Anda di halaman 1dari 16

Daftar Isi

Sekapur Sirih

Daftar Isi

Pendahuluan

Bagian Pertama

1. Letak Geografis dan Demografi


1.1 Letak Geografis
1.2 Demografi
2. Asal Usul Manusia Indonesia
3. Sejarah Singkat
4. Tradisi dan Budaya
5. Kehidupan Masyarakat Indonesia
5.1 Masyarakat Desa
5.2 Masyarakat Kota
6. Sistem Pendidikan di Indonesia

Bagian Kedua

7. Toleransi Hidup Beragama


8. Manusia Berjiwa Seni
9. Sopan Santun dan Etika
10. Jiwa Militansi
11. Sovinisme (Chauvinism)
Bagian Ketiga

12. Disiplin Lalu-Lintas


13. Korupsi di Indonesia…..akankah berakhir?
14. Martabat vs. Martabak
15. Mahalnya Harga Kejujuran
16. Slogan Kosong

Bagian Keempat

17. Prilaku Pamer


18. Sifat Iri Hati dan Dengki
19. Mudah Tersinggung
20. Ikut Campur Urusan Orang Lain
21. Senang Bergurau

Bagian Kelima

22. Akal vs Akal-akalan

23. Uang…….Uang…….Lagi-lagi Uang


24. Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari
25. Boros dan Senang Berhutang
26. Manusia Munafik

Bagian Keenam
27. Etos Kerja (Disiplin Kerja)
28. Kemampuan Berbahasa Asing
29. Pelayanan Publik

30. Sifat Pemalu dan Lemah


31. Sifat Dermawan
32. Demokrasi Kebablasan

Bagian Ketujuh

33. Manusia Suri Tauladan


34. Ukuran dan Aturan
35. Penegakkan Hukum
36. Bangsa Indonesia Dambaan Masa depan
37. Tantangan dan Harapan

PENUTUP

Daftar Pustaka

Glossary

Lampiran
PENUTUP

Sebagai penutup dalam mengakhiri pembahasan tentang judul


BANGSA INDONESIA, Mau Dibawa Kemana? dalam buku ini, dapatlah
kiranya penulis ulas secara ringkas bahwa Bangsa Indonesia pada
dasarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok manusia lainnya yang
berlainan bangsa, budaya, bahasa, bentuk fisik serta beragam
kebiasaan dan keunikannya.

Sifat, watak, mental, kebiasaan dan nilai-nilai kemanusiaan pada


hakikatnya tetap melekat pada manusia manapun yang hidup di
permukaan planet bumi ini. Sebagaimana dilontarkan oleh Bung Karno
pada pidato di sidang umum PBB tahun 1962 tentang Pancasila yang
antara lain dikatakan : “ I belong to members of human family” yang
bermakna bahwa sebagai manusia Indonesia, beliau juga adalah
manusia biasa yang berasal dari satu keluarga. Oleh karenanya setiap
anggota keluarga membawa dan mewarisi sifat, ciri dan nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan
Yang Mahaesa dalam bentuk yang paling sempurna dibandingkan
dengan mahluk lainnya, manusia memiliki berbagai kelebihan. Manusia
diciptakan sebagai mahluk mulia sehingga para malaikatpun
diperintahkan untuk sujud kepadanya dalam arti memuliakannya yakni
ketika manusia pertama Adam dan Hawa dicipkan. Hanya golongan iblis
yang tidak mau tunduk pada perintahNya karena dirinya merasa lebih
mulia sebab diciptakan dari api sehingga membuat Tuhan Yang
Mahakuasa murka kepada iblis dan memerintahkannya untuk turun
dari surga.
Manusia ditakdirkan sebagai pemegang amanah untuk
memelihara bumi ini sehingga penyebaran manusia di bumi ini tiada
lain untuk melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya. Oleh
sebab itu pemeliharaan bumi dengan segala isinya merupakan
tanggung jawab seluruh umat manusia yang harus diembannya dari
mulai hutan, sungai, gunung serta segala isi perut bumi untuk
digunakan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umat manusia serta
mahluk hidup lainnya.

