Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH ILMU DISIPLIN ISLAM (IDI)

“AIR LIUR DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

DISUSUN OLEH:

DEVINA SHEVA FEISA (31102200015)

FITRI ANDRIANI (31102200038)


GALUH NINGTYAS PRAMESTI (31102200055)

IQBAL DANU AJI SAPUTRA (31102200064)


KANANTA KRIS ANANDA (31102200079)

KERINA HANIFAH MURDIANTO (31102200093)


MUHAMMAD THORIQ ATSA (31102200106)
NAJWA AULIA (31102200115)
NAJWA MIDA (31102200120)
NUR RAHMA HELMINA HIKMAH (31102200131)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN


AGUNG SEMARANG

2022/202
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................5

2.1 Saliva...............................................................................................................5

2.2 Kesehatan dalam islam ...................................................................................6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................10

3.2 Saran .............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,
sehat secara jasmani dan rohani. Kesehatan merupakan salah satu hak asasi
yang fundamental bagi setiap penduduk. Seperti tercantum dalam konstitusi
organisasi kesehatan sedunia WHO (World Health Organization), bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Menurut Depkes RI (2007)
kesehatan sangat penting bagi kehidupan sehingga kesehatan harus dijaga dan
dilindungi dari berbagai ancaman penyakit serta masalah kesehatan lainnya
(Nuraini et al., 2023).

Kesehatan gigi dan mulut adalah sangat penting karena gigi dan gusi
yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan
dan dapat mengganggu Kesehatan tubuh lainnya. Mulut merupakan suatu tempat
yang sangat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan
sempurna, sisa makanan yang terselip Bersama bakteri akan bertambah banyak dan
membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket dan tidak
berwarna (Hanif et al., 2022).

Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan gigi dan


mulut dapat berupa faktor yang berasal dari diri sendiri, faktor keluarga dan faktor
lingkungan. Faktor dari diri sendiri terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan dan status ekonomi. Faktor keluarga yang dimaksud
seperti dukungan keluarga, status ekonomi keluarga dan perilaku masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedangkan faktor lingkungan terdiri dari
keadaan budaya dan faktor pelayanan kesehatan gigi (Pili et al., 2020).

Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak


dengan mukosa dan gigi, berasal dari dua pasang kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor pada mukosa oral (Soeryani et al., 2020).
Dalam pandangan Islam, segala anugerah dari Allah SWT yang diberikan
kepada manusia harus disyukuri dengan dimanfaatkan sebaik-baiknya dan
digunakan untuk kemaslahatan kehidupan manusia, begitu juga dengan menjaga
kesehatan dan kesucian (Helmy, 2020). Imam Asy-Syathibi dalam Kitabnya Fi
Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam ialah untuk
menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam
melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut, maka menjaga kesehatan
serta kesucian memegang perananan yang sangat penting.

Islam mengajarkan agar setiap mukmin memilih pola hidup sederhana


dalam segala hal, termasuk juga dalam masalah ibadah (Hadi, 2020). Dalam
Islam tidak dibenarkan mencampakkan urusan dunia untuk kepentingan akhirat
atau sebaliknya, karena dalam persepsi Islam ada korelasi kuat antara kehidupan
dunia dan kehidupan akhirat. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan
salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu
masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak
banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat
berperan dalam menunjang kesehatan seseorang (Firdaus et al., 2023).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut “Adakah hubungan antara saliva dengan beribadah kepada tuhan?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan saliva dalam beribadah kepada tuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saliva
Saliva adalah suatu cairan di rongga mulut yang diproduksi oleh tiga
kelenjar saliva utama, yaitu, kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingual serta
kelenjar minor yang ada pada mukosa oral (Hall, 2019). Ini adalah cairan yang
sangat encer, terdiri dari air, berbagai elektrolit termasuk natrium, kalium, kalsium,
magnesium, bikarbonat, dan fosfat (Prasada L & Manzoor ul haq Bukhari, 2020).
Normalnya, dalam sehari jumlah saliva yang disekresikan berkisar antara 600
sampai 1.500 mL dan mempunyai derajat keasaman antara 6,7 – 7,4.

Seluruh saliva adalah bio-campuran, yang secara fisiologis mengandung


cairan sulkus, sel epitel mulut yang terkelupas, dan mikroorganisme, dan mungkin
mengandung darah, pernapasan sekresi, asam lambung dari refluks, dan sisa
makanan secara patologis (Xu et al., 2020).

Air liur adalah cairan biologis yang disekresikan oleh kelenjar ludah
mayor dan minor. Kelenjar ludah utama adalah kelenjar parotid, submandibular,
dan sublingual. Kelenjar ludah minor tersebar luas di seluruh rongga mulut. Air liur
memberikan pelumasan; memfasilitasi pengunyahan, pencernaan, dan mencicipi;
itu memiliki sifat antimikroba; dan berfungsi sebagai buffer untuk makanan asam.
Selain itu, air liur menghambat demineralisasi gigi dan melindungi dari karies
(Martina et al., 2020).

