Anda di halaman 1dari 14

Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

AUDIENCE FRAMING PADA PEMBERITAAN POLISI VIRTUAL DI NARASI


NEWSROOM

Shulfi Ana Helmi, Sumardjijati


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
18043010124@student.upnjatim.ac.id, sumardjijati.ikom@upnjatim.ac.id

Abstrak. Media berita turut mengalami pergeseran sejak berkembangnya teknologi yang begitu
masif terutama setelah kemunculan internet. Tren terbaru menunjukkan media pemberitaan
merambah pada platform media sosial. Narasi merupakan salah satu media yang menggunakan
media sosial sebagai platform pendistribusian beritanya. Kanal berita narasi bernama Narasi
Newsroom yang menggunakan media sosial instagram sebagai platform unggahan berita
utamanya. Salah satu isu menarik yang diberitakan oleh Narasi Newsroom adalah Polivisi Virtual.
Polisi Virtual sendiri merupakan Polisi yang bertugas di ranah virtual khususnya media sosial.
Media sosial sebagai platform berita memberikan peluang bagi audiens untuk berkomentar.
Hubungan keterlibatan audiens dalam dimensi normatif, yakni audiens dapat memberi makna dan
nilai pada media berdasarkan pengalaman autobiographical, identitas, dan demografi terhadap teks
atau topik media. Audiens memiliki otoritasnya sendiri untuk memaknai atau mengintepretasikan
teks yang disampaikan oleh media. Kajian framing dapat dilakukan tidak hanya dari sisi media
yang melakukan framing namun juga dapat dikaji dari sisi framing yang dilakukan oleh audiens.
Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui audience framing yang terbentuk
oleh audiens pada pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Newsroom dengan menggunakan metode
penelitian audience framing. Hasil dari penelitian Audience Framing pada Pemberitaan Polisi
Virtual di Narasi Newsroom menunjukkan terdapat lima framing yang terbentuk yaitu frame
urgensi pembentukan Polisi Virtual, frame narasumber tidak seimbang, frame Narasi media
kredibel dan kritis, frame kewaspadaan dalam bermedia sosial, dan frame citra buruk Polisi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya frame tersebut adalah literasi digital, kepercayaan
audiens terhadap media yang dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, dan kepercayaan
masyarakat terhadap Polisi.

Kata Kunci: berita sosial media, audience framing, Polisi Virtual

Abstrack. The news media has also experienced a shift since the massive development of
technology, especially after the emergence of the internet. The latest trend shows that news media
is reaching out to social media platforms. Narasi is one of the media that uses social media as a
news distribution platform. Narasi news channel called Narasi Newsroom which uses social media
Instagram as its main news upload platform. One of the interesting issues reported by Narasi
Newsroom is Virtual Police. The Virtual Police itself is a police officer who works in the virtual
realm, especially social media. Social media as a news platform provides opportunities for
audiences to comment on audience engagement relationships in a normative dimension, audiences
can give meaning and value to media based on autobiographical, identity, and demographic
experiences of texts or media topics. The study of framing can be done not only from the side of
the media that does the framing but can also be studied from the side of the framing that is done
by the audience. Therefore, this study aims to determine the audience framing formed by the
audience on the Virtual Police reporting in the Narasi Newsroom by using the audience framing
research method. The results of the Audience Framing research on Virtual Police Reporting in
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 141
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

Narasi Newsroom, there are five framings formed, they are urgency for the formation of the Virtual
Police frame, the unbalanced resource frame, Narasi as a credible and critical media frame, the
alert in social media frame, and the bad image of the police frame. The factors that influence the
formation of the frame are digital literacy, audience trust in the media they consume, background
experience, and public trust in the police.

Keywords: news on social media, audience framing, Virtual PoliceKata Kunci: Pemberdayaan
Masyarakat, Strategi Komunikasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 142


Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

PENDAHULUAN Salah satu isu menarik yang diberitakan oleh


Narasi Newsroom adalah Polivisi Virtual.
Media berita turut mengalami pergeseran Dalam hal ini, Narasi Newsroom dalam
sejak berkembangnya teknologi yang begitu rentang tanggal 18 Februari hingga 16 Maret
masif terutama setelah kemunculan internet. 2021 telah mengunggah 4 berita berita yang
Data dari Internetworldstats menunjukkan, membahas tetang polisi virtual. Polisi Virtual
Indonesia menempati peringkat ketiga ada untuk memperingatkan pemilik akun
dengan pengguna internet paling banyak di media sosial yang berpotensi melanggar UU
Asia. Pada Maret 2021, pengguna internet di ITE yang nantinya dapat berujung pada
Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa hukum pidana. Hal ini juga merupakan upaya
(Kusnandar, 2021). Korps Bhayangkara untuk memberikan
Media berbasis online saat ini edukasi kepada masyarakat agar tidak
memegang peranan penting dalam menyebarkan konten yang memiliki potensi
persaingan antar media massa, mengingat pelanggaran hukum. Hal ini tentu tidak
adanya digitalisasi yang mempengaruhi terlepas dari pro dan kontra serta perhatian
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tren masyarakat dan media. Berbagai media pun
terbaru menunjukkan media pemberitaan telah memuat berita ini setidaknya sejak hari
merambah pada platform media sosial. pertama Polisi Virtual resmi beroperasi tak
Media sosial kini telah memainkan peran terkecuali media berita online.
penting sebagai media yang digunakan Media sosial sebagai platform berita
audiens untuk mengakses berita. Reuters memberikan peluang bagi audiens untuk
Institute Digital News Report 2021 berkomentar secara lebih luas dan dapat
menemukan 15% dari orang yang diteliti menambahkan perspektif mereka sendiri
menggunakan instagram untuk mengakses sebagai kontribusi informal terkait peristiwa
berita. Angka ini menyalip sosial media yang ada dalam berita (Bossio, 2017).
twitter dengan prosentase 13% dari jumlah Menurut Steensen hubungan keterlibatan
orang yang diteliti (Hölig & Hasebrink, audiens dalam dimensi normatif, audiens
2021). Instagram sebagai platform berita dapat memberi makna dan nilai pada media.
telah menciptakan ruang dimana berita dapat Penilaian ini dilakukan secara pribadi
diakses dengan mudah dan dikonsumsi maupun kolektif baik penilaian secara positif
dengan nyaman (Bishop, 2020). maupun negatif berdasarkan pengalaman
Narasi merupakan salah satu media autobiographical, identitas, dan demografi
yang menggunakan media sosial sebagai terhadap teks atau topik media. Hubungan
platform pendistribusian beritanya. Kanal keterlibatan audiens terhadap konten juga
berita narasi bernama Narasi Newsroom yang dapat berupa bentuk menemukan teks atau
menggunakan media sosial instagram topik media yang relevan dan bermakna
sebagai platform unggahan berita utamanya. (Valiant, 2020).
Dalam salah satu wawancara Najwa Shihab Audiens juga turut aktif berkomentar
selaku salah satu pendiri Narasi memaparkan pada setiap unggahan Narasi Newsroom
motivasi didirikannya Narasi adalah terkait pemberitaan Polisi Virtual. Beberapa
kemandirian bukan netralitas. Menurutnnya komentar tersebut menyatakan dukungan
menjadi netral berarti tidak mengambil posisi atas dibentuknya Polisi Virtual. Beberapa
apapun, berbeda dengan mandiri yang berarti diantaranya menyatakan ketidaksetujuan dan
membela kebenaran dan kepentingan publik keraguannya pada Polisi Virtual. Hingga
meskipun tidak netral (Putri, 2020). beberapa yang menyoroti media dalam
mengemas berita tersebut.
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 143
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

proses audience framing, individu menerima


(Gambar screenshot komentar audiens pada informasi dari media kemudian menilai,
unggahan berita di Narasi Newsroom) menyaring, dan menafsirkannya berdasarkan
Media sosial memungkinkan adanya pengetahuan sebelumnya, emosi, dan entitas
komunikasi secara interaktif sehingga latar belakangnya (Pan & Kosicki, 1993).
audiens dapat memberikan respon secara Dengan adanya akses informasi yang
langsung salah satunya melalui kolom terbuka lebar memungkinkan audiens untuk
komentar. Lindawati, dalam penelitiannya mendapatkan berbagai macam informasi dari
yang berjudul “Pola Akses Berita Online berbagai platform pula. Menggunakan
Kaum Muda” menemukan digital natives analisis audience framing memungkinkan
(generasi yang akrab dengan dunia digital) untuk mengungkapkan faktor apa yang
terbiasa membandingkan sumber berita yang mempengaruhi pembentukan kerangka
satu dengan sumber berita yang lain. Mereka referensi individu atau apakah frame individu
juga tidak mudah percaya dengan satu hanya merupakan replikasi dari frame media
sumber berita saja. Setidaknya mereka dan bagaimana audiens memainkan peran
memerlukan 3-4 sumber berita yang aktif dalam membangun atau menolak
digunakan sebagai pembanding (Lindawati, bingkai media (Dietram A. Scheufele, 2009).
2015). Generasi ini memiliki akses yang Berdasarkan pemaparan tersebut penelitian
lebih tinggi terhadap media online dan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
memiliki karakteristik pola komunikasi yang audiens dalam mem-framing pemberitaan
sangat terbuka dibandingkan generasi- tentang Polisi Virtual di media Narasi
generasi sebelumnya (Putra, 2016). Dengan Newsroom dan faktor apa saja yang
adanya hal ini tentu akan dapat mempengaruhi dan membentuk
mempengaruhi bagaimana audiens pembingkaian tersebut oleh audiens.
mempersepsi atau memaknai framing berita
yang dibuat oleh media. KAJIAN TEORI
Sebagian besar penelitian framing
cenderung menitik beratkan framing yang Konstruksi Realitas Media. Teori
dibuat oleh media dan melihat audiens konstruksi sosial awal mula diperkenalkan
sebagai audiens pasif yang hanya bereaksi oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann
saat diterpa oleh media. Namun sebaliknya, dalam bukunya yang berjudul “The Social
audiens memiliki otoritasnya sendiri untuk Construction of Reality : A Treatise in The
memaknai atau mengintepretasikan teks yang Sociological of Knowledge”. Berger dan
disampaikan oleh media (Hapsari, 2013). Luckmann menggambarkan proses sosial
Oleh sebab itu, tidak tepat kiranya audiens melalui tindakan dan interaksi, dimana setiap
dianggap pasif dan penelitian framing hanya orang menciptakan suatu realitas yang
dititik beratkan pada medianya saja. Kajian dimiliki dan dialami bersama sebagai
framing dapat dilakukan tidak hanya dari sisi subjektif. Menurut Berger dan Luckmann
media yang melakukan framing namun juga realitas sosial itu memisahkan antara
dapat dikaji dari sisi framing yang dilakukan “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas ini
oleh audiens. diartikan sebagai kualitas yang terdapat
Audience framing merupakan dalam realitas, yang diakui memiliki
mekanisme dimana audiens menerima dan keberadaan (being), sedangkan pengetahuan
menafsirkan informasi yang masuk dan diartikan sebagai kepastian bahwa sebuah
mereka terima lalu kemudian menciptakan realitas itu nyata (real) dan memiliki
maknanya sendiri (Rasul, 2011). Selama
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 144
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

