Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

DISUSUN OLEH

Akhmad Adzani ESP 21.200.0102


Aman Rohman 19.20.3014
M.Syafi’i Hadzami 19.20.3017
Muhammad Ismul Fajar 20.200.0048
Muhammad Latif 19.20.3020

Dosen Pengampu: Ria Anggara Hamba., S. Kep., Ns., M.Kes.

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunujuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai
pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Saya juga ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ria Anggara Hamba., S.Kep., Ns.,
M.Kes. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
membantu dan menyelesaikan laporan ini.
Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dengan lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.

Kab. Banjar, November 2021

Penyusun

i
ii
LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Lansia 2.1.1

Definisi Lansia Lansia merupakan salah satu fase hidup yang dimna akan dialami oleh

setiap manusia, meskipun umur bertambah dengan diiringi proses penurunan fungsi

organ tubuh tetapi lanjut usia akan tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu yang

menjadi hal penting yaitu merubah kebiasaan menurut (Lembaga Kemanusiaan

Nasional, 2011). Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health

Organization) seorang disebut lansia jika berumur 60-70 tahun. Berdasarkan

pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dapat dikatakan lanjut usia apabila

usianya telah mencapai 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009 dalam Zulfiana

2019).

Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria ataupun wanita

yang masih aktif dalam beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang telah tidak

berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk

menghidupi dirinya. (Thamer 2009). Lanjut usia didefinisikan sebagai orang telah tua

yang menunjukkan ciri fisik seperti kerutan kulit, hilangnya gigi, dan rambut beruban.

Dalam hidup bermasyarakat tidak bisa lagi dapat melaksanakan fungsi peran sebagai

orang dewasa, seperti halnya pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi

produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas yang terkait dalam rumah

tangga. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada umumnya

mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan

berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. (Stanley dan Beare, 2007

dalam Stela Involata Dehe, Adisti A.Rumayar, 2016). Dari beberapa teori diatas penulis

menyimbulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun.

Lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit tetapi merupakan proses lanjutan

yang pasti akan dijalani sebuah individu, yang ditandai dengan penurunan fungsi
1
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.

Proses Menua Proses

menua merupakan proses yang dialami tiap individu disertai dengan adanya

penurunann fisik, yaitu ditandai dengan adanya penurunann fungsi organ tubuh

indiviidu. Penurunan fungsi tubuh juga diikuti dengan perubahan emosi seorang

individ secara psikologis, kognitif, sosial dan kondisi biologis, yang saling berkaitan

sehingga dapat memunculkan berbagai macam gangguan. Pada umumnya perubahan-

perubahan tersebut mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akan

menimbulkan pengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosialnya (Setiawan, 2009 dalam

Zulfiana 2019)

Terdapat beberapa perubahan pada kondisi fisik lansia yang dapat dilihat, (Setiawan,

2009): 1. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf: otak, isi perut, limpa dan

hati. 2. Perubahan motorik antara lain kurangnya kekuatan. 3. Perubahan panca

indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa. 4. Perubahan penampilan pada

bagian wajah dan kulit

Menurut dr. H. Sudradjat, Msc., dalam buku “Menembus Dunia Lansia” (2012)

menjelaskan bahwa factor penuaan secara internal antara lain hormon yang berkurang,

radikal bebas, diabetes mellitus, apoptosis (kerusakan sel oleh sel itu sendiri), imunitas

menurun dan gen. sedangkan yang eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, dirt

tidak sehat, olahraga tidak sehat, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan. Gejala

penuaan menurut dr. Sudradjat pula, akan terlihat dari fisik seperti kulit kering

keriput, otot mata berkurang, dayan ingat menurun, lemak meningkat, sakit tulang dan

daya seksual menurun. Lalu segi psikis akan tampak merunnya gairah hidup, mudah

cemas, sulit tidur, mudah tersinggung, dan merasa tidak berarti lagi. Secara umum

proses menua diidentifikasi sebagai perubahan yang tekait waktu, bersifat universal,

intrinsic, profesif dan determental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan


2
hidup.

Penurunan kondisi mental dan fisik dapat menyebabkan menurunnya derajat

kesehatan pada lanjut usia sehingga terjadi tingkat ketergantungan pada lanjut usia

juga akan meningkat dan selanjutnya akan mempengaruhi kualitas hidup pada lanjut

usia. Kesehatan psikologis lansia dikatakan baik apabila lansia memiliki sifat seperti

mampu menghadapi serta menyelesaikan permasalahan pada dirinya, motivasi hidup,

serta tercapainya tujuan hidup (Budiarti, 2010 ).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua

Menurut Siti Bandiyah (2009) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis.

Penuaan yang terjadi akan sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang mempengaruhi

yaitu nutrisi atau makanan, stress, hereditas atau genetik, pengalaman hidup,

lingkungan, dan status kesehatan (Muhith & Sandu Siyoto 2016). 1. Nutrisi atau

Makanan Mengkonsumsi makan yang mengandung nutrisi berlebih atau pun yang

kurang cukup mengandung asupan nutrisi menggangu keseimbangan reaksi kekebalan

(Muhith & Sandu Siyoto 2016). 2. Stress Tekanan dalam kehidupan sehari-hari baik

lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya

hidup akan mempengaruhi proses penuaan (Muhith & Sandu Siyoto 2016). 3. Hereditas

atau Genetik 10 Kematian sel adalah seluruh program kehidupan yang dikaitkan

dengan peran serta DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel.

