Abstrak. Media berita turut mengalami pergeseran sejak berkembangnya teknologi yang begitu
masif terutama setelah kemunculan internet. Tren terbaru menunjukkan media pemberitaan
merambah pada platform media sosial. Narasi merupakan salah satu media yang menggunakan
media sosial sebagai platform pendistribusian beritanya. Kanal berita narasi bernama Narasi
Newsroom yang menggunakan media sosial instagram sebagai platform unggahan berita
utamanya. Salah satu isu menarik yang diberitakan oleh Narasi Newsroom adalah Polivisi Virtual.
Polisi Virtual sendiri merupakan Polisi yang bertugas di ranah virtual khususnya media sosial.
Media sosial sebagai platform berita memberikan peluang bagi audiens untuk berkomentar.
Hubungan keterlibatan audiens dalam dimensi normatif, yakni audiens dapat memberi makna dan
nilai pada media berdasarkan pengalaman autobiographical, identitas, dan demografi terhadap teks
atau topik media. Audiens memiliki otoritasnya sendiri untuk memaknai atau mengintepretasikan
teks yang disampaikan oleh media. Kajian framing dapat dilakukan tidak hanya dari sisi media
yang melakukan framing namun juga dapat dikaji dari sisi framing yang dilakukan oleh audiens.
Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui audience framing yang terbentuk
oleh audiens pada pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Newsroom dengan menggunakan metode
penelitian audience framing. Hasil dari penelitian Audience Framing pada Pemberitaan Polisi
Virtual di Narasi Newsroom menunjukkan terdapat lima framing yang terbentuk yaitu frame
urgensi pembentukan Polisi Virtual, frame narasumber tidak seimbang, frame Narasi media
kredibel dan kritis, frame kewaspadaan dalam bermedia sosial, dan frame citra buruk Polisi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya frame tersebut adalah literasi digital, kepercayaan
audiens terhadap media yang dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, dan kepercayaan
masyarakat terhadap Polisi.
Abstrack. The news media has also experienced a shift since the massive development of
technology, especially after the emergence of the internet. The latest trend shows that news media
is reaching out to social media platforms. Narasi is one of the media that uses social media as a
news distribution platform. Narasi news channel called Narasi Newsroom which uses social media
Instagram as its main news upload platform. One of the interesting issues reported by Narasi
Newsroom is Virtual Police. The Virtual Police itself is a police officer who works in the virtual
realm, especially social media. Social media as a news platform provides opportunities for
audiences to comment on audience engagement relationships in a normative dimension, audiences
can give meaning and value to media based on autobiographical, identity, and demographic
experiences of texts or media topics. The study of framing can be done not only from the side of
the media that does the framing but can also be studied from the side of the framing that is done
by the audience. Therefore, this study aims to determine the audience framing formed by the
audience on the Virtual Police reporting in the Narasi Newsroom by using the audience framing
research method. The results of the Audience Framing research on Virtual Police Reporting in
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 141
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........
Narasi Newsroom, there are five framings formed, they are urgency for the formation of the Virtual
Police frame, the unbalanced resource frame, Narasi as a credible and critical media frame, the
alert in social media frame, and the bad image of the police frame. The factors that influence the
formation of the frame are digital literacy, audience trust in the media they consume, background
experience, and public trust in the police.
Keywords: news on social media, audience framing, Virtual PoliceKata Kunci: Pemberdayaan
Masyarakat, Strategi Komunikasi dan Pembangunan Berkelanjutan
pemahaman dan pembentukan makna yang banyak orang. Berita berisi laporan kejadian
dibuat oleh penerima pesan. terbaru (aktual) dan informasi yang
Pesan yang disampaikan melalui digunakan sebagai bahan berita adalah
media bersifat terbuka dan memiliki banyak sesuatu yang dianggap penting serta menarik
makna (polisemi). Setiap pesan ditafsirkan bagi banyak orang (Cahya, 2018).
secara berbeda menyesuaikan dengan Sementara itu, Laurence R Campbell
konteks dan budaya penerima pesan. dan Rolland E Wolseley mendefinisikan
Encoding-decoding berfokus pada berita sebagai bentuk laporan terbaru dari
bagaimana hubungan antarpesan suatu kejadian, masalah, atau pendapat yang
diintepretasikan oleh audiens . memungkinkan untuk dapat menarik
Encoding sediri adalah proses yang perhatian sebanyak-banyaknya dari audiens
dilakukan oleh komunikator untuk (Wahjuwibowo, 2015). Doug Newsom dan
menerjemahkan ide-ide atau pikiran ke dalam James A. Wollert mengemukakan berita
suatu bentuk pesan yang dapat diterima oleh adalah segala informasi penting yang perlu
komunikan atau penerima pesan. Sedangkan dan ingin diketahui oleh masyarakat luas
decoding adalah kebalikan dari encoding, (Suherdiana, 2020).
yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Hall, dalam bukunya yang berjudul
komunikan atau penerima pesan untuk Online Journalism mendefinisikan berita
menerjemahkan atau mengintepretasikan online sebagai bentuk jurnalisme yang telah
pesan hingga menjadi bentuk yang memiliki dipahami seperti sebagaimana historisnya
arti bagi penerima pesan (Nurhakki, 2017). yang kemudian dikemas ulang. Berita online
Teori encoding-decoding yang merupakan juga dapat diartikan sebagai proses
hasil dari penelitian Hall menunjukkan pengemasan berita melalui saluran yang
adanya hubungan pemaknaan tanda oleh berupa media online tanpa mengubah
pembuat dan penerima pesan. Encoding- pengertian dari berita itu sendiri (Cahyanda,
decoding terbuka bagi penerima pesan yang 2014).
mana penerimaannya bisa berbeda-beda. Internet juga telah mengubah sistem
Penerimaan yang berbeda ini diakibatkan komunikasi dan informasi, madia sosial
oleh adanya perbedaan latar belakang sebagai alternatif dari media konvensional.
kebudayaan si penerima pesan. Dalam hal Nielsen dan Schroder dalam survei yang
ini, ras, kelas sosial, gender, dan usia turut dilakukan terhadap delapan negara Eropa
berperan penting dalam menyediakan menunjukkan pada tahun 2014 media sosial
perangkat latar belakang bagi penerima pesan masih kurang banyak digunakan sebagai
dalam proses decoding (Tusnawati, 2017). sumber berita dibandingkan media cetak.
Selang dua tahun, pada 2016 hasil survei
Berita Media Sosial. Menurut Departemen menunjukkan setengah dari responden survei
Pendidikan Republik Indonesia, berita adalah mengaku menggunakan media sosial sebagai
suatu laporan mengenai kejadian atau sumber berita. Media sosial juga digunakan
peristiwa yang hangat. Berita juga dapat sebagai sumber berita utama oleh satu dari
diartikan sebagai laporan tentang peristiwa sepuluh orang dalam survei tersebut
aktual yang dapat menarik perhatian orang (Newman, 2016).
banyak. Dalam konteks media massa, berita Terdapat tujuh kategori spesifik yang
adalah informasi yang disampaikan melalui diidentifikasi dapat berkontribusi dalam
media massa (Fajar, 2010). kelayakan berita di media sosial yakni terkait
Berita memiliki keterkaitan yang erat jarak geografis, kepositifan, kenegatifan,
dengan kebutuhan informasi yang diperlukan
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 146
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........
konflik, jarak budaya, eksklusivitas, dan publik. Dalam konteks jurnalistik, media
kepentingan manusia (Ozoran, 2020). sosial telah mengubah sifat diaolog antara
Meningkatnya penggunaan media sosial jurnalis dan audiens, menciptakan ruang baru
untuk konsumsi berita telah mempengaruhi bagi audiens mengkritik hingga mengabaikan
nilai-nilai produksi berita yakni peningkatan jurnalis. Dengan demikian, perubahan yang
prioritas pada interaktivitas konten berita, dibawa oleh lingkungan media sosial dalam
partisipasi khalayak dalam berita, hubungan komunikatif audiens memiliki
transparansi proses produksi berita, dan visibilitas yang kompleks terkait keterlibatan
penyebarluasan berita 24 jam secara sosial budaya dan politik, serta pembingkaian
langsung (Bossio, 2017). Sementara itu berita (Bossio, 2017)
terdapat tiga kategori utama untuk
menentukan nilai berita jurnalisme online METODE
meliputi hypertext, multimedia, dan
interaktivitas. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan
Interaktivitas adalah faktor yang kualitatif. Croswell (2008) mendefinisikan
sangat penting dalam jurnalisme media baru pendekatan kuatatif sebagai suatu cara atau
dan membentuk kelayakan berita di platform metode untuk memahami fenomena yang
online. Interaktivitas online didefinisikan bersifat sentral (Raco, 2010). Penelitian
berdasarkan tiga perspektif utama yakni kualitatif berfokus pada bagaimana subjek
sebagai atribut sistem media secara teknis, penelitian mendeskripsikan fenomena dan
sebagai atribut proses komunikasi, dan memaknai berdasarkan pengalamannya.