karakteristik yang spesifik (Berger & tersimpan di memorinya. Terakhir, audiens


Luckmann, 1996). mengevaluasi kemudian mempertimbangkan
Konstruksi berita sangat dipengaruhi apakah isu yang telah di framing oleh media
oleh kepentingan masing-masing media. sebelumnya perlu untuk dimaknai dan
Mulkan (2011) mengemukakan bahwa media dibingkai atau tidak (Chong & Druckman,
massa ada yang berkepentingan politik, 2007).
karena media massa tersebut mendapat Dalam artikel penelitian yang
support dari kekuatan politik, ada pula yang berjudul “Framing as a Theory of Media
berkepentingan ekonomi karena keuntungan Effect”, Dietram Scheufele memetakan
secara materiil adalah target dari media audience frame dan media frame dalam
massa itu sendiri. Begitu pula yang bermotif variabel independen dan dependen. Beberapa
agama, karena media massa tersebut pertanyaan penelitian sehubungan dengan
didirikan oleh kelompok agama tertentu audience frame sebagai variabel dependen
untuk menyampaikan kepentingan agama yakni:
tersebut. 1. Faktor mana yang mempengaruhi
pembentukan frame oleh individu, atau
Audience Framing. Kajian audience apakah frame individu hanya merupakan
framing berasal dari pengintegrasian antara replikasi dari frame yang dibentuk oleh
teori framing dengan teori audiens. media?
Sebelumnya teori framing hanya berfokus 2. Bagaimana audiens memainkan
pada framing yang terbentuk oleh media peran aktif dalam membangun atau menolak
yang menyampaikan pesan saja karena bingkai media?
audiens dipandang sebagai passive audience. Sedangkan pertanyaan penelitian
Kemudian kajian framing mulai berkembang sehubungan dengan audience frame sebagai
pada efek framing yang mengkaji efek yang variabel independen yaitu:
ditimbulkan dari adanya media framing 1. Bagaimana audience frame
terhadap audiens. Perkembangan selanjutnya mempengaruhi persepsi individu terhadap
audiens tidak lagi dipandang sebagai passive suatu isu?
audience. Sama seperti media, audiens juga Audince framing tidak terlepas dari teori
aktif melakukan pembingkaian terhadap encoding-decoding yang dikemikakan oleh
suatu pesan yang diterima. Kajian-kajian Hall (1980). Media meng-encode realitas
baru mengkaji faktor-faktor yang yang ada menjadi pesan yang kemudian
mempengaruhi terbentuknya frame dan didistribusikan ke audiens, audiens kemudia
proses penerimaan pesan yang disampaikan men-decode pesan tersebut sesuai dengan
oleh media kepada audiensnya (Hapsari, pengalaman, kepercayaan, nilai, dan
2013). pengetahuan yang dimikinya. Hal ini yang
Dalam proses efek framing, menurut mengakibatkan tiap individu memiliki
Chong dan Druckman terdapat tiga tahap kemungkinan memaknai pesan yang sama
mekanisme psikologis yang dialami oleh dengan makna yang berbeda (Hapsari, 2013).
audiens. Pertama, audiens telah memiliki
memori dalam otak yang menyimpan Teori Encoding-Decoding. Menurut
pengetahuan dan kepercayaan atau nilai. pandangan teori encoding-decoding, setiap
Kedua, saat audiens menangkap isu yang pesan adalah bagian dari rangkaian fenomena
diframing oleh media, ia mencocokkan hal sosial yang mentah dan di dalamnya terdapat
tersebut dengan pengetahuan dan ideologi-ideologi (Storey, 2007). Inti dari
kepercayaan yang sebelumnya telah pendekatan teori ini adalah untuk mengetahui
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 145
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

pemahaman dan pembentukan makna yang banyak orang. Berita berisi laporan kejadian
dibuat oleh penerima pesan. terbaru (aktual) dan informasi yang
Pesan yang disampaikan melalui digunakan sebagai bahan berita adalah
media bersifat terbuka dan memiliki banyak sesuatu yang dianggap penting serta menarik
makna (polisemi). Setiap pesan ditafsirkan bagi banyak orang (Cahya, 2018).
secara berbeda menyesuaikan dengan Sementara itu, Laurence R Campbell
konteks dan budaya penerima pesan. dan Rolland E Wolseley mendefinisikan
Encoding-decoding berfokus pada berita sebagai bentuk laporan terbaru dari
bagaimana hubungan antarpesan suatu kejadian, masalah, atau pendapat yang
diintepretasikan oleh audiens . memungkinkan untuk dapat menarik
Encoding sediri adalah proses yang perhatian sebanyak-banyaknya dari audiens
dilakukan oleh komunikator untuk (Wahjuwibowo, 2015). Doug Newsom dan
menerjemahkan ide-ide atau pikiran ke dalam James A. Wollert mengemukakan berita
suatu bentuk pesan yang dapat diterima oleh adalah segala informasi penting yang perlu
komunikan atau penerima pesan. Sedangkan dan ingin diketahui oleh masyarakat luas
decoding adalah kebalikan dari encoding, (Suherdiana, 2020).
yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Hall, dalam bukunya yang berjudul
komunikan atau penerima pesan untuk Online Journalism mendefinisikan berita
menerjemahkan atau mengintepretasikan online sebagai bentuk jurnalisme yang telah
pesan hingga menjadi bentuk yang memiliki dipahami seperti sebagaimana historisnya
arti bagi penerima pesan (Nurhakki, 2017). yang kemudian dikemas ulang. Berita online
Teori encoding-decoding yang merupakan juga dapat diartikan sebagai proses
hasil dari penelitian Hall menunjukkan pengemasan berita melalui saluran yang
adanya hubungan pemaknaan tanda oleh berupa media online tanpa mengubah
pembuat dan penerima pesan. Encoding- pengertian dari berita itu sendiri (Cahyanda,
decoding terbuka bagi penerima pesan yang 2014).
mana penerimaannya bisa berbeda-beda. Internet juga telah mengubah sistem
Penerimaan yang berbeda ini diakibatkan komunikasi dan informasi, madia sosial
oleh adanya perbedaan latar belakang sebagai alternatif dari media konvensional.
kebudayaan si penerima pesan. Dalam hal Nielsen dan Schroder dalam survei yang
ini, ras, kelas sosial, gender, dan usia turut dilakukan terhadap delapan negara Eropa
berperan penting dalam menyediakan menunjukkan pada tahun 2014 media sosial
perangkat latar belakang bagi penerima pesan masih kurang banyak digunakan sebagai
dalam proses decoding (Tusnawati, 2017). sumber berita dibandingkan media cetak.
Selang dua tahun, pada 2016 hasil survei
Berita Media Sosial. Menurut Departemen menunjukkan setengah dari responden survei
Pendidikan Republik Indonesia, berita adalah mengaku menggunakan media sosial sebagai
suatu laporan mengenai kejadian atau sumber berita. Media sosial juga digunakan
peristiwa yang hangat. Berita juga dapat sebagai sumber berita utama oleh satu dari
diartikan sebagai laporan tentang peristiwa sepuluh orang dalam survei tersebut
aktual yang dapat menarik perhatian orang (Newman, 2016).
banyak. Dalam konteks media massa, berita Terdapat tujuh kategori spesifik yang
adalah informasi yang disampaikan melalui diidentifikasi dapat berkontribusi dalam
media massa (Fajar, 2010). kelayakan berita di media sosial yakni terkait
Berita memiliki keterkaitan yang erat jarak geografis, kepositifan, kenegatifan,
dengan kebutuhan informasi yang diperlukan
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 146
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

