Anda di halaman 1dari 2

1. Apa yang dimaksud bilingualisme secara harfiah dan secara sosiolinguistik?

Apa
beda dengan multilingualisme?
Jawaban :
Dari istilah secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan
bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode
bahasa. Secara secara sosiolinguitik secara umum, bilingualisme diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa. Chaer dan Agustina (2010:84) menyatakan “Bilingualisme
yaitu penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang
lain secara bergantian.” Menurut Chaer dan Agustina (2010:85) “Multilingualisme adalah
keadaan yang digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya
dengan orang orang lain secara bergantian.

2. Apa empat masalah tentang bilingualisme menurut Ditmar? Jawab keempat


permasalahan tersebut!
Jawaban :
Masalah-masalah itu adalah (Dittmar
1976:170)
(1) Sejauhmana taraf kemampuan seseorang akan B2 (BI tentunya dapat dikuasai
dengan baik) sehingga dia dapat disebut sebagai seorang yang bilingual?
(2) Apa yang dimaksud dengan bahasa dalam bilingualisme ini? Apakah bahasa dalam
pengertian langue, atau sebuah kode, sehingga bisa termasuk sebuah dialek atau
sosiolek
(3) Kapan seorang bilingual menggunakan kedua bahasa itu secara bergantian? Kapan
dia harus menggunakan B1-nya, dan kapan pula harus menggunakan B2-nya? Kapan
pula dia dapat secara bebas untuk dapat menggunakan B1-nya atau B2-nya?
(4) Sejauh mana B1-nya dapat mempengaruhi B2-nya, atau sebaliknya, B2- nya dapat
mempengaruhi BI-nya.
(5) Apakah bilingualisme itu berlaku pada perseorangan (seperti disebut
dalam konsep umum) atau juga berlaku pada satu kelompok masyarakat tutur?

3. Bagaimana pendapat Bloomfield tentang bilingualisme? Apa bedanya dengan


pendapat Mackey maupun Weinrich!
Jawaban :
Bloomfield (1933) juga mengatakan bahwa menguasai dua buah bahasa, berarti
menguasai dua buah sistem kode. Kalau yang dimaksud oleh Bloomfield bilingualisme
yaitu kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua buah bahasa secara sama
baiknya. Mackey (1962:12). mengatakan dengan tegas bahwa bilingualisme adalah
praktik penggunaan bahasa secara bergantian, dari bahasa yang satu ke bahasa yang
lain, oleh Seorang penutur. Weinrich berpendapat bahwa menguasai dua bahasa dapat
juga diartikan sebagai menguasai duasistem kode atau dua dialek atau ragam bahasa
dari bahasa yang sama.
4. Apa itu Diglosia? Jelaskan secara bahasa maupun Ferguson
Jawaban:
Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud
ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau
non-formal.
Menurut Ferguson (Sumarsono, 2014: 36), diglosia adalah sejenis pembakuan bahasa
yang khusus yaitu dua ragam bahasa berada berdampingan di dalam keseluruhan
masya- rakat bahasa, dan masing-masing ragam bahasa itu diberi fungsi sosial tertentu.

5. Jelaskan pendapat Ferguson mengenai masyarakat tutur bahasa Arab. Berikan


contoh penggunaan T dan R, dan buatlah tabel situasinya.
Jawaban :
Menurut Ferguson banyak orang Arab dan haiti terpelajar menganjurkan agar dialek R
tidak perlu digunakan, meskipun dalam percakapan sehari-hari mereka menggunakan
dialek R itu. Anjuran golongan terpelajar Arab dan haiti itu tentu saja merupakan
kekeliruan, sebab dialek T dan R mempunyai fungsinya masing-masing, yang tidak
dapat dipertukarkan.
Situasi Digunakan

T R
1. ‫(ماذا تريد؟‬apa yg kamu inginkan?) V -
2. ‫(إيش تبغي‬apa maumu?) - V
3. ‫(أتركني لوحدي‬tinggalkan saya sendiri) V -
4. ‫(سبني لوحدي‬tinggalkan saja saya sendiri) V

6. Apakah masyarakat di daerah Anda adalah masyarakat bilingualisme dan diglosia?


ceritakan asal daerahmu, kemudian jelaskan keadaan kebahasaan di daerah asal Anda!
Jawaban:
Iya, saya berasal dari kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang di mana masyarakatnya
menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Di
Bone sendiri ada di beberapa daerah ada dialek-dialek yang berbeda di tiap daerah
atau pun kecamatan nya. Contohnya di Bone bagian selatan dialek yang di gunakan
lebih rata di bandingkan dialek bahasa Bugis di daerah Bone kota yang cenderung halus
dan bernada bagaikan orang yg sedang bernyanyi. Begitu pun ketika berbahasa Bugis
ataupun berbahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai