawai dengan gadget. bermanfaat untuk menjaga batasi penggunaan gawai dengan
cara menetapkan penggunaan kebugaran dan mencegah cara menetapkan penggunaan
gawai pada jam tertentu dan timbulnya permasalahan gizi gawai pada jam tertentu dan
durasi penggunaan sesuai seperti obesitas, gizi kurang, atau durasi penggunaan sesuai
kesepakatan. eating disorders kesepakatan.
David Raymond Intensitas Deskrptif Dari perolehan hasil uji korelasi Siswa SMP bermain game Kecanduan game online dapat Terdapat hubungan yang
Ludji Leo (2020) Bermain Game korelasional diperoleh nilai koefisien korelasi online dengan intensitas yang mengakibatkan Berat badan signifikan antara intensitas
Online Terhadap sebesar -0,387*. Hasil tersebut rendah sebanyak 80% dan menurun karena lupa makan, atau bermain game online dengan pola
Pola Aktivitas bermakna bahwa terdapat pada kategori sedang bisa juga bertambah karena aktivitas fisik pada siswa SMP
Fisik Siswa Smp hubungan yang signifikan antara sebanyak 20%. Siswa SMP banyak ngemil dan kurang Advent Menia, Kabupaten Sabu
Advent Menia, variabel intensitas bermain game didapati 80% memiliki pola olahraga. Mudah lelah ketika Raijua, NTT
Kabupaten online dengan pola akitivitas fisik aktivitas fisik yang rendah dan melakukan aktivitas fisik,
Sabu, Rai Jua, para siswa SMP Advent Menia, di hanya 20% yang memiliki kesehatan tubuh menurun akibat
NTT Kabupaten Sabu Raijua, NTT pola aktivitas fisik sedang kurang olahraga. Yang paling
dengan nilai p=0,014. Bentuk parah adalah dapa
hubungan negatif pada koefisien mengakibatkan kematian.
korelasi -0,387* menunjukan
hubungan kedua variabel bersifat
sedang dan tidak searah. Hal
tersebut berarti bahwa apabila
variabel intensitas bermain game
online mengalami peningkatan,
maka variabel pola aktivitas fisik
akan mengalami penurunan
Ni Putu Ayu Hubungan Observasional Pada penelitian ini satu orang Hasil uji hipotesis terhadap Sedentary lifestyle sering dipicu Hasil yang diperoleh yaitu antara
Windari Putri, Antara Aktivitas analitik (2%) responden memiliki hubungan antara kebugaran oleh tekanan lingkungan, faktor aktivitas bermain game online
Luh Putu Ratna Bermain Game kebugaran fisik yang baik. fisik dengan aktivitas bermain teknologi, dan transisi dari masa dengan kebugaran fisik pada
Sundari (2019) Online Sebanyak 10 orang (17%) game online yang dilakukan anak-anak menuju fase remaja.14 remaja SMP di Kota Denpasar
Dengan memiliki kebugaran fisik rata-rata, menggunakan uji chi square Buciora dkk, juga menyebutkan terdapat hubungan yang
Kebugaran Fisik delapan orang (13%) responden test menunjukkan p value = bahwa permasalahan kesehatan bermakna (p<0,05).
Pada Remaja dengan kebugaran fisik yang 0,029, hipotesis nol (Ho) yang dihadapi oleh masyarakat
Smp Di Kota buruk dan 37 orang (68%) ditolak sehingga dapat modern seperti malnutrisi,
Denpasar memiliki kebugaran fisik yang menunjukkan bahwa ada kelebihan berat badan dan
sangat buruk. Klasifikasi hubungan yang signifikan obesitas disebabkan oleh
kebugaran fisik dibagi menjadi (p<0,05) antara kebugaran kurangnya aktivitas
lima yaitu sangat baik, baik, fisik dan aktivitas bermain
ratarata, buruk dan sangat buruk. game online pada remaja
Pada penelitian ini, kebugaran SMP di Kota Denpasar.
fisik diukur menggunakan teknik
Cooper Test, yaitu responden
diminta untuk berlari selama 12
menit setelah itu jarak yang
mampu ditempuh responden
akan diukur dan dicocokkan
dengan klasifikasi kebugaran fisik
yang ada
3. 2 -3 paragraf terkait topic of interest sesuai tujuan penelitian diatas dan
penelitian sebelumnya
Status gizi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya saupan nutrisi,
keadaan lingkungan, paparan penyakit kronis persentase lemak, tingkat Pendidikan,
gaya hidup, tingkat pengetahuan, pola makan, dan aktifitas fisik (Sari, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Haeril (2019), anak yang tidak aktif bermain game onlie
memiliki indeks massa tubuh yang baik. Hal tersebut dikarenakan anak yang tidak aktif
bermain game online memiliki aktifitas fisik yang baik serta pola makan yang teratur.
Bermain dengan aktif Anak yang aktif bermain game online tidak lagi melakukan
aktivitas keseharian dengan kegiatan fisik.