Secara genetik, laki-laki ditentukan oleh kromosom Y dan perempuan ditentukan oleh

kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga

menjadikan perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-laki (Muhith & Sandu

Siyoto 2016). 4. Pengalaman Hidup a. Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat

memperbesar pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran

darah dekat permukaan kulit b. Kurang olahraga: olahraga dapat membantu

pembentukan otot dan mempengaruhi lancarnya srkulasi darah. c. Paparan sinar

matahari: kulit yang tidak terlindungi akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan
3
menjadikan kulit kusam (Muhith & Sandu Siyoto 2016). 5. Lingkungan Proses menua

pada umumnya secara bilogik berlangsung secara alami dan tidak dapat kita hindari,

melainkan seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat jasmani maupun

rohani (Muhith & Sandu Siyoto 2016). 6. Status Kesehatan 11 Penyakit yang selama ini

selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses

penuaan itu sendiri melainkan disebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang

berlangsung tetap dan berkepanjangan (Muhith & Sandu Siyoto 2016).

2.1.4 Batasan Lansi

2.1 Definisi

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat

akut, kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis

disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain

itu, beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya

sawar mukosa pelindung lambung (Wijaya & Putri, 2013).

Gatritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,

peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting

dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang

timbunlnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).

2.2 Klasifikasi

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar

merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk

gastritis yang manifestasi klinisnya adalah :

4
a. Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang

terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muscolaris (otot-otot

pelapisan lambung).

5
b. Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada

penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dalam

berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai

inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Hirlan, 2009)

2. Gastritis Kronis

Menurut (Muttaqin, 2011) gastritis kronis adalah suatu peradangan

mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis

diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu :

a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema,

serta perdarahan dan erosi mukosa.

b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan

mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan

kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-

nodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan

hemoragik.

2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut :

6
1. Pemakaian obat anti inflamasi

Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non

steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena

terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu

jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel

mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat

menambah derjat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2013).

2. Konsumsi alkohol

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak

sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan

terjadinya iritasi pada mukosa lambung (Rahayuningsih, 2010).

3. Terlalu banyak merokok

Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus

yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga

suplai darah ke lambung mengalami penurunan.Penurunan ini

dapat berdampak pada produksi mukosa yang salah satu fungsinya

untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang

dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen

sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada

lambung.Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh

pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat

makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat

7
langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada makanan yang masuk (Rahayuningsih, 2010).

4. Uremia

Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme

didalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal

uremik). Perubahan ini dapat memicu kerusakan epitel mukosa

lambung (Rahayuningsih, 2010).

5. Pemberian obat kemoterapi

Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang

pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga

mengenai sel inang pada tubuh manusia.Pemberian kemoterapi

dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa

lambung.

6. Infeksi sistemik

Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan

merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada

peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.

Peningkatan HCl lambung dalam kondisi seperti ini dapat meicu

timbulnya perlukaan pada lambung.

7. Iskemia dan syok

Kondisi iskemia dan syok hipovolemia mengancam mukosa

lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat

mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.

8. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa

8
Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-

obatan serangga dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak

lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi

perdarahan.

9. Trauma mekanik

Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan

saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab

gangguan kebutuhan jaringan lambung.Kadang kerusakan tidak

sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembuluh darah

lambung sehingga pasien dapat mengalami perderahan hebat,

trauma juga bisa disesabkan tertelannya benda asing yang keras

dan sulit dicerna.

10. Infeksi mikroorganisme

Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang

pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti

bakteri Helycobacter pylori.

11. Stress berat

Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang

dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Peningkatan HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.

9
2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga

muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa

pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut

dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri

epigastrum, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan

Lusiabah, 2010).

Tanda dan gejala gastritis adalah :

1. Gastritis Akut

a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan

pada mukosa lambung.

b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang

sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa

lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.

c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis

dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia

pasca perdarahan.

2. Gastritis Kronis

Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai

keluhan.Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia,

nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

2.5 Patofisiologi

Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari

pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan

10
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan

pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah

perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan

stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke

dalam mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan

mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada

lambung.Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai

penghambat difusi barier.

Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk

kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi

patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada

membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan

perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan

mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik

menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk.

Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor

intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan

penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang

mengakibatkan anemia yang berat.Degenerasi mungkin ditemukn pada

sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara

berangsur, baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal

mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang

dkatakan meningkat setalah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan

mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka

11
yang disebabkan oleh gastritis kronis (Dermawan & Rahayuningsih,

2010).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan

gastritis meliputi :

1. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.

2. Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui

adanya defisiensi B12.

3. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam

feses.

4. Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl

lambung. Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.

5. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel

parietal dan faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter

pylori.

6. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan

bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

7. Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel

lambung.

2.7 Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2011) antara

lain :

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan

medis.

12
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.

3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.

