Anda di halaman 1dari 9

Nama / Nrp.

: …………………………………………Kelas : …………………………

MODUL PRAKTIKUM
M.A. INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN
PROGRAM SARJANA (S1) KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN IPB

I. Identitas Praktikan
Nama / Nrp. : 1. ……………………………………… Kelas : …………………………..
2. ……………………………………… Kelas : …………………………..
II. Deskripsi Kegiatan Praktikum
a. Pertemuan ke : 4
b. Hari / Tanggal : ………………… / …………………….
c. Pokok Bahasan : Penentuan Volume dan Angka Bentuk Pohon
d. Tujuan Instruktusional Umum (TIU) :
 Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa akan dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan praktis tentang metode dan teknik inventarisasi sumber
daya hutan untuk keperluan pendugaan potensi sumber daya hutan, baik hutan tanaman
maupun hutan alam.
e. Tujuan Instruktusional Khusus (TIK) :
 Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat melakukan pengukuran diameter
pohon per seksi dengan menggunakan SRB
 Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menentukan volume sortimen
dan volume pohon berdiri dengan menggunakan beberapa rumus empiris.
 Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat membandingkan hasil penentuan
volume sortimen dan pohon dari beberapa rumus empiris.
 Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menentukan angka bentuk pohon
bagi penentuan volume pohon.

III. Pengantar Praktikum


Dimensi volume, baik volume sortimen (potongan batang pohon dengan ukuran tertentu) maupun
volume pohon berdiri, merupakan dimensi yang sangat penting peranannya karena dimensi inilah
yang dijadikan dasar bagi penentuan harga sortimen dan log untuk diperjualbelikan.
Penentuan volume sortimen dan pohon biasanya disesuaikan dengan keperluan. Untuk sortimen,
biasanya terdapat ukuran-ukuran tertentu sesuai dengan permintaan pasar. Sedangkan untuk
pohon, umumnya dikenal tiga macam volume, yaitu:
 Volume kayu pertukangan, yaitu volume batang pohon dimana tingginya diukur sampai
batas cabang pertama atau lebih apabila batang di atasnya masih dapat dimanfaatkan untuk
kayu pertukangan.
 Volume kayu tebal, yaitu volume batang pohon dimana tingginya diukur sampai batas
diameter 10 atau 7 cm.
 Volume batang pohon adalah volume pohon tanpa cabang dan ranting dimana tingginya
diukur sampai ke puncak.
Volume sortimen dan pohon dapat ditentukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara singkat, kedua metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Modul Praktikum 1
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

a). Penentuan volume secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat xylometer yang
menggunakan prinsip perpindahan zar cair. Pada cara ini, volume sortimen ataupun log sama
dengan volume air yang terpindahkan ketika sortimen atau log tersebut dimasukkan ke dalam
alat. Namun tentunya cara ini tidaklah praktis walaupun memberikan hasil yang cukup teliti.
b). Penentuan volume secara tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui :
b.1. Pendekatan rumus-rumus empiris; yakni dengan menggunakan rumus-rumus bagi
penentuan volume sortimen ataupun log seperti terlihat pada Tabel 1. berikut:
Tabel 1. Beberapa Rumus Empiris bagi Penentuan Volume Sortimen dan Log
No. Nama Rumus
1. Brereton V = ((/4). ((Dp + Du)/2)2) . L
2. Huber V = Bm . L
3. Smalian V = ((Bp + Bu)/2) . L
4. Newton V = ((Bp + 4Bm + Bu)/6) . L
5. Bruce V = ((Bp + 3Bu)/4) . L
dimana :
V = volume sortimen atau log (m 3);  = 3,14; Dp = diameter pangkal (cm); Du = diameter ujung (cm);
Bm = luas bidang dasar (lbds) pada tengah-tengah (m 2); Bp = lbds pada pangkal (m2); Bu = lbds pada
ujung (m2); dan L = panjang sortimen atau log (m).