Padahal aktivitas fisik bagi anak usia 13-15 tahun sangat menunjang untuk
pertumbuhan dan perkembangan mereka.Hubungan yang signifikan antara variabel
intensitas bermain game online dengan pola akitivitas fisik para siswa diatas
mengenai kecanduan bermain game online terhadap aktifitas fisik menunjukan
hubungan kedua variabel bersifat sedang dan tidak searah. Hal tersebut berarti bahwa
apabila variabel intensitas bermain game online mengalami peningkatan, maka
variabel pola aktivitas fisik akan mengalami penurunan. Konflik dalam kehidupan
pecandu berarti bahwa mereka akhirnya mengorbankan hubungan pribadi mereka
(misalnya, pasangan, anak-anak, kerabat, teman, dll.), kehidupan belajar atau
pendidikan (tergantung pada usia mereka), dan kegiatan sosial dan aktivitas fisik
lainnya.
Pada Pola makan terdapat hubungan antara kecanduan bermain game online
terhadap pola makan pada remaja, akibat dari perubahan gaya hidup dari traditional
life style menjadi sedentary life style sehingga meningkatkan resiko terjadinya
perubahan perilaku dari kebiasaan mengonsumsi makanan hasil pertanian, hasil laut
dan air tawar berubah menjadi kebiasaan mengonsmsi makanan yang modern seperti
makanan cepat saji (junk food).Seharusnya untuk menjaga daya tahan tubuh dan
kesehatan kita harus lebih memperhatikan pola makan yang sehat seperti pilihlah jenis
makanan yang bergizi misalnya sayuran, buah-buahan, lauk pauk, dan makanan
pokok, patuhi jadwal makan seperti makan makanan yang bergizi tiga kali sehari pada
waktu yang tepat, yaitu makan pagi, siang dan malam serta dua kali makan makanan
selingan contohnya roti-rotian atau serelia,harus bervariasi dengan memperbanyak
mengkonsumsi makanan yang diolah dari makanan segar dengan proses yang tidak
terlalau lama, tetapi pada responden yang mengalami kecanduan bermain game
online selalu makan makanan yang tidak sehat dan selalu menghiraukan waktu makan
karena keasikan bermain game online.
Abstract
Background: WHO found that the inappropriate use of medicine still become a big problem in the
world. Therefore, pharmacy services evaluation must be done to improve the appropriate use of
medicine.
Objective: This study aims to know the pharmacy services based on WHO patient-care indicators and
to determine the correlations between socio-demographic characteristics and patient knowledge
about medicine use.
Method: An observational cross-sectional study was conducted by using the WHO patient-care
indicator on 211 regular outpatients or non-insurance at one of private hospital in Yogyakarta. This
study used disproportionate stratified random sampling method. Data were collected by observation
and interview the patient and analyzed by using WHO patient-care indicator. The relation between
socio-demographic characteristics and patient knowledge were analyzed using chi-square and
spearmen test.
Results: The average of dispensing time was 47.52 second and 99.4% medicines dispensed.
Percentage of medicine labelled was 92.26% and only 36,5% patients know about the medicines use.
Based on statistical analysis, there was no correlation between level of patient knowledge with age
(p=0.218) and gender (p=0.209). Otherwise, education (p=0.005) was correlated with level of patient
knowledge.
Conclusion: The pharmacy services in hospital was good, but pharmacist still need to improve
communication to patients about medicines they received. Whereas, education have relationship with
patient level knowledge.
Intisari
Latar belakang: Data WHO menyatakan bahwa masih banyak terjadi penggunaan obat yang tidak
tepat oleh pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan evaluasi pelayanan kefarmasian secara
rutin sebagai salah satu upaya peningkatan penggunaan obat yang tepat.
Tujuan: Mengetahui gambaran pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan umum berdasarkan
indikator pelayanan pasien WHO dan mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dengan
pengetahuan pasien tentang penggunaan obat
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross-
sectional pada 211 pasien rawat jalan umum atau non-asuransi di salah satu rumah sakit swasta
Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode disproportionate stratified random
sampling. Data diperoleh dari observasi dan wawancara kepada pasien kemudian data dianalisis
secara deskriptif menggunakan rumus sesuai indikator pelayanan pasien WHO. Analisis hubungan
sosiodemografi dengan pengetahuan pasien tentang penggunaan obat dilakukan menggunakan uji
statistik chi-square dan spearman test.
Hasil: Rata-rata waktu penyerahan obat yaitu 47,52 detik dengan persentase obat terlayani 99,4%.
20
21 | Achmad Saiful, dkk.,/ Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 15 (1) Januari-Juli 2019, 20-27
Persentase etiket obat yang memadai 91,7% dan pasien yang mengetahui cara penggunaan obat yang
diterima sebesar 36,5%. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara usia
(p=0,218) dan jenis kelamin (p=0,209) dengan tingkat pengetahuan, serta terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan (p=0,005) dengan pengetahuan pasien.
Kesimpulan: Secara umum pelayanan kefarmasian di rumah sakit sudah baik, namun masih perlu
peningkatan dalam pemberian informasi obat kepada pasien saat penyerahan obat. Sedangkan, faktor
sosiodemografi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pasien tentang penggunaan obat
adalah tingkat pendidikan.
1. Pendahuluan
Fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan
dan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Salah satu upaya peningkatan kualitas
pelayanan dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi pelayanan kefarmasian untuk
perbaikan secara berkelanjutan (Menkes RI, 2008). Peningkatan pelayanan kefarmasian
diharapkan dapat menjamin bahwa pasien mendapatkan pengobatan sesuai dengan yang
dibutuhkan dan telah menggunakan obat dengan tepat (Pemerintah RI, 2009). Data World
Health organization (WHO) menunjukkan bahwa 50% penggunaan obat di dunia dilakukan
secara tidak tepat, baik dalam hal peresepan, penyiapan, maupun penjualan serta penggunaan
obat oleh pasien. Penggunaan obat yang tidak tepat dapat disebabkan karena pelayanan
kefarmasian atau pelayanan obat yang kurang baik serta kurangnya pengetahuan pasien
tentang obat yang diterima. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan pasien
(Embrey, 2012).
Untuk meningkatkan penggunaan obat yang tepat, WHO menetapkan suatu indikator
penggunaan obat, salah satunya yaitu indikator pelayanan pasien yang meliputi rata-rata
waktu konsultasi, rata-rata waktu penyerahan obat, persentase obat terlayani, persentase
etiket obat yang memadai, dan tingkat pengetahuan pasien terkait aturan pakai obat yang
diterima (WHO, 1993). Penelitian Kisworo and Dwiprahasto (2010) di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta menununjukkan bahwa persentase jumlah obat tiap jenis yang
diserahkan sesuai resep 99,89%, persentase obat yang diserahkan dengan etiket lengkap
99,85%, dan pemberian informasi penggunaan obat sesuai SOP 9,86%. Dalam penelitian
tersebut belum diteliti terkait waktu rata-rata penyerahan obat dan pengetahuan pasien
tentang penggunaan obat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan umum di salah satu rumah sakit swasta
22 | Achmad Saiful, dkk.,/ Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 15 (1) Januari-Juli 2019, 20-27
Yogyakarta berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO serta mengetahui hubungan faktor
sosiodemografi dengan pengetahuan pasien tentang penggunaan obat
2. Metodologi penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional pada
211 pasien rawat jalan umum di salah satu rumah sakit swasta Yogyakarta tahun 2016.
Pengambilan sampel pasien dilakukan dengan metode disproportionate stratified random
sampling. Data diperoleh dari observasi saat penyerahan obat dan wawancara kepada pasien.
Observasi dilakukan untuk memperoleh waktu penyerahan obat tiap pasien, obat yang
terlayani dan etiket yang memadai atau lengkap. Sedangkan wawancara untuk mendapatkan
data pengetahuan pasien tentang penggunaan obat dan sosiodemografi (usia, jenis kelamin,
pendidikan). Data dianalisis berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO, yaitu (Embrey,
2012) :
2.1 Rata-rata waktu penyerahan obat
Jumlah total waktu penyerahan obat pada seluruh pasien dibandingkan jumlah total pasien
yang diteliti. Satuan waktu penyerahan obat adalah detik.
2.2 Persentase obat yang terlayani
Jumlah seluruh item obat yang terlayani dibandingkan jumlah seluruh item obat yang
diresepkan. Obat yang terlayani yaitu obat (nama zat aktif dan jenis sediaan) yang diserahkan
kepada pasien sama dengan obat yang diresepkan.
2.3 Persentase etiket obat yang memadai
Jumlah seluruh item obat dengan etiket yang memadai (sesuai ketentuan WHO dan
Permenkes) dibandingkan jumlah seluruh item obat yang terlayani. Etiket memadai jika
terdiri dari nama pasien, nama obat, aturan pakai, dan tanggal.
2.4 Tingkat pengetahuan pasien tentang penggunaan obat
Jumlah pasien yang mengetahui cara penggunaan obat dibandingkan dengan jumlah
total pasien yang diteliti. Pengukuran pengetahuan pasien dilakukan dengan memberikan
pertanyaan tentang aturan pakai obat dan nama obat. Jika pasien dapat menjawab aturan
pakai obat dan obat dengan benar maka diberi skor 1 atau “tahu“. Sedangkan jika pasien salah
menjawab aturan pakai obat dan nama obat atau hanya benar salah satu, maka diberi skor 0
atau “tidak tahu“.
23 | Achmad Saiful, dkk.,/ Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 15 (1) Januari-Juli 2019, 20-27
menebus resep banyak. Hal ini menyebabkan petugas kefarmasian tidak dapat
menyampaikan informasi secara detail. Informasi yang sering diberikan oleh apoteker saat
penyerahan obat adalah nama obat, aturan pakai obat, dan efek samping.
Penyerahan obat kepada pasien merupakan salah satu tahap yang sangat penting
dalam proses pelayanan kefarmasian, karena pada proses ini apoteker harus memberikan
informasi obat dengan lengkap dan jelas. Informasi terkait obat yang diterima oleh pasien
dapat berpengaruh terhadap kepatuhan dan ketepatan pasien dalam penggunaan obat (Akl et
al., 2014). Namun, hal tersebut sering terkendala dengan rasio jumlah apoteker dan pasien
yang tidak sebanding, sehingga waktu penyerahan obat kepada pasien menjadi sangat
terbatas, akibatnya informasi yang diberikan terkait obat pun juga terbatas.
Gambar 1. Diagram persentase obat terlayani pada pasien rawat jalan umum
di salah satu rumah sakit swasta Yogyakarta
Jumlah persentase obat yang terlayani sesuai dengan resep sebesar 99,4% (Tabel 2).
Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan persentase obat terlayani di RSUD Sleman,
yaitu 99,04%. Di Ethiopia persentase obat terlayani sebesar 81% (Guyon et al., 1994). Adanya
obat yang tidak terlayani disebabkan oleh kekosongan obat di instalasi farmasi rumah sakit
dan beberapa juga karena kekosongan dari produsen obat.
Obat yang diberi etiket dengan memadai atau lengkap sebesar 92,3% (Tabel 3). Etiket
yang tidak memadai disebabkan karena beberapa etiket tidak mencantumkan nama obat.
Jumlah pasien yang ramai juga terkadang membuat apoteker tidak menulis etiket secara
lengkap, sehingga belum sesuai dengan aturan WHO (Embrey, 2012).
Pasien yang mengetahui informasi penggunaan obat meliputi nama obat dan aturan
pakai obat berjumlah 77 (36,5%) orang (Tabel 4). Hasil wawancara tidak terstruktur
menunjukkan bahwa terkadang apoteker menyampaikan informasi terlalu cepat, selain itu
25 | Achmad Saiful, dkk.,/ Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 15 (1) Januari-Juli 2019, 20-27
pasien terkadang juga tidak memperhatikan informasi yang disampaikan oleh apoteker
terkait obat yang diterima. Menurut pasien, mereka dapat membaca informasi aturan pakai
obat pada etiket obat.
Gambar 2. Diagram persentase etiket obat pada pasien rawat jalan umum
di salah satu rumah sakit swasta Yogyakarta
lebih tinggi akan lebih mudah mengakses berbagai sumber informasi dan lebih banyak
membaca tentang obat dibandingkan orang dengan pendidikan lebih rendah (Dawood et al.,
2017).
P (value)
Jenis kelamin Usia Tingkat pendidikan
Pengetahuan pasien 0,209 0,218 0,005
Keterangan : signifikasi = p<0,05
4. Kesimpulan
Secara umum pelayanan kefarmasian di rumah sakit sudah baik, namun masih perlu
peningkatan dalam pemberian informasi obat kepada pasien saat penyerahan obat.
Sedangkan, faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pasien
tentang penggunaan obat adalah tingkat pendidikan.
Daftar pustaka
Akl, O. A. et al. (2014). WHO / INRUD drug use indicators at primary healthcare centers in
Alexandria , Egypt. Journal of Taibah University Medical Sciences. Taibah University, 9(1),
54–64.
Ameh, D., Wallymahmmed, A. and Mackenzie, G. (2014). Patient knowledge of their dispensed
drugs in rural Gambia. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research
(IJSBAR). 16(2), 61–85.
Andini (2013) Gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan di
instalasi farmasi RSUD Taman Husada kota Bontang. Universitas Gadjah Mada.
Dawood, O. T., Hassalia, M. A. and Saleem, F. (2017). Factors affecting knowledge and practice
of medicine use among the general public in the State of Penang , Malaysia. Journal of
Pharmaceutical Health Services Research 2017. 8, 51–57.
Embrey, M. (2012) Managing access to medicines and health technologies. Arlington:
Management Sciences for Health.
Ghimire, S., Bhandari, S. and Palaian, S. (2009). Students ’ corner a prospective surveillance of
drug prescribing and dispensing in a teaching hospital in Western Nepal. J Pak Med
Assoc, 59(10), 1–4.
Guyon, A. B. et al. (1994). A baseline survey on use of drugs at the primary health care level in
Bangladesh. Bulletin of the World Health Organization, 72(5477), 265–271.
Kisworo, H. and Dwiprahasto, I. (2010) Evaluasi mutu pelayanan obat di unit rawat jalan
instalasi farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.
27 | Achmad Saiful, dkk.,/ Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 15 (1) Januari-Juli 2019, 20-27
Artikel Penelitian
Volume 04 Nomor 01 Mei 2021 Halaman 457-462
PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA
MELALUI EDUKASI MEDIA LEAFLET
DURATION OF SUFFERING AND RATE OF HYPERTENSION WITH ANXIETY LEVEL IN THE
ELDERLY IN A REVIEW OF CROSS SECTIONAL STUDY
ABSTRAK
Angka anak-anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia ternyata masih tinggi bila dibandingkan
angka ambang batas yang ditetapkan badan kesehatan dunia (WHO). Mencegahan masalah gizi dapat dilakukan
dengan perubahan perilaku masyarakat. Upaya merubah perilaku tersebut salah satunya melalui edukasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita melalui edukasi
media leaflet.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan
rancangan one pretest-posttest group design. Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki
balita di wilayah kerja UPTD puskesmas Lampia Kabupaten Luwu Timur sebanyak 84 oorang. Penelitian ini
menggunakan leaflet dalam pelaksanaannya. Uji analisa yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test.
Hasil analisa data diperoleh terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang
status gizi balita (p value 0,000).
Disarankan bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
menggunakan media edukasi yang dapat memberikan infomasi dengan tepat dan jelas.
ABSTRACT
The number of children suffering from malnutrition in Indonesia is still high when compared to the
threshold set by the World Health Organization (WHO). Prevention of nutritional problems can be done by
changing people's behavior. One of the ways to change this behavior is through education. The purpose of this
study was to determine the increase in mother's knowledge about the nutritional status of toddlers through
leaflet media education.