Atas dasar misi yang sama , Bangsa Indonesia tidak bisa


melepaskan diri dari tanggung jawabnya baik sebagai “Khalifah” di
bumi maupun sebagai “Abdi” Tuhan yang menciptakannya. Untuk
menunjukkan bukti adanya rasa tanggung jawab, Bangsa Indonesia
yang diwakili oleh para pemegang kekuasaan dalam hal ini pemerintah
Indonesia, telah memberikan kontribusi nyata dalam turut memelihara
dan menyelamatkan planet bumi ini yakni dengan turut berpartisipasi
dalam berbagai forum internasional yang membahas tentang isu
lingkungan, kebakaran hutan, polusi udara, pencemaran laut,
deforestasi, penanggulangan bencana alam hingga pencegahan serta
pengendalian percobaan senjata nuklir yang bisa mengancam
kerusakan lingkungan hidup dan keselamatan umat manusia.

Begitu pula segala upaya untuk menciptakan kehidupan manusia


yang didasarkan perdamaian abadi dan kerukunan hidup berdampingan
secara harmonis merupakan cita-cita mulia yang selalu diperjuangkan
oleh bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh para Founding
fathers bangsa Indonesia sejak diprokralamasikan kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945.
Pararel dengan misi kemanusiaan, pemerintah Indonesia
menganut politik luar negeri bebas aktif yang tidak berpihak kepada
kekuatan barat atau timur, disebut juga Negara NONBLOCK, tetapi
turut serta ambil bagian dalam menciptakan perdamaian dunia atas
prinsip kemanusiaan dan keadilan. Atas dasar politik luar negeri yang
bebas dan aktif itulah hampir seluruh negara di dunia menghormati
Indonesia sebagai negara yang berkedudukan sejajar dengan negara-
negara besar lainnya. Sebagai bukti adanya upaya menciptakan
perdamaian di dunia ini telah diperlihatkan kepada dunia adanya
insiatif dan keberanian dari Presiden Republik Indonesia pertama Ir.
Soekarno dengan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika dari
tanggal 18 – 25 April 1955 di Bandung yang pada waktu itu diketuai
oleh PM. Ali Sostroamudjojo. Kemudian Indonesia menjadi salah satu
negara yang memprakarsai didirikannya ASEAN (Association of
Southeast Asian Nations) pada 8 Agustus 1967 yang diwakili oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia H.Adam Malik. Indonesia juga masuk ke
dalam keanggotaan G8 dan G20 dimana pada tahun 2022 Presiden RI
Ir. H. Joko Widodo diangkat sebagai Presiden G20 dan ini dianggap
sebagai suatu kehormatan yang tinggi. Langkah yang berani ditempuh
pula oleh Presiden ke tujuh yaitu Ir. H. Joko Widodo dalam lawatannya
ke Rusia dan Ukraina akhir bulan Juni 2022 yang saat itu sedang
berkecamuk peperangan yang belum juga reda. Dalam kunjungannya
ke Ukraina yang langsung disambut oleh Presiden Ukraina Presiden
Velodymir Zelensky, Presiden Jokowi beserta Ibu Negara Iriani Jokowi
diterima dengan baik dan antusias oleh masyarakat Ukraina yang
mengharapkan dihentikannya peperangan dan kembali hidup aman
dan damai seperti sedia kala.
Sama halnya dalam kunjungannya ke Rusia yang disambut hangat
oleh Presiden Rusia Vladdimir Putin dan dengan penuh percaya diri
langsung membahas tentang penyelesaian perang antara Rusia dan
Ukraina. Esensi pembicaraan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi
kepada Presiden Vladimir Putin diantaranya menekankan pada masalah
kemanusiaan yang menyangkut kebutuhan dan keamanan ratusan juta
bahkan miliaran manusia yang terkena dampak peperangan ini. Dengan
himbauan yang begitu simpatik tanpa mengurangi kehormatan kepada
kedua negara tersebut nampaknya bisa diterima oleh kedua negara
yang sedang bertikai ini. Bahkan misi perdamaian yang diupayakan oleh
Presiden Jokowi ini disambut dan dikagumi oleh banyak negara dan
dunia pada umumnya.