sebagai atribut persepsi audiens (Ziegele et Penelitian kualitatif menekankan pada
al., 2014). pemahaman makna dari penelitian terdahulu
Dalam konteks jurnalisme, yang telah dibangun peneliti lain atau melalui
kemampuan teknis yang dimiliki sosial fenomena yang terjadi (Aminah & Roikan,
media telah mempengaruhi beberapa 2019).
perilaku penggunanya dengan praktik Penggunaan pendekatan kualitatif
kolaboratif, berjejaring, dan partisipatif deskriptif bertujuan agar dapat
terkait dengan penelitian, produksi, dan menggambarkan dan meringkas berbagai
distribusi berita. Platform media sosial kondisi maupun situasi, atau berbagai
meberikan peluang bagi audiens untuk fenomena realitas sosial yang berada di
memberikan komentar secara lebih luas dan tengah masyarakat yang menjadi objek
dapat menambahkan perspektif mereka penelitian melalui berbagai tanda, atau
sendiri sebagai kontribusi informal terkait gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
peristiwa yang ada dalam berita (Bossio, fenomena tertentu (Bungin, 2011).
2017). Adapun metode penelitian yang akan
Konsepsi publik media sosial digunakan yaitu audience framing. Entman
menciptakan komunikasi partisipatif yang mengemukakan bahwa audience framing
memprioritaskan ekspresi individu dan memiliki peran yang sama dengan media
interkoneksi pribadi berdasarkan ekspresi framing, hanya saja dalam audience framing
dari pengaruh publik tentang peristiwa pembingkaian dilakukan oleh audiensnya
tertentu (Shaw et al., 2013). Budaya bukan pada komunikator atau medianya
partisipastif memiliki realitas yang kompleks (Geske, 2009). Sementara itu, Wicks
dan heterogen karena audiens dapat menolak berpendapat audiens framing lebih
atau menciptakan kembali struktur menekankan pada bagaimana audiens
kekuasaan yang membingkai keterlibatan mengembangkan makna dari pesan yang
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 147
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........
yaitu dengan melakukan data reduction, data Sedangkan informan 4 berpendapat lebih
display, dan conclusion drawing/verification. baik Polisi menangani kasus yang lebih besar
dan urgent terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sementara itu informan 3
berpendapat media turut andil dalam
Dalam penelitian Audience Framing pada membentuk persepsi masyarakat.
Pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Menurutnya judul yang digunakan oleh
Newsroom terlihat bahwa keenam informan Narasi Newsroom menggunakan potongan-
membentuk framing-nya setelah potongan konteks sehingga menimbulkan
mengonsumsi empat berita Polisi Virtual ketakutan di masyarakat padahal menurutnya
yang diunggah oleh Narasi Newsroom. sendiri pembentukan Polisi Virtual adalah hal
Terdapat lima framing yang terbentuk yaitu yang baik. Dalam teori framing, media
frame urgensi pembentukan Polisi Virtual, menggunakan bahasa yang sengaja
frame narasumber tidak seimbang, frame menonjolkan beberapa aspek tertentu dalam
Narasi media kredibel dan kritis, frame mengemas berita (Entman, 1993).
kewaspadaan dalam bermedia sosial, dan Informan 3 beranggapan demikian
frame citra buruk Polisi. karena ia merupakan seorang yang juga aktif
Dalam frame ‘urgensi pembentukan di bidang jurnalistik serta seringkali aktif di
Polisi Virtual’ para informan menyoroti beberapa forum yang diadakan oleh
seberapa penting pembentukan Polisi Virtual komunitas. Latar belakang inilah yang
ini. Informan 1,2,3,4,5, dan 6 menyatakan membuatnya lebih menyoroti judul dan
bahwa sebenarnya pembentukan Polisi bahasa yang digunakan Narasi Newsroom
Virtual memiiki tujuan yang baik, tetapi dalam pemberitaannya. Sebagaimana
terdapat beberapa hal lain yang membuat dijelaskan dalam proses audience framing
urgensi pembentukan frame ini informasi yang diterima oleh media akan
dipertanyakan. Menurut informan 1 apa yang dinilai dan ditafsirkan oleh individu
berusaha disampaikan oleh Narasi berdasarkan pengetahuan sebelumnya dan
Newsroom melalui setiap pemberitaannya entitas latar belakangnya (Pan & Kosicki,
terkait Polisi Virtual adalah mengenai 1993).
urgensi dibentuknya Polisi Virtual. Frame kedua yang terbentuk adalah
Informan 5 dan 6 menganggap frame ‘narasumber tidak seimbang. Keenam
pembentukan Polisi Virtual merupakan hal informan menyatakan bahwa informan yang
yang positif karena memiliki tujuan yang digunakan oleh Narasi Newsroom dalam
baik. Namun mereka juga menyoroti pemberitaan Polisi Virtual tidak seimbang.