The type of research used is a quasi-experimental study (quasi-experimental) with a one pretest-
posttest group design. The population and sample in this study were mothers who had toddlers in the working
area of the UPTD Puskesmas Lampia, East Luwu Regency, as many as 84 people. This study uses leaflets in its
implementation. The analytical test used is the Wilcoxon Signed Ranks Test.
The results of data analysis showed that there was an effect of health education on mother's knowledge
about the nutritional status of children under five (p value 0.000).
It is recommended for the puskesmas to improve health education to the community using educational
media that can provide precise and clear information.
Tabel 5.2
Deskripsi Statistik Pengetahuan
Pengetahuan Std.
N Mean MinimumMaximum
Deviation
pengetahuan
sebelum
84 9.6905 2.61126 7.00 19.00
pendidikan
kesehatan
pengetahuan
setelah
84 16.3810 2.09937 9.00 20.00
pendidikan
kesehatan
Sumber : data primer 2019
2. Analisa Bivariat
Tabel 5.3
Pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang status
gizi balita
Mean Sum of P value
N Rank Ranks
pengetahuan Negative Ranks 1a 4.00 4.00
b
setelah Positive Ranks 80 41.46 3317.00
pendidikan Ties 3c
kesehatan -
Total 0,000
pengetahuan
sebelum 84
pendidikan
kesehatan
Sumber : data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas, nilai 0,000 lebih kecil dari nilai α 0,05
negatif ranks atau selisih (negatif) sehingga disimpulkan bahwa
antara pengetahuan sebelum edukasi terdapat pengaruh pendidikan
dan setelah edukasi untuk jumlah kesehatan dengan pengetahuan ibu
peserta yang memperoleh tentang status gizi balita.
penurunan hasil sebanyak 1 orang
mean ranks (penurunan) 4.00 dan PEMBAHASAN
sum of ranks (rata-rata penurunan) Berdasarkan hasil uji wilcoxon
4.00 yang artinya hal tersebut diperoleh nilai p value 0,000 lebih kecil dari
menunjukkan adanya pengurangan nilai α 0,05 sehingga disimpulkan bahwa
(penurunan) nilai setelah edukasi. terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
Untuk nilai positif ranks diatas dengan pengetahuan ibu tentang status gizi
ditemukan atau selisih (positif) balita.
antara pengetahuan sebelum edukasi Hasil penelitian ini sejalan dengan
dan setelah edukasi untuk jumlah hasil penelitian yang dilakuka oleh
peserta yang memperoleh Rachmayanti (2018) yang dalam hasil
peningkatan hasil setelah sebanyak penelitiannya menunjukkan adanya
80 orang dengan nilai mean ranks peningkatan pengetahuan yang signifikan
(rata-rata peningkatan sebesar 41.46 sebelum dan sesudah intervensi (p=0,043).
dengan jumlah ranking positif (sum Hasil penelitian ini didukung pula hasil
of ranks) sebesar 3317.00. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Iftika (2018)
nilai kesamaan nilai sebelum dan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
setelah edukasi sebanyak 3 orang. pendidikan kesehatan tentang status gizi
Berdasarkan hasil uji balita terhadap pengetahuan sikap dan
wilcoxon diperoleh nilai p value
Abstract
The results of preliminary studies indicate hypertension morbidity in Talaga health centers
include in top 10 diseases with prevalence of 6.07% in 2009. However, no efforts from health
centre about it. One medium that can be used for health promotion is a poster. Research
problem was how the interest and understanding of Talaga health center visitors to hy-
pertension poster in design aspects, message content, and place of installation. Research
purpose was to determine the interest and understanding of health center visitors. Research
method was descriptive qualitative design using phenomenology. Subjects in this study were
visitors of Talaga Health Center. Another informant was health promotion officer of health
center, head of health centers, and head of health promotion. Data collected through docu-
ment review, focus group discussions ( FGD) , indepth interviews, and observation . The
results showed overall of visitors interested and understand about hypertension posters.
Sundanese version hypertension poster more acceptable as medium for health promotion
to Talaga health centers visitors who have an interest in the design and massage content of
hypertension poster. Conclusions, health centers visitors interested and understand about
hypertension posters.
© 2013 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Lingkar Kadugede No.02 Kuningan, Indonesia
E-mail: stellaicca@yahoo.co.id
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
2
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
pengunjung Puskesmas Talaga dan informan dapat menunjukkan promosi kesehatan dan
kunci adalah Kepala Bidang Promosi Keseha- media seperti yang dapat diterima dan dibu-
tan Kabupaten Majalengka, Kepala Puskesmas tuhkan oleh informan. Adanya kesamaan pada
Talaga dan petugas promosi kesehatan Puskes- masalah yang menjadi perhatian, membuat
mas Talaga. informan tertarik untuk membaca informasi
Pengumpulan data dilakukan dengan dalam poster hipertensi. Hal ini dapat dilihat
wawancara mendalam tehadap 11 pengunjung, dari ketertarikan dan pemahaman pengunjung
diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap 14 terhadap poster hipertensi yang secara rinci
orang pengunjung yang terdiri dari 2 kelompok. dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelompok pertama sebanyak 7 orang pengun-
jung yang tidak menderita hipertensi, kelom- Ketertarikan pengunjung
pok kedua terhadap 7 orang pengunjung yang Ketertarikan pengunjung terhadap
menderita atau pernah mengalami hipertensi. poster hipertensi dapat dilihat dari beberapa
Observasi dilakukan untuk mengetahui situ- aspek, yaitu :
asi di tempat pemasangan poster dan interaksi
pengunjung dengan poster hipertensi. (1) Desain
Analisis data dalam penelitian ini di- Ketertarikan pada poster hipertensi dari
laksanakan secara bersamaan dengan proses elemen desain dikelompokan lagi dalam be-
pengumpulan data (ongoing analysis). Setelah berapa hal, yaitu:
selesai pengumpulan data dilakukan transkrip.
