Makalah Pertumbuhan Bayi Dan Balita (KL 3)
Makalah Pertumbuhan Bayi Dan Balita (KL 3)
KELOMPOK 3
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah mata kuliah Kebidanan Berbasis Bukti dengan judul
Tumbung Kembang pada bayi dan balita dapat terselesaikan dengan tepat waktu. .
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang
terhormat Ibu Hellen Febriyanti, S.ST., M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komplementer pada Persalinan dan BBL yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan serta bantuan yang telah diberikan oleh beliau selama penulisan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang Metode dan Teknik Relaksasi dalam Asuhan Intranatal dan
BBL Terapi Dzikir dan Doa ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal termasuk gigi
dan mulutnya memerlukan dukungan nutrisi yang cukup dengan
memperhatikan cara mengkonsumsi, jenis makanan dan waktu
pemberiannya karena semua ini akan berpengaruh pada perkembangan
kebersihan mulut dan kemungkinan timbulnya karies gigi (Marhamiah dan
Muliaty, 2002).
Penyakit gigi dan mulut adalah suatu penyakit yang tidak
kalah pentingnya dengan penyakit lain yang menyerang anak-anak. Penyakit
gigi dan mulut yang paling banyak terjadi pada anak-anak khususnya anak
usia sekolah adalah karies gigi (Zelvya, 2003).
Karies gigi atau gigi
berlubang adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan
terjadinya demineralisasi bagian anorganik dan penghancuran dari subtansi
organik yang dapat menyebabkan rasa nyeri.
Penyakit karies gigi bersifat
progresif serta akumulatif, berarti apabila ada kelainan yang tidak diobati
semakin lama semakin bertambah parah, dan gigi yang sudah terkena tidak
dapat kembali normal dengan sendirinya. (Beck, 2000)
fase pertumbuhan gigi sulung dan gigi permanen akan mempengaruhi
mikrostruktur kedua jenis gigi tersebut dan akan menentukan sifat gigi
tersebut, mudah diserang atau tahan terhadap karies gigi. Sejak gigi erupsi
sampai gigi tersebut tanggal, semua permukaan gigi yang terbuka
mempunyai risiko terserang karies (Ford, 1993).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karies gigi dapat
diartikan sebagai suatu proses patologi pasca erupsi yang terlokalisasi.
Proses ini dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak dan
pada akhirnya menyebabkan karies. Karies gigi disebabkan oleh bakteria,
penjamu, diet, dan waktu. Terjadinya karies gigi disebabkan karena sinergi
dari bakteria, penjamu, dan diet yang juga didukung oleh waktu (Bahar,
2011).
Makanan yang banyak mengandung gula biasanya dikonsumsi anak
antara lain adalah permen, jeli, biskuit, coklat, donat, soda, dan es krim. AHA
(American Heart Association) menemukan bahwa konsumsi gula yang tinggi
terjadi pada anak, yaitu anak usia 1-3 tahun mengkonsumsi gula 12 sendok
teh perhari per hari dan anak usia 4-8 tahun mengkonsumsi gula 21 sendok
teh perhari perhari. Devi (2012) mengungkapkan bahwa kelebihan konsumsi
gula dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi, diabetes, obesitas, dan
jantung koroner. Karies gigi adalah penyakit yang berasal dari mikroba
dimana karbohidrat pangan di fermentasi oleh bakteri pembentuk asam yang
menyebabkan demineralisasi gigi. Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak
usia sekolah di seluruh dunia menderita karies. Hasil Riskesdas 2007
prevalensi anak usia diatas 10 tahun mengkonsumsi makanan manis
sebanyak 68,1%.
Sundoro (2005) mengungkapkan bahwa anak sekolah sangat dekat
dengan makanan kariogenik. Kudapan yang manis terutama di antara waktu
makan sangat berpengaruh pada timbulnya karies. Makanan kecil sangat
mudah diperoleh dalam kemasan yang menarik, tetapi umumnya makanan
kariogenik dijajakan dengan bantuan iklan yang menggoda, menyebabkan
anak-anak lebih tertarik. Makanan kariogenik sangat dipengaruhi kandungan
gula sukrosa yang paling tinggi tingkat kariogenitasnya. Kariogenitas
makanan diukur dengan penurunan pH plak sesudah makanan yang
dikonsumsi. Hidayanti (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan keparahan
karies gigi pada anak. Sumiarti (2007) dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian
penyakit karies gigi. Siagian dan Barus (2008) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara konsumsi jajanan
dengan karies gigi.