konflik, jarak budaya, eksklusivitas, dan publik. Dalam konteks jurnalistik, media
kepentingan manusia (Ozoran, 2020). sosial telah mengubah sifat diaolog antara
Meningkatnya penggunaan media sosial jurnalis dan audiens, menciptakan ruang baru
untuk konsumsi berita telah mempengaruhi bagi audiens mengkritik hingga mengabaikan
nilai-nilai produksi berita yakni peningkatan jurnalis. Dengan demikian, perubahan yang
prioritas pada interaktivitas konten berita, dibawa oleh lingkungan media sosial dalam
partisipasi khalayak dalam berita, hubungan komunikatif audiens memiliki
transparansi proses produksi berita, dan visibilitas yang kompleks terkait keterlibatan
penyebarluasan berita 24 jam secara sosial budaya dan politik, serta pembingkaian
langsung (Bossio, 2017). Sementara itu berita (Bossio, 2017)
terdapat tiga kategori utama untuk
menentukan nilai berita jurnalisme online METODE
meliputi hypertext, multimedia, dan
interaktivitas. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan
Interaktivitas adalah faktor yang kualitatif. Croswell (2008) mendefinisikan
sangat penting dalam jurnalisme media baru pendekatan kuatatif sebagai suatu cara atau
dan membentuk kelayakan berita di platform metode untuk memahami fenomena yang
online. Interaktivitas online didefinisikan bersifat sentral (Raco, 2010). Penelitian
berdasarkan tiga perspektif utama yakni kualitatif berfokus pada bagaimana subjek
sebagai atribut sistem media secara teknis, penelitian mendeskripsikan fenomena dan
sebagai atribut proses komunikasi, dan memaknai berdasarkan pengalamannya.
sebagai atribut persepsi audiens (Ziegele et Penelitian kualitatif menekankan pada
al., 2014). pemahaman makna dari penelitian terdahulu
Dalam konteks jurnalisme, yang telah dibangun peneliti lain atau melalui
kemampuan teknis yang dimiliki sosial fenomena yang terjadi (Aminah & Roikan,
media telah mempengaruhi beberapa 2019).
perilaku penggunanya dengan praktik Penggunaan pendekatan kualitatif
kolaboratif, berjejaring, dan partisipatif deskriptif bertujuan agar dapat
terkait dengan penelitian, produksi, dan menggambarkan dan meringkas berbagai
distribusi berita. Platform media sosial kondisi maupun situasi, atau berbagai
meberikan peluang bagi audiens untuk fenomena realitas sosial yang berada di
memberikan komentar secara lebih luas dan tengah masyarakat yang menjadi objek
dapat menambahkan perspektif mereka penelitian melalui berbagai tanda, atau
sendiri sebagai kontribusi informal terkait gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
peristiwa yang ada dalam berita (Bossio, fenomena tertentu (Bungin, 2011).
2017). Adapun metode penelitian yang akan
Konsepsi publik media sosial digunakan yaitu audience framing. Entman
menciptakan komunikasi partisipatif yang mengemukakan bahwa audience framing
memprioritaskan ekspresi individu dan memiliki peran yang sama dengan media
interkoneksi pribadi berdasarkan ekspresi framing, hanya saja dalam audience framing
dari pengaruh publik tentang peristiwa pembingkaian dilakukan oleh audiensnya
tertentu (Shaw et al., 2013). Budaya bukan pada komunikator atau medianya
partisipastif memiliki realitas yang kompleks (Geske, 2009). Sementara itu, Wicks
dan heterogen karena audiens dapat menolak berpendapat audiens framing lebih
atau menciptakan kembali struktur menekankan pada bagaimana audiens
kekuasaan yang membingkai keterlibatan mengembangkan makna dari pesan yang
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 147
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

telah disampaikan oleh media. Pemaknaan memberikan tanggapan maupun respon


tersebut bisa jadi sama ataupun berbeda terhadap berita yang disajakan oleh Narasi
dengan bingkai yang telah dibuat oleh media Newsroom.
(Setianto&Luo, 2016). Pelaksanaan penelitian didasarkan
Dalam penelitian ini peneliti pada beberapa pertanyaan penelitian yang
mengggunakan teknik wawancara mendalam dikemukakan oleh Scheufele terkait audience
atau in depth interview. Pemilihan teknik frame. Pertanyaan tersebut dibagi dalam
pengumpulan data dengan wawancara audience frame sebagai variabel dependen
mendalam dimaksudkan untuk mengetahui dan audiens frame sebagai variabel
bagaimana informan membentuk pemaknaan independen (Dietram A. Scheufele, 2009).
berita tanpa intervensi dan pengaruh dari Adapun pertanyaan penelitian audience
orang lain, sehingga apa yang disampaikan frame sebagai variabel dependen yakni:
murni dari dirinya sendiri. 1. Faktor mana yang mempengaruhi
Dalam penentuan informan pembentukan frame pemberitaan polisi
digunakan teknik purposive sampling. virtual oleh individu, atau apakah frame
Adapun kriteria informan dalam penelitian individu hanya merupakan replikasi dari
Audience Framing pada Pemberitaan Polisi frame yang dibentuk oleh media Narasi
Virtual di Narasi Newsroom ini yaitu audiens Newsroom?
yang mengetahui serta mengkonsumsi berita 2. Bagaimana audiens digital natives
tentang Polisi Virtual di platform berita memainkan peran aktif dalam membangun
media sosial instagram Narasi Newsroom atau menolak bingkai yang dibuat oleh
dan menunjukkan interaktivitasnya dengan Narasi Newsroom?
media maupun sesama audiens melalui Sementara itu pertanyaan penelitian
kolom komentar. sehubungan dengan audience frame sebagai
Objek penelitian ini adalah empat variabel independen yaitu, bagaimana
berita yang diunggah pada platform berita audience frame mempengaruhi persepsi
media sosial instagram Narasi Newsroom digital natives terhadap polisi virtual?
sejak tanggal 18 Februari 2021 hingga 16 Pertanyaan penelitian pokok ini kemudian
Maret 2021. Berita pertama diunggah pada akan dijabarkan secara lebih terperinci untuk
18 Februari 2021 dengan judul “Polisi Akan mendapatkan data yang lebih mendetail dari
Bentuk Polisi Virtual untuk Pelanggaran UU narasumber. Pertanyaan tersebut didasarkan
ITE”. Berita kedua diunggah pada 25 pada struktur berita yakni bagaimana frame
Februari 2021 dengan judul “Siber Polri terbentuk oleh informan setelah membaca
Mulai Kirim Peringatan Virtual ke Akun judul, isi, penutup, dan pemilihan
Medsod yang Berpotensi Sebar Hoaks”. narasumber pada berita. Informan diminta
Berita ketiga diunggah pada tanggal 4 Maret untuk mengemukakan argumennya dan
2021 berjudul “Ada Polisi Virtual Awasi memberikan tanggapan terkait masing-
Medsosmu? Ini Pendapat Dua Ahli”. Berita masing struktur berita tersebut (judul, isi,
keempat diunggah pada 16 Maret 2021 penutup, dan narasumber). Informan juga
dengan judul “Warga Diciduk Polisi Virtual diminta untuk menyertakan alasan pada
karena Ngomongin Gibran di Medsos”. setiap argumen yang disampaikannya. Hal ini
Subjek dalam penelitian ini audiens diperlukan untuk mengetahui faktor apa saja
adalah yang mengkonsumsi berita Polisi yang mempengaruhi terbentuknya frame oleh
Virtual melalui platform berita media sosial audiens. Adapun teknik analisis data yang
Narasi Newsroom. Selain mengkonsumsi digunakan dalam penelitian ini mengacu
berita, audiens yang dimaksud juga aktif pada model analisis Miles and Huberman
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 148
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