Transkrip tersebut dicek ulang, kemudian di- Warna
berikan komentar pada hal yang masih perlu Berdasarkan hasil penelitian diketahui
penambahan informasi pada saat pengumpulan bahwa poster versi sunda mendapatkan perha-
data berikutnya. Analisis data dilakukan dengan tian lebih banyak dan dibaca oleh pengunjung
tahapan sebagai berikut: puskesmas. Pengunjung menyatakan tertarik
(1) Data yang diperoleh dari wawancara, di- terhadap poster hipertensi karena warnanya
kumpulkan kemudian dibuat transkrip terang, cerah, kontras dan bervariasi. Warna
dengan mencatat seluruh data yang dipero- yang cerah dinilai menarik perhatian mata,
leh dari hasil wawancara. sehingga pengunjung melihat dan membaca
(2) Melakukan koding, yaitu dengan membuat poster hipertensi.
kode-kode yang dimengerti oleh peneliti Hasil penelitian ini sesuai dengan
dan mempunyai arti berdasarkan topik penelitian sebelumnya yang menunjukkan
pada setiap kalimat, kemudian kode-kode bahwa pemilihan warna dasar paling disukai
dikelompokkan dalam kategori. Langkah pada sebuah media adalah warna putih, hijau
selanjutnya mencari hubungan kategori atau merah. Penelitian lain memperkuat hasil
tersebut untuk menghasilkan theorical co- penelitian ini, yaitu untuk unsur warna yang
des. disukai dan dinilai menarik adalah warna ne-
(3) Memadukan kategori sesuai dengan ciri- tral seperti warna hijau (Aryani, 2009). Sebuah
nya masing-masing terhadap data yang poster harus eye-catching supaya dapat mem-
mempunyai pola yang sama, kemudian buat orang berhenti dan membacanya (Huddel,
dilakukan analisis interpretasi data secara 2000)
kualitatif dengan menghubungkan dengan Dilihat dari segi warna, pengunjung
teori yang ada. berpendapat warna yang tidak terlalu kon-
(4) Penyajian data dalam bentuk narasi dan tras dan mencolok kurang membantu dalam
kuotasi sesuai dengan variabel penelitian membaca. Warna latar dan huruf yang kontras
dan diperkuat dengan tabel-tabel. mempermudah pengunjung membaca dan
(5) Penarikan kesimpulan. pemperjelas huruf yang dibaca. Warna huruf
dan latar belakang dibuat kontras supaya mu-
Hasil dan Pembahasan dah dibaca maupun penekanan yang meng-
hendaki penekanan khusus (Anitah, 2009).
Persamaan karakteristik pada informan Penggunaan warna dalam sebuah desain grafis
3
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
mempunyai beberapa fungsi, yaitu untuk me- gambar menjadi daya tarik tersendiri. Gambar
narik perhatian, menghasilkan efek psikologis, yang paling sering dikatakan menarik perhatian
mengembangkan asosiasi, membangun retensi pengunjung adalah gambar yang ada unsur ke-
dan menciptakan suasana yang menyenangkan. daerahan (si Cepot). Pengunjung berpendapat
Perpaduan warna yang kontras menjadi satu bahwa gambar dan tulisan sesuai seperti dalam
kesatuan dalam sebuah poster akan membantu pernyataan berikut ini:
mempermudah penyampaian suatu pesan. “mencerminkan mencerminkan sesuai
Sebaliknya, apabila perpaduan warna tidak dengan gambar ama tulisan itu sesuai,
kontras akan mempersulit. Warna harus dapat jadi kalau sayuran itu ada gambar sayuran
saling melengkapi dan penggunaan warna yang nya kayak gitu” (IW2).