Inilah bukti nyata bahwa Manusia Indonesia seperti Jokowi


merupakan prototype manusia unggul berkelas dunia yang dapat
disejajarkan dengan pemimpin dunia lainnya seperti Joe Biden dari
USA, Boris Johnson dari Inggris, Emmanuel Macron dari Perancis, dan
masih banyak lagi. Betapa tidak demikian, dilihat dari luas wilayah,
Indonesia tidak lebih kecil dari negara besar seperti Inggris Raya dan
bila dilihat dari jumlah penduduknya, Indonesia berada di peringkat
keempat setelah China, India dan USA. Belum lagi dilihat dari kekayaan
alam dan wilayah baharinya. Sungguh lengkaplah apa yang dimiliki
negara Indonesia untuk memenuhi segala kebutuhan rakyatnya.

Sungguhpun demikian, permasalahan yang dihadapi oleh


pemerintah dan rakyat Indonesia adalah bagaimana memelihara
persatuan dan kesatuan dari beragam suku dan kepentingan untuk
tetap utuh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman dan
damai serta hidup berdampingan secara harmonis dalam kecukupan
dan berkeadilan. Inilah legacy yang diamanatkan oleh para founding
fathers yang bercita-cita melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan,
merdeka dan berdaulat yang kemudian terus berjuang untuk
menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, gemah ripah
loh jinawi, Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur berdasarkan
falsafah negara Pancasila.

Dalam kurun waktu lebih dari 70 tahun, tepatnya 77 tahun hingga


tahun 2022, Bangsa Indonesia masih terbelenggu oleh himpitan
ekonomi terutama di tingkat akar rumput yang merupakan sebagian
terbesar dari rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Sengkarut kehidupan politik diantara para politisi, pejabat


eksekutif, penegak hukum, tokoh agama dan para pengusaha masih
mewarnai kehidupan berbangsa dan bermasyarakat bak air kolam
penuh lumpur bercampur gulma air walau terdapat banyak ikannya
namun sulit untuk menjadikan kolam itu jernih airnya dan mudah
ditangkap ikannya. Sementara itu, kesenjangan (gap) antara kehidupan
para elit politik, pejabat dan pemimpin pemerintahan baik di daerah
maupun di pusat dengan rakyat kebanyakan semakin jauh dan sulit
untuk dikejar. Akibatnya tingkat kehidupan rakyat banyak makin
terpuruk sedangkan para pemimpinnya makin sibuk dan asik
mengumpulkan pundi-pundi kekayaan yang terus menggelembung.
Akibat lebih jauh, gejolak kehidupan masyarakat bagaikan api dalam
sekam yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi ledakan dahsyat yang tidak
diperkirakan. Semakin tertekan kehidupan masyarakat semakin kuat
mereka ingin mengakhirinya walaupun dalam keadaan diam,
sebagaimana disuarakan oleh tokoh Negro Amerika Martin Luther King
yang mengatakan : “ Our lives begin to end the day we become silent
about things that matter” Walau dalam keadaan diam, hening tak
bersuara, tekanan kehidupan masyarakat akar rumput begitu tak
berdaya untuk mengubah nasibnya agar lebih baik. Maka tak heran jika
kualitas dan index pembangunan Manusia Indonesia tergolong rendah
dibandingkan dengan negara-negara maju, sekalipun disandingkan
dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapore, dan
Thailand.