yaitu dengan melakukan data reduction, data Sedangkan informan 4 berpendapat lebih
display, dan conclusion drawing/verification. baik Polisi menangani kasus yang lebih besar
dan urgent terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sementara itu informan 3
berpendapat media turut andil dalam
Dalam penelitian Audience Framing pada membentuk persepsi masyarakat.
Pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Menurutnya judul yang digunakan oleh
Newsroom terlihat bahwa keenam informan Narasi Newsroom menggunakan potongan-
membentuk framing-nya setelah potongan konteks sehingga menimbulkan
mengonsumsi empat berita Polisi Virtual ketakutan di masyarakat padahal menurutnya
yang diunggah oleh Narasi Newsroom. sendiri pembentukan Polisi Virtual adalah hal
Terdapat lima framing yang terbentuk yaitu yang baik. Dalam teori framing, media
frame urgensi pembentukan Polisi Virtual, menggunakan bahasa yang sengaja
frame narasumber tidak seimbang, frame menonjolkan beberapa aspek tertentu dalam
Narasi media kredibel dan kritis, frame mengemas berita (Entman, 1993).
kewaspadaan dalam bermedia sosial, dan Informan 3 beranggapan demikian
frame citra buruk Polisi. karena ia merupakan seorang yang juga aktif
Dalam frame ‘urgensi pembentukan di bidang jurnalistik serta seringkali aktif di
Polisi Virtual’ para informan menyoroti beberapa forum yang diadakan oleh
seberapa penting pembentukan Polisi Virtual komunitas. Latar belakang inilah yang
ini. Informan 1,2,3,4,5, dan 6 menyatakan membuatnya lebih menyoroti judul dan
bahwa sebenarnya pembentukan Polisi bahasa yang digunakan Narasi Newsroom
Virtual memiiki tujuan yang baik, tetapi dalam pemberitaannya. Sebagaimana
terdapat beberapa hal lain yang membuat dijelaskan dalam proses audience framing
urgensi pembentukan frame ini informasi yang diterima oleh media akan
dipertanyakan. Menurut informan 1 apa yang dinilai dan ditafsirkan oleh individu
berusaha disampaikan oleh Narasi berdasarkan pengetahuan sebelumnya dan
Newsroom melalui setiap pemberitaannya entitas latar belakangnya (Pan & Kosicki,
terkait Polisi Virtual adalah mengenai 1993).
urgensi dibentuknya Polisi Virtual. Frame kedua yang terbentuk adalah
Informan 5 dan 6 menganggap frame ‘narasumber tidak seimbang. Keenam
pembentukan Polisi Virtual merupakan hal informan menyatakan bahwa informan yang
yang positif karena memiliki tujuan yang digunakan oleh Narasi Newsroom dalam
baik. Namun mereka juga menyoroti pemberitaan Polisi Virtual tidak seimbang.
pandangan para ahli yang dijadikan Informan 1 menganggap narasumber yang
narasumber oleh Narasi Newsroom yakni digunakan tidak seimbang karena Narasi
terkait pengawasan media dan kekhawatiran adalah media yang mengedapankan fungsi
kebebasan yang akan terkekang. kritik; Informan 2 dan 4 menganggap
Sama halnya dengan informan 5 dan narasumber tidak seimbang karena tidak ada
6, informan 2 dan 4 menganggap narasumber dari pihak Polisi atau
pembentukan Polisi Virtual sebagai positif, pemerintah. Informan 3 tidak seimbang
tetapi ada hal lain yang perlu dihahulukan. karena tidak ada narasumber masyarakat
Informan 2 berpendapat UU ITE yang awam; sedangkan menurut informan 5 narasi
dijadikan landasan beroperasinya Polisi tidak memberikan narasumber yang pro
Virtual seharusnya dibenahi terlebih dahulu terhadap keberadaan Polisi Virtual dan
sebelum peresmian Polisi Virtual itu sendiri. timpang ke sisi negatifnya saja.
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 149
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