terlalu banyak dapat melemahkan suatu komu-
nikasi. Penggunaan unsur kedaerahan berupa
gambar tokoh pewayangan di pasundan sengaja
Huruf digunakan dengan harapan dapat memberikan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam sesuatu yang berbeda. Gambar lain dinilai
dan diskusi kelompok, pengunjung berpenda- menarik karena sesuai dengan keseharian
pat bahwa huruf yang digunakan ukurannya pengunjung seperti gambar sayur dan buah,
cukup mudah untuk dilihat. Pendapat pengun- gambar orang meniup seruling dan gambar
jung terhadap huruf dalam poster terlihat pada orang yang sedang berolahraga. Penggunaan
pernyataan sebagai berikut: gambar harus menarik perhatian sasaran hal ini
“harus huruf besar karena bagus . . . ka- bisa dilakukan dengan menggunakan foto yang
lau hurufnya besar kelihatan sama orang akrab dengan kehidupan sasaran. Hasil peneli-
yang keluar masuk rumah sakit (puskes- tian ini didukung oleh penelitian sebelumnya,
mas)” (IW6). yaitu pembuatan poster dengan visualisasi yang
sesuai dengan karakteristik sosial dan politik
Ukuran huruf terbesar pada poster hi- etnis Cina berhasil menumbuhkan partisipasi
pertensi 13 mm dan huruf terkecil 6 mm. Un- dalam menangani malaria (Bu dan Fee, 2010),
tuk mempermudah keterbacaan ukuran huruf Pengggunaan gambar yang merupakan
tidak boleh lebih kecil dari 18 poin atau 5mm. gambar asli (foto) menarik perhatian pengun-
Bentuk huruf menggunakan huruf microsoft jung, membatu mempermudah dan mengingat
sains serif dan ditulis kapital. Penggunaan hu- pesan yang disampaikan dalam poster. Hal ini
ruf dalam poster hipertensi tidak terlalu rumit sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
dan bernilai seni tinggi yang dapat menyulit- penggunaan poster kurang efektif karena pesan
kan untuk dibaca. Penelitian lain mendukung sulit diingat dan penyebabnya ilustrasi gambar
hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa yang bukan menggunakan gambar asli, sehing-
penggunaan huruf yang tidak kaku dan rumit ga dianggap kurang menarik. Foto berfungsi
membantu dalam mempermudah orang untuk untuk meningkatkan motivasi dan minat,
membaca (Aryani, 2009). Untuk mempermu- mengembangkan kemampuan berbahasa, dan
dah keterbacaan harus menggunakan huruf membatu menafsirkan dan mengingat isi pesan
yang jelas dan mudah seperti jenis sains serif . yang berkenaan dengan foto-foto tersebut.
Penggunaan warna pada huruf mempe- Selain untuk menarik perhatian, gambar dapat
ngaruhi kemudahan pengunjung membaca isi membantu menjelaskan sesuatu, sehingga lebih
pesan dalam poster hipertensi. Penulisan huruf mudah untuk dipahami, memperjelas bagian-
dengan variasi warna juga dapat memberikan bagian yang penting serta menyingkat suatu
daya tarik tersendiri. Warna huruf yang kontras uraian yang panjang (Anitah, 2009).
dengan latar belakang dari keseluruhan warna
poster membantu untuk mempermudah keter- Layout
bacaan (Anitah, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tata letak dalam poster dinilai cukup sederhana
Kesesuaian gambar dan tulisan dan mudah untuk diingat. Pemilihan 1 elemen
Berdasarkan hasil penelitian kehadiran kunci baik huruf atau ilustrasi dapat dilaku-
4
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
kan supaya pembaca dapat dengan cepat me- dalam dan DKT, pengunjung berpendapat isi
nangkap pesan (Supriono, 2010). Pada poster pesan menarik karena isi pesan merupakan in-
hipertensi ini, elemen yang coba ditonjolkan, formasi tentang hipertensi, seperti pernyataan
yaitu dari gambar yang menjadi pendukung sebagai berikut:
dan memperkuat pesan yang disampaikan. “. . . eu menarik hipertensinya, soalnya
Pada poster versi bahasa Indonesia, jadi tahu akibat kurang makan yang
gambar yang menarik perhatian, yaitu gambar bergizi jadi gini [jadi hipertensi], merokok
sayur dan buah. Peletakan gambar pada urutan akibatnya jadi gini [jadi hipertensi],
pertama dapat dikatakan berhasil menarik per- darah tinggi jadi stroke, jantung, ginjal,
hatian. Poster versi bahasa Sunda ditambahkan jadi..kita gak mau gitu asal-asalan ma-
gambar yang memiliki unsur kedaerahan, kan, kurang olah raga, merokok, banyak
yaitu tokoh wayang (Cepot). Gambar Cepot makan yang asin-asin jadi takut ada rasa
diletakkan di pojok kiri atas, dan berdasarkan takut”
hasil penelitian diketahui bahwa gambar cepot (menarik tentang hipertensi, jadi tahu
menjadi hal pertama yang menarik perhatian akibat kurang makan yang bergizi jadi
pengunjung. Gambar lain diurutkan berdasar- hipertensi, merokok jadi hipertensi. Da-
kan kondisi dan perkiraan penyebab hipertensi rah tinggi bisa menjadi stroke, jantung,
yang mempunyai peran paling besar sampai gagal ginjal. Jadi kita tidak mau asal
paling kecil. makan, kurang olah raga, merokok, kon-
Tata letak warna juga menjadi perhatian sumsi garam berlebih jadi takut, ada rasa
pengunjung. Penempatan warna dasar yang takut) (IW2)
menjadi latar belakang dengan keseluruhan
isi pesan dinilai kontras dan membantu pesan Kata dan kalimat yang menyusun pesan
mudah dibaca. Penulisan huruf dengan variasi juga mendapat perhatiaan. Kata dalam poster
warna dapat memberikan daya tarik tersendiri hipertensi dinilai mudah diingat, karena meru-
(Aryani, 2009). Warna huruf yang kontras pakan kata sehari-hari. Kalimat yang diguna-
dengan latar belakang dari keseluruhan warna kan dinilai pengunjung sederhana, karena tidak
poster membantu untuk mempermudah keter- berbelit-belit dan langsung pada inti masalah.
