Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF

DAKWAH

MAKALAH
Di ajukan untuk Tugas Kompre
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah : Manajemen Dakwah


Oleh :
Desmita Putri
NPM. 1941030265

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1444 H / 2023 M

1
KATA PENGANTAR

puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kepemimpinan Dalam
Dakwah ”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah


membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bandar Lampung, 6 April 2023

Desmita Putri

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................1


KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFATR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Tujuan ..................................................................................................5
C. Batasan Masalah...................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan Dakwah ........................................................6
B. Sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah.......................................................7
C. Kemampuan Pemimpin Dakwah .........................................................9
D. Ciri Ciri Kepemimpinan Dakwah yang Baik ......................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Kritik dan Saran ...................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan dalam dakwah adalah sifat dan ciri tingkah laku
pemimpin yang mengandung kemampuan untuk mempengaruhi dan
mengarahkan daya kemampuan seseorang atau kelompok guna mencapai
tujuan dakwah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain pemimpin dakwah
adalah orang yang menggerakkan orang lain yang ada di sekitarnya untuk
mengikutinya dalam proses mencapai tujuan dakwah. Seorang pemimpin
dakwah harus harus berusaha mengembangkan motif-motif dalam diri sasaran
dakwah serta mengarahkan motif-motif tersebut kearah tujuan dakwah.
Seorang pemimpin dakwah harus memiliki sifat-sifat dan cirri-ciri dinamis
yang dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang kea rah satu tujuan
sehingga terciptalah suatu dinamika di kalangan pengikutnya yang terarah dan
bertujuan. Selain cirri-ciri pemimpin secara umum islam menggariskan cirri
pemimpin yang paling esensial yaitu keimanan dan ketaatan kepada Allah.
Seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat kepemimpinan
penunjang lainnya seperti pengetahuan, kearifan, kesabaran, kesederhanaan
dan sifat terpuji lainnya, sehingga pada dirinya memang terdapat suatu
otoritas yang memungkinkan ia menjalankan kepemimpinann yang adil
tersebut. Setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri yaitu
persepsi sosial, kemampuan berpikir abstrak dan keseimbangan
emosional. Kepemimpinan dakwah merupakan suatu kemampuan khusus
yang dimiliki oleh pelaksana dakwah untuk mempengaruhi perilaku orang
lain sesuai yang diinginkan oleh pelaksana dakwah. Tugas seorang pemimpin
dalam arti kepemimpinan dakwah betul-betul merupakan tugas yang sangat
besar dan mulia, dan tugas ini tidak dapat dipikul oleh semua orang, karena
selain tugasnya yang berat, juga tanggung jawab menggerakkan dan
memengaruhi orang lain secara suka rela. Tanggung jawab dunia dan

4
akhirat. Itulah salah satu masalah yang tidak semua orang mampu
melakukannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan pemasalahan yang akan
dibahas yaitu:
a. Apa definisi Kepemimpinan Dakwah?
b. Bagaimana sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah?
c. Bagaimana Kemampuan Kepemimpinan Dakwah?
d. Bagaimana Ciri Ciri Kepemimpinan Dakwah yang Baik ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Definisi Kepemimpinan Dakwah
2. Mengetahui Sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah
3. Mengetahui Kemampuan Kepemimpinan Dakwah
4. Mengetahui Ciri Ciri Kepemimpinan Dakwah yang Baik

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Dakwah


Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika
seseorang memimpin, membimbing, dan atau mengontrol pikiran, perasaan,
atau tingkah laku orang lain. Sedangkan pengertian secara khusus dapat dilihat
dari beberapa pendapat berikut:1
1. Menurut Prof. Dr. Mr. Prajudi Atmosudirjo kepemimpinan adalah
kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain
mencontoh atau mengikutinya.
2. Menurut Haiman, kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
memimpin, membimbing, mempengaruhi pikiran, perasaan, atau tingkah
laku orang lain.
3. Menurut Edwin A. Locke, kepemimpinan adalah proses menbujuk orang
lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama.
4. Menurut John Pfifner, kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasi
dan memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan behwa seseorang dapat
disebut pemimpin apabila seseorang itu dapat mempengaruhi pikiran,
perasaan, dan prilaku orang lain, baik individu maupun kelompok untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun pengertian kepemimpinan manajemen dakwah dan kepemimpinan
dakwah ini berbeda. Kepemimpinan manajemen dakwah adalah suatu
kepemimpinan yang fungsi dan peranannya sebagai manajer suatu organisasi
atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi
manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.