Pada frame ‘narasumber tidak seimbang’ menggunakan media sosial karena ruang
beberapa informan menyadari bahwa Narasi gerak di media sosial dianggap telah dibatasi
Newsroom cenderung mengutamakan fungsi dengan adanya Polisi Virtual. Hal inilah yang
kritik sehingga narasumber yang digunakan membangun frame ‘kewaspadaan dalam
cenderung ke arah kontra. Media memiliki bermedia sosial’. Informan 1 misalnya ia
kuasa untuk membentuk menyeleksi isu dan mengaku jadi lebih berhati-hati dan tidak
realitas atau fenomena yang tengah terjadi sembarangan meninggalkan komentar.
untuk kemudian dikonstruksi. Dalam Begitu pula dengan informan 2, setelah
prosesnya media dapat memilih mengetahui pemberitaan Polisi Virtual
keberpihakannya pada kapitalisme, semakin menambah awareness-nya dalam
keberpihakan semu pada masyarakat atau bermedia sosial dan lebih bijaksana dalam
mengutamakan kepentingan umum, yang menggunakannya. Informan 3 dan 4 lebih
memang sudah seharusnya menjadi amanah berhati-hati karena sudah ada badan hukum
bagi setiap media massa. (Bungin, 2017). legal yakni Polisi Virtual. Sementara
Frame ‘Narasi media kredibel dan informan 5 berpendapat berita Narasi
kritis’ terbentuk oleh 5 informan yaitu mengedukasi masyarakat untuk kritis dan
informan 1,2,4,5, dan 6. Kelima informan waspada serta harus ada batasan dalam
menyatakan bahwa berita yang disajikan oleh berkomentar. Menurut informan 6, berita
Narasi Newsroom telah memenuhi unsur Polisi Virtual yang ada di Narasi Newsroom
5W+1H. Beritanya juga disajikan secara mengkritisi sekaligus menimbulkan
lengkap dan tidak sepotong-potong, serta kekhawatiran. Hal ini pula yang membuatnya
tidak menggunakan judul clickbait. Informan menghimbau orang di sekelilingnya untuk
5 menyatakan bahwa Narasi Nesroom berhati-hati dalam menggunakan media
kredibel karena berita yang dikeluarkan sosial. Dalam proses audience framing efek
sesuai dengan fakta dan mengutamakan individu yang dihasilkan meliputi
kedalaman berita. Seluruh informan juga pengetahuan atau kognisi dan atau perubahan
menyatakan bahwa Narasi Newsroom adalah sikap atau perilaku individu setelah
media yang kritis. Sementara itu informan 4 dipengaruhi media frame dan audiens frame.
juga berpendapat bahwa background Najwa (Dietram A. Scheufele, 2009).
Shihab sebagai salah satu pelopor pendiri Frame kelima yang terbentuk adalah
Narasi sangat berpengaruh pada kredibilitas frame ‘citra buruk Polisi’. Frame ini
dan setiap pemberitaan yang dikeluarkan terbentuk oleh 3 informan yaitu informan 2,4,
Narasi. dan 6. Frame ini muncul berkaitan dengan
Terbentuknya frame ‘Narasi media citra polisi yang selama ini berkembang di
kredibel dan kritis’ juga dipengaruhi oleh masyarakat. Informan 2 dan 4 membentuk
faktor keperceyaan dan kedekatan terhadap frame demikian karena pengalaman pribadi
media sehingga konsumen media telah dan memiliki sentimen buruk terhadap Polisi.
memahami karakteristik media Narasi yang Sementara informan 6 berpendapat buruknya
cenderung kritis serta kredibel. Sebagaimana citra Polisi karena kurangnya kepercayaan
disampaikan Rahman (dalam Laurencius, masyarakat terhdap kepolisian.
2020), kepercayaan audiens pada media akan Berdasarkan hasil dari wawancara
memfasilitasi efektivitas media dalam dengan keenam informan yang telah
membentuk opini individu. dilakukan dan kemudian menghasilkan lima
Keberadaan Polisi Virtual juga framing yang terbentuk dapat dilihat faktor-
memberikan dampak pada informan, salah faktor yang mempengaruhi terbentuknya
satunya yakni manambah kehati-hatian saat framing tersebut oleh audiens. Faktor-faktor
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 150
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

tersebut antara lain literasi digital, kredibel sehingga seringkali dijadikan


kepercayaan audiens terhadap media yang sebagai rujukan untuk mengakses informasi.
dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, Faktor selanjutnya yang mempengaruhi
dan kepercayaan masyarakat terhadap Polisi. pembentukan audience framing dalam
Konsep literasi digital merupakan konsep penelitian ini adalah faktor latar belakang
yang menggabungkan leterasi media, literasi pengalaman pribadi. Informan 3 memiliki
komputer, dan literasi informasi. Literasi latar belakang pengalaman dalam bidang
digital didefinisikan sebagai kesadaran, jurnalistik, sehingga yang disoroti selama
sikap, dan kemampuan individu dalam proses wawancara saat pelaksaan penelitian
menggunakan alat dan fasilitas digital secara ini lebih mengarah pada penggunaan bahasa
tepat untuk mengidentifikasi, mengakses, dan cara Narasi Newsroom memberitakan
mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, Polisi Virtual. Sementara itu, informan 6
menganalisis, menyintesis sumber daya memiliki latar belakang pelangalaman di
digital, membangun pengetahuan baru, bidang hukum karena profesinya sebagai
menciptakan ekspresi media, dan seorang pengacara, sehingga ia lebih banyak
berkomunikasi dengan orang lain (Martin menyoroti pemberitaan Polisi Virtual ini dari
dalam Herlina, 2019). sudut pandang hukum.
Seluruh informan mengakses berita Audince framing tidak terlepas dari
Polisi Virtual melalui kanal online dan lebih teori encoding-decoding yang dikemukakan
dari satu sumber berita. Dengan literasi oleh Hall (1980). Media meng-encode
digital para informan memiliki kemampuan realitas yang ada menjadi pesan yang
untuk mengakses lebih dari satu sumber kemudian didistribusikan ke audiens, audiens
berita. Dengan kemampuan akses melalui kemudia men-decode pesan tersebut sesuai
banyak sumber berita membuat audiens dengan pengalaman, kepercayaan, nilai, dan
memiliki banyak rujukan dengan sudut pengetahuan yang dimikinya. Hal ini yang
pandang pemberitaan yang berbeda sehingga mengakibatkan tiap individu memiliki
dapat mempengaruhi frame audiens yang kemungkinan memaknai pesan yang sama
terbentuk. Informan 2 misalnya, ia sengaja dengan makna yang berbeda (Hapsari, 2013).
mengikuti berbagai media berita dengan Faktor pembentukan audience frame terakhir
polarisasi yang berbeda untuk mendapat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
keseimbangan berita. Begitu pula dengan faktor kepercayaan masyarakat terhadap
informan 4 ia membutuhkan media massa Polisi. Informan 2, 4, dan 5 merasa
lain untuk mendukung akses informasinya kepercayaan masyarakat terhadap Polisi
sehingga dapat melihat dari berbagai sudut masih kurang. Informan 2 dan 4 juga
pandang. memiliki pengalaman dan sentimen yang
Kepercayaan audiens pada media buruk terhadap Polisi. Hal inilah yang
yang dikonsumsinya juga turut menjadi menjadi faktor terbentuknya frame ‘citra
faktor yang mempengaruhi pembentukan buruk Polisi’.
audience framing. Dalam penelitian ini Dalam proses efek framing, menurut
ditemukan, keenam informan telah Chong dan Druckman terdapat tiga tahap
mengenali Narasi Newsroom sebagai media mekanisme psikologis yang dialami oleh
yang kritis sehingga tak mengherankan bagi audiens. Pertama, audiens telah memiliki
mereka jika pemberitaan yang dikeluarkan memori dalam otak yang menyimpan
lebih cenderung mengarah pada sisi kontra. pengetahuan, kepercayaan dan nilai. Dalam
Selain itu para informan juga menganggap penelitian ini fakor pengetahuan yang telah
Narasi Newsroom sebagai media yang dimiliki oleh informan adalah literasi digital,
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 151
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