pandangan para ahli yang dijadikan Informan 1 menganggap narasumber yang
narasumber oleh Narasi Newsroom yakni digunakan tidak seimbang karena Narasi
terkait pengawasan media dan kekhawatiran adalah media yang mengedapankan fungsi
kebebasan yang akan terkekang. kritik; Informan 2 dan 4 menganggap
Sama halnya dengan informan 5 dan narasumber tidak seimbang karena tidak ada
6, informan 2 dan 4 menganggap narasumber dari pihak Polisi atau
pembentukan Polisi Virtual sebagai positif, pemerintah. Informan 3 tidak seimbang
tetapi ada hal lain yang perlu dihahulukan. karena tidak ada narasumber masyarakat
Informan 2 berpendapat UU ITE yang awam; sedangkan menurut informan 5 narasi
dijadikan landasan beroperasinya Polisi tidak memberikan narasumber yang pro
Virtual seharusnya dibenahi terlebih dahulu terhadap keberadaan Polisi Virtual dan
sebelum peresmian Polisi Virtual itu sendiri. timpang ke sisi negatifnya saja.
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 149
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........
Pada frame ‘narasumber tidak seimbang’ menggunakan media sosial karena ruang
beberapa informan menyadari bahwa Narasi gerak di media sosial dianggap telah dibatasi
Newsroom cenderung mengutamakan fungsi dengan adanya Polisi Virtual. Hal inilah yang
kritik sehingga narasumber yang digunakan membangun frame ‘kewaspadaan dalam
cenderung ke arah kontra. Media memiliki bermedia sosial’. Informan 1 misalnya ia
kuasa untuk membentuk menyeleksi isu dan mengaku jadi lebih berhati-hati dan tidak
realitas atau fenomena yang tengah terjadi sembarangan meninggalkan komentar.
untuk kemudian dikonstruksi. Dalam Begitu pula dengan informan 2, setelah
prosesnya media dapat memilih mengetahui pemberitaan Polisi Virtual
keberpihakannya pada kapitalisme, semakin menambah awareness-nya dalam
keberpihakan semu pada masyarakat atau bermedia sosial dan lebih bijaksana dalam
mengutamakan kepentingan umum, yang menggunakannya. Informan 3 dan 4 lebih
memang sudah seharusnya menjadi amanah berhati-hati karena sudah ada badan hukum
bagi setiap media massa. (Bungin, 2017). legal yakni Polisi Virtual. Sementara
Frame ‘Narasi media kredibel dan informan 5 berpendapat berita Narasi
kritis’ terbentuk oleh 5 informan yaitu mengedukasi masyarakat untuk kritis dan
informan 1,2,4,5, dan 6. Kelima informan waspada serta harus ada batasan dalam
menyatakan bahwa berita yang disajikan oleh berkomentar. Menurut informan 6, berita
Narasi Newsroom telah memenuhi unsur Polisi Virtual yang ada di Narasi Newsroom
5W+1H. Beritanya juga disajikan secara mengkritisi sekaligus menimbulkan
lengkap dan tidak sepotong-potong, serta kekhawatiran. Hal ini pula yang membuatnya
tidak menggunakan judul clickbait. Informan menghimbau orang di sekelilingnya untuk
5 menyatakan bahwa Narasi Nesroom berhati-hati dalam menggunakan media
kredibel karena berita yang dikeluarkan sosial. Dalam proses audience framing efek
sesuai dengan fakta dan mengutamakan individu yang dihasilkan meliputi
kedalaman berita. Seluruh informan juga pengetahuan atau kognisi dan atau perubahan
menyatakan bahwa Narasi Newsroom adalah sikap atau perilaku individu setelah
media yang kritis. Sementara itu informan 4 dipengaruhi media frame dan audiens frame.
juga berpendapat bahwa background Najwa (Dietram A. Scheufele, 2009).
Shihab sebagai salah satu pelopor pendiri Frame kelima yang terbentuk adalah
Narasi sangat berpengaruh pada kredibilitas frame ‘citra buruk Polisi’. Frame ini
dan setiap pemberitaan yang dikeluarkan terbentuk oleh 3 informan yaitu informan 2,4,
Narasi. dan 6. Frame ini muncul berkaitan dengan
Terbentuknya frame ‘Narasi media citra polisi yang selama ini berkembang di
kredibel dan kritis’ juga dipengaruhi oleh masyarakat. Informan 2 dan 4 membentuk
faktor keperceyaan dan kedekatan terhadap frame demikian karena pengalaman pribadi
media sehingga konsumen media telah dan memiliki sentimen buruk terhadap Polisi.
memahami karakteristik media Narasi yang Sementara informan 6 berpendapat buruknya
cenderung kritis serta kredibel. Sebagaimana citra Polisi karena kurangnya kepercayaan
disampaikan Rahman (dalam Laurencius, masyarakat terhdap kepolisian.