1
Antonio, Muhammad Syafii. tt. Muhammad SAW The Super Leader Super
Manager. Jakarta: Prenada Media. Hal 99

6
Sedangkan kepemimpinan dakwah adalah suatu sifat atau sikap
kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang yang menyampaikan dakwah
(Da’i) yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai
kondisi dan situasi. Da’I dengan sifat dan sikapnya dalam kehidupan sehari-
hari dipandang sebagai pemimpin masyarakat. Oleh karena itu, boleh
dikatakan bahwa kepemimpinan dakwah merupakan syarat yang harus
dimiliki oleh seorang da’i. 2

B. Sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah


Sebagai pemimpin dakwah harus mempunyai sifat-sifat mulia dalam
melaksanakan dakwahnya, sebagaimana Fungsi kenabian dan kerasulan yang
diemban Muhammad saw menuntutnya untuk memiliki sifat-sifat yang mulia
agar apa yang disampaikannya dapat diterima dan diikuti oleh umat manusia.
Ada banyak sifat-sifat mulia yang seharusnya dimiliki seorang ‘pemimpin
dakwah’. Antara lain:
1.       Disiplin Wahyu
Seorang Rasul pada dasarnya adalah pembawa pesan Ilahiyah untuk
disampaikan kepada umatnya. Oleh karena itu tugasnya hanya menyampaikan
firman-firman Tuhan. Ia tidak mempunyai otoritas untuk membuat-buat aturan
keagamaan tanpa bimbingan wahyu, tidak juga menambah atau mengurangi
apa yang telah disampaikan kepadanya oleh Allah SWT. Ia juga tidak boleh
menyembunyikan firman-firman Tuhan meskipun itu merupakan suatu
teguran kepadanya, atau sesuatu yang mungkin saja menyulitkan posisinya
sebagai manusia biasa di tengah umatnya. Muhammad saw menjalankan
fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai dengan wahyu.
Beliau tidak membuat-buat ayat-ayat suci dengan mengikuti hawa nafsunya,
tidak menambah atau mengurangi apa yang telah disampaikan kepadanya. Hal
seperti ini sebaiknya bisa diikuti oleh para pemimpin dakwah saat ini. 3

2
Antonio, Muhammad Syafii. tt. Muhammad SAW The Super Leader Super
Manager. Jakarta: Prenada Media. Hal 99
3
Ardi,Didi Munadi. 2012. Psikologi Dakwah. Bandung: Mimbar Pustaka. Hal 103

7
2.      Memberikan Teladan
Sebagai seorang pemimpin keagamaan, seorang pemimpin dakwah harus
memberikan teladan yang baik kepada umatnya, khususnya dalam
melaksanakan ritual-ritual keagamaan dan melaksanakan code of
conductkehidupan sosial masyarakat.
3.      Komunikasi yang Efektif
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiyah kepada
orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik, maka
diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.
Mehammad saw merupakan seorang komunikator yang efektif. Hal ini
ditandai oleh dapat diserapnya ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau oleh
para sahabat yang kemudian ditransmisikan secara turun temurun. Inilah yang
kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah. Keahlian dan kelihaian beliau
dapat berkomunikasi telah menarik banyak manusia di zamannya untuk
mengikuti ajarannya. Begitu juga dengan orang-orang yang tidak pernah
bertemu dengannya yang beriman meskipun tidak mendengar langsung ajaran
Islam dari mulut beliau sendiri.
4.      Dekat dengan Umatnya
Rasulullah saw adalah seorang penyeru yang sangat dekat dengan umatnya.
Beliau sering mengunjungi sahabat-sahabatnya, bermain dengan anak-anak
emreka. Beliau turun langsung melihat realitas kehidupan pengikutnya dan
orang-orang yang belum beriman dengannya. Beliau tidak sekedar ceramah
dari satu masjid ke masjid lain tetapi menyentuh langsung hati umatnya di
tempat mereka berada.
5.      Pengkaderan dan Pendelegasian Wewenang
Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT tidak mengangkat ilmu dengan
mencabut ilmu itu dari manusia. Melainkan Allah SWT mencabut ilmu melalui
wafatnya para ulama.” (HR Bukhari Muslim). Secara tidak langsung hadits
ini mengisyaratkan kesadaran beliau tentang perlunya menciptakan kader-
kader yang beliau isi dengan ilmu pengetahuan keagamaan yang akan
meneruskan dakwah beliau.