4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

2.8 Pencegahan

Penyembuhan penyakit gastritis harus dilakukan dengan

memperhatikan diet makanan yang sesuai. Diet penyakit gastritis

bertujuan untuk memberikan makanan dengan jumlah gizi yang

cukup, tidak merangsang, dan dapat mengurangi laju pengeluaran

asam lambung, serta menetralkan kelebihan asam lambung. Secara

umum ada pedoman yang harus diperhatikan menurut Misnadiarly

(2009) , yaitu :

1. Makan secara teratur, mulai makan pagi pukul 07.00 WIB. Atur

tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan

ringan.

2. Makan dengan tenang, jangan terburu-buru. Kunyah makanan

hingga hancur menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja

lambung.

3. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan

makan berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.

4. Memilih makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan

cara direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya menghindari

makanan yang digoreng karena biasanya menjadi keras dan sulit

untuk dicerna.

13
5. Tidak makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

karena akan menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang

hangat (sesuai temperatur tubuh).

6. Menghindari makanan yang pedas atau asam, jangan

menggunakan bumbu yang merangsang misalnya cabe, merica,

dan cuka.

7. Tidak minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau

teh kental.

8. Menghindari rokok.

9. Menghindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi

lambung, misalnya aspirin, vitamin C, dan sebagainya.

10. Menghindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat

pengosongan isi lambung (cokelat, keju, dan lain-lain).

11. Mengelola stress psikologi seefisien mungkin.

2.9 Penatalaksanaan

Orientasi utama pengobatan gastritis berpaku pada obat-obatan.Obat-

obatan yang digunakan adalah obat yang mengurangi jumlah asam

lambung dan dapat mengurangi gejala yang mungkin menyertai

gastritis, serta memajukan penyembuhan lapisan perut. Pengobatan ini

meliputi (Sukarmin, 2012) :

1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium, serta karbonat

kalsium dan magnesium. Antasida dapat meredakan mulas ringan

atau dyspepsia dengan cara menetralisasi asam diperut. Ion H+

merupakan struktur utama asam lambung. Dengan pemberian

14
alumunium hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat

dikurangi. Obat-obtan ini dapat menghasilkan efek samping

seperti diare atau sembelit, karena dampak penurunan H+ adalah

penurunan rangsangan peristaltik usus.

2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2

blocker mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan

mempengaruhi langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara

menghambat rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus

vagus.

3. Inhibitor Pompa Proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,

dan dexlansoprazole. Obat ini bekerja menghambat produksi

asam melalui penghambatan terhadap elektron yang menimbulkan

potensial aksi saraf otonom vagus. PPI diyakini lebih efektif

menurunkan produksi asam lambung daripada H2 blocker.

Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-langkah tambahan

atau pengobatan mungkin diperlukan.

4. Jika gastritis disebabkan oleh penggunaan jangka panjang NSAID

(Nonsteroid Antiinflamasi Drugs) seperti aspirin, aspilet, maka

penderita disarankan untuk berhenti minum NSAID, atau beralih

ke kelas lain obat untuk nyeri. Walaupun PPI dapat digunakan

untuk mencegah stress gastritis saat pasien sakit kritis.

5. Jika penyebabnya adalah Helycobacter pylori maka perlu

penggabungan obat antasida, PPI dan antibiotik seperti

amoksisilin dan klaritromisin untuk membunuh bakteri. Infeksi

15
ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kanker atau

ulkus diusus.

6. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak

mempengaruhi langsung ada peningkatan asam lambung tetapi

makanan yang merangsang seperti pedas atau kecut, dapat

meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat

menaikkan resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak

merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak memperberat

kerja lambung, seperti makanan yang keras (nasi keras).

7. Penderita juga dilatih untuk manajemen stress sebab dapat

mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus,

latihan mengendalikan stress bisa juga diikuti dengan peningkatan

spiritual sehingga penderita lebih pasrah ketika menghadapi

stress.

16
2.10 Pathway
Helycobacter Zat-zat korosif Stress
pylori
Stimulus Nervus
Infeksi mukosa Gangguan difus
lambung barier mukosa Vagus

Refleks enterik
dinding lambung

Hormon gastrin

Peningkatan asam Stimulus sel


lambung parietal

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung(Gastritis)

Nyeri
Hiperemis epigastrum
Ansietas
Hipotalamus
Atrofi gaster/mukosa menipis
Kurang informasi
Aktivitas lambung
Kurang Nyeri Akut meningkat
Kehilangan fungsi
kelenjar fundus Pengetahuan
Kontraksi otot
lambung
Faktor instrinsik
Masukan Anoreksia,
Penurunan absorbsi nutrient mual,
vitamin B12 inadekuat muntah
Anemia pernisiosa Ketidakseimbangan Nutrisi Masukan
Kurang dari Kebutuhan cairaninadekuat/
Tubuh k ehilangan
cairan
Penurunan volume Kekurangan volume cairan
darah merah

Penurunan suplai O2 ke jaringan Kelemahan fisik Intoleransi Aktivitas

Gambar 2.1 Pathway Penyakit Gastritis (Mansjoer, 2009)

17
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Pada Tn. MS
DI RT 04/RW VII KELURAHAN GAMBUT 

A. Pengkajian Keluarga

Pengkajian dilakukan pada hari Minggu, tanggal  28 November 2021 di rumah keluarga Tn. MS pukul 15.30 WITA.