2020), kepercayaan audiens pada media akan Berdasarkan hasil dari wawancara
memfasilitasi efektivitas media dalam dengan keenam informan yang telah
membentuk opini individu. dilakukan dan kemudian menghasilkan lima
Keberadaan Polisi Virtual juga framing yang terbentuk dapat dilihat faktor-
memberikan dampak pada informan, salah faktor yang mempengaruhi terbentuknya
satunya yakni manambah kehati-hatian saat framing tersebut oleh audiens. Faktor-faktor
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 150
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........
Sementara itu faktor-faktor yang melatar Bishop, K. (2020). Why are millennials and
belakangi terbentuknya frame-frame tersebut Gen Z turning to Instagram as a news
oleh audiens antara lain literasi digital, source? The Guardian.
kepercayaan audiens terhadap media yang https://www.theguardian.com/lifeand
dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, style/2020/jul/27/instagram-news-
dan kepercayaan masyarakat terhadap Polisi. source-social-media
Dengan literasi digital para informan Bossio, D. (2017). Journalism and Social
memiliki kemampuan untuk mengakses lebih Media. Springer Nature.
dari satu sumber berita dengan sudut pandang Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian
pemberitaan yang berbeda sehingga dapat Kualitatif. PT . Radja Grafindo
mempengaruhi frame audiens yang Persada.
terbentuk. Faktor kepercayaan masyarakat Bungin, B. (2017). Sosiologi Komunikasi:
terhadap media yang dikonsumsi juga turut Teori,Paradigma, dan Diskursus
mempengaruhi pembentukan frame oleh Teknologi Komunikasi di Masyarakat
audiens. Dalam hal ini para informan telah (9th ed.). Kencana.
mengenali Narasi Newsroom sebagai media Cahya, I. (2018). Menulis Berita di Media
yang kritis sehingga tak mengherankan bagi Massa (1st ed.). Citra Aji Parama.
mereka jika pemberitaan yang dikeluarkan Cahyanda, H. (2014). Analisis Semiotika
lebih cenderung mengarah pada sisi kontra. Foto Jurnalistik pada Media Online
Selain itu para informan juga menganggap Suarabobotoh. com bandung Edisi
Narasi Newsroom sebagai media yang Foto Persib Juara 9 November 2014
kredibel sehingga seringkali dijadikan [Uniersitas Pasundan Bandung].
sebagai rujukan untuk mengakses informasi. http://repository.unpas.ac.id/id/eprint
Faktor pengalaman pribadi juga berpengaruh /41861
pada pembetukan framing karena audiens Chong, D., & Druckman, J. N. (2007).
men-decode realitas yang disampaikan oleh Framing theory. Annual Review of
media sesuai dengan pengalaman, nilai, dan Political Science, 10, 103–126.
pengetahuan mereka. Dan faktor terakhir https://doi.org/10.1146/annurev.polis
yang mempengaruhi pembentukan audience ci.10.072805.103054
frame yang ditemukan dalam penelitian ini Dietram A. Scheufele. (2009). Framing as a
adalah faktor citra buruk Polisi yang Theory of Media Effects. Journal of
berkembang di masyarakat. Communication, 59(2), 205–406.
Entman, R. M. (1993). Framing : Toward
DAFTAR RUJUKAN Clarification of a Fractured Paradigm
SUPER RELEVANT TIL. Journal of
Aminah, S., & Roikan. (2019). Pengantar Communication, 43(4), 51–58.
Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Fajar. (2010). Mahir Menulis Berita (D.
Politik (1st ed.). Kencana. Karyani (ed.); 1st ed.). Multi Kreasi
Berger, P., & Luckmann, T. (1996). The Satudelapan.
Social Construction of Reality. In Geske, E. E. (2009). Audience Frames
Social Theory Re-Wired: New Elicited by Televised Political
Connections to Classical and Advertising. Iowa State University.
Contemporary Perspectives: Second Hapsari, T. B. (2013). Audiens Framing
Edition. Peluang Baru dalam Penelitian
https://doi.org/10.4324/97813157753 Audiens. 1(6), 1–20.
57
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 21, No.02, Nov 2022 : 141-154 153
Helmi dan Sumardjijati : Audience Framing Pada Pemberitaan........