Menurut Junaidi (2007), keparahan karies gigi menyebabkan asupan
makanan anak berkurang dan bila hal ini berlangsung lama akan
berpengaruh terhadap status gizi anak. Budiyanto (2002), mengungkapkan
bahwa gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan
oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu
(Budiyanto,2002).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan perkembangan
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel
diseluruh bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh (Depkes RI).
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana
menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan
baik (Sutjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah perubahan strukitur maupun fungsi berupa perkembangan
fisik maupun psikis (Bjorklund dan Bjorkund, 1992 dalam Abin Syamsudin
Makmun, 1996).
c. Pola pertumbuhan dan perkembangan
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada
anak.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang
daur kehidupan dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan
merupakan perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubhan ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun idividu. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram / kilogram), satuan
panjang (cm, m), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen dalam tubuh). Sedangkan perkembnagan (development) adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu perubahan ukuran, proporsi,
hilnagnya ciri-ciri lama serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-
masing organ juga mempuyai pola pertumbuhan yang berbeda.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.
Perkembangan merupakan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan
fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa.
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang,
berguling dari terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
- Usia 4 – 8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada
pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan
sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan
kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan
badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki
dengan lengan berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari
terlentang dan tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu
yang singkat.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri.
c. Masa anak (1 – 2 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar
secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan
berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga
dengan cara 1 tangan dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
d. Masa pra sekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama satu sampai lima detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan
(Wong, 2000).
a) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi
atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa,
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta
menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata
“papa” dan “mama” yang belom spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu
samapai dua kata.
3) Perkembangan perilaku atau adaptasi sosial
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan membalas
senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang
aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada
orang yang tak dikenal (asing).
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa
takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain
dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan
kaki jika sedang kesal.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau
lainnya dengan orang lain.
6. Deteksi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometrik meliputi :
a) Berat badan
Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh (tulang, otot, lemak, cairan tubuh) sehingga akan diketahui
status gizi anak atau tumbuh kembang anak. Berat Badan (BB) dapat juga
dipakai dalam perhitungan dosis obat. Penilaian berat badan berdasarkan
umur menurut World Health Organitation (WHO) dengan baku National
Centers For Health Statistics (NCHS) yaitu menggunakan persentil
sebagai berikut : persentil ke SD – 3 dikatakan normal, sedangkan
persentil ≤ 3 termasuk kategori malnutrisi. Penilaian berat badan
berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan persentase
dari median sebagai berikut : 80 – 100% dikatakan normal, sedangkan <
80% dikatakan malnutrisi akut (tresting). Penilaian berat badan
berdasarkan tinggi badan menurut NCHS yaitu menggunakan persentil
sebagai berikut : persentil ke 75 – 25 dikatakan normal, persentil 10 - 5
malnutrisi sedang dan persentil < 5 dikatakan malnutrisi berat. Selain
pengguanaan standar baku NCHS juga dapat digunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS).
Tabel 1.
Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart
Baku Antropometeri WHO-NCHS
Sebutan Status
No Batas Pengelompokan
Indeks yang dipakai Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Tabel 2.
Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.
Umur 10 hari : BBL
Umur 5 balan : 2 x BBL
Umur 1 tahun : 3 x BBL
Umur 2 tahun : 4 x BBL
Pra sekolah : meningkat 2 kg/tahun
Adolecent : meningkat 3-3,5 kg/tahun
Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan
Trimester I : 700-1000 gram/bulan
Trimester II : 500-600 gram/bulan
Trimester III : 350-450 gram/bulan
Trimester IV : 250-350 gram/bulan
Perkiraan BB dalam kilogram
umur (bulan) + 9
Usia 3 - 12 bulan :
2
Usia 1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8
umur (tahun) + 7- 5
Usia 6 - 12 tahun :
2
b) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping
faktor genetik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam
menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian TB
berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS yaitu dengan cara
presentase dari median dengan penilaian ; ≥ 90% dikatakan normal, <
90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal). TB meningkat sampai tinggi
maksimal dicapai, meningkat pesat pada usia bayi dan adolecent dan
berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
TB dapat diperkirakan sebagai berikut :
Umur 1 tahun = 1,5 x TB lahir
Umur 4 tahn = 2 x TB lahir
Umur 6 tahun = 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun = 3 x TB lahir
Dewasa = 3,5 x TB lahir atau (2 x TB umur 2 tahun)
Atau dengan rumus Behrman,
Lahir = 50 cm
Umur 1 tahun = 75 cm
Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Atau berdasarkan potensi genetik TB akhir :
( TB ayah – 13 cm ) + (TB Ibu)
Wanita= ± 8,5 cm
2
( TB ibu + 13 cm ) + (TB Ayah)
Pria= ± 8,5 cm
2
Tabel 3.