Mengingat perwujudan Bangsa Indonesia terdiri dari manusia


kebanyakan dengan tingkat pembangunan manusia hanya sebatas rata-
rata bahkan di bawah rata-rata (berada pada peringkat 107 diantara
189 negara di dunia) , maka sulit untuk mengejar ketertinggalan dari
bangsa-bangsa maju lainnya yang berada pada tingkat satu atau dua
digit di antara negara-negara di dunia.

Menyadari kondisi kualitas sumber daya Manusia Indonesia yang


berada pada posisi di bawah rata-rata sebagaimana diungkapkan di atas
dan telah dikemukakan dalam bagian awal di buku ini, seyogyanya
menjadi tantangan dan tanggung jawab para pemimpin bangsa ini
untuk melakukan langkah-langkah yang tepat dan cepat dengan
mengerahkan segala daya berupa kebijakan yang lebih komprehensif
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dari mulai pejabat
dan pemimpin tingkat paling bawah hingga tingkat nasional. Begitu juga
keterlibatan para pengusaha sebagai pengguna tenaga kerja, organisasi
profesi sebagai assessor kualitas tenaga profesi dan tentu saja
perguruan tinggi serta lembaga pendidikan dan pelatihan dari berbagai
tingkatan mutlak diperlukan. Singkat kata, perubahan secara radikal
dan holistik harus menjadi komitmen nasional yang secara konsisten
dan berkesinambungan perlu dilaksanakan dengan catatan harus
dilakukan reparasi kualitas para pemimpin baik dilihat dari segi
mentalitasnya maupun kinerjanya. Begitu juga pengawasan dan sanksi
tetap diterapkan agar apa yang dilakukan sesuai dengan kebijakan dan
perencanaan. Dari kesemuanya itu faktor yang paling mendasar adalah
moral, ahlaq, sikap mental, disiplin dan etos kerja yang mumpuni
sehingga menjadi budaya baru yang lebih produktif serta memiliki daya
saing tinggi.

Upaya untuk melakukan perubahan mendasar ini pernah


dikemukakan oleh seorang tokoh agama dan ulama besar yakni Prof.
Syukron Mamun dalam suatu ceramahnya bahwa untuk merubah
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
diperlukan perbaikaan moral dan ahlaq yang baik, teruji dan terpuji
dari seluruh lapisan masyarakat dari mulai kehidupan di lingkungan RT,
RW, Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota hingga Propinsi dan
Pemerintahan Pusat. Apabila moral dan ahlaq para pemimpin dari
mulai RT hingga Presiden baik dan selalu mengajak masyarakat untuk
memiliki moral dan ahlaq yang baik pula melalui sikap dan tindakan
nyata, maka praktik korupsi, sogok, suap dan penyelewenagn lainnya
dapat dicegah dan diberantas sehingga kehidupan yang damai,
sejahtera dan harmonispun akan dapat diwujudkan.

Dengan adanya langkah-langkah perubahan ke arah tujuan


nasional yang lebih jelas terutama menyangkut perbaikan sikap mental
moral, ahlaq dan kebiasaan-kebiasaan yang produktif dan berdaya
saing tinggi, maka secara gradual tapi pasti akan terwujud Bangsa
Indonesia baru yang lebih berkualitas dan memiliki kualitas hidup
sejajar dengan bangsa-bangsa lain sehingga peringkat pembangunan
manusia Indonesia tidak lagi berada di posisi rendah.

Memang kita tidak boleh menutup mata bahwa banyak kemajuan


yang telah dicapai Indonesia dalam beberapa dekade terakhir ini
terutama selama pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Presiden
Jokowi baik berupa pembangunan infrastruktur yang lebih merata di
beberapa wilayah di luar Jawa, maupun berbagai sarana kesehatan,
pendidikan, produksi pertanian serta sarana piranti lunak seperti
Jaringan akses internet hingga ke pelosok-pelosok desa, akan tetapi
sejumlah kepincangan masih belum teratasi khususnya menyangkut
taraf kehidupan ekonomi masyarakat dalam arti luas.