1. Data Umum

a.       Nama KK                            : Tn. MS

b.      Alamat                             : komp. Garuda sakti, kec. Gambut. Kab. Banjar.

c.       Pekerjaan                            : Petugas kebersihan taman di SMA1 banjarbaru

d.      Pendidikan                            : Akademik Arsitektur Akap jakartaraya

e.       Komposisi keluarga             
No Nama Jenis  Hub. Umur Pend Pekerjaan Status IMUNISASI Ket
Aggota Kelami dg kel (Thn) Kesehat B DTP POLIO Campak Hepatitis B
keluarg n an C I II III I II III IV I II III
a G
1 Tn. MS L Kakek 77 S1 Petugas Sehat                       Lengkap
Kebersihan
2 Ny. HR P Nenek 69 S1 IRT Sehat                         Lengkap
3 Tn. MR L Anak 34 S1 Karyawan Sehat                         Lengkap
Swasta
4 Tn. F L Anak 31 S1 Karyawan Sehat                         Lengkap
swasta
5 Ny. H P Anak 28 S1 PNS Sehat                         Lengkap

18
Genogram

= Laki-laki

 = Perempuan

             
             

19
 

1.2 Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. NS adalah Nuclear Family keluarga kecil dimana tempat tinggal Tn. MS dan anaknya berbeda, untuk anak pertama berada di

Bandung, sedangkan anak ke II dan ke III berada dibanjarmasin. Tn. MS sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan taman di SMAN 1

Banjarbaru, sedangkan Ny. HR sebagai IRT semenjak pensiun pada tahun 2012 lalu dari pekerjaannya di sekretariat PWRI.

1.3 Suku / bangsa

Keluarga Tn. MS adalah Suku Sunda / Indonesia.

1.4 Agama

Keyakinan yang di anut keluarga Tn. MS adalah Agama Islam. Tidak ada perbedaan diantara anggota keluarga. Keluarga Tn. MS setiap hari

selalu menjalankan ibadah sholat walaupun tidak 5 waktu. Di sekitar tempat tinggalnya terdapat 1 mushola.

1.5 Status sosial ekonomi

Status ekonomi keluarga Tn. MS yaitu menengah kebawah. Dilihat dari keadaan rumah Tn. MS merupakan keluarga prasejahtera karena

dinding rumah terbuat dari tembok dan lantai terbuat dari keramik. Tn. MS menempuh pendidikan sampai Akademik, kini Tn. MS bekerja

sebagai petugas kebersihan taman. Tiap hari Tn. MS bekerja dari pagi sampai sore, tapi bila Tn. MS merasa lelah Tn. MS pulang untuk

20
istirahat. Penghasilan Tn. MS per  bulan kurang lebih Rp 1.500.000,- . Kebutuhan sehari-hari semua yang membiayai adalah Tn. MS seperti

membayar listrik, air dan makan sehari hari.

1.6 Aktivitas rekreasi keluarga

Karena Tn. MS hidup di kelas ekonomi menengah kebawah, mereka tidak mampu mengadakan rekreasi keluarga. Mereka menganggap

berkumpul dengan keluarga dan tetangga sudah termasuk rekreasi. Jika ada waktu luang keluarga Tn. MS melihat TV dan istirahat atau kumpul

dengan keluarga.

2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah dimana tahap keluarga usia lanjut.

Tn. MS telah memenuhi tugas perkembangan sebagai berikut :

a. Persiapan menjadi orang tua

Dimana Tn. MS harus berusaha untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua dan bisa beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan

anaknya.

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran interaksi, hubungan seksual dan kegiatan.

21
Dimana orang tua mampu berinteraksi dengan pasangannya dan merawat anaknya serta bagaimana cara berespon

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.

Dimana Tn. MS mampu mempertahankan hidup bersama pasangannya.

2. 2 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Pada tahap perkembangan keluarga tidak ada atau belum di ketahua apa saja tahapan yang belum terpenuhi.

2.3 Riwayat keluarga inti

Di dalam pengkajian didapat

-   Tn. MS mempunyai riwayat penyakit keturunan Gastritis dan tidak ada keturunan penyakit menular, pernah di rawat di RS ketika mengalami

kecelakaan.

-    Ny. HR tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular dan tidak pernah di rawat di RS.

2.4 Riwayat keluarga sebelumnya

Pada keluarga Tn. MS tidak diketahui adanya riwayat penyakit keturunan maupun menular. Sedangkan dari keluarga Ny. HR juga tidak

diketahui adanya penyakit keturunan dan menular. Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat perceraian.

22
3. Data Lingkungan

3.1 Karakteristik Rumah

Rumah Tn. MS berukuran 6 x 17 m². Terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi. Rumah bentuk semi

permanent, lantai dari plester, 2 ventilasi dan 1 jendela kaca. Didalam rumah pencahayaan dari luar kurang karena ada tanaman yang menutupi. Jadi

ruangan tampak gelap dan lembap.

Perabotan tertata rapi. Didepan rumah terdapat banyak tanaman hias yang tuannya memper indah sekaligus hobi. Air yang digunakan untuk

minum dan mandi sehari hari adalah air ledeng/ PDAM.

