Kelompok 8 (Dampak Lingkungan Fisik, Kimia Dan Biologi Terhadap Kesehatan Reproduksi)
Kelompok 8 (Dampak Lingkungan Fisik, Kimia Dan Biologi Terhadap Kesehatan Reproduksi)
DISUSUN OLEH :
JAKARTA 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi .................................................................................... 3
2.2 Dampak Lingkungan Fisik terhadap Kesehatan Reproduksi ........................................... 4
2.3 Dampak Lingkungan Kimia terhadap Kesehatan Reproduksi ......................................... 4
2.4 Dampak Lingkungan Biologi terhadap Kesehatan Reproduksi ....................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, sebagai
pencipta atas segala kehidupan yang kita lihat, kita dengar dan kita rasa yang
senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Dampak Lingkungan Fisik, Kimia
dan Biologi terhadap Kesehatan Reproduksi”
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah
Dasar Kesehatan Reproduksi yang di ampu oleh bapak Ari Setyawan S. Fil I., MBA
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
masih dalam tahap belajar. Kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Demikianlah tugas ini kami susun, dengan segala kerendahan hati, saran –
saran dan kritik yang kontruktif dan membangun sangat kami harapkan dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengandung paparan bahan kimia di suatu tempat Paparan bahan kimia tersebut dapat
menyebabkan efek kesehatan yang merugikan baik akut maupun jangka panjang salah satunya
terkait kesehatan reproduksi. Lingkungan biologi ialah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia yang berupa organisme hidup lainnya selain dari manusia sendiri, binatang,
tumbuhan-tumbuhan, jasad renik (plankton), dan lain-lain (Aminatun, nd).
Menurut CDC, 2009 hazard reproduksi dapat berasal dari agen fisik maupun agen
kimia. Agen fisik diantaranya yaitu radiasi pengion, nonionizing radiasi, Terminal Visual
Display (TVD), pekerjaan fsik, panas dan kebisingan. Agen kimia diantaranya yaitu Bisphenol
A, phthalates, senyawa perfluorinated dan cadmium. CDC (2009) menyatakan bahwa adanya
paparan bahan kimia ini pada tubuh seseorang akan menyebabkan efek yang merugikan pada
kesehatan reproduksi. Penyelidikan terbaru menunjukkan bahwa dari paparan bahan kimia
tingkat yang lebih tinggi dapat mengganggu endokrin, kaitannya dengan efek buruk pada
tindakan reproduksi dan kelahiran termasuk mengurangi kualitas sperma pada pria, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan perubahan perilaku anak (CDC, 2009). Bahan kimia
berbahaya ini dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui mulut tanpa sengaja (terhirup),
kontak dengan kulit maupun dari konsumsi makanan yang telah terpapar bahan kimia tersebut.
Beberapa bahan kimia memiliki dampak yang sangat merugikan bagi pria, diantaranya
infertilitas dan lain sebagainya. Oleh karena dampak yang ditimbulkan dari lingkungan-
lingkungan diatas, penulis ingin mengulas terkait dampak lingkungan fisik, kimia dan biologi
terhadap kesehatan reproduksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Dampak Lingkungan Fisik terhadap Kesehatan Reproduksi
Lingkungan fisik adalah faktor eskternal berupa konsumen benda mati. Komponen
tersebut meliputi kelembapan, cuaca, iklim, getaran dan lain sebagainya. Lingkungan
fisik berinteraksi terhadap manusia secara konstan dan berlangsung sepanjang waktu.
Ada beberapa dampak lingkungan fisik tersebut terhadap kesehatan reproduksi yakni:
1. Getaran yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dapat menyebabkan masalah
pada organ reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada organ reproduksi
dan gangguan pada proses kehamilan yang ada. Studi referensi menyatakan bahwa
Getaran tersebut dapat menyebabkan posisi uterus yang tidak normal dan abortus
(Martiana dan Firman, 2020).
2. Perubahan iklim berpengaruh pada frekuensi abortus dan kelahiran prematur yang
kejadiannya adalah 20,6 per 1.000 kelahiran hidup dan 6,7 dari 100 kelahiran.
