Anda di halaman 1dari 20

KESULITAN BELAJAR

SPESIFIK

Dr. Achyar, M.Pd

DIKLAT ONLINE PENANGANAN


KESULITAN BEELAJAR BERHITUNG
BAGI PESERTA DIDIK SD INKLUSIF
Pengertian Kesulitan Belajar
Spesifik
 Kesulitanbelajar (Learning Difficulty): Suatu kondisi
dimana kompetensi/prestasi yang dicapai tidak sesuai
dengan kriteria standar yang telah ditetapkan

 Kondisi: faktor biologis/fisiologis, berkenaan kelainan


fungsi otak/ kesulitan dalam belajar spesifik, faktor
psikologis,rendahnya motivasi dan minat belajar.

 “Kesulitan belajar spesifik” anak yang mengalami


gangguan proses psikologis dasar yang melibatkan
pemahaman bahasa lisan dan tulisan ,mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
perhitungan matematika.
Karakteristik Siswa Mengalami
Kesulitan Belajar
 Mereka tak bisa membaca dengan baik
 Mereka tidak mudah mengonseptualisasi simbol, konsep,
atau teori abstrak.
 Mereka mungkin tak mampu memusatkan perhatian
dalam waktu yang cukup lama
 Mereka bekerja terlalu lambat dan memakan banyak
waktu.
 Mereka melupakan petunjuk dan kebingungan
menyelesaikan tugas
 Mereka kekurangan kendali internal.
 Kesulitan mempelajari konsep dan proses matematis.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Spesifik
 Faktor Internal
Adanya kerusakan secara fisik anak (impairment):
Kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan
gerak motorik, mengalami hambatan perkembangan
intelektual.
 Faktor Eksternal
Anak mengalami kesulitan-kesulitan tertentu untuk belajar
karena eksternal : Anak sering mendapat perlakuan kasar,
sering diolok-olok, tidak pernah dihargai, sering melihat
kedua orang tuanya bertengkar.
 Faktor Internal dan Eksternal
Klasifikasi Kesulitan Belajar
Spesifik

Disleksia

Disgrafia

Disfraksia

Diskalkulia
Disleksia
 “Dyslexia” dari bahasa Greek yaitu “dys” berarti
kesulitan, dan “lexis” yang berarti bahasa.

 Dyslexia:
Kesulitan belajar spesifik kesulitan
membaca, mengeja, dan menulis, yang tidak
sebanding dengan tingkat intelegensinya.

Faktor-faktor Penyebab Disleksia:


 Genetik/ keturunan.
 Memiliki masalah pendengaran sejak usia dini.
 Faktor kombinasi.
Ciri-ciri Disleksia
 Dapat dilihat dari pada usia sekolah tingkat
dasar.
 Membaca lambat dan mempunyai tulisan yang
kurang bagus.
 Suka mengurangi /menambahkan kata ketika
sedang membaca.
 Mengalami kekeliruan ketika membaca seperti
huruf “p” dianggap “q” dan hurf “b” dianggap
“d”.
 Sering membalik kata-kata, misalnya buku
dibaca "duku", bau dengan "buah", buta dengan
"batu", dan lainnya.
 Selalu terjadi pada pasangan kembar atau bayi
yang lahir tidak cukup bulan.
 Suka menukarkan pemahaman konsep,
misalnya, bingung terhadap pemahaman konsep
atas dengan bawah, depan dengan belakang,
dan sebagainya.
 Kadang-kadang juga disertai artikulasi suara
gagap.
 Kesalahan eja dan kesalahan tulis. Misalnya,
kata pagar ditulis "papar".
 Gangguan ini akan berlanjut sampai anak
meningkat dewasa.
Disgrafia
 Dysgraphia/Disgrafia adalah learning disorder
dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan
menulis.
Faktor Penyebab:
 Apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada
anak/orang dewasa diduga disebabkan oleh
trauma kepala entah karena kecelakaan,
penyakit.
 Hereditas
Ciri-ciri
 Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf
dalam tulisannya.
 Penggunaan huruf besar dan huruf kecil
masih tercampur.
 Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya
tidak proporsional.
 Anak tampak harus berusaha keras saat
mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan,
atau pemahamannya lewat tulisan.
 Sulit memegang bolpoin/pensil dengan
mantap.
 Berbicara pada diri sendiri ketika sedang
menulis/malah terlalu memperhatikan tangan
yang dipakai untuk menulis.
 Cara menulis tidak mengikuti alur garis yang
tepat dan proporsional.
 Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya
diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
ada.
Diskalkulia