sedangkang faktor kepercayaan adalah mekanisme dimana audiens menerima dan


kepercayaan para informan terhadap media menafsirkan informasi yang masuk dan
yang dikonsumsinya dan kepercayaan mereka terima lalu kemudian menciptakan
masyarakat terhadap Polisi. Sementara itu maknanya sendiri. Individu menerima
faktor nilai yang telah dimiliki informan informasi dari media kemudian menilai,
adalah latar belakang pengalaman. menyaring, dan menafsirkannya berdasarkan
Kedua, saat audiens menangkap isu pengetahuan sebelumnya, emosi, dan entitas
yang diframing oleh media, ia mencocokkan latar belakangnya yang disebut sebagai
hal tersebut dengan pengetahuan dan proses audience framing. Dalam penelitian
kepercayaan yang sebelumnya telah ini ditemukan 5 framing audiens dan faktor-
tersimpan di memorinya. Terakhir, audiens faktor yang mempengaruhinya.
mengevaluasi kemudian mempertimbangkan Frame pertama yang terbentuk adalah
apakah isu yang telah di framing oleh media ‘urgensi pembentukan Polisi Virtual’. Dalam
sebelumnya perlu untuk dimaknai dan frame ini audiens menganggap pembentukan
dibingkai atau tidak (Chong & Druckman, Polisi Virtual memiliki tujuan yang baik
2007). Para informan atau audiens tetapi terdapat beberapa hal yang membuat
mencocokkan pemberitaan Polisi Virtual pembentukan Polisi Virtual ini dipertanyakan
yang ada di Narasi Newsroom dengan faktor- urgensi keberadaannya. Frame kedua yang
faktor yang telah dimiliki yakni literasi terbentuk yakni ‘narasumber yang digunakan
digital, kepercayaan terhadap media yang tidak seimbang’. Dalam frame ini audiens
dikonsumsi, latar belakang pengalaman dan menilia narasumber yang digunakan oleh
kepercayaan terhadap Polisi kemudian Narasi Newsroom pada pemberitaan Polisi
disinkronkan dengan pemberitaan Polisi Virtual tidak seimbang karena lebih condong
Virtual di Narasi Newsroom hingga pada pernyataan keterangan narasumber
membentuk frame ‘urgensi pembentukan yang kontra terhadap keberadaan Polisi
Polisi Virtual’, frame ‘narasumber yang Virtual. Frame ketiga yang terbentuk yakni
digunakan tidak seimbang’, frame ‘Narasi ‘Narasi media kredibel dan kritis’. Dalam
media kredibel dan kritis’, dan frame ‘citra frame ini audiens menilai Narasi sebagai
buruk Polisi’. Tahap berikutnya yaitu efek media yang kredibel karena Narasi
individual dalam proses audience framing. Newsroom menyajikan berita secara lengkap
Efek yang dihasilkan meliputi pengetahuan memenuhi unsur 5W+1H, tidak sepotong-
atau kognisi dan perubahan sikap atau potong, sesuai fakta, dan mengutamakan
perilaku individu setelah dipengaruhi media kedalaman berita. Selain itu audiens juga
frame dan audiens frame. (Dietram A. mengenali Narasi Newsroom sebagai media
Scheufele, 2009). Dalam hal ini pengetahuan yang kritis. Frame keempat yang terbentuk
atau kognisi yang dihasilkan adalah yakni ‘kewaspadaan dalam bermedia sosial’,
pengetahuan audiens terhadap keberadaan dalam frame ini audiens mengaku
Polisi Virtual. Sementara itu perubahan meningkatkan kewaspadaannya dalam
perilaku individu sebagaimana tercermin menggunakan media sosial setelah
dalam terbentuknya frame ‘kewaspadaan mengetahui keberadaan dan pemberitaan
dalam bermedia sosial’. mengenai Polisi Virtual. Frame terakhir yang
terbentuk yaitu ‘citra buruk Polisi’, frame ini
PENUTUP terbentuk berkaitan dengan citra Polisi yang
dianggap buruk dan kurangnya rasa
Audiens juga memiliki kuasa untuk mem- kepercayaan masyarakat terhadap Polisi.
framing berita. Audience framing merupakan
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 152
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