Bencana kekeringan juga berpengaruh pada kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR)
di Bangladesh dan Malawi dengan penurunan sekitar 88,5 gram. Sementara cuaca
ekstrim seperti badai Hurricane juga berpengaruh pada BBLR, kelahiran prematur,
fetal distress, fetal death, dan post traumatic stress disorder (PTSD) (Azizah, 2022).
3. Radiasi pengion: Baik pria dan wanita diyakini rentan terhadap efek kesehatan
reproduksi dari radiasi pengion. Untuk pria testis adalah target sedangkan untuk
perempuan itu adalah anak yang belum lahir (Anggara, 2020).
4. Pekerjaan fisik: Pekerjaan di luar rumah tidak otomatis meningkatkan risiko
kehamilan yang buruk. Namun, pekerjaan berat dapat menempatkan beberapa wanita
pada risiko tinggi untuk prematur pada tenaga kerja (Anggara, 2020).
5. Kebisingan: Suara mudah menular ke janin. Penelitian terhadap hewan menunjukkan
bahwa suara keras frekuensi tinggi atau rendah meningkatkan risiko kematian janin
dan gangguan pertumbuhan (Anggara, 2020).
4
yang menunjukkan bahwa paparan bahan kimia mengganggu endokrin umumnya seperti
berikut (Sari, 2018):
1. Bisphenol A (BPA)
BPA (Bisphenol A) dapat ditemukan dalam plastik polikarbonat dan beberapa
pelapis kaleng makanan dan minuman. Penelitian yang menghubungkan masa prenatal
dengan paparan BPA menunjukkan bahwa terjadi perubahan reproduksi permanen yang
kemudian dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan reproduksi, seperti infertilitas
dan masa pubertas lebih awal (Mouritsen, 2010).
BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak dan menyebabkan perubahan
spesifik pada perilaku. BPA dan xenoestrogen merupakan konstituen dari plastik
polikarbonat dan resinepoxy yang digunakan dalam kedokteran gigi dan di industri
makanan. Pada suhu tinggi obligasi polimer menghidrolisis dan melepaskan BPA. BPA
merupakan salah satu bahan kimia yang bertindak sebagai pengganggu endokrin. Selain
itu BPA juga sebagai pengganggu fungsi dan regulasi hormon normal. Bahan kimia ini
bekerja seperti hormon seks wanita, yaitu estrogen dan mengganggu hormon androgen.
Begitu juga dengan hormon reproduksi pada laki-laki dapat terganggu fungsinya sehingga
hormon yang diproduksi menjadi abnormal. Beberapa kasus yang terjadi paparan BPA
menyebabkan perubahan dalam perilaku gender secara spesifik. Dalam kasus ini, paparan
BPA mempengaruhi sistem reproduksi pada pekerja pria. Sebanyak 130 pekerja pria
dimungkinkan dapat mengalami infertilitas akibat penurunan jumlah sperma. Sebuah
penelitian di China menyatakan bahwa jumlah sperma pada pekerja yang terpajan BPA
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sperma pada pekerja yang tidak terpajan BPA.
Li et al (2009) menyatakan bahwa paparan BPA di tempat kerja dapat memiliki
efek buruk pria yaitu disfungsi seksual. Pekerja pria terpajan BPA memiliki risiko lebih
tinggi secara konsisten mengalami disfungsi seksual dan berkurangnya libido atau hasrat
seksual, kesulitan ereksi, kesulitan ejakulasi serta berkurangnya kepuasan seksual.
Semakin meningkat paparan BPA kumulatif, berpeluang memiliki risiko yang lebih
tinggi mengalami disfungsi seksual. Dibandingkan dengan pekerja tidak terpajan BPA,
pekerja terpajan BPA secara signifikan mengalami penurunan fungsi seksual dalam
waktu 1 tahun dengan frekuensi yang lebih tinggi. Mendiola (2008) menyatakan bahwa
munculnya efek bahan kimia terhadap sistem reproduksi pria bersifat kumulatif,
irreversible, dan tergantung lama paparannya. Selain itu, BPA berinteraksi dengan
5
reseptor estrogen, memiliki aktifitas antagonis reseptor hormon tiroid, dan target seluler
lainnya, serta berlaku sebagai antagonis reseptor androgen. BPA juga menghambat
aktifitas aromatase, enzim yang mengubah testosteron menjadi estradiol (Vandenberg, et
al., 2009).
2. Phthalates
Senyawa phthalate yang disebut di2ethylhexyl-phthalate (DEHP) juga merupakan
komponen industri yang diproduksi dalam jumlah tinggi dan merupakan 20% hingga 40%
dari volume plastik PVC yang diproduksi dalam industri plastik. Phthalate diduga
sebagai bahan kimia dengan efek gangguan endokrin (endocrine disrupting
chemical/EDC). Gangguan endokrin dapat terjadi pada proses produksi, sekresi,
transportasi, metabolism, ikatan reseptor, mediasi efek, dan ekskresi hormon alami yang
mengatur proses perkembangan dan mempertahankan keadaan endokrin yang setimbang
dalam tubuh (Kavlock, et al., 1996). Penelitian epidemiologi menunjukkan dengan kuat
dan konsisten bahwa paparan phthalate meningkatkan risiko alergi dan asma, berdampak
negatif pada perkembangan saraf anak, mengurangi maskulinitas pada anak laki-laki, dan
gangguan hiperaktifitas dengan defisit atensi. Selain itu, paparan phthalate juga
berhubungan dengan menurunnya kualitas sperma, mempengaruhi kadar hormon
reproduksi, jarak anogenitalia, dan fungsi kelenjar tiroid (Jurewicz, et al., 2011)
3. Senyawa Perfluorinated
Senyawa perfluorinated merupakan senyawa yang sulit terurai dan sangat
berbahaya sedangkan cadmium adalah salah satu jenis logam berat yang berbahaya.
Keduanya berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh (Palar, 2004).
Infertilitas menurut American Society For Reproductive Medicine adalah
ketidakmampuan dari pasangan untuk hamil setelah satu tahun melakukan hubungan
seksual dan tanpa menggunakan kontrasepsi. Faktor lingkungan baik itu lingkungan kerja
maupun non kerja sama-sama dapat berperan sebagai sumber paparan bahan berbahaya
yang dapat menyebabkan infertilitas. Lingkungan nonkerja yang terkait dengan
infertilitas diantaranya riwayat seksual penyakit menular, infeksi panggul, penurunan
berat badan yang besar, masalah hormonal, dan ibu lanjut usia. Pada tempat kerja, faktor
yang dapat menyebabkan infertilitas adalah bahan kimia yang menyebabkan kerusakan
testis.
6
4. Cadmium
Beberapa bahan kimia seperti dibromochloropropane (DBCP), timbal,
karbondisulfida, carbaryl, cadmium, chlordecone, panas, dan etilena dapat menyebabkan
infertilitas. Sebagian besar bahan kimia yang digunakan dalam industri, belum diuji
mengenai dampaknya terhadap fungsi reproduksi (Batstone, 2001 dalam Sari, 2018).
Cara untuk mengurangi risiko pekerja atau janin dalam rahim dari paparan bahan
berbahaya adalah dengan meminimalkan atau mencegah paparan bahan kimia yang
dicurigai berbahaya (Mendiola, 2008 dalam Sari, 2018 ). Selain itu ahan iritan yang
mengandung bahan kimia dapat meyebakan gangguan pada pekerja wanita jika masuk
melalui inhalasi, kontak dengan Kulit, atau masuk melalui saluran pencernaan. Zat iritan
tersebut dapat menggangu hormone yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan
kehamilan (Martiana dan Firman, 2020).
Menurut Batstone (2001), bahaya reproduksi dapat mempengaruhi sistem
reproduksi pria diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Jumlah Sperma
Berbagai hazard reproduksi dapat memperlambat produksi sperma.
Apabila produksi sperma terjadi secara lambat maka sperma yang dihasilkan sedikit
dan tidak optimal dalam membuahi sel telur. Selain itu, hazard reproduksi juga dapat
menyebabkan produksi sperma terhenti secara total sehingga terjadi kemandulan
permanen.
2. Bentuk Sperma
Hazard reproduksi dapat merubah bentuk dari sel sperma, sehingga sperma
akan kesulitan dan tidak memiliki kemampuan untuk membuahi sel telur.
3. Transfer Sperma
Bahan kimia berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, akan terkumpul pada
epididimis, vesikulaseminalis, atau prostat. Bahan kimia yang terkumpul ini dapat
membunuh sperma, menempel pada sperma ketika sperma keluar dan siap untuk
membuahi sel telur.