Seperti telah dibahas dalam paparan sebelumnya, pembenahan


kehidupan politik, penegakkan hukum, praktik korupsi yang makin
mengganas tanpa ada tanda-tanda akan berakhir, pelayanan publik,
isue agama, serta gejolak kehidupan masyarakat pada umumnya
bagaikan benang kusut yang diketahui ujungnya tetapi sangat pelik dan
ruwet untuk mengurainya.

Kesemuanya ini berpangkal pada faktor manusianya, walau


sebangsa dan setanah air serta satu bahasa namun sangat beragam
kepentingan dan keinginannya yang pada akhirnya bermuara pada
berebut kekuasaan, karena dengan kekuasaan seseorang atau
kelompok orang-orang dapat melakukan apa saja yang ingin mereka
raih, sedangkan rakyat yang lemah hanya bisa menerima apa yang
harus mereka rasakan.
Dari uraian ringkas ini akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa
Bangsa Indonesia dilihat dari berbagai dimensi melalui meneropongan
dari jauh maupun pengamatan dari dekat dapat dikatakan sebagai
Kelompok Manusia Multi-dimensional, unik dan sarat dengan ragam
sifat dan kebiasaannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan beragam ciri, sifat, watak, mental, kebiasaan dan segala
keunikannya dalam kehidupan keseharian boleh diumpamakan bagai
“Pelangi” yang kaya akan warna warni kehidupan yang menarik, indah,
dan mengagumkan yang tanpa diduga-duga bisa tiba-tiba pudar
danberganti dengan angin bertiup kencang seumpama badai dahsyat
yang kemudian menurunkan hujan lebat yang bisa diartikan dimulai
tumbuhsuburnya tanaman yang dapat memberikan kemakmuran yang
berlimpah ruah bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebaliknya, dengan gonjang ganjingnya kehidupan politik, praktik


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta upaya penegakkan
hukum di negeri ini masih tak menentu dan patut dipertanyakan,
terutama praktik korupsi yang makin masif, ketidakjujuran aparat
penegak hukum, keserakahan para pejabat di lingkungan eksekutif ,
legislative dan yudikatif dari mulai tingkat pusat hingga perangkat
daerah serta rongrongan dari berbagai golongan seperti kelompok
agama, organisasi masyarakat dan lain-lain, tampaknya belum ada titik
terang dalam penyelesaiannya. Selama masih terjadi silang pendapat
saling menyalahkan dari berbagai kekuatan politik yang masing-masing
bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan, rasanya sulit untuk
mempersatukan Bangsa Indonesia menjadi bangsa dan negara yang
kokoh bersatu berdaulat menjadi negara besar yang disegani bangsa-
bangsa lainnya di dunia. Lantas, apabila setiap kekuatan politik yang
terhimpun dari kelompok partai politik hanya bertujuan untuk
memegang kekuasaan untuk kepentingan kelompok dan golongannya
sendiri, mau dibawa kemana bangsa, rakyat dan negara Indonesia ini.

Ke depan, diharapkan nilai-nilai budaya, sifat, moral, ahlaq dan


pikiran positif yang telah tertanam kokoh dalam dada setiap sosok
manusia Indonesia dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan tetap
terpelihara dan segala kekurangan dan kelemahannya dapat diperbaiki
agar mampu mensejajarkan diri dengan kualitas manusia di belahan
bumi lain yang telah terlebih dulu maju sehingga Indonesia menjadi
Bangsa dan Negara Besar.

Semoga.

IBRAHIM S. MANGOENDIMEDJO
Bangsa
Indonesia
Mau dibawa kemana?
Ibrahim S. Mangoendimedjo

Bangsa Indonesia
Dulu, Kini dan Nanti

Penerbit : PT. Gudang Ilmu

Anda mungkin juga menyukai