R. Depan   :  bersih dan tertata rapi.

R. Tamu    :  tertata rapi dan terdapat kursi tamu.

R. Tidur     : Tempat tidur terbuat dari kayu dan kasur terbuat dari kapas.

R. Dapur     :  Dapur tampak kotor karena barang-barang memasak ditaruh di sembarang tempat.

Kamar Mandi : Kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.

Jendela          : Jendela dirumah hanya ada 3, ventilasi kurang dan jendela terbuat dari kaca sehingga tidak bisa dibuka

Denah rumah

23
 
KAMAR
  MANDI

DAPUR
 

  TERAS
RUANG
  TAMU

  KAMAR
  TERAS

          

3.2 Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn. MS berada pada lingkungan yang bermata pencaharian berbeda beda, seperti wiraswsta, PNS, mayoritas penduduk RW 7 adalah

orang asli gambut dam mayoritas agamanya yaitu islam. Keluarga Tn. MS mengikuti kegiatan yang diadakan di kampungnya seperti pengajian,

arisan. Di daerah tersebut ada larangan yang tidak boleh dilanggar yaitu minum alkohol, berjudi. Selain dapat merugikan orang lain juga dapat

merugikan diri sendiri.

24
3.3 Mobilitas geografis keluarga

Tn. MS beserta keluarganya dari kecil sudah tinggal di RW 7, karena orang tua asli penduduk situ. Jarak antara rumah Tn. MS dan puskesmas

lumayan jauh, Biasanya Tn. MS bila mau ke puskesmas menggunakan alat transportasi angkutan umum karena Tn. MS tidak mempu membawa

kendaraan pribadi dikarenakan kodisi kaki pasca kecelakaan.

3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Tn. MS setiap hari kumpul dengan tetangga, antara tetangga satu dengan yang lainnya saling menghormati. Tidak ada permusuhan

diantara mereka, Tn. MS mengajari keluarganya untuk bertutur kata yang sopan, ramah tamah kepada orang lain.

3.5 Sistem pendukung keluarga

Pada saat pengkajian di keluarga Tn. MS yang tampak sakit adalah Tn. MS mengeluh perutnya kembung. Biasanya kalau ada keluarga yang sakit

hanya di belikan obat di warung terdekat, itu karena keluarga Tn. MS tidak mampu memeriksakan ke puskesmas karena tidak ada biaya. Tetapi

kalau dirasa penyakitnya sudah parah maka fasilitas kesehatan yang digunakan adalah puskesmas.

4. Struktur Keluarga

4.1 Pola komunikasi keluarga

Komunikasi sehari hari yang biasa digunakan di keluarga Tn. MS adalah Sunda, itu karena keluarga Tn. MS seorang pendatang. Komunikasi

diantara mereka sangat terbuka. Bila ada masalah selalu di diskusikan bersama untuk mendapatkan jalan keluar.

25
4.2 Struktur kekuatan keluarga

Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai, bila ada masalah keluarga selalu mendiskusikan bersama

4.3 Struktur peran

a. Tn. MS

Tn. MS berperan sebagai kepala keluarga, suami dan pencari nafkah. Tn.S bekerja sebagai petugas kebersihan taman.

b. Ny. HR

Ny. HR berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai ibu dari anaknya, yang dilakukan Ny. HR sehari-hari adalah memasak dan

memantau serta merawat anaknya.

4.4 Nilai dan norma keluarga

Kebiasaan makan keluarga Tn. MS biasanya menggunakan sendok dan kadang menggunakan tangan. Keluarga Tn. MS jarang mencuci tangan

sebelum makan karena kadang lupa. Keluarga Tn. MS sangat santun dan ramah.

5. Fungsi Keluarga

5.1 Fungsi afektif

26
Antar anggota keluarga sangat ramah dan menghormati. Keluarga Tn. MS memperhatikan Tn. MS yang sedang sakit, mereka memenuhi kebutuhan

yang diperlukan untuk perawatan Tn. MS.

5.2 Fungsi sosial

Antar keluarga, tetangga tidak ada masalah dalam bersosialisasi. Karena tiap hari mereka selalu berkumpul sehingga terjalin keakraban diantara

mereka. Keluarga biasa dengan lingkungan sekitar, saling membantu bila ada masalah.

5.3 Fungsi perawatan kesehatan

a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan.

Dari pengkajian keluarga tidak mampu mengenal masalah yang terjadi pada Tn. MS, itu terbukti bahwa saat ditanya penyakit Tn. MS

keluarga tidak mampu menjawab.

b. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Dari observasi didapat bahwa keluarga tidak mampu merawat Tn. MS yang sakit. Itu terbukti kembung berlangsung sampai dengan 1

minggu.

c. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat.

Keluarga tidak mampu mengambil keputusan, itu terbukti saat keluarga hanya membelikan obat di warung.

d. Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan.

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan, itu terbukti saat observasi lingkungan rumah tampak rapi dan bersih.

27
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan.

Keluarga belum memanfaatkan fasilitas kesehatan, itu terbukti bahwa keluarga tidak memeriksakan langsung penyakit Tn. MS ke

puskesmas.

5.4 Fungsi reproduksi

Pernikahan Tn. MS, merencanakan mempunyai anak 3, Ny. HR menggunakan alat kontrasepsi pil KB.