b.2. Tabel volume; yakni suatu tabel yang menyajikan dimensi volume untuk diameter
dan/atau tinggi pohon tertentu. Tabel volume dapat dibedakan menjadi: 1) Tabel volume
lokal, yakni jika volume pohon hanya ditentukan oleh besarnya diameter saja, dan 2)
Tabel volume standar, yakni jika volume pohon ditentukan oleh diameter dan tingginya.
b.3. Metode grafis; yakni dengan memplotkan nilai kuadrat diameter atau luas bidang dasar
(m2) pada sumbu x dan tinggi pada sumbu y (pada salib sumbu cartesius), dimana luas
daerah di bawah kurva tersebut menyatakan volume pohon. Namun cara ini kurang
efektif terutama karena cukup sulitnya menentukan luas daerah dibawah kurva.
Pendekatan sederhana dalam penentuan volume pohon menggunakan rumus-rumus empiris adalah
dengan mengasumsikan bahwa batang pohon berbentuk silinder sehingga dapat digunakan rumus
silinder untuk menentukan volume pohon tersebut. Namun dalam kenyataannya, tidaklah ada
pohon yang berbentuk silinder melainkan semakin meruncing seiring dengan semakin tingginya
pohon. Oleh karena itu, pendekatan dengan rumus silinder haruslah dikoreksi dengan suatu angka
yang disebut dengan angka bentuk pohon (f). Dalam hal ini, angka bentuk pohon merupakan
suatu faktor koreksi yang diperoleh dari perbandingan antara volume pohon dengan volume
silinder yang mempunyai tinggi dan bidang dasar yang sama, dan dirumuskan sebagai berikut:

, …………………………………………………….. (1)

dimana : f = angka bentuk pohon,


V = volume pohon sebenarnya (dihitung dengan
cara integrasi volume per seksi),
Vs = volume silinder

Berdasarkan bidang dasar yang digunakannya, dikenal ada 3 macam angka bentuk, yaitu :
 Angka bentuk tak murni/buatan (f1,30), yakni perbandingan antara volume batang pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi 1,30 m di
atas tanah (dat).

Modul Praktikum 2
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

 Angka bentuk normal/nyata (f0,90), yakni perbandingan antara volume batang pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada bagian pohon setinggi
sepersepuluh (1/10) dari tinggi total pohon.
 Angka bentuk mutlak/absolut (f1), yakni perbandingan antara volume batang pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada pangkal pohon.

Untuk menentukan angka bentuk pohon, harus dilakukan pengukuran diameter per seksi guna
menentukan volume per seksi, dimana volume pohon sebenarnya diperoleh dari penjumlahan
volume per seksi tersebut. Pengukuran diameter per seksi dilakukan dengan mengukur diameter
batang (pangkal dan ujung) pada setiap panjang seksi yang ditentukan, misal : panjang seksi 2 m,
dengan bantuan Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB).
Pada praktikum kali ini, praktikan akan mempelajari dan mempraktekan cara-cara penentuan
volume pohon berdiri khususnya dengan menggunakan rumus-rumus empiris. Dalam hal ini,
mengingat sortimen tidak tersedia maka pengukuran dilakukan dengan (mengandaikan) membuat
sortimen pada pohon berdiri dengan panjang 150 cm. Selanjutnya, praktikan akan dapat
membandingkan bias, ketelitian, dan ketepatan dari masing-masing rumus empiris sehingga dapat
membuat rekomendasi tentang rumus manakah yang tepat bagi penentuan volume sortimen
ataupun pohon berdiri. Selain itu, praktikan akan melakukan pengukuran diameter per seksi dan
perhitungan volume per seksi. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, selanjutnya praktikan akan
dapat menentukan angka bentuk pohon yang berguna untuk penentuan volume pohon dengan
pendekatan silinder terkoreksi.

IV. Bahan dan Alat yang Digunakan


Dalam praktikum ini, praktikan harus mengukur 3 pohon contoh (jenis pohon ditentukan sendiri
oleh praktikan, sebaiknya terdiri atas daun lebar dan daun jarum). Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat ukur sebagai berikut :
 Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB)
 Pita ukur : phi band dan pita keliling

V. Tahapan Kegiatan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
 Pemberian materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.
 Pembagian alat-alat ukur kepada setiap regu.
 Pengukuran diameter per seksi pada pohon contoh, yakni meliputi diameter pangkal (10 cm di
atas tanah) dan diameter ujung. Untuk menentukan volume sebenarnya (sebagai pembanding),
digunakan cara per seksi (menggunakan rumus Smalian) dengan membuat beberapa seksi yang
panjangnya 2 meteran. Selain itu, diukur pula diameter tengah pada pohon contoh untuk
menerapkan rumus Huber dan Newton.
 Pengisian tally sheet dan perhitungan volume pohon berdiri serta analisis dan pembahasannya
pada lembar kerja praktikum.
 Pengumpulan lembar kerja praktikum.