4. Kinerja Seksual
Perubahan jumlah hormon dapat mempengaruhi kinerja seksual. Beberapa
bahan kimia seperti alkohol, dapat mempengaruhi kemampuan untuk mencapai
ereksi, sedangkan bahan kimia yang lain dapat mempengaruhi gairah seks. Beberapa
7
obat (baik legal dan ilegal) memiliki efek pada kinerja seksual, tetapi efek bahaya
seperti ini sedikit ditemukan di tempat kerja.
5. Kromosom Sperma
Hazard reproduksi dapat mempengaruhi kromosom dalam sperma. Sperma
dan sel telur masing-masing menyumbangkan 23 kromosom pada saat pembuahan.
DNA yang tersimpan dalam kromosom ini sangat dibutuhkan dalam pembuahan sel
telur. Radiasi atau bahan kimia dapat menyebabkan perubahan dalam DNA. Jika
DNA sperma rusak, kemungkinan besar sperma tidak dapat membuahi sel telur.
8
Banyak faktor yang menjadi sebab dari penyakit-penyakit di atas, antara lain rendahnya
pengetahuan yang dimiliki masyarakat mengenai seksualitas (seks, kontrasepsi,
pregnancy, dan lain-lain), bahkan seringkali pengetahuan yang tidak lengkap itu juga
tidak benar, karena diperoleh dari sumber yang keliru, misalnya dari teman sebaya,
majalah-majalah porno, film-film biru, dan mitos yang beredar di masyarakat (Cahyo et
al., 2008).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI, 2015 adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Terdapat 3 macam lingkungan
yang dapat mempengaruhinya yakni lingkungan fisik, kimia dan biologi. Lingkungan
fisik. Masing-masing lingkungan tersebut memiliki dampak terhadap kesehatan
reproduksi seperti lingkungan fisik terdiri dari iklim yang ekstrim, paparan radiasi,
paparan kegataran dan lainnya. Lingkungan kimia seperti bahan-bahan kimia Phthalates,
BPA, Cadmium dan lainnya. Dan lingkungan biologi seperti agen biologi yakni bakteri
virus dan jamur. Ketiganya bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan reproduksi
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang bisa dilakukan untuk menghindari dampak-dampak
tersebut diatas yakni antara lain:
a. Untuk lingkungan Fisik
Terpaparnya manusia terhadap lingkungan fisik diatas biasanya terjadi di dalam
lingkup pekerjaan oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan seperti:
1. Perusahaan menetapkan kebijakan terkait proses pemantauan NAB kepada pekerja
agar paparan lingkungan fisik kepada pekerja bisa diminimalisasi
2. Perusahaan harus menerapkan K3 dengan baik seperti penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD)
3. Perusahaan harus rutin melakukan check peralatan dan kesesuaian alat kerja dengan
SOP nyang ada.
4. Kebiajakan cuti kepada para pekerja Wanita yang sedang hamil dan melahirkan.
b. Untuk Lingkungan Kimia
Terpaparnya manusia terhadap zat-zat kimia biasanya terjadi di dalam lingkup
pekerjaan oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan seperti:
1. Memberikan perhatian kepada pekerja dalam bidang kesehatan oleh para pengusaha
2. Memberikan fasilitas cek kesehatan bagi pekerjanya untuk menghindari pekerja dari
gangguan kesehatan reproduksi.
10
3. Memberikan pelatihan pendidikan kesehatan dan keselamatan bagi para tenaga kerja
agar efek paparan dari zat kimia bisa diminimalisasi
4. Pekerja perlu meningkatkan higiene sanitasi personal agar terhindar dari sisa zat
kimia yang memiliki kemungkinan dapat menempel di salah satu bagian tubuh.
Seperti menyimpan bahan kimia dalam wadah tertutup ketika sudah atau selesai
digunakan, mencuci tangan sebelum makan, minum, atau merokok, jika mengalami
kontak langsung dengan bahan kimia melalui kulit, segera mencuci tangan sesuai,
Mengganti pakaian kerja yang terkontaminasi bahan berbahaya dan cuci dengan
air bersih dan sabun sebelum pulang bekerja dengan petunjuk yang tercantum dalam
lembar data keselamatan bahan (MSDS), mencuci pakaian kerja terpisah dari cucian,
menghindari membawa pakaian yang terkontaminasi atau benda lain di rumah
5. Pekerja harus mengenali bahan kimia di tempat kerja yang dapat berpotensi sebagai
hazard reproduksi.
c. Untuk Lingkungan Biologi
1. Tidak Melakukan seks bebas. Pelaku seks bebas harus siap berhadapan dengan
berbagai risiko penyakit seksual.