8
Pengkaderan ini beliau lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau
didik dalam ilmu keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada
beberapa orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk
menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam kepada mereka yang belum atau
baru saja memeluk  Islam. Misalnya, beliau mengutus Mush’ab bin Umair ke
Madinah untuk menyiarkan Islam disana. Pembinaan dan pendelegasian
wewenang ini cukup efektif karena pada gilirannya mereka juga akan
membentuk kader mereka sendiri-sendiri sehingga ajaran Islam semakin luas
syiarnya. 4

C. Kemampuan Pemimpin Dakwah


Sebagai pemimpin dakwah harus memiliki beberapa kemampuan atau
ketrampilan-ketrampilan agar tugasnya dapat diemban dengan baik. Secara
umum kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan itu tercermin dalam 3 (tiga)
hal, yaitu:
1.      Technical Skill
Ini adalah segala hal yang berkaitan dengan informasi dan kemampuan khusus
tentang pekerjaannya. Seperti pengetahuannya dengan sifat tugasnya,
tuntutan-tuntutannya, tanggung jawabnya, dan juga kewajiban-kewajibannya.
Dalam hal ini dia harus berusaha untuk belajar dan menguasai informasi-
informasi skill yang harus dikuasai dalam pekerjaannya.
2.      Human skill
Segala hal yang berkaitan dengan prilakunya sebagai individu dan
hubungannya dengan orang lain dan juga cara berinteraksi dengan mereka.
Termasuk disini adalah perilakunya dalam hubungan dengan kepemimpinan
dan interaksinya dengan kelompok yang berbeda
3.      Conceptual Skill
Kemampuan untuk melihat secara utuh dan luas terhadap berbagai maalah,
dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai prilaku yang berbeda dalam

4
Ardi,Didi Munadi. 2012. Psikologi Dakwah. Bandung: Mimbar Pustaka. Hal 103

9
organisasi serta menyelaraskan antara berbagai keputusan yang dikeluarkan
oleh berbagai organisasi yang secara keseluruhan bekerja untuk meaih tujuan
yang telah ditentukan. 5

D. Ciri-ciri Kepemimpinan Dakwah yang Baik


Setiap pemimpin dakwah dalam proses aktivitas dakwah, harus senantiasa
membangun dirinya agar memiliki karakter pemimpin yang baik. Beberapa
karakter pemimpin yang baik di antaranya adalah:
1.      Tidak bergaya instruksional.
Pemimpin yang sesungguhnya bukan sekedar mengumpulkan massa, lalu
memaksa melakukan ini dan itu dengan gaya instruksi.  Hal seperti ini hanya
bisa dilakukan di kantor, yang dilakukan oleh atasan kepada para
karyawannya yang digaji.  Kepemimpinan dalam dakwah dan kepemimpinan
di tengah masyarakat bersifat sosial. 
Jadi, kepemimpinan bergaya instruksional dan diktator, yang
hanyamengandalkan controling dan monitoring tidak akan berhasil. 
Kepemimpinan seperti itu hanya akan menghasilkan suasana penuh
ketakutan.  Rasa ketakutan akan mematikan potensi seseorang, karena selalu
hidup dalam suasana penuh tekanan dan keterpaksaan, bukan kepatuhan.
2.      Pendekatan ide kepemimpinan berpikir.
Pemimpin yang baik harus melakukan pendekatan yang benar terhadap
sekelilingnya. Dia harus berbaur dan menyatu dengan orang-orang yang
dipimpinnya, bukannya mengambil jarak dan menjadi mercusuar bagi
sekelilingnya. Kepemimpinan dakwah harus menggunakan pendekatan ide,
karena kepemimpinan dakwah adalah kepemimpinan berpikir.  Aktivis
dakwah harus dapat menggerakkan orang-orang di sekitarnya.  Jadi, pemimpin
yang baik harus bisa menjadi inspirator dan motivator, bukan diktator. Orang-
orang yang dipimpinnya pun bergerak karena kepemimpinan berpikir, bukan
karena taklif (instruksi).