5.5 Fungsi ekonomi

Keluarga Tn. MS menggunakan penghasilan yang diperoleh untuk membiayai kebutuhan sehari hari dan untuk memeriksakan kesehatan,

keluarga Tn. MS menggunakan uang sisa hasil bekerjanya.

6. Stress Dan Koping Keluarga

6.1 Stresor jangka pendek dan panjang

Untuk saat ini keluarga Tn. MS tidak memeriksakan ke puskesmas karena faktor biaya tetapi Keluarga Tn. MS mengatakan sangat takut kalau

penyakit Tn. MS tidak sembuh sembuh dan menjadi fatal karena tidak dibawa ke puskesmas.

6.2 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.

Keluarga Tn. MS menyadari bahwa Tn. MS kembung, untuk itu Keluarga membelikan obat di warung.

6.3 Strategi koping yang digunakan

28
Strategi yang biasa di gunakan untuk menghadapi masalah adalah musyawarah bersama anggota keluarga.

6.4 Strategi adaptasi disfungsional

Dalam keluarga Tn. MS tidak ada kekerasan dalam menghadapi  masalah

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Tn. MS Ny. HR

TD 130/80mmHg 120/80mmHg

29
Nadi 105x/mnt 82x/mnt

Suhu 37ºC 37,5 ºC


Kepala Mesocepal, rambut bersih, warna hitam Mesocepal, rambut bersih, warna hitam
Mata Simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung Bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada sekret, Bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada
tidak ada pernafasan cuping hidung pernafasan cuping hidung
Telinga Bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi Bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
pendengaran baik baik
Mulut Bersih, sietris, mukosa bibir lembab Bersih, sietris, mukosa bibir lembab

Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada Pergerakan paru simetris, tidak ada penggunaan Pergerakan paru simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
Paru-paru otot bantu pernafasan. Auskultasi paru vaskuler pernafasan. Auskultasi paru vaskuler
Jantung Ictus cordis tidak tampak, konfigurasi jantung Ictus cordis tidak tampak, konfigurasi jantung DBN, ictus
DBN, ictus cordis teraba, bunyi jantung I,II murni cordis teraba, bunyi jantung I,II murni
Abdomen Datar, simetris, terdapat ada nyeri tekan pada area Datar, simetris, tidak ada nyeri tekan
epigastrium
Ekstrimitas Tidak ada varises, tidak ada udema Tidak ada varises, tidak ada udema
Genitalia Bersih, jenis kelamin laki-laki Bersih, jenis kelamin perempuan

8. Harapan Keluarga

Tn. MS berharap adanya tindak lanjut setelah pemeriksaan ini, terutama dalam membantu kesembuhan Tn. MS
Analisa Data
 

30
 

No Data ( DS / DO ) Etiologi Problem


1 DS: Klien mengatakan : Mukosa lambung teriritas Nyeri akut
1. Perut terasa kembung
2. Sulit untuk buang angin

DO :
1. Meringis, karena terdapat nyeri
tekan area epigastrium
2. Skala Nyeri 6 (0-10)
3. TD = 120/90 mmHg
4. Nadi = 108 x/menit

2 DS : Klien mengatakan : Masukan nutrisi yang tidak Tidak seimbangan nutrisi kurang dari
1. Kurang nafsu makan adekuat kebutuhan tubuh
2. Ketika makan tidak bisa
banyak dan sering mual

DO :
Konjungtiva anemis
1.
Lemas
2.
Turgor < 3dtik
3.
3 DS : ketidakmampuan keluarga Kerusakan penatalaksanaan
mengenal masalah higine pemeliharaan rumah
1. Tn.MS mengatakan luas rumahnya 6 rumah
x 9 m2

31
DO : ketidaktahuan keluarga
mempertahankan suasana
1.ventilasi kurang rumah yang sehat.
2.terdapat 7 jendela rumah namun
ditutupi oleh tanaman sehingga
rumah terasa pengap dan lembap.
3.pencahayaan kurang
4.R. Tamu, R. Depan, R. Tidur dan
dapur tampak kotor
1.5. perabotan 5rumah yang tidak rapi
tata letaknya

32
A. Diagnosa keperawatan
Skoring  dan Prioritas Masalah

1. Mukosa lambung teriritasi b/d Nyeri akut


Kriteria Sko Bobot Nilai Pembenaran
r
1. Sifat Masalah 3/3 1 1 Masalah sudah nyata dan sedang terjadi
2. Kemungkinan       masalah 2/2 2 1 Keluarga mampu memberikan makanan yang cukup
untuk diubah dan bernutrisi
3.Potensi masalah untuk 3/3 1 1 Masalah dapat dicegah karena kebutuhan nutrisi
dicegah dapat dicegah dengan cara mengonsumsi makanan
yang mengandung serat dan bernutrisi.

