Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3

MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


UNIVERSITAS TERBUKA

Nama : Ni Nyoman Tiwi Septiari


NIM : 859028501
Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi : PGSD BI
Kode / Nama MK : PDGK4407.770005 / Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tugas 3
1. Jelaskan 4 faktor yang sering ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan dalam
belajar, dari hasil penelitian para ahli diagnostik (Kirk/Gallagher,1989:197) ?

2. Jelaskan terkait karakteristik anak yang mengalami gangguan dalam masalah mengingat
dan berpikir?

3. Jelaskan terkait karakteristik khusus anak kesulitan menulis dengan tangan?

4. Jelaskan 3 bentuk alasan kegagalan pada sebagian anak berkesulitan belajar menurut
Cawley & Colleagues (Lovitt, 1989;292) ?

5. Jelaskan terkait salah satu tes diagnostik yaitu Woodcock Reading Mastery Test untuk
melakukan asesmen kemampuan membaca ?

Jawaban
1. 4 faktor yang sering ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar, dari
hasil penelitian para ahli diagnostik (Kirk/Gallagher,1989:197) yaitu :
a. Kondisi fisik
Kondisi fisik, meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan
keseimbangan dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang
gizi.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi anak,
akan menghambat perkembangan sosial, psikologis, dan pencapaian prestasi akademis.
Pengalaman yang mengguncangkan jiwa, perasaan tertekan dalam keluarga, dan
kesalahan dalam mengajar juga dapat memperberat kemajuan belajar. Kecuali faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan ini mengakibatkan adanya gangguan
konsentrasi, memori, dan proses berpikir.
c. Faktor Motivasi dan Afeksi
Kedua faktor ini dapat memperberat anak yang mengalami berkesulitan belajar. Anak
yang selalu gagal pada satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran cenderung
menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas, dan rendah diri. Sikap ini akan
mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negatif terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan sekolah. Kegagalan ini dapat membentuk pribadi anak
menjadi seorang pelajar yang pasif (tak berdaya).
d. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis anak berkesulitan belajar terganggu sebagai akibat dari gangguan
perhatian, persepsi visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan
berpikir, dan keterlambatan dalam kemampuan berbahasa. Gangguan-gangguan
tersebut mengakibatkan adanya gangguan psikologis seperti: frustrasi, kurang percaya
diri, drop out, kurang motivasi untuk belajar dan hal-hal negatif lainnya.

2. Karakteristik anak yang mengalami gangguan dalam masalah mengingat dan berpikir
diantaranya:
a. Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk mengingat
sesuatu. Contoh: kepada beberapa anak diperlihatkan suatu daftar kata untuk diingat.
Anak pada umumnya secara spontan dapat mengategorikan kata-kata tersebut agar
mudah diingat, sedangkan anak berkesulitan belajar tidak mampu melakukan strategi
tersebut.
b. Anak berkesulitan belajar mendapat kesulitan untuk mengingat materi secara verbal.
Hal ini terjadi karena mereka mempunyai masalah dalam pemahaman bunyi bahasa,
sehingga sulit memaknai kata atau kalimat. Apabila anak salah menangkap bunyi
bahasa, maka akan menimbulkan kesalahan dalam memaknai kata tersebut. Misalnya
anak sulit membedakan bunyi huruf “k” dan "t", sehingga kata "kopi" kedengarannya
seperti “topi”. Dengan demikian ia mengalami kesalahpahaman dalam memaknai kata
tersebut.

3. Karakteristik khusus anak kesulitan menulis dengan tangan yaitu:


 Lovitt (1989:237) mengemukakan bahwa anak berkesulitan belajar memiliki berbagai
masalah dalam menulis tangan, seperti: 1) menulis dengan lambat; 2) salah dalam
menulis huruf dan angka; 3) tulisannya terlalu miring; 4) jarak tulisannya terlalu rapat;
5) kesulitan mengikuti garis lurus; 6) tulisan tidak terbaca; 7) tekanan pensil yang
terlalu kuat atau terlalu lemah; serta 8) tulisan yang berbayang.
 Sedangkan Lerner (1985:402) mengemukakan bahwa kemampuan menulis dipengaruhi
oleh faktor motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross
modal, penggunaan tangan yang dominan, serta kemampuan memahami instruksi.
 Karakteristik gangguan menulis permulaan sebagai akibat perkembangan motorik yang
belum matang atau mengalami gangguan, antara lain: tulisannya tidak jelas, terputus-
putus, atau tidak mengikuti garis.
 Akibat dari gangguan perilaku seperti hiperaktif atau perhatian yang mudah teralihkan,
dapat menyebabkan kegiatan menulisnya terhambat.
 Gangguan dalam persepsi visual menyebabkan anak sulit membedakan huruf, seperti d
dengan b, h dengan n, dsb.
 Sedangkan gangguan persepsi auditoris dapat menyebabkan anak kesulitan dalam
menuliskan kata-kata yang diucapkan guru atau orang lain.
 Gangguan memori visual menyebabkan anak kesulitan untuk mengingat huruf atau
kata,
 Sedangkan gangguan memori auditoris menyebabkan anak sulit menulis kata-kata yang
baru saja diucapkan guru atau orang lain.
 Gangguan melaksanakan cross modal (menyangkut kemampuan mentransfer dan
mengorganisasikan fungsi visual ke motorik) menyebabkan gangguan koordinasi mata
dan tangan sehingga tulisannya menjadi tidak jelas, terputus-putus, atau tidak
mengikuti garis lurus.
 Kemudian anak yang kidal tulisannya sering terbalik- balik.
 Sedangkan gangguan memahami instruksi dapat menyebabkan anak keliru dalam
menulis kata-kata yang sesuai perintah guru.