5
Ardi,Didi Munadi. 2012. Psikologi Dakwah. Bandung: Mimbar Pustaka. Hal 103

10
3.      Selalu berprasangka baik.
Aktivis dakwah tidak boleh diliputi prasangka buruk (su’uzhan), tetapi selalu
diwarnai prasangka baik (hushnuzhan). Jadi, pemimpin jangan hanya melihat
kesalahan atau kelemahan dari orang-orang di sekelilingnya, tetapi harus bisa
menunjukkan kebaikan mereka sehingga mereka selalu berpikir optimis dan
selanjutnya akan menimbulkan rasa percaya diri untuk bisa meraih
kesuksesan.
4.       Permudahlah, jangan mempersulit.
Buatlah segala sesuatu menjadi mudah, dan jangan dipersulit. Rasulullah saw.
ketika menyeru kepada manusia tidak pernah memaksa, tetapi selalu
mengingatkan pada janji-janji Allah.  Pada saat Perang Khandaq, ketika
Beliau meminta-minta berulang-ulang kepada para Sahabat agar ada yang
memata-matai musuh untuk mencari informasi, dan tidak ada yang merespon,
Beliau tidak mencela para Sahabat, tetapi mengingatkan dan terus
mengingatkan bahwa Allah akan memberikan kebaikan kepada kita kalau kita
melakukan perintah-Nya. Akhirnya Beliau mengutus Huzaifah untuk tugas
spionase tersebut.
5.      Memahami realitas manusia sebagai manusia.
Semua manusia punya kelemahan.  Pemimpin harus selalu menasihati, jangan
pernah bosan. Abdurrahman bin Rawahah sebagai komandan perang tidak
pernah mengatakan kepada pasukannya, “Kalian kan para Sahabat, koktakut
berperang.”  Namun,  beliau mengingatkan, “Kita berjuang dengan kekuatan
iman kepada Allah dan bukan dengan kekuatan jumlah atau fisik.” Jadi,
pemimpin yang baik harus memiliki pengertian terhadap orang yang
dipimpinnya, lalu memotivasi dengan mengingatkan tentang ketaatan kepada
Allah.  Dengan demikian, pemimpin tersebut akan mendapat banyak
kepercayaan dari orang-orang di sekelilingnya.
6.      Memberikan kenyamanan kepada yang dipimpin.
Pemimpin yang baik, ketika berada dimanapun dia disukai, dicintai, bahkan
ditunggu-tunggu sebagai tempat curhat, mencari solusi; bukan sebaliknya,
menimbulkan ketakutan. Ia memiliki kemampuan empati kepada orang lain

11
dan mau mendengarkan masukan-masukan dari yang dipimpinnya. Ia pun
berusaha mencari tahu kesalahannya sebagai pemimpin dari orang lain. Ketika
ada kesalahan, justru mengingatkan bahwa kita masih memiliki banyak
kebaikan-kebaikan lain sehingga setiap kesalahan pasti ada jalan keluarnya,
dan memberikan keyakinan bahwa kita pasti bisa.
7.      Kondisikan selalu hubungan sebuah tim.
Tujuan dakwah yang agung, yaitu melanjutkan kembali kehidupan Islam,
memerlukan sebuah kerjasama tim yang solid.  Oleh karena itu, setiap
pemimpin perlu mengkondisikan hubungan tim dalam dakwahnya. 6

Diperlukan upaya pemetaan terhadap potensi dan kondisi yang ada pada setiap
individu dan di sekitarnya, kemudian merencanakan bersama apa yang bisa
dilakukan dengan potensi dan kondisi yang ada. Selayaknya sebuah tim,
kekurangan dari yang satu akan ditutupi oleh kelebihan dari yang lain.7

6
Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safe’i. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia. Hal 36
7
Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safe’i. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia. Hal 36

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikianlah sedikit uraian tentang kepemimpinan dakwah. Tentunya
tulisan ini masih sangat jauh untuk mengungkap secara detail dan sempurna
tentang kepemimpinan dakwah. Untuk itu penulis yakin makalah ini masih
membutuhkan banyak koreksi dan masukan. Sebagai penutup penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan
datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafii. tt. Muhammad SAW The Super Leader Super


Manager. Jakarta: Prenada Media.

Ardi,Didi Munadi. 2012. Psikologi Dakwah. Bandung: Mimbar Pustaka.

Muhyidin, Asep, Agus Ahmad Safe’i. 2002. Metode Pengembangan Dakwah.


Bandung: Pustaka Setia.

C.

14
15

Anda mungkin juga menyukai