Modul Praktikum 3
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

PENENTUAN VOLUME PER SEKSI DAN ANGKA BENTUK POHON

3.1. Hasil Pengukuran Diameter Per Seksi

Berdasarkan hasil pengukuran diameter per seksi pada pohon berdiri, diperoleh data seperti tertera
pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter per Seksi dan Perhitungan Volume per Seksi Pohon Contoh
Posisi Pohon 1 : ……………….. Posisi Pohon 2 : ……………………
No. No.
Pengu- Pengu-
Seksi Di Bi Li Vi Seksi Di Bi Li Vi
kuran kuran
(cm) (m2) (m) (m3) (cm) (m2) (m) (m3)
P1 … … P1 … …
1 U 1 = P2 … … … … 1 U1 = P2 … … … …
2 U 2 = P3 … … … … 2 U2 = P3 … … … …
3 U 3 = P4 … … … … 3 U3 = P4 … … … …
4 U 4 = P5 … … … … 4 U4 = P5 … … … …
5 U 5 = P6 … … … … 5 U5 = P6 … … … …
6 U 6 = P7 … … … … 6 U6 = P7 … … … …
7 U 7 = P8 … … … … 7 U7 = P8 … … … …
8 U 8 = P9 … … … … 8 U8 = P9 … … … …
9 U9 = P10 … … … … 9 U9 = P10 … … … …
10 U10 = P11 … … … … 10 U10 = P11 … … … …
11 U11 = P12 … … … … 11 U11 = P12 … … … …
12 U12 = P13 … … … … 12 U12 = P13 … … … …
13 U13 = P14 … … … … 13 U13 = P14 … … … …
14 U14 … … … … 14 U14 … … … …
D1,30 = dbh … D1,30 = dbh …
D0,9 … D0,9 …
D0,5 D0,5
D1 … D1 …
Tinggi *) … Tinggi *) …
Volume (V) …. Volume (V) …

Keterangan :
Di = diameter pangkal atau ujung pada seksi ke-i
D0,90 = diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon,
D1 = diameter pada pangkal pohon (20 cm dari atas tanah)
Bi = luas bidang dasar pangkal atau ujung seksi ke-i = 0,25.Di2
Li = panjang seksi ke-i

Tinggi = jumlah panjang seksi =

Vi = volume seksi ke-i = (rumus Smalian)

Modul Praktikum 4
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

3.2. Penentuan Volume Pohon

Berdasarkan data hasil pengukuran diameter pangkal, tengah dan ujung pada pohon berdiri seperti
terlihat pada Tabel 2, selanjutnya dapat ditentukan volume pohon per seksi dan volume pohon berdiri
dengan menggunakan rumus-rumus empiris di atas (lihat Tabel 1) yang hasil perhitungannya seperti
tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Volume Pohon


Volume Pohon dari Rumus Empiris (m3)
Volume Pohon per
No. Nama Pohon Brereton Huber Smalian Newton Bruce
Seksi (m3), (V)
(V1) (V2) (V3) (V4) (V5)

3.3. Perbandingan Performansi Rumus Dugaan Volume

Untuk mendapatkan gambaran performansi dari setiap rumus, baik mengenai bias, ketelitian, maupun
ketepatan dalam pendugaan volume sortimen, dapat dilakukan analisis sebagai berikut :
 Bias dugaan volume (ei), yaitu simpangan atau kesalahan sistematis yang nilainya
bisa positif atau negatif, yang mungkin terjadi karena kesalahan pengukuran, cara pemilihan
contoh dan teknik dalam pendugaan parameter. Untuk melihat bias dari masing-masing rumus

dapat digunakan statistik rata-rata bias sebagai berikut : ; dimana (i

= banyaknya sortimen, j = rumus ke-j). Dengan demikian, bias dapat mengukur kecenderungan
overestimate atau underestimate dari pengukuran masing-masing rumus.
 Ketelitian dugaan volume, yakni menunjukkan pengelompokkan nilai-nilai
pengamatan di sekitar nilai tengahnya. Ketelitian dapat diukur dengan menghitung besar kecilnya
interval toleransi (TI) dengan rumus sebagai berikut: ; dimana untuk =5%

dan untuk =1%; serta (atau dari kalkulator).