4. 3 bentuk alasan kegagalan pada sebagian anak berkesulitan belajar menurut Cawley &
Colleagues (Lovitt, 1989;292) yaitu :
a. Keterkaitan Kegagalan
Kemampuan dalam matematika, sudah tentu berhubungan dengan kemampuan
membaca. Siswa berkesulitan membaca akan memiliki masalah dalam matematika,
terutama dalam soal cerita. Demikian juga masalah dalam menulis permulaan atau
kesulitan dalam menggambar bentuk sederhana, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan matematika. Kemampuan matematika juga rendah, apabila siswa memiliki
kesulitan memahami konsep seperti konsep waktu, ruang, arah, dan jumlah. Dengan
demikian, keberhasilan atau kegagalan siswa dalam matematika sangat berkaitan
dengan kemampuannya dalam bidang lain.
b. Kegagalan Pembelajaran
Sebagian besar anak berkesulitan belajar menerima layanan pembelajarannya di ruang
khusus. Namun, sering kali guru tidak siap untuk memberikan pembelajaran kepada
siswa tentang perhitungan sederhana. Berkaitan dengan hal tersebut, Cawley
mengidentifikasi empat tipe kegagalan dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan ketidaktepatan atau keterbatasan dalam mengembangkan
keterampilan berpikir.
Siswa harus melewati satu keterampilan menuju keterampilan lainnya, sebelum
mencapai tingkat mampu.
Kadang-kadang guru membetulkan konsep anak terlalu cepat, ketika mereka
seharusnya membantu siswa dalam matematika.
Asesmen terhadap kemampuan siswa tidak lengkap, sedangkan kemampuan siswa
harus dianalisis (dipelajari) dari pada dinilai.
c. Kegagalan Individu
Di antara karakteristik siswa yang dipercaya telah berkontribusi terhadap kegagalan
dalam aspek matematika adalah kekurangan perhatian dan masalah dalam menuliskan
atau membaca tanda (encoding), memori, atau pengorganisasian.

5. Tes diagnostik Woodcock Reading Mastery Test yaitu tes diagnostic yang dikembangkan
untuk anak taman kanak-kanak sampai sekolah dasar kelas enam. Tes ini didesain untuk
digunakan secara individual, yang terdiri dari 5 sub tes secara berurutan dari yang mudah
sampai ke yang sulit. Kelima sub tes tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pengenalan Huruf
Sub tes ini mengukur kemampuan menyebut huruf dalam alfabet. Kepada anak
diperlihatkan 5 - 10 huruf dalam kartu kemudian anak disuruh menyebutkan nama-
nama huruf tersebut. Pada akhir kelas empat, siswa seyogianya sudah dapat
menyebutkan seluruh huruf
dalam alfabet secara sempurna.
b. Pengenalan Kata
Sub tes ini terdiri dari 150 kata yang ditulis dalam kartu, setiap kartu berisi 10 kata.
Rentangan kesulitan mulai dari kata-kata yang mudah seperti kata: bola, topi, dan
berakhir dengan kata-kata yang sulit diucapkan ataupun sulit dimengerti seperti:
kualitas, psikologi, dan sebagainya. Tugas anak adalah menyebutkan kata-kata tersebut.
c. Menganalisis Kata
Sub tes ini mengukur kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengucapkan kata-kata
yang tidak mempunyai arti dengan menerapkan bunyi huruf dan menganalisis struktur
bunyi huruf. Tes ini terdiri dari 50 item dan setiap kartu berisi 10 item meliputi
konsonan dan vokal. Contoh: Kepada anak diperlihatkan kata "bele" (tidak mempunyai
arti). Anak tersebut ditugaskan untuk mengucapkan bunyi-bunyi huruf tersebut dalam
kesatuan kata.
d. Pemahaman Kata
Sub tes ini mengukur pengetahuan arti kata dalam bentuk analogi. Setiap analogi terdiri
dari satu pasang kata. Sebagai contoh: kata yang pertama berhubungan dengan kata
yang kedua, dan siswa harus mengisi kata yang kedua setelah penguji mengucapkan
kata yang pertama.
misalnya; salju dingin, matahari .....
Untuk kelas-kelas rendah soalnya dibacakan oleh penguji dan untuk kelas lebih tinggi
soal dibaca oleh siswa sendiri secara perlahan, kemudian melengkapi analoginya
dengan ucapan yang keras.
e. Pemahaman bagian bacaan
Sub tes ini terdiri dari 85 bagian untuk mengukur kemampuan memahami bacaan,
menganalisis kata, dan keterampilan mengartikan kata. Pada setiap bagian ada kata-kata
yang hilang, dan siswa bertugas untuk mengisi bagian yang hilang itu. Tes ini
merupakan tes baku, namun Anda dapat membuat sendiri tes seperti ini (sebagai
asesmen informal) dengan menggunakan teknik cloze procedure.

Anda mungkin juga menyukai