4.Menonjolnya masalah 2/2 1 1 Keluarga dan pasien menyadari akan pentingnya

kesehatan

Jumlah 4  

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrisi yang tidak adekuat
Kriteria Sko Bobot Nilai Pembenaran
r
1.  Sifat masalah 3/3 1 1 Terlihat jelas dari kondisi fisik pasien yang lemas dan
IMT tidak seimbang.
2.   2. Kemungkinan masalah 2/2 1 1 -   Keluarga belum mengetahui tentang gejala gastritis
untuk diubah -   Keluarga tidak bisa memodifikasi lingkungan
-   Perawat memberikan penkes tentang cara mencegah
terjadinya gastritis
-   Kader setempat tidak  memberitahukan tanda gejala dari
diare
3.  3. Potensi masalah untuk 2/3 1 2/3 Masalah dapat dicegah bila keluarga dapat diberi
dicegah pengetahuan tentang cara pencegahan gastritis
4.  4. Menonjolnya 2/2 1 1 Keluarga merasa masalah dapat dicegah bila keluarga
masalah mendapatkan informasi
Jumlah 3 2/3  

3. kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah b.d tidak tahuan keluarga mengenal masalah higine rumah
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. sifat masalah 3/3 1 1 Masalah sedang terjadi.
2. kemungkinan masalah 2/2 1 1 Masalah dapat doiubah dengan cara menganjurkan
untuk di ubah keluarga untuk menjaga dan memelihara kebersihan rumah
3. potensi masalah untuk 3/3 1 1 Maslah dapat dicegah dengan cara meningkatkan
dicegah pengetahuan tentang syarat-syarat higine rumah yang sehat
33
4. menonjolnya masalah 0/2 1 0 Masalah tidak dapat di rasakan karena keluarga tidak
mengerti tentang higine rumah sehat.
3

34
B. Perencanaan
Keperawatan Tabel 3.4
Rencana Keperawatan pada Tn.
MS

NO DX. TUJUA NO NIC


KEPERAWATAN N C
1 2 3 4 5
1 Nyeri Akut b.d Dalam 3x24 jam Pain manajement
Mukosa lambung Nyeri akut dapat 1. Pain level
teriritasi teratasi 2. Pain control a. Lakukan pengkajian
DS: Klien mengatakan : 3. Pain manajement nyeri secara
1. Perut terasa kembung Dengan kriteria hasil : komprehensif :
2. Sulit untuk buang angin a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang. lokasi,
b. Mampu mengenali kapan nyeri terjadi durasi,frekuensi,
c. Mampu mengenali nyeri kualitas, skala
DO :
d. Pasien mengatakan rasa nyaman b. Berikan informasi
5. Meringis, karena
e. Menggunakan tindakan mengenai nyeri, dan
terdapat nyeri tekan
area epigastrium pengurangan nyeri tanpa analgesik Penyebab
f. Menggunakan analgesik c. ajarkan penggunaan
6. Skala Nyeri 6 (0-10)
yang direkomendasikan tehnik non
7. TD = 120/90 mmHg
Nadi = 108 x/menit farmakologi
(relaksasi, nafas
dalam, terapi musik,
pijatan)

2
d. Anjurkan
penggunaanfarmako
logi untuk
menurunkan nyeri
yaitu: Antasid satu
35
sendok takar 3x/hari

36
1 2 3 4 5
2 Ketidakseimbangan nutrisi Dalam 3x24 1. Status nutrisi : Food and fluid intake Nutrision
kurang dari kebutuhan tubuh ketidakseimbanga 2. Status nutrisi : Nutrient intake Manajement
b.d masukan nutrisi tidak n nutrisi kurang 3. Weitght control
adekuat dari kebutuhan 1. Kaji adanya alergi
tubuh dapat Dengan kriteria hasil : makanan
DS : Klien mengatakan : teratasi a. Adanya peningkata berat badan dengan 2. Kolaborasi
1. Kurang nafsu makan tujuan dengan ahli gizi
2. Ketika makan b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi untuk menentukan
tidak bisa banyak badan jumlah kalori dan
dan sering mual c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang
nutrisi dibutuhkan
DO : d. Tidak ada tanda-tanda mall nutrisi pasiern
1. Konjungtiva anemis e. Menunjukkan peningkatan fungsi 3. Anjurkan pasien
2. Lemas pengecapan dan menelan
untuk
3. Turgor < 3dtik f. Tidak terjadi penurunan berat badan
meningkatkan
yang berarti
intake Fe
4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan Vit C
5. Berikan substansi
gula
6. Yakinkan diet
yang dimakan

2
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan makanan

37
yang terpilih
(hasil konsultasi
dengan ahli gizi)
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandunga kalori
9. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrision
Monitoring

1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau
orangtua
selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama makan
38
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan
tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahanPigment
asi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan,
dankekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori
dan intake nuntrisi
15. Catat adanya
edema,
hiperemik,hiperto
39
nik papila lidah
dan cavitas oral.
16. Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet

40
1 2 3 4 5
3 Defisiensi Dalam 3x24 1.Knowledge : disease process Teaching : disease
2.Knowledge : health Behavior Process
pengetahuan b.d tidak
1. Berikan penilaian
tidak mampuan mampuan Dengan Kriteria Hasil : tentang tingkat
keluarga mengambil keluarga pengetahuan pasien
a. Pasien dan keluarga menyatakan
tentang proses penyakit
keputusan mengambil pemahaman tentang penyakit,
yang spesifik
kondisi, prognosis dan program
DS : keputusan 2. Jelaskan
pengobatan
Keluarga mengatakan: patofisiologi dari
dapat terasi b.Pasien dan keluarga mampu
1. Tidak tahu penyakit penyakit dan bagaimana
melaksanakan prosedur yang
apa yang dialami hal ini berhubungan
oleh Tn. MS dijelaskan secara benar
dengan anatomi dan
2. Tidak tahu apa yang Pasien dan keluarga mampu
fisiologi, dengan cara
harus dilakukan menjelaskan kembali apa yang
yang tepat.
terhadap Tn. MS dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya 3. Gambarkan tanda
dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4. Gambarkan
proses penyakit, dengan
cara yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,