Immunoglobulin A (IgA) adalah jenis antibodi yang terutama berfungsi


dalam kekebalan mukosa sistem dan berfungsi sebagai garis pertahanan pertama
dalam melindungi rongga mulut dan saluran pernapasan bagian atas . Karena sel
plasma di kelenjar ludah menghasilkan IgA, maka terdapat sejumlah besar IgA di
dalam air liur. Mekanisme molekuler sekresi IgA saliva telah dipelajari secara rinci.
Secara singkat, monomer dari IgA membentuk IgA dimerik (dIgA) melalui rantai J
(Matsuzaki et al., 2020).
Saliva berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan
rongga mulut seperti homeostasis, pembentukan pellikel, adhesi bakteri,
pembentukan kristal hidroksi apatit, pembentukan plak, dan berfungsi sebagai
pelumas dalam menjaga integritas permukaan mukosa mulut dan bagian atas
gastrointestinal (Tjahajawati et al., 2021).

Saliva juga mengandung protein, karbohidrat, lipid, dan ion yang saling
berinteraksi untuk pertahanan fisiko-kimia, antimikroba, dan penyembuhan luka.
Keseimbangan tersebut dapat terganggu dan menyebabkan penyakit rongga mulut
apabila terdapat perubahan atau kelainan lokal maupun sistemik pada tubuh.
Kondisi tubuh yang dapat menginduksi perubahan komposisi saliva diantaranya
kehamilan, kebiasaan merokok, menopause, diabetes mellitus dan hipertensi. Jika
terjadi sakit dapat menimbulkan penyakit lain dan mengganggu ibadah kepada
Allah (Septianingrum et al., 2023).

2.2 Kesehatan dalam islam


Kesehatan begitu penting sehingga tidak cuma dibahas dalam ilmu
kesehatan itu sendiri tetapi agama dalam hal ini Islam cukup jelas memberikan
pengajaran bagaiman menjaga kesehatan sebagai mana yang di contohkan
Rasulullah saw (Rozi et al., 2021). Sebagai taulada bagi ummat manusia secara
umum dan ummat Islam secara khusus, baik yang berkaitan dengan kesehatan
jasmani maupun kesehatan rohani. Islam merupakan agama yang sangat kompleks
dan sempurna karena mengurus segala hal taat terkecuali bidang kesehatan,
berbeda dengan agama yang datang sebelumnya. Islam sangat memperhatikan
kondisi kesehatan sehingga dalam al-Qur’an dan hadis ditemui banyak referensi
tentang sehat. Pentingnya kesehatan karena merupakan salah satu faktor penentu
seseorang dalam kehidupan. Sebagaimana ungkapan menyatakan bahwa sehat
mahal harganya (Nawir, 2022).
Kesehatan mulut adalah indikator penting dari kesehatan, kesejahteraan,
dan kualitas hidup secara keseluruhan. Menurut World Health Organization
(WHO), kesehatan mulut adalah keadaan bebas dari nyeri mulut, penyakit, dan
gangguan pada mulut yang membatasi kemampuan seseorang untuk menggigit,
mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (Zahara, 2022).

Jika saliva tidak ada atau jumlahnya menurun drastis dan berhenti
melindungi gigi maka akan terjadi hal yang buruk antara lain berkurangnya
aktivitas pembersihan bakteri dan bekas makanan dari mulut, berkurangnya buffer
karena perubahan asam mulut, hingga aktivitas mulut menjadi semakin asam
(Marlindayanti et al., 2022). Kemampuan jaringan yang menurun menjadikan
resiko terjadinya penurunan kadar laju aliran saliva. Parameter yang dapat
menentukan kadar normal, tinggi, atau rendahnya sekresi aliran saliva adalah
pengukuran laju aliran saliva.

Salah satu penyebab penyakit gigi dan mulut adalah adanya interaksi dari
gigi dan saliva sehingga terjadi demineralisasi permukaan email. Enzim dari air
ludah seperti amylase, maltose akan merubah polisakarida menjadi glukosa dan
maltose. Glukosa akan menguraikan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme terutama lactobacillus dan streptococcus akan menghasilkan asam
susu dan asam laktat, maka pH rendah dari asam susu (pH 5,5) akan merusak
bahan-bahan organik dari email sehingga terbentuk lubang gigi atau karies

Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan adalah karies gigi
dan penyakit periodontal. World Health Organization (WHO) 2017 menerangkan
bahwa karies gigi di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75%-90% terserang
karies gigi di seluruh dunia 60-90% anak mengalami karies gigi. Prevalensi karies
terus menurun di negara maju sedangkan di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia ada kecenderungan kenaikan (Zulkarnain & Idrus, 2022). Tidak banyak
orang menyadari bahwasanya sakit gigi bisa memicu timbulnya penyakit lain yang
berbahaya, dan inipun sangat berpengaruh pada Ibadah kita pada Allah Yang Maha
Esa. Karena, hakikatnya manusia tidak dapat beribadah secara maksimal apabila
terkendala oleh masalah kesehatan, oleh karena itu kesehatan merupakan suatu hal
yang sangatlah penting untuk mendapat perhatian.