bacaan (Anitah, 2009). Penempatan ukuran Ketertarikan pengunjung pada kata dan kali-
huruf juga menjadi satu hal yang menarik. Pada mat dapat dilihat pada Gambar 1.
judul digunakan huruf yang lebih besar dari Teknik penyampaian pesan dalam poster
sub judul dan isi pesan. Hal ini menjadi penting hipertensi menjadi salah satu bahasan dalam
karena dengan penempatan huruf yang tepat wawancara mendalam maupun DKT, pendapat
di setiap bagian pesan memudahkan pembaca pengunjung terkait dengan cara penyampaian
untuk melihat pesan tersebut. pesan dapat dilihat dari pernyataan sebagai
berikut:
(2) Isi pesan “sederhana..sederhana..[penyampaian
Isi pesan merupakan suatu materi yang pesan] soalnya gak banyak kata-kata yang
akan disampaikan komunikator untuk menya- gak jelas jadi langsung saja ke intinya
takan maksudnya. Hasil dari wawancara men- masalah” (IW2)
Kata-kata Kalimat
jelas sederhana
Ketertarikan
pada kata dan
kalimat
Kata-kata Menggunakan
sehari-hari Bahasa Sunda
Gambar 1. Ketertarikan pengunjung pada penggunakan kata dan kalimat dalam poster
5
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
6
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8
Tabel 2. Hal yang dipahami dan kurang dipahami oleh pengunjung dari poster hipertensi
Hal yang dipahami Hal yang kurang dipahami
seperti poster, apabila terlalu banyak kata akan 2007). Kemampuan yang tinggi akan membuat
mempersulit. pengunjung merasa pesan yang didapat men-
Pengunjung berpendapat memahami jadi suatu pemikiran dan fokus pada kualitas
dan mengingat pesan karena ada gambar. Se- pesan tersebut, sehingga banyak muncul
lain untuk menarik perhatian, gambar juga da- pendapat. Motivasi maupun kemampuan dari
pat membantu menjelaskan sesuatu, sehingga pengunjung yang rendah akan melihat pesan
lebih mudah untuk dipahami, memperjelas secara keseluruhan tidak melihat sesuatu yang
bagian-bagian yang penting serta menyingkat penting, sehingga tidak muncul pendapat yang
suatu uraian yang panjang (Anitah, 2009). lebih mendalam.
Dalam penelitian sebelumnya, diketahui
bahwa salah satu penyebab pesan sulit diingat Penutup
karena penggunaan ilustrasi gambar yang bu-
kan menggunakan gambar asli. Foto berfungsi Secara keseluruhan, sebagian besar pengun-
untuk meningkatkan motivasi dan minat, jung tertarik dan paham pada poster hipertensi.
mengembangkan kemampuan berbahasa, dan Poster hipertensi versi bahasa Sunda dapat
membatu menafsirkan dan mengingat isi pesan diterima sebagai media promosi kesehatan
yang berkenaan dengan foto-foto tersebut. oleh pengunjung Puskesmas Talaga yang mem-
Pengunjung memahami dan mengerti punyai minat pada disain dan isi pesan dalam
pesan karena pengunaan bahasa Sunda. Dalam poster hipertensi. Informan tertarik pada warna
penelitian sebelumnya ditunjukkan peranan poster yang cerah, yaitu kombinasi warna hijau,
suatu budaya dan bahasa dalam hubungan- kuning dan merah, ukuran huruf dapat dibaca
nya dengan keselamatan pasien (Johnstone & dengan bentuk sederhana, gambar yang jelas,
Kanitsaki, 2006). Bahasa daerah dikatakan juga dan dekat dengan keseharian mereka dengan
dialek merupakan versi bahasa yang punya ciri layout yang sederhana. Dilihat dari isi pesan,
khusus dan mudah dikenal secara sosial atau informan tertarik karena tema hipertensi yang
regional yang mempunyai kontruksi kalimat, disampaikan sederhana dengan penggunaan
kosa kata, dan pengucapan dengan pola unik kata, kalimat dan bahasa sehari-hari. Lokasi
dan khas. Bahasa mempunyai peranan yang yang strategis, tempat yang cukup memadai
penting dalam suatu komunikasi dan mem- serta posisi pemasangan poster yang dapat
bantu dalam memahami suatu hal. terlihat oleh indra penglihatan, lebih menarik
Setiap orang akan mempunyai kemam- minat baca pengunjung puskesmas. Pesan
puan yang berbeda dalam menerima sebuah dapat dipahami karena teks didukung dengan
pesan. Dalam teori ELM digambarkan bahwa gambar yang jelas, bahasa yang digunakan
pesan atau sebuah informasi akan dapat diterima bahasa Sunda, penggunaan kata dan kalimat
tergantung dari motivasi yang dimiliki setiap yang pendek dan tidak mempunyai arti lain.
orang dan kemampuannya untuk dapat mem- Isi pesan yang sederhana, dapat dipahami oleh
proses dan memaknai pesan tersebut (Wilson, pengunjung secara lebih baik.
7
Icca Stella Amalia / KEMAS 9 (1) (2013) 1-8