Sementara itu faktor-faktor yang melatar Bishop, K. (2020). Why are millennials and
belakangi terbentuknya frame-frame tersebut Gen Z turning to Instagram as a news
oleh audiens antara lain literasi digital, source? The Guardian.
kepercayaan audiens terhadap media yang https://www.theguardian.com/lifeand
dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, style/2020/jul/27/instagram-news-
dan kepercayaan masyarakat terhadap Polisi. source-social-media
Dengan literasi digital para informan Bossio, D. (2017). Journalism and Social
memiliki kemampuan untuk mengakses lebih Media. Springer Nature.
dari satu sumber berita dengan sudut pandang Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian
pemberitaan yang berbeda sehingga dapat Kualitatif. PT . Radja Grafindo
mempengaruhi frame audiens yang Persada.
terbentuk. Faktor kepercayaan masyarakat Bungin, B. (2017). Sosiologi Komunikasi:
terhadap media yang dikonsumsi juga turut Teori,Paradigma, dan Diskursus
mempengaruhi pembentukan frame oleh Teknologi Komunikasi di Masyarakat
audiens. Dalam hal ini para informan telah (9th ed.). Kencana.
mengenali Narasi Newsroom sebagai media Cahya, I. (2018). Menulis Berita di Media
yang kritis sehingga tak mengherankan bagi Massa (1st ed.). Citra Aji Parama.
mereka jika pemberitaan yang dikeluarkan Cahyanda, H. (2014). Analisis Semiotika
lebih cenderung mengarah pada sisi kontra. Foto Jurnalistik pada Media Online
Selain itu para informan juga menganggap Suarabobotoh. com bandung Edisi
Narasi Newsroom sebagai media yang Foto Persib Juara 9 November 2014
kredibel sehingga seringkali dijadikan [Uniersitas Pasundan Bandung].
sebagai rujukan untuk mengakses informasi. http://repository.unpas.ac.id/id/eprint
Faktor pengalaman pribadi juga berpengaruh /41861
pada pembetukan framing karena audiens Chong, D., & Druckman, J. N. (2007).
men-decode realitas yang disampaikan oleh Framing theory. Annual Review of
media sesuai dengan pengalaman, nilai, dan Political Science, 10, 103–126.
pengetahuan mereka. Dan faktor terakhir https://doi.org/10.1146/annurev.polis
yang mempengaruhi pembentukan audience ci.10.072805.103054
frame yang ditemukan dalam penelitian ini Dietram A. Scheufele. (2009). Framing as a
adalah faktor citra buruk Polisi yang Theory of Media Effects. Journal of
berkembang di masyarakat. Communication, 59(2), 205–406.
Entman, R. M. (1993). Framing : Toward
DAFTAR RUJUKAN Clarification of a Fractured Paradigm
SUPER RELEVANT TIL. Journal of
Aminah, S., & Roikan. (2019). Pengantar Communication, 43(4), 51–58.
Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Fajar. (2010). Mahir Menulis Berita (D.
Politik (1st ed.). Kencana. Karyani (ed.); 1st ed.). Multi Kreasi
Berger, P., & Luckmann, T. (1996). The Satudelapan.
Social Construction of Reality. In Geske, E. E. (2009). Audience Frames
Social Theory Re-Wired: New Elicited by Televised Political
Connections to Classical and Advertising. Iowa State University.
Contemporary Perspectives: Second Hapsari, T. B. (2013). Audiens Framing
Edition. Peluang Baru dalam Penelitian
https://doi.org/10.4324/97813157753 Audiens. 1(6), 1–20.
57
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 153
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........

Herlina, D. (2019). Literasi Media: Teori dan e-lists/2020s-it-journalist-najwa-


Fasilitas (A. Holid (ed.); 1st ed.). PT shihab-tells-about-her-days-
Remaja Rosdakarya. managing-the-popular-mata-najwa-
Hölig, S., & Hasebrink, U. (2021). Reuters show-and-how-she-stays-
Institute Digital News Report 2021. independent/
Reuters Institute Digital News Report Raco, J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif:
2021, 73. www.leibniz-hbi.de. Jenis, Karakteristik dan
Kusnandar, V. B. (2021). Pengguna Internet Keunggulannya (Arita (ed.)).
Indonesia Peringkat ke-3 Terbanyak Gramedia Widiasarana Indonesia.
di Asia. Databoks. https://doi.org/10.31219/osf.io/mfzuj
Laurencius, N. (2020). Audience Framing Shaw, F., Burgess, J., Crawford, K., & Bruns,
Pada Berita Investigasi Majalah A. (2013). Sharing news , making
Tempo “Ada Apa dengan Pizza.” sense , saying thanks. Australian
Universitas Multimedia Nusantara. Journal of Communication, 40(1),
Lindawati, L. (2015). Pola Akses Berita 23–40.
Online Kaum Muda. Jurnal Studi Storey, J. (2007). Cultural Studies dan Kajian
Pemuda, 4(1), 241–259. Budaya Pop : Pengantar
Newman, N. (2016). Overview and Key Komprehensif Teori dan Metode.
Findings of the 2016 Report. Jalasutra.
https://www.digitalnewsreport.org/su Suherdiana, D. (2020). Jurnalistik
rvey/2016/overview-key-findings- Kontemporer.
2016/ Tusnawati, R. (2017). Analisis Resepsi
Nurhakki, A. S. R. dan. (2017). Pengantar Khalayak Terhadap Isi Pesan pada
Ilmu Komunikasi. Deepublish. Iklan Rokok U Mild Versi “Cowok
Ozoran, I. S. B. A. (2020). Insta-worthiness Tau Kapan Harus Bohong.” In
of News in New Media Journalism: Universitas Dian Nuswantoro.
How to Understand News Values on Valiant, V. (2020). Perspektif Editorial :
Instagram. Türkiye İletişim Keterlibatan Audiens dalam Proses
Araştırmaları Dergisi/26306220. Jurnalistik Portal Berita. Jurnal UPI,
https://doi.org/10.17829/turcom.8033 1(1), 1–14.
52 Ziegele, M., Breiner, T., & Quiring, O.
Pan, Z., & Kosicki, G. M. (1993). Framing (2014). What Creates Interactivity in
analysis: An approach to news Online News Discussions? An
discourse. Political Communication, Exploratory Analysis of Discussion
10(1), 55–75. Factors in User Comments on News
https://doi.org/10.1080/10584609.19 Items. Journal of Communication,
93.9962963 64(6), 1111–1138.
Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: https://doi.org/10.1111/jcom.12123
Teori Perbedaan Generasi. Among
Makarti, 9, 123–134.
Putri, L. (2020). 2020’s It Journalist: Najwa
Shihab Tells About Her Days
Managing the Popular “Mata Najwa”
Show and How She Stays
Independent. Prestige.
https://www.prestigeonline.com/id/th
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 154

Anda mungkin juga menyukai