Padahal, sebenarnya banyak aktivitas sehari-hari yang bisa meningkatkan


kesehatan gigi dan mulut jika dilakukan secara rutin dan dengan cara yang tepat.
Aktivitas wudhu, misalnya, ia sebut dapat meningkatkan pH. Semakin tinggi pH
maka semakin tinggi aliran alir saliva dan semakin tinggi pula kadar kortisol,
namun masih dalam batas yang normal. Saliva yang mencukupi, jelasnya, dapat
melubrikasi atau melumasi gigi geligi, memberikan aktivitas anti bakteri, dan
pengaruh lainnya.

Seseorang ketika hendak menghadap kepada Tuhannya harus bersih


dari segala kotoran jasmaniah maupun rohaniah, dari sisi jasmani,
membersihkan mulut dari baubau yang tidak sedap dapat dilakukan dengan cara
menyikat gigi. Beberapa cara membersihkan diri yaitu salah satunya dengan
menyikat gigi atau bersiwak. Bersiwak atau siwak adalah suatu perbuatan bagi
membersihkan mulut dan gigi. Sunah bersiwak pada masa yang paling dituntut
ialah setelah bangun dari tidur, ketika hendak mendirikan solat, ketika hendak
membaca Al-Quran, selepas makan dan ketika berubah bau mulut. Bersiwak
termasuk dari bersuci.Cara perlaksanaan bersiwak hendaklah dengan tangan kanan
dan dimulakan dengan menggosok bahagian kanan gigi, setelah itu bahagian yang
kiri. Seterusnya dilakukan atas langit-langit mulut dengan perlahan-lahan serta ke
atas gusi dan gigi. Dengan demikian seseorang yang menghadap kepada Allah
pada waktu melakukan shalat tetap dalam keadaan bersih secara lahir dan
bathin (Septianingrum et al., 2023).

Islam menyadari bahwa mulut merupakan pintu masuk berbagai penyakit


yang bersumber dari makanan yang kita makan setiap hari. Gigi dan mulut adalah
awal mula segala pencernaan. Saliva sangat berpengaruh dalam mencegah karies.
Hal ini berhubungan dengam fungsi saliva sebagai cairan pembersih mulut.
Kekurangan saliva akan menimbulkan tingginya plak dalam mulut (Priyambodo &
Liasari, 2021). Tingkat keasaman (pH) saliva berpengaruh timbulnya lubang gigi.
Upaya untuk menghindari terjadinya masalah gigi dan mulut maka dilakukan
pembersihan rutin secara mandiri diantaranya dengan sikat gigi dan berkumur
dengan teratur dan benar. Berkumur dapat menggunkan larutan air mineral atau
obat kumur.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terdapat hal-hal yang menunjukan konsentrasi Islam dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut, Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan
keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bukan cuma untuk mencegah
sakit gigi ataupun bau nafas yang kurang sedap, melainkan lebih dari itu,
kebersihan merupakan ajaran agama Islam.

3.2 Saran
Penyuluhan kesehatan gigi sebaiknya diberikan juga pada siapapun baik
ustadz dan ustadzah sehingga dapat menjadi perpanjangan tangan petugas
kesehatan untuk selalu memberi motivasi pada santri dalam berperilaku bersih dan
sehat. Para ustadz/ustadzah dalam menjelaskan tentang sunah/hadits atau ayat-ayat
dalam al-Quran yang ada hubungannya dengan kebersihan dan kesehatan sekaligus
dapat menjelaskan tentang akibat yang terjadi apabila mengabaikannya.
Diharapkan bila pengetahuan diberikan oleh orang yang mereka teladani akan
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan akan meningkatkan kesadaran
santri akan manfaat dari ayat-ayat tersebut dan akan terwujud dalam perilaku santri
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, I. A., Azwa, N. N., Adinda, N. P., & Amperawati, M. (2023). Konsep Dan
Praktek Kesehatan Gigi Dalam Pandangan Islam. JIS: Journal Islamic Studies,
1(2), 228–234.

Hadi, A. (2020). Konsep Dan Praktek Kesehatan Berbasis Ajaran Islam. Al-Risalah:
Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 11(2), 53–70.