 “Dyscalculis” (bahasa yunani) berarti tidak dapat


berhitung.
Faktor Penyebab:
 Kelainan pada otak, terutama dibagian
penghubung antara bagian parietal dan temporal
otak.
 Faktor keturunan
Ciri-ciri
 Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan
lainnya normal
 Sulit melakukan hitungan matematis. Sulit melakukan
proses-proses matematis, seperti menjumlah,
mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami
konsep hitungan angka atau urutan.
 Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi
waktu dan arah.
 Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep
abstrak tentang waktu.
 Sering melakukan kesalahan ketika melakukan
perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi,
mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta
deret ukur.
 Mengalami hambatan dalam mempelajari musik.
Ciri-ciri
 Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas
olahraga karena bingung mengikuti aturan main
yang berhubungan sistem skor.
 Proses penglihatan atau visual lemah dan
bermasalah dengan spasial (kemampuan
memahami bangun ruang).
 Dia juga kesulitan memasukkan angka-angka
pada kolom yang tepat.
 Bingung membedakan dua angka yang bentuknya
hampir sama,misalnya angka 7 dan 9, atau angka 3
dan 8.
 Memberikan jawaban yang berubah-ubah
(inkonsisten) saat diberi pertanyaan penjumlahan,
pengurangan, perkalian atau pembagian.
 Kesulitan membaca angka-angka pada jam, atau
dalam menentukan letak seperti lokasi sebuah
negara, kota, jalan dan sebagainya.
Disfraksia
 “Dys” berarti sulit dan “praxis” artinya bertindak,
melakukan.
 Disfraksia sebagai ‘suatu gangguan atau
kelambatan koordinasi otot yang akhirnya
berakibat pada masalah bahasa, persepsi dan
kemampuan berpikir.

Faktor Penyebab:
 Disfraksia erat kaitannya dengan gangguan pada
sistem syaraf pusat atau otak
Ciri-ciri

 Anak clumsy
 Ketidakmampuan menunjuk bentuk dan
bergerak sesuai tujuan
 Kesalahan koordinasi gerak (Developmental
Co-ordination Disorder/ DCD)
 Kesulitan belajar
 Celebral palsy minimal
 Celebral Dysfunction minimal
Disfungsi minimal otak
Disfungsi minimal motorik
Kesulitan belajar motorik
Disfungsi perkembangan syaraf
Disfungsi persepsi motorik
Kekakuan fisik
Kesulitan belajar spesifik
Disfungsi sensori-motor
Pravalensi
 Survei terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di
Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari
6,0 (enam, nol), 71,8% mengalami disgrafia, 66,8%
disleksia, 62,2% diskalkulia, 33% mengalami
gangguan emosi dan perilaku, 31% gangguan
komunikasi, 7,9% cacat/kelainan anggota tubuh,
6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan
penglihatan, dan 2% gangguan pendengaran
(Balitbang, 1996).
 Prevalensi disleksia bervariasi di tiap Negara,
yaitu sekitar 3-17%, dan rata-rata melaporkan
sekitar 5-10%. Pravalensi disgrafia sekitar 10 %
anak-anak di Inggris mengalami dispraksia dan
2% diantaranya mengalami dispraksia yang
parah

 Berdasarkan pengamatan perbandingan anak


laki-laki dan anak perempuan yang menderita
disfraksia adalah 4:1.

Anda mungkin juga menyukai