2
dengan cara yang tepat
6. Sediakan
informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan

41
cara yang tepat
7. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
8. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second
second opinion
dengan cara yang tepat
atau
diindikasikan
10. Rujuk pasien
pada grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
11. Instruksikan
pasien mengenai tanda
dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan kesehatan,
42
dengan cara yang tepat.

43
C. Pelaksanaan dan
evaluasi tabel 3.5
Catatan perkembangan hari pertama pada
Ny. M

N HARI/ IMPLEMENTA EVALUAS


O TANGGAL SI I
D
X
1 2 3 4
1 Sabtu, 27 november 2021 Manajemen nyeri Pkl: 15.40
Pkl: 15.30 WITA a. Lakukan pengkajian nyeri secara WITA
komprehensif : lokasi, S:
durasi,frekuensi, kualitas, skala Klien menyatakan:
b. Berikan informasi mengenai nyeri, a. Nyeri masih ada
dan Penyebab b. Mampu mengenali kapan
c. ajarkan penggunaan tehnik non nyeri terjadi
farmakologi (relaksasi, nafas dalam, c. Mengatakan belum mampu
terapi musik, pijatan) istirahat
d. Anjurkan penggunaanfarmakologi O:
untuk menurunkan nyeri yaitu: d. Skala nyeri masih 6 dari (1-
Antasid satu sendok takar 3x/hari 10)
e. Ttv : TD :
120/90 mmHg
RR : 26

2
x/menit
N : 98
x/menit T
: 36,6˚C
A : Masalah belum teratasi
- Nyeri akut
44
P : Lanjutkan intervensi :
Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif : lokasi,
durasi,frekuensi, kualitas, skala
b. Berikan informasi mengenai nyeri,
dan Penyebab
c. ajarkan penggunaan tehnik non
farmakologi (relaksasi, nafas
dalam, terapi musik, pijatan)
d. Anjurkan penggunaanfarmakologi
untuk menurunkan nyeri yaitu:
Antasid satu sendok takar 3x/hari

45
2 Sabtu , 27 November 2021 Nutrision Manajement Pkl: 16.00
Pkl: 15.30 WITA WITA
a. Kaji adanya alergi makanan S:
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Klien mengatakan:
menentukan jumlah kalori dan a. klien tidur 5 jam/hari
nutrisi yang dibutuhkan pasiern b. tidak pernah tidur siang
c. Anjurkan pasien untuk c. tidur sering terjaga
meningkatkan intake Fe d. Masih belum bisa tidur
d. Anjurkan pasien untuk karena nyeri masih ada
meningkatkan protein dan Vit C O:
Klien terlihat lelah karna
kurang tidur A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Kaji pola tidur klien
b. Catat pola tidur klien dan
jumlah jam tidur klien

2
46
3 Sabtu , 27 November 2021 Manajemen Nutrisi Pkl: 16.25
Pkl: 15.30 WIB a. menentukan gizi klien dan WITA S:
kemampuan untuk memenuhi Klien mengatakan:
kebutuhan gizi: a. Asupan gizi belum tercukupi:
1) diit makanan lunak porsi makan tidak habis
b. hindari makanan asam, pedas b. Asupan makanan belum
maupun panas melalakukan terpenuhi
observasi dan catat asupan c. Asupan cairan kurang:
makanan klien: hanya 4 gelas/hari
1) klien makan 2x sehari d. Mual
2) porsi makan 5 sendok A : Masalah belum teratasi
c. menganjurkan klien untuk makan - Risiko defisit
sedikit tapi sering misalnya nutrisi P : lanjutkan
makan menjadi 4-5 x/sehari intervensi
d. menawarkan makanan yang a. Lakukan observasi dan catat
ringan padat gizi: biskuit asupan makanan klien
e. menganjurkan klien minum 8 b. menganjurkan klien untuk
gelas/hari makan sedikit tapi sering
c. menawarkan makanan yang
ringan padat gizi: biscuit
d. menganjurkan klien
minum 8 gelas/hari

2
47
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna Publishing.

Rico JS, Suharyo H, dan Endang K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stroke pada
Usia Muda Kurang dari 40 Tahun. Jurnal Epidemiologi.2008:1-13

Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 12 . Jakarta: EGC

Brunner,dkk. 2000. Keperawatan  medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

Danis, D. Kamus Istilah Kedokteran. Gitamedia Press

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasi. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Internasional, Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Lynda Juall Carpenito. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta    : EGC

Monica Ester, Skp. 2009. Klien Gangguan Endokrin : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika

Sherwood, Laualee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Vol. 2. Jakarta : EGC.

48

Anda mungkin juga menyukai