Tinggi Badan Rata-rata Umur 0-5 Tahun
Tinggi (Cm)
Umur
Standar 80% Standar
Lahir 50.5 40.5
0 – 1 Bulan 55.0 43.5
2 Bulan 58.0 46.0
3 Bulan 60.0 48.0
4 Bulan 62.5 49.5
5 Bulan 64.5 51.0
6 Bulan 66.0 52.5
7 Bulan 67.5 54.0
8 Bulan 69.0 55.5
9 Bulan 70.5 56.5
10 Bulan 72.0 57.5
11 Bulan 73.5 58.5
12 Bulan 74.5 60.0
1 tahun 3 Bulan 78.0 62.5
6 Bulan 81.5 65.0
9 Bulan 84.5 67.5
2 tahun 0 Bulan 87.0 69.5
3 Bulan 89.5 71.5
6 Bulan 92.0 73.5
9 Bulan 94.0 75.0
3 tahun 0 Bulan 96.0 77.0
3 Bulan 98.0 78.5
6 Bulan 99.5 79.5
9 Bulan 101.5 81.5
4 tahun 0 Bulan 103.5
3 Bulan 105.0 82.585.5
6 Bulan 107.0 86.5
9 Bulan 108.0
5 tahun 0 Bulan 109.0 87.0
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
c) Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat
dilihat apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan
adanya retardasi mental, sebaliknya apabila otaknya besar (volume kepala
meningkat) akibat penyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
Peningkatan volume
6 – 9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
Lahir – 6 bulan = 2 gram/24 jam
6 bulan – 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
3 – 6 tahun = 0,15 gram/24 jam
d) Pengukuran lingkar lengan atas
Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini
banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibanding
dengan BB. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada
anak usia pra sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Dengan mengucap syukur Alhamdulillairobbil‟alamin kepada
Allah SWT yang telah member rahmat-Nya, sehingga makalah ini terselesaikan
sesuai ketentuan berlaku.Walaupun demikian penulis menyadari
masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman.Oleh karena itu, kritik dan sarannya yang bersifat kontruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan.Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis haturkan maaf dan kepada Allah SWT mohon
ampun.
B. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan
perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang daur
kehidupan dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan
perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubhan ukuran, besar, jumlah atau
dimensi pada tingkat sel, organ maupun idividu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram / kilogram), satuan panjang (cm, m),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Sedangkan perkembnagan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu perubahan ukuran, proporsi, hilnagnya
ciri-ciri lama serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-
masing organ juga mempuyai pola pertumbuhan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D (2013). Tumbuh kembang & terapi bermain anak. Jakarta : Salemba Medika.
Apriastuti, D.A. (2013). Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan.Vol. 4. No. 1 Juni 2013, hal
1-14. Aquarisnawati, P., Dewi, M., & Windah, R. (2011). Motorik Halus Pada Anak Usia
Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt. Jurnal INSAN, Vol. 13 No. 03, Desember 2011, hal
149-156. Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Hidayat, A.A (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health
Book Publishing. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data : Contoh
Aplikasi Study Kasus. Jakarta : Salemba Medika. Jayanti, W.A. (2014). Perbedaan
Kemampuan Motorik Halus melalui Menggambar Anak yang Mengikuti Playgroup dan Anak
yang tidak Mengikuti Playgroup pada Anak Kelompok A, di TK Siti Masyithoh Diwek
Jombang. Jurnal PAUD Teratai, Vol. 3 No 1 Januari 2014, hal : 1-5.
Kusumaningtyas, K & Sri, W. (2016). Faktor Pendapatan dan Pendidikan Keluarga Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Anak usia 3-4 tahun. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, Vol. VII No. 1 Januari 2016, hal 53-59. Kyle, T.,& Susan, C (2014).