Sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk, terjadi perluasan penggunaan
lahan untuk kepentingan budidaya, meningkatnya kebutuhan sumber daya alam, dan bencana alam, membuat informasi geologi lingkungan menjadi faktor penting dalam pengembangan wilayah, baik dala perencanaan ruang maupun pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu pada tahun 1978, Departemen Pertambangan dan Energi pada tahun 1978 (kini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di bidang kegeologian terpicu untuk membentuk unit teknis eselon II yaitu Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Dinamika perubahan tata kelola pemerintahan dan tata lingkungan, kini eselon II ini bernama Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL). Demikian pula kegiatan-kegiatan di PATGTL penuh dengan dinamika perubahan, baik dalam fokus kegiatan maupun metode-metode penyelidikan hingga penelitian. Peran penting geologi lingkungan semakin dibutukan ketika berbagai peraturan perundangan banyak mencantumkan pasal-pasal terkait pentingnya informasi geologi tata lingkangan, diantaranya: 1) Permen ATR/BPN No. 11 Tahun 2021Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail tata Ruang; 2) Penuntasan Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca bencana Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuefaksi di Provinsi Sulawesi Tengah, yang mana Menteri ESDM mendapatkan penugasan, yaitu: 1) melakukan kajian dan menetapkan daerah rawan gempa bumi dan likuefaksi kemudian memberikan rekomendasi teknis; 2) melakukan penetapan kawasan rawan bencana dan kajian geologi lingkungan rinci untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana sebagai dasar rencana detail tata ruang dan pengelolaan lingkungan; dan 3) berkoordinasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Menteri PUPR, Menteri ATR/BPN, Kepala BMKG, dan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka penuntasan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di wilayah terdampak bencana. Dengan demikian, PATGTL khususnya Tim Kerja Geologi Tata Lingkungan segera merespon fenomena di atas melalui: 1) Penerbitan Peraturan Menteri ESDM tentang Pedoman Penyusunan Informasi Geologi Tata Lingkungan untuk Pengembangan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan; 2) melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan seperti dijelaskan pada paragraf kedua; 3) meningkatkan kinerja para ahli dan kapsitas sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan bahkan meningkatkan jengjang pendidikan ke tingkat pasca sarjana dan doktoral di keilmuan geologi tata lingkungan. Selain itu, secara eksternal, sangatlah penting para ahli perencanaan wilayah dan pengelolaan lingkungan agar jangan sampai terlena melewatkan atau bahkan mengabaikan berbagai fenomena geologi yang sangat dinamis dan semakin sering terjadi di sekitar. Terutama para ahli geologi lingkungan harus terus berkarya mengungkap berbagai fenomena geologi dan selalu berupaya menyadarkan masyarakat dalam memanfaatkan ruang tanpa melampaui batas-batas daya dukung dan kendala geologi suatu wilayah.