Hall, J. E. (2019). Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Elsevier Health
Sciences.

Hanif, F., Negara, I. N. S., & Astuti, N. K. R. (2022). Animasi 2d sebagai Media
Edukasi Kesehatan Gigi Anak di PT. Pilar Kreatif Teknologi di Denpasar.
Amarasi: Jurnal Desain Komunikasi Visual, 3(02), 132–142.

Helmy, M. I. (2020). Cermin Muslim: Petikan Hikmah Bekal Pribadi Muslim.


Maghza Pustaka.

Marlindayanti, S. P., Hanum, N. A., Ismalayani, S. K. M., & Heriyanto, Y. (2022).


Manajemen Pencegahan Karies. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.

Martina, E., Campanati, A., Diotallevi, F., & Offidani, A. (2020). Saliva and Oral
Diseases. Journal of Clinical Medicine, 9(2), 466.
https://doi.org/10.3390/jcm9020466

Matsuzaki, K., Sugimoto, N., Islam, R., Hossain, M. E., Sumiyoshi, E., Katakura, M.,
& Shido, O. (2020). Salivary Immunoglobulin A Secretion and Polymeric Ig
Receptor Expression in the Submandibular Glands Are Enhanced in Heat-
Acclimated Rats. International Journal of Molecular Sciences, 21(3), 815.
https://doi.org/10.3390/ijms21030815

Nawir, Y. (2022). Hakikat Kesehatan Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Islamic


Resources, 19(2), 169–183.
Nuraini, N. S., Asari, F. A., Nur’Aini, R., & Habibah, S. S. (2023). Pengaruh Puasa
Terhadap Kesehatan Tubuh Dan Mental Dalam Islam. JIS: Journal Islamic
Studies, 1(2), 235–241.

Pili, Y., Utami, P. A. S., & Yanti, N. L. P. E. (2020). Faktor–faktor yang Berhubungan
dengan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Lansia. Jurnal Ners Widya Husada,
5(3), 95–104.

Prasada L, K., & Manzoor ul haq Bukhari, S. (2020). Effect of hypertension on


salivary pH, salivary flow and buffering capacity: An in-vivo study. IP Indian
Journal of Conservative and Endodontics, 4(4), 131–136.
https://doi.org/10.18231/j.ijce.2019.031

Priyambodo, R. A., & Liasari, I. (2021). PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA


BERKUMUR SEDUHAN TEH CELUP DAN TEH TUBRUK PADA
MASYARAKAT DESA TOMPOBULU KECAMATAN RUMBIA
KABUPATEN JENEPONTO. Media Kesehatan Gigi: Politeknik Kesehatan
Makassar, 19(2).

Rozi, F., Baharun, H., & Badriyah, N. (2021). Representasi Nilai-Nilai Karakter
Sebagai Role Model dalam Film “Arbain”: Sebuah Analisis Semiotik. Tadris:
Jurnal Pendidikan Islam, 16(2), 436–452.

Septianingrum, E. A., Azzahra, S. S., Yasin, F., & Utami, N. K. (2023). Pandangan
Islam Terhadap Anjuran Pemeliharaan Kesehatan Gigi Serta Larangan Mengikir
Gigi. JIS: Journal Islamic Studies, 1(2), 222–227.

Soeryani, Rd. W., Nurrochman, A., Nurwanti, W., & Khoirunisa, S. T. (2020).
PERUBAHAN pH SALIVA SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI
MAKANAN KARIOGENIK. JDHT Journal of Dental Hygiene and Therapy,
1(2), 31–34. https://doi.org/10.36082/jdht.v1i2.141
Tjahajawati, S., Rafisa, A., Zubaedah, C., & Rikmasari, R. (2021). UPAYA
PENINGKATAN PENGETAHUAN WANITA MENGENAI KONDISI TUBUH
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT RONGGA MULUT
MELALUI PENYULUHAN. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk
Masyarakat, 10(3), 215–220.

Xu, R., Cui, B., Duan, X., Zhang, P., Zhou, X., & Yuan, Q. (2020). Saliva: potential
diagnostic value and transmission of 2019-nCoV. International Journal of Oral
Science, 12(1), 11. https://doi.org/10.1038/s41368-020-0080-z

Zahara, E. (2022). The Use of Distance Fences In Reducing Dental Pain in The
Community of the Bireuen District. Science Midwifery, 10(3), 2211–2214.
https://doi.org/10.35335/midwifery.v10i3.640

Zulkarnain, M., & Idrus, F. (2022). Gambaran Perilaku Pemeliharaan Kebersihan


Gigi dan Mulut pada Masyarakat di Kecamatan Limboto Barat Kabupaten
Gorontalo. Gorontalo Journal of Public Health, 5(2), 169–175.

Anda mungkin juga menyukai