2. Melakukan vaksin yang diajurkan oleh para tenaga kesehatan misalnya, hepatitis B,
kutil kelamin, dan kanker serviks yang disebabkan oleh Human
papillomavirus (HPV)
3. Menjaga kebersihan organ reproduksi
4. Pemerintah dan pemangku kebijakan seharusnya memberikan sosialisasi terkait
kesehatan reproduksi kepada masyarakat khususnya para remaja dan usia lanjut
11
DAFTAR PUSTAKA
Admin (2021) Interaksi Manusia Dengan Lingkungan: Fisik, Biologis, Dan Sosial.
Available At: Https://Kumparan.Com/Kabar-Harian/Interaksi-Manusia-Dengan-
Lingkungan-Fisik-Biologis-Dan-Sosial-1wpcuydymhw/Full.
Aminatun, T. (No Date) Biologi Lingkungan. Available At:
Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/132206555/Pendidikan/Pendahuluan-
Biologi+Lingkungan.Pdf.
Anggara, Y. (2020) Hazard Reproduksi. Available At:
Https://Www.Academia.Edu/9169999/Hazard_Reproduksi.
Arjani, I. A. M. S. (2015) ‘Identifikasi Agen Penyebab Infeksi Menular Seksual 1 Ida
Ayu Made Sri Arjani 1’, Jurnal Skala Husada, 12(1), Pp. 15–21.
Atika Rahayu, Meitria Syahadatinna Noor, Fahrini Yulidasari, Fauzie Rahman, A. O. P.
(2017) Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Lansia. Surabaya: Airlangga University
Press.
Azizah, N. (2022) Perubahan Iklim Berdampak Pada Kesehatan Reproduksi Wanita
Hingga Kelahiran Bayi. Available At:
Https://Www.Republika.Co.Id/Berita/Rjp2gc463/Perubahan-Iklim-Berdampak-
Pada-Kesehatan-Reproduksi-Wanita-Hingga-Kelahiran-Bayi.
Cahyo, K., Kurniawan, T. P. And Margawati, A. (2008) ‘Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 1
Purbalingga Kabupaten Purbalingga’, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 3(2),
Pp. 86–101. Available At: Http://Www.Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jpki-
/Article/View/2540.
CDC (2009) Centers For Disease Control And Prevention. Available At: Www.Cdc.Gov.
Dinas Lingkungan Hidup (2022) Kenali Fungsi Dan Macam-Macam Lingkungan Hidup.
Available At: Https://Dlh.Semarangkota.Go.Id/Kenali-Fungsi-Dan-Macam-
Macam-Lingkungan-Hidup/.
Indonesia, K. K. R. (2015) Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Available At:
Https://Www.Kemkes.Go.Id/Article/Print/15090200001/Situasi-Kesehatan-
Reproduksi-Remaja.Html.
Nastiti Sigra Dewi Magita, M. (2020) ‘Kriteria Perencanaan Pembangunan Perumahan
Dan Pemukiman Ramah Lingkungan Di Kota Surabaya’, Jurnal Geografi.
Available At: Https://Journal.Unesa.Ac.Id/Index.Php/Jg/Article/View/V18.2.1/-
6416. .
Sari, R. D. P. (2018) ‘Pengaruh Bahan Kimia Dengan Potensi Kesehatan Reproduksi Pada
Pekerja Pria’, Journal Kedokteran Universitas Lampung.
SR, T. M. Dan F. (2020) Bahaya Getaran, Bahan Iritan, Dan Pekerjaan Berulang
Terhadap Kehamilan Pekerja Wanita. Available At: Https://News.Unair.ac.id/-
2020/09/03/Bahaya-Getaran-Bahan-Iritan-Dan-Pekerjaan-Berulang-Terhadap-
Kehamilan-Pekerja-Wanita/.
Utami, T. . (2015) Isu Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara: Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara. Available At: Http://Repository.Uinsu.Ac.Id/932/4/Bab3 Issu Kes
Ling.Pdf.
12