Dalam hal ini, semakin sempit (kecil) selang TI maka ketelitian rumus tersebut semakin baik.
 Ketepatan dugaan volume, yakni menunjukkan besarnya simpangan suatu nilai
dugaan terhadap nilai parameter sebenarnya. Untuk membandingkan ketepatan dugaan volume
dari tiap rumus, dapat digunakan statistik rata-rata simpangan absolut (MAE) dengan rumus :

. Semakin kecil nilai MAE maka ketepatan rumus tersebut semakin baik.

Berdasarkan hal di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya bias, ketelitian, dan ketepatan dari
masing-masing rumus untuk menduga volume sortimen. Dalam hal ini, volume sebenarnya yang
dihitung dengan cara per seksi merupakan nilai pembanding (kontrol). Hasil perhitungan untuk data
pada Tabel 3 di atas adalah seperti terlihat pada Tabel 4.

Modul Praktikum 5
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

Tabel 4. Perbandingan Performansi Rumus dalam Pendugaan Volume Sortimen


Selisih Hasil Pengukuran (ei)
No. Nama/Jenis Pohon
V1 – V (e1) V2 – V (e2) V3 – V (e3) V4 – V (e4) V5 – V (e5)

Error ( )

Rata-rata Bias ( )

Simpangan Baku Error (


)

Interval Toleransi (TI)

MAE (Mean Absolut


Error)

3.4. Penentuan Angka Bentuk Pohon

Berdasarkan data pengukuran per seksi seperti terlihat pada Tabel 1, selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan angka bentuk pohon, baik angka bentuk tak murni/buatan (f1,30), angka bentuk
normal/nyata (f0,90) maupun angka bentuk mutlak/absolut (f1), dengan menggunakan persamaan 1 di
atas, sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Perhitungan Angka Bentuk Pohon


Volume (m3) Angka Bentuk
Dbh D0,90 D1 Vs (f)
No. Nama Pohon
(cm) (cm) (cm) V
V1,30 V0,90 V1 f1,30 f0,90 f1

1.

2.

Keterangan: Vs = volume silinder = 0,25.D2.L ; V = total volume per seksi (dari Tabel 1) ; f = V/Vs

3.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran diameter per seksi, perhitungan volume per seksi, dan penentuan angka
bentuk pohon seperti terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3, buatlah pembahasan mengenai hal-hal
berikut :
 Bagaimana nilai dugaan volume pohon dari masing-masing rumus ? Rumus manakah yang dapat
menduga volume dengan baik (lihat kriteria bias, ketelitian, dan ketepatan) ? Mengapa demikian ?
Buatlah ranking untuk masing-masing rumus dari yang paling teliti sampai kurang teliti ! Apa
yang bisa Anda rekomendasikan untuk penerapan praktisnya ?

Modul Praktikum 6
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

 Jelaskan kegunaan penentuan volume sortimen dan volume pohon berdiri dalam kegiatan
pengelolaan hutan !
 Bagaimana angka bentuk dari masing-masing pohon contoh tersebut, baik menyangkut besar
nilainya maupun perbandingan antara angka bentuk pohon (baik angka bentuk buatan, normal
maupun mutlak) dari jenis daun lebar dan daun jarum. Kaitkan pula dengan aspek teoritisnya
yang telah Anda pahami.
 Kemukakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan (dan bagaimana pengaruhnya) dalam penentuan
angka bentuk pohon. Apa yang bisa Anda simpulkan apabila Anda ingin menentukan angka
bentuk suatu jenis pohon dalam suatu tegakan di lapangan ?
 Apa kegunaan dari angka bentuk pohon dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan pengelolaan
hutan ?
 Lain-lain yang menurut Anda relevan dengan materi ini.

Pembahasan
(Apabila kolom ini kurang mencukupi, gunakan halaman di balik halaman ini !)

Modul Praktikum 7
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

Pembahasan (lanjutan)
(Apabila kolom ini kurang mencukupi, gunakan halaman di balik halaman ini !)

PENGESAHAN
Praktikan : Dosen/Asisten :

(_________________) (_________________)
Nrp. Nrp. (________________________)

PENILAIAN
Nilai Laporan : Dosen/Asisten Penilai :

Modul Praktikum 8
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Nama / Nrp. : …………………………………………Kelas : …………………………

Komentar Isi Laporan :

(________________________)

Modul Praktikum 9
M.a. Inventarisasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

Anda mungkin juga menyukai